Anda di halaman 1dari 5

KONSTRUKSI AYAT-AYAT TAUBAT DALAM PEMIKIRAN TASAWWUF

IMAM AL GHAZALI STUDI ANALISIS KITAB MINHAJUL ABIDIN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam konteks zaman yang terus bergerak, potret masyarakat muslim Indonesia
sangat beragam. Dalam mengekspresikan doktrin ajaran Islam masyarakat Indonesia
sangat erat kaitannya dengan konteks kenusantaraan yang ramah seperti halnya dalam
tema taubat. Kontruksi pemikiran masyarakat Indonesia yang ramah senantiasa
menganggap Tuhan sebagai Dzat yang Maha Pengampun, sehingga muncul istiah taubat
sambal. Hal ini menurut penulis merupakan penyelewengan makna dari taubat dan ke
Maha Pengampunan Allah. Faktanya manusia tak lepas dari suatu kesalahan baik dari
dosa kecil maupun dosa besar dosa, lahir maupun batin yang melanggar aturan Allah
Swt Yang mana larangan-larangan-Nya itu merupakan suatu kenikmatan yang sesaat
yang akhirnya menibulkan kesengsaraan dan kecelakaan bagi pelakunya.
Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghojali menurut penulis sangatlah menarik
karena konsepnya memakai konsep ilmu tasawuf. Dalam Al-Qura’an surat Hud Ayat 114
Pandangan tersebut Menjelaskan bahwa dengan perbuatan-perbuatan baik, bisa
menghapus dosa perbuatan buruk. Begituhalnya dengan pemikiran Imam Al-Ghozali
bila kelam hati telah memuncak dengan dosa maka tidak akan ada yang bisa
menghapuskannya selain dari cahaya yang memancar dari pekerjaan taat.1
Taubat perspektif fiqih adalah kembali kepada Allah dengan melepaskan hati
dari belenggu yang membuatnya terus menerus melakukan dosa lalu melaksanakan
semua hak azzawajalla. Taubat perspektif tasawwuf adalah Kembali kepada Alloh SWT
dengan mengikis dosa secara terus menerus dari hati kemudian melaksanakan setiap
hak tuhan. Taubat menurut Junaedi Al-Baghdadi memiliki tiga makna, pertama
penyesalan, kedua tekad untuk meninggalkan kebiasaan, ketiga membersihkkan diri
dari perbuatan kedzoliman kepada orang lain dan permusuhan.
Berdasarkan argumentasi beberapa tokoh yang kembali berusaha mengeksiskan
tasawwuf di era modern, penulis tertarik untuk kembai meninjau konsep tasawwuf
yang ada di masa lampau, sebagai upaya agar praktik tasawwuf di era modern tidak
lepas dari koridor-koridor substansial sufisme. Diantara tokoh klasik yang terkenal

1
Iman Al-Ghozali,’’Mukodimah Taubat Minhajul Abidin, hal 53.
dengan pergerakan dan pemikiran sufi/tasawwuf ialah Imam Al-Ghazali. Dalam kitab
Minhaj al-Abidin Imam Al-Ghazali memaparkaan ayat-ayat Al-Qura’n untuk meraih
kesempurnaan ibadah QS. An-Nisa Ayat 110.
Padahal dalam literatur klasik serta doktrin ajaran Islam, tasawuf adalah puncak
serta tujuan hidup. Menjadi seorang yang bertasawuf dan melakukan proses perjalanan
suluk menuju Tuhannya adalah mutlak wajib, seperti dalam QS. An-Nahl ayat 69.
“Tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu”.
Dalam ayat tersebut dipaparkan bahwa seorang muslim dalam beribadah pada
Tuhan-Nya wajib diatas jalan (thoriqoh) yang benar, dengan tuntunan mursyid.
Selanjutnya Imam Al-Ghazali pun menjelaskan tentang suluk serta urgensi tasawuf
dalam kitab Minhajul Abidin. Melalui data-data di atas, penulis tertarik untuk membaca
atau menganalisis tentang kontruksi Al-Ghazali terhadap ayat-ayat Al-Quran yang
ditafsirkan sebagai ayat-ayat yang mengandung tentang konsep taubat.
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an taubat tersusun dari empat unsur penting
yaitu, penyesalan, segera menghetikan maksiat, memohon ampun, dan tekad kuat untuk
tidak mengulangi lagi di masa depan.
Tasawuf sejatinya ingin membimbing seseorang agar lebih dekat dengan Allah
Swt. melalui jalan kesufian (thariqah), yaitu jalan penyucian jiwa untuk mendekatkan
diri pada Sang Maha Suci Allah Swt. sedangkan tobat diakui secara umum sebagai
maqam pertama yang harus dilalui seorang salik (penempuh jalan ketuhanan) untuk
sampai kepada-Nya. Maqam adalah latihan dan perjuangan menuju Allah Swt sebagai
tujuan hakiki. Dan Allah tak dapat didekati oleh manusia-manusai yang kotor sebelum
dia bertobat. Karena dengan bertaubat jiwa salik bersih dari dosa, sementara Allah Swt.
hanya dapat didekati dengan jiwa yang suci atau tak berdosa. Menurut Ibn Qayyim al-
Jauziah dalam Madarijus Salikin, mengatakan bahwa taubat merupakan media
permulaan, pertengahan dan akhir bagi seorang yang sedang melakukan perjalan
kepada Allah Swt. Dari kesemuanya itu, taubat sejatinya merupakan pintu masuk bagi
seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Rabbul ‘Alamin, sebab dalam
taubat ada penyesalan terhadap perbuatan yang tercela yang telah dilakukan di masa
lampau, sekaligus terdapat daya tarik (ikhtiar) kebangkitan jiwa dari seorang hamba
untuk berbuat kebaikan di masa yang akan datang. Maka, tulisan ini akan membahas
bagaimana konsep taubat menurut Imam al-Ghazali dalam kitabnya Minhajul‘Abidin23

