PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an diperuntukan bagi penentu jalannya kehidupan manusia dan
alam semesta. Di dalamnya terkandung makna dan petunjuk kehidupan menembus
dimensi ruang dan waktu, atau dengan kata lain al-Qur‟an merupakan ensiklopedia
kehidupan dalam rangka menunjukan kebahagian dan kesejahteraan hakiki. Karena
al-Qur‟an memiliki lintas dimensi ruang dan waktu, maka wajar jika al -Qur‟an
memuat pesan-pesan Ilahi dalam bentuk global. Oleh karena itu diperukan
penjelasan lebih rinci mengenai maksud yang terkandung di dalam pesan Ilahiyah
tersebut.
Dalam proses perjalanan manusia tidak terlepas dengan dimensi-dimensi
non material. Pengalaman spiritual dan kondisi psikologis adalah bentuk dimensi
lain dalam diri kita yang tidak bisa kita lepaskan. Semuanya mengalami proses
pertumbuhan dengan tujuan yang jelas.1
Manusia juga mendapatkan predikat sebagai makhluk yang diciptakan
dengan bentuk yang sebaik-baiknya secara individual, manusia memiliki unsur
jasamani dan rohani, unsur fisik dan psikis, raga dan jiwa. Sebagai ciptaan Allah,
manusia perlu mentaati apa yang telah dititahkan-Nya dalam kitab-Nya, ingkah
laku dan segala yang dilakukan oleh manusia semestinya harus sesuai dengan
segala yang diperintahkan oleh Allah. Karena pada hakikatnya, segala yang
dilakukan oleh manusia adalah karena digerakan oleh-Nya.2
Manusia merupakan mahluk yang diciptakan oleh Allah Swt di muka bumi
ini dengan sebaik-baiknya mahluk, sebaik-baiknya bentuk dan sebaik-baiknya
umat, untuk mengemban sebuah tugas yang mulia yaitu beribadah kepada Allah
Swt.3 Yang mana hal itu tertera dalam QS ad-Dzariyat ayat 56:
1 M. Ridwan Nasir, prespektif Baru Metode Tafsir Dalam Memahami Al-Quran (Surabaya:
Imtiyas,2011), P.13-15
2 M.Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung: Mizan), P.282
3 Khozin Abu Faqih, Managemen Kematian, (Bandung: Syamil, 2005), P.2
2
1
ْ ْ ُ وما َخل ْق
َ نس ا َّْل
لي ْعب ُدوْ ِن َ ِت ْال َّن َوا ْل َ َ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.
Dalam al-Qur‟an, manusia berulang-kali diangkat derajatnya, dan
berulangulang pula direndakan. Mereka dinobatkan jauh mengungguli alam surga,
bumi, dan bahkan para malaikat. Tetapi, pada saat yang sama, mereka bisa tak
lebih berarti dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang jahanam sekalipun.
Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukan alam, namun bisa
juga mereka merosot menjadi rendah di antara yang paling rendah. Oleh karena itu,
makhluk manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib
akhir mereka sendiri.4
Al-Qur‟an adalah merupakan kitab suci kaum muslim dan menjadi sumber
ajaran islam yang pertama dan utama, yang mana isi dari kitab al-Qur‟an tersebut
harus mereka Imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari yang
menyingkapi syarat suci sebagai limpahan gaib, atau pengetahuan subani yang
terkandung dalam ayat-ayat al-Qur‟an. Akan tetapi keberadaan tafsir sufi
ditengah-tengah menjamurnya tafsir eksoterik, yang lebih mengedepankan makna
dzahir teks tidak lantas diterima begitu saja oleh para pengkaji al-Quran.
Kehadiran tafsir sufistik justru menjadi pro-kontra dialekstis, baik dari
kalangan orientalis (outsider) maupun Islam (insider). Perdebatan seputar tafsir sufi
terdiri dari dua hal; (1) dari mana makna-makna tersebut diperoleh oleh mufassir,
(2) apa motif penafsiran seorang sufi menuliskan tafsirnya. Kedua hal ini masuk
dalam kajian epistemologi sufi. Bagi kalangan yang pro terhadap tafsir ini
meyakini bahwa penafsiran seorang sufi merupakan suatu limpahan ilahiah atau
bersumber langsung dari Allah, melalui rangkaian riyadah al-nafs atau suluk (jalan
menuju Allah). Sedangkan motif dan tujuan dari penafsiran tersebut untuk
menjelaskan makna yang belum tersingkap dari redaksi tekstual ayat.10
Salah satu mufassir yang menggunakan corak sufi yaitu ibnu ajibah yang
mana dalam skripsi ini akan dijelaskan mengenai ayat-ayat tentang tujuan
penciptaan manuisa dalam al-Qur‟an dengan menjelaskan makna bathinnya ayat
tersebut. Dari uraian di atas penulis dalam penelitian ini menggunakan kitab tafsir
karangan Ibnu Ajibah yang mana corak dalam penafsirannya yaitu mengggunakan
corak sufi. Dan dari hal itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Tujuan
Penciptaan Manusia Dalam Al-Qur‟an Perspektif Tafsir Al-Baḥr Al-Madīd Fi
Tafsīr Al-Qur’an Al-Majīd”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian yang
akan dilkukan penulis, diperoleh rumusan masalah sebagi berikut:
