Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

“Implementasi buku siswa Pengelasan Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa Dengan


Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Di SMK N 1 Palangka Raya”

Disusun Oleh ;

TRIO JULISMAN

ACE 118 0009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha ESA, saya bisa
menyelesaikan Proposal Penelitian tentang “Implementasi buku siswa Pengelasan Untuk
Meningkatkan Prestasi Siswa Dengan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Di SMK N 1
Palangka Raya”
Saya mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu pembuatan
Proposal penelitian ini, sehingga bisa selesai
Walaupun Proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya
berharap kepada Bapak Dosen untuk memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan
tentang proposal penelitian ini.
Sebagai penulis saya berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya saya
mengucapkan atas perhatian dari semua pihak, saya ucapkan terima kasih.

Palangka raya , Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam keberlangsungan hidup manusia


mengingat bahwa manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna
dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang lainya. Oleh karena itu, manusia tidak hanya hidup
dengan apa adanya akan tetapi, dituntut untuk mampu mengholah, mengelola dan
memanfaatkan dirinya sendiri terlebih lingkungan, masyarakat, bangsa, dan negara. Maka
dari itu pendidikan sangat menjadi penting sebagai salah satu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan hidupnya
Peranan pendidikan dapat dilihat dengan jelas dalam kehidupan ketika seseorang
dilahirkan dari mulai orang tua mengasuh, merawat, dan mengajari berbagai hal dalam
hidupnya. Pendidikan bertambah beriringan dengan bertambahnya usia seseorang hingga
memasuki lembaga pendidikan yang mendidik sesuai tahapan dan tingkatan yang harus
dilewati. Pengakuan tersebut biasanya berupa ijazah yang merupakan simbol pengakuan
tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang yang akan berguna ketika seseorang tersebut
berhasil menyelesaikan tahapan lembaga pendidikan untuk karir di masa depannya.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan
yang secara khusus memiliki kompetensi, ketrampilan, dan sikap sesuai dengan jurusanya
masing masing. Sekolah Menengah Kejuruan menjadi salah satu harapan yang dapat
membuat perubahan, perkembangan, dan meningkatkan kualitas masyarakat di sekitar tempat
keberadaannya, terlebih untuk nusa dan bangsa.
Model pembelajaran merupakan prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai
pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat strategi, teknik, metode,
bahan, media, dan dan alat penilaian pembelajaran (Prof. Dr. H. Gunarto, M.Hum, 2013:15).

Konsep pembelajaran menurut carey ( Sagala, 2010 :61) adalah proses dimana
lingkungan dikelola dengan sengaja untuk memungkinkan dia ikut serta tingkah laku tertentu
dalam suatu kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran adalah subset khusus dari pendidikan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar
proses untuk satuan pendidikan dasar serta menengah dapat diuraikan bahwa: “ pembelajaran
merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar dalam suatu
lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, kemudian
diawasi. Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses penerapan dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, serta penutup.
Berdasarkan data nilai yang didapat dari peserta PLT di SMK N 1 Palangka Raya
masih sangat jauh dari kompetensi yang harus dimiliki siswa SMK setelah lulus terutama di
bidang pengelasan, dan yang seharusnya siswa setelah lulus mempunyai kemampuan dan
ilmu di bidang pengelasan baik teori maupun praktik. Kemudian banyak sekali indikator yang
menyebabkan sisiwa mendapatkan nilai yang kurang memuaskan seperti model pembelajaran
yang didominasi model ceramah, powerpoint, interaksi antara pengajar dan siswa sangat
kurang ketercapaian siswa dalam praktek teori pengelasan masih sangat paspasan dan perlu
dikembangkan
SMK N 1 Palangka Raya masih sangat terbatas dalam pengguanaan media dalam
proses belajar mengajar hingga saat ini masih menggunakan buku yang menjadi sumber
utama belajar buku yang di gunakan dinilai sangat tebal sehingga siswa kurang bersemangat
dalam belajar teori pengelasan, dalam hal ini juga mempengaruhi pemahaman siswa dalam
praktik pengelasan dikarenakan penguasaan teori siswa yang masih sangat kurang dan tidak
memiliki buku pegangan sebagai sumber belajar dan tidak adanya pembagian sub bab dalam
pelajaran teori

Ketersediaan sumber belajar tidak hanya menjadi masalah utama siswa dalam
pembelajaran teori tapi sangat mempengaruhi pemahaman siswa melakukan praktik
pengelasan model pembelajaran juga harus dilakukan lebih variatif supaya siswa lebih
memahami konsep teori pengelasan cara mengajar guru yang membuat siswa merasakan
bosan perlu metode metode pembelajaran yang lebih menarik sehingga pemahaman teori
pengelasan siswa menjadi lebih maksimal dan siswa menjadi lebih aktif dalam proses
kegiatan belajar mengajar tanpa ada perasaan takut kepada guru,malu bertanya ketika ada
teori yang kurang paham .
Luasnya penjabaran tersebut, kemudian dilakukan pembatasan variabel untuk
keterlaksanaan penelitian. Dua variabel bebas yang dipilih berdasarkan teori tentang hal yang
mempengaruhi meningkatnya prestasi yaitu metode pembelajaran dengan tutor sebaya dengan
acuan modul peengelasan. Sehingga, didapatkan rumusan judul “Implementasi buku siswa
Pengelasan Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa Dengan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya
Di SMK N 1 Palangka Raya”.
Oleh karena itu penelitiain ini bermaksud untuk mengetahui tingkat keefektifan siswa
dalam belajar dengan modul teknik pengelasan dengan metode pembelajaran tutor sebaya
dalam pembelajaran ini menggunakan teman sebaya menjadi guru dalam pembelajaran
supaya mereka lebih aktif dalam dalam pembelajaran tanpa ada perasaan malu bertanya atau
canggung terhadap guru. Harapanya dengan adanya modul ini mampu menciptakan
pembelajaran yang variatif dan interaktif dengan sesama teman, dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
A. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang
terkait dengan proses pembelajaran di SMK salah satunya adalah siswa tidak memiliki
sumber belajar yang mencukupi ketika proses kegiatan belajar mengajar, siswa sulit untuk
mengimplementasikan teori pada saat praktik pengelasan dan model pembelajaran
menjadienunjang pada saat pembelajaran teori sehingga penguaasaan teori siswa cenderung
tidak memuaskan, serta mengetahui tingkat keefektifan penggunaan modul teori pengelasan
SMAW dengan metode pembelajaran tutor sebaya di SMK N 1 Palangka Raya.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas,
peneliti membatasi permasalahan yaitu adanya peningkatan prestasi siswa dengan acuan
modul teori pengelasan SMAW dan metode teknik pembelajaran tutor sebaya di SMK N 1
Palangka Raya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian
ini sebagai berikut.
1. Adakah peningkatan prestasi siswa setelah menggunakan buku siswa teori pengelasan
SMAW dengan metode teknik pembelajaran tutor sebaya?
2. Adakah keefektifan buku siswa teori pengelasan SMAW dengan metode teknik
pembelajaran tutor sebaya?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan prestasi siswa setelah menggunakan buku siswa pengelasan


