KELOMPOK 10
Disusun oleh:
SEMESTER 2
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT tuhan yang maha esa, yang telah
memberikan rahmat, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “Biografi Al-Ghazali dan pelajaran tasawufnya, Takhalli, Tahalli, dan
Tajalli”. Sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga, dan
sahabat-sahabtnya dan kita semua sebagai umatnya.
Makalah ini berisi tentang biografi Al-Ghazali dan macam-macam pelajaran tasawufnya,
manfaat bagi pembacanya yaitu untuk menambah pengetahuan mengenai biografi Al-ghazali
serta macam-macam ajaran tasawufnya, dan manfaat bagi penulis yaitu untuk menambah
pengetahuan mengenai biografi Al-Ghazali, menjadikan apa yang kami tulis sebagai bahan bagi
kami untuk mengasah kemampuan dalam menyusun makalah dan untuk menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah “Akhlak Tasawuf”.
Penulis menyadari makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah akhlak
tasawuf yaitu dosen Dr. Munawir Ulum, M.Pd.I dan tidak lupa juga dengan teman-teman,
orang tua, yang namanya tidak bisa kami sebut satu persatu, pada akhir kata penulis menyadari
tidak ada yang sempurna, oleh karena itu penulis meminta maaf apabila ada kesalahan pada
makalah ini, penulis menerima kritik dan saran dari para pembacanya. Akhir kalimat penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
(kelompok 10)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan ukuran kepribadian orang muslim, ukuran baik dan buruk
akhlak seseorang dipandang dari syariat islam ketika seseorang memiliki akhlak yang
sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah seseorang tersebut akan memiliki akhlak yang
mulia. Menurut Imam Al-Ghazali bukan hanya sekedar dan kemampuan semata dan
akhlak bukan dari pengetahuan, akhlak adalah sebuah upaya yang menggabungkan diri
dan jiwanya yang sedemikian rupa menjadi kebiasaan- kebiasaan dalam kehidupan
sehari-hari.
Ajaran akhlak Imam Al-Ghazali berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
serta pemikiran-pemikiran yang rasional terhadap kedua pedoman tersebut. Dalam ajaran
Imam Al-Ghazali bersifat religius dan rasional, serta terdapat sifat-sifat praktis dan
realitis. Oleh karena itu kajian mengenai akhlak dan pendidikan akhlak menurut Imam
Al-Ghazali menjadi hal yang sangat penting, karena di dalamnya terdapat tujuan berupa
bentuk pribadi muslim yang dekat kesempurnaan dengan cara internalisasi pendidikan
akhlak.
Dalam suatu bidang ilmu keislaman untuk memasuki atau menghiasi diri dengan
akhlak yang luhur dan keluar dari akhlak yang rendah maka di sebut dengan tasawuf,
tasawuf juga diartikan sebagai kebebasan, kemuliaan, meninggalkan perasaan yang
terbebani alam setiap melaksanakan perbuatan syara’, dermawan, dan murah hati. Ajaran
tasawuf dibagi menjadi dua tasawuf sunni dan tasawuf salafi, tasawuf salafi merupakan
tasawuf yang ajaran-ajarannya di susun secara kompleks dan mendalam dengan bahasa-
bahasa simbolik filosofis, sedangkan tasawuf sunni merupakan tasawuf yang di dasarkan
dalam al-qur’an dan sunnah.
Tasawuf sunni di bagi dalam dua tipe yaitu tasawuf akhlaqi dan tasawuf amali,
dalam tasawuf akhlaqi para sufi memandang manusia cendderung mengikuti hawa nafsu,
seseorang yang sudah di kendalikan oleh hawa nafsu memiliki kecenderungan memiliki
mental yang kurang baik, untuk mengembalikan manusia ke kondisi yang baik tidak
hanya dari aspek lahiriah sematamelainkan juga melalui aspek batiniah. Dalam tasawuf
pross batiniah meliputi beberapa tahapan, dan tujuannya adalah untuk menguasai hawa
nafsu dalam rangka pembersihan jiwa agar bisa lebih dekat dengan allah. Tahapan-
tahapan tersebut adalah Takhalli, Tahalli, dan Tajalli.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana biografi Al-Ghazali ?
