Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANAJEMEN PENDIDIKAN

RANGKUMAN MATERI
“Iklim Sekolah”

Dosen Pengampu :
Drs. Darmono, M.T

Disusun oleh :
Laillia Rakhmawati Sunaryo
(15505244003)
Kelas C1 2015

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
A. Pengertian Iklim Sekolah
Litwin dan Stringer  menjelaskan iklim sekolah yang didefinisikan secara
bervariasi oleh para ahli sebagai hasil dari persepsi subjektif terhadap sistem formal,
gaya informal kepala sekolah, dan faktor lingkungan penting lainnya yang
mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi individu yang berada pada
sekolah tersebut. Namun demikian variasi definisi iklim sekolah apabila ditelaah lebih
dalam, mengerucut kepada tiga pengertian, diantaranya sebagai berikut :
1. Iklim sekolah didefinisikan sebagai kepribadian suatu sekolah yang membedakan
dengan sekolah lainnya.
2. Iklim sekolah didefinisikan sebagai suasana di tempat kerja, mencakup berbagai
norma yang kompleks, nilai, harapan, kebijakan, dan prosedur yang
mempengaruhi pola perilaku individu dan kelompok.
3. Iklim sekolah didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap kegiatan, praktik,
dan prosedur serta persepsi tentang perilaku yang dihargai, didukung dan
diharapkan dalam suatu organisasi.
Menurut Abdul azis, iklim sekolah sebagai sesuatu yang intangible tetapi
penting untuk sebuah organisasi dan dianalogikan dengan kepribadian individu. Iklim
sekolah merujuk kepada hati dan jiwa dari sebuah sekolah, psikologis dan atribut
institusi. Tujuannya menjadikan sekolah memiliki kepribadian yang relatif bertahan
dan dialami oleh seluruh anggota yang menjelaskan persepsi kolektif dari perilaku
rutin, terkait hal tersebut akan mempengaruhi sikap dan perilaku di sekolah.
Menurut Roestiyah iklim sekolah dipahami sebagai manifestasi dari
kepribadian sekolah yang dapat dievaluasi dalam di sebuah kontinum dari iklim
sekolah terbuka ke iklim sekolah tertutup. Iklim sekolah terbuka didasarkan pada rasa
hormat, kepercayaan dan kejujuran, serta memberikan peluang kepada guru,
manajemen sekolah dan peserta didik untuk terlibat secara konstruktif dan kooperatif
dengan satu sama lain.  Oleh karena itu inti dari iklim sekolah adalah bagaimana kita
memperlakukan satu sama lain. Iklim sekolah sebagai kualitas dan karakter dari
kehidupan sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua dan pengalaman
personil sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan norma-norma,
tujuan, nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta struktur
organisasi.
Menurut Hasibuan  Iklim suatu sekolah menginformasikan mengenai atmosfir
dalam kelas, ruang fakultas, kantor, dan setiap gang yang ada di sekolah. Iklim
sekolah adalah komponen penting untuk mewujudkan sekolah menengah yang efektif.
Menurut Moos (1979:81) iklim sekolah didefinisikan sebagai pengaturan
suasana sosial atau lingkungan belajar. Iklim sekolah adalah lingkungan remaja yang
ramah, santai, sopan, tenang, dan enerjik. Keseluruhan iklim sekolah dapat
ditingkatkan oleh sikap dan perilaku positif dari para siswa dan guru. Iklim sekolah
berkaitan dengan lingkungan yang produktif dan kondusif untuk belajar siswa dengan
suasana yang mengutamakan kerjasama, kepercayaan, kesetiaan, keterbukaan,
bangga, dan komitmen. Iklim sekolah juga berkaitan dengan prestasi akademik, moral
fakultas, dan perilaku siswa. Iklim sekolah menengah yang optimal adalah iklim
sekolah yang responsif terhadap perkembangan kebutuhan setiap siswa, merangsang
pertumbuhan pribadi dan akademik.
Secara umum asas-asas pengembangan iklim sekolah dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Kerjasama tim (team work)
2. Kemampuan
3. Keinginan
4. Kegembiraan (happiness)
5. Hormat (respect)
6. Jujur (honesty)
7. Disiplin (discipline)
8. Empati (empathy)
9. Pengetahuan dan Kesopanan
Dari pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah
adalah lingkungan remaja yang ramah, santai, sopan, tenang, dan energik.
Keseluruhan iklim sekolah dapat ditingkatkan oleh sikap dan perilaku positif dari para
siswa dan guru. Iklim sekolah berkaitan dengan lingkungan yang produktif dan
