Anda di halaman 1dari 14

37

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Sitada-tada merupakan Puskesmas non rawat inap yang

terletak di Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara dengan nomor kode

Puskesmas P1205050201. Puskesmas Sitada-tada memiliki memiliki motto:

“Melayani dengan hati karena anda begitu berharga” dengan visi visi untuk

“Menjadi pusat pelayanan kesehatan yang professional, berkualitas, dan ramah

bagi masyarakat”, dan misi:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat;

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia kesehatan yang professional dan

berkomitmen tinggi dalam melayani masyarakat;

3. Meningkatkan tata kelola Puskesmas yang baik melalui perbaikan manajemen

yang professional, akuntabel, efektif, dan efisien;

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan

kesehatan;

5. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

Adapun batas-batas wilayah dari Puskesmas Sitada-tada Kecamatan

Sipoholon ialah:

1. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Siborong-borong.

2. Sebelah telatan : Berbatasan dengan Kecamatan Adiankoting.

3. Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Parmonangan.

4. Sebelah barat : Berbatasan dengan Kota Tarutung.

37
38

Adapun 10 jenis penyakit dengan kunjungan terbanyak di Puskesmas Sitada-

tada Kecamatan Sipoholon dapat dilihat pada tabel 7 yaitu:

Tabel 7
10 Jenis Penyakit dengan Kunjungan Terbanyak di Puskesmas Sitada-tada

Jenis Penyakit Jumlah (n) %


ISPA 381 28,6
Hipertensi 274 20,6
Infeksi penyakit usus lain 140 10,5
TB paru 112 8,4
Diabetes mellitus 98 7,3
Penyakit infeksi pada kulit 94 7,2
Ginggivitis dan penyakit periodental 84 6,3
Penyakit pada sistem otot dan jaringan 70 5,3
Bagian gigi dan jaringan penyangga lainnya 41 3,2
Penyakit rongga mulut, lidah, rahang, dan lainnya 34 2,6
Jumlah 1328 100,0
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Sitada-tada tahun 2018

Gambaran Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak Dapat Diubah

Distribusi gambaran faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah pada

kelompok umur 18-45 tahun dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Gambaran Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak Dapat


Diubah

Risiko Hipertensi yang


Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Dapat Diubah
Umur
18-30 tahun 47 53,4
31-45 tahun 41 46,6
Jenis Kelamin
Laki-laki 43 48,9
Perempuan 45 51,1
Riwayat keluarga
Ada riwayat 37 42,0
Tidak ada riwayat 51 58,0
Jumlah 88 100,0
39

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa gambaran faktor risiko hipertensi

yang tidak dapat diubah berdasarkan umur, lebih banyak responden berada pada

rentang umur 18-30 tahun yakni sebanyak 47 orang (53,4%) daripada responden

yang berada pada rentang umur 31-45 tahun yakni sebanyak 41 orang (46,6%).

Berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak responden berjenis kelamin perempuan

yakni sebanyak 45 orang (51,1%) daripada responden yang berjenis kelamin laki-

laki yakni sebanyak 43 orang (48,9%). Berdasarkan riwayat keluarga yang

menderita hipertensi, lebih banyak responden yang tidak memiliki keluarga yang

memiliki riwayat menderita hipertensi yakni sebanyak 51 orang (58%) daripada

responden yang memiliki riwayat keluarga menderita hipertensi yakni sebanyak

37 orang (42%).

Gambaran Faktor Risiko Hipertensi yang Dapat Diubah

Distribusi gambaran faktor risiko yang dapat diubah pada kelompok umur

18-45 tahun di dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Gambaran Faktor Risiko Hipertensi yang Dapat Diubah

Risiko Hipertensi yang


Jumlah (n) Persentase (%)
Dapat Diubah
Kegemukan/obesitas
Obesitas 23 26,1
Tidak obesitas 65 73,9
Perilaku merokok
Perokok aktif 33 37,5
Perokok pasif 41 46,5
Tidak merokok 14 15,9
Konsumsi alkohol
Tinggi 26 29,5
Rendah 62 70,5
Jumlah 88 100,0
40

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Gambaran Faktor Risiko Hipertensi yang Dapat Diubah

Risiko Hipertensi yang Jumlah


Persentase (%)
Dapat Diubah (Orang)
Konsumsi makanan asin
Tinggi 33 37,5
Rendah 55 62,5
Konsumsi makanan berlemak
Tinggi 50 56,8
Rendah 38 43,2
Jumlah 88 100,0