2. Bagaimana karakteristik pemikiran Al-Ghazali ?
3. Apa pengertian Takhalli, Tahalli, dan Tajalli ?
4. Bagaimana cara melakukan Takhalli, Tahalli, Tajalli yang baik ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui biografi Al-Ghazali.
2. Mengetahui karakteristik pemikiran Al-Ghazali.
3. Mengetahui pengertian dari Takhalli, Tahalli, Tajalli.
4. Mengetahui cara melakukan Takhalli, Tahalli, Tajalli yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Al-Ghazali
1) Latar belakang keluarga
Nama lengkap Imam Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Al-
Thusi atau lebih dikenal dengan Al-Ghazali, beliau juga disebut Abu Hamid. Gelar Al-
Ghazali adalah Hujjatul Islam atau Hujjatul Islam Abu Hamid 1(Pembela Islam) dan
Mujaddid Al-Qarn Al-Khamis (Pembaharu abad ke-5). Beliau lahir pada tahun 450
H/1058 M, tepatnya pada pertengahan abad ke-5 Hijriyah. Dan wafat pada tahun 505 H/
1111 M, tepatnya pada tanggal 14 Jumadhil Tsani, hari Senin di Thus, sebuah kota kecil
(Khurasan) Iran yang juga tempat kelahirannya.
Diceritakan bahwa kedua orang tua Al-Ghazali adalah orang sholeh yang tidak mau
makan kecuali dari hasil usaha nya sendiri, orang tua Al-Ghazali adalah seorang
pengusaha pemintal bulu domba. Ketika Al-Ghazali beserta saudaranya (Ahmad) masih
kecil, ayahnya meninggal. Sebelum meninggal, dia telah berpesan kepada seorang teman
sufi, agar sepeninggalan dirinya nanti kedua anaknya dididik dan dipelihara. Sang ayah
berkata “saya sangat menyesal bahwa saya tidak bisa menulis (buta huruf). Oleh
karena itu saya ingin kedua anak saya ini tidak kehilangan yang tidak bisa saya
peroleh, didiklah mereka dengan seluruh harta peninggalanku”2. Al-Ghazali
menceritakan hal tersebut dengan mengatakan “kami menuntut ilmu karena selain Allah
SWT lalu kami menolak agar itu hanya karena Allah SWT”. Dari pengalaman Al-
Ghazali tersebut dapat diperkirakan bahwa beliau hidup dalam suasana kesederhanaan
sufi sampai usia 15 tahun (450-466 H)3.
Dalam riwayat lain, konon orang tua Al-Ghazali sering mengunjungi para ahli fiqih,
duduk bersama mereka dan meluangkan diri untuk melayani mereka. Sehingga ia
merasakan dirinya seakan-akan menemukan kebaikan dalam diri mereka dan ia pun
1
Yusuf Qordowi, Al-Ghazali Antara pro dan kontra, (Surabaya: Pustaka, Progresif,1999),19.
2
Ahmad Hanafi, pengantar Filsafat Islam, (Jakarta:Bulan, Bintang, 1990), 13.
3
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Griya Pratama, 1994), 77.
terkadang bersedekah untuk kepentingan mereka. Dia selalu memohon dan berdoa
kepada Allah SWT agar kelak diberi rezeki berupa seorang anak yang dapat
memberikan tuntunan dan menjadikannya seorang pakar ilmu fiqih. Maka Allah SWT
mengabulkan doa nya4. Adapun Imam Al-Ghazali merupakan seorang ahli ilmu Fiqih
dimasanya, serta menjadi pemuka Agama di masa itu. Sedangkan Ahmad (saudara Al-
Ghazali) merupakan seorang pemberi tuntunan yang dapat melunakkan gendang telinga,
ketika mendengarkan wejangannya dan dapat menggetarkan sanubari para hadirin dalam
majelis dzikirnya. Sejak kecil Imam Al-Ghazali dikenal sebagai anak pecinta ilmu
pengetahuan. Pendidikannya dimulai dengan belajar al-Qur’an pada ayahnya sendiri,
sepeninggal ayahnya ia dititipkan kepada teman ayahnya, Ahmad bin Muhammad Al-
Razikani, seorang sufi besar di Thusy. Pada beliau lah Al-Ghazali mempelajari ilmu
fiqih, riwayat hidup para wali, dan kehidupan spiritual mereka. Selain itu, ia belajar juga
menghafal syair-syair tentang mahabbah (cinta) kepada Tuhan, Al-Qur’an dan Sunnah.
