Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU, KOMPETENSI


PROFESIONALISME GURU, PERAN GURU DALAM PROSES
BELAJAR MENGAJAR DAN DALAM MENGELOLA KELAS
Dosen Pengampu:
Elina Lestariyanti, M.Pd.

DISUSUN OLEH:
1. Muhammad Aril Andrias
2. Wildan Muhammad
3. Muhammad Azzario Atha Wachid Ardi

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
FAKULATAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur diucapakn kehadirat Allah Swt. Atas segala Rahmat-Nya sehingga
makalah ini dan tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Psikologi Pendidikan dari Ibu
dosen Elina Lestarianti, M.Pd. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang karakteristik kepribadian guru, kompetensi
profesionalisme guru dan peran guru dalam proses belajar mengajar dan dalam mengelola
kelas.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Lestarianti M.Pd. selaku
dosen mata pelajaran Psikologi Pendidikan. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Semarang, 23 agustus 2023

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
Pendahuluan.............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
Pembahasan..............................................................................................................................6
2.1 Karakteristik kepribadian guru....................................................................................................6
2.2 Profesionalisme Guru Dalam Mengajar......................................................................................8
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif).......................................................................................8
2. Affective Domain (Ranah Afektif).........................................................................................9
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor).........................................................................10
2.3 Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.............................................................................10
2.3 Peran Guru Dalam Mengelola Kelas.........................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................13
Kesimpulan.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

3
BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan ditentukan oleh beberapa factor diantaranya


adalah guru. Guru merupakan pemegang peran penting di dalam proses belajar mengajar.
Guru yang profesional dalam mendidik anak adalah guru yang memiliki dan menguasai
kompetensi guru. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam upaya
pelaksanaan tugasnya sebagai seorang pendidik. Kompetensi guru merupakan perpaduan
kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang meliputi penguasaan bahan, mengelola
program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai
landasan – landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai hasil belajar
untuk kepentingan pengajaran.
Dalam proses belajar mengajar, peserta didik merupakan salah satu unsur pokok unsur
pokok yang menjadi sasaran atau penerima ilmu pengetahuan. Guru harus mampu menguasai
bidang ilmu yang hendak diajarkan kepada peserta didik, sehingga terjadi proses belajar
mengajar yang baik yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang diharapkan.
sebab tanpa guru yang kompeten, hasil belajar yang baik tidak akan tercapai. Demikian juga
halnya dalam proses pembelajaran ekonomi, guru dapat mengajarkan pelajaran dengan baik,
sehingga siswa dapat menangkap dan memahami apa yang disampaikan oleh guru. Kualitas
kemampuan guru dapat dinilai dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil. Dari segi proses,
guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan peserta didik secara aktif baik fisik,
mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan
berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu merubah perilaku anak didiknya
kearah penguasaan kompetensi yang lebih baik.
Di dalam UU RI No.14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Berbunyi setiap guru harus
memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Kompetensi tersebut harus dimiliki oleh setiap guru yang ingin menjadi guru
yang kompeten. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 74 tahun 2008 Tentang Guru dalam Bab II tentang Kompetensi dan Sertifikasi Pasal
2, yakni “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompentensi sertifikasi pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional “.1
Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas, berkompetensi dan guru
yang dikehendaki untuk mendatangkan hasil belajar serta mampu mempengaruhi proses
belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan hasil belajar yang baik. Melihat dan
memahami pentingnya profesionalisme bagi seorang guru dalam pembentukan hasil belajar
siswa yang harus di capai merupakan masalah yang harus di pecahkan, sebab tanpa guru yang
profesional maka hasil belajar yang baik tidak akan tercapai. Salah satu yang menjadi

1
Muhammad Munawir., Aprilia Ningtyas Erinda., & Dewi Pertiwi Sari. (2023). Memahami Karakteristik Guru
Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8(1), 384–390.