Berdasarkan tabel 9 dan 10 diatas diketahui bahwa gambaran faktor risiko

hipertensi yang dapat diubah berdasarkan obesitas, lebih banyak responden yang

tidak mengalami obesitas yakni sebanyak 65 orang (73,9%) daripada responden

yang mengalami obesitas yakni sebanyak 23 orang (26,1%). Berdasarkan perilaku

merokok, lebih banyak responden yang menjadi perokok pasif yakni sebanyak 41

orang (46,6%) daripada responden yang menjadi perokok aktif yakni sebanyak 33

orang (37,5%) dan responden yang tidak merokok yakni hanya sebanyak 14 orang

(15,9%). Berdasarkan perilaku dalam mengonsumsi minuman beralkohol, lebih

banyak responden yang mengonsumsi alkohol dalam kategori rendah yakni

sebanyak 62 orang (70,5%) daripada responden yang mengonsumsi alkohol dalam

kategori tinggi yakni sebanyak 26 orang (29,5%). Berdasarkan perilaku dalam

mengonsumsi makanan asin, lebih banyak responden yang mengonsumsi

makanan asin dalam kategori rendah yakni sebanyak 55 orang (62,5%) daripada

responden yang mengonsumsi makanan asin dalam kategori tinggi yakni

sebanyak 33 orang (37,5%). Berdasarkan perilaku dalam mengonsumsi makanan

berlemak, lebih banyak responden yang mengonsumsi makanan berlemak dalam


41

kategori tinggi yakni sebanyak 50 orang (56,8%) daripada responden yang

mengonsumsi makanan berlemak dalam kategori rendah yakni sebanyak 38 orang

(43,2%).

Gambaran Kejadian Hipertensi

Dari hasil penelitian berdasakan pengukuran tekanan darah yang

dilakukan, distribusi gambaran kejadian hipertensi pada kelompok umur 18-45

tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon Kabupaten

Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Gambaran Kejadian Hipertensi pada Kelompok Umur 18-


45 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sitada-tada

Kejadian hipertensi Jumlah (n) %


Hipertensi 54 61,4
Tidak hipertensi 34 38,6
Jumlah 88 100,0

Berdasarkan tabel 11 diatas diketahui bahwa lebih banyak responden yang

mengalami hipertensi yakni sebanyak 54 orang (61,4%) daripada responden yang

tidak mengalami hipertensi yakni sebanyak 34 orang (38,6%).

Hubungan Faktor yang Tidak Dapat Diubah dengan Kejadian Hipertensi

Adapun faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah yang dianalisis

dalam penelitian ini ialah umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga yang

menderita hipertensi yang dinilai berhubungan dengan kejadian hipertensi pada

kelompok umur 18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan

Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.


42

Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan umur dengan kejadian hipertensi pada pada kelompok umur

18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon

Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 12 berikut:

Tabel 12

Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Umur 18-45 Tahun
di Wilayah Kerja Puskesmas Sitada-tada

Kejadian Hipertensi
Jumlah Nilai p
Kategori Umur Hipertensi Tidak Hipertensi
n % n % n %
18-30 tahun 22 46,8 25 53,2 47 100,0
0,002
31-45 tahun 32 78,0 9 22,0 41 100,0

Berdasarkan tabel 12 diatas diketahui bahwa dari 47 orang responden yang

berada pada rentang umur 18-30 tahun, ada 22 orang responden (46,8%) yang

mengalami hipertensi dan 25 orang responden (53,2%) tidak mengalami

hipertensi. Kemudian dari 41 orang responden yang berada pada rentang umur

31-45 tahun, ada 32 orang responden (78%) yang mengalami hipertensi dan 9

orang responden (22%) tidak mengalami hipertensi.

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan umur

dengan kejadian hipertensi pada kelompok umur 18-45 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.

Responden yang berada pada rentang usia 31-45 tahun lebih banyak yang

mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang berada pada rentang

usia 18-30 tahun, dalam artian bahwa semakin tua umur responden semakin

berisiko untuk terkena hipertensi.


43

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada pada kelompok

umur 18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon

Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel 13

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Umur 18-
45 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sitada-tada

Kejadian Hipertensi
Kategori Jenis Jumlah Nilai p
Hipertensi Tidak Hipertensi
Kelamin
n % n % n %
Laki-laki 34 79,1 9 16,6 43 100,0
0,001
Perempuan 20 44,4 25 55,6 45 100,0

Berdasarkan tabel 13 diatas diketahui bahwa dari 47 orang responden yang

berjenis kelamin laki-laki, ada 34 orang responden (79,1%) yang mengalami

hipertensi dan 9 orang responden (16,6%) tidak mengalami hipertensi. Kemudian

dari 45 orang responden yang berjenis kelamin perempuan, ada 20 orang

responden (44,4%) yang mengalami hipertensi dan 25 orang responden (55,6%)

tidak mengalami hipertensi.

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan jenis

kelamin dengan kejadian hipertensi pada pada kelompok umur 18-45 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli

Utara. Responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang mengalami

hipertensi dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan,

dalam artian bahwa pada kelompok umur 18-45 tahun laki-laki lebih berisiko

untuk terkena hipertensi dibandingkan dengan perempuan.


