Anda di halaman 1dari 31

PERILAKU ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN

PEMBELAJARAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti Perkuliahan
Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan

Dosen pengampu :

Prof. Dr. Drs. Ekawarna, M.Psi.

Dr. Rd. M. Ali, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh:

Firmansah (P2A223024)

Zulhelmi (P2A223028)

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAMBI

2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur pemakalah ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Pembelajaran Dan Pengambilan Keputusan” ini dengan tepat waktu. Dan tak lupa

juga sholawat beserta salam tak lupa pemakalah sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad

SAW yang syafaatnya kita nantikan di yaumil kiamah nanti.

Pemakalah menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan

dan kesalahan, baik dari penulisan maupun penyajian materi. Untuk itu kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak sangat membantu kami

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................7
A. Pembelajaran.............................................................................................................7
1. Pengertian Pembelajaran.....................................................................................7
2. Ciri-Ciri Dari Pembelajaran................................................................................7
3. Komponen Dari Pembelajara..............................................................................9
4. Prinsip Dari Pembelajaran..................................................................................12
B. Pengambilan Keputusan...........................................................................................15
1. pengertian pengambilan keputusan....................................................................15
2. fungsi dan tujuan pengambilan keputusan.........................................................18
3. dasar-dasar pengambilan keputusan...................................................................19
4. proses pengambilan keputusan..........................................................................22
5. permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan.............................26
BAB III PENUTUP............................................................................................................29
A. Kesimpulan...............................................................................................................29
B. Saran.........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara pembelajaran maka yang menjadi sorotan dan orientasi yang utama

tertuju pada kualitas pesertadidik sebagai output dalam proses pembelajaran.

Pemberlajaran khususnya di Indonesia masih dipandang rendah pola pembelajrannya

dibandingkan dengan negara-negara maju, kita sebut Negara Malaysia yang dulu

mereka banyak berguru di Indonesia, namun saat sekarang Malaysia jauh lebih maju

sentor pembelajarannya di banding Negara kita. Bahkan model dan teori

pembelajaran mereka jauh lebih unggul telah menggunakan model-model yang

variatif dalam proses belajar mengajarnya.

Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak

dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi (Salusu, 1996: 47). Proses ini

untuk menemukan dan menyeleseikan masalah organisasi. Pernyataan ini

menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan,

memerlukan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah tersebut terdapat dalam

pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berfikir sistematis. Dalam dunia

manajemen proses atau seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam kegiatan diskusi.

Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, kepala, ketua, direktur,

rektor, bupati, gubernur, menteri, panglima, presiden, atau pejabat apapun,

sesungguhnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Sering kali

ia merasa hampa apabila dalam satu hari tidak mengmbil suatu keputusan. Tidak

menjadi soal apakah keputusan itu benar atau mengandung kelemahan. Oleh sebab

4
itu banyak manajer yang berpendapat bahwa lebih baik membuat enam kesalahan

dari sepuluh keputusan yang ia buat daripada sama sekali tidak membuat keputusan.

Bagi pejabat tersebut yang paling penting timbul rasa kepuasan karena dapat

mengmbil keputusan hari itu.

Pada akhirnya, Robin Hughes dalam prakatanya pada Decision Making

berkesimpulan bahwa karena pengambilan keputusan terjadi di semua bidang dan

tingkat kegiatan serta pemikiran manusia, maka tidaklah mengherankan apabila

begitu banyak disiplin yang berusaha mengabalisis dan membuat sistematika dari

seluruh proses keputusan.

Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu

organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh

pengambilan keputusan sekarang. Pentinya pengambilan keputusan dilihat dari segi

kekuasaan untuk membuat keputusan, yaitu mengikuti pola desentralisasi atau pola

sentralisasi. Berbeda dengan hal tersebut, beberapa ahli memberi perhatian pada

pengambilan keputusan dari sudut kehadirannya, yaitu adanya teori pengambilan

keputusan administrasi, kita dapat meramalkan tindakan-tindakan manajemen

sehingga kita dapat menyempurnakan efektifitas manajemen.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian pembelajaran?