B. Rumusan Masalah
1. Apa ayat-ayat Al-Qura’n yang termuat dalam konsep taubat perspektif tasawwuf
al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin ?
2. Bagaimana penafsiran al-Ghazali terhadap ayat-ayat yang termuat dalam
konsep taubat perspektif tasawwuf dalam kitab tersebut?
3. Apa factor-faktor latar belakang dalam mengangkat ayat tersebut?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui ayat-ayat Al-Qura’n yang termuat dalam konsep taubat perspektif
tasawwuf al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin .
2. Mengetahui Bagaimana penafsiran al-Ghazali terhadap ayat-ayat yang termuat
dalam konsep taubat perspetif tasawwuf dalam kitab tersebut .
3. Mengetahui apa saja factor-faktor latar belakang al-Ghazali dalam mengangkat
ayat tersebut .

D. Telaah Pustaka
Kajian pustaka merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian ilmiah
penulis katakan bahwa penulis bukan orang yang pertama meneliti tentang kontruksi
ayat-ayat taubat secara umum dan terutama di dalam kontruksi ayat-ayat taubat secara
khusus. Sudah ada beberapa peneliti sebelumnya yang telah melakukan tentang tema
taubat secara khusus, walaupun sudah banyaknya kajian tentang kontruksi ayat-ayat
taubat dengan objek material yang berbeda-beda disini penulis akan menuangkan
bagaimana kontruksi ayat-ayat taubat menurut imam al-Ghazali yang mana konsep
taubat al-Ghazali menggunakan ilmu tasawuf yang diterangkan dalam buku karyanya
yaitu kitab Minhaj al-Abidin adalah suatu usaha dari beberapa pekerjaan hati dengan
selalu mengingat perbuatan dosa yang telah dilakukan.
Abu al-Lais as-Samarqandi dalam membahas taubat sebagai akhlaq dan
kewajiban manusia terhadap Allah SWT. Dalam buku karya beliau berjudul Tanbih al-
Ghafilin belia melihat sisi pentinya taubat bukan hanya upaya seorang hamba untuk

2
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta Bulan Bintang, 1992), h. 66
3
Abdul Mustaqim,’’Metode penelitien Al-Qur’an dan Tafsir’’Jogjakarta, 2015.
mendapat ampunan bagi dosa-dosanya, melainkan sebagai sarana untuk mendekatkan
diri kepa Allah SWT.4

E. Landasan Teori
Dalam Penelitian ini penulis akan berpokus terhadap bagaimana kontruksi ayat-
ayat Al-Qura’n yang termuat dalam konsep tasawwuf al-Ghazali dalam kitab Minhaj al-
Abidin. Teori studi tokoh tafsir akan penulis jadikan pisau analisis dalam mengungkap
kontruksi ayat-ayat tersebut
Definisi dan langkah langkah studi tokoh menurut Abdul Mustaqim sebagai
berikut; Pertama, menentukan tokoh yang dikaji. Dua, menentukan objek formal yang
hendak di kaji. Tiga, mengumpulkan data-data yang terkait dengan tokoh yang dikaji
dan isu pemikirannya. Empat, melakukan identifikasi tentang elemen-elemen bangunan
tokoh tersebut. Lima, melakukan analisis dan kritik terhadap pemikiran sang tokoh
yang hendak di teliti. Enam, melakukan penyimpulan sebagai jawaban atas problem
riset yang dikemukakan dalam proposal.5

F. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yakni dengan Berdasarkan
metode pengumpulan data yang bersifat library research (studi pustaka).]

G. Sumber Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil sumber referensi dari
bebarapa sumber yang terbagi menjadi dua bagian, yakni sumber primer dan skunder.
Adapun sumber utama penulis dalam penelitian ini ialah kitab Minhaj al-Abidin karya
Imam al-Ghazali dengan sumber primer yang bersumber dari bebrapa penelitian yang
berkaitan. Sedangkan sumber skunder berasal dari refrensi lain baik berupa jurnal,
buku, kitab induk yang memuat penelitian sejenis dengan penelitian penulis.

H. Analisa Data
Dalam rangka rasionalis pembahasan riset ini, maka sistematika penulisan ini
disusun sebagai berikut ;

4
Abu Lais as-Samarkhandi.’’Tanbihul ghafilin’’terjemah imam taqdim,Surabaya Mutiara Ilmu1998.
5
Abdul Mustaqim,’’Metode Penelitian Al- Qura’n Dan Tafsir’’yogyakarta 2022.
Bab 1, Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan problem
akademik, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Hal ini
dimaksud untuk memberikan arahan supaya peneliti ini tetap konsisten sesuai dengan
rencana riset.
Bab II, tentang Definisi tasawwuf, pandangan ulama tafsir tentang tasawwuf,
pengertian studi tokoh.
Bab III, Tentang biografi al-Ghazali, Biografi kitab Minhaj al-Abidin, Apa saja
Ayat-ayat Al-Qura’n tentang tasawwuf dalam kitab Minhaj al-Abidin, Pandangan ulama-
ulama lain tentang ayat tersebut, menurut ulama tafsir dan menurut ulama tasawwuf.
Bab IV, Bagaimana konsep tasawuf dalam kitab Minhaj al-Abidin, Apa latar
belakang al-Ghazali menggunakan Ayat-Ayat tersebut dalam kitab Minhaj al-Abidin
tentang konsep tasawwuf
Bab V, Kesimpulan, saran, Daftar pustaka.
.

Anda mungkin juga menyukai