INDONESIA SMK
Smile! to Learning Resourse. WordPress.com site
ever,Okay? Thanks !
Search
Main menu
Skip to primary content
3 Votes
Budaya dan iklim sekolah yang kondusif sangat penting agar siswa merasa
tenang, aman dan bersikap positif terhadap sekolahnya, agar guru merasakan
diri dihargai, dan agar orangtua dan masyarakat merasa dirinya diterima dan
dilibatkan (Townsend, 1994). Hal ini dapat terjadi melalui penciptaan norma dan
kebiasaan yang positif, hubungan dan kerja sama yang harmonis yang didasari
oleh sikap saling menghargai satu sama lain. Hal yang sama dikemukakan oleh
Wijaya (2005), yaitu budaya sekolah yang perlu ditumbuhkan berupa suasana
saling hormat antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan
guru, dan dengan pihak lainnya. Sehubungan dengan itu maka iklim sekolah
dapat digolongkan menjadi enam kondisi yaitu: (1) iklim terbuka, (2) iklim
bebas, (3) iklim terkontrol (4) iklim familier (kekeluargaan), (5) iklim parternal,
dan (6) iklim tertutup (Halpin & B Croft dalam Burhanunudin, 1994). Selain itu,
iklim sekolah yang kondusif mendorong setiap personil yang terlibat dalam
organisasi sekolah untuk bertindak dan melakukan yang terbaik yang mengarah
pada prestasi siswa yang tinggi.
Pesan-pesan spiritual untuk poster afirmasi dapat berupa petikan ayat Al-Quran,
hadist, pesan pujangga, atau puisi-puisi spiritual. Yang perlu diperhatikan,
adalah pengadaan dan penempatan poster afirmasi ini jangan sampai terkesan
berlebihan atau menjadi pesan sloganis belaka.
Budaya dan iklim sekolah yang bercirikan model hubungan seperti ini akan
dapat membangun rasa kebersamaan dan dapat memicu berkembangnya rasa
percaya diri dan kreativitas semua warga sekolah, termasuk semua siswa.
a. Orang tua siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan, seperti pembuatan tata
tertib, mengontrol perkembangan belajar anaknya, penegakan kedisiplinan di
sekolah, pertemuan berkala antara orangtua dan pihak sekolah, memberikan
sumbangan dalam bentuk materi.
Murphy (1985) seperti dikutip oleh Wayson, dkk. (1988) mengungkapkan bahwa
harapan dan standar untuk berprestasi yang tinggi juga perlu bagi para staf
sekolah yang ditandai dengan adanya: (1) keyakinan bahwa semua siswa dapat
belajar, (2) tanggung jawab bagi pembelajaran siswa, (3) harapan yang tinggi
akan pekerjaan yang berkualitas tinggi, (4) persyaratan promosi dan
penjenjang-an, dan (5) pemberian perhatian pribadi kepada siswa perorangan.
a. Penerapan disiplin dan tatatertib sesuai dengan mentaati jam kerja yang
berlaku di lingkungan sekolah.
b. Setiap guru bidang studi dan wali kelas senantiasa melakukan pemantauan
dan evaluasi secara periodik terhadap peningkatan disiplin dan prestasi belajar
siswa
c. Kepala sekolah, guru dan wali kelas wajib menciptakan iklim kerja dan iklim
belajar yang kondusif dalam rangka untuk meningkatkan kinerja guru dan
prestasi belajar siswa.
e. Menyiapkan buku bacaan sekolah di setiap sudut atau ruang sekolah dalam
bentuk taman bacaan atau ruang tunggu yang bisa digunakan oleh siapa saja
tanpa harus dijaga karena didasari oleh kebutuhan dan kejujuran.
h. Senantiasa melakukan pembinaan dan motivasi kepada guru, staf dan siswa
dengan menggunakan prinsip pemberian penghargaan mereka yang berprestasi
dan penerapan sanksi disiplin untuk mereka yang melakukan pelanggaran
disiplin sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku di sekolah tidak
terkecuali kepada siapapun.
Salah satu bentuk pengembangan budaya kerja yang positif adalah budaya
mutu. Filosofi utama budaya mutu adalah “perbaiki prosesnya sebelum hasilnya
jelek” (Paine, Turner, Pryke, 1992). Di kalangan bisnis, ternyata 35 persen dari
biaya operasionalnya dipakai untuk memperbaiki dan menyelesaikan pekerjaan
yang ternyata salah atau keliru dilakukan (Crosby, 1990).
Hal ini membawa implikasi bahwa sekolah perlu didorong untuk tidak hanya
melihat aspek input manajemen tetapi jauh lebih penting adalah proses
manajemennya, yang dalam konteks pembelajaran berarti perbaikan secara
berkelanjutan “proses pembelajaran.” Sehubungan dengan itu maka, yang
diartikan sebagai proses manajemen dalam konteks ini adalah manajemen
mutu. Penerapan manajemen mutu dalam organisasi nonprofit termasuk
sekolah, menurut Brough (1992) perlu memperhatikan hal berikut, yaitu: (1)
kualitas adalah pekerjaan setiap orang; (2) kualitas muncul dari pencegahan,
bukan hasil dari suatu pemeriksaan atau inspeksi; (3) kualitas berarti memenuhi
keinginan, kebutuhan, dan selera konsumen; (4) kualitas menuntut kerja sama
yang erat; (5) kualitas menuntut perbaikan yang berkelanjutan; (6) kualitas
harus didasarkan atas perencanaan strategik.