2. Apakah ciri-ciri dari pembelajaran?

3. Apa saja komponen dari pembelajaran?

4. Apa saja prinsip dari pembelajaran?

5. Apakah pengertian pengambilan keputusan?

5
6. Bagaimana fungsi dan apakah tujuan pengambilan keputusan?

7. Apakah dasar-dasar pengambilan keputusan?

8. Bagaimana proses pengambilan keputusan?

9. Apakah permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian pembelajaran

2. Mengetahui ciri-ciri dari pembelajaran

3. Mengetahui Apa saja komponen dari pembelajaran

4. Mengetahui Apa saja prinsip dari pembelajaran

5. Mengetahui pengertian pengambilan keputusan

6. Mengetahui fungsi dan tujuan pengambilan keputusan

7. Mengetahui dasar- dasar pengambilan keputusan

8. Mengetahui proses pengambilan keputusan

9. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran

1. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada hakikatnya pembelajaran

merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik baik

interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak

langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. (Rusman,

2014: 3-134)

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian

pembelajaran adalah suatu proses yang terjadi dalam suatu lingkungan belajar

karena adanya interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar sehingga terciptanya suatu pembelajaran yang baik.

2. Ciri-ciri pembelajaran

Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak

terlepas dari ciri-ciri tertentu, menurut Edi Suardi dalam Remiswal dan Rezki,

Amelia (2013: 21) adalah.

a. Belajar harus memiliki tujuan

Kegiatan dari pada belajar yaitu untuk membentuk anak didik dalam suatu

perkembangan tertentu dengan menempatkan anak didik sebagai pusat

7
pehatian. Adanya suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan,

didesain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

b. Ditandai aktifitas anak

Aktifitas anak didik, baik secara fisik ataupun secara mental harus aktif

dalam kelas. Dalam hal ini guru harus bisa mengembangkan atau

mengorganisasi kelas yang efektif, menarik, nayaman dan aman bagi

perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk

dalam hal ini penyusunan dan penyediaan bahan pembelajaran yang

menarik dan mneyenangkan bagi peserta didik, serta peneglolaan kelas yang

tepat, efektif dan efesien

c. Kegiatan belajar mengajar membutuhkan kedisiplinan

Disiplin dalam hal ini adalah suatu pola tingkah laku yang diatur

sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh guru dan murid.

Dalam menanamkan disiplin guru bertanggung jawab mengarahkan dan

berbuat baik, menjadi contoh, sabar, dan penuh perhatian. Guru harus

mampu mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, terutama disiplin

diri.

d. Ada batas waktu

Hal ini merupakan salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan, karena setiap

bahan pelajaran harus diberi waktu tertentu kapan bahan tersebut harus

selesai. Untuk itu seorang guru harus mampu menggunakan secara

maksimum dan optimum waktu pengajaran yang telah dialokasikan. Untuk

8
mewujudkan hal tersebut, ada sejumlah aktivitas yang perlu diperhatikan

dan ditampilkan oleh pengajar agar waktu dapat dilaksanakan secara efesien

e. Evaluasi

Evaluasi sangat penting setelah guru melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Evaluasi harus dilakukan oleh seorang guru agar dapat

mengetahui berhasil tidaknya suatu pengajaran yang telah ia berikan pada

muridnya. Dalam proses pembelajaran seorang guru haruslah bisa

mengkondisikan semua hal agar peserta didik dapat melaksanakan proses

belajar. Tidak terkecuali tentang merencakan tujuan, dalam hal ini tujuan

pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang didalamnya terdapat

rumusan tentang tujuan maka seharusnya guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar harus memikirkan bagaimana caranya untuk bisa

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan penyusunan atau

penggarapan materi, metode dan pendekatan serta strategi yang ada agar

bisa membelajarkan siswa dengan efektif dan efesien dan menggunakn

evaluasi untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan yang

dilakukan.

3. Komponen pemebelajaran

Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam

keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Dari

pengertian tersebut dapat diketahui bahwa komponen pembelajaran adalh

bagian-bagian dari sistem dan proses pendidikan atau pembelajaran yang

merupakan penentu dari berhasil atau tidaknya suatu poses pembelajaran. Oleh

9
karena itu proses pembelajran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama

linnya saling bernteraksi. Komponen-komponen tersebut adalah:

a. Siswa

Siswa biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu

pogram pendidikan disekolah atau lembaga pendidikan lainnya, dibawah

bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid

digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan

seorang tokoh bijaksana. Atau bisa juga dikatakan orang yang belum

dewasa yang memilki potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.

Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan

siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian,

proses pengembangan perencanaan dan desain pembelajaran, siswa harus

dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya keputusan-keputusan yang

diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan

kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar,

minat dan bakat, motivasi belajar dan gaya belajar siswa itu sendiri

b. Tujuan

Tujuan merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran setelah

komponen peserta didik sebagai subjek belajar. Mau dibawa kemana peserta

didik, apa yang harus dimiliki oleh siswa semuanya tergantung pada tujuan

yang ingin dicapai.

c. Isi/Materi

10
Materi pembelajaran pada dasarnya adalah isi kurikulum, yakni berupa

mata pelajaran atau bidang studi yang terdiri dari topik/sub-topik dan

rinciannya. Secara umum isi kurikulum atau bahan pelajaran tersebut dapat

dipilah menjadi tiga unsur yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Materi

pelajaran merupakan suatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian

dipahami oleh siswa dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan instruksional

yang telah ditetapkan. Dengan kata lain materi pelajaran salah satu unsur

atau komponen yang penting untuk mencapai tujuan-tujuan pelajaran.

Materi pelajaran terdiri dari fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum/aturan

dan sebagainya yang terkandung dalam mata pelajaran

d. Metode

Metode yang digunakan dalam pelajaran dipilih atas dasar tujuan dan

bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode adalah suatu cara yang

dipergunakan untuk mencapa tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan

belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan

pembelajaran. Penggunaan metode selain harus mempertimbangkan tujuan

yang ingin dicapai, juga harus memperhatikan bahan pelajaran yang akan

diberikan, kondisi anak didik, lingkungan dan kemampuan dari guru itu

sendiri.

e. Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka

mencapa tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan

oleh Sasmi Nelwati bahwa yang dimaksud dengan alat pendidikan adalah

11
segala usaha yang dilakukan dengan sengaja baik benda maupun berupa

perbuatan dan tindakan serta situasi yang dilakukan untuk pencapaian

tujuan pendidikan

f. Media

Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong

proses belajar mengajar. Media merupakan salah satu komponen yang

penting dalam pembelajaran. Media berfungsi untuk mempermudah guru

dalam memberikan materi dan isi pelajaran.

g. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa,

untuk mengetahui kesulitan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga

berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan

dalam pembelajaran. Melalui evaluasi dapat melihat kekurangan dalam

pemanfaatan berbagi komponen sistem pembelajaran.

4. Prinsip-prinsip pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu aktivitas (proses) yang sistematis dan

sistematik yang terdiri atas banyak komponen. Masingmasing komponen tidak

bersifat persial (terpisah), tapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung,

komplementer dan berkelanjutan. Untuk itu perlu pengelolaan pembelajaran yang

baik dan harus dikembangkan berdasarkan pada asas-asas pembelajaran.

12
Prinsip-prinsip pembelajaran muncul dari penemuan para ahli dalam

bidang psikologi kemudian diaplikasikan dalam bidang pendidikan sehingga

lahirlah prinsip-prinsip pembelajaran diantaranya adalah:

