Disusun oleh:
Raynaldi Saputro
4.21.18.0.22
MS-3B
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum uji
performa nozzle pada mesin diesel oleh Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Program
Studi Sarjana Terapan Teknik Mesin Produksi dan Perawatan Politeknik Negeri
Semarang ini dengan sebaik – baiknya.
Tujuan dibuatnya laporan ini untuk mendapatkan nilai pada matakuliah
Praktek Uji Kinerja Mesin serta sebagai laporan dari hasil praktikum uji performa
nozzle pada mesin diesel.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
membantu kelancaran acara dari awal hingga akhir.
Kami telah berusaha menyajikan laporan ini dengan sebaik – baiknya, namun
kami sadar bahwa laporan yang sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dan kami akan
menerimanya dengan senang hati demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat memberi manfaat bagi pembaca dan kami sendiri, Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia usaha terjadi persaingan yang sangat kompetitif sehingga
perusahaan-perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan kerja diberbagai aspek
baik itu mesin, atau lainnya. Kerja mesin dapat dioptimalkan lewat desain,
perawatan, dan perbaikan. Tiga hal penting tersebut akan mendapatkan hasil
yang maksimal apabila dilakukan suatu kegiatan pengujian. Dengan adanya
aktifitas pengujian, tentunya pemilik atau mekanik akan mendapatkan hal yang
pasti tentang kondisi kinerja mesin atau komponen. Sehingga apabila terjadi
kerusakan pada salah satu komponen, langsung dapat terdeteksi dan tidak
menghasilkan masalah yang semakin berat.
1
1.2. Tujuan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan cara menggunakan alat uji performa nozzle
dengan prosedur yang benar
b. Mahasiswa dapat menganalisa hasil percobaan yang dilakukan dan
mengambil kesimpulan
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Mesin Diesel
Mesin diesel juga dikenal sebagai mesin kompresi (compression)
adalah sebuah mesin pembakaran internal yang menggunakan panas kompresi
untuk memulai pembakaran dan menyalakan bahan bakar yang telah
disemprotkan oleh nozzle ke dalam ruang bakar . Pada motor diesel tidak
diperlukan system pengapian seperti halnya pada motor bensin, namun dalam
motor diesel diperlukan sistem injeksi bahan bakar berupa pompa injeksi
(injection pump) dan pengabut injector atau nozzle. Bahan bakar yang
disemprotkan harus mempunyai sifat dapat terbakar sendiri. (Syahyuniar,
2007)
Mesin diesel memiliki efisiensi panas lebih tinggi daripada mesin panas
yang lain, menggunakan sedikit bahan bakar untuk menyediakan daya yang
sama, serta menggunakan bahan bakar yang lebih murah daripada mesin
bensin. Terdapat beberapa kerugian dibandingkan dengan mesin bensin:
• Lebih berat untuk daya yang sama
• Pada mesin kecepatan tinggi, operasinya sedikit lebih kasar terutama pada
beban ringan
• Harga awal yang tinggi. (Syahyuniar, 2007)
2.2. Pengertian Nozzle
Tugas utama nozzle adalah memasukan bahan bakar ke dalam silinder
ke dalam bentuk butiran yang halus. Pembentukan pancaran ini dilakukan
dengan orifice. Dalam silinder yang sebenarnya, bentuk pancaran sangat sulit
diperkirakan karena turbulensi dan juga pembakaran dimulai sebelum bahan
bakar selesai diinjeksikan. Dengan alasan ini maka pembentukan pancaran