4
masalah umum bagi seorang guru yaitu guru tidak memliki profesionalisme ketika
melakukan tugasnya sebagai seorang guru. Saat ini terdapat guru – guru yang tidak memiliki
profesionalisme seperti guru tidak kompeten dalam mengajar, guru sering bolos ketika
mengajar, guru tidak bisa menggunakan model pembelajaran yang sesuai ketika mengajar,
guru tidak mengetahui cara interaksi yang baik ketika mengajar bahkan terdapat guru yang
tidak memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik ketika mengajar.
Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah dan pihak sekolah agar membuat guru menjadi
lebih profesional dan lebih baik. Semua ini dilakukan agar dengan terciptanya guru yang
profesional dan lebih baik akan membuat hasil belajar siswa lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik kepribadian guru
2. Apa profesionalisme guru dalam mengajar
3. Bagaimana peran guru dalam proses belajar mengajar
4. Apa peran guru dalam mengelola kelas

1.3 Tujuan Masalah


1. Memahami krakteristik kepribadian guru
2. Memahami profesionalisme guru dalam mengajar
3. Memahami peran guru dalam proses belajar mengajar
4. Memahami peran guru dalam mengelola kelas2

2
Muhammad Munawir., Aprilia Ningtyas Erinda. ., & Dewi Pertiwi Sari. (2023). Memahami Karakteristik Guru
Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8(1), 384–390.

5
BAB II

Pembahasan
2.1 Karakteristik kepribadian guru

Guru merupakan aktor utama dalam proses pembelajaran. Gurulah yang


mempertimbangkan strategi pembelajaran yang efektif untuk diterapkan. Banyaknya variasi
kualitas pengajaran dijelaskan oleh karakteristik guru dalam penyajiannya.Guru adalah
sentral dalam proses belajar mengajar, dan guru memiliki peran utama dalam membangun
kepribadian siswa. Sehingga, mereka dapat berperilaku dengan berpedoman pada hati nurani,
berpenampilan tulus tanpa kepalsuan, peduli terhadap penegakan etika sosial. Selain itu, figur
guru juga menjadi sosok yang memiliki apresiasi tinggi terhadap masalah kemanusiaan,
kejujuran, demokratisasi, toleransi, perdamaian kehidupan, dan dapat tanggap terhadap segala
permasalahan yang dihadapi masyarakat dan bangsa. Singkatnya, guru sangat berpengaruh
dalam melahirkan orang-orang yang berprinsip teguh, pergaulan yang santun, cerdas dalam
berargumentasi, dan anggun dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru memiliki 4
kompetensi yang harus dimiliki. Di antara keempat kompetensi tersebut, kompetensi
kepribadian sangat penting dipelajari untuk pengembangan pendidikan karakter secara
berkelanjutan. Hal ini dikarenakan kepribadian pendidik ini lebih bersifat menetap dan terus-
menerus akan memengaruhi alur pembelajaran, sebagaimana karakter guru memengaruhi
prestasi belajar siswa.Menurut Ahmad Sudrajat (2015), kompetensi kepribadian
dikonseptualisasikan sebagai kemampuan pribadi yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak
mulia. Dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007, karakteristik kepribadian meliputi lima
kompetensi utama, antara lain:

1) Bertindak berdasarkan norma agama, hukum, dan sosial;

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik, dan masyarakat;

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang stabil, dewasa, bijaksana, dan berwibawa;

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, kebanggaan menjadi guru, dan rasa
percaya diri; dan

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Urgensi kepribadian dalam ranah pendidikan sangat penting, karena menjadi landasan bagi
guru untuk mengembangkan tiga kompetensi lainnya. Kepribadian guru adalah titik awal
terbaik bila dipertimbangkan bersama dengan pengetahuan terkini terkait manajemen
kelompok sosial kecil dan berbagai teori-teori pembelajaran.3

Karakteristik kepribadian merupakan kemampuan pribadi atau personal guru yang


mencerminkan kepribadian yang matang, kokoh, bermartabat, stabil, dan arif. Karakter
3
Muhammad Munawir., Aprilia Ningtyas Erinda., & Dewi Pertiwi Sari. (2023). Memahami Karakteristik Guru
Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8(1), 384–390.

6
seperti ini tentunya akan memunculkan konsep modelling bagi siswa. Guru yang memiliki
kepribadian yang baik akan cenderung dijadikan contoh oleh siswa. Dalam ajaran agama
identik dengan konsep uswatun hasanah (teladan yang baik). Dimana, guru yang mengajar
harus memberikan contoh yang baik dalam perkataan dan perbuatannya yang setia.
Kompetensi kepribadian guru tentunya akan membuat siswa merasa senang, nyaman dan
tertarik dengan pelajaran yang disampaikan. Pada akhirnya tujuan guru dalam memberikan
materi pelajaran akan lebih mudah diterima dan hasilnya diharapkan akan maksimal.
Hubungan antara kompetensi kepribadian guru dengan pendidikan karakter tentunya akan
terlaksana dengan baik jika guru tersebut juga memiliki kompetensi kepribadian yang
baik.Guru memiliki kesempatan untuk mendidik dan membentuk siswa menjadi pemimpin
masa depan. Mereka juga dapat memainkan peran penting dalam mendorong anak-anak
sekolah dari semua ras untuk berinteraksi dan berbaur satu sama lain. Hal ini dilakukan untuk
mempromosikan pemahaman antarras dan suku, serta mempercepat proses kohesi sosial,
integrasi, dan persatuan.