kondusif untuk belajar siswa dengan suasana yang mengutamakan kerjasama,
kepercayaan, kesetiaan, keterbukaan, bangga, dan komitmen. Iklim sekolah juga
berkaitan dengan prestasi akademik, moral fakultas, dan perilaku siswa.
B. Urgensi Iklim Sekolah
Uraian mengenai urgensi iklim sekolah didasarkan pada dampak yang dapat
ditimbulkannya merujuk kepada beberapa berbagai penelitian. Freiberg menegaskan
iklim sekolah dapat menjadi pengaruh positif pada kesehatan lingkungan belajar atau
hambatan yang signifikan untuk belajar.
Tentang pentingnya iklim sekolah Marshall memberikan beberapa kesimpulan
mengenai pentingnya iklim sekolah bagi berbagai pihak, yaitu : (1) iklim sekolah
dapat mempengaruhi banyak orang di sekolah, (2) iklim sekolah di perkotaan beresiko
tinggi menunjukkan bahwa lingkungan yang positif mendukung dan budaya sadar
iklim sekolah signifikan dapat membentuk kesuksesan siswa perkotaan dalam
memperoleh gelar akademik, (3) hubungan interpersonal yang positif dan kesempatan
belajar yang optimal bagi siswa di semua lingkungan demografis dapat meningkatkan
prestasi dan mengurangi prilaku maladaptive, (4) iklim sekolah yang positif berkaitan
dengan peningkatan kepuasan kerja bagi personil sekolah, (5) iklim sekolah dapat
memainkan peran penting dalam menyediakan suasana sekolah yang sehat dan positif,
(6) interaksi dari berbagai sekolah dan faktor iklim kelas dapat memberikan dukungan
yang memungkinkan semua anggota komunitas sekolah untuk mengajar dan mengajar
dengan optimal, (7) iklim sekolah termasuk kepercayaan, menghormati, saling
mengerti kewajiban dan perhatian untuk kesejahteraan lainnya, memilki pengaruh
yang kuat terhadap pendidik dan peserta didik, hubungan antara peserta didik serta
prestasi akademis dan kemajuan sekolah secara keseluruhan. Iklim sekolah yang
positif merupakan lingkungan yang kaya untuk pertumbuhan pribadi dan keberhasilan
akademik.
Banyak penelitian telah mengidentifikasi berbagai dimensi untuk mengukur
iklim sekolah. Salah satunya menurut Gunbayi adalah Halpin dan Croft yang
mengajukan delapan dimensi iklim organisasi. Empat diantaranya berfokus pada
prilaku guru yaitu disengagement, hindrance, esprit dan intimacy. Empat dimensi lagi
fokus pada prilaku kepala sekolah, yaitu aloofness, production, thrust, dan
consideration.9 Tahun 1968 Harvard Business mengidentifikasi enam dimensi iklim
sekolah, yaitu flexibility, responsibility, standards, rewards, clarity and team
commitment. Schneider pada tahun 1983 mengemukakan enam dimensi iklim
organisasi, yaitu organizational support, member quality, opennes, supervisory style,
member conflict dan member autonomy.
Tahun 1996 Hoy, Hofman, Sabo dan Bliss menjabarkan enam dimensi iklim
sekolah, yang dikelompokkan ke dalam dua aspek, yaitu aspek perilaku kepala
sekolah dan aspek prilaku guru. Tiga dimensi kepala sekolah yang diukur adalah
supprtive, directive dan restrictive, sedangkan tiga dimensi perilaku guru yang diukur
adalah collegial, commited dan disengaged.
Supportive adalah perilaku kepala sekolah yang diarahkan kepada kebutuhan
sosial dan prestasi kerja. Kepala sekolah suka menolong, benar – benar
memperhatikan guru dan berupaya memotivasi dengan menggunakan kritik yang
konstruktif dan dengan memnberikan contoh melalui kerja keras. Directive adalah
prilaku kepala sekolah yang kaku. Kepala sekolah terus menerus memantau hampir
semua aspek prilaku guru di sekolah. Restrictive adalah prilaku kepala sekolah yang
membatasi pekerjaan guru daripada memfasilitasinya. Kepala sekolah membebani
guru dengan pekerjaan administratif dan permintaan lainnya yang mengganggu
tanggung jawab mengajar. Collegial adalah prilaku guru yang terbuka dan
mendukung interaksi antara guru secara profesional. Seperti saling menghormati dan
membantu satu sama lain baik secara individu maupun secara kelompok. Committed
adalah prilaku guru yang diarahkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan intelektual dan sosial. Guru bekerja ekstra keras untuk memastikan
keberhasilan siswa di sekolah. Disengaged adalah prilaku guru yang kurang fokus dan
bermakna bagi kegiatan profesional.

