Anda di halaman 1dari 23

LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

RESENSI JUDUL BUKU “PSIKOLOGI AGAMA”


KARANGAN PROF. DR. H. JALALUDDIN
Nairazi AZ, SHI, MA
Dosen Tetap Fakultas Syariah Prodi Hukum Pidana Islam

ABSTRAK

Agama adalah kenyataan terdekat dan sekaligus misteri terjauh. Begitu dekat karena selalu
hadir dalam kehidupan kita sehari-hari, di rumah, televisi, pasar dan kantor – dimana saja.
Begitu misterius karena ia menampilkan wajah-wajah yang tampak berlawanan: atas nama
agama, orang tega membunuh atau melayani sesama tanpa batas, mengilhami pancaran ilmu
tertinggi. Menciptakan gerakan massa paling besar atau menuntun manusia ke misteri sunyi
paling rahasia memekikkan perang paling brutal atau menebarkan kedamaian paling sejati.
Kata Kunci: Psikologi, Agama

PENDAHULUAN
pendekatan psikologi. Demikian pula
Hubungan manusia dengan sesuatu
mengenai aspek-aspek keagamaan lainnya
yang dianggap adikodrati (supernatural)
yang diperlihatkan manusia dalam sikap
memang memiliki latar belakang sejarah
dan tingkah laku mereka, menurut para
yang sudah lama dan cukup panjang. Latar
psikolog ada kaitannya dengan aspek
belakang ini dapat dilihat dari berbagai
kejiwaan.
pernyataan para ahli yang memiliki
Menurut agamawan, bahwa
disiplin ilmu yang berbeda, termasuk para
memang pada batas-batas tertentu,
agamawan yang mendasarkan pendapatnya
barangkali permasalahan agama dapat
pada informasi kitab suci masing-masing.
dilihat sebagai fenomena yang secara
Berdasarkan informasi kitab suci,
empiris dapat dipelajari dan diteliti. Tetapi
hubungan antara makhluk ciptaan dengan
di balik itu semua ada wilayah-wilayah
Sang Pencipta.
khusus yang sama sekali tak mungkin atau
Para psikolog mencoba melihat
bahkan terlarang untuk dikaji secara
hubungan tersebut dari sudut pandang
empiris.
psikologi. Menurut mereka hubungan
Kemudian temuan-temuan
manusia dengan kepercayaan ikut
psikologi agama tentang perkembangan
mempengaruhi faktor kejiwaan. Proses dan
rasa keagamaan pada anak-anak dan para
sistem hubungan ini menurut mereka dapat
remaja ternyata juga dapat membantu para
dikaji secara empiris dengan menggunakan