Pengembangan karakter adalah tujuan penting dari sistem pendidikan kita, dan kita
perlu mendekatinya secara sistematis. Agar program tersebut berhasil, diperlukan pendekatan
total, yang mana peluang untuk pengembangan karakter meresapi berbagai aspek kurikulum
dan lingkungan sekolah. Setiap pengalaman yang dialami seorang anak, baik itu dalam
pelajaran di kelas, berbagai hubungan sosial, tindakan disipliner, dan kegiatan
esktrakurikuler, masing-masing ini akan berdampak pada perkembangan karakter, nilai, dan
watak anak. Itulah mengapa bahwa, untuk memulai proses pembangunan bangsa yang kritis
dalam mengembangkan generasi pemimpin berikutnya, kita perlu menanamkan budaya
berbasis karakter. Keberhasilan sistem pendidikan kita tidak hanya dinilai dari prestasi
akademik peserta didik. Akan tetapi, hal ini juga termasuk kualitas manusia yang dihasilkan
sistem pendidikan, integritas, karakter, kemampuan mereka (siswa) untuk bekerja sama
dalam tim, dan rasa tanggung jawab serta komitmen terhadap bangsa dan komunitas tempat
mereka berada. Memang, sikap dan karakter seorang pelajar adalah aspek penting yang harus
kita bentuk dan pelihara untuk membentuk masyarakat masa depan yang lebih baik.Meskipun
penting bagi siswa untuk berprestasi baik dalam berbagai kompetisi dan tingkatan (kabupaten
hingga internasional). Yang sama pentingnya adalah pengembangan holistik mereka, dimana
kita harus memastikan bahwa seluruh kepribadian mereka seimbang dengan pengetahuan.
Sehingga perkembangan peserta didik memperhatikan aspek moral, kognitif, fisik, sosial, dan
estetika.

Guru menentukan pengalaman pendidikan setiap siswa. Mereka memainkan peran


penting dalam membangun karakter para pelajar. Mereka (guru) tidak hanya menjadi panutan
yang penting. Namun juga dapat membuka pintu ke dunia penemuan dan pembelajaran
melalui diskusi yang menarik dan bermakna, serta refleksi yang mendalam mengikuti
pengalaman anak. Pengalaman seperti itu harus mengarah pada pembelajaran yang positif.
Dengan demikian, guru memainkan peran penting untuk membentuk dan memperkuat hasil
belajar yang tepat. Karakteristik kepribadian guru yang efektif dalam penguatan pendidikan
karakter antara lain mampu berperilaku sebagai teman, mampu menjadi panutan, mampu
memahami pembelajaran, disiplin, menghargai siswa, dan memperlakukan siswa tidak
memihak dalam hal sanksi. Tidak hanya itu, seorang guru juga harus memiliki kesabaran,
santai, kemauan untuk mengejar pembelajaran seumur hidup, menguasai keterampilan
mendidik karakter, tidak dikenal sebagai guru yang galak, dan dianggap sebagai guru yang
menyenangkan.4
4
Muhammad Munawir., Aprilia Ningtyas Erinda., & Dewi Pertiwi Sari. (2023). Memahami Karakteristik Guru
Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8(1), 384–390.

7
Oleh karena itu, karakteristik guru yang efektif dalam pendidikan karakter harus
disinergikan dengan kemampuan guru dalam model pembelajaran yang menyenangkan.
Karakter dan kepribadian yang kuat, merupakan aset anak dalam menghadapi tantangan
global yang semakin kompleks.

2.2 Profesionalisme Guru Dalam Mengajar

Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai
pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran. Pada prinsipnya,pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenapranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat
dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang
dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar
siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh
ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis garis besar indikator (penunjuk
adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur.

Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan mengenai teori
Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah.
Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan
belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa
dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan
pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa
dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan
menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam
teori Bloom berikut:5
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan.
Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1)
dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
a) Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan
sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal
yang pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan.
b) Pemahaman (Comprehension) Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari.78 Pemahaman juga dikenali
dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram,
arahan, peraturan, dan sebagainya.