dengan metode teknik pembelajaran tutor sebaya.
2. Mengetahui keefektifan buku siswa pengelasan dan metode teknik pembelajaran tutor
sebaya.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah


mengenai pengaruh metode pembelajaran tutor sebaya dalam aktivitas pembelajaran di SMK.
2. Bagi Pendidik

a. Menambah dan memiliki pengetahuan tentang metode pembelajaran dan kemudian bisa
menjadi pilihan.
b. Dapat mengetahui pentingnya peran yang dimainkan dalam proses pembelajaran yang
dapat berdampak pada peningkatan prestasi siswa.

3. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan dalam melakukan penelitian pendidikan khususnya dalam


penelitian kualitatif.
b. Melakukan perbaikan untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi Pembaca

Membuka wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat berpengaruh


terhadap peningkatan prestasi siswa dengan metode – metode pembelajaran. Sebagai metode
yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan prestasi siswa karena metode ini cukup
mudah di laksanakan dan di aplikasikan dalam proses belajar mengajar siswa di kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Keefektifan

a) Pengertian Keefektifan
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 284), keefektifan dari kata dasar
efektif. Efektif yang berati ada efeknya; manjur atau mujarab; dapat diperoleh hasil.
Semantara efektifitas merupakan keadaan berpengaruh; kemanjuran; kemujaraban;
keberhasilan. Selanjutnya menurut Slavin (1994:310) keefektifan adalah pembelajaran dapat
ditentukan oleh 4 indikator (1) kualitas pembelajaran, (2) kesesuaian tingkat pemebelajaran,
(3) insentif, (4) indikator. Penjelasanya sebagai berikut :

Kualitas pembelajaran yaitu seberapa besar kadar informasi yang dipaparkan sehingga
siswa dengan mudah bisa mempelajari dengan mudah serta makin kecil tingkat kesalahan
yang dilakukan maka semakin kecil tingkat kesalahan berarti semakin efektif tingkat
pembelajaranya.
Kesesuaian tingkat pembelajaran yaitu sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan
siswa untuk mempelajari sebuah materi baru.
Insentif yaitu sebrapa besar usaha guru memotivasi siswa dan mempelajari materi yang
diberikan. Makin besar sebuah motivasi yang diberikan makin besar pula keaktifan siswa.
Waktu yaitu lamanya waktu yang diberikan kepada siswa untuk mempelajari materi
yang diberikan. pembelajaran efektif bila siswa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
waktu yang telah ditentukan.
Enggen dan Kauchak ( 1998 :1) cara mengukur keefektifan pembelajaran yaitu
diawali dengan mengajukan pertanyaan “ apa yang telah di capai siswa?’ untuk menjawab
pertanyaan tersebut membutuhkan berapa banyak jumlah siswa yang berhasil dalam
mencapai tujuan belajar dalam waktu yang ditentukan. Cara ini seirama dengan indikator
keefektifan pembelajaran yang di kemukakan Slavin yaitu indikator kualitas belajar.
Sedangkan Diamond ( mudhofir, 1987 : 164) keefektifan bisa diukur dengan melihat
minat siswa kepada pembelajaran. Minat mempengaruhi proses belajar siswa, ketika siswa
tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan ia akan behasil
dalam mempelajari sesuatu tersebut dengan baik. Namun jika siswa belajar sesuai minatnya
maka dapat diharapkan hasil yang lebih baik.
Berdasarkan aspek penekananya dalam memandang keefektifan pembelajaran oleh
beberapa ahli diatas maka keefektifan pembelajaran meliputi pencapaian efektivitas guru dan
siswa, pencapaian efektivitas kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran koorperatif,
pencapaian efektifitas ketrampilan koorpetaif siswa, pecapaian ketuntasan belajar siswa dan
respon siswa terhadap pembelajaran.

2. Modul

a. Pengertian Modul

Modul merupakan perkembangan yang sangat mutakhir bagi dunia pendidikan dan
pengajaran dan pertama kali di kenalkan pada forum rapat pada bulan Februari 1974. Sejak
saat itu perkembangan modul sangat pesat dan sudah berkembang secara kompleks sehingga
karangan ini hanya merupakan karangan perkenalan terhadap pengajaran modul itu.
Menurut st.Vebriarto (1981,22) modul adalah suatu paket pengajaran yang memuat
satu unit konsep dari bahan pelajaran.dan bertujuan sebagai pengajaran individual yang
memungkinkan siswa untuk menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum masuk keunit
berikutnya.
Menurut Dr. Agus Wasisto Doso Warso modul adalah materi pembelajaran yang
disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan
mampu menguasai sendiri materi tersebut.
Menurut Drs. Cece Wijaya dkk dalam bukunya Upaya Pembaharuan Dalam
Pendidikan dan Pengajaran (96) definisi modul adalah alat ukur yang lengkap satu kesatuan
program yang dapat mengukur tujuan. Modul dapat dilihat sebagai program paket yang
disusun dalam bentuk tulisan.
Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli modul adalah suatu pengajaran yang
memuat konsep sebagai alat ukur yang lengkap satu kesatuan program yang dapat mengukur
tujan dan disusun rapih untuk memudahkan siswa memahami suatu materi.
b. Fungsi Modul

Sistem pengajaran modul dikembangkan di berbagai negara dengan maksud untuk


mengatasi kelemahan kelemahan sistem pengajaran tradisional. Melalui sistem pengajaran
modul sangat dimungkinkan
1) adanya peningkatan motivasi belajar secara maksimal.
2) adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan yang di
perlukan dan pelayanan individu yang lebih mantap.
3) dapatnya mewujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas.
4) dapatnya memujudkan belajar yang lebih berkonsentrasi.

c. Standar modul

Modul yang bermutu harus mengacu pada standar yang ada yaitu Standar Isi; Standar
Penyajian; Standar Bahasa/ Keterbacaan; Standar Grafika. Standar Isi diktat mencakup :
1) Lengkap,akurat,mutakhir

2) Kegiatan mendukung materi untuk meningkatkan kompetensi.