50
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

pendidik agama. Dengan demikian pikiran, perasaan dan kehendak. Dengan


psikologi agama dapat pula difungsikan demikian ketiga gejala pokok tersebut
sebagai ilmu bantu dalam bidang dapat diamati melalui sikap dan perilaku
pendidikan agama. Dikalangan guru-guru manusia. Dalam perkembangannya gejala
agama dalam profesinya sebagai pendidik jiwa tidak sama pada manusia yang
akan terbantu oleh berbagai temuan berbeda usia. Kenyataan ini mendorong
psikologi agama ini. Berbagai teori para ahli untuk mempelajari gejala-gejala
psikologi agama juga sudah memberikan jiwa manusia pada tingkat usia tertentu.
rumusan mengenai proses dan Dalam kajian psikologi juga
perkembangan rasa keagamaan pada anak dijumpai perbedaan manusia yang
didik sesuai dengan tahap perkembangan berbudaya tinggi dengan yang masih hidup
masing-masing. Hal ini tentunya sederhana, dalam kondisi mental ternyata
merupakan teori yang dapat membantu manusia juga berbeda. Sehingga
para guru agama membimbing para peserta muncullah psikologi abnormal dan para
didik dalam bidang keagamaan. psikologi. Pada tahun 1879 psikologi telah
Dalam usianya yang menjelang memperlihatkan berbagai sumbangannya
seabad ini tampaknya psikologi agama dalam memecahkan berbagai problema
kian diterima oleh berbagai kalangan serta mengupayakan peningkatan sumber
termasuk para agamawan yang semula daya manusia. Para ahli juga melihat
menggugat keabsahannya sebagai disiplin bahwa psikologi memiliki keterkaitan
ilmu yang otonom. Sejalan dengan hal itu, dengan masalah kehidupan batin manusia
maka kemajuan dan pengembangan dari dalam yaitu agama.
psikologi agama di lapangan pendidikan Adapun pengertian psikologi
dinilai banyak membantu pemahaman agama ialah psikologi agama
terhadap permasalahan keagamaan dalam menggunakan dua kata yaitu psikologi dan
kaitannya dengan tugas-tugas agama, psikologi secara umum diartikan
kependidikan. sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa
A. Psikologi Agama sebagai Disiplin manusia yang normal, dewasa dan
Ilmu beradab. Agama mengandung arti ikatan
Psikologi agama termasuk ilmu yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.
cabang dari filsafat. Psikologi agama Ikatan dimaksud berasal dari sesuatu
secara umum mempelajari gejala-gejala kekuatan yang lebih tinggi dari manusia
kejiwaan manusia yang berkaitan dengan sebagai kekuatan gaib yang tak dapat

51
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

ditangkap dengan pancaindera, namun dalam pendidikan Islam. Bahkan agama


mempunyai pengaruh yang besar terhadap dan keyakinan seorang anak dinilai sangat
kehidupan manusia sehari-hari. Psikologi tergantung dari keteladanan para orang tua.
agama juga mempelajari pertumbuhan dan Ternyata manusia akan sesat, bila
perkembangan jiwa agama pada seseorang, potensi keberagaman yang dimilikinya
serta faktor-faktor yang mempengaruhi tidak dibimbing ke arah yang benar. Untuk
keyakinan tersebut. Upaya untuk itu pula Tuhan mangutus Rasul-Nya.
mempelajari tingkah laku keagamaan Bimbingan kejiwaan diarahkan pada
dilakukan melalui pendekatan psikologi. pembentukan nilai-nilai imani. Sedangkan
Jadi penelaahan tersebut merupakan kajian keteladanan, pembiasaan, dan disiplin
empiris. dititikberatkan pada pembentukan nilai-
Psikologi agama hanya nilai amali. Dengan demikian kesadaran
mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi agama dan pengalaman agama dibentuk
jiwa yang memantul dan memperlihatkan melalui proses bimbingan terpadu.
diri dalam perilaku dalam kaitannya B. Perkembangan Psikologi Agama
dengan kesadaran dan pengalaman agama Untuk menetapkan secara pasti
manusia. Persoalan pokok dalam psikologi kapan psikologi agama mulai dipelajari
agama adalah kajian terhadap kesadaran memang terasa agak sulit. Baik dalam
agama dan tingkah laku agama. kitab suci, maupun sejarah tentang agama-
Pendekatan agama yang dilakukan Snouck agama tidak terungkap secara jelas.
Hurgronje terhadap para pemuka agama Permasalahan yang menjadi ruang lingkup
dalam mempertahankan politik penjajahan kajian psikologi agama banyak dijumpai
Belanda dapat dijadikan salah satu contoh baik melalui informasi kitab suci agama
kegunaan psikologi agama. maupun sejarah agama.
Pendidikan Islam erat kaitannya Berdasarkan sumber Barat, kajian
dengan psikologi agama. Bahkan agama psikologi agama mulai popular sekitar
digunakan sebagai salah satu pendekatan akhir abad ke-19. Psikologi yang semakin
dalam pelaksanaan pendidikan Islam. berkembang digunakan sebagai alat untuk
Pendekatan psikologi agama dalam kajian agama. Kajian-kajian tentang
pendidikan Islam telah dilakuka di periode psikologi agama tampaknya tidak hanya
awal perkembangan Islam itu sendiri. terbatas pada masalah-masalah yang
Fungsi dan peran kedua orang tua sebagai menyangkut kehidupan keagamaan secara
teladan terdekat kepada anak telah diakui umum, melainkan juga masalah-masalah

