Anda di halaman 1dari 16

POLI KULIT DAN KELAMIN

Sistem Pelayanan Rumah Sakit

DOSEN PENGAMPU:

Dr.dr.h.Noer Bahry Noor, M.Sc

Disusun Oleh:

NAMA: SILVI APRILIYANTI

NIM: K011211158

KELAS C

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen Dr. dr. H. Noer Bahry Noor, M.Sc pada Mata kuliah Sistem Pelayanan Rumah
Sakit. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Poli
Kulit dan Kelamin.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. dr. H. Noer Bahry
Noorm M.Sc, selaku Dosen Sistem Pelayanan Rumah Sakit yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang
ditekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan demi kesempurnaan
makalah ini

Makassar, 17 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Definisi dan Batasan Poli Kulit dan Kelamin.................................3
2.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Poli Kulit dan Kelamin................4
2.3 Sejarah Poli Kulit dan Kelamin......................................................4
2.4 Pendapat Ahli tentang Poli Kulit dan Kelamin...............................5
2.5 Pembagian Poli Kulit dan Kelamin................................................6
2.6 Kekurangan dan Kelebihan Poli Kulit dan Kelamin......................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................12
REFERENSI...................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kulit dan kelamin merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh
masyarakat Indonesia yang beriklim tropis. Penyakit ini umumnya timbul karena
faktor lingkungan dimana kulit sebagai lapisan terluar dari tubuh manusia rentan
terkena atau terdampak suatu gangguan. Faktor lingkungan ini dapat berupa kurang
berkualitasnya air yang digunakan dalam sehari-hari, sanitasi dan higiene yang
tidak sesuai standar dan lainnya.

Penyakit kulit dan kelamin menjadi penyakit yang tidak begitu diperhatikan oleh
masyarakat Indonesia karena anggapan bahwa penyakit tersebut merupakan
penyakit ringan yang tidak perlu ditanggapi dengan serius sehingga kejadian
penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dari prevansi penyakit
kulit di Indonesia sebesar 20-80%.

Poli kulit dan kelamin menjadi salah satu instansi kesehatan yang bertugas
mengobati atau sebagai media konsultasi terkait masalah kulit dan kelamin. Poli
Kulit dan Kelamin ini berada dalam satu lingkup karena segala masalah yang
muncul dari kelamin akan berhubungan dengan kulit yakni kulit sebagai tanda fisik
adanya masalah pada kelamin.

Di Indonesia, poli kulit dan kelamin mudah didapatkan di puskesmas maupun


rumah sakit dimana di poli kulit dan kelamin terdapat sumber daya manusia dan
teknologi mumpuni yang mendukung penyembuhan masalah kulit dan kelamin.
Walaupun demikian, masalah kulit dan kelamin masih belum dapat diatasi dengan
baik karena pengetahuan dan pandangan masyarakat, khususnya masyarakat yang
terbatas dalam memperoleh informasi kesehatan kulit dan kelamin masih sangat
terbatas.

1
Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan batasan Poli Kulit dan Kelamin


2. Apa pengertian dan ruang lingkup Poli Kulit dan Kelamin
3. Bagaimana sejarah Poli Kulit dan Kelamin
4. Apa pendapat beberapa ahli tentang Poli Kulit dan Kelamin
5. Apa saja pembagian Poli Kulit dan Kelamin
6. Apa kekurangan dan kelebihan Poli Kulit dan Kelamin

Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dan batasan Poli Kulit dan Kelamin


2. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup Poli Kulit dan Kelamin
3. Untuk mengetahui sejarah Poli Kulit dan Kelamin
4. Untuk mengetahui pendapat beberapa ahli tentang Poli Kulit dan Kelamin
5. Untuk mengetahui pembagian Poli Kulit dan Kelamin
6. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan Poli Kulit dan Kelamin

Manfaat

1. Sebagai sumber bacaan atau referensi bagi masyarakat tentang pengenalan Poli
Kulit dan Kelamin
2. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa untuk pembelajaran tentang Poli Kulit
dan Kelamin
3. Sebagai bahan rujukan bagi pemerintah dalam penentuan regulasi akan Poli
Kulit dan Kelamin

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan batasan Poli Kulit dan Kelamin


