Anda di halaman 1dari 13

TEORI POSITIVISME JOHN AUSTIN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi hukum yang diampu oleh
bapak dosen Abdul Haq Syawqi Mh.HI

Disusun oleh kelompok IV:

Mahepy Oktavilla (21382011020)

Qolyubi Rohman (21382011069)

Fatimatus syahroh (21382012041)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Teori Positivisme John Austin ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Sosiologi Hukum Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagi pembaca dan penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Haq Syawqi


Mh.HI. selaku dosen di mata kuliah Sosiologi Hukum yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunkan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pamekasan, 10 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................I

DAFTAR ISI.....................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A. Sejarah John Austin.................................................................................3


B. Pengertian Teori Positivisme John Austin..............................................4
C. Prinsip-prinsip Teori Positivisme ...........................................................6
D. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Positivisme......................................6

BAB III ANALISIS...........................................................................................8

BAB IV PENUTUP............................................................................................9

A. Kesimpulan.............................................................................................9
B. Saran........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia adalah negara yang menganut faham akan


adanya sebuah hukum, tentunya memiliki kewajiban dalam melaksanakan
pembangunan hukum. Pembangunan tersebut ditunjukkan agar
menciptakan tatanan masyarakat yang damai dan sejahtera. Orientasi
pembangunan hukum di Indonesia tentunya harus mengetahui keadaan
sosial masyarakat dan memaknai pemikiran yang mendalam tentang cara
hukum dapat terbentuk, dilaksanakan dan mengatur tatanan kehidupan
masyarakat.

Di dalam hukum tata negara, tampak dalam teori positivisme,


khususnya John Austin (1790 – 1859), dengan analitical legal positivism.
John Austin dikenal sebagai The Founding father of legal positivism,
bertolak dari kenyataan bahwa terdapat suatu kekuasaan yang memberikan
perintah, dan ada pada umumnya orang mentaati perintah-perintah
pemerintah. Menurut Austin bahwa menginginkan hadirnya sebuah hukum
diperlukan beberapa unsur yakni, seorang penguasa, suatu perintah,
kewajiban untuk menaati dan terdapat saksi bila tidak ada yang
menjalankannya. 1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah John Austin?
2. Apa Maksud Teori positivisme dari John Austin?
3. Apa saja prinsip-prinsip teori positivisme?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori positivisme?

C. TUJUAN
1
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 41

1
1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah John Austin
2. Untuk mengetahui maksud Teori positivisme dari John Austin
3. Untuk mempelajari prinsip-prinsip teori postivisme
4. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan teori
positivisme

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Jhon Austin


Jhon Austin dkenal sebagai salah satu tokoh aliran hukum
positivisme. John Austin lahir di Creeting mil, Suffolk, Inggris, pada
tanggal 3 Maret 1790 dari pasangan Jhonatan dan Anne Austin. Austin
memulai studi hukumnya pada tahun 1812 setelah lima tahun berdinas di
militer dan selama tujuh tahun berkarir sebagai praktisi hukum yang
diakuinya tidak begitu sukses, karena Austin lebih tertarik pada kajian
teori hukum. Sebagai praktisi hukum Austin hanya menyelesaikan
beberapa kasus saja dan akhirnya Austin meninggalkan dunia praktisi
hukum pada tahun 1825.
Pada tahun 1826 University College London didirikan, Austin
diangkat sebagai professor ilmu hukum dan hukum internasional yang
pertama di universitas tersebut. Pada tahun 1828 kuliah-kuliah Jhon Austin
banyak diikuti oleh banyak tokoh. Tercatat beberapa ilmuwan tenar yang
mendatangi kuliah-kuliahnya seperti John Stuart mill, Sir George
Cornwall lewis dan Sir Samuel Romily. Namun Austin kurang berhasil
dalam menarik minat para mahasiswa untuk mengikuti kuliahnya,
sehiangga Austin memiih untuk pension pada tahun 1832. Meskipun
Austin dianggap kurang berhasil sebagai dosen ilmu hukum, namun
bahan-bahan kuliahnya setelah dibukukan dan salah satunya yang paling
penting adalah buku dengan judul The Province of Jurisprudensi
Determined yang diterbitkan pada tahun 1832 menjadi salah satu rujukan
penting dalam perkembangan ilmu hukum di Inggris.2
Setelah berhenti sebagai dosen, Austin pernah menjadi anggota
komisi pembaharuan hukum pidana pada tahun 1833, namun dia merasa
pendapatnya kurang mendapat dukungan, kemudian dia memutuskan
untuk berhenti pada tahun 1836 setelah menandatangani laporan pertama
2
Michael Taylor, loc.cit. lihat juga Albert Venn Dicen, Lectures on the Relation between Law and
Public Opinion in England during the Nineteenth Century, London, 1905. Hlm. 410-412

