Teori Positivisme John Austin
Teori Positivisme John Austin
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi hukum yang diampu oleh
bapak dosen Abdul Haq Syawqi Mh.HI
FAKULTAS SYARI’AH
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Teori Positivisme John Austin ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Sosiologi Hukum Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagi pembaca dan penyusun.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunkan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................I
DAFTAR ISI.....................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
BAB IV PENUTUP............................................................................................9
A. Kesimpulan.............................................................................................9
B. Saran........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah John Austin?
2. Apa Maksud Teori positivisme dari John Austin?
3. Apa saja prinsip-prinsip teori positivisme?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori positivisme?
C. TUJUAN
1
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 41
1
1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah John Austin
2. Untuk mengetahui maksud Teori positivisme dari John Austin
3. Untuk mempelajari prinsip-prinsip teori postivisme
4. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan teori
positivisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dari dua laporan yang dibuatnya. Pada tahun yang sama Austin diangkat
menjadi komisioner untuk urusan Malta. Austin menghabiskan sebagian
besar hidupnya di luar inggris khususnya di paris sampai tahun 1848.
Kemudian kembali lagi ke inggris dan menetap di surrey sampai
meninggal dunia pada tahun 1859.
3
Lili Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat Dan Teori Hukum, (Bandung; Citra Aditya Bakti, 2001), hlm.
58
4
tidak langsung, contohnya: ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
perkumpulan-perkumpulan, ketentuan-ketentuan mode, ketentuan-
ketentuan ilmu kesusilaan, ketentuan-ketentuan hukun internasional.
Prinsip dasar positivism hukum adalah yang pertama merupakan
suatu tatanan hukum Negara berlaku bukan karena mempunyai dasar
dalam kehidupan social, jiwa bangsa, dan hukum alam, melainkan karena
mendapat bentuk positifnya suatu instansi yang berwenang.
Konsep yang mendasar terhadap hukum yang analitik adalah yang
memuat ketentuan perintah, sanksi dan kedaulatan. Pertama, perintah
menghendaki orang lain untuk melakukan kehendaknya. Kedua, pihak
yang diperintah akan mengalami penderitaan (sanksi) bagi yang tidak
melaksanakannya. Ketiga, perintah tersebut adalah pembedaan kewajiban
antara yang diperintah dengan yang memerintah. Keempat, perintah
tersebut hanya akan terlaksana jika pihak yang memerintah itu adalah
pihak yang berdaulat.4
Selanjutnya Austin mengemukakan bahwa hukum yang tepat
disebut hukum (hukum positif) mempunyai 4 unsur, yaitu: command
(perintah), sanction (sanksi adalah ancaman hukuman), duty (kewajiban),
dan sovereignty (kedaulatan).
Dasar pemikiran teori hukum positivism berawal dari John Austin
(1790-1859) yang berpendirian bahwa hukum adalah perintah dari
penguasa (law is command of a lowgiver), yang berarti perintah dari
pemegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan. 5 Perintah
tersebut harus ditaati oleh setiap masyarakat dan apabila melanggarnya
akan dikenakan sanksi yang tegas dan nyata.
Positivism hukum dikenal juga sebagai teori hukum yang
menganggap bahwa pemisahan antara hukum dan moral, merupakan hal
yang teramat penting. Positivism membedakan apa yang membuat suatu
norma menjadi menjadi eksis sebagai standart moral yang valid. Bagi
4
Ibid., hlm. 59
5
Lili Rasjidi, Loc. Cit.
5
kaum positivism,6 norma-norma hukum yang “bengis” pun, dapat diterima
sebagai hukum asalkan memenuhi kriteria formal yang ada tentang
hukum.
6
4) Positivisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan disektor fisik
dan teknologi.
5) Positivisme sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah, baik pada
epistemology ataupun keyakinan ontologik yang di pergunakan
sebagai dasar pemikirannya.
b. Kekurangan
1) Analisis biologic yang ditransformasikan kedalam analisis social
dinilai sebagai akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-
nilai kemanusiaan. Hal ini dikarenakan manusia tereduksi kedalam
fisik-biologik.
