Anda di halaman 1dari 6

Hukum Islam – Kuliah 2

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam, Hukum,


Hukm/Ahkam, Syariah dan Fikih

 Istilah Addinul Islam tercantum dalam QS Al-Maidah (5) ayat 3: suatu system
yang lengkap (sempurna).
 Mengatur hubungan manusia dengan Allah (Tuhan), yang bersifat vertikal,
hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dan alam
lingkungan hidupnya (bersifat horizontal)

Addinul Islam tidak sama dengan Religion


Religio (latin): ruang lingkup hubungan tetap antara manusia dengan Tuhan
saja (Agama).

Hablumminallah: hubungan manusia dengan Allah (Tuhan)


Hablumminannas: hubungan manusia dengan manusia lain dan alam

KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM

1. Aqidah
2. Syariah
3. Akhlaq

Iman Islam Ihsan

• Aqidah • Syariah • Akhlak


yang
lurus

AQIDAH:

 Iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk ajaran


(agama) Islam, rukun iman, adalah asas seluruh ajaran Islam
 Surat Al-Ikhlas ayat 1: “Katakanlah bahwa Allah itu satu” -> Tauhid
 Islam sangat tegas dalam memerintahkan umatnya untuk menyembah
hanya kepada Allah Tuhan Yang Satu -> fungsi manusia sebagai
KHALIFAH bagi alam semesta -> Surat Al-Baqarah (2) ayat 30
 Islam TIDAK SAMA dengan Secularism (paham yang percaya bahwa
untuk mengatur kehidupan ini tidak perlu agama / kitab)
a. Sekularisme jinak: masih mengakui adanya Tuhan
b. Sekularisme ganas: mengingkari adanya Tuhan
 Percaya kepada Allah di atas penggunaan akal. Sebab tidak semua apa
yang kita percayai harus pernah kita alami dan terlihat
Contoh: kita mengetahui ada kota Amerika tanpa harus datang ke
Amerika.

Cabang ilmu yang mempelajari Aqidah:

1. Ilmu Kalam: ilmu yang membahas akidah untuk mempertahankan iman


dengan mempergunakan akal pikiran (Ibnu Khaldun), Aliran Ahlussunnah
wal jama’ah, Syi’ah (di Iran)
2. Ilmu Tauhid: membahas keesaan Allah
3. Ilmu Usuluddin: membahas dan memperjelas asas agama islam

SYARIAH:
 Norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan
manusia dengan manusia lain dalam kehidupan sosial, hubungan manusia
dengan benda dan alam lingkungan hidupnya.

Penggolongan Syariah:
1. Ibadah
 Ibadah yakni cara dan tata cara manusia berhubungan langsung
dengan Tuhan, tidak boleh ditambah-tambah atau dikurangi.
 Contoh: Melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim dalam
mendirikan (melakukan) salat, mengeluarkan zakat, berpuasa selama
bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji
 Dilapangan ibadah tidak ada pembaharuan (bid’ah).
 Sifatnya tertutup, yakni semua perbuatan ibadah dilarang kecuali
perbuatan yang dengan tegas di suruh.

2. Mu’amalah
 Pokok-pokoknya saja yang ditentukan dalam al-Qur’an dan Sunnah
Rasul (Nabi Muhammad).
 Misalnya larangan membunuh, mencuri, merampok, berzina, menuduh
orang lain melakukan perzinaan, meminum minuman yang
memabukkan (mabuk), memakan riba.
 Perinciannya terbuka bagi akal manusia untuk berijtihad.
Contoh, kaidah yang membolehkan seorang laki-laki beristri lebih dari seorang,
dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 3 dihubungkan dgn. Ayat 129. Di Indonesia terlihat
dalam pasal 3 dan 4 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menentukan
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang laki-laki kalau ia hendak beristri
lebih dari seorang.

Hukum dasar Muamalah adalah boleh (jaiz) kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.

AKHLAK:
 Berkelakuan baik
 Berasal dari kata khuluk berarti perangai, sikap, watak, budi pekerti.
 Dibagi menjadi 3:
a. Akhlak terhadap Allah, pencipta, pemelihara dan penguasa alam
semesta. Ilmu yang mempelajari, mendalami akhlak disebut ilmu
tasawuf (sufisme, dlm bhsa Inggris mystic),
b. Akhlak terhadap sesama manusia misal menegakkan keadilan dan
kebenaran bagi diri sendiri, bagi kepentingan masyrkat,
c. Akhlak terhadap selain manusia, yaitu lingkungan hidup.

Dari ketiga komponen agama Islam yang menjadi kerangka dasar ajaran (agama)
Islam dikembangkan sistem filsafat Islam, sistem hukum Islam, sistem
pendidikan Islam, sistem ekonomi Islam dst.

SUMBER AJARAN ISLAM

1. Wahyu (al-Qur’an) -> UTAMA


2. Sunnah Rasul (al-Hadits)
3. Serta ar-ra’yu (akal pikiran) manusia melalui ijtihad

HUKM DAN AHKAM

Hukum (bahasa Arab: hukm, jamak: ahkam) mengatur:


a. Hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat,
b. Hubungan hubungan manusia dengan Tuhan (Allah)
c. Hubungan manusia dengan diri sendiri
d. Hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitar.