3
dari dua laporan yang dibuatnya. Pada tahun yang sama Austin diangkat
menjadi komisioner untuk urusan Malta. Austin menghabiskan sebagian
besar hidupnya di luar inggris khususnya di paris sampai tahun 1848.
Kemudian kembali lagi ke inggris dan menetap di surrey sampai
meninggal dunia pada tahun 1859.

B. Teori positivisme John Austin


Teori hukum positivisme yang dikemukakan oleh John Austin
(1790-1859) yang berpendirian bahwa hukum adalah perintah dari
penguasa (law is command of a lawgiver), yang berarti perintah dari
pemengang kekuasaan tertinggi atau yang memegang
kedaulatan.3selanjutnya menurutnya hukum dianggap sebagai suatu system
yang logis, tetap dan bersifat tertutup (closed logical system), hukum
secara tegas dipisahkan dari keadilan dan tidak didasarkan pada nilai baik
dan buruk. Hakikat hukum sendiri menurut john Austin terletak pada
unsur “perintah (command)” yang dibuat oleh penguasa yang berdaulat
yang ditujukan kepada yang diperintah dengan disertai sanksi apabila
perintah itu dilanggar. Hukum dipandang sebagai suatu system yang tetap,
logis, dan tertutup.
John Austin membagi hukum menjadi dua, yaitu hukum yang
dibuat oleh Tuhan untuk manusia (law set by god to men law of god) dan
hukum yang dibuat oleh manusia (law set by men to men human law).
Hukum yang dibuat oleh manusia untuk manusia dibagi menjadi dua, yaitu
hukum yang tepat disebut hukum (law properly so colled positive law)
adalah hukum yang dibuat penguasa politik yang sedang memegang
kekuasaan atas orang-orang yang secara politis ada dibawah
kekuasaannya, contohnya undang-undang. Yang kedua yaitu hukum yang
tidak tepat disebut hukum (law improperly so colled) adalah aturan-aturan
yang tidak dibuat oleh penguasa politik, baik secara langsung maupun

3
Lili Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat Dan Teori Hukum, (Bandung; Citra Aditya Bakti, 2001), hlm.
58

4
tidak langsung, contohnya: ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
perkumpulan-perkumpulan, ketentuan-ketentuan mode, ketentuan-
ketentuan ilmu kesusilaan, ketentuan-ketentuan hukun internasional.
Prinsip dasar positivism hukum adalah yang pertama merupakan
suatu tatanan hukum Negara berlaku bukan karena mempunyai dasar
dalam kehidupan social, jiwa bangsa, dan hukum alam, melainkan karena
mendapat bentuk positifnya suatu instansi yang berwenang.
Konsep yang mendasar terhadap hukum yang analitik adalah yang
memuat ketentuan perintah, sanksi dan kedaulatan. Pertama, perintah
menghendaki orang lain untuk melakukan kehendaknya. Kedua, pihak
yang diperintah akan mengalami penderitaan (sanksi) bagi yang tidak
melaksanakannya. Ketiga, perintah tersebut adalah pembedaan kewajiban
antara yang diperintah dengan yang memerintah. Keempat, perintah
tersebut hanya akan terlaksana jika pihak yang memerintah itu adalah
pihak yang berdaulat.4
Selanjutnya Austin mengemukakan bahwa hukum yang tepat
disebut hukum (hukum positif) mempunyai 4 unsur, yaitu: command
(perintah), sanction (sanksi adalah ancaman hukuman), duty (kewajiban),
dan sovereignty (kedaulatan).
Dasar pemikiran teori hukum positivism berawal dari John Austin
(1790-1859) yang berpendirian bahwa hukum adalah perintah dari
penguasa (law is command of a lowgiver), yang berarti perintah dari
pemegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan. 5 Perintah
tersebut harus ditaati oleh setiap masyarakat dan apabila melanggarnya
akan dikenakan sanksi yang tegas dan nyata.
Positivism hukum dikenal juga sebagai teori hukum yang
menganggap bahwa pemisahan antara hukum dan moral, merupakan hal
yang teramat penting. Positivism membedakan apa yang membuat suatu
norma menjadi menjadi eksis sebagai standart moral yang valid. Bagi

