Anda di halaman 1dari 26

BAB I .

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya
memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yg dimilikinya
sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan
kehidupan sosialnya (Crow and crow, 1960). Pendidikan diawali dari pendidikan dalam
keluarga, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan formal ketika anak telah memasuki
usia yang tepat untuk sekolah. Maka untuk itu, tugas orangtua dan pendidik lah
mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai
tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk
merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.
Sekolah Dasar (SD) yang merupakan jenjang pendidikan formal yang terendah
menyelenggarakan pendidikan bagi siswa melalui berbagai macam kegiatan baik di
dalam kelas maupun di luar kelas yang dilakukan melalui bermacam-macam mata
pelajaran maupun di luar mata pelajaran.  Tujuan pend SD  harus selalu mengacu pada
tujuan pend nasional dan tujuan pend dasar serta memperhatikan tahap dan karakteristik
perkembangan siswa, kesesuaianya dgn lingkungan dan kebutuhann pembanguna
daerah, arah pembangunan nasional serta memperhatikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan kehidupan umat manusia secara global. Secara teknis
pendi sekolah dasar dapat diartikan sebagai proses /usaha sadar untuk menciptakan
suasana belajar dan proses pembelaj agar anak/peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinnya untuk memiliki kemampuan dasar aspek
intelektual,social,personal dan spiritual yg sesuai dgn karakteristik perkembangannya
sehingga dia mampu melanjutka pend di SMP/sederajat. Pendidikan dasar
disekenggrakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta meberikan peng
danketrampilan dasar yg diperlukan untuk hidup didlm masy serta mempersiapkan
peserta didik yg memenuhi persyratan utk mengikuti pend menengah.
Salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di SD adalah matematika. Sesuai
dengan yang tercantum pada peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 77I
Ayat 1. Pelajaran matematika sangat penting karena akan berpengaruh terhadap

1
kehidupan siswa, misalnya untuk berfikir dan memecahkan suatu masalah yang dia
hadapi. Roger Bacon mengemukakan, “mathematics is the gate and key of sciences”.
Matematika merupakan gerbang dan kunci dari berbagai ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, telah jelas bahwa dengan mempelajari matematika, maka siswa akan lebih
mudah untuk mempelajari ilmu pengetahuan lainnya (Linda Campbell, dkk, 2002).
Namun jika kita lihat secara langsung dilapangan akan ditemukan berbagai
masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika. Matematika merupakan
salah satu matapelajaran di sekolah yang mendapatkan perhatian khusus oleh para guru,
orangtua maupun anak. Walaupun menyadari hal tersebut faktanya masih terdapat anak
yang belum dibekali kemampuan untuk berprestasi cemerlang di bidang matematika.
seolah-olah mereka, dihadapkan pada dua hal yang dilematis, di satu sisi mereka
harusnmenguasai matematika, di sisi lain ia merasa lemah untuk belajar matematika.
Rendahnya minat siswa untuk menekuni matematika salah satunya disebabkan oleh
adanya image yang mengganggu pikiran sebagian besar siswa bahwa matematika adalah
pelajaran yang super rumit, rajanya pelajaran studi (Abdul Halim, 2009).
Oleh sebab itu penyebab permasalahan ini menjadi slah satu pemikiran yang
perlu diteliti. Apakah hal ini dikarenakan kekeliruan sistem pendidikan, pola asuh orang
tua yang salah, pengaruh lingkungan, tidak merasa penting dengan matematika, ataupun
potensi matematisnya tidak dikembangkan sejak usia dini. Tentunya masih banyak hal
yang mempengaruhi hal ini untuk dikaji lebih lanjut.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa pengasuhan anak merupakan hal yang
penting bagi anak. Kurangnya perhatian dari orang tua menjadi permasalahan yang
sering dialami pada saat sekarang ini. Tanpa disadari banyak anak yang diabaikan oleh
orang tuanya karena alasan terntentu, misalnya pekerjaan. Utamanya Ayah sebab
cenderung berada diluar rumah karena harus bekerja mencari nafkah untuk keluarga.
Perhatian dari Ayah menjadi kurang karena fikirannya lebih mengutamakan pemenuhan
materi yang cukup. Berdasarkan keseharian yang kita lihat di dalam masyarakat, sesuai
dengan observasi awal yang dilakukan peneliti melalui pengamatan dan wawancara
maka kita secara langsung dapat melihat keadaan seperti ini. Yaitu tugas ayah hanyalah
mencari nafkah dan ibu lebih banyak berperan atau bahkan secara penuh pengasuhan
anak diserahkan kepada ibu.

