Anda di halaman 1dari 5

6.

Dana pendidikan, dana pendidikan membuat guru terkendala dalam menyediakan media/bahan
pembelajaran yang mendukung pengembangan kreativitas siswa.

Solusi :

Sumber pendanaan pendidikan yang sekarang lebih didominasi oleh pemerintah dan orang tua
siswa. Partisipasi masyarakat dan dunia industri masih sangat kecil dalam menunjang kebutuhan
belanja operasional pendidikan yaitu berkisar antara 2-8% saja. Ini terjadi karena kontribusi
masyarakat dan dunia usaha pada umumnya lebih diwujudkan dalam bentuk pemberian hibah
tanah wakaf, pendirian bangunan sekolah, perlengkapan dan peralatan pendidikan, yang
semuanya bersifat barang modal. Untuk kelangsungan penyelenggaraan pendidikan yang bemutu
lebih dibutuhkan bantuan biaya operasional yang berkelanjutan. Fakta juga menunjukkan adanya
ketimpangan proporsi pendanaan dari pemerintah terhadap sekolah negeri dan sekolah swasta.
Sekolah swasta yang pada umumnya menampung lebih banyak siswa dari keluarga kurang
mampu justru memperoleh subsidi per siswa dari pemerintah lebih sedikit. Apabila partisipasi
masyarakat dan dunia usaha hanya dilakukan dalam skala sekolah melalui komite sekolah seperti
yang berkembang pada saat ini, maka kecenderungannya sekolah negeri yang sudah memperoleh
proporsi subsidi besardari pemerintah cenderung memperoleh pasrtisipasi masyarakat (dalam hal
ini orang tua) dan dunia usaha yang lebih besar pula. Hal sebaliknya terjadi pada sekolah swasta.
Ini berarti bahwa kesempatan untuk meningkatkan mutu bagi sekolah swasta baik dari sumber
pendanaan dari pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha akan lebih terbatas, sehingga justru
akan menimbulkan persoalan baru, yaitu semakin besarnya jurang kesempatan untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.

Upaya untuk menggali sumber pendanaan dari masyarakat dan dunia usaha justru sebaliknya
harus diupayakan temasuk untuk mengurangi kesenjangan ini. Dengan mempertimbangkan
keadaan pembiayaan pendidikan pada saat sekarang dan kemungkinan peluangnya yang akan
datang, maka upaya untuk menggali sumber dana dapat dilakukan melalui dengan melakukan
penghematan belanja pendidikan terutama dengan mengatasi kelemahan struktural sistem
pendanaan pemerintah dengan cara merubah sistem pendanaan Pendidikan yang lebih terbuka,
tidak hanya yang berasal dari pemerintah dan orang tua tetapi juga dari masyarakatdan dunia
usaha. Untuk mengatasi ketimpangan sistem pendanaan yang diperoleh dari pemerintah perlu
dilakukan perubahan sistem subsidi pemerintah yang semula berdasarkan lembaga satuan
Pendidikan, dirubah menjadi sistem subsidi dalam bentuk block grant kepada satuan Pendidikan
berdasarkan satuan biaya per siswa, yang dapat dibuat gradasi berdasarkan latar belakang tingkat
kemampuan ekonomi orang tuanya dengan kontrak yang menuju kepada kinerja kelembagaan
yang diukurdari peningkatan mutu pendidikan (performance based funding sistem).

Adapun cara dalam mengatasi permasalahan pendanaan biaya pendidikan yaitu :

1. Pertama, upaya menggali sumber daya pendanaan pendidikan dari masyarakat melalui
pola subsidi silang antara kelompok masyarakat yang kaya terhadap kelompok keluarga
miskin. Ada berbagai variasi yang dapat dilakukan: (a) Menerapkan sistem penetapan
iuran pembinaan Pendidikan dengan menggunakan sistem progresif, dimana keluarga
yang kaya membayar lebih tinggi dari keluarga yang miskin. Pola ini biasa dilakukan di
sekolah swasta yang berciri khusus agama Kristen. (b) Menerapkan sistem penetapan
iuran pembinaan Pendidikan yang sama pada setiap siswa, kecuali yang tidak mampu
tidak dipungut biaya. Pola ini biasa diterapkan di madrasah. (c) Menerapkan sistem
penerimaan mahasiswa dengan berbagai jalur yang mengharuskan sebagian orang tua
yang kaya membayar sumbangan peningkatan mutu akademik (SPMA).
2. Kedua, mengembangkan Dana Pendidikan Abadi (Endowment Fund), diperoleh dari
sumbangan masyarakat yang dikumpulkan dan disimpan, dan yang dipergunakan untuk
membantu pendidikan adalah bunganya saja sehingga dana pendidikan yang terkumpul
tetap ada untuk menjamin kelangsungan pendaan pendidikan. Pola seperti ini sudah
banyak dilakukan oleh perguruan tinggi di negara maju dimana dana abadi tersebut
diperoleh dari sumbangan para alumni dan dunia usaha. Dari dunia usaha misalnya dapat
dilakukan dengan menyisihkan lima persen hasil keuntungannya disumbangkan untuk
Dana Pendidikan Abadi sebagai imbalan memperoleh hasil pendidikan secara gratis. Para
alumni dan dunia usaha mempunyai motivasi yang tinggi untuk menyumbang melalui
dana abadi tersebut karena sudah diatur oleh peraturan perundangan dan memperoleh
keringanan pajak sebagai insentif.

