Anda di halaman 1dari 5

Nama : Abdul Haris NIM : 2015141334

Kelas : 02TPLED Nama Dosen : Muhammad Zidni Ilman


Program Studi : Teknik Informatika Mata Kuliah : Agama Islam

Jawaban Soal UTS


1. Pengertian agama secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa sangsekerta, yang
berasal dari akar kata gam artinya pergi, kemudian dari kata gam tersebutmendapat
awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan
mencapai kebahagiaan

Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata
cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-Qur’an
agama sering disebut dengan istilah din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran
Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya
konsep yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah
agama dan religi.

Kebenaran agama islam hanya ditentukan oleh Allah SWT dan saya sebagai umatnya hanya
dapat menjalankan perintah nya dan mempercayai segala bentuk kejaiban yang telah
diciptakan Allah SWT dan saya hanyalah mempercayai kebenaran tersebut melalui
perantara Al-Quran dan Ulama” yang benar” terpecaya bagi semua umat islam didunia ini .

2. Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah
adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat
keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan,
serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

jika manusia tidak mempunyai iman maka sesat bagi nya dalam menjalani hidup
ini tanpa mempunyai arah hidup dan tujuan yang dijalankan nya di dunia akan
hanya sia” dia hidup didunia ini jika tidak mempunyai iman krn iman suatu
dinding kokoh yang akan menuntun kita kejalan yang benar di akhirat nanti .

Qadha itu berarti hukum, perintaah, memberitakan, menghendaki, dan menjadikan/


penciptaan. Arti dari qadar dalam al-quran dapat kita memahaminya bahwa qadar itu ialah
suatu peraturan atau takaran umum yang telah diciptakan Allah untuk menjadi dasar alam ini,
dimana terdapat hubungan sebab dan akibat. Oleh karena itu iman kepada takdir memberikan
arti dimana kita wajib mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, dalam
kehidupan dan diri manusia, adalah menurut hukum, berdasarkan suatu undang-undang
unversil atau kepastian umum atau takdir.

3. Karena manusia adalah makhluk sempurna yang di ciptakan Allah yang


bertujuan untuk menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangan
nya dan bertujuan untuk menyebarluaskan ilmu agama kepada kalangan
masyarakat di bumi ini dan tidak mungkin hal nya hewan jin atau makhluk
lain yang diberikan untuk menobjek pembahasan agama , Manusia merupakan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran
untuk berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis
maupun rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan
secara rohani manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang
dianutnya. Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang
terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di
alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan
selaras dan seimbang. Selain itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna
penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki. Hal ini diisyaratkan dalam surat
At-Tiin: 4

“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya”.

Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk material dan
mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu
mengaktivisasikan dirinya.

4. Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi
yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala
sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.

5. Ijtihad adalah suatu usaha darurat di dalam sejarah perkembangan syariat, karena ijtihad jalan
untuk mengistimbathkan hukum dari dalil, baik yang naqli maupun yang aqli

Secara garisbesar ruang lingkup ijtihad daat dibagi menjadi 2 bagian :


v  Peristiwa yang ketetapan hukumnya masih dzanny. Tugas utama para mujtahid dalam masalah
ini adalah menafsirkan kandungan nash kemudian menetapkan hukum-hukum yang termuat
didalamnya. Contohnya adalah bersentuhan antara laki-laki dengan perempuan yang bukan
muhrimnya baik disengaja ataupun tidak apakah itu membatalkan wudhu atau tidak, kewajiban
suami istri, dan lain-lain.

v  Peristiwa yang beum ada nash nya sama sekali. Tugas utama para mujtahid dalam masalah ini
adalah merumuskan hukum baru ats peristiwa tersebut dengan menggunakan kekuatan ra’y.
Contoh masalah ini adalah : hukum bayi tabung,transplantasi organ tubuh,keluarga berencana,
dan lain-lain.

