Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ISLAM LINTAS DISIPLIN ILMU

(BAB 1)

OLEH:
ABIDAH FELLAH (0802519002)
AFIFAH FARHANA FIKRI (0802519183)
DASTY SUSILO RISTY (0802519038)
FACHRY MAWAFIKRI (0802519052)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nyalah makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Paradigma dan Teknik Integrasi
Ilmu” ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Islam Lintas Disiplin Ilmu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan makalah
atau tugas yang akan penulis kerjakan selanjutnya.

Tulisan ini dapat terselesaikan karena bimbingan dan bantuan dari setiap kelompok. Oleh karena
itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak, terutama rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi yang dapat diajak diskusi
mengenai tugas ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 27 September 2022

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Ilmu pengetahuan senantiasa berkembang dari masa ke masa. Dunia Islam pada Abad
Pertengahan berhasil mentrasfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh
peradaban lain, seperti Yunani, India, Cina, Persia, dan sebagainya. Tetapi, para ilmuwan Muslim
tidak begitu saja meniru karya-karya ilmuwan Yunani atau yang lain. Bahkan, menurut Cemil
Akdogan (dalam Husaini, 2009: 115) ilmuwan Muslim berhasil mengembangkan ilmu
pengetahuan yang khas Islam, yang berbeda dengan tradisi ilmu pengetahuan Barat atau peradaban
lain. Pada masa keemasan peradaban Islam, perkembangan ilmu pengetahuan berkembang dengan
sangat cepat, sehingga memberi sumbangan yang sangat besar bagi berkembangnya ilmu
pengetahuan di masa-masa selanjutnya. Ketika para peneliti sejarah dan pengamat menyebut
zaman keemasan Islam, umumnya merujuk kepada kekhalifahan Abbasiyah. Umumnya mereka
juga mengaitkannya dengan kekuasaan politik yang memiliki wilayah yang luas. Namun sejatinya
dibalik itu terdapat faktor keilmuan yang justru lebih penting dari ilmu politik. Sebab, inti
peradaban Islam adalah ilmu pengetahuan yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadits yang
dihidupkan oleh tradisi itu adalah adanya berbagai perpustakaan pribadi maupun publik yang
sangat kondusif untuk diskusi, motivasi untuk menuntut ilmu, berinovasi, berkreasi dan lain
sebagainya. Sejarah mencatat bahwa yang paling menonjol dari semua gerakan khalifah
Abbasiyah adalah gerakan ilmiah dan peradaban (Quthb, 1992: 204). Salah satu tonggak
sejarahnya adalah perpustakaan dan pusat studi Bayt Al- Hikmah yang didirikan oleh Khalifah Al-
Manshur (w. 774 M) dan dikembangkan lebih besar oleh Khalifah Al-Ma’mun, sehingga menjadi
pusat studi sekaligus akademi pertama dalam Islam (Zarkasyi, 2009: 90-93). Di dalam Bayt Al-
Hikmah dikaji ilmu-ilmu tradisional Islam dan ilmu-ilmu alam dari kebudayaan asing yang
berkembang pesat ketika berada di tangan kaum Muslim.
Tradisi keilmuan itu sendiri adalah sebuah konsep yang dimaksudkan pada komunitas ilmuwan
dan ulama yang mengkaji banyak aspek dalam ilmu dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Keilmuan yang dibahas dari satu generasi ke generasi selanjutnya pun tidak terputus. Tradisi
keilmuan dalam Islam adalah merupakan konsekuensi logis dari adanya struktur pengetahuan
dalam pandangan hidup Islam. Karena tradisi memerlukan adanya keterlibatan masyarakat, maka
Açỳkgenç (2008: 32) mencanangkan bahwa untuk menggambarkan tradisi keilmuan Islam,
pertama-tama perlu ditunjukkan wujudnya komunitas ilmuwan dan proses kelahirannya pada awal
abad pertama dalam Islam. Kemudian menunjukkan adanya kerangka konsep keilmuan Islam
(Islamic scientific conceptual scheme) yang merupakan kerangka kerja yang berperan aktif dalam
tradisi keilmuan itu. Saat ini, nampak bahwa umat Islam yang tertinggal dari bangsa Barat. Dalam
banyak penulisan ilmiah, jarang sekali yang mengangkat peran peradaban Islam terhadap dunia
modern. Jika pun ada, peradaban Islam hanya berperan terbatas pada penerjemahan karya-karya
Yunani kuno yang selanjutnya dikembalikan lagi pada Eropa di kemudian hari, seakan-akan umat
Islam pada waktu itu tidak memiliki sumbangsih yang orisinil dari peradabannya sendiri.
Kenyataannya, peradaban Islam banyak berjasa dalam pengembangan umat manusia, terutama
gerakan ilmiah dan intelektual pada masa keemasan Abbasiyah dan Andalusia. Masalah-masalah
tersebut juga telah mendorong penulis untuk dapat menyosialisasikan peranan dari Khalifah Al-
Ma mun dan Khalifah Abdurrahman III dalam membangun tradisi keilmuan yang di masa-masa
selanjutnya sangat berperan bagi kehidupan umat manusia. Ketertarikan penulis dengan tema ini
juga dikarenakan menyangkut sejarah intelektual umat Islam bersama tokoh-tokoh besar dan
pemikiranpemikirannya. Ditambah dengan suasana intelektual yang mendukung berdirinya
lembaga-lembaga pendidikan, kegiatan lembaganya dan hasilnya sangat menarik untuk dikaji dan
dijadikan cermin bagi pembangunan peradaban masa kini.