3) Organisasi materi sejalan dengan sistematika keilmuan

4) Merangsang melakukan inquiry.

5) Mengembangkan kompetensi terpadu

6) Koonsistensi gunakan notasi, simbol dan satuan

d. Standar Penyajian modul mencakup :

1) Organisasi penyajian umum


2) Organisasi penyajian perbab

3) Sajian mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan

4) Melibatkan siswa secara aktif

5) Mengembangkan proses pembentukan pengetahuan

6) Penyampaian informasi bervariasi.

7) Meningkatkan kualitas pembelajaran.

8) Anatomi buku pelajaran

9) Memperhatikan kode etik dan hak cipta

10) Memperhatikan kesetaraan gender dan kepedulian terhadap lingkungan.

e. Ciri – ciri Pengajaran Modul

Penerapan sistem pengajaran modul merupakan usaha pembaharuan dalam bidang


pengajaran. Ciri-ciri pembaharuan melalui sistem pengajaran modul menurut Cece, Djaja dan
Tabrani (1992: 97-98) adalah sebagai berikut:

1) Siswa bisa belajar secara individual.


2) Tujuan pelajaran dirumuskan lebih khusus.
3) Tujuannya dibuat secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri
siswa segera dapat diketahui.
4) Memberi kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan menurut kemampuannya
masing-masing.
5) Modul adalah paket pengajaran yang bersifat self-instruction.
6) Modul mempunyai daya informasi pengetahuan yang cukup kuat.
7) Modul banyak memberikan kesempatan kepada siswa supaya betindak aktif.
8) Modul memiliki kekuatan ulang yang cukup tinggi.
9) Terdapat evaluasi yang kontinyu disetiap paket program.
10) Siswa bisa belajar secara individual.
11) Tujuan pelajaran dirumuskan secara lebih khusus.
12) Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada
diri siswa segera dapat diketahui.
13) Membuka kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan menurut
kemampuannya masing-masing.
14) Modul merupakan paket pengajaran yang sifatnya self-instruction.
15) Modul mempunyai kelebihan daya informasi pengetahuan yang cukup kuat.
16) Modul banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk berbuat aktif.
17) Modul memiliki kekuatan ulang yang cukup tinggi.Penerapan sistem pengajaran modul
merupakan usaha pembaharuan dalam bidang pengajaran.

f. Komponen-komponen dalam Modul

Komponen-komponen modul menurut Cece, Djaja dan Tabrani (1992: 101), adalah
sebagai berikut:
1) Petunjuk guru

a) Umum, berisi:
(1) Fungsi modul dan kedudukannya dalam kesatuan program pengajaran.
(2) Kemampuan khusus yang perlu dikuasai terlebih dahulu sebagai prasyarat.
(3) Penjelasan yang singkat tentang istilah-istilah.

b) Khusus, berisi:
(1) Topik yang dikembangkan dalam modul.
(2) Kelas yang bersangkutan.
(3) Waktu yang diperlukan untuk modul itu.
(4) Tujuan intruksional.
(5) Pokok-pokok materi yang perlu dibahas dalam modul.
(6) Prosedur pengerjaan modul, kegiatan guru dan murid, serta alat
yang digunakannya.
(7) Penilaian: prosedur dan juga alatnya.

2) Lembaran kegiatan siswa, berisi:

a) Petunjuk untuk murid mengenai topik yang akan dibahas, pengarahan umum, dan
waktu yang tersedia untuk mengerjakannya.
b) Tujuan pelajaran, yaitu yang berupa tujuan intruksional khusus yang ingin dicapai
dengan modul yang bersangkutan.
c) Pokok-pokok materi dan rinciannya.
d) Alat-alat pelajaran yang dipergunakan.
e) Petunjuk khusus tentang langkah-langkah kegiatan belajar yang harus ditempuh, yang
diberikan secara terinci dan berkelanjutan diselingi dengan pelaksanaan kegiatan.

3) Lembar kerja siswa

Berisi tentang tugas-tugas atau persoalan-persoalan yang harus dikerjakan oleh murid
setelah sebelumnya mempelajari kegiatan murid.

4) Kunci jawaban untuk lembaran kerja siswa

Berisi jawaban yang diharapkan berkaitan dengan tugas-tugas yang dikerjakan oleh
murid pada waktu melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan lembar kerja. Dengan
kunci jawaban ini, anak dipermudah dengan mengoreksi sendiri apakah pekerjaannya sudah
diselesaikan dengan baik atau belum.
3. Model Pembelajaran Tutor Sebaya

a) Pengertian Pembelajaran Tutor Sebaya

Pengertian pembelajaran tutor sebaya menurut M. Atwi Suparman (2012,257) suatu


metode latihan dengan teman memanfaatkan seorang peserta didik yang telah lebih dulu lulus
dalam latihan tertentu untuk bertindak sebagai pengajar bagi seorang peserta didik lain. Ia
dapat memilih metode instruksional yang diinginkan untuk digunakan dalam proses melatih
teman tersebut.
Menurut Silbermen (2009,201) tutor sebaya adalah salah satu pembelajaran yang
berbasis learning. Beberapa ahli percaya bahwa satu pelajaran dapat dikuasai jika peserta
didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainya,. Mengajarkan teman sebaya
memberikan kesempatan dan mendorong pada peserta didik mempelajari sesuatu yang baik,
pada waktu yang sama ia menjadi narasumber yang sama.
Dapat disimpulkan pembelajaran tutor sebaya adalah suatu pembelajaran yang dimana
teman sebaya menjadi guru untuk teman yang lain sehingga tidak ada perasaan canggung
untuk bertanya dan berdampak penguasaan materi yang diserap secara maksimal oleh peserta
didik.
Metode tutor sebaya masuk kepada pembelajaran kooperatif siswa ditunjuk oleh guru
sebagai pembantu untuk melakukan bimbingan dalam teman sekelas. Penentuan tutor bagi
kawan kawan memperhatikan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang siswa yaitu
siswa yang dipilih nilai, prestasi, dan motivasi belajarnya lebih besar dari pada temanya.
Hakikat pembelajaran tutor sebaya adalah sebgai kegiatan belajar siswa teman sekelas yang
mempunyai kemampuan lebih untuk membantu teman-temannya untuk melaksanakan suatu
kegiatan atau memahami konsep.
Bisa diartikan bahwa model pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa yang menjadi fokus kemudian siswa tersebut harus memenuhi kriteria
yang baik untuk bisa menjadi tutor teman sebayanya. Dan di harapkan mendapat hasil yang
lebih baik karena hubungan antar murid lebih dekat dibandingkan hubungan antar murid
dengan guru.