a. Aktivitas

Belajar yang berhasil pastilah melalui berbagai macam aktivitas, baik

aktivitas fisik maupun psikis. Seluruh peranan dan kemuan dikerahkan dan

diarahkan supaya daya itu tetap aktif mendapatkan hasil pembelajaran yang

optimal, sekaligus mengikuti proses pembelajaran (proses perolehan hasil

pembelajaran) secara aktif

b. Azas Motivasi

Seorang pendidik haruslah dapat menimbulkan motivasi peserta didik karena

motivasi ini sangat penting sekali dalam proses pembelajaran. Menurut Crider

motivasi adalah hasrat keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan

langsung ditujukan kepada suatu objek. Sedangkan menurut S Nasution

motivasi adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau

melakukan apa yang dapat dilakukan. Dengan demikian jelaslah bahwa

motivasi dapat membangkitkan minat dan keinginan peserta didik sehingga

dia dapat melakukan sesuatu apa yang dapat dilakukannya

c. Azas Individualitas

Azas indvidualitas ini hendaklah menjadi perhatian seorang pendidik. Dalam

menyelenggarakan pembelajaran seorang pendidik hendaklah memperhatikan

dan memahami serta berupaya menyesuaikan bahan pelajaran dengan keadaan

peserta didik, baik menyangkut segi perbedaan usia, bakat, kemampuan,

13
intelegensi, perbedaan fisik, watak dan sebagainya. Setiap individu

mempunyai perbedaan dan karakteristiknya masing-masing, adanya

perbedaan itu menunjukan pula adanya perbedaan kondisi belajar

d. Azas Keperagaan

Peragaan meliputi semua panca indera yang bertujuan untuk mencapai

pengertian pemahaman secara lebih tepat dengan mengunakan alat-alat indera.

Alat indera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan

e. Azas Ketauladanan

Ketauladanan dalam pendidikan adalah metode influitif yang paling

meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral

spritual dan sosial peserta didik. Hal ini karena pendidik merupakan contoh

terbaik dalam pandangan peserta didik yang akan ditirunya dalam tindak

tanduk, dan tata santunnya, disadar atau tidak bahkan terpatri dalam jiwa dan

perasannya, gambaran seorang pendidik.

f. Azas pembiasaan

Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukkan

kepribadian anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah

terciptanya suatu kebiasaan bagi peserta didik. Kebiasaan adalah tingkah laku

tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu dan

berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Untuk itu pembiasaan ini sangat

penting sekali diterapkan oleh seorang pendidik kepada peserta didik untuk

membiasakan mereka menjadi orang yang memiliki akhlah yang baik

14
g. Azas korelasi

Asas korelasi adalah asas yang menghendaki agar materi pembelajaran antara

satu dengan mata pelajaran lainnya disajikan secara terkait dan integral.

Prinsp korelasi ini bertitik tolak dari teori Gestal yang menyatakan bahwa

“keseluruhan itu memiliki makna dari pada bagian-bagian.” Dan jumlah

bagian itu baru ada arti jika dihubungkan dalam satu kesatuan dan terpadu

h. Azas Minat dan Perhatian

Setiap individu mempunyai kecendrungan yang fundamental untuk

berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Apakah sesuatu

itu memberikan kesenangan kepada dirinya, kemungkinan ia akan berminat

terhadap sesuatu itu. Menurut Crow and Crow minat diartikan sebagai

kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatian

kepada seseorang atau kepada aktivitas-aktivitas tertentu

B. Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Sebelum mulai dengan mengemukakan definisi pengambilan keputusan,

maka perlu disampaikan lebih dulu tentang apa pengertian keputusan itu.

a. Menurut Ralp C. Davis

Keputusan adalah hasil pemecahan yang dihadapinya dengan tegas. Suatu

keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.

Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang

dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat

15
pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari

rencana semula.

b. Menurut Mary Follet

Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila suatu fakta

dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun

pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama

dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu

merupakan wewenang dari hukum situasi.

c. Menurut James A.F.Stoner

Keputusan adalah pemilihan di antara alternatif- alternative

1) Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.

2) Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.

3) Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan

pada tujuan tersebut.

d. Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, SH

Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran

tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa

yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan

menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.Dari pengertian- pengertian

tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keputusan

merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang

dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif

16
(Hasan, 2002: 9)Setelah mengetahui definisi dari keputusan maka

selanjutnya akan dikemukakan definisi dari pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan

melalui satu diantara alternatif- alternatif yang memungkinkan.Selain

beberapa pengertian di atas, pengambilan keputusan itu juga berarti proses

memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai

dengan situasi (Salusu, 1996: 47). Proses ini untuk menemukan dan

menyeleseikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa

mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan, memerlukan

beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah tersebut terdapat dalam

pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berfikir sistematis. Dalam

dunia manajemen proses atau seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam

kegiatan diskusi.Dari pengertian- pengertian pengambilan keputusan di

atas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu

proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara

sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan

masalah.Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah bentuk

pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilah yang

prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan

menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik (Wahab, 2008: 163).