2
Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika yang
berhungan dengan peran ayah dalam pengasuhan maka akan berakibat kepada
kecerdasan matematisnya. Meskipun sekolah menjadi tempat yang khusus untuk belajar
matematika dari guru, namun diperlukan peran ayah untuk memberikan waktu bersama
anak, baik ketika anak belajar dirumah bahkan bermain sekalipun sebagai bentuk
perhatian yang ia butuhkan. Sebab kecerdasan anak disekolah bukanlah sepenuhnya
tanggung jawab guru.
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan Antara Peran Ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan
Matematis pada Siswa SD di Kecamatan Sipirok”

1.2. Rumusan Masalah


Dari uraian di atas dapat dikemukakan masalah yaitu:
1. Apakah ada hubungan antara peran Ayah Dalam Pengasuhan terhadap
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD di Kecamatan Sipirok?
2. Bagaimanakah hubungan peran ayah dalam pengasuhan terhadap kecerdasan
matematis siswa SD di Kecamatan Sipirok.

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara peran Ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD di Kecamatan Sipirok
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan peran ayah dalam pengasuhan
terhadap kecerdasan matematis siswa SD dikecamatan Sipirok.

1.4. Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan ynag signifikan
antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada Siswa SD di
Kecamatan Sipirok”

3
1.5. Luaran Penelitian
Adapun luaran dari penelitian terdapat pada tabel di bawah ini :
1. Publikasi di jurnal ilmiah nasional yang memiliki ISSN di JURNAL
PENGAJARAN MIPA ISSN 1412-0917 UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
2. Pemakalah dalam temu ilmiah

1.6. Kontribusi Penelitian


Adapun kontribusi dari penelitian ini adalah:
1. Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kajian psikologi
perkembangan pendidikan, terutama kajian pengasuhan dan kecerdasan matematis pada
siswa. Juga untk memberikan informasi tambahan dan kelengkapan penelitian tenang
peran ayah dalam pengasuhan dan kecerdasan pada siswa.
2. Praktis

a. Dapat memberikan informasi kepada siswa dan pengajar/dosen untuk

meningkatkan kopetensi profesi guru dalam membimbing siswa untuk memahami

kecerdasan matematis siswa, khususnya peran ayah dalam meningkatkan

kecerdasan anak..

b. Manfaat penelitian bagi orang tua, khususnya ayah dalam mengasuh dan

mendidik anak untuk meningkatkan kecerdasan matematis siswa.

4
BAB II. RENSTRA DAN PETA JALAN PENELITIAN
Secara umum penelitian yang akan dilaksanakan pada tiga tahun ke depan yaitu:
1. Peningkatan kualitas pendidikan
2. Penelitian dan publikasi ilmiah
3. Hasilnya diharapkan dapat sebagai dasar dalam pengabdian kepada masyarakat.
Peta jalan penelitian bisa dilihat pada bagan berikut :

PERAN AYAH

2017 2018 2019

Pengetahuan peran
Pemahaman kepada Pelaksanaan
ayah dalam
masyarakat pentingnya konseling tentang
pengasuhan dan
peran ayah dalam peran ayah dalam
kecerdasan
pengasuhan pengasuhan
matematis anak