C. Tujuan Iklim Sekolah


1. Terwujudnya peningkatan hasil belajar siswa
2. Terwujudnya produktivitas perilaku melalui proses belajar
3. Terarahnya perilaku warga sekolah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
belajar siswa
4. Terciptanya kerja tim warga sekolah yang kompak
5. Tersaringnya budaya global yang tidak sesuai dengan budaya lokal sekolah
6. Terwujudnya peingkatan komitmen dan motivasi warga sekolah dan orang tua
siswa
7. Terwujudnya sekolah yang efektif
D. Jenis-jenis Iklim Sekolah
Halpin dan Don B. Croft dalam Burhanuddin (1990: 272), mengemukakan
bahwa iklim-iklim organisasi sekolah itu dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Iklim Terbuka Yaitu suasana yang melukiskan organisasi sekolah penuh
semangat dan daya hidup, memberikan kepuasan pada anggota kelompok dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Tindakan-tindakan pimpinan lancar dan
serasi, baik dari kelompok maupun pimpinan. Para anggota kelompok mudah
memperolehkepuasan kerja karena dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik,
sementara kebutuhan-kebutuhan pribadi terpenuhi.
Iklim sekolah terbuka didasarkan pada rasa hormat, kepercayaan dan
kejujuran, serta memberikan peluang kepada guru, manajemen sekolah dan
peserta  didik untuk terlibat dan kooperatif dengan satu sama lain. kepala sekolah
terbuka serta dapat menerima kritik dan saran, menghargai kompetensi
profesional guru, memfasilitasi kebutuhan guru tanpa adanya pembatasan. selain
itu perilaku guru mendukung interaksi terbuka dan profesional serta hubungan
kelegial tinggi, saling mengenal antar pribadi, dan saling bekerja sama serta
komitmen terhadap pekerjaannya. Sedangkan iklim tertutup merupakan kebalikan
dari iklim terbuka.
2. Iklim Bebas, melukiskan suasana organisasi sekolah, dimana tindakan
kepemimpinan justru muncul pertama-tama dari kelompok. Pemimpin sedikit
melakukan pengawasan, semangat kerja pertama muncul hanya karena untuk
memenuhi kepuasan pribadi. Sedangkan kepuasan kerja juga muncul, hanya sajak
adarnya kecil sekali.
3. Iklim Terkontrol, bercirikan “impersonal” dan sangat mementingkan tugas,
sementara kebutuhan anggota organisasi sekolah tidak diperhatikan. Dan adanya
anggota kelompok sendiri pada akhirnya hanya memperhatikan tugas-tugas yang
ditetapkan pemimpin, sedangkan perhatian yang ditujukannya pada kebutuhan
pribadi relatif kecil.
4. Iklim yang Familier adalah suatu iklim ysng terlalu bersifat manusiawi dan tidak
terkontrol. Para anggota hanya berlomba-lomba untuk memenuhi tuntutan pribadi
mereka, namun sangat sedikit perhatian pada penyelesaian tugas dan kontrol
sosial yang ada kurang diperhatikan.
5. Iklim Keayahan, Organisasi sekolah demikian bercirikan adanya penekanan bagi
munculnya kegiatan kepemimpinan dari anggota organisasi. Kepala sekolah
biasanya berusaha menekan atau tidak menghargai adanya inisiatif yang muncul
dari orang-orang yang dipimpinnya. Kecakapan-kecakapan yang dimiliki
kelompok tidak dimanfaaatkannya untuk melengkapi
6. Iklim Tertutup, para anggota biasanya bersikap acuh tak acuh atau masa bodoh.
Organisasi tidak maju, semangat kerja kelompok rendah, karena para anggota di
samping tidak memenuhi tuntutan pribadi, juga tidak dapat memperoleh kepuasan
dari hasil karya mereka.

E. Iklim Sekolah yang Kondusif


Iklim sekolah yang kondusif akademik baik fisik maupun non fisik merupakan
landasan bagi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan produktif. Oleh karena
itu, sekolah perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk menumbuhkembangkan
semangat dan merangsang nafsu belajar peserta didik. Dengan iklim yang kondusif
diharapkan tercipta suasana yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran
dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan. Iklim yang kondusif menurut
Mulyasa (2004: 23) mencakup : Lingkungan yang aman, nyaman dan
tertib. Ditunjang oleh optimisme dan harapan warga sekolah. Kesehatan sekolah. Dan
Kegiatan-kegiatan yang berpusat pada perkembangan peserta didik. Seperti halnya
iklim fisik, suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan membangkitkan
kinerja para tenaga kependidikan menurut Mulyasa (2004:120).

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim sekolah


Anorogo dan Ninik mengemukakan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi iklim organisasi:

1. Disiplin Kerja
2. Kepuasan Kerja
3. Etos kerja
4. Komunikasi
5. Stress dan Konflik
Sementara Cherington menyatakan bahwa terdapat tujuh faktor yang
mempengaruhi  iklim organisasi:

1. Nilai manajemen
2. Gaya Kepemimpinan
3. Kondisi Ekonomi
4. Struktur Organisasi
5. Karakteristik anggota
6. Besarnya organisasi
7. Hubungan pegawai dan atasan

Anda mungkin juga menyukai