5
Ahmad Hamid. (2020). PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN. Aktualita: Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan, 10(1), 1-17.

8
c) Aplikasi (Application) Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang
konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja
d) Analisis (Analysis) Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhann atau organisasinya
dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang
rumit.6
e) Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat
sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang
sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat itu, yang berdasarkan criteria Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan
kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya.
2. Affective Domain (Ranah Afektif)
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat,
sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hail
belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan
pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:
a) Penerimaan (Receiving/Attending) Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya
suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti
buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru.
b) Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.
c) Penghargaan (Valuing) Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian
itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu
dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin.
d) Pengorganisasian (Organization) Memadukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten. Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
6
Ahmad Hamid. (2020). PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN. Aktualita: Jurnal Penelitian
Sosial Keagamaan, 10(1), 1-17.

9
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui
dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus
diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.
e) Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value
Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
sendiri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)
Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku
Psikologi Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut .motorik. karena keterampilan
ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-
benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampiulan motorik, mampu
melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan
koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan
motorik ini ialah adanya kemampuan .Automatisme. yaitu gerakan-gerik yang terjadi
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai
pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.
2.3 Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Perkembangan terbaru terhadap pandangan mengenai belajar mengajar menuntut guru
untuk meningkatkan kompetensi dan perannya. Karena seyogyanya proses belajar mengajar
serta hasil belajar mengajar siswa sebagian besar ditentukan oleh seberapa besar peran dan
kompetensi seorang guru.
Walaupun dunia terus mengalami perkembangan sehingga banyak hal yang bisa
digantikan oleh mesin ataupun robot, namun beberapa peran guru di berikut ini tidak bisa
digantikan oleh apapun;7
1. Motivator
Seorang guru harus bisa menjadi motivator bagi para peserta didiknya. Guru harus bisa
mendorong mereka untuk lebih semangat dan lebih aktif belajar.
2. Fasilitator
Kedua guru harus mampu berperan sebagai fasilitator. Fasilitator yang dimaksud yaitu guru
harus bisa memberikan fasilitas-fasilitas ataupun kemudahan untuk proses belajar mengajar.
3. Mediator
Peran guru sebagai mediator membuat guru harus memiliki pemahaman dan pengetahuan
yang cukup luas seputar media pendidikan karena saat ini media merupakan alat untuk
menunjang proses belajar mengajar agar lebih efektif.
4. Pengelola Kelas

7
Ahmad Hamid. (2020). PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN. Aktualita: Jurnal Penelitian
Sosial Keagamaan, 10(1), 1-17.

10
Peran guru sebagai pengelola kelas menuntut para guru untuk bisa mengelola kelas dan
lingkungan sekolah agar kegiatan belajar mengajar bisa lebih terfokus ke tujuan-tujuan
pendidikan.
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan belajar yang bisa merangsang dan
menantang para peserta didik untuk lebih giat belajar sekaligus mampu memberikan rasa
aman selama proses belajar mengajar. Kualitas dan juga kuantitas belajar siswa juga
ditentukan oleh beberapa faktor lain seperti hubungan pribadi guru dengan siswa saat di
dalam kelas, suasana kelas dan kondisi umum lainnya.
5. Demonstrator
Sebagai seorang pengajar sekaligus demonstrator, guru harus menguasai materi pelajaran
yang hendak diajarkan serta berupaya untuk mengembangkan sekaligus meningkatkan
kemampuan diri.
Dengan bekal kemampuan baru dan pengetahuan yang diasah secara terus-menerus, peran
guru sebagai demonstrator diharapkan mampu mengajar para siswa secara didaktis agar apa
yang disampaikan dapat benar-benar dimiliki oleh para siswa.
6. Inspirator
Peran guru sebagai inspirator adalah memberi inspirasi untuk kemajuan belajar para peserta
didik. Karena persoalan seputar belajar adalah masalah pokok siswa, maka guru harus bisa
memberi petunjuk pada siswa bagaimana cara belajar yang lebih baik.
7. Mentor
Sebagai seorang mentor guru sudah seharusnya bisa menjadi rekan belajar bagi para
siswanya. Guru harus bisa memberi arahan dan juga bimbingan pada para siswa dan tidak
bersikap otoriter atau selalu mendikte peserta didik supaya bisa melakukan apapun
keinginannya.
8. Pemantik Kreativitas dan Imajinasi
Pendidikan di era sekarang harus bersifat lebih fleksibel dan tidak kaku atau berpusat pada
guru saja. Seorang guru dituntut agar bisa mendesain sebuah proses pembelajaran yang
menyenangkan dan aktif untuk para peserta didik.
9. Pengembang Kerja Tim
Kolaborasi adalah keterampilan yang harus dikuasai oleh para siswa di era ini. Guru harus
bisa melatih siswa untuk dapat berkolaborasi dengan pihak lain serta menanamkan nilai-nilai
positif pada karakter siswanya. 8
10. Empati Sosial
Seorang guru harus dapat menunjukkan empati pada peserta didiknya. Hal ini adalah salah
satu yang tidak bisa digantikan oleh apapun karena empati guru merupakan penghargaan
terhadap sisi kemanusiaan peserta didik.
2.3 Peran Guru Dalam Mengelola Kelas
Menurut Fathurrohman (2007:103) dikemukakan bahwa manajemen kelas merupakan
suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai
penanggungjawab kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai dengan
masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi”.
8
Ahmad Hamid. (2020). PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN. Aktualita: Jurnal Penelitian
Sosial Keagamaan, 10(1), 1-17.