dilakukan pada suhu ruang dan pada kondisi udara yang tenang. (Rakhmawati,
2007)
3
Motor diesel pada umumnya mempunyai tekanan dan temperature berturut
turut dapat mencapai ± 30 kg/cm2 dan ± 550 oC. (Rakhmawati, 2007)
Penguapan butir bahan bakar dimulai pada bagian luarnya yaitu pada
bagian terpanas. Uap bahan bakar yang terjadi selanjutnya bercampur dengan
udara yang ada di sekitarnya. Proses penguapan itu berlangsung selama
temperature sekitarnya mencukupi. Jadi, proses penguapan terjadi secara
berangsur-angsur demikian juga dengan campuran udaranya. (Rakhmawati,
2007)
4
(3). Pegas tekan (Pressure spring)
Merupakan pegas yang berfungsi untuk menjaga agar katup nosel
(needle) tetap pada tempatnya yaitu menutup lubang injeksi nosel. Pegas
adalah komponen utama pada nosel. Kekuatan pegas menahan needle akan
sangat mempengaruhi hasil pengabutan bahan bakar. Pegas yang baik adalah
pegas yang mampu mempertahankan kedudukan needle pada posisinya, yaitu
menutup rapat lubang injeksi nosel. (Riyadi, 2011)
(4). Shim penyetel (Adjusting shim)
Shim penyetel (adjusting shim) adalah plat yang dibentuk sedemikian
rupa yang berfungsi untuk mengatur tekanan membukanya nozzle needle. Plat
ini sangat penting untuk menentukan tekanan injeksi pompa dan pengabutan
bahan bakar. Bila adjusting shim telalu tebal diperlukan tekanan injeksi yang
tinggi untuk membuka katup (needle), sehingga pengabutan yang terjadi tidak
baik yaitu waktu penginjeksian menjadi mundur dan pengabutan terlalu pendek
karena volume injeksi kecil.
Sebaliknya apabila adjusting shim terlalu tipis akan mengakibatkan
waktu injeksi maju dan pengabutan bahan bakar terlalu panjang dan butirannya
besar karena volume injeksi besar, sehingga tenaga yang dihasilkan kurang
maksimal. Pegas yang sudah lemah akan mengakibatkan berubahnya
pengabutan bahan bakar. Untuk menyetel pengabutan bahan bakar dengan
menambah ketebalan shim penyetel (adjusting shim). (Riyadi, 2011)
(5). Katup nosel (nozzle needle)
Katup nosel (nozzle needle) berfungsi unruk menutup lubang nosel dan
untuk menghasilkan pengabutan bahan bakar. Bahan bakar dengan tekanan
tinggi akan mampu mengangkat katup (needle) ke atas yang ditahan pegas.
Bahan bakar akan melewati lubang katup yang bersinggungan dengan bodi
nosel, sehingga bahan bakar akan mengabut dengan sendirinya karena
melewati lubang katup yang kecil dengan tekanan yang tinggi. (Riyadi, 2011)
(6). Bodi nosel (Nozzle body)
Merupakan bagian dari nosel yang berfungsi untuk dudukan needle dan
juga memiliki lubang kecil yaitu lubang untuk pengabutan bahan bakar.
(Riyadi, 2011)
5
(7). Mur penahan (Retaining nut)
Mur penahan (retaining nut) adalah bagian nosel yang berhubungan
dengan silinder. Retaining nut memiliki uliran yang digunakan untuk
mengencangkan nosel dengan lubang nosel pada silinder. (Riyadi, 2011)
2.4. Cara Kerja Nozzle
1. Sebelum Penginjeksian
Bahan bakar yang bertekanan tinggi
mengalir dari pompa injeksi melalui saluran
minyak pada nozzle holder menuju ke oil
pool pada bagian bawah nozzle body.
6
3. Akhir Penginjeksian
Bila pompa injeksi berhenti
mengalirkan bahan bakar, tekanan bahan bakar
turun, dan tekanan pegas (pressure spring)
mengembalikan nozzle needle ke posisi
semula. Pada saat ini needle tertekan kuat pada
nozzle body seat dan menutup saluran bahan
bakar.