Beberapa pandangan Juran yang dikutip oleh Jerome S Arcaro (2005) tentang
mutu adalah: (1) meraih mutu merupakan proses yang tidak mengenal akhir (2)
perbaikan mutu merupakan proses berkelanjutan, bukan program sekali jalan
(3) mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan dan administrator (4)
pelatihan merupakan prasyarat mutu, dan (5) setiap orang di sekolah mesti
mendapatkan pelatihan.
Pilar-pilar ini merupakan model penting bagi setiap prakarsa mutu yang berhasil
dan pilar mutu ini bersifat universal, dapat diterapkan di semua sekolah. Pilar
mutu memberikan fokus dan arahan yang diperlukan oleh seluruh personil
sekolah untuk setiap prakarsa mutu. Dengan konsep ini memungkinkan bagi
guru dan staf untuk mengukur dan mendokumentasikan nilai tambah parakarsa
mutu kepada siswa dan masyarakat. Fokus dan arahan pada setiap pilar tidak
dapat dibatasi oleh satu pilar dalam mengembangkan budaya dan iklim mutu
dalam lingkungan sekolah. Karena pendekatan sistem merupakan suatu
pendekatan yang diterapkan dalam pilar mutu maka dalam pengembangan
budaya dan iklim sekolah yang bermutu maka juga harus berfokus pada semua
pilar sekaligus.
Sekolah yang memiliki budaya mutu, menyusun standar kinerja yang tinggi bagi
guru, staf dan siswa. Guru yang berorientasi budaya mutu memiliki motivasi
kerja, komitmen, dan kinerja yang tinggi dan sebaliknya menolak cara-cara yang
menodai komitmen terhadap mutu. Siswa yang memiliki budaya mutu memiliki
motivasi belajar, komitmen dan kerajinan yang tinggi dan sebaliknya menolak
cara-cara yang tidak fair seperti menyontek, dan sebagainya.
a. Merumuskan standar sikap dan perilaku yang berorientasi pada kinerja tinggi
baik bagi kepala sekolah, guru, staf administrasi, mapun siswa.
c. Melaksanakan berbagai lomba untuk mendorong siswa, guru, dan staf dalam
berkompetisi.
Peningkatan akuntabilitas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penciptaan budaya akuntabilitas di
sekolah sebagai berikut:
a. Setiap staf dan guru agar menyusun laporan akuntabilitas secara periodik
setiap triwulan
b. Pemanfaatan sumber dana baik yang bersumber dari APBN maupun APBD
ataupun seumber lain dilakukan dengan berlandaskan kepada prinsip efektivitas
dan efisiensi, serta berorientasi kepada hasil (output) dan manfaat (outcomes)
dari setiap program yang diselenggarakan di sekolah
Misi: Dikembangkan dari visi, kemudian diuraikan dalam beberapa misi sebagai
berikut:
Untuk merealisasikan visi, misi pendidikan serta sifat-sifat umum siswa Bakti
Mulya 400, maka pembinaan siswa dilakukan melalui proses pembinaan sikap
dan prilaku sehari-hari di sekolah yang diarahkan kepada terwujudnya budaya
sekolah Bakti Mulya 400. Pembiasaan dan tata prilaku dimaksudkan sebagai
Budaya Sekolah Bakti Mulya 400 adalah sebagai berikut:
b. Setiap pagi siswa dilepas pergi ke sekolah oleh kedua orang tua dengan
iringan salam dan do’a.
d. Pada pagi hari membaca “Ikrar” dalam bahasa Arab dan terjemahannya
bersama dengan guru, dan juga dilakukan dalam setiap kesempatan suatu
acara resmi sekolah.
e. Dengan bimbingan guru yang mengajar pada jam pertama, siswa melafalkan
surat “Al Fatihah” dan “Do’a” sebelum pelajaran dimulai, dan setelah jam
pelajaran terakhir membaca surat “Al Ashr” dipimpin guru yang mengajar pada
jam terakhir.
f. Membiasakan menulis dan mengucapkan “Basmallah” setiap memulai
pekerjaan dan atau “Hamdallah” setelah selesai melakukan pekerjaan.
m. Bertaqwa kepada Allah SWT, serta aktif menjalankan ibadah dan amaliah.
n. Setiap gerak, langkah dan tindakan di manapun berada dan dalam suasana
yang bagaimanapun semata-mata karena ibadah kepada Allah SWT, dengan
senantiasa dijiwai ajaran Agama Islam.
E. Tugas
· Dst.
· Dst.
· Dst.
Penataan lingkungan kerja sekolah: · …………………………………
· …………………………………
· Dst.