Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah : Manajemen Berbasis Sekolah


Dosen Pengampu : Hasan S.Pd, M.Pd

KETERKAITAN MBS DENGAN PENGAMBILAN


KEPUTUSAN

OLEH :

KELOMPOK 8
KELAS M.62

INAYAH RAHMANIAH (1847040011)


SUMARWANG (1747042106)
MASRURIAH (1747040007)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu


wata’ala.Atas rahmat, karunia dan nikmat-Nyalah kami dapat
menyelesaikan tugas makalah matakuliah MBS yang berjudul “Keterkaitan
MBS Dengan Pengambilan Keputusan”. Di dalam makalah ini kami
membahas tentang Pengertian keterkaitan MBS dengan pengambilan
keputusan, Ruang lingkup keterkaitan MBS dengan pengambilan
keputusan, Tujuan keterkaitan MBS dengan pengambilan keputusan.
Dalam penyelesaiannya, kami banyak mendapatkan bantuan moral
maupun materi dari berbagai pihak yang tidak mungkin kami sebutkan
satu per satu. Mudah-mudahan segala bantuan dan kebijakan yang telah
diberikan kepada kami mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan
dari semua pihak. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.

Makassar,24 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang............................................................................ 1
B. RumusanMasalah...................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian keterkaitan MBS dengan pengambilan keputusan. 3
B. Ruang Lingkup keterkaitan MBS dengan pengambilan keputusan
..................................................................................................5
C. Tujuan keterkaitan MBS dengan pengambilan keputusan....... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 12
B. Saran ........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain itu dengan
pendidikan dapat diwujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan
bangsa sehingga terpeliharanya kelangsungan pembangunan untuk
menuju kejayaan, keluar dari kebodohan dan kemiskinan. Dengan
demikian pendidikan mutlakn dilaksanakan, ditumbuhkan dan
dikembangkan.

Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu


memilih alternatif-alternatif keputusan yang tepat sehingga tujuan
organisasi sekolah untuk meningkatkan kinerja pendidikan dapat
tercapai ecara optimal. Adapun unsur-unsur pengambilan keputusan
yang dapat pergunakan oleh kepala sekolah terlebih dahulu harus
dapat mengkaji dan mempertimbangkan mengenai tujuan
pengambilan keputusan, identifikasi masalah, faktor-faktor intra
maupun ekstra sekolah, serta sarana-sarana pengambilan keputusan.

Sehubungan dengan itu cita-cita tersebut pemerintah telah


merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab II Pasal 3 yang bunyinya :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

1
Selain itu selama ini peran serta masyarakat terutama orang tua
siswa dalam penyelenggaraan pendidikan hanya terbatas pada
dukungan dana, padahal peran serta mereka sangat penting di dalam
proses-proses pendidikan antara lain pengambilan keputusan,
pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas (Wildan Najin Fiddin,
2008:1). Jadi untuk memajukan pendidikan, peran serta masyarakat
sangat dibutuhkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keterkaitan manajemen berbasis sekolah (MBS)
dengan pengambilan keputusan?
2. Apa saja ruang lingkup keterkaitan manajemen berbasis sekolah
(MBS) dalam pengambilan keputusan?
3. Apa tujuan keterkaitan manajemen berbasis sekolah (MBS)
dengan pengambilan keputusan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keterkaitan manajemen berbasis
sekolah (MBS) dengan pengambilan keputusan.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup keterkaitan manajemen berbasis
sekolah (MBS) dalam pengambilan keputusan.
3. Untuk mengetahui tujuan keterkaitan manajemen berbasis
sekolah (MBS) dalam pengambilan keputusan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. pengertian keterkaitan manajemen berbasis sekolah (MBS)

dengan pengambilan keputusan

Menurut Ralph C. Davis (Syamsi, 2000:3) diartikan sebagai


hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Hal ini
berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan mengenai ‘apa yang
harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur
perencanaan. Keputusan itu terutama dibuat untuk menghadapi
masalah atau kesalahan yang mungkin terjadi terhadap rencana
yang telah digariskan atau penyimpanan serius terhadap rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.