52
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

khusus. Kajian psikologi agama juga tidak permasalahan yang ada dengan bidang
terbatas pada agama yang ada di Barat saja kajian ini sudah berlangsung sejak awal
melainkan juga agama-agama yang ada di perkembangan Islam.
Timur. Di Indonesia tulisan mengenai Ajaran Islam juga telah
psikologi agama baru dikenal sekitar tahun menjelaskan bagaimana hubungan antara
1970-an, yaitu oleh Prof. Dr. Zakiah tingkat perkembangan anak dengan
Daradjat. perilaku agama dan kaitannya dengan
Seperti dimaklumi, bahwa kematangan seksual. Awal periode
psikologi agama tergolong cabang pubertas sudah harus mulai diwaspadai
psikologi yang berusia muda. Sejak serta diperhatikan para orang tuanya.
menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, Dengan menanamkan kesadaran agama
perkembangan psikologi agama dinilai melalui pembiasaan sejak usia dini, anak-
cukup pesat. Hal ini antara lain anak diharapkan dapat mengekang
disebabkan, selain bidang kajian psikologi dorongan seksualnya ketika mencapai usia
agama menyangkut kehidupan manusia remaja.
secara pribadi, maupun kelompok, bidang Dari berbagai sumber yang
kajiannya juga mencakup permasalahan dijumpai, tampaknya memang
yang menyangkut perkembangan usia perkembangan psikologi agama di dunia
manusia. Islam baru tampak sekitar abad ke-20.
Para ilmuwan dan agamawan yang Padahal, landasan yang telah disediakan
semula berselisih pendapat mengenai untuk pengembangan psikologi agama
psikologi agama, kini seakan menyatu termuat dalam ajaran Islam.
bahwa dalam kehidupan modern peran C. Perkembangan Jiwa Keagamaan
agama menjadi kian penting. Pendekatan pada Anak dan Remaja
psikologi agama dapat memecahkan 1. Teori Monistik, berpendapat
berbagai problema kehidupan yang bahwa yang menjadi sumber kejiwaan
dihadapi manusia sebagai makhluk yang agama adalah satu sumber kejiwaan.
memiliki nilai-nilai peradaban dan nilai Thomas van Aquino
moral. mengemukakan bahwa yang menjadi
Meskipun di kalangan Muslim sumber kejiwaan agama itu, ialah berpikir.
kajian-kajian psikologi agama mulai Manusia ber-Tuhan karena manusia
dilakukan secara khusus sekitar menggunakan kemampuan berpikirnya.
pertengahan abad ke-20, namun