1. Apa Saja Tujuan Penciptaan Manusia Dalam Al-Qur‟an?
2. Bagaimana Pandangan Ibnu Ajibah Terhadap Tujuan Penciptaan
Manusia Dalam Al-Qur‟an?.
10 Moh.Azwar Hairul, mengkaji Tafsir Sufi Karya Ibnu Ajibah, (Tangerang: Young
Progresive Muslim, 2017), P.56
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk memaparkan macam –macam Tujuan Penciptaan Manusia Dalam
Al-Qur‟an
b. Untuk menjelaskan Seperti Apa Pandangan Ibnu Ajibah Terhadap
Tujuan-Tujuan Penciptaan Manusia Dalam Al-Qur‟an.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
tujuan penciptaan manusia dalam al-Qur‟an yang mana kedepannya bisa
dijadikan bahan pemikiran kita untuk selalu ingat akan tujuan-tujuan
hidup kita sehingga terhindar dari kelalaian.
b. Menambah pengetahuan tentang tujuan penciptaan manusia dan
menambah khazanah pustaka Uin Sultan Maulana Hasanudin Banten.
c. Untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar sarjana Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuludin Dan Adab.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam kesempatan ini penulis melakukan penelaahan terhadap teori-teori
yang relevan dengan masalah-masalah yang diteliti. Dari segi ini maka tinjauan
pustaka akan menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan penelitian ini. Adapun
penulis menemukan penelitian yang sudah ada yang meliliki kemiripan judul yang
penulis angkat.
1. Jurnal yang berjudul Tujuan Penciptaan Manusia . yang di buat oleh kami
berdua jurnal tersebut di dalamnya berupaya untuk menjelaskan tentang
tujuan diciptakannya manusia dalam al-Qur‟an,. Adapun kesamaan dari
penelitian yang kami bahas yaitu sama-sama membahas tentang tujuan
diciptakannya manusia dalam al-Qur‟an dan perbedaannya, penelitian yang
Muhamad Hasan lakukan itu membahas tujuan diciptakanya manusia hanya
6
sebagian saja. Berbeda dengan penelitian yang saya lakukan yaitu penelitian
ini di dalamnya membahas tentang semua tujuan-tujuan diciptakannya
manusia dalam al-Qur‟an.11
2. Jurnal yang dibuat oleh Sumarno mahasiswa jurusan PAI UMSurabaya dan
Maulana Masudi dosen PAI UMSurabaya yang berjudul Urgensi
Penciptaan Manusia Dalam Persfektip Islam Dan Protestan yang mana di
dalamnya membahas tentang tujuan-tujuan penciptaan manusia menurut
islam dalam al-Qur‟an dan tujuan penciptaan manusia menurut protestan
dalam al-Kitab. Adapun persamaan dari penelitian kami yaitu sama-sama
membahas tentang tujuan penciptaan manusia dalam al-AQur‟an dan
perbedaannya terletak dari penelitian yang saya lakukan hanya membahas
semua tujuan penciptaan manusia yang ada dalam al-Qur‟an saja dan
adapun penelitian yang mereka lakukan ialah mereka membahas tujuan
penciptaan manusia menurut al-Qur‟an dan membandingkan antara tujuan
manusia menurut al-Qur‟an dan menurut al-Kitab.12
E. Kerangka Pemikiran
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memahami persoalan yang
akan dibahas dan untuk menghindari kesalahpahaman dalam pembahasan
penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah penting agar
pembahasan menjadi jelas dan terarah. Adapun istilah-istilah tersebut ialah sebagai
berikut:
1. Tujuan
Tujuan adalah merupakan suatu sasaran yang hendak dicapai oleh
seseorang dalam menjalankan kegiatannya sebagi indikator untuk
13 http://makalah-makalah-makalah.blogspot.com/2016/03/definisi-tujuan-menurut-
paraahli.html?m=1. Diakses pada tanggal 23 januari 2020, pukul 23:28
14 Hakim Muda Harahap, Rahasia Al-Quran; Menguak Alam, Manusia, Malaikat, Dan
Keruntuhan Alam....,P.101
15 Hakim Muda Harahap, Rahasia Al-Quran; Menguak Alam, Manusia, Malaikat, Dan
Keruntuhan Alam....,P.101
16 Anwar sutoyo, manusia dalam perspektif al-qur’an. (Yogyakarta: pustaka pelajar,
2015), P. 37
8
17
Ahmad Tafsir, Filasafat Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja
Rodaskarya,2008), P.