Salah satu fungsi yang sangat penting dalam kepemimpinan


adalah pengambilan keputusan. Seorang pimpinan sebagian besar
waktu perhatiannya, maupun pikirannya dipergunakan untuk
mengkaji proses pengambilan keputusan. Semakin tinggi posisi
jabatan seseorang dalam kepemimpinan organisasi maka
pengambilan keputusan menjadi tugas utama yang harus
dilakukan. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala
sekolah sebagai pimpinan akan berpengaruh besar terhadap
kelangsungan organisasi sekolah. Di samping itu, perilaku dan cara
kepala sekolah sebagai pimpinan dalam pola pengambilan
keputusan sangat memengaruhi perilaku dan sikap dari
pengikutnya

. Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pimpinan harus


mampu memilih alternatif-alternatif keputusan yang tepat sehingga
tujuan organisasi sekolah untuk meningkatkan kinerja pendidikan
dapat tercapai ecara optimal. Adapun unsur-unsur pengambilan

3
keputusan yang dapat pergunakan oleh kepala sekolah terlebih
dahulu harus dapat mengkaji dan mempertimbangkan mengenai
tujuan pengambilan keputusan, identifikasi masalah, faktor-faktor
intra maupun ekstra sekolah, serta sarana-sarana pengambilan
keputusan.

Menurut GR Terry, "Decision making can be defined as the


selection based on same criteria of one behaviore alternative from
two or more possible alternative". Sedangkan Sondang P. Siagian
menyatakan, "Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah pengumpulan
fakta-fakta dan data, penentuan yang matang atas alternatif yang
dihadapi dan mengambil tindakan yang paling tepat. Keputusan
adalah suatu pengakhiran dari pada proses pemikiran tentang
suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa
yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut dengan
menjatuhkan pilihan pada satu alternatif (Prajudi Atmosudirjo,
2002:9).

Keputusan dalam pemilihan di antara alternatif-alternatif. Definisi ini


mengandung tiga pengertian, yaitu:

1. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan;

2. Ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang


terbaik;

3. Ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin


mendekati pada tujuan tersebut (James A.F.Stoner, 1999:132).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keputusan adalah hasil


pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Suatu
keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang
dibicarakan dalam hubunga dengan perencanaan. Berdasarkan

4
pengertian tersebut nampak bahwa pengambia keputusan
bukanlah merupakan kegiatan yang sepele atau mudah. Keputusan
lahir dari suatu proses panjang dan rumit, di mana di dalamnya
terjadi diskusi intensif, brain storming yang mendalam diiringi
analisis yang tajam dan interdisipliner. Fokus pengambilan
keputusan adalah pada kemampuan untuk menganalisis situasi
dengan memperoleh informasi seakurat mungkin sehingga dapat
menuntaskan permasalahan. Dalam implementasi MBS juga
dihadapi beberapa masalah seperti berbagai pihak terkait harus
bekerja lebih banyak daripada sebelumnya, kurang efisien (dalam
jangka pendek karena salah satu tujuan MBS adalah terjadinya
efisiensi pendidikan), kinerja kepala sekolah yang tidak merata,

B. Ruang Lingkup keterkaitan MBS dengan pengambilan keputusan

a. Dasar-dasar Pertimbangan dalam Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan yang dilakukan pemimpin


seperti kepala sekolah merupakan Tugas berat, oleh sebab itu
pemimpin harus bertindak secara tepat agar tidak terjadi kesalahan
dalam proses pengambilan keputusan. Beberapa dasar
pertimbangan yang dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan
keputusan menurut Ibnu Syamsi (1994), adalah sebagai berikut:

1. Sasaran pengambilan keputusan yang jelas. Sasaran pengambilan


keputusan ini merupakan bagian dari tujuan organisasi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, sasaran pengambilan keputusan
harus selaras dan mengarah pada tercapainya tujuan secara
keseluruhan.

2. Percaya bahwa keputusan mengarah pada tercapainya tujuan


organisasi secara keseluruhan. Menetapkan tujuan organisasi,

5
merupakan pedoman dalam pengambilan keputusan dan
merupakan pedoman untuk mengevaluasi hasilnya.

3. Menggunakan pendekatan diagnostik. Mengambil keputusan harus


mengadakan identifikasi dan merumuskan permasalahannya lebih
dulu.

4. Melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.


Pertimbangan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan
agar dapat meningkatkan kualitas keputusan, bawahan merasa
mendapat penghargaan, bawahan otomatis akan merasa ikut
terikat oleh keputusan itu karena merasa kontribusi masukannya
dari bawahan juga.

5. Percaya penuh keputusan dapat dilaksanakan. Pemimpin harus


percaya bahwa keputusan yang telah diambilnya pasti berhasil
meskipun tidak optimal. Dukungan bawahan untuk ikut
mensukseskan keputusan sangat diperlukan.

6. Mengadakan evaluasi. Sasaran pengambilan keputusan adalah


mencapai sebagian dari tujuan organisasi secara keseluruhan.
Untuk itu perlu dikaji dan dievaluasi apakah sebagian tujuan
organisasi itu telah tercapai.