53
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

Fredrick Hegel berendapat agama Cipta merupakan fungsi intelektual


adalah suatu pengetahuan yang sungguh- jiwa manusia. Melalui cipta, orang dapat
sungguh benar dan tempat kebenaran menilai, membandingkan dan memutuskan
abadi. Fredrick Schleimacher berpendapat suatu tindakan terhadap stimulant tertentu.
bahwa yang menjadi sumber keagamaan Ada yang beranggapan bahwa agama yang
itu adalah rasa ketergantungan yang ajarannya tidak sesuai dengan akal
mutlak. Manusia merasa dirinya lemah, ini merupakan agama yang kaku dan mati.
menyebabkan manusia bergantung Rasa merupakan suatu tenaga
hidupnya dengan suatu kekuasaan mutlak dalam jiwa manusia yang banyak berperan
yang berada di luar dirinya. Sehingga dalam membentuk motivasi dalam corak
timbullah konsep tentang Tuhan. tingkah laku seseorang. Untuk memberi
Sigmund Freud berpendapat unsur makna dalam kehidupan beragama
kejiwaan yang menjadi sumber kejiwaan diperlukan penghayatan yang saksama dan
agama ialah libido sexual (naluri seksual), mendalam sehingga ajaran itu tampak
berdasarkan libido ini timbullah ide hidup. Pada dasarnya adalah bukan
tentang ke-Tuhanan dan upacara anggapan bahwa pengalaman keagamaan
keagamaan. Jadi, menurut Freud agama seseorang itu dipengaruhi oleh emosi,
muncul dari ilusi (khayalan) manusia. Ia melainkan sampai berapa jauhkah peranan
bertambah yakin akan kebenaran emosi itu dalam agama.
pendapatnya itu berdasarkan kebencian Karsa merupakan fungsi eksekutif
setiap agama terhadap dosa. dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi
William Mac Dougall berpendapat mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin
bahwa memang instink khusus sebagai serta ajaran agama berdasarkan fungsi
sumber agama tidak ada. Kejiwaan agama kejiwaan. Tanpa ada peranan karsa maka
merupakan kumpulan dari beberapa agama belum tentu terwujud sesuai dengan
instink, agama timbul dari dorongan kehendak cipta atau rasa. Sejalan dengan
instink secara terintegrasi. fungsi cipta dan rasa, maka fungsi karsa
2. Teori Fakulti, berpendapat pun tidak boleh berlebih. Jika hal itu
bahwa tingkah laku manusia itu tidak terjadi, maka akan terlihat tindak
bersumber pada suatu faktor yang tunggal keagamaan yang berlebih pula.
tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara G.M. Straton mengemukakan teori
lain yang dianggap memegang peranan “konflik”. Ia mengatakan, bahwa yang
penting adalah fungsi cipta, rasa dan karsa. menjadi sumber kejiwaan agama adalah

54
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

adanya konflik dalam kejiwaan manusia. untuk mencapai kondisi dan situasi
Konflik selain dapat membawa rasa lega.
kemunduran (kerugian) tetapi ada juga 5. Kebutuhan akan rasa suksek
dalam kehidupan sehari-hari konflik yang merupakan kebutuhan manusia
membawa ke arah kemajuan, seperti yang menyebabkan ia
konflik dalam ukuran moral dan ide-ide mendambakan rasa keinginan
keagamaan dapat menimbulkan pandangan untuk dibina dalam bentuk
baru. Jika konflik telah mempengaruhi penghargaan terhadap hasil
kehidupan kejiwaan, maka manusia itu karyanya.
mencari pertolongan kepada suatu 6. Kebutuhan akan rasa ingin tahu
kekuasaan yang tertinggi (Tuhan). (mengenal) adalah kebutuhan yang
Dr. Zakiah Daradjat berpendapat, menyebabkan manusia selalu
selain dari kebutuhan jasmani dan rohani, meneliti dan menyelidiki sesuatu.
manusia pun mempunyai beberapa W.H. Thomas mengemukakan
kebutuhan akan keseimbangan dalam bahwa yang menjadi sumber kejiwaan
kehidupan jiwanya agar tidak mengalami agama adalah empat macam keinginan
tekanan, yaitu: dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
1. Kebutuhan akan rasa kasih sayang keinginan untuk keselamatan, keinginan
adalah kebutuhan yang untuk mendapat untuk mendapat
menyebabkan manusia penghargaan, keinginan untuk ditanggapi
mendambakan rasa kasih. dan keinginan akan pengetahuan atau
2. Kebutuhan rasa aman merupakan pengalaman baru. Atas keempat dasar
kebutuhan yang mendorong itulah pada umumnya manusia menganut
manusia mengharapkan adanya agama. Melalui ajaran agama yang teratur,
perlindungan. maka keempat keinginan dasar itu akan
3. Kebutuhan akan rasa harga diri tersalurkan.
adalah kebutuhan yang bersifat Sesuai dengan prinsip
individual yang mendorong pertumbuhannya, seorang anak menjadi
manusia agar dirinya dihormati dan dewasa memerlukan bimbingan sesuai
diakui oleh orang lain. dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu:
4. Kebutuhan akan rasa bebas adalah Prinsip biologis, secara fisik anak
kebutuhan yang menyebabkan yang baru dilahirkan dalam keadaan
seseorang bertindak secara bebas