2.1.1 Penyakit Kulit
Kulit adalah bagian tubuh terluar yang menjadi organ terberat dan terbesar
di tubuh. Karena letak kulit yang berada dibagian terluar, maka kulit rentan
terpapar mikrobakteri yang menyebabkan berbagai penyakit. Penyakit kulit
merupakan salah satu penyakit yang masih sangat dominan terjadi dan
menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Data Profil Kesehatan
Indonesia 2008 menunjukkan bahwa distribusi pasien rawat jalan menurut
International Classification of Diseases 10 (ICD-10) di rumah sakit di
Indonesia tahun 2008 dengan golongan sebab sakit “Penyakit Kulit dan
Jaringan Subkutan” terdapat sebanyak 64.557 pasien baru (Depkes, 2009).
Hal ini juga dibuktikan dari data Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang
menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat
ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se-
Indonesia berdasarkan jumlah kunjungan yaitu sebanyak 192.414 kunjungan
dan 122.076 kunjungan diantaranya merupakan kasus baru (Kemenkes,
2011)
2.1.2 Kelamin
Kelamin adalah bagian atau organ seksual yang terlibat dalam memproduksi
atau merangsang seksual makhluk hidup dan menjadi bagian dari sistem
reproduksi pada suatu organisme kompleks. Walaupun letak kelamin
umumnya tertutup pada manusia, namun kelamin juga rentan terpapar
mikrobakteri yang menyebabkan penyakit pada kelamin. Penyakit kelamin
adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman melalui hubungan seksual
baik itu berupa hubungan kelamin maupun oral.

3
2.1.3 Poli Kulit dan Kelamin
Poli kulit dan kelamin adalah poli yang dapat dimanfaatkan masyarakat
untuk berkonsultasi ataupun mengobati penyakit yang berhubungan dengan
kulit dan kelamin. Umumnya di setiap rumah sakit menyediakan poli kulit
dan kelamin. Poli kulit dan kelamin menyediakan berbagai macam layanan
dengan penanganan yang diberi oleh dokter spesialis maupun sub-spesialis
yang ahli di bidangnya.

2.2 Pengertian dan ruang lingkup Poli Kulit dan Kelamin

Kulit dan kelamin merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh makhluk
hidup. Kelamin sendiri diselimuti oleh kulit untuk membentuk dinding pelindung
yang mengelilingi kelamin agar terhindar dari bakteri, jamur, dan gangguan
lainnya. Jika kelamin terluka atau mengalami gangguan, otomatis kulit kelamin pun
akan ikut terluka. Oleh karena itu, di setiap pelayanan kulit kelamin di rumah sakit,
kedua bagian ini selalu ditangani dalam satu ruang dan satu dokter yang sama. Saat
ini, sudah banyak perguruan tinggi yang memiliki departemen ilmu kulit dan
kelamin, begitupun juga pada beberapa rumah sakit sudah memiliki poli kulit dan
kelamin.

Kulit dan Kelamin berfokus untuk menangani masalah kesehatan pada kulit dan
kelamin seperti alergi kulit, infeksi jamur, herpes zoster (cacar api/cacar ular),
Psoriasis (penumpukan sel kulit mati), kanker kulit dan juga beberapa
permasalahan kelamin seperti penyakit menular seksual.

2.3 Sejarah Poli Kulit dan Kelamin

Awal pendidikan dermatologi dimulai saat diresmikan N.I.A.S (Nederlandsch


Indische Artsen School) oleh Gubernur Iendral Hindia Belanda yang memiliki mata
ajar penyakit kulit dan kelamin.

4
Pada masa kependudukan Iepang ditahun 1942, sekolah NIAS ditutup. Bagian
Penyakit Kulit dan Kelamin RS Simpang dijalankan oleh Dr. M. Soetopo dan Dr.
K. Loedin beserta stafnya. Pada tahun 1948 pemerintah Belanda membuka
“Faculteit der Geeskunde” cabang Surabaya, yang kemudian berubah menjadi
Fakultet Kedokteran Surabaia (FKS).

Pada tahun 1981 struktur organisasi seksi-seksi Bagian Kulit dan Kelamin
dipertegas, antara lain Dermatologi Umum, Imunologi/Alergi Kulit, Dermato-
patologi, Mikologi, Kusta, STD, Bedah Kulit/Tumor, Kosmetik Medis.