11
Dalam proses pembelajaran guru sudah menjalankan tugasnya mulai menciptakan
iklim belajar yang tepat sampai mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar dengan baik.
Walaupun ada beberapa kendala yang dihadapi guru dalam manajemen kelas. Manajemen
kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik
sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru
berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi pengahalang bagi proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar guru sudah mempraktekkan keterampilan manajemen
kelas dengan baik, diantaranya mengadakan pendekatan secara pribadi dengan siswa,
membimbing dan memudahkan belajar siswa, serta mengatur dan memonitor kegiatan
pembelajaran. Guru selalu memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. Jika ada siswa yang
berbuat tidak baik guru menegur, sehingga perilaku siswa yang tidak baik tersebut tidak
berkelanjutan sehingga kelas tidak menjadi kacau dan tidak kondusif. Sebagian guru
mengalami kendala dalam mengelola kelas adalah saat siswa mengganggu proses
pembelajaran dengan prilakunya yang tidak baik, sehingga anak-anak lain juga ikut
terganggu.
Guru membimbing jika ada siswa yang belum paham materi yang didiskusikan.
Selain itu guru juga sudah membangun komunikasi yang baik dengan tidak menjadikan
dirinya sebagai satu-satunya yang mendominasi pembicaraan di kelas, tetapi guru juga
memberi kesempatan pada siswa untuk berbicara. Ada beberapa kendala yang di hadapi guru
pada saat proses pembelajaran berlanngsung seperti ada siswa yang membuat keributan
dikelas, tidak mau mendengar penjelasan dari gurunya dan ada siswa tidak mau belajar.
Kendala tersebut juga terjadi karena kurang kesiapan guru dalam manajemen kelas.
Keberhasilan pendidikan bisa di lihat dari proses pembelajaran itu berlangsung. Secara
umum, manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman sebagai
tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.9

9
Syaiful Djamarah. 2010. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka cipta

12
BAB III

Kesimpulan

Karakteristik kepribadian guru merupakan kemampuan pribadi atau personal guru


yang mencerminkan kepribadian yang matang, kokoh, bermartabat, stabil, dan arif. Karakter
seperti ini tentunya akan memunculkan konsep modelling bagi siswa. Sedangkan
profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai
pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran. Pada prinsipnya,pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenapranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Perkembangan terbaru terhadap pandangan mengenai belajar mengajar menuntut guru
untuk meningkatkan kompetensi dan perannya. Karena seyogyanya proses belajar mengajar
serta hasil belajar mengajar siswa sebagian besar ditentukan oleh seberapa besar peran dan
kompetensi seorang guru. Walaupun dunia terus mengalami perkembangan sehingga banyak
hal yang bisa digantikan oleh mesin ataupun robot, namun beberapa peran guru di berikut ini
tidak bisa digantikan oleh apapun; motifator, fasilitator, mediator, pengelola kelas,
demonstrator, inspirator, mentor dan empati sosial.
Menurut Fathurrohman (2007:103) dikemukakan bahwa manajemen kelas merupakan
suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai
penanggungjawab kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai dengan
masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi”.

13
DAFTAR PUSTAKA

Munawir, M., Erindha, A. N. ., & Sari, D. P. (2023). Memahami Karakteristik Guru


Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8(1), 384–390.

Hamid, A. (2020). PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN.


Aktualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 10(1), 1-17.

Djamarah, S. 2010. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka cipta

14

Anda mungkin juga menyukai