Anda di halaman 1dari 9

DAYA KASIH KRISTUS DAYA KASIH KRISTUS KOMUNIKASI YANG

MENYEMBUHKAN

Disusun Oleh:
1. Rosa Desri M TB 032018078
2. Sisilia K.D. Sinaga 032018116
3. Juliana V.T. Damanik 032018115
4. Marsalindah Manik 032018075
5. Vika Dolorosa 032018089
6. Haposan Tua Sipahutar 032018113

Dosen Pembimbing:
Ice Septriani Saragih,S.Kep.,Ns.,M.Kep

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN


T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia yang diberikan pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan "Makalah Daya
Kasih Kristus Komunikasi Yang Menyembuhkan”, ini tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini kami tidak lupa untuk mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:Ibu Ice Septriani Saragih,
S. kep., Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing kami yang telah memberikan kesempatan,
saran serta masukan untuk kami dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun agar kami dapat memperbaikinya.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daya kasih kristus merupakan sikap seseorang yang memliki kasih yang tulus
dalam pelayanan. Kasih adalah perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia,  perasaan
perasaan ini akan timbul apabila apabila manusia manusia tersebut tersebut
mempunyai mempunyai rasa memiliki memiliki dan menyayangi. Makna kasih yang
sesungguhnya itu bagaimana kita memberi yang terbaik buat orang lain, baik itu
membahagiakan, tidak merebut kebahagiaan orang lain dan membuka pintu hati
untuk sebuah kasih. Kasih adalah suatu perasaan, tetapi kasih ini beda dengan
CINTA, kasih lebih bersifat rasa kepedulian seorang insan tanpa ingin meminta
imbalan atas apa yang telah dilakukan untuk yang dikasihinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Daya Kasih Kristus Komunikasi yang
menyembuhkan?
2. Apa yang dimaksud dengan aktifitas Kasih Kristus dan Latihan (efektif) ?
3. Bagaimana komunikasi yang efektif aspek etik dan legal yang berorientasi pada
asuhan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Daya Kasih Kristus yang menyembuhkan dalam pemberian asuhan
keperawatan anak
2. Mengetahui pengertian aktifitas Kasih Kristus dan Latihan (efektif)
3. Mengetahui komunikasi efektif aspek etik dan legal yang berorientasi pada
asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian aktifitas Kasih Kristus dan latihan (afektif)

Perawat merupakan tenaga kesehatan professional yang memiliki kemampuan untuk


melakukan tindakan yang bersifat intelektual, interpersonal, moral, bertanggung jawab dan
berkewenangan melaksanakan asuhan keperawatan (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia/DEPKES RI, 2012). Perawat juga memiliki kesempatan paling besar untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang holistik yaitu bio-psikososiokultural dan spiritual (Hamid,
2008).

Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek
spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien. Perawat
berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat
dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid, 2008).
Aspek spiritual juga merupakan salah satu komponen yang ada dalam diri individu yang
dapat mengharmonisasi aspek fisik (body), pikiran/psikologi (mind), dan spirit (spirit)
(Dossey, 2005). Aspek spiritual dapat mendorong seseorang untuk melakukan upaya yang
lebih besar, lebih kuat dan lebih fokus untuk melakukan yang terbaik ketika menghadapi
keadaan stres emosional, penyakit, atau bahkan menjelang kematian, dengan demikian pasien
dapat mencapai kualitas hidup yang terkait dengan kesehatannya (McSherry, 1998; Monod et
al 2012; Rajinkan, 2006).