5
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Ayah


2.1.1. Pengertian Peran Ayah
Sentuhan ayah memiliki efek positif yang sama dengan ibu dalam hal kesehatan
dan perkembangan anak. Ayah yang bermain bersama dengan anak secara sensitif,
suportif dan menantang sesuai usia nya, menyemangati, akan memiliki hubungan yang
baik dan dekat dengan anak. Anak nantinya memiliki hubungan saling percaya dengan
ayahnya hingga dewasa. Anak yang pada usia balita dekat dengan ayahnya, akan
tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan mampu bergaul saat di usia sekolah
Parenting adalah suatu peran yang berkaitan dengan tugas untuk mengarahkan
anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan biologis (Garbarino &
Benn, 1992). Parenting adalah suatu hubungan yang intens berdasarkan kebutuhan yang
berubah secara pelan sejalan dengan perkembangan anak. Parenting adalah suatu
perilaku yang pada dasarnya mempunyai kata-kata kunci yaitu hangat, sensitif, penuh
penerimaan, bersifat resiprokal, ada pengertian, dan respon yang tepat pada kebutuhan
anak (Garbarino & Benn, 1992). Pengasuhan dengan ciri-ciri tersebut melibatkan
kemampuan untuk memahami kondisi dan kebutuhan anak, kemampuan untuk memilih
respon yang paling tepat baik secara emosional afektif maupun instrumental. Selain itu
keterlibatan dalam parenting mengandung aspek waktu, interaksi, dan perhatian
(Andayani & Koentjoro, 2004).
Peran ayah atau fathering lebih merujuk dengan pengertian parenting. Hal ini
karena fathering merupakan bagian dari parenting. Idealnya, ayah dan ibu mengambil
peranan yang saling melengkapi dalam menjalankan rumah tangga dan perkawinan,
termasuk di dalamnya berperan memberikan model yang lengkap bagi anak-anak dalam
menjalani kehidupan (Andayani & Koentjoro, 2004).
Berdasar pemahaman diatas, peran ayah (fathering) dapat dijelaskan sebagai
suatu peran yang dimainkan seorang ayah dalam kaitannya dengan tugas untuk
mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan biologis.
Peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu dan memiliki pengaruh pada

6
perkembangan anak walau pada umumnya menghabiskan waktu relatif lebih sedikit
dengan anak dibandingan dengan ibu.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Ayah (Fathering)


Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang
tua, yang berarti tercakup di dalamnya peran ayah :
1. Faktor personal orang tua
2. Karakteristik anak
3. Besar keluarga
4. Status sosial ekonomi
5. Pendidikan
6. Kesukuan dan Budaya
2.1.3. Peran Ayah Dalam Keluarga
Peran ayah dan ibu dalam parenting menurut Hoffman (dalam Lamb, 1981)
memiliki paling sedikit empat dimensi. Pertama, orang tua menjadi teladan bagi anak
baik melalui perkataan maupun tindakannya. Kedua, orang tua memberikan disiplin
pada anak dan memberikan penjelasan mengapa mereka mendukung tingkah laku
tertentu dan tidak mendukung tingkah laku yang lain. Ketiga, orang tua sebagai orang
yang utama dalam memenuhi kebutuhan kasih sayang anak. Keempat, orang tua
bertindak sebagai penghubung antara anak dengan masyarakat yang lebih luas, dalam
cara : (1) membawa tuntutan dan harapan masyarakat ke dalam rumah dan
melaksanakannya pada anak; (2) berdasar pada posisi ayah dan ibu di masyarakat,
mereka memberikan status tertentu pada anak yang khususnya menjadi penting ketika
anak mulai memahami dunia luar di mana ia berpijak.
Selanjutnya, beberapa penelitian lain diantaranya oleh McAdoo (2002)
menyimpulkan bahwa ayah dalam keluarga memainkan peranan sebagai: (1) Provider
(penyedia dan pemberi fasilitas), (2) Protector (pemberi perlindungan), (3) Decision
Maker (pembuat keputusan), (4) Child Specialiser and Educator (pendidik dan yang
menjadikan anak sosial) dan (5) Nurtured Mother (pendamping ibu).
(5) Monitor and Disciplinarian

