Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF
Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar

Dosen Pegampu : Budi Utami, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

DIAH AYU SAPUTRI

K3317022

Kelas B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2018
KATA PEGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pegasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehairat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya sehigga saya dapat meyelesaikan makalah Model
Pembelajaran Kooperatif tanpa halangan suatu apapun.

Makalah ini saya susun dengan maksimal untuk memenuhi tugas dari ibu
Budi Utami, S.Pd., M.Pd. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih pada seluruh
pihak yang membantu dalam meyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu saya menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kekuranganan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya memohon
kritik dan saran demi kemajuan makalah ini.

Saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun


inspirasi bagi para pembaca.

Surakarta, 25 September 2018

Diah Ayu Saputri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.................................................... 3
B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif.......................................................... 4
C. Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif..................................... 4
D. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif........................................................ 6
E. Langkah-Langkap Dalam Pembelajaran Kooperatif............................ 8
F. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif...................................................... 9
G. Kelebihan dan Kekurangan.................................................................. 12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.......................................................................................... 15
Saran.................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan
belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat
dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. (Andi Ahmad Gunadi. 2014).
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif
bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung
efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif karena
banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk
kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran
guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan
untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat
membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial
dan hubungan antar manusia.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat
besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui
kegiatan kerjasama dalam kelompok.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pembelajaran kooperatif?
2. Apa tujuan pembelajaran kooperatif?
3. Apa saja unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif?
4. Apa ciri-ciri pembelajaran kooperatif?

1
5. Bagaimana langkah-langkap dalam menjalankan pembelajaran
kooperatif?
6. Apa saja tipe-tipe pembelajaran kooperatif?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif?

C. TUJUAN
1. Memahami pengertian pembelajaran kooperatif
2. Mengetahui tujuan pembelajaran kooperatif
3. Mengetahui unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif
4. Mengetahui ciri-ciri pembelajaran kooperatif
5. Memahami langkah-langkap dalam menjalankan pembelajaran kooperatif
6. Mengetahui tipe-tipe pembelajaran kooperatif
7. Menetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkatan kemampuan yang berbeda. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan
masalah untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. (Daryanto. 2012:241)
Slavin dan Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok
heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara
pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi
dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan
meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37).
Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran
cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik
mengelola kelas lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model
pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar
individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka,

3
komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif
Rohman, 2009: 186).
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil
yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi,
sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik
yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi
pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,
konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa
menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma
yang proakademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik
memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa

C. UNSUR-UNSUR PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Isjoni (2009: 16) mengemukakan unsur-unsur dalam pembelajaran
kooperatif sebagai berikut.
a. para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau
berenang bersama”;
b. para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi;
c. para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama;
d. para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok;
e. para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok; 13
f. para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar;

4
g. setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif) Unsur ini
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.
Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua
anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah
mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama.
3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif) Unsur ini penting
karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri–ciri
interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan 14 efisien,
saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses
informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan,
saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi
serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang
dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh
keberhasilan bersama.
4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota) Untuk mengkoordinasikan
kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus adalah saling
mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan
tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu
menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5
5) Group processing (pemrosesan kelompok) Pemrosesan mengandung arti
menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan
atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.
Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang
tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan
efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan
kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan
yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan. Thompson, et al
(Isjoni,2009: 17) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif turut
menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran.
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam
kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang 15 heterogen.
Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa,
jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima
perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Isjoni
(2009: 17) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif yang diajarkan
adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan
baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa
diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan.

D. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif
yaitu sebagai berikut.
a. setiap anggota memiliki peran;
b. terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
c. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
temanteman sekelompoknya;
d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok, dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

6
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
sebagaimana dikemukakan (Isjoni, 2009) yaitu penghargaan kelompok,
pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
 Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-
tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan
kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu
sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal
yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
 Pertanggung jawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari
pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.
Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota
kelompok yanng saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap
untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa
bantuan teman sekelompoknya.
 Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran
kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari
yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring 21 ini setiap siswa
baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya

E. LANGKAH LANGKAH DALAM MENJALANKAN


PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif dimulai dengan informasi guru, dan diikuti


dengan fase-fase lainnya, seperti penjelasan dibawah ini: (Hamdani,2011:34)

7
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 : Present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa siap belajar
mempersiapkan siswa
Fase 2 : Present information Mempresentasikan informasi kepada
Menyajikan informasi siswa secara verbal
Fase 3 : Organize students into Memberikan penjelasan kepada siswa
learning teams Mengorganisir tentang tata cara pembentukan tim
siswa ke dalam tim-tim belajar belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and Membantu tim-tim belajar selama
studeny Membantu kerja tim dan siswa mengerjakan tugasnya
belajar
Fase 5 : Test on the materials Menguji pengetahuan siswa mengenai
Mengevaluasi berbagai materi pembelajaran atau
kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui
Memberikan pengakuan atau usaha dan prestasi individu maupun
penghargaan kelompok
a. Fase pertama menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru
mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk
dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan
aturan dalam pembelajaran. (Hamdani,2011:34)
b. Fase kedua Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini
merupakan isi akademik.
c. Fase ketiga Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja
sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan
tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas
individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase
ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang
hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.