Di Jurjan, Al-Ghazali mulai menuliskan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Gurunya. Ia
menulis suatu komentar tentang ilmu fiqih.
Akan tetapi menurut Sebuah cerita, di tempat ini, ia mengalami musibah. Semua
barang yang dibawa Oleh al-Ghazali yang berisi buku-buku catatan dan tulisannya di
rampas oleh para perampok, meskipun pada akhirnya barang-barang tersebut
dikembalikan setelah Al-Ghazali berusaha keras untuk memintanya kembali. Kejadian
tersebut mendorong Al-Ghazali untuk menghafal semua pelajaran yang diterimanya.
Oleh karena itu, setelah sampai di Thus kembali, ia berkonsentrasi untuk menghafal
semua yang pernah di pelajarinya selama kurang lebih 3 tahun5.
Kecerdasan dan kepintaran Imam Al-Ghazali diakui oleh Imam Al-Juwaini, hingga
akhirnya ia diangkat sebagai asisten dan mewakili pimpinan Nizamiyah, disinilah bakat
menulisnya berkembang. Ketika Gurunya meninggal dunia (1085), ia meninggalkan
Naisabur dan menuju ke Istana Nizham Al-Muluk dan menjadi seorang perdana mentri
Sultan Bani Saljuk6. Akhir hidup Imam Al-Ghazali bertempat di Teheran pada tahun 505
H/ 111 M. Seperti biasanya, Al-Ghazali bangun pagi pada hari senin, bersembahyang,
4
Abdul Aziz, Ekonomi Sufistik Model al-Ghzali, (Bandung: Alfabeta, 2011), 25.
5
Boedi Abdullah, Beradaban Pemikiran ekonomi islam, (Bandung: pustaka setia, 2011), 203.
6
Suwito dan Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, (bandung : Angkasa, 2003), 159.
kemudian minta dibawakan peti matinya. Ia seolah-olah mengusap peti mati itu dengan
matanya dan berkata “apapun perintah Tuhan, aku telah siap melaksanakannya”.
Sambil mengucapkan kata-kata itu Ia meluruskan kakinya, dan ketika orang-orang
melihat wajahnya, Imam Al-Ghazali telah tiada7.
13
M. Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual, 2021, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar), hlm 2
14
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural, 2008, (Yogyakarta: LKS), hlm 53-54
15
M.Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual, 2012, (Yogyakarta: Pustaka pelajar), hlm 2
Tahalli juga dapat di artikan sebagai usaha yang menghiasi diri dengan
jalan membiasakan diri bersikap baik dan berbuat baik, berusaha agar dalam
setiap perilakunya selalu berjalan diatas ketentuan agama baik kewajiban yang
bersifat luar atau ketaatan lahir seperti shalat, puasa, zakat, dan haji maupun
ketaatan yang bersifst dalam stsu ketaatan batin seperti iman, bersikap ikhlas, dan
juga ridha terhadap seluruh ketentuan allah16.
3. Pengertian Tajalli
Tajalli yaitu terungkapnya nur ghaib untuk hati, dalam hal ini kaum sufi
mendasarkan pendapatnya pada firman allah: “allah adalah nur (cahaya) langit
dan bumi”. (Q.S. An-Nur [24]: 35). Menurut Mustofa Zahri, Tajalli diartikan
sebagai lenyapnya hijab dari sifat-sifat kemanusiaan, tersingkapnya nur yang
selama itu ghaib, dan lenyapnya segala sesuatu ketika muncul wajah Allah.