7
Bertentangan dengan keyakinan umum, ayah bukanlah pemeran utama dalam
mendidik disiplin pada anak. Khususnya di dua tahun pertama usia anak, ibu yang lebih
mengajarkan disiplin pada anak. Namun demikian, ayah juga memenuhi peran penting
ini dengan memonitor/mengawasi perilaku anak, terutama begitu ada tanda-tanda awal
penyimpangan sehingga disiplin anak bisa segera ditegakkan. (6) Protector Ayah
mengontrol dan mengorganisasi lingkungan anak sehingga anak terbebas dari kesulitan
resiko/bahaya, serta mengajarkan bagaimana anak seharusnya menjaga keamanan diri
mereka terutama selagi ayah atau ibu tidak bersamanya, misalnya agar tidak berbicara
dengan orang asing. (7) Advocate Ayah menjamin kesejahteraan anaknya dalam
berbagai macam bentuk, termasuk memenuhi kebutuhan anak ketika berda dalam
institusi lain di luar keluarga. Selain itu, ayah siap membantu, mendampingi dan
membela anak jika ada kesulitan/masalah, dengan demikian anak merasa aman, tidak
sendiri, dan ada tempat untuk berkonsultasi, dan itu adalah ayahnya sendiri. Contohnya,
penelitian telah menunjukkan bila keterlibatan ayah dalam kegiatan sekolah anaknya
berhubungan dengan baiknya prestasi belajar anak. (8) Resource Dengan berbagai cara
dan bentuknya, ayah dapat mendukung keberhasilan anak dengan memberikan
dukungan di belakang layar. Contohnya, seorang ayah dapat menyediakan dukungan
emosional bagi ibu dan membantu kegiatan perawatan anak. Selain itu, ayah dapat juga
memenuhi kebutuhan anak dengan menghubungkan anak dengan keluarga besar atau
sumber-sumber masyarakat. Dengan memperkenalkan anak pada keluarga besar, ayah
melakukan transmisi sejarah keluarga dan pengetahuan budaya pada anak. Secara
khusus pada anak yang lebih tua, hubungan dengan sumber-sumber masyarakat dapat
menolong anak membangun kemampuan sosialnya.
2.2 Kecerdasan Matematis
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Matematika
Kecerdasan matematika (logic smart) merupakan kemampuan seseorang dalam
menghitung, mengukur, dan menyelesaikan hal-hal yang bersifat matematis. Secara
bahasa, logika berasal dari kata logos (bahasa Yunani), yang artinya kata, ucapan,
pikiran. Kecerdasan logika dikenalkan oleh Prof. Howard Garner, Kecerdasan logika
matematika sering dipandang dan dihargai lebih tinggi dari jenis-jenis kecerdasan
lainnya. Kecerdasan ini dicirikan sebagai kemampuan yang dimiliki otak kiri.

8
Berikut ini beberapa pengertian kecerdasan logika matematika dari beberapa sumber
buku:
 Menurut Bobi de Porter, kecerdasan logika matematika (logis mathematis)
merupakan kecerdasan yang mencakup kemampuan menghitung, bereksperimen
mengungkap fakta dan kemampuan memecahkan masalah-masalah matematika
(Suparlan, 2004:47). 
 Menurut Amstrong, Logic smart (kecerdasan logis) adalah kemampuan
menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar.
Kemampuan ini, meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan
masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran, cerdas secara
matematis-logis berarti cerdas angka dan cerdas dalam hukum logika berpikir
penalaran (Musfiroh, 2008:3). 
 Menurut Prasetyo & Andriani (2009:50), kecerdasan logika adalah kapasitas
untuk Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan logika-matematika merupakan kemampuan seseorang dalam
menghitung, mengukur, menggunakan angka-angka, memecahkan soal-soal
matematis, berpikir secara deduktif dan induktif, serta membuat pola-pola dan
hubungan-hubungan yang logis dalam kehidupan sehari-hari.
1) Ciri-ciri Kecerdasan Logika Matematika 
Kecerdasan logika matematika mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang dapat
membedakan dengan jenis-jenis kecerdasan lainnya, yaitu sebagai berikut (Linda
Campbell, dkk, 2002:41):
1. Merasakan berbagai tujuan dan fungsi mereka dalam lingkungannya.
2. Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab
dan akibat. 
3. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan secara nyata
(konkret), baik objek maupun konsep-konsep.
4. Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis.
5. Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan. 
6. Mengajukan dan menguji hipotesis.

9
7. Menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis seperti
memperkirakan (estimating), perhitungan algoritme (calculating algorithms),
menafsirkan statistik (interpreting statistics), dan menggambarkan informasi
visual dalam bentuk grafik (gambar).
8. Menyukai operasi yang kompleks seperti kalkulus, fisika, pemrograman
komputer, atau metode penelitian.
9. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotesis,
merumuskan berbagai model, mengembangkan contoh-contoh tandingan dan
membuat argumen-argumen yang kuat.
10. Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis.
11. Mengungkapkan ketertarikan dalam karir-karir seperti akuntansi, teknologi
komputer, hukum, mesin dan ilmu kimia.
12. Menciptakan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu
pengetahuan alam dan matematika.
Anak yang memiliki kecerdasan logis-matematis yang tinggi cenderung
menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadi sesuatu. Ia
menyenangi berfikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis, mengadakan
kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak semacam ini
cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam
menyelesaikan problem matematika (Hamzah B. Uno dkk, 2010:11). Sedangkan
menurut Masykur dan Fathani (2008:105-106), seseorang yang memiliki kecerdasan
logika matematika memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala. 
2. Suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan
turun?. 
3. Ahli dalam permainan catur, halma, dan sebagainya. 
4. Mampu menjelaskan masalah secara logis. 
5. Suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu.
6. Menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi
dalam matematika dan IPA.