Spiritual sangat penting selama periode sakit, karena ketika sakit, energi seseorang
akan berkurang dan spiritual orang tersebut akan terpengaruhi, oleh karena itu kebutuhan
spiritual pasien perlu dipenuhi. Meskipun kebutuhan spiritual sangatlah penting untuk
dipenuhi, tapi masih banyak perawat yang belum memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
Ristianingsih, dkk 2014 melaporkan bahwa hanya 58,3% perawat yang melakukan asuhan
keperawatan spiritual pada pasien. Trisnawati, Purnamasari, Nurlaela, dan Hartanti (2013)
menemukan bahwa dari 83 responden terdapat 49 (59,0%) perawat yang memiliki  persepsi
salah  persepsi salah tentang kebutuhan tentang kebutuhan spiritual dan spiritual dan 50
(60,2%) perawat (60,2%) perawat yang mempunyai yang mempunyai sikap kurang baik
kurang baik dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Terdapat beberapa kendala yang
mengakibatkan perawat sering mengabaikan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, yaitu
kurangnya perhatian perawat terhadap spiritualnya sendiri, kendala waktu, kurangnya
pengetahuan terkait spiritual care, kurang jelasnya  perbedaan antara agama dan spiritualitas,
terkadang pasien berbeda keyakinan dengan perawat (Amank an perawat (Amankaa et al,
2009).
indikator lain yang tidak kalah penting adalah kemampuan komunikasi baik verbal
atau nonverbal  petugas  petugas dalam memberikan pelayanan keperawatan yang langsung
ditujukan kepada pasien. Namun kenyataanya, tidak jarang terdengar,keluhan masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diterima pasien. Baik yang menyangkut sikap dan perilaku
perawat, kurangnya informasi yang diberikan oleh perawat terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi pasien, ataupun sikap tidak komunikatif perawat pada saat memberikan pelayanan
keperawatan, serta sikap kurang memperhatikan keluhan yang disampaikan oleh  pasien.
Selain itu juga jumlah perawat dengan jumlah pasien yang tidak seimbang juga turut
berkontribusii terhadap terjadinya komunikasi yang efektif antara perawat dan pasien, yang
nantinya dapat  berpengaruh   pada pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat kepada
kepada pasien.

2.2 Komunikasi yang efektif

Dalam pelaksanaan tindakan dengan klien gawat darurat perawat perlu melakukan
komunikasi terapeutik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran situasi yang
sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn kecemasan dan memberikan suport
verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas ataupun tidak merasakan puas
ataupun tidak puas apabila klien sud puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kese
ah mendapatkan pelayanan kesehatan yang hatan yang diberikan petugas di IGD, baik yang
bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terapeutik yang baik.
Mendengarkan

Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien
dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien
selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan
menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau
memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman memberikan
rasa aman kepada klien dalam kepada klien dalam mengungkapkan mengungkapkan
perasaan dan menjaga perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.

Adapun Prinsip dalam melakukan komununikasi yang efektif adalah sebagai berikut :

a. Caring (sikap pengasuhan yang ditunjukan peduli dan selalu ingin memberikan
bantuan)
b. Acceptanc  Acceptance (menerima pasien apa adanya)
c. Respect (hormati keyakinan pasien apa adanya)
d. Empaty (merasakan perasaan pasien)
e. Trust  (memberi kepercayaan)
f. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
g. Identifikasik Identifikasikan bantuan an bantuan yang diperlukan yang diperlukan
h. Terapkan teknik Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, komunikasi:
terfokus, bertanya, dan validasi validasi
i. Bahasa yang mudah dimengerti
j. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
k. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif

2.3 Aspek Etik Dan Legal Yang Berorientasi Pada Asuhan

a. Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri,
berarti menghargai manusia sehingga harapannya perawat memperlakukan mereka
sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya.
b. Benefisie  
Benefisience Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan
pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien
c. Justice
Merupakan prinsip untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu
mendapat perlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu
identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif
sama untuk kebaikan hidup seseorang
d. Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kewajiban
untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi
seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya
e. Menepati janji ( Fidelity)
Prinsip  fidelity  dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
f. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah prinsip kerahasiaan adalah
menjaga privasi (informa menjaga privasi (informasi) klien. Segala sesuatu y si)
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang pun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan  bukti
persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayana pelayanan, menyampaika n,
menyampaikan pada teman atau keluarga teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dihindari
g. Tidak merugikan ( Nonmalefic  Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien tersebut,


walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang
sama. Aspek spiritual juga merupakan salah satu komponen yang ada dalam diri individu
yang dapat mengharmonisasi aspek fisik (body), pikiran/psikologi (mind), dan spirit
(spirit). Spiritual sangat penting selama periode sakit, karena ketika sakit, energi
seseorang akan berkurang dan spiritual orang tersebut akan terpengaruhi, oleh karena itu
kebutuhan spiritual pasien perlu dipenuhi. Meskipun kebutuhan spiritual sangatlah
penting untuk dipenuhi, tapi masih banyak perawat yang belum memenuhi kebutuhan
spiritual pasien.

3.2 Saran
Setelah mempelajari Pengertian aktifitas Kasih Kristus dan latihan (afektif)
diharapkan kepada pembaca maupun perawat dapat meningkakan daya kasih kristus
DAFTAR PUSTAKA

Aswad,Mulyadi.(2015).Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Instalasi


Gawat Darurat Rsud Dr. H. BoesoirieTernate. Ejournal Keperawatan (E-Kp) Volume 3
Nomor 2   Manado

Anda mungkin juga menyukai