Anda di halaman 1dari 18

KELOMPO 3 : MUHAMMAD ZULKHAIR DAN ZULKIFLI

Desain Kurikulum

Abstrak
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan
proses berkembangannya kualitas potensi peserta didik . Pengembangan kurikulum perlu
dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan intrernal
maupun tantangan eksternal. Tantangan internal anatara lain standar pengelolaan,
standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik, tenaga kependidikkan, standar
isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Sedangkan
tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan
tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat,
dan perkembangan pengetahuan.
Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata
pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
Kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan,
dan program pendidikan.
Evaluasi dan penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapain kompetensi. penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan
yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.
Oleh sebab itu, penulis membuat makalah ini ingin membahas tentang “ Desain dan
Struktur Kurikulum” adalah hasil dari sebuah proses pengaitan tujuan pendidikan
dengan pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum. 1

A. PENDAHULUAN
1
. Zainal, arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011

1
1.Latar Belakang
2
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan
yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki,
mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional.
Persekolahan sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum dituntut untuk
memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan penuh kesungguhan, sebab
mutu penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut.
Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkali menimbulkan persoalan baru,
sehingga pada tahap awal implementasinya memiliki kendala teknis. Sehingga
sekolah sebagai penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada
tahap awal ini membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan
memahami isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit
terkendala disebabkan perlu adaptasi terhadap perubahan atas kurikulum terdahulu
yang sudah biasa diterapkannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja tujuan pendidikan (yang nantinya mempengaruhi desain kurikulum)?


2. Apa itu Desain dan struktur kurikulum ?
3. Apa itu RPP dan kompenen serta pengaruhnya dalam Desain dan
struktur kurikulum ?
4. Apa yang di maksud dengan Evaluasi & Penilaian dalam RPP?
2
. https://learnmine.blogspot.com/2017/02/makalah-kurikulum-pendidikan.html

2
C. Pembahasan Desain Kurikulum
1. TUJUAN PENDIDIKAN
A. Internasional
3
Menurut UNESCO:
Dalam upaya meningkatkan kualitas satu bangsa melaui peningkatan mutu
pendidikan, berikut 4 pilar pendidikan yang dicanangkan PBB, Learning to Know,
Learning to Do, Learning to Be, Learning to Live Together, yang merupakan gabungan
dari IQ, EQ, dan SQ

A. Dalam Hubungan Dengan Hierarki Tujuan Pendidikan


i. Tujuan Nasional; ialah tujuan umum pendidikan nasional yang mengandung rumusan
kualifikasi umum yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap warga negara setelah
mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan nasional tertentu (Suwarno,
1992:52). Tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu:
a. UUD 1945 Versi Amandemen
Pasal 31 ayat 3 : Pemerintah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan iman-takwa dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, diatur dalam Undang-Undang
Pasal 31 ayat 5 : Pemerintah memajukan IPTEK dengan menjunjung tinggi nilai
agama dan persatuan bangsa demi kemajuan peradaban dan kesejahteraan manusia.
b. Undang-Undang No 20, Tahun 2003, Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan, membentuk watak &
peradaban bangsa yang bermartabat untuk mencerdaskan kehidupan bagsa. Tujuannya
demi berkembangnya potensi peserta didik (menjadi manusia beriman, bertakwa pada

3
. Hamalik, oemar. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung:  PT. Remaja Rosdakarya.2011,
Hal. 258.

3
Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, demokratis & bertanggung
jawab).
ii. Tujuan institusional adalah tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga pendidikan atau
satuan pendidikan tertentu. Tiap lembaga pendidikan memiliki tujuannya masing-masing
yang berbeda satu sama dengan yang lainnya dan yang sesuai dengan karakteristik
lembaga tersebut (Suardi, 2010:7).
iii. Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh program studi, bidang
studi, dan mata pelajaran tertentu yang disusun berdasarkan tujuan institusional.
Perumusan tujuan kurikulum berpedoman pada kategorisasi tujuan pendidikan atau
taksonomi tujuan, yang dikaitkan dengan bidang studi bersangkutan (Suardi, 2010:7).
iv. Tujuan Instruksional ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum berisi kualifikasi yang
merupakan pernyataan hasil belajar yang diharapkan dimiliki oleh terdidik setelah
mengikuti pelajaran dalam pokok bahasan tertentu. Tujuan instruksional khusus
merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan instruksional umum, dinyatakan dalam
rumusan sekhusus-khususnya, sehingga tujuan tersebut mudah dinilai dan tidak
menimbulkan salah tafsir (Suwarno, 1992:53).