55
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

lemah. Ia selalu memerlukan bantuan dari anak karena beberapa fungsi kejiwaan itu
orang-orang dewasa sekelilingnya. belum sempurna.
Prinsip tanpa daya, sejalan dengan Perkembangan agama anak-anak
belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan itu melalui beberapa fase. Menurut Ernest
psikisnya, maka anak yang baru dilahirkan Harms bahwa perkembangan agama pada
hingga menginjak dewasa selalu anak-anak melalui tiga tingkatan, yaitu:
mengharapkan bantuan dari orang tuanya. 1. The Fairy Tale Stage (Tingkat
Prinsip eksplorasi, kemantapan dan Dongeng). Tingkatan ini dimulai
kesempurnaan perkembangan potensi pada anak yang berusia 3-6 tahun.
manusia yang dibawanya sejak lahir, baik Pada tingkatan ini konsep
jasmani maupun rohani memerlukan mengenai Tuhan lebih banyak
pengembangan melalui pemeliharaan dan dipengaruhi oleh fantasi dan emosi.
latihan. Hingga dalam menanggapi agama
Ada beberapa teori mengenai pun anak masih menggunakan
pertumbuhan agama pada anak, antara konsep fantastis yang diliputi oleh
lain: dongeng-dongeng yang kurang
Rasa ketergantungan, dikemukakan masuk akal.
oleh Thomas melalui teori Four Wishes. 2. The Realistic Stage (Tingkat
Manusia dilahirkan ke dunia memiliki Kenyataan). Tingkat ini dimulai
empat keinginan yaitu: keinginan untuk sejak anak masuk sekolah dasar.
perlindungan, keinginan akan pengalaman Pada masa ini, ide ketuhanan anak
baru, keinginan untuk mendapat tanggapan sudah mencerminkan konsep yang
dan keinginan untuk dikenal. Maka sejak berdasarkan kepada kenyataan. Ini
bayi dilahirkan hidup dalam timbul melalui lembaga-lembaga
ketergantungan, melalui pengalaman- keagamaan dan pengajaran agama
pengalaman yang diterimanya dari dari orang dewasa lainnya.
lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa Perkembangan anak didasarkan
keagamaan pada diri anak. atas dorongan emosional, hingga
Instink keagamaan, menurut mereka melahirkan konsep Tuhan
Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah yang formalis.
memiliki beberapa insting keagamaan. 3. The Individual Stage (Tingkat
Belum terlihatnya keagamaan pada diri Individu). Pada tingkat ini anak
telah memiliki kepekaan emosi