20.
18
Ramayulis, samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia,2010), P.50.
19
Undang Ahmad Kamaluddin, Filsafat Manusia, (Bandung: Pustaka Setia,
2012), P.150.
20
Al Rasyidin,Falsafah Pendidikan Islami(Bandung: Cipta Pustaka Media
Perintis,2012),
10
P.21
lam. Kecuali pada satu tempat saja yang disebut dengan kata sandang
nakirah. Biasanya dalam hubungannya dengan dunia meskipun ada juga
yang dalam kontek akhirat seperti surah al-Isra‟:13, al-Qiyamah:10-14, an-
Nazi‟at:35, al-Fajar: 23 dan Zilzalah:3.17
19 Tafsir,Filasafat,, P.22.
20 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Sygma Examedia
Arkanleema,2009), P.263.
21 Jalaluddin al-Mahalli, Jalaluddin As-suyuthi, Tafsir Jalalain, Tarjamah. Bahrun Abu
Bakar (Bandung: Sinar Baru, 1997), p.30.
12
oleh Allah dengan dianugrahkannya wahyu kepada para nabi dan rasul. Hal
ini sesuai dengan firman Allah:22
ٓ
ب َٓء ربِۦه فييَ َع َم ۡو َ ۡ َب إ ِٰىََِ|هنُمۡ إى ِه ٰ َو ِح ۖذ ف َمه َمبن
ِ يرجُىاْ ىق َٓ ي أو ََّم َّ ِأوب ب َشر ِم ۡثينُۡ|م يى َُح ََََٰٰ|ى إى
َ۠ بَٓ إو َّم
ِ ق ُو
١١١ َبهِِۦَ| أ َح ۢ َذا ۡ َ ٰ ع َمبه
َِِٓ الحب َوىيَ ُش ِر ۡ|ك ب ِعببَ َد ِة َر ِ ص
Artinya:Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya".(Q.S. al-Kahfi:110).23
3. Bani Adam
Secara etimologi kata bani Adam berarti generasi keturunan Adam.
Kata bani berasal dari huruf ةdan نyang dalam bentuk masdarnya اىيبىبء
yang berarti bangunan, sedangkan kata Adam merujuk kepada nabi Adam
a.s yang merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah Swt. Karena itu
secara umum terma bani Adam bisa dimaknai generasi yang dibangun,
diturunkan dan di kembang biakkan dari Adam a.s dan sama-sama memiliki
harkat dan mertabat kemanusiaan yang universal.24
2. Tahap Hayat
Awal mula kehidupan manusia dari air, sebagaimana kehidupan
tumbuhan dan binatang. Maksuk air kehidupan disini adalah air yang hina
atau sperma. Sperma kemudian membuahi sel telur dalam rahim seorang
ibu. Sperma inilah yang merupakan awal mula kehidupan seorang manusia.
3. Tahap Ruh
Yang dimaksud dengan ruh disini adalah sesuatu yang dihembuskan
Tuhan dalam diri manusia. Pada saat yang sama Tuhan juga menjadikan
pendengaran, pengelihatan dan hati pada manusia barulah manusai itu
hidup. Maka hal ini menandakan bahwa ruhlah yang menjadi pinpinan
dalam jasad manusia, dari itu ruh kiranya dapat menjadi pembimbing
pendengaran, pengelihatan dan hati manusia dalam memahami kebenaran.