Penyusunan model keputusan adalah salah satu cara untuk

mengembangkan hubungan- hubungan logis yang mendasari persoalan

17
keputusan ke dalam suatu model matematis, yang mencerminkan

hubungan yang terjadi di antara faktor- faktor yang terlibat. Apapun dan

bagaimana pun prosesnya, satu tahapan yang paling sulit dihadapi

pengambilan keputusan adalah dalam segi penerapannya karena di sini

perlu meyakinkan semua orang yang terlibat, bahwa keputusan tersebut

memang merupakan pilihan terbaik. Semuanya akan merasa terlibat dan

terikat pada keputusan tersebut. Hal ini, adalah proses tersulit. Walaupun

demikian, bila hal tersebut dapat disadari, proses keputusan secara

bertahap, sistematik, konsisten, dan dalam setiap langkah sejak awal telah

mengikut sertakan semua pihak, maka usaha tersebut dapat memberikan

hasil yang terbaik.

2. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan

masalah memiliki fungsi antara lain sebagai pangkal permulaan dari semua

aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secar

kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara organisasional. Selain itu

pengambilan keputusan juga merupakan sesuatu yang bersifat futuristik,

artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, di mana

efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

Kegiatan- kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan

untuk mencapai tujuan organisasinya. Yang diinginkan semua kegiatan itu

dapat berjalan lancar dan tujuan dapat tercapai dengan mudah dan efisien.

Namun kerap kali terjadi hambatan- hambatan dalam melaksanakan kegiatan.

18
Ini merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh pimpinan organisasi.

Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.

Kerap kali pengambilan keputusan itu hanya merupakan satu segi saja,

misalnya hanya menyangkut segi keungan saja dan kalau dipecahkan tidak

menimbulkan efek sampingan atau akibat lain. Tetapi ada kemungkinan dapat

saja terjadi masalah yang pemecahannya menghendaki dua hal kontradiksi

terpecahkan sekaligus (Syamsi, 2000:5).

Oleh karena itu tujuan pengambilan keputusan itu dibedakan menjadi dua,

yaitu sebagai berikut.

a. Tujuan yang bersifat tunggal

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa

sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.

b. Tujuan yang bersifat ganda

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya

bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah

(atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang tidak bersifat kontradiktif.

3. Dasar- Dasar Pengambilan Keputusan

Dasar pengambilan keputusan itu bermacam- macam tergantung dari

permasalahannya. Keputusan dapat diambil berdasarkan perasaan semata- mata,

dapat pula keputusan dibuat berdasarkan rasio. Tetapi tidak mustahil, bahkan

19
banyak terjadi terutama dalam lingkungan instansi pemerintah maupun di

perusahaan, keputusan diambil berdasarkan wewenang yang dimilikinya.

Oleh George R. Terry, disebutkan dasar- dasar dari pengambilan

keputusan yang berlaku adalah sebagai berikut.

a. Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan

memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan

keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa kebaikan dan

kelemahan.

Kebaikannya antara lain sebagai berikut.

1) Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih

pendek.

2) Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan

akan memeberikan kepuasan pada umumnya.

3) Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu

sangat berperan, dari itu perlu dimanfaatkan dengan baik.

Kelemahannya antara lain sebagai berikut.

1) Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.

2) Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran

dan keabsahannya.

3) Dasar- dasar lain dalam pengambilan keputusan sering kali diabaikan.

4) Pengalaman

20
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat

bagi pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat

memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung dan

ruginya, baik- buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Karena

pengalaman, seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya

dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara

penyelesaiannya.

b. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan

yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan

terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat

menerima keputusan dengan rela dan lapang dada.

c. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh

pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya

kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan

berdasarkan wewenang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihannya antara lain sebagai berikut.

1) Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan

tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa.

2) Keputusan dapat bertahan dalam jangkia waktu yang cukup lama.

3) Memiliki otentisitan (otentik).

Kelemahannya antara lain adalah sebagai berikut

21
1) Dapat menimbulkan sifat rutinitas.

2) Mengasosiasikan dengan praktek diktatorial.