Pada tahun 1993-1997, terdapat beberapa pengembangan seperti dibentuknya divisi


baru, yaitu divisi Dermatologi Anak, serta pelayanan di bidang kosmetik
ditingkatkan, dengan adanya pelayanan chemical peeling dan mikrodermabrasi.
Pada tahun 2006-2010, dilakukan penyempurnaan program pendidikan yakni
pengembangan dan pelayanan kosmetik mulai dilakukan. Se1ain itu, divisi
kosmetik berkembang menjadi divisi kosmetik medik.

Belakangan, sisi dermatologi Iebih berkembang secara ekonomis daripada sisi


venereologi. Bertebaran berbagai klinik kecantikan yang memanfaatkan jasa para
dermatologis. Sementara, perawatan penyakit kelamin masih terpusat di rumah-
rumah sakit besar. Departemen Kulit dan Kelamin ditujukan membantu pasien yang
memiliki permasalahan kulit, kecantikan dan penyakit kelamin.

2.4 Pendapat beberapa Ahli tentang Poli Kulit dan Kelamin

Kehadiran dokter Indonesia yang mendalami ilmu kesehatan kulit dan kelamin di
tanah air sebenarnya sudah lama dan tidak jauh dari kelahiran pendidikan
kedokteran resmi di Indonesia; di antaranya adalah Dr. Soetomo, yang merupakan
penggagas dan pendiri Boedi Oetomo, dan perintis kebangkitan nasional Indonesia
pada tahun 1908. Tokoh lain yang juga termasuk perintis kemerdekaan adalah Dr.
Sitanala yang mempunyai perhatian besar terhadap kusta dan sebagai salah seorang
pendiri Palang Merah Indonesia. Selain itu tercatat dr. Kodiat yang menaruh minat

5
besar pada frambusia, Prof. dr. M. Djoewari yang merupakan dokter spesialis kulit
dan kelamin yang pernah menjadi ketua Umum ke-4 PB IDI pada tahun 1956 -
1958, dan Prof. dr. Sartono Kertopati adalah salah satu tokoh yang merintis
pendidikan spesialis kulit dan kelamin di RSCM.

Demikian pula Dr. Tan Eng Tie (Dr. Arief Sukardi) yang tercatat sudah menjadi
dokter ahli penyakit kulit dan kelamin (belum ada istilah SpKK pada saat itu),
beliau juga merupakan salah satu pendiri IDI dan sempat menjadi bendahaa PB IDI
enam kali berturut-turut, dan memfasilitasi pembelian gedung PB IDI di Jl. Sam
Ratulangi.Namun baru 57 tahun kemudian dari Kebangkitan Nasional, dimulai dari
keinginan untuk mempersatukan para dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin di
Indonesia dalam suatu wadah, terbentuk cikal bakal perkumpulan profesi dokter
penyakit kulit & kelamin. Pada tanggal 30 Maret 1965 dibentuk Panitia Ad Hoc,
yang disebut “Panitia Pembentukan Persatuan Ahli Dermato-Venereologica
Indonesia”

2.5 Pembagian Poli Kulit dan Kelamin


2.5.1 Alergi dan Imunologi
Ahli imunologi berfokus menangani alergi, asma, dan gangguan imunitas
tubuh. Meski alergi adalah penyakit umum yang cukup sering dijumpai,
orang masih enggan untuk memeriksakan dirinya ke dokter ketika muncul
reaksi alergi pada tubuhnya. Padahal, jika terlambat mendapat penanganan
yang sesuai, alergi bisa berpotensi menimbulkan penyakit lainnya yang
lebih berbahaya. Jenis alergi yang paling umum terjadi adalah asma, gatal-
gatal dan pilek bersin pagi hari. Pemicunya tentu saja beragam, mulai dari
tungau debu rumah, bulu binatang, karpet, makanan, minuman, suhu dingin,
paparan bahan kimia, dan lainnya. Kenyataannya, tidak ada kemungkinan
untuk benar-benar membuat alergi sembuh total. Jikapun ada usaha untuk
menyembuhkan alergi secara total, sebenarnya sama saja seperti harus
mengubah kerja sistem kekebalan tubuh dalam merespon alergen yang

6
menyerang tubuh. Jalan satu-satunya dengan menghindari alergen penyebab
alergi. Namun untuk mengetahui apa alergennya perlu dilakukan tes.