2) Akibat dari ketidakpercayaan terhadap sesuatu yang tidak dapat diuji
kebenarannya, maka faham ini akan mengakibatkan banyaknya
manusia yang matinya tidak percaya pada tuhan, malaikat, setan,
surge, dan neraka. Padahal yang demikian itu didalam ajaran adalah
benar kebenarannya dan keberadaannya. Hal ini ditandai pada saat
paham positivistik berkembang pada abat ke-19, jumlah orang yang
tidak percaya kepada agama semakin meningkat.
3) manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga
manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada.
Karena dalam postivistik semua hal itu dinafikan.
4) Hanya berhenti pada sesuatu yang Nampak dan empris sehingga tidak
dapat menemukan pengetahuan yang valid.
5) Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang
Nampak, yang dapat dijadikan onyek kajiannya, dimana hal tersebut
adalah bergantung panca indra. Padahal perlu diketahui bahwa panca
indra manusia adalah terbatas dan tidak sempurna. Sehingga kajiannya
terbatas pada hal-hal yang Nampak saja, padaha banyak hal yang tidak
Nampak dapat dijadikan bahan kajian.
7
BAB III
ANALISIS
Aliran hukum positif lahir sebagai sebuah antitesa dari teori hukum
alam. Aliran hukum positif memandang perlu memisahkan secara tegas
antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang
seharusnya). Dalam kacamata positivis, tiada hukum lain kecuali perintah
penguasa, bahkan bagian dari aliran hukum positif yang dikenal dengan
nama legisme, berpendapat lebih tegas bahwa hukum itu identik dengan
undang-undang.
Salah satu kritik nya yaitu: Doktrin kepastian hukum sebagai anak
ajaran legisme yang dibela oleh para pengikut teori hukum murni ini, yang
mengagungkan rasionalisme dalam kajian hukum dan praktik peradilan
adalah sesungguhnya ajaran yang berkembang dan didukung para
penganut pada suatu cara tatkala proses demokratisasi tengah berlangsung,
dengan cita-cita bahwa kekuasaan Negara harus bias dibatasi dan dikontrol
oleh hukum. Negara haruslah dikonstruksi sebagai Negara hukum bukan
Negara kekuasaan.
8
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jhon Austin dkenal sebagai salah satu tokoh aliran hukum positivisme.
John Austin lahir di Creeting mil, Suffolk, Inggris, pada tanggal 3 Maret
1790 dari pasangan Jhonatan dan Anne Austin. Teori hukum positivisme
yang dikemukakan oleh John Austin (1790-1859) yang berpendirian
bahwa hukum adalah perintah dari penguasa (law is command of a
lawgiver), yang berarti perintah dari pemengang kekuasaan tertinggi atau
yang memegang kedaulatan.
John Austin membagi hukum menjadi dua, yaitu hukum yang dibuat
oleh Tuhan untuk manusia (law set by god to men law of god) dan hukum
yang dibuat oleh manusia (law set by men to men human law).
Positivism hukum dikenal juga sebagai teori hukum yang menganggap
bahwa pemisahan antara hukum dan moral, merupakan hal yang teramat
penting. Positivism membedakan apa yang membuat suatu norma menjadi
menjadi eksis sebagai standart moral yang valid. Bagi kaum positivism,
norma-norma hukum yang “bengis” pun, dapat diterima sebagai hukum
asalkan memenuhi kriteria formal yang ada tentang hukum.
Positivismne memiliki beberapa prinsip salah satunya yaitu Hukum
adalah sama dengan undang-undang. Dasarnya adalah bahwa hukum
muncul sebagai berkaitan dengan Negara; hukum yang benar adalah
hukum yang berkaitan dalam suatu Negara.
B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, kesalahan, serta masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis akan memperbaiki makalah ini dengan
berpedoman pada berbagai sumber serta memberikan kritik yang
membangun kepada penulis dan pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA