Anda di halaman 1dari 8

IKLIM SEKOLAH DAN URGENSINYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI

SEKOLAH
Oleh : Kalfein Wuisan & Ari Budi
Abstrak : Iklim sekolah dapat mempengaruhi banyak orang di sekolah. Keadaan atau
suasana sekolah yang tenang dan nyaman, sesuai untuk proses pengajaran dan
pembelajaran dianggap sebagai mempunyai iklim sekolah yang berkesan. Kebanyakan
kajian yang dijalankan tentang iklim sekolah menunjukkan iklim sekolah akan
mewujudkan suasana pembelajaran yang bermotivasi dan seterusnya membantu pelajar
memperoleh pencapaian yang lebih baik dan guru-guru lebih puas untuk bekerja. iklim
yang positif sangat perlu wujud di sesebuah sekolah. Banyak kajian yang dibuat
menunjukkan bahawa terdapat hubungan kait yang rapat antara iklim sekolah dengan
kejayaan murid.
Keyword: Iklim Sekolah, Urgensi Iklim Sekolah
PENDAHULUAN
Iklim sekolah adalah jantung dan jiwa dari sekolah. Ini adalah tentang esensi dari sebuah
sekolah yang mengarah anak, guru, administrator, anggota staf untuk mencintai sekolah dan
untuk melihat ke depan untuk berada di sana setiap hari sekolah. Iklim Sekolah adalh mengenai
kualitas sekolah yang membantu setiap individu merasa nilai pribadi, martabat dan kepentingan,
sementara secara bersamaan membantu menciptakan rasa memiliki terhadap sesuatu di luar diri
kita sendiri. Iklim sekolah dapat mendorong ketahanan atau menjadi faktor risiko dalam
kehidupan orang-orang yang bekerja dan belajar di tempat yang disebut sekolah.
Keadaan atau suasana sekolah yang tenang dan nyaman, sesuai untuk proses pengajaran dan
pembelajaran dianggap sebagai mempunyai iklim sekolah yang berkesan. Halpin dan Croft
(1963) yang merupakan perintis dalam kajian iklim sekolah mengatakan bahawa iklim sekolah
menggambarkan personaliti seseorang individu sendiri dan bagaimana guru tersebut berusaha
untuk men-capai tahap organisasi iklim sekolah berkenaan. Seterusnya, Howard (1974)
mendefinisikan iklim sekolah sebagai keadaan sosial dan budaya sekolah itu yang empengaruhi
tingkah laku orang di dalamnya. Kurikulum (1981) mendefinisikan iklim sekolah sebagai
suasana sekolah yang baik di mana keadaan persekitarannya dirasakan selesa, tenteram, mesra,
riang dengan pembelajaran yang lancar.Memandangkan faktor iklim sekolah turut membantu
mewujudkan sekolah yang berkesan, maka terdapat beberapa pengkaji yang telah
mengetengahkan beberapa ciri iklim sekolah berkesan hasil daripada kajian yang mereka
lakukan.
Oleh karena iklim sekolah sebagai faktor intern sekolah, harus mendapat perhatian serius
dari sekolah itu sendiri. Baik sekolah sebagai wadah pembelajaran maupun sekolah sebagai
sebuah institusi yang beroragnisai.

IKLIM SEKOLAH
Iklim sekolah ini juga dapat diartikan sebagai suatu suasana atau kualitas dari sekolah untuk
membantu individu masing-masing merasa berharga secara pribadi, bermartabat dan penting
secara serentak dapat membantu terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala sesuatu di
sekitar lingkungan sekolah (Freiberg, 2005).
Kassabri M.K, Benbenishty R, Astor R.A, (2005) juga membagi aspek iklim sekolah atas tiga
aspek:
1. School policy against violence that include clear, consist and fair rules
Kejelasan peraturan sekolah terhadap perilaku kekerasan, kejelasan ini terjadi secara
konsisten dan peraturan yang adil. Meliputi pertimbangan para siswa mengenai kebijakan
sekolah atau prosedur yang mengarah pada pengurangan kekerasan.
2. Teacher support of students
Dukungan yang diberikan guru terhadap siswa meliputi ubungan guru dan siswa yang
dapat mendukung siswa.
3. Students participation in decision making and in the design of interventions to
reventschool violence.
Sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembuatan keputusan dan rancangan intervensi
untuk pencegahan kekerasan di sekolah. Hal ini dapat dilihat dengan mengukur perasaan
responden bagaimana peran siswa dalam melihat isu kekerasan di sekolah
Litwin dan Stringer (dalam Gunbayi, 2007:1) menjelaskan iklim sekolah didefinisikan
secara bervariasi oleh para ahli sebagai hasil dari persepsi subjektif terhadap sistem formal, gaya
informal kepala sekolah, dan faktor lingkungan penting lainnya yang memepengaruhi sikap,
kepercayaan, nilai dan motivasi individu yang berada pada sekolah tersebut. Namun demikian
variasi definisi iklim sekolah apabila ditelaah lebih dalam, mengerucut kepada tiga pengertian.
Pertama iklim sekolah didefinisikan sebagai kepribadian suatu sekolah yang
membedakan dengan sekolah lainnya. Kedua iklim sekolah didefinisikan sebagai suasana di
tempat kerja, mencakup berbagai norma yang kompleks, nilai, harapan, kebijakan, dan prosedur
yang mempengaruhi pola perilaku individu dan kelompok. Ketiga iklim sekolah didefinisikan
sebagai persepsi individu terhadap kegiatan, praktik, dan prosedur serta persepsi tentang perilaku
yang dihargai, didukung dan diharapkan dalam suatu organisasi.
Pemahaman iklim sekolah sebagai kepribadian suatu sekolah merujuk pada beberapa
pendapat berikut. Halpin dan Croft (dalam Tubbs dan Garner, 2008:17) menjelaskan iklim
sekolah sebagai sesuatu yang intangible tetapi penting untuk sebuah organisasi dan dianalogikan
dengan kepribadian seorang individu. Hoy dan Miskel (dalam Pretorius dan Villiers, 2009:33)
menjelaskan iklim sekolah merujuk kepada hati dan jiwa dari sebuah sekolah, psikologis dan
atribut institusi yang menjadikan sekolah memiliki kepribadian, yang relatif bertahan dan dialami
oleh seluruh anggota, yang menjelaskan persepsi kolektif dari perilaku rutin, dan akan
mempengaruhi sikap dan perilaku di sekolah
Menurut Hoy, Smith dan Sweetland (dalam Milner dan Khoza, 2008:158), iklim sekolah
dipahami sebagai manifestasi dari kepribadian sekolah yang dapat dievaluasi dalam di sebuah
kontinum dari iklim sekolah terbuka ke iklim sekolah tertutup. Iklim sekolah terbuka didasarkan

pada rasa hormat, kepercayaan dan kejujuran, serta memberikan peluang kepada guru,
manajemen sekolah dan peserta didik untuk terlibat secara konstruktif dan kooperatif dengan
satu sama lain. Sorenson dan Goldsmith (2008:30) memandang iklim sekolah sebagai
kepribadian kolektif dari sekolah. Oleh karena itu inti dari iklim sekolah adalah bagaimana kita
memperlakukan satu sama lain. Cohen et.al. (dalam Pinkus, 2009:14) menjelaskan iklim sekolah
sebagai kualitas dan karakter dari kehidupan sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua
dan pengalaman personil sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan norma-norma,
tujuan, nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta struktur organisasi.
Pemahaman iklim sekolah sebagai suasana di tempat merujuk pada beberapa pendapat berikut.
Moos (1979:81) mendefinisikan iklim sekolah sebagai pengaturan suasana sosial atau
lingkungan belajar. Moos membagi lingkungan sosial menjadi tiga kategori, yaitu 1) Hubungan,
termasuk keterlibatan, berafiliasi dengan orang lain di dalam kelas, dan dukungan guru; 2)
Pertumbuhan pribadi atau orientasi tujuan, meliputi pengembangan pribadi dan peningkatan diri
semua anggota lingkungan; dan 3) Pemeliharaan sistem dan perubahan sistem, meliputi
ketertiban dari lingkungan, kejelasan dari aturan-aturan, dan kesungguhan dari guru dalam
menegakkan aturan. Wenzkaff (dalam Cherubini, 2008:40) mengemukakan iklim suatu sekolah
menginformasikan mengenai atmosfir dalam kelas, ruang fakultas, kantor, dan setiap gang yang
ada di sekolah. Haynes, et.al. (dalam Hoffman et.al., 2009:2) mendefinisikan iklim sekolah
sebagai kualitas dan konsistensi interaksi interpersonal dalam masyarakat sekolah yang
mempengaruhi kognitif, sosial, dan perkembangan psikologi anak. Styron dan Nyman (2008:2)
menjelaskan iklim sekolah adalah komponen penting untuk mewujudkan sekolah menengah
yang efektif. Iklim sekolah adalah lingkungan remaja yang ramah, santai, sopan, tenang, dan
enerjik. Keseluruhan iklim sekolah dapat ditingkatkan oleh sikap dan perilaku positif dari para
siswa dan guru. Iklim sekolah berkaitan dengan lingkungan yang produktif dan kondusif untuk
belajar siswa dengan suasana yang mengutamakan kerjasama, kepercayaan, kesetiaan,
keterbukaan, bangga, dan komitmen. Iklim sekolah juga berkaitan dengan prestasi akademik,
moral fakultas, dan perilaku siswa. Iklim sekolah menengah yang optimal adalah iklim sekolah
yang responsif terhadap perkembangan kebutuhan setiap siswa, merangsang pertumbuhan
pribadi dan akademik.
Pemahaman iklim sekolah sebagai persepsi individu merujuk pada beberapa pendapat
berikut. Stichter (2008:45) menyimpulkan iklim sekolah didefinisikan sebagai persepsi bersama
tentang apa yang sedang terjadi secara akademis, secara sosial, dan lingkungan di sekolah secara
rutin. Menurut Reichers dan Schneider (dalam Milner dan Khoza, 2008:158) iklim secara luas
menggambarkan persepsi bersama menyangkut berbagai hal yang ada di sekeliling kita. Secara
sempit iklim diartikan sebagai persepsi bersama mengenai kebijakan organisasi dan prosedur
pelaksanaan, baik secara formal maupun informal. Kopelman, Brief dan Guzzo (dalam Milner
dan Khoza, 2008:158) menjelaskan persepsi bersama memungkinkan individu untuk memahami
ambiguitas, konflik organisasi dan ketidakpastian, memperkirakan hasil, serta menilai kesesuaian
kegiatan organisasi. Oleh karena itu iklim organisasi mempunyai peran fungsional untuk
membentuk dan mengarahkan perilaku individu dalam organisasi. Mcevoy (dalam Milner dan

Khoza, 2008:158) menyatakan iklim sekolah mengacu pada sikap, kepercayaan, norma-norma
dan nilai-nilai yang mendasari praktek pembelajaran dan operasi suatu sekolah.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai iklim organisasi sebagaimana dikemukakan terdahulu,
dapat disimpulkan iklim sekolah adalah persepsi kolektif terhadap kualitas dan karakter dari
kehidupan sekolah.
URGENSI IKLIM SEKOLAH DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Mengikut Halpin dan Croft (1963), iklim sekolah yang berkesan mempunyai ciri-ciri berikut: (1)
guru-guru merasa selamat, berpuas hati dan berkeyakinan, (2) guru-guru tidak rasa tertekan dan
mengambil perhatian tentang kemajuan murid-muridnya, (3) pengetua merasa penuh yakin
terhadap kerjanya, serta bertimbang rasa, dan (4) pelajar merasa selamat dan belajar bersungguhsungguh.Abdul Rahman an-Nahlawi (1995) pula menyatakan iklim sekolah yang berkesan
mampu mewujudkan integrasi dan keharmonian sesama pelajarnya yang berbeza status sosioekonomi mereka (SES). Selain itu, sekolah juga mampu mengurangkan perbezaan-perbezaan
sesama mereka. Pihak sekolah juga boleh mewujudkan kerjasama dengan keluarga pelajar.
Hubungan yang mesra di antara sekolah dan keluarga akan membentuk pendidikan yang lebih
sempurna bagi pelajar-pelajarnya.Sesebuah sekolah berkesan daripada kaca mata Islam pula
tidak sempurna sekiranya tidak wujud suasana keagamaan (iklim dini) di sekolah, khususnya jika
majoriti warga sekolah sama ada pelajar, guru dan kakitangannya adalah beragama Islam. Ini
bertepatan dengan pandangan Rosnani dalam muqaddimah buku Ali Mohammed (2002:x) yang
mengatakan bahawa sesebuah sekolah bukan sahaja perlu efektif, tetapi yang lebih penting ialah
bagaimana guru dan pelajarnya yang kuat pegangan agama Islam berusaha untuk membawa
sekolah berkenaan ke puncak kejayaan. Justeru, iklim dini di sekolah merupakan sebahagian
daripada usaha pendidikan bersepadu meliputi tiga dimensi utama insan, iaitu rohani, intelek dan
jasmani bagi membolehkan para pelajar dan guru mengamal dan menghayati ajaran Islam dalam
semua aktiviti di sekolah dan juga meningkatkan motivasi warga sekolah. Banyak peneliti telah
mengidentifikasi berbagai dimensi untuk mengukur iklim sekolah. Salah satunya menurut
Gunbayi (2007:2) adalah Halpin & Croft (1963), yang mengajukan delapan dimensi iklim
organisasi. Empat di antaranya berfokus pada perilaku guru, yaitu disengagement, hindrance,
esprit dan intimacy. Empat dimensi lagi fokus pada perilaku kepala sekolah, yaitu aloofness,
production, thrust, dan consideration. Tahun 1968 Harvard Business mengidentifikasi enam
dimensi iklim sekolah, yaitu flexibility, responsibility, standards, rewards, clarity and team
commitment. Schneider pada tahun 1983 mengemukakan enam dimensi iklim organisasi, yaitu
organizational support, member quality, openness, supervisory style, member conflict dan
member autonomy. Tahun 1996 Hoy, Hofman, Sabo dan Bliss (dalam Gunbayi (2007:2)
menjabarkan 6 dimensi iklim sekolah, yang dikelompokkan ke dalam dua aspek, yaitu aspek
perilaku kepala, dan aspek perilaku guru.

Uraian mengenai urgensi iklim sekolah didasarkan pada dampak yang dapat
ditimbulkannya merujuk kepada berbagai hasil penelitian. Cohen et.al. (2009) menjelaskan,
selama tiga dekade terakhir telah terjadi pertumbuhan penelitian yang luar biasa yang
membuktikan pentingnya iklim sekolah. Penelitian membuktikan bahwa iklim sekolah yang
positif berdampak langsung terhadap keberhasilan sekolah seperti siswa putus sekolah rendah,
tingkat kekerasan menurun, dan prestasi siswa meningkat. Freiberg (dalam Marshall (2002:1)
menegaskan iklim sekolah dapat menjadi pengaruh positif pada kesehatan lingkungan belajar
atau hambatan yang signifikan untuk belajar. Merujuk kepada berbagai hasil penelitian, Marshall
(2002:2) memberikan beberapa kesimpulan mengenai pentingnya iklim sekolah bagi berbagai
pihak, sebagai berikut. Iklim sekolah dapat mempengaruhi banyak orang di sekolah. Misalnya,
iklim sekolah yang positif telah dikaitkan dengan emosi dan perilaku siswa yang bermasalah.
Iklim sekolah di perkotaan berisiko tinggi menunjukkan bahwa lingkungan yang positif,
mendukung, dan budaya sadar iklim sekolah signifikan dapat membentuk kesuksesan siswa
perkotaan dalam memperoleh gelar akademik. Para peneliti juga menemukan bahwa iklim
sekolah yang positif memberikan perlindungan bagi anak dengan lingkungan belajar yang
mendukung serta mencegah perilaku antisocial. Hubungan interpersonal yang positif dan
kesempatan belajar yang optimal bagi siswa di semua lingkungan demografis dapat
meningkatkan prestasi dan mengurangi perilaku maladaptive. Iklim sekolah yang positif
berkaitan dengan peningkatan kepuasan kerja bagi personil sekolah. Iklim sekolah dapat
memainkan peran penting dalam menyediakan suasana sekolah yang sehat dan positif. Interaksi
dari berbagai sekolah dan faktor iklim kelas dapat memberikan dukungan yang memungkinkan

semua anggota komunitas sekolah untuk mengajar dan belajar dengan optimal. Iklim sekolah,
termasuk kepercayaan, menghormati, saling mengerti kewajiban, dan perhatian untuk
kesejahteraan lainnya, memiliki pengaruh yang kuat terhadap pendidik dan peserta
didik ,hubungan antar peserta didik, serta prestasi akademis dan kemajuan sekolah secara
keseluruhan. Iklim sekolah yang positif merupakan lingkungan yang kaya, untuk pertumbuhan
pribadi dan keberhasilan akademis.
Kesimpulan
Kebanyakan kajian yang dijalankan tentang iklim sekolah menunjukkan iklim sekolah
akan mewujudkan suasana pembelajaran yang bermotivasi dan seterusnya membantu pelajar
memperoleh pencapaian yang lebih baik dan guru-guru lebih puas untuk bekerja. iklim yang
positif sangat perlu wujud di sesebuah sekolah. Banyak kajian yang dibuat menunjukkan bahawa
terdapat hubungan kait yang rapat antara iklim sekolah dengan kejayaan murid. Sekiranya iklim
baik, guru dan murid akan lebih bermotivasi dan pada masa yang sama aktiviti pengajaran dan
pembelajaran akan berjalan dengan baik

REFERENSI
Abdulrazak. A.Z , 2006. Ciri Iklim Sekolah Berkesan: Implikasinya Terhadap Motivasi
Pembelajaran Jurnal Pendidikan 31