4
Ibid., hlm. 59
5
Lili Rasjidi, Loc. Cit.

5
kaum positivism,6 norma-norma hukum yang “bengis” pun, dapat diterima
sebagai hukum asalkan memenuhi kriteria formal yang ada tentang
hukum.

C. Prinsip-prinsip Positivisme Hukum


Prinsip-prinsip positivisme hukum dapat diringkas sebagai berikut:7
1. Hukum adalah sama dengan undang-undang. Dasarnya adalah bahwa
hukum muncul sebagai berkaitan dengan Negara; hukum yang benar
adalah hukum yang berkaitan dalam suatu Negara.
2. Tidak terdapat suatu hubungan mutlak anatara hukum dan moral.
Hukum itu tidak lain dari hasil karya para ahli di bidang hukum.
3. Dalam positivisme yuridis ditambah bahwa hukum adalah closed
logical system. Peraturan-peraturan dapat diduksikan dari undang-
undang yangberlaku tanpa meminta bimbingan dari norma-norma
social, politik, dan moral. Dalam positivisme sosiologis hukum
ditanggapi sebagai terbuka bagi kehidupan masyarakat, yang harus di
selidiki melalui metode-metode ilmiah.

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Positivisme


a. Kelebihan
1) Positivisme lahir dari faham empirisme dan rasional, sehingga kadar
dari faham ini jauh lebih tinggi dari pada kedua faham tersebut.
2) Hasil dari rangkaian tahapan yang ada didalamnya, maka akan
menghasilkan suatu pengetahuan yang mana manusia akan mampu
menjelaskan realitas kehidupan tidak secara spekulatif, arbitrary,
melainkan konkrit, pasti dan bisa jadi mutlak, teratur dan valid.
3) Dengan kemajuan dan dengan semangat optimism, orang akan
didorong untuk bertindak aktif dan kreatif, dalam artian tidak hanya
terbatas menghimpun fakta, tetapi juga meramalkan masa depannya.
6
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory), dan Teori Peradilan (Judicialprudence),
(Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009), hlm. 55
7
Theo Huijbers, Op cit. hlm. 33

6
4) Positivisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan disektor fisik
dan teknologi.
5) Positivisme sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah, baik pada
epistemology ataupun keyakinan ontologik yang di pergunakan
sebagai dasar pemikirannya.
b. Kekurangan
1) Analisis biologic yang ditransformasikan kedalam analisis social
dinilai sebagai akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-
nilai kemanusiaan. Hal ini dikarenakan manusia tereduksi kedalam
fisik-biologik.
2) Akibat dari ketidakpercayaan terhadap sesuatu yang tidak dapat diuji
kebenarannya, maka faham ini akan mengakibatkan banyaknya
manusia yang matinya tidak percaya pada tuhan, malaikat, setan,
surge, dan neraka. Padahal yang demikian itu didalam ajaran adalah
benar kebenarannya dan keberadaannya. Hal ini ditandai pada saat
paham positivistik berkembang pada abat ke-19, jumlah orang yang
tidak percaya kepada agama semakin meningkat.
3) manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga
manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada.
Karena dalam postivistik semua hal itu dinafikan.
4) Hanya berhenti pada sesuatu yang Nampak dan empris sehingga tidak
dapat menemukan pengetahuan yang valid.
5) Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang
Nampak, yang dapat dijadikan onyek kajiannya, dimana hal tersebut
adalah bergantung panca indra. Padahal perlu diketahui bahwa panca
indra manusia adalah terbatas dan tidak sempurna. Sehingga kajiannya
terbatas pada hal-hal yang Nampak saja, padaha banyak hal yang tidak
Nampak dapat dijadikan bahan kajian.