RUMUSAN MASALAH

Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini. Ada
pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
• Seperti apa gambaran mengenai MKU ILDI, seperti apa tujuan dan sasaran serta hasil yang
hendak dicapai dari MKU tersebut ?
• Bagaimana metode perkuliahan akan dilaksanakan ?
• Apa itu MKU Islam Lintas Disiplin Ilmu ?

TUJUAN MASALAH

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga tujuan dalam
penyusunan makalah ini sebagai berikut:
• Untuk memahami dan dapat menjelaskan gambaran tentang MKU ILDI, meliputi
gambaran fokus materi : tujuan dan sasaran perkuliahan serta hasil yang hendak dicapai
dari perkuliahan MKU tersebut.
• Untuk memberitahukan metode bagaimana perkuliahan akan dilaksanakan.
• Untuk mengenali MKU Islam Lintas Disiplin Ilmu.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gambaran tentang MKU ILDI

Islam Lintas Disiplin Ilmu merupakan salah satu mata kuliah umum Universitas yang wajib
diikuti oleh seluruh mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia (UAI). Tujuan dari mata kuliah ini
adalah untuk membangun mindset (cara pandang) keilmuan yang berlandaskan pada konsep dan
pemikiran keilmuan Islam.
Teori-teori ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia modern berawal dan lebih banyak
dihasilkan dari peradaban Barat dengan paradigm sicientific yang terlepas dari keterikatannya
dengan otoritas Tuhan Pencipta. Posisi manusia menurut pemikiran Islam merupakan pemegang
mandate dari Allah SWT untuk menjalankan peran mewujudkan kesejahteraan di muka bumi,
termasuk menggali, mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Karena manusia
sebabagai pelaku utama dalam menghasilkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, maka
meskipun perkembangan ilmu pengetahuan modern, terutama di dunia Barat, yang terlepas dari
spectrum Ilahiyah, tetap terdapat persamaan disamping perbedaan epistomologi teori ilmu
pengetahuan modern dan menurut perspektif pemikiran Islam. Titik temu antara kedua kutub
pemikiran keilmuan itulah yang menjadi fokus dan sasaran integritas islam pada MKU Integrasi
Islam Lintas Disiplin Ilmu.

2.2 Integrasi Islam Lintas Disipin Ilmu Bidang Psikologi dan Pendidikan
Integrasi Islam Lintas Disiplin Ilmu di bidang psikologi dan pendidikan dikelompokan dan
difokuskan menjadi dua bagian. Kelompok pertama difokuskan pada pemahaman paradigma atau
kerangka pemikiran bagi penemuan kebenaran teori ilmu pengetahuan. Paradigma ilmu pengetahuan
tersebut merupakan patokan bagi proses penggalian dan pengembangan teori ilmu pengetahuan,
serta pemanfaatannya bagi kehidupan manusia. Materi kelompok pertama berhubungan dengan konsep
pemikiran sebagai kerangka dasar pemikiran keilmuan Islam dan ilmu pengetahuan modern.
Selain itu juga membandingkan kedua kutub pemikiran keilmuan tersebut serta mencari persamaan dan
perbedaan di antara keduanya. Materi kategori pertama ini akan diberikan sebelum Ujian Tengah
Semester (UTS), yaitu pada pertemuan tatap muka pertama sampai ke-7. Sedangkan materi kelompok
kedua akan difokuskan pada subjek materi konsep-konsep teori di bidang psikologi tentang manusia,
kejadian dan perkembangannya, aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan perilaku manusia,
serta persamaan dan perbedaan konsep teori tentang manusia menurut teori psikologi modern dan
pemikiran islam yang bersumber dari Al-Qur’an.