44

Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada pada

kelompok umur 18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan

Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 14 berikut:

Tabel 14

Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Umur


18-45 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sitada-tada

Kejadian Hipertensi
Kategori Riwayat Jumlah Nilai p
Hipertensi Tidak Hipertensi
Keluarga
n % n % n %
Ada riwayat 30 81,1 7 14,3 37 100,0
0,001
Tidak ada riwayat 24 47,1 27 52,9 51 100,0

Berdasarkan tabel 14 diatas diketahui bahwa dari 37 orang responden yang

memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi, ada 30 orang responden

(81,1%) yang mengalami hipertensi dan 7 orang responden (14,3%) tidak

mengalami hipertensi. Kemudian dari 51 orang responden yang tidak memiliki

riwayat keluarga yang menderita hipertensi, ada 24 orang responden (47,1%)

yang mengalami hipertensi dan 27 orang responden (52,9%) tidak mengalami

hipertensi.

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan riwayat

keluarga yang menderita hipertensi dengan kejadian hipertensi pada pada

kelompok umur 18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan

Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Responden yang memiliki riwayat keluarga

yang menderita hipertensi lebih banyak yang mengalami hipertensi dibandingkan

dengan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita hipertensi,

dalam artian bahwa responden yang memiliki riwayat keluarga yang menderita
45

hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi dibandingkan dengan responden

yang tidak memiliki riwayat keluarga terkena hipertensi.

Hubungan Faktor yang Dapat Diubah dengan Kejadian Hipertensi

Adapun faktor risiko hipertensi yang dapat diubah yang dianalisis dalam

penelitian ini ialah obesitas/kegemukan, perilaku merokok, perilaku mengonsumsi

alkohol, tingkat konsumsi makanan asin dan tingkat konsumsi makanan berlemak

yang dinilai berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok umur 18-45

tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon Kabupaten

Tapanuli Utara.

Hubungan Kegemukan/Obesitas dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada pada kelompok umur

18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon

Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 15 berikut:

Tabel 15

Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Umur 18-45


Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sitada-tada

Kejadian Hipertensi
Jumlah Nilai p
Kategori Obesitas Hipertensi Tidak Hipertensi
n % n % n %
Obesitas 21 91,3 2 8,7 23 100,0
0,000
Tidak obesitas 33 50,8 32 49,2 65 100,0

Berdasarkan tabel 15 diatas diketahui bahwa dari 23 orang responden yang

obesitas, ada 21 orang responden (91,3%) yang mengalami hipertensi dan hanya 2

orang responden (8,9%) tidak mengalami hipertensi. Kemudian dari 65 orang

responden yang tidak obesitas, ada 33 orang responden (50,8%) yang mengalami

hipertensi dan 32 orang responden (49,2%) tidak mengalami hipertensi.


46

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan ada hubungan obesitas dengan

kejadian hipertensi pada pada kelompok umur 18-45 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.

Responden yang obesitas lebih banyak yang mengalami hipertensi dibandingkan

dengan responden yang tidak obesitas, dalam artian bahwa responden yang

obesitas lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden

yang tidak obesitas.

Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi pada pada

kelompok umur 18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan

Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 16 berikut:

Tabel 16

Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Umur


18-45 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sitada-tada

Kejadian Hipertensi
Kategori Perilaku Jumlah Nilai p
Hipertensi Tidak Hipertensi
Merokok
n % n % n %
Perokok aktif 24 72,7 9 27,3 33 100,0
Perokok pasif 28 68,3 13 31,7 41 100,0 0,001
Tidak merokok 2 14,3 12 85,7 14 100,0

Berdasarkan tabel 16 diatas diketahui bahwa dari 33 orang responden yang

menjadi perokok aktif, ada 24 orang responden (72,7%) yang mengalami

hipertensi dan hanya 9 orang responden (27,3%) tidak mengalami hipertensi.

Kemudian dari 41 orang responden yang menjadi perokok pasif, ada 28 orang

responden (68,3%) yang mengalami hipertensi dan 13 orang responden (31,7%)

tidak mengalami hipertensi, serta dari 14 orang responden yang tidak merokok,
47

hanya ada 2 orang responden (14,3%) yang mengalami hipertensi dan 12 orang

responden (85,7%) tidak mengalami hipertensi.

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan perilaku

merokok dengan kejadian hipertensi pada pada kelompok umur 18-45 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli

Utara. Responden yang menjadi perokok aktif dan perokok pasif lebih banyak

yang mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak merokok,

dalam artian bahwa responden yang menjadi perokok lebih berisiko untuk

mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang bukan perokok.

Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada pada

kelompok umur 18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan

Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 17 berikut:

Tabel 17

Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Umur


18-45 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sitada-tada

Kejadian Hipertensi
Kategori Konsumsi Jumlah Nilai p
Hipertensi Tidak Hipertensi
Alkohol
n % n % n %
Tinggi 21 80,8 5 19,2 26 100,0
0,010
Rendah 33 53,2 29 24,0 62 100,0

Berdasarkan tabel 17 diatas diketahui bahwa dari 26 orang responden yang

mengonsumi alkohol dengan kategori tinggi, ada 21 orang responden (80,8%)

yang mengalami hipertensi dan hanya 5 orang responden (19,2%) tidak

mengalami hipertensi. Kemudian dari 62 orang responden yang mengonsumsi


48

alkohol dengan kategori rendah, ada 33 orang responden (53,2%) yang mengalami

hipertensi dan 29 orang responden (46,8%) tidak mengalami hipertensi.

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan konsumsi

alkohol dengan kejadian hipertensi pada pada kelompok umur 18-45 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli

Utara. Responden yang mengonsumsi alkohol dengan kategori tinggi lebih banyak

yang mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang mengonsumsi

alkohol dengan kategori rendah, dalam artian bahwa responden yang

mengonsumsi alkohol dengan kategori tinggi lebih berisiko untuk mengalami

hipertensi dibandingkan dengan responden yang mengonsumsi alkohol dengan

kategori rendah.

Hubungan Konsumsi Makanan Asin dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi pada pada

kelompok umur 18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan

Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 18 berikut:

Tabel 18

Hubungan Konsumsi Makanan Asin dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok


Umur 18-45 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sitada-tada

Kejadian Hipertensi
Kategori Konsumsi Jumlah Nilai p
Hipertensi Tidak Hipertensi
Makanan Asin
n % n % n %
Tinggi 29 87,9 4 12,1 33 100,0
0,000
Rendah 25 45,5 30 54,5 55 100,0

Berdasarkan tabel 18 diatas diketahui bahwa dari 33 orang responden yang

mengonsumi makanan asin dengan kategori tinggi, ada 29 orang responden


49

(87,9%) yang mengalami hipertensi dan hanya 4 orang responden (12,1%) tidak

mengalami hipertensi. Kemudian dari 55 orang responden yang mengonsumsi

makanan asin dengan kategori rendah, ada 25 orang responden (45,5%) yang

mengalami hipertensi dan 30 orang responden (46,8%) tidak mengalami

hipertensi.

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan konsumsi

makanan asin dengan kejadian hipertensi pada pada kelompok umur 18-45 tahun

di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon Kabupaten

Tapanuli Utara. Responden yang mengonsumsi makanan asin dengan kategori

tinggi lebih banyak yang mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden

yang mengonsumsi makanan asin dengan kategori rendah, dalam artian bahwa

responden yang mengonsumsi makanan asin dengan kategori tinggi lebih berisiko

untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang mengonsumsi

makanan asin dengan kategori rendah.

Hubungan Konsumsi Makanan Berlemak dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan konsumsi makanan berlemak dengan kejadian hipertensi pada

pada kelompok umur 18-45 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada

Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 19

berikut:
50

Tabel 19

Hubungan Konsumsi Makanan Berlemak dengan Kejadian Hipertensi pada


Kelompok Umur 18-45 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sitada-tada

Kejadian Hipertensi
Kategori Konsumsi Jumlah Nilai p
Hipertensi Tidak Hipertensi
Makanan Berlemak
n % n % n %
Tinggi 38 76,0 12 24,0 50 100,0
0,001
Rendah 16 42,1 22 57,9 38 100,0

Berdasarkan tabel 19 diatas diketahui bahwa dari 50 orang responden yang

mengonsumi makanan berlemak dengan kategori tinggi, ada 38 orang responden

(76%) yang mengalami hipertensi dan hanya 12 orang responden (24%) tidak

mengalami hipertensi. Kemudian dari 38 orang responden yang mengonsumsi

makanan berlemak dengan kategori rendah, ada 16 orang responden (42,1%) yang

mengalami hipertensi dan 22 orang responden (57,9%) tidak mengalami

hipertensi.

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan konsumsi

makanan berlemak dengan kejadian hipertensi pada pada kelompok umur 18-45

tahun di wilayah kerja Puskesmas Sitada-tada Kecamatan Sipoholon Kabupaten

Tapanuli Utara. Responden yang mengonsumsi makanan berlemak dengan

kategori tinggi lebih banyak yang mengalami hipertensi dibandingkan dengan

responden yang mengonsumsi makanan berlemak dengan kategori rendah, dalam

artian bahwa responden yang mengonsumsi makanan berlemak dengan kategori

tinggi lebih berisiko untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden

yang mengonsumsi makanan berlemak dengan kategori rendah.

Anda mungkin juga menyukai