OLEH :
Kelompok 3 Ners B :
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa juga kami berterima kasih kepada
ibu Imelda Sirait yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah yang
berjudul Konsep Kegawatdaruratan Sistem Pencernaan dengan Akut Abdomen.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadilebih baik lagi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan kami juga menyadari
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasannya. Oleh
karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah kami ini.
Kelompok 3 B
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.3. Tujuan.................................................................................................................
2.3. Survey Pada Akut Abdomen Meliputi Survey Primer dan Sekunder......................
3.1. Kesimpulan......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Akut abdomen atau nyeri akut abdomen adalah suatu kasus kegawatdaruratan
abdomen yang dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah, ditandai dengan
keluhan nyeri abdomen yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 24
jam.1 Pada kunjungan pasien ke UGD, dilaporkan bahwa insiden akut abdomen
berkisar 5-10%. Berdasarkan data rekam medik RSUD Karawang, dari total 10.435
kunjungan di UGD selama tahun 2012, 405 kasus di antaranya ialah pasien akut
abdomen dengan berbagai penyebab. 2 Peritonitis merupakan salah satu dari sekian
banyak penyebab akut abdomen yang menyumbang 1% insiden pasien yang datang ke
UGD dan merupakan penyebab utama kedua dari sepsis pada pasien di ICU secara
global (Prasetyo dan Tangel, 2021).
3. Bagaiman Survey Pada Akut Abdomen Meliputi Survey Primer dan Sekunder?
1.3. Tujuan
TINJAUAN TEORITIS
4. Trauma abdomen benda tajam (trauma tembus) dan trauma tumpul. Trauma
tmbus abdomen bersifat serius dan biasannya memerlukan pembedahan sgra
contohnya luka tembak, luka tusuk.
2.3. Survey Pada Akut Abdomen Meliputi Survey Primer dan Sekunder
Terdapat dua survey pada akut abdomn yaitu survey akut abdomen primer dan survey
akut abdomen sekunder.
Airway diatasi trlebih dahulu, selalu ingat bahwa cdera bisa lbih dari satu area
tubuh, dan apapun yang ditmukan, harus memprioritaskan airway dan breathing
terlebih dahulu. Airway harus dijaga dngan baik pada klien yang masih sadar. Bila
klin tidak sadar dan tidak ada gag reflex dapat dipakai guedel. Kontrol jalan napas
pada klien dengan airway terganggu karena faktor mekanik, atau ada gangguan
ventilasi akibat gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi endotrachal, baik oral
maupun nasal. Prosedur ini harus dilakukan dengan kontrol srvical. Surgical intubasi
ndotracheal tidak mungkin karena kontra indikasi atau karena masalah teknis.
b. Breathing (pernapasan)
Kaji ventilasi apakah adkuat dan berikan oksigen, aspirasi lambung dngan slang
nasogastrik. Prosedur ini membantu mendetksi luka lambung, mngurangi kontaminasi
terhadap rongga periteneum dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
c. Circulation
Kebanyakan pada trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa pada
pra RS, namun terhadap syok yang menyertai perlu penanganan yang sgera.
Seharusnya monitoring urine dilakukan dengan pemasangan DC setelah klien berada
di RS, Kaji tanda dan gjala hemoragi. Hemoragi sring menyertai cdera abdomen,
khususnya jika hati dan limpa mengalami trauma. Kontrol perdarahan dan prtahankan
volume darah sampai pembedahan dilakukan.
Pada trauma abdomen pertahankan klien pada brankar atau tandu papan; gerakan
dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pembuluh darah besar dan mnimbulkan
hemoragi masif. Tujuan: kontrol prdarahan, mempertahankan volum darah dan
pencegahan infeksi.
d. Disability (neurologi)
Klien dengan akut abdomn yang mengalami gangguan kesadaran terjadi pada klien
trauma abdomen yang disertai trauma kapitis, selalu periksa tingkat kesadaran dengan
GCS dan adanya latralisasi (pupil anisolor dan motorik yang lemah satu sisi).
Perhatikan sifat progsivitas dan lokasi nyeri, bila nyeri hilang timbul tiba-tiba,
sedangkan sebelumnya klien tenang disebabkan prdarahan. Bila timbulnya cepat
kemudian memberat secara mentap perkiraan penkreatitis aku, stragulasi usus
(penjepitan usus). nyeri yang timbul perlahan-lahan karakteristik untuk proses
peradangan: apendiksitis dan devrtikulitis. Sedangkan nyeri yang hilang timbul,
intermiten dan seperti diremas-remas biasanya akibat obstruksi.