b) Prinsip Pembelajaran Model Tutor sebaya

Pembelajaran tutor sebaya dapat berjalan dengan lancar apabila prinsip prinsip yang
mendasarinya terpenuhi secara baik. Prinsip prinsip tersebut merupakan persyaratan yang
mutlak dalam pembelajaran model ini. Syarat usata model pembelajaran ini adalah peserta
didik yang dijadikan tutor haris memiliki ktiteria yang baik seperti nilai, prestasi, motibvasi
yang lebih besar dati teman teman yang lainya.
Prinsip pembelajaran tutor sebaya ada 4 kriteria untuk menjadi seorang tutor sebaya
antara lain :
1) Tutor membantu murid atau siswa untuk memecahkan kesulitan berdasarkan petunjuk
guru.
2) Murid atau siswa yang dipilih sebagai tutor hendaknya diperhatikan secara segi
kemampuan dalam penguasaan materi dan kemampuan membatu orang lain
3) Pada saat pelaksanaanya tutor ini dapat membantu teman-temannya baik secara individu
maupun kelompok sesuai petunjuk guru
4) Tutor dapat berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok, dalam hal tertentu dia
dapat sebagai penggantiu guru.
Model tutor sebaya pada dasarnya menuntut adanya partisipasi aktif dari peserta didik
dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat
menunjang tumbuhnya cara siswa belajar aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan,
yaitu :
1) Stimulasi belajar

Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk
stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-
lain. Ada dua cara yang bisa membantu siswa agar pesan mudah diterima. Cara yang pertama
perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya.
Cara ke dua adalah siswa menyebut kembali pesan yang disampaikan oleh guru.

2) Perhatian dan Motivasi

Perhatian dan motivasi adalah prasyarat utama dalam proses belajar mengajar ada
beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dan perhatian siswa melalui cara mengajar yang
bervariasi, mengadakan pengulangan informasi memberikan stimulus baru, misalnya dengan
pertanyaan pertanyaan kepada siswa memberikan kesempatan pada siswa untuk menyalurkan
keinginan belajar, menggunakan media dan alat bantu disini guru sebagai fasilitator
3) Respons yang dipelajari

Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk
seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi
kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas tugas yang diberikan guru,
melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan dan lain-lain.

4) Penguatan

Sumber penguat belajar untuk pemuas kebutuhan berasal dari dalam maupun dalam
dirinya. Penguat belajar dari luar berupa nilai, pengakuan prestasi siwa persetujuan pendapat
siswa, ganjaran,hadiah dan lain-lain. Sedangkan penguatan dari dalam dalah respons yang
dilakukan siswa betul betul memuaskan dirinya dan sesuai demgam kebutuhanya

5) Pemakaian dan pemindahan

Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan


siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa
mendatang. Asosiasi dapat dibentuk dengan pemberian bahan yang bermakna, berorientasi
kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, memberi contoh yang jelas, pemberian latihan
yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam situasi yang menyenangkan.

c) Tujuan Model Tutor Sebaya

Dasar pemikiran tentang tutor sebaya adalah siswa yang pandai dapat memberikan
bantuan kepada siswa yang lainya. Bantuan ini dapat dilakukan kepada teman sekelasnya di
sekolah maupun teman sekelasnya diluar kelas. Siswa yang bertindak sebagai tutor tersebut
hendaknya dapat diterima temannya kemudian bisa menerangkan bahan bahan materi, tidak
memiliki rasa angkuh, sehingga pembelajaran menjadi maksimal dan dapat membantu
memenuhi kompetensi ketercapaian yang diinginkan guru.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran tutor sebaya ini
kelebihanya yaitu adanya hubunganb yang lebih dekat dan akrab, dapat meningkatkan rasa
tanggung jawab dan kepercayaan disri, tutor sendiri kegiatanya merupakan pengayaan dan
menambah motivasi belajar. Adapun kelemahanya adalahsiswa yang dibantu seringkali
kurang serius dalam berhadapan dengan teman sendiri sehingga hasilnya kurang memuaskan.

d) Langkah yang diterapkan dalam model tutor sebaya

1. Tahap persiapan dalam jurnal Pendidikan dan Sastra Indonesia (2016,68-72), meliputi :

a. Pemilihan tutor. Pemilihan tutor didasarkan oleh kriteriaatau prinsip pemilihan tutor.

Dalam hal ini, mula-mula yang dijadikan bahan pertimbangan adalah peserta didik yang
memiliki motivasi dan minat belajar lebih tinggi dan bisa diterima oleh teman-teman
lainya
b. Apabila pembelajaran secara klasikal, guru memandu kelas dengan membentuk
kelompok heterogen dan menunjuk seorang tutor . jika dilakukan diluar jam belajar
klasikal, guru membentuk kelompok dan menunjuk tutor yang akan memandu diskusi
ditempat yang telah disepakati.

2. Tahap pelaksanaan
a. Pemantapan, yaitu memantapkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dengan modul
yang disedikan sebelumnya
b. Pengayaan, yaitu memperluas pengetahuan dan pengalaman siswa sehingga hal-hal
yang telah dipelajari dari modul menjadi lebih jelas, luas dan terpadu.
c. Bimbingan, yaitu membatu peserta dalam mengatasi kesulitan dan pemecahan masalah
d. Perbaikan, memperbaiki kelemahan-kelemahanatau kekurangan siswa dalam
mempelajari materi modul, melalui pengajaran remidial
e. Pembinaan, yaitu membina para siswa terutama dalam hal mandiri, pembuatan tugas
tugas, prosedur penilaian dan lain-lain.
Tahap tahap pembelajaran tutor sebaya ini dapat diterapkan dalam pembelajaran klasikal
maupun nonklasikal. Meski cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran.