7. Keluwesan pengambilan keputusan harus fleksibel. Keluwesan


yang harus dilakukan oleh pemimpin tidak hanya pada proses
pembuatan keputusan, tetapi juga sesudah keputusan itu
dilaksanakan.

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan

1. Posisi atau kedudukan


Posisi atau kedudukan dapat dilihat dalam beberapa hal:
a. Letak posisi, hal ini meliputi:
1) Pembuat keputusan (Decision Maker)

6
2) Penentu keputusan (Staff)

2. Masalah

Masalah adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya


tujuan. Hal ini meliputi:

a. Masalah terstruktur (well structured problems)


b. Masalah tidak terstruktur (will structured problem)
3. Situasi

Keseluruhan faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain


dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita
beserta apa yang hendak kita perbuat. Faktor-faktor itu dibedakan
atas:

a. Faktor-faktor yang konstan yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak


berubah-ubah atau tetap keadaannya.
b. Faktor-faktor yang tidak konstan yaitu faktor-faktor yang sifatnya
selalu berubah-ubah atau tidak tetap keadaannya.
4. Kondisi

Kondisi yaitu keseluruhan faktor yang secara bersama-sama


menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita.

5. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai pada umumnya telah ditentukan


Tujuannya yang telah ditentukan dalam pengambilan keputusan
merupakan tujuan antara atau objektif. Sedangkan menurut George
R. Terry, faktor-faktor yang berpengarun dalam pengambilan
keputusan meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Hal-hal yang berwujud dan tidak berwujud, yang emosional


maupun yang rasional;
b. Tujuan organisasi;

7
c. Orientasi;
d. Alternatif-alternatif tandingan;
e.Tindakan
f. Waktu

c. Model-model Pengambilan Keputusan

Model-model pengambilan keputusan yang dapat diadopsi oleh


lembaga pendidikan, yaitu adalah:

1. Rational Model
Model ini dipergunakan jika tingkat ambiguitas atau konfliksitas
sasaran maupun tingkat ketidakpastian teknis rendah. Pilihan
dipermudah oleh kinerja program dan standar operasional yang
disusun menurut aturan keputusan serta rutinitas yang telah
dipelajari sebuah organisasi atau lembaga pendidikan.
2. Political Model
Model ini dipergunakan ketika tujuan diperebutkan oleh
berbagai kelompok kepentingan dan kepastian teknis tinggi dalam
kelompok, keputusan dari tindakan merupakan hasil tawar
menawar antara Pemain yang mengejar kepentingan mereka dan
manipulasi instrumen pangaruh yang tersedia.
3. Anarchy Model
Model ini dipergunakan jika tingkat ambiguitas atau
konfliksitas saran maupun tingkat ketidakpastian teknik tinggi.
Keputusan terjadi melalui peluang dan waktu ketika ada masalah,
partisipan dan pilihan tepat serta solusi dilekatkan terhadap
persoalan dan persoalan dipilih oleh partisipan yang memiliki waktu
dan energi untuk melakukan hal tersebut.
4. Process Model
Model seperti ini dipergunakan jika tingkat ambiguitas atau
konfliksi sasaran rendah sedangkan ketidakpastian teknisnya

8
tinggi. Ketika tujuan atau sasaran bersifat strategis dan jelas tetapi
metode teknis untuk mencapainya tidak pasti, pengambilan
keputusan menjadi proses dinamis yang ditandai dengan banyak
interupsi dan iterasi.

d. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan

1. Keputusan berdasarkan tingkat kepentingan

Pada umumnya sebuah lembaga termasuk lembaga


pendidikan memiliki hierarki manajemen. Secara klasik, hierarki, ini
terbagi atas tiga tingkatan, yaitu:

a. Manajemen Puncak
Manajemen puncak yaitu yang berkaitan dengan
perencanaan yang bersifat strategis;
b. Manajemen Menengah
Manajemen menengah ini menangani masalah pengawasan dan
kegiatan lebih banyak bersifat administratif;
c. Manajemen Tingkat Bawahan
Manajemen ini juga disebut sebagai manajemen operasional
yaitu yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hart.
2. Keputusan berdasarkan lingkungan
a. Pengambilan keputusan dalam kondisi lingkungan.
1) Alternatif yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi
jawaban atau hasil.
2) Keputusan yang akan diambil didukung oleh formasi atau data
yang lengkap sehingga hasil dari setiap tindakan yang dilakukan
dapat diramalkan secara akurat.
3) Pengambilan keputusan harus mengetahui secara pasti apa yang
akan terjadi di masa yang akan datang.

9
C. Tujuan keterkaitan manajemen berbasis sekolah (MBS) dengan
pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan adalah salah satu faktor penentu


dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Manajemen
Berbasis Sekolah memberikan wewenang pengambilan keputusan
bagi sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
progam pendidikannya dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan dengan sekolah guna memenuhi kebutuhan sesuai
dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Dalam
pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, pengambilan
keputusan dilakukan dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan secara partisipatif untuk bermusyawarah, sehingga
keputusan yang diambil akan diterima oleh semua pihak
(Moherman dan Wohistetter, 1994:279).
Menurut Mulyasa (2009:25) tujuan manajemen berbasis
sekolah dalam pengambilan keputusan di antaranya:
a.) Untuk meningkatkan efesiensi, diperoleh melalui keleluasaan
mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi
b.) Untuk meningkatkan mutu, melalui partisipasi orang tua
terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas,
peningkatan profesionalitas guru dan kepala sekolah,
berlakunya sistem intensif dan disinsentif.
c.) Untuk pemerataan pendidikan, melalui peningkatan partisipasi
masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
Menurut slamet PH (2001), MBS bertujuan untuk
“memberdayakan” sekolah, terutama sumber daya manusia (kepala
sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat
sekitarnya) melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan

10
sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh
sekolah yang bersangkutan. Terdapat empat tujuan MBS tersebut
yaitu:
1. meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia.
2. Partisipatif yakni meningkatkan kepedulian warga sekolah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama.
3. Akutabiltas yaitu meningkatkan pertanggungjawaban sekolah
kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya.
4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang
pendidikan yang akan dicapai.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu fungsi yang sangat penting dalam kepemimpinan
adalah pengambilan keputusan. Seorang pimpinan sebagian besar
waktu perhatiannya, maupun pikirannya dipergunakan untuk mengkaji
proses pengambilan keputusan. Semakin tinggi posisi jabatan
seseorang dalam kepemimpinan organisasi maka pengambilan
keputusan menjadi tugas utama yang harus dilakukan. Pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan akan
berpengaruh besar terhadap kelangsungan organisasi sekolah.
B. Saran
Kepada masyarakat, kepala sekolah, agar dapat memberikan
sumbangsihnya terhadap dunia pendidikan baik yang tergabung
dalam organisasi perusahaan, dewan pendidikan, komite sekolah atau
lembaga-lembaga swadaya masyrakat dan sebagainya sehingga
percepatan pertumbuhan dan perkembangan dunia pendidikan di
Indonesia akan nampak dan membuahkan hasil yang juga untuk
masyarakat itu sendiri

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Hikmah. 2013. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam
Penyelenggaraan
Pendidikan.http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/elhikmah/articl
e/view/2243. Diakses pada tanggal 20 Februari 2020
Miarso, Yusufhadi.2007. Menyemai Benih Tekonologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah (konsep, Strategi, dan
Implementasi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made. 2007. LandasanKependidikan. Jakarta: RinekaCipta.
Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. Connie Chairunnisa,M.M. 2016. Manajemen Pendidikan Dalam Multi
Perspektif. Jakarta: Rajawali Pers.

Prof. Dr. Rohiat, M.Pd. 2008. Manajemen Sekolah. Bandung : PT Refika


Aditama.

Usman, Husaini.2013. Manajemen,Teori,Praktek,dan Riset Pendidikan.


Jakarta : PT Bumi Aksara.

Indrafachrudi, soekarto.1993. Bagaimana Memimpin Sekolah Yang


Efektif. Bogor: Ghalia Indonesia.

Dr. Hj. Suti'ah, M.Pd. 1486. Manajemen Pendidikan. Jakarta :Kencana


Prenada Media Group.

Marini Arita. 2016. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Ombak.


Siswanto B. 2015. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi aksara.
Mahtika Hanafie. 2011. Manajemen Pendidikan. Makassar: Universitas
Negeri Makassar.
Usman Husaini. 2014. Manajemen. Jakarta : Bumi aksara.
Usman Husaini. 2009. Manajemen. Jakarta Timur : Bumi aksara.

13
Robbins , Stephen P dan Timothy A.Judge. (2009). Organizational
Behavior. New Jersey: Pearson Education.
http://ejournal.pengambilan keputusan yang efektif bandung
alfabeta.ac.id/index.php/elhikmah/article/view/2243. Diakses pada
tanggal 20 Februari 2020

Sagala. Syaiful. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah &


Masyarakat.Strategi Memenangkan Persaingan Mutu.Jakarta:
Nimas Multima. http://ejournal. Pengambilan keputusan dalam
manajemen berbasis sekolah universitas terbuka
jakarta.ac.id/index.php/elhikmah/article/view/2243. Diakses pada
tanggal 20 Februari 2020

14

Anda mungkin juga menyukai