8
d. Fase keempat Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan
tentang tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan.
Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah
ditunjukkan.
e. Fase kelima Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi
evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f. Fase keenam Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan
kepada siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada
apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika
siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang
lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota
tim-timnya saling bersaing (Hamdani,2011:34)

F. TIPE-TIPE PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26) ada berbagai
macam tipe, yaitu Student Teams-Achievement Division (STAD), Team
Game Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC), Team Assisted Individualization (TAI), Group
Investigation, Learning Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic
Methods Menurut Rumini dkk (1995:12) dalam pembelajaran kooperatif
terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya :
1. STAD
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada
proses pembelajarannya, pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui 5
tahapan meliputi:
 Tahap penyajian materi
 Kerja kelompok
 Tes individu
 Penghitungan skor pengembangan individu

9
 Pemberian penghargaan kelompok
2. Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran dengan jigsaw yakni
adanya kelompok asal dan kelompok ahli dalam kegiatan belajara
mengajar. Setiap siswa dari masing-masing kelompok yang memegang
materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok baru yakni kelompok
ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggung jawab untuk sebuah
materi atau pokok bahasan . setelah kelompok ahli selesai mempelajari
satu topik materi keahliannya, masing-masing siswa kembali ke
kelompokasal mereka untuk mengajarkan materi keahliannya kepada
temantemannya dalam satu kelompok diskusi.
3. TGT
Team Game Tournament (TGT) adalah tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswanya dalam kelompok-kelompok
belajar dengan adanya permainan pada setiap meja turnamen. Dalam
permainan ini digunakan kartu yang berisi soal dan kunci jawabannya.
Setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya, dan
masing-masing ditempatkan ada meja turnamen. Cara memainkannya
dengan membagikan kartu-kartu soal, pemain mengambil kartu dan
memberikannya kepada pembaca soal. Kemudian soal dikerjakan secara
mandiri oleh pemain dan penantang hingga dapat menyelesaikan
permainnnya.
4. GI
Group investigation (GI) merupakan model pembelajaran
kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar
kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip
pembelajaran demokrasi. Keterlinatan siswa secara aktif dapat terlihat
mulai dari tahap pertama sampai akhir pembelajaran akan memberi
peluang siswa untuk lebih mempertajam gagasan. Dalam pelajaran inilah
kooperatif memainkan peranannya dalam member kebebasan kepada

10
pembelajar untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan
produktif.
5. Rotating Trio Exchange
Pada model pembelajaran ini, jumlah siswa dalam kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang. Pada setiap trio
tersebut diberi pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setiap anggota
trio diberi nomor, kemudian berpindah searah jarum jam dan berlawanan
jarum jam. Dan setiap trio baru diberi pertanyaan baru untuk didiskusikan.
6. Group Resume
Model ini menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, dengan
member penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus, dalam
bakat dan kemampuannya di kelas. Setiap kelompok membuat kesimpulan
dan mempresentasikan data-data setiap siswa dalam kelompok.
7. Model Make A Match
Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match bertujuan untuk
memperluas wawasan serta kecermatan siswa dalam menyelami suatu
konsep. Sebelum permainan dimulai, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, motivasi belajar, pokok bahasan, mengorganisasikan siswa,
menyampaikan langkah-langkah permainan, membimbing siswa, dan
mengevaluasi hasil serta memberikan penghargaan.
Rusman (2010:223) menuliskan penggunaan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Make a Match mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang mungkin cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa
kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
 Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban atau
soal dari kartu yang dipegang
 Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
 Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
 Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

11
 Proses terakhir model pembelajaran ini adalah dengan membuat
klarifikasi dan kesimpulan.

G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF
Keunggulan Pembelajaran Kooperatif. : (Hamdani,2011)
1. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan,
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk
menhargai orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya
serta menerima segala perbedaan.
4. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan
keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.
6. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan
balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat
kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
7. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abs- trak menjadi
nyata.
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk
pendidikan jangka panjang.

12
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif. : (Hamdani,2011)
1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di-
samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga
banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-
akibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
5. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika
anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar,
seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu
berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif
dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja
sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan
positif,interaksi tatap muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi
antar anggota kelompok, evaluasi proses kelompok.
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Team
Achievement Division) yang dikembangkan oleh Slavin tahun 1978, tipe
Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Arronson dan temannya tahun 1978,
tipe GI (Group Investigation) oleh Sholomo
Sharan dan temannya tahun 1984, tipe TSP (Think Pair Share), tipe NHT
(Numbered Heads Together), tipe Two Stay Two Stray (TS-
TS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan, tipe CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) yang dikembangkan oleh
Slavin, Stevans, Madden, dan Farnish, tipe Make A Match (Membuat
Pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994.
Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak ber-
gantung kepada guru, mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling
menerima perbedaan, saling bertukar pendapat, meningkatkan semangat
belajar, siswa menjadi aktif. Kelemahan model pembela- jaran kooperatif
yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih dari guru untuk mengatur siswadan
menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan kecil, siswa lebih cenderung
bergurau dengan temannya, membutuhkan fasili- tas yang memadai, terjadi
perluasan masalah sehingga waktu terbuang sia-sia, terkadang diskusi
didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.

14
B. SARAN
Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik meng- gunakan
strategi kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena
dapat membuat siswa lebih cepat menerima daripada meng- gunakan strategi
yang konvensional.
Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu mem-
bimbing siswa dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat ter- capai.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam
berdiskusi dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan
dari anggota yang lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andi Ahmad Gunadi, R. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Konsep


Diri Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Ilmu Pendidikan. Jurnal Ilmiah Widya.
Volume 2 Nomor 3

Anita Lie. 2007. Kooperatif Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning


di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Grasindo. Hal 29

Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.


Yogyakarta: LaksBang Mediatama.

Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : Gava Media. Hal


241

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia hal. 34-35

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Raja Grefindo Persada. hal 223

Slavin dalam Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran


Kelompok. Bandung:alfabeta. hal 15-17.27

Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning: theory, research and practice


(N. Yusron. Terjemahan). London: Allymand Bacon. Buku asli diterbitkan tahun
2005

Sri Rumini dkk. (1995). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP UNY.

Sugiyanto, 2010. Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pusaka. Hal


37

iii

Anda mungkin juga menyukai