4. Tahap Nafs
Kata nafs dalam al-Qur‟an mempunyai empat pengertian yaitu
nafsu, napas, jiwa dan diri atau keakuan. Maka dari keempat kata ini
alQur‟an lebih sering menggunakan kata Nafs untuk pengertian diri. Diri
maksudnya adalah kesatuan dari jasad, hayat, dan ruh. Dinamikanya terletak
pada aksi kegiatannya. Kesatuannya bersifat spiritual yang tercermin dalam
aktifitas kehidupan manusia.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah merupakan
perkaitan antara badan dan ruh. Badan dan ruh merupakan masing-masing
merupakan substansi yang berdiri sendiri yang tidak tergantung oleh adanya
yang lain. Namun dengan menyatunyalah yang kedua substansi ini barulah
manusia bisa hidup dan menjalani kehidupannya. Maka keduanya
diciptakan oleh Allah Swt.30 sebagaimana yang tergambar dalam al-Qur‟an:
4. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an secara etimologi diambil dari kata ق َراَ يَ ْق َراُ ق َ| َِِراةً َوق ُُْ|ْرا ًوبyang
berarti sesuatu yang dibaca yang mana maksudnya menganjurkan kepada
umat agar membaca al-Qur‟an tidak hanya untuk dijadikan hiasan saja
melainkan untuk dibaca dalam kesehariannya. Dalam buku yang berjudul
praktikum qira‟at karya H Abdul Majid beliau mengutip dari buku yang
berjudul At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an karya As-Shabuni adapun
pengertian al-Qur‟an secara terminologi sebagai mana yang disepakati oleh
para ulama dan ahli ushul fiqh adalah sebagai berikut.
“Al-Qur‟an adalah kalam Allah Swt yang mengandung mukjizat, 33
yang diturunkan kepada penghulu para nabi dan Rasul yaitu Nabi
Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang
diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya,
yang dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas”.
Dan membaca al-Qur‟an tersebut dicatat oleh Allah Swt sebagai
amal ibadah kepadanya. Hanya membaca al-Qur‟an sajalah di antara sekian
bacaan yang dianggap sebagai ibadah sekalipun pembaca tidak tau
maknanya, apalagi jika mengetahui maknanya dan dapat merenungkan serta
mengamalkannya. Bacaan-bacaan lain tidak bernilai ibadah kecuali dengan
niat mencari ilmu, jadi pahalanya adalah pahala mencari ilmu, bukan
subtansi bacaan sebagaimana membaca al-Qur‟an.34
Salah satu kemukjizatan al-Qur‟an yang terkenal adalah keindahan
bahasanya yang menakjubkan. Ketika aya-ayat al-Qur‟an diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Al-Qur‟an tidak akan berubah sepanjang
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan prosedur yang dilakukan peneliti untuk
menentukan metode apa yang digunakan dalam mendapatkan data penelitian.
Adapun dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif, yakni menggunakan pendekatan
dokumentasi. Adapun jenis penelitiannya menggunakan kepustakaan
(library research), yaitu mengedepankan kajian pustaka dengan
mengambil data-data tertulis dari buku, jurnal, kamus, maupun berbagai
literatur yang terdapat di dalam perpustakaan.37
2. Sumber data penelitian
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini bersumber dari kitab Al-
Baḥr Al-Madīd Fi Tafsīr Al-Qur’an Al-Majīd karya Ibnu Ajibah.
b. Data sekunder
38 Endad Musadad , Studi Tafsir Di Indonesia: Kajian Atas Tafsir Karya Ulama
Nusantara, (Serang, IAIN SMH Banten, 2011), P.21-22
21
g. Menyusun kesimpulan dan menggambarkan jawaban al-Qur‟an
secara komprehensif menyangkut masalah atau judul yang dibahas.39
4. Teknik pengumpulan data
Adapun cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data yaitu kutipan langsung dan tidak langsung,
berdasarkan objek penelitian di sini yaitu tentang tujuan penciptaan
manusia dalam al-Qur‟an menggunakan kitab Al-Baḥr Al-Madīd Fi
Tafsīr Al-Qur’an Al-Majīd. Maka untuk memperoleh data, penulis
mengumpulkan data dari sejumlah perpustakaan ataupun maktabah
yang berbenuk digital.
5. Analisis data
Data yang diperlukan di sini baik yang bersifat pokok maupun
pendukung dikumpulkan dengan cara mendokumentasikan data yang
didapatkan dari sumber-sumber baik primer maupun sekunder. Serta
mengkaji berdasarkan pada metode deskriptif analisis, yang diharapkan
nantinya penulis menyajikan data-data yang ada secara sistematis dan
objektif.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika di sini sebagai gambaran umum dari uraian pembahasan dalam
skripsi untuk lebih memudahkan dalam memahamai isi pembahasan di dalam
skripsi. Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Yaitu:
BAB I, yang berisi pendahuluan yang membahas tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan Manfaat penelitian, kerangka pemikiran,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II, mencakup tentang biografi Ibnu Ajibah yang meliputi biografi
Ibnu Ajibah yang di dalamnya membahas tentang riwayat hidup Ibnu Ajibah,
karya-karya Ibnu Ajibah, pendapat ulama tentang Ibnu Ajibah, metode dan corak
tafsir Al-Baḥr Al-Madīd Fi Tafsīr Al-Qur’an Al-Majīd.
39 Quraish shihab, tafsir dan perubahan sosial, makalah november 1995, P.6
22