1.     Syarat-syarat ijihad

Syarat umum :

 Baliqh
 Berakal sehat
 Memahami  masalah
 Beriman

Syarat-syarat khusus:

v  Mengetahui  ayat al-quran yang berhubungan dengan masalah yang dianalisis.

v   Mengetahui sunah nabi yang berhubunagn dengan yang dianalisis.

v   Mengetahui maksud dan rahasia hukum islam.

v   Mengetahui kaidah kulliah yaitu kaidah2 fiqih.

v  Mengetahui kaidah b.arab

v  Mengetahui ilmu mantiq

Syarat-syarat tambahan:

Ò  Mengetahui bahwa tidak ada dalil qot’i yang berkaitan dengan masalah yang akan di tetapkan
hukumnya.

Ò  Mengetahui masalah yang diperselisihkan oleh ulama dan yang akan mereka sepakati.

Mengetahui bahwa hasil ijtihad itu tidak bersifat mutlak.

Metode-Metode Ijtihad
Ada beberapa metode atau cara untuk melakukan ijtihad, baik ijtihad dilakukan
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. Diantara metode atau
cara berijtihad adalah:
a.     Ijma’, adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli mengenai suatu
masalah pada suatu tempat disuatu masa.
b.     Qiyas, adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di
dalam Al-Qur’an dan As-Sunah dengan hal (lain) yang hukumnya disebut dalam
Al-Qur’an dan sunnah Rasul karena persamaan illat-Nya.[4]
Contoh : Larangan meniru khamr yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 90.
Yang menyebabkan minuman itu dilarang adalah illat-Nya yakni memabukkan.
Sebab minuman yang memabukan, dari apapun ia dibuat, hukumnya sama dengan
khamr yaitu dilarang untuk diminum. Dan untuk menghindari akibat buruk
meminum minuman yang memabukkan itu, maka dengan qiyas pula ditetapkan
semua minuman yang memabukkan, apapun namanya, dilarang diminum dan
diperjual belikan untuk umum.
c.      Istidlal, adalah menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan.
Contoh : Menarik kesimpulan dari adat-istiadat dan hukum agama yang
diwahyukan sebelum islam.
d.     Masalin Al-Mursalah, adalah cara menemukan hukum sesuatu hal yang tidak
terdapat ketentuannya baik di dalam Al-Qur’an maupun dalam kitab-kitab hadits,
berdasarkan pertimabangan kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum.

Contoh : Pembenaran pemungutan pajak penghasilan untuk kemaslahatan, yang


sama sekali tidak disinggung di dalam Al-Qur’an dan As Sunnah Rasul.
e.      Istishan, adalah cara menentukan hukum dengan cara menyimpang dari ketentuan
yang sudah ada demi keadilan dan kepentingan social. Istishan adalah suatu cara
untuk mengambil keputusan yang tepat menurut suatu keadaan.
Contohnya : Pencabutan hak milik sesorang atas tanah untuk pelebaran jalan, pembuatan
irigasi untuk mengairi sawah-sawah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
sosial.

f.       Istisab, adalah menetapkan hukum suatu hel menurut keadaan yang terjadi
sebelumnya, sampai ada dalil yang mengubahnya.
Contoh : A mengadakan perjanjian utang-piutang dengan B menurut A utangnya telah
dibayar kembali, tanpa menunjukan bukti atau saksi. Dalam kasus ini bedasarkan
istisab dapat ditetapkan bahwa A masih belum membayar utangnya dan perjanjian
itu masih tetap berlaku selama belum ada bukti yang menyatakan bahwa perjanian
utang-piutang tersebut telah berakhir.
g.     Adat-Istiadat atau ‘Urf, adalh yang tidak bertentangan hukum Islam dapat
dikukuhkan tetap terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan.
Contoh : Melamar wanita dengan memberikan sebuah tanda (pengikat), pembayaran mahar
secara tunai atau utang atas persetujuankedua belah pihak, dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai