ini adalah saling berhubungan dan tergantung titik begitu pula dalam pendidikan dan
pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam a.
Prinsip saling ketergantungan, menurut hasil kajian para ilmuwan segala yang ada di
kehidupan dirumah, di tempat kerja, di masyarakat titik dalam kehidupan di sekolah
siswa saling berhubungan dan tergantung pada guru, kepala sekolah, tata usaha, orang
tua, dan narasumber yang ada di sekitarnya.
b. Prinsip diferensiasi, yang menunjukkan kepada sifat alam yang secara terus-menerus
menimbulkan perbedaan, keseragaman, keunikan. Diferensiasi bukan hanya
menunjukkan perubahan dan kemajuan tanpa batas, akan tetapi juga kesatuan-
kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan saling tergantung dalam keterpaduan
yang bersifat simbiosis atau saling menguntungkan. Apabila para pendidik memiliki
keyakinan yang sama dengan para ilmuwan modern bahwa prinsip diferensiasi yang
dinamis ini bukan hanya berlaku dan berpengaruh pada alam semesta tetapi juga pada
sistem pendidikan titik para pendidik juga dituntut untuk mendidik mengajar melatih,
membimbing, sejalan dengan prinsip diferensiasi dan harmoni alam semesta ini.
c. Prinsip pengaturan diri setiap individu atau kesatuan dalam alam semesta ini
mempunyai potensi yang melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda
dari yang lain. Tiap hal mempunyai organisasi diri, keteraturan diri, kesadaran diri,
pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau kekuatan hidup, siswa memungkinkan
mempertahankan dirinya secara khas berbeda dengan yang lainnya. Prinsip organisasi
diri, menuntut para pendidik dan para pengajar di sekolah agar mendorong tiap
siswanya untuk memahami dan menerapkan semua potensi yang dimilikinya seoptimal
mungkin.
b. Kedua, pembelajaran kontekstual atau CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat korelasikan materi
yang ditemukan dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
korelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa
materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
c. Ketiga, pembelajaran kontekstual atau CTL mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL
bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal
mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
3. Kincir angin
Siapa yang tidak tahu kincir angin? Tentu sebagian dari kalian sering melihat di berbagai
kesempatan terutama yang sudah pernah ke Belanda tentunya banyak melihat kincir angin di
negara tersebut titik banyaknya kincir angin di Belanda juga bukan tanpa sebab, bukan juga
hanya sekedar hiasan kincir angin ini adalah sebuah teknologi yang sudah banyak digunakan di
negara maju. Angin yang bisa dijadikan sebagai alternatif sumber energi pengganti bahan bakar
fosil. Energi angin ini juga digunakan untuk menggerakkan kincir tersebut yang kemudian
menghasilkan jenis energi lainnya seperti energi listrik yang dapat digunakan untuk berbagai
macam keperluan titik sistem kincir angin inilah merupakan sumber energi yang ramah
lingkungan yang tidak menyebabkan polusi udara titik tentunya hal ini berbeda dengan energi
listrik yang dihasilkan oleh bahan bakar non terbarukan yang memberikan dampak butuh bagi
atmosfer.
Faktor fasilitas merupakan salah satu penghambat dalam pembelajaran faktor tersebut
meliputi:
Pendekatan interdisipliner ini memandang bahwa kurikulum tidak bisa hanya dibatasi pada
adanya mata pelajaran yang keberadaannya berdiri secara terpisah satu dengan yang lainnya.
Berbagai gejala sosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, ternyata
tidak mungkin ditinjau dan didekati dari 1 segi saja. Setiap gejala sosial akan saling berkaitan
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu kurikulum tidak bisa disusun berdasarkan mata
pelajaran terpisah melainkan merupakan perpaduan sejumlah mata pelajaran yang memiliki
ciri-ciri yang sama . Pendekatan interdisipliner dikategorikan pada tiga jenis pendekatan
Pendekatan struktural
Pendekatan fungsional
Pendekatan daerah
c. Hambatan pada peserta didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat
kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan
masyarakat di samping juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-
hak orang lain. Peserta didik harus sadar bahwa mengganggu teman yang sedang belajar berarti
tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota suatu masyarakat kelas dan tidak menghormati
hak serta Didik lain untuk mendapatkan manfaat yang sebesar besarnya dari kegiatan
pembelajaran. Kekurang sadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai
anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat merupakan faktor utama penyebab hambatan
dalam pembelajaran.
d. Hambatan guru
Guru yang mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi, khususnya
pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran IPS guru dituntut menggunakan media yang tepat dan
sesuai dengan materi yang diajarkan titik namun pada kenyataannya, guru kurang
memanfaatkan media yang ada di lingkungan sekolah dan guru juga mengalami permasalahan
dengan waktu yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran IPS.
(Rohani (2010; 181)) menyatakan bahwa guru merupakan faktor penghambat dalam
melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses pembelajaran faktor
penghambat yang datang dari guru juga berupa hal-hal seperti berikut.
5. a kemahiran dalam memilih stimulus yang dapat menimbulkan reaksi siswa. Saat
pertanyaan belum diberikan ada baiknya guru memberikan sebuah pemanasan atau stimulasi
yang berhubungan dengan pertanyaan titik stimulasi ini bisa berupa informasi yang sesuai
dengan kepala bilitas siswa dalam mencerna sebuah pertanyaan.
b. Kemahiran mengklarifikasi pesan yang penting melalui pertanyaan bila jawaban yang
dilontarkan siswa belum memenuhi kriteria, maka guru bisa melakukan penyelidikan ulang
dengan cara meminta siswa untuk melontarkan jawaban dengan cara yang berbeda
Memahami jawaban dan siswa lain, ini dilakukan agar jawaban yang dilontarkan siswa
bisa dikonfirmasi oleh siswa lain. Sehingga akan terjadi kesepakatan jawaban.
Jawaban yang lebih cocok. Bila jawaban yang dilontarkan siswa tidak memenuhi syarat.
Maka guru bisa menstimulasi kan dengan memberikan informasi dan mengajukan
pertanyaan lanjutan.
Menanyakan contoh oh. Bila siswa melontarkan jawaban yang kurang memuaskan, guru
bisa memanfaatkan dengan menanyakan contoh dan jawaban yang dilontarkan. Contoh
bisa berupa gambaran dan penjelasan singkat.
Jawaban yang lebih luas, saat sisa melontarkan jawaban yang sangat sederhana, guru
bisa melakukan tindakan berupa pertanyaan lanjutan agar jawaban siswa lebih luas dan
mendalam.
d. Kemahiran menguji materi pembelajaran agar terjadi dialog transaksional dalam proses
pembelajaran.