KAJIAN TEORI
A. Konsep Toeritis
Pendidikan
yang akan diteliti yaitu upaya kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMAN Plus Provinsi Riau. Untuk mendasari kajian ini, maka
bahasa Indonesia, upaya adalah suatu cara atau tindakan atau usaha yang
dilakukan.12 Upaya juga bisa diartikan sebagai suatu kegiatan atau pekerjaan
yang mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu tujuan.
Kepala sekolah berasal dari kata “kepala” yang diartikan ketua atau
pelajaran.
mencapai suatu sasaran yang hendak dicapai. Kepala sekolah sebagai motor
penggerak terhadap semua yang ada di bawah kendalinya untuk dapat saling
12
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.
666
16
17
sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin
di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi dan peserta didik yang
daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara
d. Kurikulum.
13
Sudarwan Danim, Manajemen dan Kepemimpinan Tranformasional
Kekepalasekolahan Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi
Pendidikan, (Yogyakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm. 47-48
14
Wahjosumijo, Op. Cit., hlm. 83
18
h. Peran manajerial.
15
i. Mengembangkan sumber daya manusia sekolah.
15
Wirawan, Op. Cit., hlm. 549
19
tangung jawab terhadap atasan, terhadap sesama rekan, kepala sekolah atau
a. Kepada Atasan:
1) Wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan.
2) Wajib berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
3) Wajib selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki antara kepala
sekolah dan atasan.
b. Kepada sesama rekan kepala sekolah atau instansi terkait:
1) Wajib memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan para kepala
sekolah yang lain.
2) Wajib memelihara hubungan kerja sama yang sebaik-baiknya dengan
lingkungan baik instansi terkait maupun tokoh-tokoh masyarakat.
c. Kepada bawahan:
Kepala sekolah berkewajiban menciptakan hubungan yang sebaik-
baiknya dengan para guru, staf, dan siswa sebab esensi kepemimpinan
adalah kepengikutan.17
16
Raihani, Kepemimpinan Sekolah Transformatif, (Yogyakarta: PT LKiS Printing
Cemerlang, 2010), hlm. 279-320
17
Wahjosumidjo, Op, Cit., hlm. 87
20
pendidik dan tenaga kependidikan dan prestasi belajar peseta didik dapat
ditentukan.19
18
Tuti Andriani, Kepemimpinan Pendidikan, (Bogor: Educationmattersmost Publishing,
2015), hlm. 63
19
Ibid, hlm. 65
21
20
Wahjosumidjo, Op, Cit., hlm. 94-97
22
21
Tuti Andriani, Op, Cit., hlm. 75-77
23
pembinaan.
menjadi bagian dari sub judul yang peneliti tulis yaitu sebagai berikut:
1) Definisi Kepemimpinan
usaha pendidikan.
2) Sifat-sifat Kepemimpinan
berkualitas yang dilihat dari sifat-sifat atau watak. Biasanya sifat atau
22
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel, Administrasi Pendidikan Teori, Riset, dan Praktik,
(Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 635
23
Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan
Penelitian Contoh Aplikasi Untuk Kepemimpinan Wanita, Organisasi Bisnis, Pendidikan dan
Militer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 7
25
seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh
sebagai berikut:
24
Engkoswara dan Aan Komariah, Op., Cit, hlm. 179
25
Didin Kurniadin & Imam Machail, Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 302
26
besar.
benar.
sendiri.
berikut:
1) Keterampilan memimpin.
26
Ibid, hlm. 302-306
28
5) Keterampilan menilai.27
yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dirujuk
29
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 125
30
Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan, dan Praktik, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hlm. 305
30
profesional dan guru yang sejahtera. Oleh karena itu, kepala sekolah
31
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), hlm 99-100
31
diperlukan.
sebagai berikut:
kependidikan.
dimiliki sekolah.
a. Kesiswaan
33
bidang studi.
dengan itu.
b. Ketenagaan
4) Kesejahteraan.
6) Pengembangan karir.33
d. Kurikulum
pembelajaran.
kurikulum.35
e. Masyarakat
baik berupa barang maupun jasa. Barang dan jasa pendidikan itu
34
Suryo Subroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Renika Cipta, 2004), hlm.
114
35
Suharno, Op. Cit., hlm. 21
35
bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan.36
dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah, mutu
sesuai persepsi.39
berkualitas, yakni:40
36
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.
53
37
Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 195
38
Abdul Hadis dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 85
39
Suharno, Op. Cit., hlm. 27
40
Fandy Tjipto dkk, Total Quality Management, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2003), hlm.
3-4
36
yang lain).
melebihi harapan.
apabila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik baik dalam bidang
1) Kurikulum
curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi,
41
Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah (Strategi Peningkatan Mutu dan
Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 135
37
istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani
lembaga pendidikan.
2) Media/Alat Pendidikan
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
42
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004), hlm. 128
43
Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satua Pendidikan) Dasar Pemahaman dan
Pengembangan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet-v, hlm. 1
38
44
Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Wali, 2009), hlm. 6
45
Nunu Mahnun, Media dan Sumber Belajar Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), hlm. 2
46
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 60
39
dengan:
1) Kesejahteraan guru,
2) Kemampuan guru,
4) Buku-buku pelajaran.48
47
Sohiron, Akreditasi Satuan Pendidikan, (Pekanbaru: Zanafa Bublishing, 2014), hlm. 27
48
Nanang Fatah, Ekonomi dan pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 76
49
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Penerbit Erlangga, 2007),
hlm. 205
40
yang lebih tinggi atau sesuatu yang sifatnya sederhana berubah menjadi
sempurna.
yaitu:51
sekolah yang tidak siap sulit untuk mencapai hasil yang ditentukan
50
Dep. P dan K, Kamus Besar Bahasa Indoseia,Edisi ke 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001),
hlm. 571
51
Zamroni, Manajemen Pendidikan Suatu Usaha Meningkatkan Mutu Sekolah,
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 18-21
41
dan akan muncul upaya-upaya yang tidak sehat atau akan muncul
keputusasaan.
secara nasional.
c) Strategi Komprehensif
kombinasi dari dua stategi yang sudah ada. Berdasarkan stategi ini
hal-hal berikut:52
baik.
harapan.
52
Nur Zazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
hlm. 64-65
43
berikut:
53
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 172
44
guru, kepala sekolah, siswa dan orang yang terkait di dalam proses
54
Mujamil Qomar, Op. Cit., hlm. 202
45
kerja sama.
proses pembelajaran.
pendidikan di sekolah.55
oleh orang lain. Berikut ini akan dipaparkan sebagai peneliti terdahulu yang
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Fakultas Tarbiyah dan
55
Nanang Fatah, Op. Cit., hlm. 56
46
Islam, Tahun 2014. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa peran
memadai dan proses belejara mengajar kepala sekolah akan perannya dalam
kurang baik. Kedua, sumber daya dalam pengadaan perangkat lunak kurang
C. Proposisi
yang dapat dibuktikan secara nyata kebenarannya, jadi peneliti memberi makna
memberikan batasan terhadap kajian teoritis. Hal ini diperlukan agar tidak
seperti dalam bagian sebelumnya pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ketenagaan
profesinya.
karyawan.
karyawan.
karyawan.
b. Kesiswaan
potensi siswa.
berprestasi.
c. Kurikulum
pembelajaran.
kurikulum.
kurikulum.
relevan.
e. Masyarakat
b. Kurikulum
c. Siswa
pembelajaran.