4. Buku Siswa

Dalam peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional


Pendidikan Pasal 1 Ayat 23 dijelaskan Buku Siswa adalah sumber belajar utama untuk
mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti. Buku teks adalah buku pelajaran dalam
bidang study, yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar yang ahli dalam
bidang tersebut dan bertujuan untuk instruksional, dilengkapi dengan sarana penunjang
pengajaran dan mudah dipahami kemudian digunakan oleh sekolah-sekolah maupun
perguruan tinggi sehingga dapat menunjang pembelajaran (Tarigan dan Tarigan, 1986: 13).
Berdasarkan pendapat buku siswa adalah buku yang diperuntukkan bagi siswa yang
dipergunakan sebagai panduan aktivitas pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam
menguasai kompetensi tertentu. Buku Siswa bukan sekedar bahan bacaan, tetapi juga
digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran (activities
based learning) isinya dirancang dan dilengkapi dengan contoh-contoh lembar
kegiatandengan tujuan agar dapat terselenggaranya pembelajaran kontekstual, artinya siswa
dapat mempelajari sesuatu yang relevan dengan kehidupan yang dialaminya. Buku Siswa
disusun untuk memfasilitasi siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna. Isi sajian
buku diarahkan agar siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran melalui kegiatan
mengamati, menanya, menalar, mencoba, berdiskusi serta meningkatkan kemampuan
berkomunikasi baik antar teman maupun dengan gurunya. Melalui kegiatan-kegiatan
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan motivasi, rasa keiingintahuan, inisiatif, dan
kreativitas peserta didik. Walaupun telah disusun sedemikian rupa, guru masih dapat
mengembangkan atau memperkaya materi dan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Di bawah ini dijelaskan peran dan fungsi Buku Siswa
yang dapat dirinci sebagai berikut :

1. Hasil Kerja Siswa dapat Dimanfaatkan dalam Penilaian

Di dalam Buku Siswa terdapat halaman-halaman berisi format yang dapat digunakan
sebagai lembar kerja untuk dihimpun sebagai bahan portofolio yang dapat dijadikan sumber
penilaian hasil pembelajaran.
2. Media Komunikasi antara Guru dan Siswa
Melalui proses pembelajaran dengan menggunakan Buku Siswa, guru dapat
mengenal siswa lebih baik melalui pengamatan terhadap hasil kerja siswa yang telah
dirancang sedemikian rupa dalam setiap pembelajaran. Guru dapat melihat perkembangan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap siswa sesuai dengan kompetensi pembelajaran
yang telah ditetapkan.
3. Sebagai Kenang-kenangan Rekam Jejak Belajar Siswa.

Semua hasil pekerjaaan yang dilakukan siswa selama mengikuti proses pembelajaran
akan tertuang dalam Buku Siswa, sehingga guru dan orang tua dapat melihat jejak belajar
dan perkembangan kompetensi selama mengikuti proses pembelajaran pada masing-masing
jenjang. Bagi siswa semua rekam jejak belajar tersebut berguna sebagai kenang-kenangan di
kemudian hari.

1. Fungsi Buku Guru

Buku Guru adalah panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Buku Guru berisi langkah-langkah pembelajaran yang didesain menggunakan pendekatan
saintifik sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Berikut ini penjelasan tentang fungsi buku
guru :
a. Sebagai petunjuk penggunaan Buku Siswa. Ketika guru akan menggunakan Buku Siswa
bagi siswa dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, maka terlebih dahulu guru
harus mempelajari terlebih dahulu Buku Guru. Guru harus menemukan informasi
sebagai berikut. Urutan acuan materi pelajaran yang dikembangkan dari Standar
Kompetensi, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar dari masing-masing muatan mata
pelajaran, yang kemudian disatukan dalam satu tema tertentu Jaringan tema dari
masing-masing tema yang berisi kompetensi dasar dan indikator dari masing-masing
muatan mata pelajaran yang harus dicapai. Pemilahan pembelajaran yang
dikembangkan dari subtema dengan tujuan agar guru secara bertahap dapat
menyelenggarakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar yang
yang harus dikuasai peserta didik.
b. Sebagai acuan kegiatan pembelajaran di kelas Buku Guru menyajikan hal-hal sebagai
berikut. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada setiap pilihan
pembelajaran dari masing-masing subtema. Dengan demikian guru akan segera
mengetahui hasil pembelajaran yang harus dicapai dari proses pembelajaran yang
dilakukannnya. Menjelaskan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran, dengan demikian sebelum menyelenggarakan
proses pembelajaran guru sudah menyiapkan mediamedia pembelajaran yang
diperlukan.Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang benar harus dilakukan
dalam upaya menyelenggarakan proses pembelajaran. Uraian ini selain dapat membantu
guru dalam menyusun rencana pelaksanaaan pembelajaran, guru akan dapat melakukan
tahapan pembelajaran dengan sistematis mengikuti,langkah-langkah pembelajaran
tersebut :
1) Menjelaskan tentang teknik dan instrument penilaian yang dapat digunakan dalam
setiap pilihan pembelajaran yang mungkin memiliki karakteristik tertentu.

2) Menjelaskan jenis lembar kerja yang sesuai dengan pilahan pembelajaran yang
ada dalam Buku Siswa.
3) Penjelasan tentang Metode dan Pendekatan Pembelajaran yang digunakan dalam
proses Pembelajaran. Buku Guru memuat Informasi tentang model dan strategi
pembelajaran yang digunakan sebagai acuan penyelenggaraan proses
pembelajaran Kurikulum 2013 berbasis aktivitas. Artinya dalam
mengimplementasikan kurikulum guru harus mengelola pembelajaran yang
memberikan peluang yang sebanyak- banyaknya kepada siswa untuk melakukkan
kegiatan. Diharapkan guru dapat mengembangkan model dan Materi pembelajaran
karena buku siswa hanya merupakan contoh agenda kegiatan siswa

4. Jenis-jenis Buku
Menurut Tarigan dan Tarigan (1986: 29) terdapat 4 acuan klasifikasi buku teks yaitu :
a. Berdasarkan mata pelajaran atau bidang study ( terdapat di SD, SMTP, SMTA)

b. Berdasarkan mata kuliah bidang yang bersangkutan ( di Perguruan Tinggi.

c. Berdasarkan penulisan teks ( disetiap jenjang pendidikan).

d. Berdasarkan jumlah penulis buku teks.

Sedangkan menurut Wiratno (2001: 29)jenis-jenis buku teks yang digunakan di sekolah
untuk pendidikan dasar dan menengah, baik untuk murid maupun guru adalah :
a. Buku teks utama yakni berisi buku tentang mataeri yang utama pada mata pelajaran
tertentu dan dugukana pokok untuk guru dan siswa
b. Buku teks pelengkap, yakni sifatnya membantu, memperkaya, untuk tambahan dari
buku teks utama baik yang di pakai guru maupun siswa.
Berdasarkan paparan diatas, ada dua pemaparan jenis buku dan di golongkan kembali
berdasarkan mata pelajaran, mata kuliah penulisan buku teks, dan berdasarkan jumlah
penulis buku.