3) Sering melewati permasalahan yang sehatusnya dipecahkan sehim\ngga

dapat menimbulkan kekaburan.

d. Rasional

Pada pengambilan keputusan yang berdasar pada rasional, keputusan

yang dihasilkan bersifat obyektif, logis, lebih trasparan, konsisten untuk

memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala terentu, sehingga

dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang

diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara rasional ini terdapat

beberapa hal, sebagai berikut.

 Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.

 Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.

 Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan

konsekuensinya.

 Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.

 Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil

ekonomis yang maksimal.

Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam

keadaan yang ideal.

4. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan merupakan tahap- tahap yang harus

dilalui atau digunakan untuk membuat keputusan. Tahap- tahap ini merupakan

22
kerangka dasar, sehingga setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi

beberapa sub tahap (disebut langkah) yang lebih khusus/ spesifik dan lebih

operasional (Hasan, 2002: 22).

Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga

tahap yaitu sebagai berikut.

a. Penemuan masalah

Tahap ini merupakan tahap di mana masalah harus didefinisikan dengan

jelas sehingga perbadaan antara masalah satu dan bukan masalah (misalnya

isu) menjadi jelas.

b. Pemecahan masalah

Tahap ini merupakan tahap di mana masalah yang sudah ada atau sudah

jelas itu kemudian diselesaikan. Langkah- langkah yang diambil adalah

sebagai berikut.

1) Identifikasi alternatif- alternatif keputusan untuk memecahkan masalah.

2) Perhitungan mengenai faktor- faktor yang tidak dapat diketahui

sebelumnya atau diluar jangkauan manusia, identifikasi peristiwa-

peristiwa di masa datang (state of nature).

3) Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil,

biasanya berbentuk tabel hasil (pay of table).

4) Pemilihan dan penggunaan model pengambilan keputusan.

5) Pengambilan keputusan

23
Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan

lingkungan atau kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko,

kondisi tidak pasti dan kondisi konflik.

Banyak para ahli yang berpendapat mengenai proses pengambilan

suatu keputusan, namun pada intinya proses pengambilan keputusan dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi masalah

Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan lebih dulu harus dibuat

jelas apakah itu memang masalah (problem) atau sekedar isu (issue) belaka.

Yang dimaksud dengan masalah disini adalah persoalan yang harus

dipecahkan sedangkan isu adalah persoalan yang perlu dibicarakan (tidak

harus dipecahkan)

2. Menganalisis masalah

Untuk mengetahui penyebab timbulnya masalah, lebih dahulu harus

diperoleh data dan informasinya. Dengan kata lain, lebih dulu harus didapat

datanya. Data tersebut kemudian diolah menjadi informasi tentang

penyebab timbulnya masalah. Disini fungsi unit pengolah data sangat

penting sebab kemungkinan juga akan ada informasi yang masuk yang

tidak dapat dipertanggungjawabkan.

3. Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah

Untuk dapat membuat alternatif-alternatif pemecahan masalah, maka lebih

dahulu harus diketahui penyebab timbulnya masalah. Selanjutnya dibuatlah

beberapa alternative pemecahannya. Dalam pembuatan beberapa

24
alternative, maka masing-masing alternatif harus ditunjukkan kekurangan

dan kelebihannya.

4. Penilaian dan pemilihan alternative

Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi

terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih

sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan

dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat

memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam

hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu

statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai

berbagai alternatif yang telah dikembangkan.

5. Melaksanakan keputusan

Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan

tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas,

akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan

karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan

yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari

pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga

memegang peranan yang penting.

Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan

seharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari

keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan

tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil

25
keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan

hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya.

6. Evaluasi dan Pengendalian

Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja

menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem

pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari

keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan

tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah

diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan

tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, di mana permasalahan

masih ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan

kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses

pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk

dalam penetapan sasaran tujuan Setiap keputusan yang diambil itu

merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu

analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja dengan

proses kebijakan.