56
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

yang paling tinggi sejalan dengan cenderung mendorong dirinya lebih dekat
perkembangan usia mereka. kea rah hidup yang religius pula.
Konsep keagamaan individualistis c. Pertimbangan Sosial
ini terbagi atas tiga golongan, Dalam kehidupan keagamaan mereka
yaitu: konsep ketuhanan yang timbul konflik antara pertimbangan moral
konvensional dan konservatif dan material. Karena kehidupan duniawi
dengan dipengaruhi sebagian kecil lebih dipengaruhi kepentingan akan
fantasi. Konsep ketuhanan yang materi, maka remaja cenderung bersikap
lebih murni dalam pandangan yang materialistis.
bersifat personal. Konsep d. Perkembangan Moral
ketuhanan yang bersifat Perkembangan moral bertolak dari rasa
humanistik, yaitu perubahan berdosa dan usaha untuk mencapai
tingkatan dipengaruhi oleh faktor proteksi yang juga mencakupi : taat
intern, perkembangan usia dan terhadap agama atau moral berdasarkan
faktor ekstern berupa pengaruh luar pertimbangan pribadi, mengikuti situasi
yang dialaminya. tanpa adanya kritik, merasakan adanya
4. Sejalan dengan perkembangan keraguan terhadap ajaran moral dan
jasmani dan rohaninya, maka pada agama, belum meyakini kebenaran ajaran
remaja turut dipengaruhi agama dan moral dan serta menolak dasar
perkembangan itu. Perkembangan dan hukum keagamaan serta tatanan moral
agama pada ditandai oleh beberapa masyarakat.
faktor menurut W. Starbuck: e. Sikap dan Minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah
a. Pertumbuhan Pikiran dan Mental
keagamaan boleh dikatakan sangat kecil
Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai
tergantung dari kebiasaan masa kecil serta
timbul. Selain masalah agama mereka pun
lingkungan agama yang mempengaruhi
sudah tertarik pada masalah kebudayaan,
mereka.
sosial, ekonomi dan norma-norma
f. Ibadah
kehidupan lainnya.
Pandangan remaja terhadap ajaran agama,
b. Perkembangan Perasaan
ibadah dan masalah doa hanya bermamfaat
Perasaan sosial, etis dan estesis
untuk berkomunikasi dengan Tuhan,
mendorong remaja untuk menghayati
sedangkan yang lain menganggap
perikehidupan yang terbiasa dalam
lingkungannya. Kehidupan religius akan

57
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

hanyalah merupakan media untuk moral, ekonomis dan keagamaan. Mereka


bermeditasi. telah memilih baik system nilai yang
Adapun konflik dan keraguan yang bersumber dari ajaran agama maupun yang
terjadi pada remaja ialah perkembangan bersumber dari norma-norma lain dalam
inteleknya, remaja sering dibingungkan kehidupan. Bila ia memilih nilai yang
oleh adanya perbedaan ajaran agama yang bersumber dari nilai-nilai non-agama, itu
mereka terima. Sikap kritis terhadap pun akan dipertahankan sebagai
lingkungan memang sejalan dengan pandangan hidupnya. Bahkan tak jarang
perkembangan intelektual yang sikap anti agama hingga berakibat
dialaminya. Adapun penyelesaian yang penolakan terhadap tindakan agama yang
dilakukan sangat tergantung dari dinilai mengikat dan bersifat dogmatis.
kemampuan memilih, bila rasa bersalah Sebaliknya, jika nilai-nilai agama
dan berdosa lebih dominan, biasanya dijadikan pandangan hidup, maka sikap
remaja cenderung untuk mencari jalan keberagaman akan terlihat pula dalam pola
pengampunan. Sebaliknya, bila prilaku kehidupan mereka. Sehingga, tak jarang
menyimpang dianggap benar maka akan sikap keberagaman dapat menimbulkan
mendorong mereka terbiasa dengan ketaatan yang berlebihan dan menjurus ke
pekerjaan tercela itu. Dengan demikian sikap fanatisme.
kesadaran remaja bahwa agama bukan Secara garis besar ciri-ciri
sebagai alat pemasung kreativitas dan keberagaman di usia lanjut adalah :
diharapkan remaja dapat mengenal ajaran 1. Kehidupan keagamaan pada usia
agama yang sebenarnya yaitu ajaran yang lanjut sudah mencapai tingkat
sejalan dengan fitrah manusia, universal kemantapan.
dan bertumpu pada pembentukan sikap 2. Meningkatnya kecenderungan
akhlak mulia. untuk menerima pendapat
D. Perkembangan Jiwa Keagamaan keagamaan.
pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut 3. Mulai muncul pengakuan terhadap
Saat telah menginjak usia dewasa realitas tentang kehidupan akhirat
terlihat adanya kemantapan jiwa mereka, secara lebih sungguh-sungguh.
diusia dewasa orang sudah memiliki 4. Sikap kepada kebutuhan saling
tanggung jawab serta sudah menyadari cinta antar sesame, serta sifat-sifat
makna hidup. Sekarang mereka mulai luhur.
berpikir tentang tanggung jawab sosial