Interaksi manusia dalam berbagai tata hubungan diatur oleh seperangkat


ukuran tingkah laku yang disebut hukm, jamak: ahkam.
Hukm adalah patokan, tolok ukur, ukuran atau kaidah mengenai perbuatan atau
benda.

AL-HAKAM AL-KAMSAH / HUKUM TAKLIFI

-> hukum atau kaidah yang digunakan sebagai patokan mengukur perbuatan
manusia baik di bidang ibadah maupun muamalah
1. Jaiz / Mubah / Boleh: norma atau kaidah hukum Islam yang mungkin
mengandung kewenangan terbuka yaitu kebebasan memilih untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan
2. Sunnat: mengandung anjuran untuk dilakukan karena jelas manfaatnya
3. Makruh: mengandung kaidah yang seyogyanya tidak dilakukan karena
jelas tidak berguna
4. Wajib / Fardhu: mengandung perintah yang wajib dilakukan
5. Haram: mengandung larangan untuk dilakukan

ILMU FIKIH

 Secara bahasa fikih artinya pemahaman


 Ilmu yang mempelajari atau memahami syariat dengan memusatkan
perhatian pada perbuatan manusia mukallaf
 Ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas (berusaha) memahami/ menentukan
dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat didalam Al-
Qur’an dan ketentuan umum yang terdapat dalam Sunnah Nabi
Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab hadist
 Ilmu usul fikih yaitu pengetahuan yang membahas dasar-dasar
pembentukan hukum fikih Islam
 Hasil pemahaman tentang hukum Islam disusun secara sistematis dalam
kitab-kitab fikih.
 Orang yang paham tentang ilmu fikih disebut fakih, jamak fukaha.
 Syariat adalah landasan fikih, fikih adalah pemahaman tentang syariat.

PERBEDAAN SYARIAT DAN FIKIH

Syariat Fikih
Sumber Terdapat dalam Al-Quran dan Terdapat dalam kitab-kitab
kitab-kitab hadist fikih
Ruang lingkup Fundamental dan mempunyai Instrumental, ruang
ruang lingkup yang lebih luas lingkupnya terbatas
Keberlakuan Merupakan ketetapan Allah Merupakan karya manusia
dan ketentuan rasul-Nya, yang tidak berlaku abadi, dapat
karena itu berlaku abadi berubah dari masa ke masa
Jumlah Hanya satu Lebih dari satu
Sifat Menunjukkan kesatuan dalam Menunjukkan keragaman
Islam dalam Islam

Dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa Inggris syariat Islam disebut Islamic
Law, sedang fikih Islam disebut Islamic Jurisprudence.

Didalam bahasa Indonesia untuk syariat Islam sering digunakan kata-kata


hukum syariat atau hukum syara, untuk fikih Islam digunakan istilah hukum
fikih.

PERUBAHAN HUKUM

 Hukum berubah seiring dengan perubahan tempat, waktu, keadaan, dan


alasan-alasan.
 Perubahan tempat dan waktu yang menyebabkan perubahan hukum itu,
dalam sistem hukum Islam disebut illat (latar belakang yang
menyebabkan ada atau tidak adanya hukum atas sesuatu hal).
 Perubahan hanya terjadi dalam hukum muamalah
 Contoh: dulu vaksin meningitis yang mengandung babi karena tidak ada
alternatif lain. Namun saat ini telah ada vaksin non babi, maka vas=ksin
babi haram.

Kesimpulan
 Hukum fikih itu cenderung relatif, tidak absolut seperti hukum syariat
yang menjadi sumber hukum fikih itu sendiri. Sifatnya zanni (dugaan)
yakni sementara belum dapat dibuktikan sebaliknya, ia cenderung
dianggap benar. Sifat ini terdapat pada hasil karya manusia dalam bidang
apapun juga.
 Hukum syariat ada yang bersifat pasti. Yang pasti, karena itu berlaku
absolut, disebut qath’i, seperti misalnya ayat-ayat al-Qur’an yang
menentukan kewajiban shalat, zakat, puasa, haji dan ayat-ayat kewarisan.
Juga sunnah Nabi yang mewajibkan manusia menuntut ilmu pengetahuan.

Contoh:
 Hukum syariat membolehkan perceraian, para ahli hukum (fikih) Islam
tidak boleh menggariskan ketentuan hukum fikih yang melarang
perceraian.
 Hukum syariat menentukan bahwa wanita dan pria sama-sama menjadi
ahli waris dari almarhum orangtua dan keluarganya. Hukum fikih tidak
boleh merumuskan ketentuan yang menyatakan bahwa wanita tidak
berhak menjadi ahli waris.

SIFAT NAS AL-QURAN DAN HADIST

a. Qath’i: Nas yang harus dipahami sebagaimana yang tercantum dalam teks
tersebut, tidak boleh ada penafsiran
Misal: pembagian warisan, wajib sholat, wajib zakat

b. Zhanni: Nas yang masih dapat ditafsirkan


Misal: ayat tentang “tiga quru” kata “quru” bisa ditafsirkan suci, juga bisa
ditafsirkan haid

Anda mungkin juga menyukai