2.5.2 Fotodermatologi
Fotodermatologi adalah studi tentang interaksi antara kulit manusia dengan
UV dan visible radiation. Pengetahuan tentang interaksi sinar matahari
dengan kulit merupakan hal mendasar untuk memahami pathogenesis,
diagnosis, dan pengobatam lebih dari 100 gangguan kulit. Setiap kali
Ultraviolet dan visible radiation digunakan untuk mendiagnosis atau
mengobati kondisi kulit, prinsip-prinsip penting fotofisika yang melibatkan
penyerapan dan emisi cahaya akan mendasari keberhasilan terapi. Sinar
matahai penting untuk sintesis vitamin D3 dan pengaturan jam internal.
Disisi negative, sinar matahari menyebabkan reaksi kulit inflamasi akut dan
kronis yang merusak, kanker kulit, dan photoaging. Matahari adalah sumber
utama UV dan visible radiaton yang berinteraksi dengan kulit manusia, UV
dan visible radiaton juga dipancarkan dari sumber-sumber yang umum kita
gunakan seperti lampu neon, lampu pijar, mesin fotocopi, lampu fisioterapi.
Dengan demikian, UV dan visible radiation adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari lingkungan manusia dan berperan dalam kesehatan,
penyakit, dan terapi.
2.5.3 Bedah dan Tumor Kulit
Bedah kulit atau bedah dermatologi adalah prosedur yang berkaitan dengan
diagnosis dan penatalaksanaan berbagai kelainan kulit, rambut, kuku,
pembuluh darah, selaput lendir dan jaringan sekitarnya yang diperlukan
secara medis maupun kosmetis. Tujuan bedah kulit yaitu untuk mengobati
penyakit atau gangguan kesehatan kulit dan untuk memperbaiki tampilan
jaringan kulit dengan berbagai metode bedah. Mengulas Dermatologi
Tumor dan Bedah Kulit sebaiknya diawali dengan membaca langkah awal.
Pada Perkonsil No. 44 tahun 2016, tertulis salah satu bagian khusus dokter
spesialis dermatologi dan venereologi kemampuan dalam keterampilan

7
klinis diagnostik dan terapeutik (medik dan bedah kulit). Di dalam area
kompetensi 7 lulusan dokter spesialis dermatologi dan venereologi harus
mempunyai keahlian juga kemampuan melakukan tindakan bedah kulit.
Sampai saat ini dermatologi tumor dan bedah kulit merupakan substansi
kajian dan keterampilan tersendiri. Selain itu, dermatologi intervensi juga
merupakan keterampilan klinik mencakup bedah kulit (Standar Pendidikan
Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi Indonesia) Perkembangan
Evidenced Based Medicine (EBM) dan biologi molekular memicu kajian
dan keterampilan bedah kulit menyelusuri ranah dari nice to know menjadi
must know seperti judul Karsinoma Sel Basal pada edisi ini. Penguasaan
kajian dermatologi terkait merupakan keniscayaan dalam kasus tumor bedah
kulit. Pembekalan pengobatan pada kasus yang tergolong tumor dan bedah
mulai menggapai alat canggih dan tentunya dengan tidak meninggalkan cara
konservatif seperti judul tata laksana keloid.
2.5.4 Dermatopatologi
Dermatopatologi adalah subspesialisasi gabungan dari dermatologi dan
patologi atau patologi bedah yang berfokus pada studi penyakit kulit pada
tingkat mikroskopis dan molekuler.
2.5.5 Dermatologi Tropis
Dermatologi tropis merupakan ilmu kedokteran yang khusus mempelajari
penyakit-penyakit kulit yang ada dan berasal dari daerah tropis. Penyakit ini
tidak hanya ditemukan di negara tropis tetapi juga di negara maju oleh
karena globalisasi dan mobilitas penduduk. Sementara itu sebagian besar
penyakit kulit tropis merupakan penyakit infeksi, sebagian juga penyakit-
penyakit alergi karena pengaruh iklim dan lingkungan.
2.5.6 Kosmetik Medik
Fokus pada pelayanan kesehatan kulit untuk estetik kulit. Perawatan kulit
dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, dengan tenaga dokter
spesialis kulit, dokter umum dan perawat yang telah mengikuti pelatihan
perawatan kulit, dan tenaga terampil kecantikan. Sejak dahulu, ilmu

8
kedokteran telah turut berperan dalam dunia kosmetik dan kosmetologi.
Data dari hasil penelitian antropologi, arkeologi, dan etnologi di Mesir 8 dan
India membuktikan pemakaian ramuan seperti bahan pengawet, salep
aromatic yang dianggap sebagai bentuk awal ksometik. Kosmetologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hukum-hukum kimia, fisika,
biologi maupun mikrobiologi tentang pembuatan, penyimpanan, dan
penggunaan kosmetik.
2.5.7 Dermatologi anak dan genodermatologi
Dermatologi Anak adalah salah mencakup berbagai kondisi, dengan yang
paling umum adalah eksim, infeksi kulit, dan tanda lahir. Dermatologi
pediatrik dewasa ini berkembang mengalami banyak kemajuan dalam hal
etiopatogenesis dan pemeriksaan baik genetika maupun biomolekular,
sehingga diagnosis dapat dibangun akurat dan cepat. Diagnosis akurat
penyakit kulit pada bayi dan anak membutuhkan anamnesis menyeluruh,
pengamatan serta evaluasi seksama mulai dari riwayat hamil, lahir, dan
penyakit pada keluarga. Genodermatologi adalah penyakit diturunkan
berkaitan dengan struktur dan fungsi kulit, dengan morbiditas jangka
panjang dan risiko mortalitas bermakna. Penguasaan genetik dan
pemahaman mekanisme dasar patogenesis berkembang, sehingga klasifikasi
kelainan genetik ikut berubah. Klasifikasi berdasarkan fenotip diganti
dengan pengelompokan berdasarkan jalur patogenesis yang sama, seperti
pada kelainan RA Sopathies. RA Sopathies adalah kelompok sindrom
kelainan genetik mempengaruhi Ras-mitogen activated protein kinase
pathway dan berfungsi mengontrol tumorigenesis dan pertumbuhan sel.
2.5.8 Infeksi Menular
Infeksi Menular Seksual Infeksi yang menular melalui hubungan intim yang
disebabkan oleh beberapa virus dan bakteri yang menyebar melalui cairan
tubuh. nfeksi menular seksual atau penyakit menular seksual adalah infeksi
yang menular melalui hubungan intim. Penyakit ini dapat ditandai dengan
ruam atau lepuhan dan rasa nyeri di area kelamin. Ada banyak jenis

9
penyakit menular seksual, di antaranya chlamydia, gonore, sifilis,
trikomoniasis, dan HIV. Sesuai namanya, penyakit menular seksual
menyebar melalui hubungan intim, baik secara vaginal, anal, maupun oral.
Tidak hanya hubungan intim, penularan juga dapat terjadi melalui transfusi
darah dan berbagi jarum suntik dengan penderita. 9 Infeksi juga dapat
ditularkan dari ibu hamil ke janin, baik selama kehamilan atau saat
persalinan.

2.6 Kekurangan dan Kelebihan Poli Kulit dan Kelamin


2.6.1 Kekurangan
Kekurangan dalam pengembangan pemberantasan penyakit kulit dan
kelamin di Poli Klinik dan kelamin terjadi karena adanya tantangan dalam
pelayanan kulit dan kelamin baik dari segi promosi, prevensi hingga
manajemen dan edukasi. Jika dilihat dari segi sosialnya, masyarakat
Indonesia minim pengetahuan tentang penyakit kulit dan kelamin karena
berbagai faktor, khususnya bagi masyarakat ekonomi menengah kebawah.
Perhatian mengenai penyakit kulit dan kelamin tidak dianggap serius atau
bahkan dianggap aib oleh sebagian orang. Karena itu, sulit diadakan
pengobatan yang maksimal bila tantangan tersebut tidak diberikan solusi.
Sebagai contoh, sampai saat penyakit infeksi masih menjadi tantangan
tersendiri di antaranya penyakit kusta. Meskipun eliminasi kusta secara
nasional telah tercapai, namun reaksi dan relaps kusta menjadi tantangan
tersendiri dalam pelayanan kesehatan kulit dan kelamin. Reaksi kusta dapat
terjadi sebelum, saat atau setelah menyelesaikan terapi dan dapat
menyebabkan kerusakan saraf serta kecacatan. Relaps didefinisikan sebagai
timbulnya lesi kusta baru pada pasien kusta yang telah menyelesaikan
multidrug therapy (MDT) secara adekuat. Relaps ini dapat terjadi pada masa
Release From Treatment (RFT) maupun Release From Control (RFC),
sehingga pemantauan penderita kusta yang telah sembuh harus dilaksanakan
secara berkesinambungan. Sebagai dokter kulit dan kelamin harus mampu