7
BAB III
METODOLOGI
3.1. Peralatan dan Bahan
3.1.1. Alat
a. Tester Uji Performa Nozzle
b. Mistar Baja
c. Shim
d. Jangka Sorong
3.1.2. Bahan
a. Bahan Bakar Solar
8
h. Pompakan tester sebanyak 50-60 kali per menit.
i. Membaca tekanan pada saat mulai penyemprotan.
a) Nozzle baru : 120-130 Kg/cm2
b) Nozzle lama : 105-125 Kg/cm2
j. Sudut penyemprotan yang bagus ± 4°
k. Hasil tumbukan di dinding penumbuk ± berbentuk bulat dengan diameter
yang bagus ± 5 - 6cm.
l. Selesai penyemprotan nosel tidak boleh menetes.
m. Membersihkan alat uji performa nozzle (tester) setelah selesai.
9
BAB IV
DATA HASIL PRAKTIKUM
a. Data hasil percobaan sebelum pembongkaran
Nomor Tekanan Bentuk Setelah Diameter Jumlah Keterangan
Nozzle Penyemprotan Penyemprotan Injeksi (cm) Pengulangan
1 4 Mpa Lurus Tidak 4 55x Disisipkan
menetes 3 shim
2 - - - - - Disisipkan
15 shim
3 - - - - - Disisipkan
17 shim
4 - - - - - Disisipkan
17 shim
Ketebalan shim = 0,1 mm
b. Data hasil percobaan setelah pembongkaran
10
BAB V
PEMBAHASAN
Dari data hasil praktikum diatas pada saat sebelum melakukan
pembongkaran nozzle, hanya ada 1 nozzle yang bisa menyemprotkan bahan
bakar yaitu nozzle 1 dengan tekanan 4 MPa dengan bentuk penyemprotan lurus
dan diameter hasil penyemprotan sebesar 4.5 cm. Nozzle lainya tidak bisa
menyemprotkan/pengkabutan bahan bakar.
11
Setelah dilakukan perbandingan, ternyata perbedaanya terdapat pada
pegas nya, pegas yang lebih Panjang akan sulit melakukan penyemprotan,
sedangkan pegas yang lebih pendek akan bisa melakukan penyemprotan.
Dari hasil penjelasan diatas, hal hal yang mempengaruhi nozzle tidak
bisa menyemprotkan bahan bakar adalah sebagai berikut:
a) Panjang pegas
b) Ada tidaknya tambahan shim, adanya penambahan shim juga
mempengaruhi besar kecilnya tekanan
12
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
a. Pada saat sebelum melakukan pembongkaran, hanya ada 1 nozzle yang
bisa menyemprotkan bahan bakar, yaitu nozzle 1.
b. Setelah melakukan pembongkaran, semua nozzle bisa menyemprotkan
bahan bakar.
c. Hal hal yang mempengaruhi bisa tidaknya nozzle melakukan
penyemprotan adalah panjang pendeknya pegas dan ada tidaknya
tambahan shim.
d. Setelah dilakukan pembongkaran menghasilkan . Nozzle 1 mempunyai
tekanan penyemprotan 12 MPa dengan bentuk penyemprotan normal
dan diameter hasil penyemprotan sebesar 4.5 cm. Nozzle 2 mempunyai
tekanan penyemprotan 16 MPa dengan bentuk penyemprotan normal
dan diameter hasil penyemprotan sebesar 4.5 cm. Nozzle 3 mempunyai
tekanan penyemprotan 18 MPa dengan bentuk penyemprotan menyebar
dan diameter hasil penyemprotan sebesar 5 cm. Nozzle 4 mempunyai
tekanan penyemprotan 9 MPa dengan bentuk penyemprotan normal dan
diameter hasil penyemprotan sebesar 6 cm.
13
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmawati, I. N. (2007). Pengaruh Variasi Tekanan Injeksi pada Unjuk
Kerja Motor Diesel dengan Bahan Bakar Alternatif Biodiesel Minyak
Biji Kapuk (Klenteng Kapuk). Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Riyadi, T. (2011). Cara Kerja dan Troubleshooting Sistem Bahan Bakar Isuzu
Panther 4JA1-L. Semarang: Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang.
14