2.3 Integrasi Islam Lintas Disiplin Ilmu Bidang Komunikasi

Pada tahapan ini mulai diperkenalkan relevansi antara pesan Al-Qur’an tentang objek ilmu
pengetahuan terkait ayat-ayat kauniyah dengan temuan teori ilmu pengetahuan modern di bidang
komunikasi.
Dalam rangka mencapai tujuan menjadikan dakwah sebagai disiplin ilmu tersendiri, pengertian
dakwah Islam perlu dikhususkan dengan mengembalikannya hanya sebagai aktivitas penyampaian
pesan komunikasi dengan ajakan dan amal perbuatan. Dakwah Islam sesungguhnya merupakan
bagian dari aktivitas komunikasi antar manusia. Menurut Ramadhan ‘Abd al-Muthallib Khumais,
amal perbuatan sesung- guhnya merupakan salah satu media dakwah Islam yang dapat
membangkitkan pandangan mata manusia, sedang media perkataan/al-qawl menjadi sarana
menyentuh hati mereka, media dakwah Islam lainnya adalah al-qudwah al-hasanah atau suri
teladan kepada sesama manusia.
Pengertian etimologis dan terminologis serta objek formal dan material dakwah Islam
memiliki kesamaan objek studi dan atau menjadi bagian dari pengertian komunikasi yang secara
harfiah berasal dari bahasa Latin Communicatus berarti shared atau “berbagi”. Maksudnya adalah
berbagi informasi secara timbal balik. Jika A berdakwah/mengajak B untuk melakukan suatu
pekerjaan, sesungguhnya A berusaha berbagi informasi dengan B untuk melakukan pekerjaan itu.
Pengertian komunikasi secara terminologis memiliki arti sangat luas seluas peng- gunaannya
dalam beraneka macam medan kehidupan. Komunikasi itu berbeda dalam tingkat keabstrakan,
fokus terhadap intensi atau tujuan para pelaku komunikasi, dan ada atau tidaknya unsur penilaian
di dalam definisi-definisi itu. Komunikasi adalah proses yang melaluinya kita dapat memahami
orang lain, dan pada gilirannya berusaha untuk dapat dipahami orang lain. Proses itu dinamis,
berubah, dan berganti secara konstan dalam merespon setiap situasi secara keseluruhan.
Anggapan dakwah dan komunikasi berbeda karena dakwah bertolak dari nilai-nilai ilahiyah
dan komunikasi bertolak dari nilai-nilai duniawi, sering sekali menyebabkan aktivitas dakwah
Islam tidak sanggup memberikan pemecahan masalah sehari-hari, karena itu dakwah dan
komunikasi perlu diintegrasikan. Komunikasi saat ini telah diakui sebagai disiplin ilmu tersendiri
menjadi ilmu komunikasi yang memenuhi syarat-syarat sebagai science atau ilmu pengetahuan
seperti memiliki objek tertentu, bersifat sistematis, berlaku umum dan memiliki metode tertentu.
Secara historis, komunikasi merupakan instrumen yang integral dari Islam sejak kelahiran
Islam sebagai gerakan religius-politis. Selama berabad-abad, budaya dan peradaban Islam, bahkan
produksi teks suci (al-Qur’an) dipengaruhi oleh pola komunikasi budaya setempat. Seni budaya
dan komunikasi lisan dalam masyarakat Islam menemukan ungkapan terbaiknya dalam al-Qur’an,
sunnah rasul, dan hadits. al-Qur’an merupakan sumber utama untuk menjelaskan praktek dan
aturan (teoretisasi) komunikasi.
Objek material ilmu komunikasi adalah perilaku manusia termasuk di dalamnya perilaku
individu, kelompok dan masyarakat. Sedangkan objek formalnya ialah situasi komunikasi yang
mengarah pada perubahan sosial termasuk perubahan pikiran, perasaan, sikap dan perilaku
individu, kelompok, masyarakat dan pengetahuan kelembagaan. Manusia baik secara individu,
kelompok maupun masyarakat dikatakan sebagai pelaku dakwah dan mitra dakwah apabila mereka
baik sebagai perorangan, kelompok maupun masyarakat berusaha melakukan suatu perubahan
baik pada tingkat pikiran, perasaan, sikap maupun perilaku. Apabila mereka baik secara
perseorangan, kelompok maupun masyarakat berdakwah ke jalan Allah SWT. atau kepada ajaran
Islam secara persuasif, mereka tidak mengajak kepada kesesatan setan, mereka itulah pelaku dan
mitra dakwah Islam yang berusaha mengadakan perubahan sosial ke jalan Allah SWT. yang
menjadi rahmat bagi semesta alam.
Karakteristik dasar dakwah Islam adalah sifatnya persuasif bukan kursif. Artinya dakwah
Islam selalu berusaha memengaruhi manusia untuk menjalankan agama sesuai dengan kesadaran
dan kemauannya sendiri, bukan dengan paksaan. Pemaksaan adalah perampasan hak asasi manusia
dalam beragama. “Etika manusia memandang pemaksaan dalam berdakwah merupakan
pelanggaran serius atas hak asasi manusia.”. Dakwah Islam pun memiliki karakteristik pesan yang
rasional dan disampaikan dengan cara rasional (rational necessary and rational intellection) yang
mengajak manusia untuk kembali kepada fitrahnya.

Anda mungkin juga menyukai