Diakui oleh banyak pihak, bahwa pengambilan keputusan yang

benar- benar tepat itu memeng sulit. Namun sekedar pedoman umum cara

pengambilan keputusan

5. Permasalahan yang dihadapi dalam Pengambilan Keputusan

Kegiatan yang dilakukan oleh setiap organisasi itu diharapkan dapat

berjalan dengan lancar, tanpa mengalami suatu hambatan apapun. Tetapi

26
dalam prakteknya selalu ada saja masalah atau kendala yang dihadapi

sehingga tujuan tidak selalu dapat dicapai dengan mulus.Oleh karena itu yang

pertama-tama dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah

mengadakan identifikasi masalahnya lebih dahulu. Masalah adalah sesuatu

yang perlu dipecahkan, yang kerap kali membutuhkan beberapa alternatif

untuk kemudian dipilih satu yang sekiranya paling tepat untuk masalah

tersebut. Apabila dihubungkan dengan kebijakan dalam pengambilan

keputusan dalam suatu organisasi maka masalah yang dihadapi itu merupakan

nilai-nilai, kebutuhan-kebutuhan yang belum sempat terealisasi namun

apabila dapat diidentifikasikan akan dapat dilaksanakan dengan baik melalui

tindakan pengambil keputusan. Dalam menghadapi masalah, hendaknya

merici terlebih dahulu permasalahannya dengan cermat. Dari masalah yang

dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh. Dunn

memberikan memberikan pendapat bahwa penyusunan masalah secara bulat

melalui tiga tahap. Pertama, mengadakan konseptualisasi permasalahannya.

Kedua, mengadakan spesifikasi permasalahan dan ketiga berusaha memehami

permasalahan secara keseluruhan.

Quade mengemukakan langkah-langkah apa yang sekiranya perlu

dilakukan dalam menangani masalah:

a. mengusahakan keterangan dan penjelasan yang lebih lanjut tentang

masalah itu sendiri;

b. identifikasi sasaran dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan;

c. mengukur tingkat keberhasilannya;

27
d. menentukan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan;

e. memperhatikan sektor lingkungan;

f. meneliti satu per satu alternatif pemecahan masalah sehingga masing-

masing dikrtahui kelemahan dan keunggulannya;

g. merumuskan model mana saja yang dimungkinkan untuk pemecahan

masalah;

h. mengumpulkan data untuk pengukuran dan pemilihan alternatif yang

paling tepat untuk pemecahan masalah;

i. mengadakan perbandingan antara model yang satu dengan model yang

lain;

j. mengetes hasil analisis untuk lebih meyakinkan;

k. mempertimbangkan juga apakah terdapat juga segi-segi ketidakefisienan

yang terjadi, dan

l. mengadakan ringkasan bilamana perlu menyertakan juga saran-sarannya.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan suatu

proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik baik interaksi secara langsung

seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan

berbagai media pembelajaran

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari

beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu

cara pemecahan masalah. Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara

pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain sebagai pangkal permulaan dari semua

aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secar

kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara organisasional. Dasar

pengambilan keputusan itu bermacam- macam tergantung dari permasalahannya.

Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu

penemuan masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan. Dalam menghadapi

masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya dengan cermat. Dari

masalah yang dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh. Dunn

memberikan memberikan pendapat bahwa penyusunan masalah secara bulat melalui

tiga tahap. Pertama, mengadakan konseptualisasi permasalahannya. Kedua,

mengadakan spesifikasi permasalahan dan ketiga berusaha memehami permasalahan

secara keseluruhan.

29
B. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya

oleh karenanya kami berharap bapak ibu dapat memberikan kritik dan masukan yang

membangun sehingga kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Purwanto, Sodiq. 2006. Pengambilan Keputusan di Lembaga Pendidikan. Semarang: UNNES

Press.

Remiswal dan Rezki Amelia, Format Pengembangan Strategi PAIKEM Dalam Pembelajaran

Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Mulia, 2013), h. 21

Rusman, Model-model Pembelajaran mengembangkan profesional guru, (Jakarta: Rajawali Pers,

2014), h. 3-134

Qomar, Mujamil.2006. Manajemen pendidikan Islam. Malang: Erlangga.

Sabri, Ahmad. 2007. Kebijakan dan Pengambilan Keputusan dalam Lembaga Pendidikan Islam.

Padang: IAIN Imam Bonjol Press.

31

Anda mungkin juga menyukai