7. Pengidentifikasian anak berbakat atau anak ABK, tidak tersedianya layanan identifikasi anak
berbakat dan anak ABK di setiap sekolah yang dimana identifikasi kreativitas dilakukan sebelum
anak duduk di bangku sekolah.
Solusi :

Setiap sekolah dapat melakukan identifikasi anak berbakat. Dalam rangka identifikasi ABA, ada
dua langkah penting, yaitu penjaringan (screening) dan assessmen.

1. Penjaringan (Screening)
a. Nominasi guru
Observasi guru memungkinkan evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru
dapat mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga
mempertimbangkan jawabannya. Guru-guru dapat juga melihat bagaimana siswa
menggunakan waktunya, dan bagaimana beberapa indikator keberbakatan yang telah
dikutip untuk diterapkannya. Juga, meminta siswa menjawab siapa yang paling pintar
dan paling membantu di antara mereka dapat membantu guru dalam melakukan
identifkasi.
b. Nominasi orangtua
Orangtua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan
pengamatannya yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan itu,
orangtua dapat memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual dan
minat dan keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh orangtua
untuk mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara yang baik untuk melibatkan
orangtua dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak
yang lebih komprehensif.
c. Nominasi teman sebaya (peer nomination)
Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak
berbakat dalam sekolah, baik berkenaan dengan keunggulan bidang akademik
maupun bidang non-akademik, terutama kemampuan anak memecahkan masalah,
kemampuan kepemimpinan, dan sikap kejujuran anak.
d. Prestasi akademik anak Posisi anak pada saat diidentifikasi memiliki nilai informasi
yang sangat penting, terutama berkenaan dengan kedudukan prestasi terakhir siswa,
di samping sejarah prestasi akademiknya, maupun non akademiknya yang sangat
terkait dengan keunggulan anak dalam kinerjanya.
e. Portofolio
Kemajuan sepanjang waktu, yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat
dinilai oleh pemantau bahan-bahan yang tersimpan dalam portofolionya. Ini
memungkinkan evaluasi dalam berbagai bidang, seperti belajar yang memiliki gaya
tertentu dan penggunaan pengetahuan. Selain itu bahwa portofolio memungkinkan
kegiatan asessmen kreativitas siswa melalui unjuk kinerja dalam berbagai even yang
telah terdokumentasikan. Untuk membantu dalam membakukan evaluasi portofolio,
sekolah dapat mengembangkan suatu daftar kriteria untuk dipertimbangkan, seperti:
kompleksitas penyajian.
f. Produk kerja atau Kinerja yang bagus sekali
Selama dalam sejarah kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya
siswa berbakat, baik yang dihasilkan secara voluntir maupun hasil lomba, yang
dibuktikan dengan piala atau piagam penghargaan. Karya-karya mereka dapat
didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat dijadikan bukti sebagai karya-karya
yang berprestasi untuk melengkapi bukti-bukti lainnya.
g. Observasi
Pengamatan terhadap perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar
kelas, terutama berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik
sebagai pribadi maupun anggota kelompok, keluarga, atau masyarakat. Kegiatan ini
dapat dilakukan oleh konselor atau wali kelas yang memang bertanggung jawab
dalam mendampingi kehidupan anak di sekolah
h. Mereviu catatan siswa
Siswa biasanya memiliki catatan pribadi. Melalui cara ini, dapat dilihat
bagaimana catatan pribadi siswa tentang kegiatan di luar sekolah, misalnya,
keanggotaan dalam suatu drama club, peran dalam kegiatan keluarga, dan serta peran
di masyarakat. Yang juga sangat penting adala. Bagaimana dengan konsistensi
prestasi di sekolah.
i. Tes kelompok (group test).
Tes kelompok ini dilakukan untuk menambah informasi tentang anak, baik
berkenaan dengan informasi inteligensi maupun bakat skolastik dan prestasi
belajarnya. Untuk itu perlu dilakukan tes inteligensi, tes bakat skolastik, maupun tes
prestasi belajar.

2. Assesment
Berdasarkan hasil screening, maka selanjutnya dilakukan assessmen baik terkait
dengan kemampuan kecerdasan umum, bakat skolastik dan bakat lainnya, maupun
tingkat kreativitas dan komitmen akan tugas. Untuk melakukan assessmen tersebut,
digunakan tes dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat
skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan inventory komitmen akan tugas. Sebagian besar
tes tersebut lebih bersifat individual.

Dapus
Nurhadi, M. A. (2005). Mencari Alternatif Sumber Daya Pendanaan Pendidikan. Jurnal
Manajemen Pendidikan, 1(1).
https://media.neliti.com/media/publications/113790-ID-mencari-alternatif-
sumber-daya-pendanaan.pdf

Wahab, R. (2011). Mengenal Anak Berbakat Akademik Dan Upaya


Mengidentifikasinya. Cakrawala Pendidikan, 1.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405893/lainlain/mengenal-anak-berbakat-
akademik-dan-mengidentifikasikannya.pdf

Anda mungkin juga menyukai