5. Fungsi dan manfaat media pembelajaran

Media memegang peranan yang sangat penting untuk menunjang proses belajar
mengajar di sekolah, terutama dalam meningkatkan kualitas berpikir siswa dan pengaruh
terhadap prestasinya. Menurut kemp dan Dayton ( 1985) dalam azhar arsyad ( 2007 : 19)
yang ditulis dalam skripsi milik Muhammad Aminullah (2011) dapat memenuhi 3 fungsi
utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok, berikut
fungsi dan manfaat media pembelajaran :

a) Memotivasi minat atau tindakan.

1) Menyajikan informasi.

2) Memberikan instruksi.

Manfaat media menurut encyclopedia of educational research dikutip dalam oemar


Hamalik ( 1996:27) adalah :
b) Meletakan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir dan kemudian mengurangi
verbalisme
1) Memperbesar perhatian para siswa .
2) Meletakan dasar dasar yang penting untuk perkembangan belajar dan oleh karena itu
membuat pelajaran lebih menetap
3) Memberikan pengalaman yang nyata sehingga dapat menumbuhkan kegiatan berusaha
sendiri dikalangan siswa
4) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini terutama terdapat dalam
gambar hidup.
5) Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.
6) Memberikan pengalaman pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain
serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang
lebih banyak dalam belajar.
Selain itu manfaat media dalam proses belajar mengajar yang dikemukakan okeh Azhar
(2007:26-27), diantaranya :
1) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dari informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses hasil belajar.
2) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar dan interaksi siswa dengan lingkungan sekitar.
3) Media pengajaran juga dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu.
4) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman siswa tentang peristiwa –
peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi secara
langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkunganya.

6. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Cetak

Menurut anderson dalam Muhammad Khotibul Umam (2018) kelebihan bahan ajar
cetak antara lain bahan ajar cetak bisa dikirm ke tempat terpencil sekalipun dan dapat
digunakan pengajaran mandiri. Bahan ajar juga terlihat semakin berkembang dengan adanya
Teknologi alat-alat produksi. Menurut Steffen Peter Ballstaedt biasanya bahan ajar tertulis
dengan daftar isi memudahkan untuk mencari materi, selian itu dari segi ekonomis juga lebih
murah. Dari segi aspek- aspek :

1) Aspek pengadaan, biaya produksi murah dan pendistribusianya mudah dan murah.
2) Aspek pemanfaatan, praktis digunakan kapan saja dan dimana saja, erutama foto atau
gambar baik hitam atau putih, pembaca bisa menggunakan kapan saja dan tidak
membutuhkan perangkat untuk pemanfaatannya.
3) Aspek keperawatanya murah dan tidak membutuhkan baiaya mahal dan tidak perlu
penanganan ahli.
Kekurangan bahan ajar cetak memerlukan waktu yang lama dalam proses
pencetaknya, jika memuat gambar semakin mahal biaya percetakanya, sukar menampilkan
gerak di bahan ajar cetakcepat mudah rusak apabila perawatanya dan mudah hilang.
1) Aspek produksi lama.
2) Aspek pemanfaatanya tidak dapat memasukan gambar animasi yang bergerak ataupun
suara dan akan cenderung membosankan.
3) Aspek perawatan mudah hilang dan rusah apa bila tidak dirawat secara rutin.

7. Tinjauan Mata Diklat

a. Pengertian Mata Diklat (SMAW)

Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Dengan kata lain, las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Dalam proses penyambungan ini adakalanya disertai dengan
tekanan dan material tambahan (filler material)

b. Kompetensi Pengelasan SMAW

Kompetensi Pengelasan SMAW adalah salah satu kompetensi yang wajib dikuasi oleh siswa-
siswa di SMK yang mengambil jurusan Teknik Pemesinan, pengelasan SMAW (Shield Metal
Arc Welding) merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus listrik berbentuk
busur arus dan elektroda berselaput. Tipe-tipe lain dari pengelasan dengan busur arus listrik
adalah submerged arc welding SAW, gas metal arc welding GMAW-MIG, metal arc welding
dan plasmaarc welding. Dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas penyelimut ketika elektroda
terselaput itu mencair, sehingga dalam proses ini tidak diperlukan tekanan/pressure gas inert
untuk mengusir oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi atau gelembung-gelembung
di dalam hasil las-lasan. Proses pengelasan terjadi karena arus listrik yang mengalir diantara
elektroda dan bahan las membentuk panas sehingga dapat mencapai 3000 oC, sehingga membuat
elektroda dan bahan yang akan dilas mencair. Berdasarkan jenis arus-nya, pengelasan ini dibagi
atas arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas Straight polarity - polaritas langsung dan
Reverse polarity - polaritas terbalik. Sedang mesin lasnya terbagi atas dua jenis yaitu constant
current - arus tetap dan constant voltage - tegangan tetap, dimana pada setiap pengelasan busur
arus listrik jika terjadi busur yang membesar akan menurunkan arus dan menaikkan tegangan
serta pada busur yang memendek akan meningkatkan arus dan menurunkan tegangan.

c. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan adalah Muhammad Aminullah (2017) dengan judul
Impementasi Pembelajaran M odul Pembelajaran Teknik Las SMAW Berbantuan
Augmented Reality Sebagai Sumber Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Mekanik
Jurusan Teknik Pemesinan Kelas X SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

8. Kerangka Pikir

Berdasarkan hasil kajian teori dan hasil penelitian relevan yang di jabarkan di atas,
dapat diidentifikasi bahwa mata pelajaran teori teknik pengelasan SMAW dalam mata diklat
teknologi mekanik menggunakan modul teknik pengelasan dengan metode pembelajaran
tutor sebaya dapat memberikan hasil efektif. Satu-satunya tugas guru disini adalah memberi
bekal ilmu kepada anak – anak yang akan sebagai tutor untuk diberi bekal sehingga bisa di
gumakan atau di berikan kepada teman yang lain dengan bahasa yang komunikatif dan tanpa
ada perasaan takut. Dan disini bisa menambah peranan aktif siswa untuk sharing masalah
ilmu dqan tugas guru disini mengawasi. Kemudian memberi pembelajaran dan modul
sebagai bahan acuan. Kemudian untuk mengetahui meningkatnya prestasi siswa dilakukukan
test.