10
2) Komponen Kecerdasan Logika Matematika 
Kecerdasan matematika dibedakan dalam enam komponen, yaitu: (1) kemampuan
abstraksi, (2) kemampuan logika berpikir, (3) pemahaman yang spesifik, (4) kekuatan
intuitif, (5) kemampuan menggunakan rumus / formula, (6) daya ingat/imajinasi
berpikir matematika. Menurut Haecker dan Ziehen, prinsip dasar dari pola pikir
matematika terbagi kedalam empat komponen, yaitu (Rikayanti, 2005:32):
1. Komponen spasial yang terdiri dari (a) memahami bentuk bangun ruang dan
kompleksitasnya; (b) ingatan terhadap bentuk bangun ruang; (c) abstraksi
spasial/ kemampuan dalam menggeneraliasi bentuk dalam ruang dan objek; (d)
kombinasi spasial/ ruang yakni memahami dan memiliki kemandirian dalam
menemukan generalisasi, koneksi dan relasi antara objek bangun ruang. 
2. Komponen logika yang terdiri dari (a) menyusun/ memahami konsep dan
keterkaitan antar konsep; (b) memahami, mengingat dan mandiri dalam
memberikan konklusi/ kesimpulan dan membuktikan berdasarkan bukti formal
yang logis.
3. Komponen numerik yang terdiri dari (a) memahami/ menyusun konsep
bilangan; (b) ingatan mengenai bilangan/ pola dan mencari solusi yang berkaitan
dengan bilangan. 
4. Komponen simbolisasi yang terdiri dari (a) memahami simbol; (b) mengingat
simbol; (c) mengoperasikan dan menggunakan simbol.
Menurut Linda & Bruce Campbell, kecerdasan logika matematika biasanya
melibatkan beberapa komponen, yaitu perhitungan secara matematis, pemecahan
masalah, pertimbangan induktif (penjabaran ilmiah dari khusus ke umum),
pertimbangan deduktif (penjabaran ilmiah secara umum ke khusus), dan ketajaman
pola-pola serta hubungan-hubungan (Masykur dan Fathani, 2008:153).
3) Cara Melatih Kecerdasan Logika Matematika 
Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan dalam penalaran, mengurutkan,
berfikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual
dan pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.

11
2.3 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena
penggunaan matematika berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Cockroft (Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar, 2009: 108) mengungkapkan
pemikirannya tentang matematika. Matematika perlu diajarkan karena matematika
sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan
dan industri, dan karena matematika itu menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang
singkat dan tidak ambigius serta berfungsi sebagai alat untuk mendeskripsikan dan
memprediksi.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa kehidupan manusia tidak dapat
dipisahkan dengan matematika karena manfaatnya yang begitu besar bagi manusia.
Pendapat lain disampaikan oleh Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani (2008:
43) yang menyatakan bahwa belajar matematika merupakan sebuah langkah awal untuk
dapat berkecimpung di dunia sains, teknologi, maupun disiplin ilmu yang lain karena
matematika dapat disebut sebagai ilmu dasar untuk menguasai disiplin ilmu yang lain.
Hal senada diungkapkan oleh Morris Kline (Lisnawaty Simanjuntak, dkk, 1993: 72),
bahwa matematika melandasi semua ilmu pengetahuan dan filsafat, serta merupakan
salah satu jalan untuk menuju pemikiran yang jelas, tepat, teliti, bahkan kemajuan suatu
negara tergantung dari kemajuan di bidang matematika.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan,
matematika perlu diberikan sejak SD untuk membekali siswa dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama, yang
diberikan supaya siswa dapat mempunyai kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti, dan kompetitif. Lebih lanjut, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini
dijabarkan mengenai tujuan mata pelajaran matematika.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah, b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

12
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika, c) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh, d) mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta e)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di SD disampaikan oleh
Heruman (2007: 2), bahwa tujuan akhir dari pembelajaran matematika di SD adalah
agar siswa terampil dalam menggunakan konsep-konsep matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan mempelajari matematika, diharapkan siswa mampu
mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam keseharian mereka.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
matematika adalah supaya siswa mempunyai keterampilan untuk menggunakan konsep-
konsep matematika dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan mempelajari matematika, diharapkan siswa
akan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta
mempunyai sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan berbagai permasalahan.
2.4 Pengertian Pengasuhan
Pengasuh erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga/ rumah tangga dan
komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi
kebutuhan fisik, mental, dan social anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan
serta bagi anggota keluarga lainnya (ICN 1992 dalam Engel et al. 1997). Hoghughi
(2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan
agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik.
Prinsip pengasuhan menurut Hoghughi tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun
lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak. Oleh
karenanya pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan
social.