16
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural, 2008, (Yogyakarta: LKS), hlm 54-55
17
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural, 2008, (Yogyakarta: LKS), hlm 55-56
a. Tajalli Af’al, yaitu tajalli allah pada perbuatan seseorang, artinya
segala aktivitas itu di kuasai dengan qudratnya, dan ketika itu dia
melihatnya.
b. Tajalli Asma’, yaitu lenyapnya seseorang dari dirinya dan bebasnya
dari genggaman sifat-sifat kebaruan dan lepasnya dri ikatan tubuh
kasarnya. Dalam tingkatan ini tidak ada yang di lihat kecuali hanya
dzat Ash Shirfah (hakikat gerakan), bukan melihat asma’.
c. Tajalli sifat, yaitu menerimanya seorang hamba atas sifat-sifat
ketuhanan, artinya tuhan mengambil tempat padanya tanpa hullu
dzanya.
d. Tajalli Zat, yaitu apabila allah menghendaki adanya tajalli atas
hambanya yang memfana’ kan dirinya maka bertempat padanya
karunia ketuhanan yang bisa berupa sifat dan bisa berubah zat,
disitulah terjadi
D. Cara melakukan Takhalli, Tahalli, Tajalli
1) Menghayati segala bentuk ibadah, sehingga pelaksananya tidak sekedar apa yang
di lihat secara lahiriyah.
2) Ridhonya (latihan) dan Mujahadah (perjuangan) yaitu berjuang dan berlatih
membersihkan diri dari kekangan hawa nafsu dan mengendalikan serta menuruti
keinginan hawa nafsu tersebut.
3) Mencari waktu yang tepat untuk mengubah sikap buruk dan mempunyai daya
tangkal terhadap kebiasaan buruk dan menggantikannya dengan kebiasaan yang
baik.
4) Muhasabah (koreksi) terhadap diri sendiri dan selanjutnya meninggalkan sifat-
sifat yang jelek itu, memohon pertolongan Allah dari gada’an syaitan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nama lengkap Imam Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Al-
Ghazali Al-Thusi, beliau juga disebut Abu Hamid. Gelar Al-Ghazali adalah Hujjatul
Islam atau Hujjatul Islam Abu Hamid (Pembela Islam) dan Mujaddid Al-Qarn Al-
Khamis (Pembaharu abad ke-5). Beliau lahir pada tahun 450 H/1058 M, tepatnya
pada pertengahan abad ke-5 Hijriyah. Dan wafat pada tahun 505 H/ 1111 M, tepatnya
pada tanggal 14 Jumadhil Tsani, hari Senin di Thus.
Perkembangan pemikiran Al-Ghazali mengalami pergolakan yang
membawa dirinya pada tingkat tertinggi, yaitu skeptis (keragu-raguan). Ia mengkritisi
ajaran dari filsuf Al-Farabi dan Ibnu Sinna (Avicenna) di dalam karyanya, Intentiones
Philosophorum. Serta berselisih pandangan dengan aliran Mu’tazilah yang
memandang moralitas adalah sebuah tindakan rasional manusia dalam melihat mana
yang baik dan mana yang buruk, tidak semata ditentukan oleh Agama
Takhalli adalah penyucian diri dari sifat-sifat tercela dari maksiat lahir
dan batin. Tahalli yaitu menghiasi dan membiasakan diri dengan sikap terpuji. Tajalli
yaitu terungkapnya nur ghaib untuk hati.
Cara melakukan Takhalli, Tahalli, dan Tajalli yaitu diantaranya :
Menghayati segala bentuk ibadah, berjuang dan berlatih membersihkan diri, mencari
waktu yang tepat untuk mengubah sikap buruk dan muhasabah terhadap diri sendiri.
B. SARAN
Melihat biografi Al-Ghazali sudah seharusnya kita
sebagai mahasiswa kagum dan meneladani perjalanan hidup beliau,
dan ajaran tasawuf beliau yang bisa kita ikuti yaitu Takhalli, Tahalli
dan Tajalli. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca,
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Qordowi, Al-Ghazali Antara Pro dan Kontra, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999)
Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010)
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011)
http://pusat-akademik.blogspot.com/2008/10/pengertian-ilmu-tasawuf.html
http://hanputra.blogspot.com/2011/02/takhalli-tajalli-tahalli.html
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)