Astor, R. A., & Benbenishty, R. (2005). Zero tolerance for zero knowl-edge [Commentary].
Education Week, 24, 52
Cherubini, Lorenzo. (2008). Teacher Candidates Perceptions of School Culture: A Mixed
Methods Investigation. Journal of Teaching and Learning. 5(2), 39-54. [Online]. Tersedia:
http://www.phaenex.uwindsor.ca/ojs/leddy/ index.php/JTL/ article/view/157/51 Gunbayi, Ilhan.
(2007).
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2007. Pengembangan Budaya dan Iklim
Pembelajaran di Sekolah (materi diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala
sekolah). Jakarta.
Freiberg, H.J. 2005.School Climate Measuring, Improving and Sustaining Healty Learning
Environment (e-library edition). Philadelphia: Falmer Press.
Halpin, A. W. and Croft, B. (1962). The Organization Climate of School. Washington: U.S.
Office Of Education
Hoffman, Lorrie L., Hutchinson, Cynthia J., dan Reiss, Elayne., (2009). On Improving School
Climate: Reducing Reliance on Rewards and Punishment. International Journal Of Whole
Schooling.5(3).[Online].Tersedia:http://www.wholeschooling.net/Journal_of_Whole_Schooling/
articles/5-1%20Hoffman.pdf
Howard, E., Howell, B. & Brainard, E. (1987). Handbook for Conducting School Climate
Improvement Project. Indiana : The Phi Delta Kappa Educational Foundation.
Kassabri, M.K. Benbenishty, R. Astor, R.A. 2005. The Effect of School Climate, Sosioeconomics
and Cultural Factors on Student Victimization in Israel. Social Work Research, 29, 3, 165-180
Marshall, Megan L. (2002). Examining School Climate: Defining Factors And Educational
Influences.Center for Research on School Safety, School Climate and Classroom Management
Georgia State University. [Online]. Tersedia:http://education.gsu.edu/schoolsafety/download
%20files/wp%202002%20school%20climate.pdf
Milner, Karen dan Khoza, Harriet. (2008). A Comparison of Teacher Stress and School Climate
Across Schools with Different Matric Success Rates. South African Journal of Education. 28.
155-173. [Online]. Tersedia:http://ajol.info/index.php/saje/article/viewFile/25151/4350
Moos, R.H. (1979). Evaluating Educational Environments: Procedures, Measures, Findings, and
Policy
Implications.
San
Francisco:
Jossey-Bass.
[Online].
Tersedia:http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/envrnmnt/famncomm/pa3lk1.htm.[16
Agustus
2009]

Pinkus, Lyndsay M. (2009). Moving Beyond AYP: High School Performance Indicators.
Alliance
for
Excellent
Education.
1-20.
[Online].
Tersedia:http://www.all4ed.org/files/SPIMovingBeyondAYP.pdf
Pretorius, Stephanus dan Villiers, Elsabe de. (2009). Educators Perceptions of School Climate
and Health in Selected Primary Schools. South African Journal of Education. (29). 33-52.
[Online]. Tersedia:http://www.sajournalofeducation
School Climate and Teachers Perceptions on Climate Factors: Research Into Nine Urban High
Schools. The Turkish Online Journal of Educational Technology (TOJET). 6(3). 110.
[Online].Tersedia:http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0000
019b/80/3d/04/58.pdf
Tubbs, J.E., dan Garner, M., (2008). The Impact Of School Climate On School Outcomes.
Journal of College Teaching & Learningi. 5 (9); 17-26. [Online]. Tersedia:
http://www.cluteinstitute-onlinejournals.com/PDFs/1212.pdf
.co.za/index.php/saje/article/view/230/ 141
Sorenson, Richard D., Goldsmith, Lloyd M. (2008). The Principals Guide to Managing School
Personnel.
Corwin
Press.
[Online].
Tersedia:http://books.google.co.id/books?
id=tomNInqEARcC&printsec=frontcover#v=onepage&q=&f=false
Stichter, Kenneth (2008). Student School Climate Perceptions as a Measure of School District
Goal Attainment. Journal of Educational Research & Policy Studies. 8 (1). 44-66. [Online].
Tersedia:http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0000019b/80/
3f/5a/c3.pdf
Styron Jr, Ronald A., Nyman, Terri R., (2008). Key Characteristics of Middle School
Performance.
RMLE
Online.
31(5).
1-17.
[Online].
Tersedia:http://www.nmsa.org/portals/0/pdf/publications/RMLE/rmle_vol31_no5.pdf

Anda mungkin juga menyukai