13
Pengasuhan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat
bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya seperti makan,
kehangatan, kebersihan, ketenangan waktu tidur, dan kepuasan ketika membuang sisa
metabolisme dalam tubuhnya. Pengasuhan emosi mencakup pendampingan ketika anak
mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari
teman-temannya, takut, atau mengalami trauma. Pengasuhan emosi ini mencakup
pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa
dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui
resikonya. Pengasuhan emosi ini bertujuan agar anak mempunyai kemampuan yang
stabildan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya, menciptakan rasa aman,
serta menciptakan rasa optimistic atas hal-hal baru yang akan ditemui oleh anak.
Sementara itu, pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari
lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-
masa selanjutnya. Pengasuhan sosial ini menjadi sangat penting karena hubungan sosial
yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya.
Pengasuhan sosial ini menjadi sangat penting karena hubungan sosial yang dibangun
dalam pengasuhan akan membentuk sudut pandang terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya.pengasuhan sosial yang baik berfokus pada memberikan bantuan kepada
anak untuk dapat terintegrasi dengan baik di lingkungan rumah maupun sekolahnya dan
membantu mengajarkan anak akan tanggung jawab sosial yang harus diembannya
(Hughoghi, 2004).
Berns (1997) menyebutkan bahwa pengasuhan merupakan sebuah proses
interaksi yang berlangsung terus-menerus dan mempengaruhi bukan hanya bagi anak
juga bagi orang tua. Senada dengan Berns, Brooks (2001) juga mendefinisikan
pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi
yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak. Proses pengasuhan
bukanlah sebuah hubungan satu arah yang mana orang tua mempengaruhi anak namun
lebih dari itu, pengasuhan merupakan proses interaksi antara orang tua dan anak yang
dipengaruhi oleh budaya dan kelembagaan sosial dimana anak dibesarkan.
Beberapa definisi tentang pengasuhan tersebut menunjukkan bahwa konsep
pengasuhan mencakup beberapa pengertian pokok, antara lain: (i) pengasuhan bertujuan

14
untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara
fisik, mental maupun sosial, (ii) pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang
terus menerus antara orang tua dengan anak, (iii)pengasuhan adalah sebuah proses
sosialisasi, (iv) sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi proses pengasuhan tidak
bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan.

15
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan korelasional dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara hubungan peran ayah dalam pengasuhan dengan
kecerdsasan matematis siswa. Tahapan dalam penelitian meliputi empat tahap, yaitu: (1)
Tahap penyusunan instrument penelitian, (2) Tahap Validasi instrument (3) tahap uji
coba instrument, dan (4) Tahap pelaksanaan. Setiap tahapan dirancang sedemikian
sehingga dapat diperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel yang
sesuai dengan tujuan penelitian.

4.2. Waktu dan Subjek Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, tahun akademik 2017 / 2018 pada
semester genap dengan subjek penelitian adalah siswa SD di Kecamatan Sipirok.

4.3 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Terikat : Kecerdasan Matematis

Variabel Bebas : Peran Ayah dalam Pengasuhan

4.4. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian terdiri
dari angket penelitian. Angket ini digunakan untuk mengupulkan data dan memudahkan
pekerjaan sehingga hasilnya lebih baik.

4.5 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengupulkan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian,
digunakan teknik pengupulan data dengan menggunakan angket dan lembar observasi.
Sehingga dapat melihat hubungan antara peran ayah dalam pengasuhan dengan
kecerdasan siswa.

16
4.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penilitian ini akan dibedakan atas 2 macam, yaitu (1) Analisis
validitas dan reliabilitas instrument angket penelitian, (2) Analisis data untuk
menjawab pertanyaan peneliti yang terdapat pada rumusan masalah.