7
BAB III

ANALISIS

Aliran hukum positif lahir sebagai sebuah antitesa dari teori hukum
alam. Aliran hukum positif memandang perlu memisahkan secara tegas
antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang
seharusnya). Dalam kacamata positivis, tiada hukum lain kecuali perintah
penguasa, bahkan bagian dari aliran hukum positif yang dikenal dengan
nama legisme, berpendapat lebih tegas bahwa hukum itu identik dengan
undang-undang.

Hampir semua ahli hukum yang memberikan pemahaman tentang


hukum yang berlainan. Sebab, hukum banyak seginya dan demikian
luasnya, sehingga tidak mungkin orang menyatukannya dalam satu rumus
secara memuaskan. Positivisme hukum yang pada pokoknya memandang
hukum adalah undang-undang, tidak ada hubungan antara hukum dan
moral, hukum terlepas dari anasir-anasir non hukum, hal tersebut
mendapat banyak kritikan dari berbagai pandangan.

Salah satu kritik nya yaitu: Doktrin kepastian hukum sebagai anak
ajaran legisme yang dibela oleh para pengikut teori hukum murni ini, yang
mengagungkan rasionalisme dalam kajian hukum dan praktik peradilan
adalah sesungguhnya ajaran yang berkembang dan didukung para
penganut pada suatu cara tatkala proses demokratisasi tengah berlangsung,
dengan cita-cita bahwa kekuasaan Negara harus bias dibatasi dan dikontrol
oleh hukum. Negara haruslah dikonstruksi sebagai Negara hukum bukan
Negara kekuasaan.

8
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jhon Austin dkenal sebagai salah satu tokoh aliran hukum positivisme.
John Austin lahir di Creeting mil, Suffolk, Inggris, pada tanggal 3 Maret
1790 dari pasangan Jhonatan dan Anne Austin. Teori hukum positivisme
yang dikemukakan oleh John Austin (1790-1859) yang berpendirian
bahwa hukum adalah perintah dari penguasa (law is command of a
lawgiver), yang berarti perintah dari pemengang kekuasaan tertinggi atau
yang memegang kedaulatan.
John Austin membagi hukum menjadi dua, yaitu hukum yang dibuat
oleh Tuhan untuk manusia (law set by god to men law of god) dan hukum
yang dibuat oleh manusia (law set by men to men human law).
Positivism hukum dikenal juga sebagai teori hukum yang menganggap
bahwa pemisahan antara hukum dan moral, merupakan hal yang teramat
penting. Positivism membedakan apa yang membuat suatu norma menjadi
menjadi eksis sebagai standart moral yang valid. Bagi kaum positivism,
norma-norma hukum yang “bengis” pun, dapat diterima sebagai hukum
asalkan memenuhi kriteria formal yang ada tentang hukum.
Positivismne memiliki beberapa prinsip salah satunya yaitu Hukum
adalah sama dengan undang-undang. Dasarnya adalah bahwa hukum
muncul sebagai berkaitan dengan Negara; hukum yang benar adalah
hukum yang berkaitan dalam suatu Negara.
B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, kesalahan, serta masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis akan memperbaiki makalah ini dengan
berpedoman pada berbagai sumber serta memberikan kritik yang
membangun kepada penulis dan pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Theo Huijbers. , 1991. Filsafat Hukum. (Yogyakarta: Kanisius).


Michael Taylor, loc.cit. 1905. lihat juga Albert Venn Dicen, Lectures on the
Relation between Law and Public Opinion in England during the
Nineteenth Century, London.
Lili Rasjidi. 2001. Dasar-dasar Filsafat Dan Teori Hukum. (Bandung; Citra
Aditya Bakti).
Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory). dan Teori Peradilan
(Judicialprudence). (Jakarta: Kencana Prenada Group).

Anda mungkin juga menyukai