Peningkatan
Prestasi

Buku
UUUU
UUY

Pretest Pembelajaran Postest

Tutor

Efektifitas

Gambar.1 skema kerangka pikir

9. Pertanyaan Penelitian

1.Seberapa tinggi peningkatan prestasi siswa pada pembelajaran teori pengelasan SMAW
di kelas X SMK N 1 Palangka Raya.
2.Seberapa tinggi tingkat efektivitas belajar siswa pada pembelajaran teori pengelasan
SMAW dengan metode tutor sebaya.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan


kuantitatif. Menurut Sukmadinata (2013:72), penelitian deskriptif digunakan untuk
menggambarkan suatu fenomena- fenomena yang ada baik yang bersifat alamiah maupun
rekayasa manusia. Menurut lexy J. Moleong (2005:6), metode penelitian kuantitatif adalah
suatu riset yang sederhana bisa juga disebut metode positivistik karena berlandakan
positivisme. Metode ini juga disebut metode discoveri, karena metode ini dapat ditemukan
perkembangan iptek baru.
Menurut sugiyono (2009;14), metode penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
berlandaskan filsafat positivme yang digunakan untuk meneliti pada popolasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan data umumnya secara random, dan analisis datanya bersifat
kuantitatif statistik yang bertujuan untuk menguju hipotesis yang telah ditetapkan.
Pengumpulan data dilakukan pada objek tertentu baik berbentuk populasi maupun
sampel. Bila generalisai yang diinginkan peneliti maka data yang di gunakan harus
representatif. Setelah data terkumpul, selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan
masalah dan menguji data dengan model statistik tertentu.
Kesimpulan langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban
terhadap rumusan masalah. Berdasarkan proses penelitian kuantitatif di atas maka penelitian
kuantitatif bersifat linier. Dari rumusan masalah, dasar teori, berhipotesis, mengumpulkan
data, analisis data membuat kesimpulan dan saran.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah :
1. Tahapan Persiapan Penelitian
a) Observasi
b) Pengumpulan artikel dan pembuatan instrumen penelitian dan mengurus proposal
penelitian
c) Mengurus izin penelitian
d) Uji validasi instrumen
e) Analisis dan koreksi instrumen

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a) Penentuan kelas
b) Pemilihan tutor dan pembekalan terhadap tutor tersebut
c) Pembagian kelompok dan membagi tutor tersebut.
d) Proses pembelajaran.
e) Tes peningkatan prestasi sesuai kompetensi dasar yang mengacu pada kisi-kisi.

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Palangka Raya pemilihan SMK ini berdasarkan
memiliki jurusan yang murni dalam pengelasan.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK N 1 Palangka Raya tahun
pelajaran 2021/2022.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara tes kemampuan prestasi
siswa tentang pembelajaran teori pengelasan SMAW. Pengumpulan tes digunakan sebagai
ukuran kemampuan dasar pencapaian prestasi siswa. Tes berupa tertulis yang menggunakan
instrumen berupa tes berbentuk soal yang tertulis dan objektif. Tes objektif adalah tes yang
dibuat dengan pilihan alternatif jawaban yang dapat dipilih. Tes ini dapat menghasilkan skor
Yang konstan, tidak bergantung kepada siapapun yang memberikan skor dan tidak
dipengaruhi sikap subjektifitas. Yang di gunakan dalam soal ini yaitu pilihan ganda.
Sukardi (2013:139) mengatakan bahwa tes prestasi dibedakan menjadi 2 macam yaitu
tes standard dan tes buatan guru. Tes buatan guru juga sering disebut tes belum di standarisasi
yang mana untuk menstandarkan perlu validitas, tingkat reabilitas, dan objektivitas tes
tersebut. Metode tes prestasi pada penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda yang dapat
memacu kemampuan kognitif siswa.
Dalam penelitian kuantitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan
instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan
data dengan yang sebelumnya melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun
kelapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan
pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.
Tabel 1. Kisi-kisi soal tes peningkatan prestasi.

N Kompeten Materi Indikator Nomor Soal Juml


o si dasar Pokok ah
Soal

1. Mengetahu Pengertian Mengetahui 1,2,3,30,31 5


i proses SMAW Pengertian
dan SMAW
memahami
proses Persiapan Mengetahui 14,17,22 3
pengelasan sambungan dan
SMAW dan kampuh menjelaska
pada posisi las n
Sambungan
Las SMAW

bawah Persiapan Mengetahui 4,6,11,21,25,26,37 7


tangan mesin las Penyetelan
dan bagian dan Bagian
mesin las mesin las
SMAW SMAW

Pemilihan Melakukan 5,7,8,12,19,20,21,35,36 9


elektroda dan
dan jenis memilih
elektroda elektroda

Proses Mengetahui 10,13,15,17,18,24,34,39, 9


pengelasan proses 40
pengelasan

Cacat pada Mengetahui 16,27,28,29,32,33,38 7


pengelasan jeniscacat
perlindunga pada proses
n diri pengelasan
dan alat
perlindunga
n diri las
SMAW

F. Instrumen Penelitian

Suhasimi Arikunto (2010: 192) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data lebih mudah
melakukan pekerjaan dan hasilnya maksimal, lebih baik, cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Pada penelitian ini, instrumen yag digunakan berupa tes. Tes
prestasi ini menggunakan soal buatan guru dan bentuk soal pilihan ganda (a,b,c,d, dan e).

G. Validasi Penelitian

Penelitian ini digunakan untuk menukur dan mengetahui keefektifan dan prestasi
belajar siswa sebelum dan sesdudah penerapan modul dengan metode pembelajaran tutor
sebaya dan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Oleh karena itu, variabel penelitian ini
adalah keefektifan dan keaktifan dengan prestasi siswa yang meningkat di kelas X SMK N 1
Palangkaraya Definisi operasional variabel diuraikan sebagai berikut :
1. Keefektifan Pembelajaran
Keefektifan proses pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru dalam mengajar tinggi.

Indikator keefektifan belajar :

a) Ketercapainya ketuntasan belajar.


b)Ketercapainya keefektifan belajar aktivitas siswa (keefektifan waktu belajar ideal
yang digunakan sesuai dengan rencana belajar).
c) Ketercapainya keefektifan kemampuan siswa dalam pembelajaran.

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil
belajar siswa. Pengukuran terhadap prestasi belajar dapat dilakukan setelah melakukan
evaluasi dan melakukan proses pembelajaran teori pengelasan dengan menggunakan modul
pembelajaran. Evaluasi prestasi siswa pada buku siswa pengelasan SMAW dengan metode
pembelajaran tutor sebaya pemberian tes secara tertulis.