17
BAB V. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

5.1. Biaya Penelitian


Biaya penelitian yang diajukan selama proses penelitian sampai dengan laporan
publikasi ilmiah adalah sebagai berikut :
No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)
1 Honorarium Rp. 5.000.000,-
2 Bahan habis pakai dan peralatan Rp. 5.300.000,-
3 Perjalanan Rp. 4.700.000,-
4 Lain – lain : publikasi, seminal Rp. 5.000.000,-
laporan, pustaka)
Jumlah Rp. 20.000.000,-

4.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Jadwal penelitian yang diajukan selama proses kegiatan penelitian sampai
dengan laporan dan publikasi ilmiah adalah sebagai berikut :
Minggu ke
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan Penelitian
 Penyusunan proposal
 Pengurusan izin penelitian
 Penyusunan instrumen
2 Pelaksanaan Penelitian
 Validasi instrumen
 Observasi awal lokasi
penelitian
 Diskusi awal dengan pihak
sekolah
 Pembuatan angket, format
observasi dan wawancara
 Sosialisasi rencana penelitian
di sekolah
 Melakukan pengumpulan data
3 Pengolahan Data Penelitian
 Mengolah dan menganalisis
data penelitian
 Diskusi akhir dengan pihak
sekolah terkait hasil data
penelitian

4 Penyusunan Laporan penelitian

DAFTAR PUSTAKA

21 18
Abdul Halim Fathani. (2009). Matematika: Hakikat & Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ansor, M. U (2005). Pendidikan dan Pengasuhan Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utana.

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Campbell, Linda, Campbell, Bruce, & Dickinson, Dee. (2002). Multiple Intelligences:
Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Penerjemah: Tim Inisiasi. Depok: Inisiasi
Press.
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak. Penerjemah: Meitasari Tjandrasa.
Jakarta: Erlangga
Moch. Masykur Ag & Abdul Halim Fathani. (2008). Mathematical Intelligence: Cara
Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Hartono, 2008. Statistik Untuk Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marno, & Idris, M. (2014). Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar. Yogyakarta: AR-RUZZ
Media.

Orclich, D.C., Harder, R.J., Callahan, R.C., & Gibson, H.W. 1998. Teaching Strategies.
Boston New York: Houghton Mifflin Company.

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian

19
No Uraian Volume Satuan Harga Jumlah
(Rp) (Rp)
1 Honorarium
Ketua Penelitian 1 Orang 2.000.000 2.000.000
Anggota Penelitian 1 1 Orang 1.700.000 1.700.000
Validator 2 Orang 650.000 1.300.000
Sub Total (Rp) 5.000.000
2 Bahan dan Peralatan
Penelitian
Alat Pengambilan Data
Sewa Alat Rekam 2 Item 350.000 700.000
Alat Tulis Kantor
Tinta hitam 4 Paket 80.000 500.000
Tinta warna 3 Paket 100.000 300.000
HVS 5 Rim 40.000 200.000
Kertas Foto 2 Bungkus 25.000 50.000
Spidol dan Alat Tulis 3 Kotak 50.000 150.000
Pulsa 3 Paket 100.000 300.000
Fotokopi 12 Jilid 75.000 900.000
Penjilidan dan Laporan 12 Jilid 75.000 900.000
Internet 3 Paket 100.000 300.000
CD 1 Pak 100.000 100.000
Konsumsi 3 Bulan 300.000 900.000
Sub Total (Rp) 5.300.000
3 Biaya Perjalanan
Kelokasi Penelitian (Ketua 2 Kali 1.200.000 2.400.000
dan anggota)
Urusan perijinan (Ketua dan 2 Kali 1.150.00 2.300.000
anggota) 0
Sub Total (Rp) 4.700.000
4 Lain-lain
Biaya penyusunan laporan 3 Paket 300.000 900.000
Biaya dokumentasi dan 1 Paket 800.000 800.000
publikasi
Biaya seminar 3 Paket 500.000 1.500.000
Biaya publish jurnal 3 Paket 600.000 1.800.00
0
Sub Total (Rp) 5.000.000
Total (Rp) 20.000.000

20
Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti
Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) : Yulia Anita Siregar, M.Pd
2. Jabatan Fungsional : -
3. Jabatan Struktural : Asisten Ahli/IIIb
4. NPK : 150787152050
5. NIDN : 0115078707
6. Tempat dan Tanggal Lahir : Kampung Setia, 15 Juli 1987
7. E-mail : yulia_regar@yahoo.co.id
8. Nomor Telepon/HP : 0852 7693 8119
9. Alamat Kantor : Jl. Sutan Moh. Arief No. 32
Padangsidimpuan, 22716
10. Nomor Telepon/Fax : (0634) 21696
11. Lulusan yang Telah Dihasilkan : S-1 = 0 orang, S-2 = 0 orang, S-3 = 0 orang
12. Mata Kuliah yang Diampu : 1. Metodologi Penelitian Pendidikan