10
membedakan keduanya. Disamping itu penatalaksanaan reaksi kusta harus
segera dilakukan agar tidak menimbulkan kecacatan. Permasalahan relaps
harus dicari kemungkinan panyebabnya apakah presistensi atau resistensi.
Dangan demikian dokter bisa memberikan penanganan yang adekuat dalam
waktu yang relatif singkat.
2.6.2 Kelebihan
Tantangan yang dihadapi Poli Kulit dan Kelamin dapat diubah menjadi
sebuah kelebihan dengan cara melakukan berbagai upaya untuk menekan
atau bahkan menghilangkan tantangan-tantangan tersebut. Tantangan sosial
karena minimya pengetahuan dan anggapan masyarakat yang menyepelahan
atau bahkan menganggap penyakit kulit dan kelamin sebagai aib dapat
dilakukan dengan melakukan sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat, khususnya masyarakat yang memiliki keterbatasan untuk
mengakses pengetahuan tentang penyakit kulit dan kelamin.
Selain itu, diperlukan kepedulian dari tenaga kesehatan yang bersangkutan
untuk merangkul penderita penyakit kulit dan kelamin agar mentalnya tidak
terganggu karena tidak sedikit dari penderita stress merenungi penyakitnya.
Selain itu, poli kulit dan kelamin juga dapat bermitra dengan stakeholder
yang berpengaruh dalam suatu daerah untuk meningkatkan kesadaran dan
kemauan atau keinginan masyarakat untuk berobat di poli kulit dan kelamin.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpuan
Poli kulit dan kelamin adalah poli yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
berkonsultasi ataupun mengobati penyakit yang berhubungan dengan kulit dan
kelamin. Kulit dan Kelamin berfokus untuk menangani masalah kesehatan pada
kulit dan kelamin seperti alergi kulit, infeksi jamur, herpes zoster (cacar
api/cacar ular), Psoriasis (penumpukan sel kulit mati), kanker kulit dan juga
beberapa permasalahan kelamin seperti penyakit menular seksual.
Banyak perguruan tinggi yang memiliki departemen ilmu kulit dan kelamin
dengan delapan divisi yaitu alergi dan imunologi, fotodermatologi, bedah dan
tumor kulit, dermatopatologi, dermatologi tropis, infeksi menular seksual,
kosmetik medik, dermatologi anak dan genodermatologi. Namun, tidak semua
perguruan tinggi memiliki divisi yang sama. Begitu pula dengan dokter spesialis
kulit di Indonesia sudah semakin bertambah tiap tahunnya sehingga beberapa
rumah sakit tidak kesulitan dalam mencari dokter.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini informasi yang diberikan sangat terbatas dan
kurang lengkap karena penulis hanya mengambil garis besar dari beberapa
sumber terpercaya. Oleh karena itu, penulis menyarankan pembaca untuk
mencari dan membaca referensi lebih banyak lagi mengenai perkembangan
pembiayaan kesehatan dari masa ke masa.

12
REFERENSI

Oktaviani, F. Mukaddas, A. Fustin, I. 2016. Profil Penggunaan Obat Pasien Penyakit


Kulit Di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Anutapura Palu. Journal of
Pharmacy. Vol. 2 (1) : 38-42

Septian S, K. Dewi, C. Muflikhah, L. 2017. Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan


Backpropagation untuk Mendiagnosis Penyakit Kulit pada Anak. Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. Vol. 1, No. 7, Juni
2017, hlm. 555-562.

Fakultas Kedokteran. Ilmu Kulit dan Kelamin. Di akses dari


https://fk.uii.ac.id/departemen/ilmu-kesehatan-kulit-kelamin/ 18 November 2022

Fakultas Kedokteran. Sejarah Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Di akses Sejarah SP1-
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (unair.ac.id) 18 November 2022

Perdoski. Berbagai Tantangan Dalam Pelayanan Kesehatan Kulit dan Kelamin di


Indonesia. Di akses dari BERBAGAI TANTANGAN DALAM PELAYANAN
KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN DI INDONESIA | Perdoski 18
November 2022

Setiawan, Parta. (2021). Bagian dan Struktur Lapisan Kulit. Di akses dari
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kulit/ 18 November 2022

13

Anda mungkin juga menyukai