H. Validitas instrumen

1. Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan suatu


instrumen penelitian. Instrumen yang valid mempunyai shahish yang tinggi namun sebaliknya
instrumen yang kurang vvalid memiliki validitas yang rendah. Instumen yang valid berarti
instrumen yang bisa digunakan untuk mendapatkan data ( mengukur) itu valid.
Untuk instrumen tes prestasi, uji validitas yang digunakan validitas isi. Hal ini
mengacu pada sejauh mana butir soal instrumen mencakup keseluruhan situasi yang diukur.
Instrumen yang sudah di revisi kemudian diujikan pada kelas yang sudah menerima pelajaran
tersebut yaitu kelas X Program Keahlian Pengelasan SMK N 1 Palangka Raya.
2. Reabilitas
Reabilitas merupakan ketepatan atau keajegan dalam menilai apa yang dinilainya (
Nana Sudjana, 2013: 16). Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reabilitas
yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang
hendak diukur (Sukardi, 2013: 127). Pada penelitian uji reabilitas dilakukan pada instrumen
tes prestasi. Uji reabilitas dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Eksternal dapat
dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara
internalnya dapat dilakukan internal consistency (Sugiyono, 2013: 213). untuk instrumen tes
prestasi, uji reabilitas yang digunakan adalah internal consistency. Pengujian dilakukan
menggunakan cara menujicobakan instrumen sekali, kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk penelitian dan
digunakan rumus yang dikutip dari Suharsimi Akunto (2012 : 223)
𝐵
P=
𝐽𝑆

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar


JS= jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran (suharsimi Arikunto, 2012: 225)

Tabel 2. Indeks kesukaran soal


Nilai Indeks Kesukaran Tingkat Kesukaran

0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar


0,31 ≤ P≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

I. Teknik Analisis Data

3. Teknik analisis data melalui tes prestasi

a. Scorring
Pilihan ganda dengan metode right yaitu pilihan yang benar dibero skor 0 dan
yang benar diberi skor 1. Setiap skor siswa menghitung jumlah jawaban yang benar dan
dengan menggunakan rumus yang dikutip dari Suharsimi Arikunto (2012: 188) sebagai
beriku :
S= Ʃ𝑅 x skor maksimal
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙

S = Skor siswa

R= Jawaban siswa yang benar

Setelah itu menghitung nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum,
median, modus, standart deviasi, dan varians pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dengan menggunakan program.

b. Gain Score

Uji gain dilakukan dari pretest dan posttest untuk mengetahui seberapa tinggi
tingkat efektivitas media buku siswa teknik las SMAW. Gain menunjukan tingkat
kemampuan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelagh proses belajar. Menurut
Hake (1999), nilai gain ternomalisasi dirumuskan berikut :
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
g =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Tabel 3. Nilai gain.


Nilai gain Interpretasi

0,7 ˂ g ˂ 1 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

0 ˂ g˂ 0,3 Rendah

c. Konversi hasil persentasi

Mengkonversi hasil presentasi keterlaksanaan menjadi nilai kualitatif berdasarkan


berdasarkan kriteria penilaian skala 5 yang diadaptasikan dari Nana Sudjana (2005: 118)
kualifikasi sebagai berikut :
Tabel 4. Persentasi keterlaksanaan

Persentasi keterlaksanaan (k) Kategori efektivitasan

K ≥ 90 % Sangat Tinggi

80 ≤ k ˂90 % Tinggi

70 ≤ k ˂80% Sedang

60 ≤ k ˂ 70% Rendah

K ˂ 60% Sangat rendah


d. Indikator keberhasilan

Kriteria keberhasilan dalan penelitian ini ada 2 aspek yang pertama meningkatnya
indikator keberhasilan proses dan indikator keberhasilan hasil peningkatan penguasaan
modul pengelasan di SMK N 1 Palangka Raya dengan meningkatnya keefektifan
pembelajaran dari siswa tidak malu untik bertanya dan segi indikator hasil pencapaian
prestasi siswa meningkat dari awalnya.

e. Hasil Validitas

instrumen Tabel 5. Tabel

validitas
Butir r r Keteran Butir r r Keterang
soal hitung tabel gan soal hitung tabel an
Tidak
Tidak 0,022 0,355
0,129 0,355
21

Valid
1

Valid
Tidak
22 0,145 0,355
2 0,505 0,355 Valid Valid

23 0,459 0,355 Valid


3 0,445 0,355 Valid
Tidak
24 0,243 0,355
4 0,477 0,355 Valid Valid

Tidak 25 0,389 0,355 Valid


5 0,125 0,355
Valid
26 0,380 0,355 Valid
6 0,478 0,355 Valid
Tidak
27 -0,192 0,355
7 0,447 0,355 Valid Valid

28 0,537 0,355 Valid


8 0,462 0,355 Valid
29 0,383 0,355 Valid
9 0,487 0,355 Valid
30 0,405 0,355 Valid
10 0,379 0,355 Valid
31 0,393 0,355 Valid
11 0,507 0,355 Valid
32 0,394 0,355 Valid
12 0,367 0,355 Valid
33 0,395 0,355 Valid
13 0,362 0,355 Valid
Tidak
Tidak 34 0,338 0,355
14 0,142 0,355 Valid
Valid
35 0,398 0,355 Valid
15 0,649 0,355 Valid
36 0,367 0,355 Valid
16 0,531 0,355 Valid
37 0,386 0,355 Valid
17 0,497 0,355 Valid
38 0,353 0,355 Valid
18 0,405 0,355 Valid
39 0,617 0,355 Valid
19 0,367 0,355 Valid
40 0,531 0,355 Valid
20 0,428 0,355 Valid
Berdasarkan analisis perhitungan Correlations program spss 17, didapatkan dari
jumlah responden yang berjumlah 30 dengan taraf signifikan 5% diketahui tabel sebesar
0,355. Maka dapat disimpulkan bahwa butir soal 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,
16,
17, 18, 19, 20, 23, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40 valid karena
rhitung > rtabel ; sedangkan untuk butir soal nomor 1, 5, 14, 21, 22, 24, 34 tidak valid
karena rhitung < rtabel.

f. Uji Normalisasi

Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan untuk mengetahui nilai sebaran
data pada suatu nilai kelompok atau variabel terdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas ini bertujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual terdistribusi normal atau tidak. Ketika data sudah terdistribusi normal maka data
statistik tersebut dapat digeneralisasikan.

Anda mungkin juga menyukai