21
2. Aljabar Liniear
3. Metode Numerik
4. Geometri Analitik Ruang
5. Trigonometri

B. Riwayat Pendidikan
Uraian S-1 S-2
Nama Perguruan Tinggi Institut Agama Islam Universitas Negeri Medan
Negeri Sumatera Utara
Bidang Ilmu Matematika Matematika
Tahun Masuk – Lulus 2006 – 2010 2012 – 2014
Judul Penerapan Model Perbedaan Kemampuan
Skripsi/Tesis/Disertasi Pembelajaran Kooperatif Komunikasi Matematik dan
Tipe CIRC (Cooperative Self Efficacy Siswa SMA
Integrated Reading and Melalui Pembelajaran
Composition) untuk Kooperatif Tipe Formulate-
Meningkatkan Share-Listen-Create
Kemampuan Siswa dalam
Memecahkan Masalah
pada Pokok Bahasan
Bilangan Bulat di Kelas
VII SMP Negeri 1
Sipirok Tahun
2010/2011.
Nama 1. Drs. Hasrul, M.Si 1. Dr. E. Elvis Napitupulu,
2. Dra. Afrahul Fadhillah M.S
Pembimbing/Promotor
Dly, M.A 2. Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaa
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah (Juta Rp)
1 2017 Penerapan pendekatan UMTS 3.000.000
Konstruktivisme terhadap
kemampuan penalaran
matematis mahasiswa pada
matakuliah analisis real

22
2 2017 Hubungan antara self Ristekdikti 18.500.000
efficacy dan sikap psitif
terhadap pretasi akademik
siswa di SMK Negeri 1
Sipirok Tapanuli Selatan

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaa
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah (Juta Rp)
2017 Workshop Pengembangan UMTS 5.000.000
bahan ajar di SMK
Kesehatan Martabe Sipirok
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal
1. Hubungan antara self efficacy dan MES (Journal of Vol. 3. No. 1.
sikap psitif terhadap pretasi Mathematics Oktober 2017
akademik siswa di SMK Negeri 1 Education and ISSN: 2528-4363
Sipirok Tapanuli Selatan Science) E-ISSN : 2579-
6550

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun


Judul Artikel
No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Waktu dan Tempat
Ilmiah

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir


No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit

H. Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir


No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam mengajukan penugasan Penelitian Dasar

23
Padangsidimpuan, 2 Desember 2017

Ketua

Anggota Peneliti
Anggota 1.
Identitas Diri
1 Nama Lengkap Nurhasanah Pardede, M.Psi
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli/IIIb
4 NIK -
5 NIDN 0101127806
6 Tempat dan Tanggal Lahir Padangsidimpuan/01 Desember 1978
7 E-Mail
8 Nomor Telepon/HP 085372680652
9 Alamat Kantor Jl. Sutan Mhd. Arif, No. 32, Padangsidimpuan
10 Nomor Telepon/Faks -
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan -
Mata Kuliah yang Diampu • Psikologi perkembangan anak dan
remaja
12
• Psikologi perkembangan dewasa
• Psikologi abnormal
• Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Medan Area Universitas Medan Area
Bidang Ilmu Psikologi Psikologi
Tahun Masuk – Lulus 1997-2003 2011-2013
Judul Skripsi/Tesis Perbedaan Penyesuaian Hubungan Antara Kecerdasan
Diri antara Pria dan Emosional dan Spiritual
Wanita di PT. Telkom dengan Tingkat Stres
Medan Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Tapanuli
Selatan
Nama Pembimbing/Promotor • Drs. Aminuddin, • Prof. Zainuddin, M.Pd
S.Psi • Prof. Azhar Azis, M.Psi
• Annawati, S.Psi
• Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

24
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber Jlh (Juta Rp)

• Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


Judul Pengabdian kepada Pendanaan
No. Tahun
Masyarakat Sumber Jlh (Juta Rp)

• Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun

• Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir


Nama Pertemuan
No. Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar

• Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, asosiasi, atau


institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam mengajukan penugasan Penelitian Dasar.

Padangsisimpuan, 09 Desember 2018


Anggota

Nurhasanah, M.Psi

25
0101127806

26

Anda mungkin juga menyukai