2. DESAIN DAN STRUKTUR KURIKULUM


4
Desain Kurikulum
Yang dimaksud desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain kurikulum
berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan visi dan
misi sekolah. Dapat dikatakan bahwa, desain kurikulum merupakan sebuah proses
pengaitan tujuan pendidikan dengan pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum.
Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal
dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi

4
. Nana syaodikh ahmad, pengembangan kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011,
hal.172-185

4
kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan
mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan bahan berdasarkan urutan
tingkat kesukaran.
Pola-pola desain kurikulum yang ada sebenarnya dipengaruhi terhadap apa yang
diyakininya dalam memberikan pengertian mengenai kurikulum, yang secara tidak
langsung hal itu juga dipengaruhi oleh pandangan seseorang terhadap teori pendidikan
yang dipercayainya.
Terdapat beragam pola kurikulum, namun demikian secara garis besar desain kurikulum
dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Subject Centered Design
Subject centered design atau yang lebih dikenal dengan desain kurikulum yang berpusat
pada mata pelajaran merupakan bentuk desain kurikulum yang paling populer, paling tua
dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan
pada sejumlah isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum ini dibagi menjadi:
a). Subjec matter design
Pada subject design, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang
terpisah-pisah, misalnya: mata pelajaran sejarah,ilmu bumi, kimia, fisika, berhitung dan
lain sebagainya. Pada pengembangan kurikulum di dalam kelas atau pada kebiasaan
belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada mata pelajaran yang
diberikannya.
Desain ini berdasarkan pada keyakinan bahwa yang membuat manusia memiliki ciri
khas dari makhluk lain adalah kecerdasan mereka. Dengan kata lain, dalam
merencanakan suatu kurikulum akan lebih baik jika dipusatkan pada mata pelajaran
yakni pengetahuan-pengetahuan sehingga manusia akan bertambah cerdas.
b). Disciplines design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih menekankan
kepada isi atau materi kurikulum. Perbedaannya, pada subject design belum ada kriteria
yang tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Sementara pada disciplines design
kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu. Perbedaan

5
lain terletak pada tingkat penguasaan, discipline design tidak seperti subject design yang
menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman
(understanding).
Bentuk ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design,
diantaranya: pertama, kurikulum ini memiliki organisasi yang sistemik dan efektif tetapi
juga dapat memelihara integritas intelektual manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya
menguasai serentetan fakta tetapi dapat menguasai konsep, hubungan, dan proses-proses
intelektual yang berkembang pada siswa.
c). Broad-field design
            Broad-filed design merupakan pengembangan dari subject design dan disciplines
design. Dari dua desain tersebut masih menunjukkan adanya pemisahan antar-mata
pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah dengan
mengembangkan the broad field design yakni desain yang menyatukan beberapa mata
pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah,
geografi, dan ekonomi digabung dalam pengetahuan sosial, dan sebagainya.
Broad field sudah merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran yang
berhubungan. Ciri umum dari broad-fields ini adalah kurikulum terdiri dari suatu bidang
pengajaran dimana di dalamnya berpadu sejumlah mata pelajaran yang saling
berhubungan.
Tujuan dari desain ini adalah menyiapkan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia
informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman  yang bersifat menyeluruh.
2. Learner Centered Design
Learner centered design yakni kurikulum yang berpusat pada peranan siswa. Desain ini
hadir sebagai reaksi sekaligus penyempurnaan terhadap beberapa kelemahan subject
centered design.
Learner centered hadir dari para ahli kurikulum yang memberikan pengertian bahwa
kurikulum didesain dan dibuat untuk peserta didik. Desain ini memberikan tempat utama
kepada peserta didik. Didalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang
adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi

6
belajar-mengajar, mendorong, dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
Ada dua ciri utama yang membedakan desain ini dengan subject centered,
yakni: pertama, learner centered mengembangkan kurikulum dengan berpusat pada
peserta didik dan bukan dari isi. Kedua, learner centered bersifat not-preplanned (tidak
direncanakan sebelumnya).Variasi learner centered design adalah:
a). Child centered design
Para penganjur child-centered design ini meyakini bahwa pembelajaran yang optimal
adalah ketika siswa dapat aktif di lingkungannya. Pembelajaran tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan siswa di lingkungannya. Dengan demikian, child centered design harus
berdasar kepada kehidupan, kebutuhan, dan kepentingan siswa.
b). Experience-centered design
            Experience-centered design adalah desain kurikulum yang berpusat pada
kebutuhan anak. Ciri utama dari experience-centered design adalah pertama, struktur
kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Kedua, kurikulum tidak
dapat disusun terlebih dahulu, melainkan disusun secara bersama-sama oleh guru dengan
para siswa. Ketiga, desain kurikulum ini menekankan prosedur pemecahan masalah.
Desain ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: pertama, karena kegiatan
pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik,  maka motivasi bersifat
instrinsik dan tidak perlu dirangsang dari luar. Kedua, pengajaran memperhatikan
perbedaan individual sehingga mereka mau turut dalam kegiatan belajar kelompok
karena membutuhkannya. Ketiga, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan
bekal pengetahuan untuk menghadapi kehidupan diluar sekolah.

3. Problem Centered Design


Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia
(man centered). 5Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan manusia atau

5
. Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi. Jakarta : PT Indeks.

7
peserta didik secara individual, problem centered design menekankan manusia dalam
kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan para
pengembang model kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk social selalu hidup bersama dan seringkali manusia juga menghadapi masalah-
masalah yang harus dipecahkan bersama-sama.
Konsep ini menjadi landasan pula dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum.
Berbeda dengan learner centered, kurikulum ini disusun terlebih dahulu (preplanned). Isi
kurikulum berupa masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan
yang akan datang. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan, dan
kemampuan peserta didik sekarang dan yang akan datang. Problem centered design
menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Ada dua variasi model
desain kurikulum ini, yaitu:
a). The areas of living design
Desain kurikulum terhadap bidang kehidupan dimulai oleh Herbert spencer pada abad
19, dalam tulisannya yang berjudul What knowledge is of most worth? ia
mengungkapkan bahwa areas of living design menekankan prosedur belajar melalui
pemecahan masalah sehingga peserta didik memiliki kemampuan untuk menghadapi
kehidupannya di luar sekolah
Ciri lain dari model desain ini adalah dengan menggunakan pengalaman dan situasi-
situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang
kehidupan sehingga desain ini selain mampu menarik minat peserta didik juga akan
mampu mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
Desain ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: pertama, the areas of living design
merupakan the subject matter design tetapi dalam bentuk yang terintegrasi. Kedua,
prinsip belajar aktif dapat diterapkan.Ketiga, menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang
relevan. Keempat menyajikan bahan ajar yang fungsional, dan kelima motivasi belajar
datang dari dalam.
b). The Core Design

8
The core design timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject design, yang
sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata-mata
pelajaran/ bahan ajar tertentu sebagai inti (core).
Saylor dan Alexander (1956), mengatakan bahwa istilah core curriculum menunjuk pada
suatu rencana yang mengorganisasikan dan mengatur bagian utama dari program
pendidikan umum di sekolah.
Adapun karakteristik dari core curriculum yang dikemukakan oleh Saylor dan Alexander
(1956), antara lain:
1. Program kurikulum inti melengkapi pendidikan umum, dan tujuan program adalah
seluas dengan hasil dasar yang dicapai melalui program pendidikan umum.
2. Kelas dalam kurikulum inti (core curriculum) disusun atau diatur untuk dua atau lebih
periode kelas pada umumnya.
3. Kegiatan-kegiatan dan pengalaman belajar disusun dalam bentu kesatuan dan tidak
dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah-pisah.
4. Guru kurikulum inti menggunakan metode pengajaran yang lebih fleksibel dan bebas.
5. Program kurikulum inti menggunakan berbagai macam pengalaman belajar.
Bimbingan merupakan bagian yang pokok dari kegiatan kurikulum inti.

Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu kurikulum merupakan
proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang
pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan,
serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum --termasuk pembelajaran--
dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Langkah pedoman kurikulum :
1. Mengumpulkan keterangan mengenai faktor yang turut menentukan kurikulum serta
latar belakangnya.
2. Menentukan mata pelajaran yang akan di ajarkan
3. Merumuskan tujuan setiap mata pelajaran
4. Menentukan hasil belajar yang diharapkan dari siswa

9
5. Menentukan topik tiap mata prelajaran
6. Menentukan bahan yang harus dibaca siswa
7. Menentukan stategi belajar
8. Menentukan alat evaluasi dan skala penilaian
9. Menentukan Desain rencana kurikulum

Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum adalah pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran kedalam muatan kurikulum tiap mata
pelajaran tiap tahun pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik sesuai dengan beban belajar yang dercantum dalam kurikulum (Muhaimin,
2008:22)
Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat penting.
Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus menopang pada apa
yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan implementasinya pun akan
kedodoran.
Struktur dapat dibedakan menjadi tiga kelompok diantaranya :
a. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada
setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang
harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan
kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah
Contoh sekolah yang menggunakan kurikulum ini adalah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA.

b. Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan

10
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat
bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan,
mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-
dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu
berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan
mengembangkan diri.Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) diarahkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata
pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri. Contoh sekolah yang
menggunakan kurikulum ini adalah SMK/MAK.

a. Struktur Kurikulum Pendidikan khusus


Struktur Kurikulum dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik, emosional,
mental, intelektual dan/atau social berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar
kompetensi kelompok mata pelajaran,dan standar kompetensi mata pelajaran. Peserta
didik berkelainan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, (1) peserta didik
berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dan (2)
peserta didik berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata.
Contoh sekolah yang menggunakan kurikulum ini adalah SDLB, SMPLB, SMALB

Kelompok Mata Pelajaran 


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan
umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

11
Cakupan: Dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
Cakupan: Dimaksudkan untuk peningkatan Kepribadian kesadaran dan wawasan peserta
didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan Pengetahuan teknologi
Cakupan: Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan
mandiri.
4. Kelompok mata pelajaran estetika
Cakupan: Dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan
dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan
mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam
kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun
dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang
harmonis.
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Cakupan: Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada
SMP/MTs/SMPL dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan
sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

3. PERAN RPP DALAM DESAIN DAN STRUKTUR KURIKULUM


Sebelum menuju pada penjabaran RPP, perlulah disinggung sedikit mengenai silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran/tema

12
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
RPP adalah rencana kegiatan tatap muka satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). 6RPP disusun berdasarkan KD atau sub topik yang
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih (Permendikbud Nomor 65 Tahun
2013).
Dalam struktur kurikulum RPP berperan penting karena sebagai pedoman untuk tenaga
pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Desain dan Struktur
Kurikulum yang berlaku.
Prinsip penyusunan RPP:
a. Perbedaan individual peserta didik
b. Pasrtisipasi aktif peserta didik
c. Berpusat pada peserta didik
d. Mengembangkan budaya membaca
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD
g. Mengakomodasi pembalajaran tematik terpadu dan keragaman budaya
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi

Komponen dan Sistematika RPP


RPP paling sedikit memuat: 1) Tujuan pembelajaran, 2) Materi pembelajaran, 3)
Metode Pembelajaran, 4) Sumber Belajar, 5) Penilaian. Dalam perkembangan
kurikulum, komponen tersebut bertambah sesuai dengan perkembangannya yaitu:
1. Identitas

6
. Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

13
Me7ncakup satuan Pendidikan , kelas/semester, mata pelajaran, tema, sub tema,
pertemuan ke-, dan alokasi waktu

2. Kompetensi Inti
Di rancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu.
Rumusan kompetensi inti:
KI-I: untuk kompetensi inti dalam hal sikap spiritual
KI-II: untuk kompetensi inti dalam hal sikap sosial
KI-III: untuk kompetensi inti dalam hal pengetahuan
KI-IV: untuk kompetensi inti dalam hal keterampilan

3. Kompetensi Dasar (KD)


Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi
dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik pesereta didik, kemampuan
awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. KD dibagi 4 sesuai dengan KI, dengan
penjabarannya.

4. Tujuan pembelajaran
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD untuk setiap pertemuan. Tujuan
mengacu pada indicator palingtidak mengacu pada dua aspek yaitu peserta didik dan
aspek kemampuan.

5. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan:
potensi peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembngan fisik
dan spiritual peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik dan alokasi waktu.
7
. Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 tahun
ajaran 2014/2015 ( Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan 2014 )
hal.144

14
6. Metode Pembelajaran
yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran, contohnya : metode ceramah, Tanya
jawab, diskusi, pemecahan masalah dll.

7. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajarn dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, sumber belajar lainya dalam rangka pencapaian KD.

8. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup guru bersama-sama peserta didik membuat rangkuman
pelajaran terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

9. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik.

10. Penilaian
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran proses dan hasil belajar baik yang
menggunakan instrumen tes maupun non-tes.

4. EVALUASI/PENILAIAN DALAM RPP


Penilaian Hasil Belajar
- Tes hasil belajar (THB) adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan
untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu PBM atau suatu program
pendidikan. Tes ini dapat beupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik. Contoh: Ulangan
harian, UTS, UAS, UKK.

15
- Non-tes adalah alat ukur untuk memperoleh informasi perubahan tingkah laku
(kognitif, afektif, atau psikomotor) terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat
dibuat atau diketahui atau dipahami. Alat ukur non-tes meliputi: pedoman observasi,
pedoman wawancara, skala sikap, check list, catatan anekdotal, bagan partisipasi.
Penilaian / Evaluasi RPP
Penilaian RPP ini digunakan peserta pada saat penelaahan RPP peserta lain dan
digunakan Fasilitator untuk menilai RPP yang disusun oleh masing – masing peserta.
Selanjutnya nilai RPP dimasukan ke dalam nilai portifolio peserta.
Penilaian / Evaluasi Kurikulum
Pengertian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan penilaian, penjaminan dan
penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai
bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan
kurikulum, sedangkan penilaian hasil belajar adalah suatu kegiatan pengumpulan,
pengolahan dan penafsiran informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik
berdasarkan pertimbanagn dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.
Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi menyeluruh tentang peserta didik,
menentukan keadaan situasi pembelajaran sehingga dapat dilakukan usaha perbaikan
dalam meningkatkan mutu. Fungsinya terbagi menjadi evaluasi formatif yaitu perbaikan
dan pengembangan bagian   tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang
dikembangkan, sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai
kebaikan dari sistem keseluruhan. Fungsi baru dapat dilaksanakan apabila
pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai.
Objek evaluasi dilihat dari segi: a) dimensi kurikulum (rencana, kegiatan, hasil), b)
komponen kurikulum (tujuan, isi, proses-metode, media, sumber lingkungan-, dan
evaluasi formatif-sumatif, c) tahap pengembangan kurikulum (mencakup perencanaan –
silabus dan RPP-), pelaksanaan (sekolah dan luar sekolah), monitoring dan evaluasi.
Peranannya ialah sebagai moral judgement, penentuan keputusan, dan konsensus nilai
yang berasal dari tes mental dan eksperimen.

16
D.KESIMPULAN
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa perubahan dan
pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa sistem pendidikan itu dinamis.
Semangat perubahan dalam perkembangan zaman. 
Tujuan Desain dan struktur kurikulum untuk mendorong siswa mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengomunikasikan (mempresentasikan),
apa yang diperoleh atau diketahui setelah menerima materi pelajaran. Struktur
kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat penting dalam
penyusunan isi kurikulum. Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah
sekaligus menopang pada apa yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan
implementasinya tidak akan tercapai.
Secara umum, RPP dikembangkan dari materi pokok pada setiap silabus
untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai 4 KD
sesuai dengan 4 aspek KI yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan.
Evaluasi adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu terhadap
suatu sistem, berdasarkan pertimbangan dan criteria tertentu sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan dalam rangka membuat suatu keputusan.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran,
sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Dalam kegiatan
bimbingan misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara
menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan
dengan sebaik-baiknya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Zainal, arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2011
Hamalik, oemar. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung:  PT. Remaja
Rosdakarya.2011, Hal . 258.
Nana syaodikh ahmad, pengembangan kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011, hal.172-185
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 tahun ajaran 2014/2015 ( Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan 2014 ) hal.144
Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi. Jakarta : PT Indeks.
Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
https://learnmine.blogspot.com/2017/02/makalah-kurikulum-pendidikan.html

18

Anda mungkin juga menyukai