Pada klien trauma abdomen kaji distensi abdomen, gerakan mlindungi, nyeri tekan,
kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok.
d. Kaji adanya konstipasi dan keluhan tak dapat flatus biasanya pada obstruksi usus
f. Pada klien trauma abdomen yang mengalami perdarahan klien tampak anemis,
pada perdarahan hebat akan timbul gejala dan tanda dari syok hemoragik. Gejala
adanya darah inraabdomen, klien nyeri abdomen yang bervariasi dari ringan
sampai nyeri hebat.
2) Palpasi: nyeri tekan, nyeri lpas, nyri kontralateral, perhatikan darah inguinal
dan femoral, pada pritonitis, apndiksitis, trauma abdomen.
3) Prkusi: nyeri ketok dan usahakan mncari cairan/udara bebas, pekak pada
hepar yang mninggi/letak organ-organ yang tidak pada tempatnya.
5) Rektal toucher: pada apndiksistis nyeri tkan pada sekitar jam 11.
1. Apendiksitis
b. Berikan antibiotik
c. Diet lunak rndah clulosa
2. Kolesititis akut
Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut dinding
kandung empedu yang disertai dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan
demam. Umumnya kolesistitis akut disebabkan oleh adanya batu kandung
empedu.Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis
cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab
utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus
sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu, sedangkan sebanyak lima hingga
sepuluh persen kasus timbul tanpa adanya batu (kolesistitis akut akalkulus).Keluhan
yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah nyeri abdomen kuadran kanan
atas, mual, muntah dan demam. Kadang-kadang rasa sakit dapat menjalar ke pundak
atau skapula kanan. Hal ini dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat
ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang
ringan sampai dengan gangren atau perforasi kandung empedu (Firmansyah, 2015).
3. Pankreatitis akut
d. Jika trauma abdomen dengan vicera (organ intrnal) mnonjol kluar, tutup
dengan balutan stril yang dilembabkan dengan NaCL, untuk mencegah
kekeringan pada vicera. Jika bnda mnancap pada abdomen, jangan dicabut
tetapi dilakukan fiksasi bnda tersebut terhadap dinding abdomen.
h. Obsrvasi dan catat TTV, output urine, tekanan vna cntral, nilai hematokrik,
serta status neurologik.
k. Siapkan klien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan
darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi (pengangkatan
organ internal) hematuria.
1) Luka tusuk dengan syok, bising usus hilang, prolaps isis usus,darah
dalam lambung, buli-buli/rktum, udara bbas intrapritoneal, parisintesis
abdomen/lavase peritoneal posistif, pada eksplorasi luka menembus
peritoneum.
2) Luka tembak
d. Dapatkan berbagai tanda dan gejala yang diakibatkan dari kehilangan darah,
memar robekan organ padat, dan kbocoran skresi dari ruang visra abdomen.
g. Observasi tanda dan gejala prdarahan, yang sering mngikuti cdra abdomen,
khususnya jika hati dan limpa mengalami trauma. Perdarahan
intraperitoneum masih yang berhubungan dengan syok.
h. Catat nyeri tkan, nyeri lepas, grakan melindungi, kekakuan dan spasme.
k. Asukultasi bising usus (bising usus mnghilang pada klien inritasi peritonum)
m. Siapkan klin untuk pmeriksaan rektal atau vaginal untul diagnosis cdera pada
pelvis, kandung kencing dan dinding usus
f. Catat nyeri tekan, nyeri lepas, gerakan mlindungi, kekauan dan spame.
g. Siapkan klien untuk pembedahan jika trdapat bukti adanya syok, kehilangan
darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi atau hematuria.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Apabila ada kritik dan saran yang sifatnya membangun, maka
sampaikanlah kepada kami. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan kami selaku penyusun mohon maaf dan semoga pembaca dapat
memakluminya
DAFTAR PUSTAKA
Arifuddin, A., Salmawati, L., & Prasetyo, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian
Apendisitis di Bagian Rawat Inap Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.
Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1).
Mannana, A., Tangel, S. J. C., & Prasetyo, E. (2021). Diagnosis Akut Abdomen
akibat Peritonitis. e-CliniC, 9(1).