58
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

5. Timbul rasa takut pada kematian benar bahwa seseorang berada di hadirat
dengan pertambahan usia Tuhan.
lanjutnya. Mistisisme dalam kajian psikologi
6. Perasaan takut pada kematian agama dilihat dari hubungan sikap dan
berdampak pada peningkatan perilaku agama dengan gejala kejiwaan
pembentukan sikap keagamaan dan yang melatarbelakanginya. Mistisisme
kepercayaan terhadap adanya menurut pandangan psikologi agama,
kehidupan akhirat. hanya terbatas pada upaya untuk
E. Kriteria Orang yang Matang mempelajari gejala-gejala kejiwaan
Beragama tertentu pada tokoh mistik tanpa harus
Secara normal, seorang yang sudah mempermasalahkan agama yang dianut.
mencapai tingkat kedewasaan akan Tujuannya ialah mendekatkan diri kepada
memiliki pula kematangan rohani, Tuhan dengan cara melakukan pensucian
berpikir, kepribadian maupun emosi. jiwa sebagai unsur spiritual(ruhaniah).
Seseorang untuk mengenali atau Unsur ruhaniah harus dibebaskan dengan
memahami nilai agama yang terletak pada cara pensucian batin agar kesucian ruh
nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai- tetap terpelihara, kebahagiaan ruhaniah
nilai dalam bersikap dan bertingkah laku merupakan puncak bagi manusia dalam
merupakan ciri kematangan beragama. pandangan kaum sufi.
Kematangan beragama terlihat dari cara F. Agama dan Kesehatan Mental
memahami, menghayati serta Gangguan mental dapat
mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama menyebabkan penyakit fisik, diantara
yang dianut dalam kehidupan sehari-hari. faktor mental yang diidentifikasi sebagai
Mistisisme dijumpai dalam semua potensial dapat menimbulkan gejala
agama, baik agama teistik maupun di tersebut adalah keyakinan agama.
kalangan mistik nonteistik. Menurut Prof. Sebagian dokter melihat bahwa penyakit
Harun Nasution, mistisisme yang dalam mental sama sekali tak ada hubungannya
Islam adalah tasawuf disebut sufisme. dengan penyembuhan medis,
Sebagaimana halnya mistisisme, tasawuf penyembuhan penderita penyakit mental
atau sufisme mempunyai tujuan dengan menggunakan pendekatan agama.
memperoleh hubungan langsung dan Agama dapat memberi dampak yang
disadari dengan Tuhan, sehingga disadari cukup berarti dalam kehidupan manusia,
termasuk kesehatan. Agama juga

59
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

menunjukkan kemampuan adaptasi dalam akan menimbulkan ketidakseimbangan


berbagai kehidupan sosial, hingga dalam kehidupan ruhani, yang dalam
perubahan-perubahan dalam struktur sosial kesehatan mental disebut kekusutan
tak jarang berakar dari pemahaman ruhani. Usaha penanggulan kekusutan
terhadap agama. ruhani dapat dilakukan oleh yang
Manusia diciptakan Allah bersangkutan dengan cara memilih norma-
diciptakan Allah mempunyai naluri norma moral, maka kekusutan mental akan
beragama yaitu agama tauhid. Mereka terselesaikan.
tidak beragama tauhid itu hanyalah G. Kepribadian dan Sikap Keagamaan
lantaran pengaruh lingkungan. Allah Istilah yang dikenal dalam
menjadikan pada diri manusia untuk kepribadian adalah: Mentality, yaitu situasi
tunduk kepada fitrah tauhid, kenyataan ini mental yang dihubungkan dengan kegiatan
telah lama dikaji oleh ilmuwan Islam di mental atau intelektual. Personality, yaitu
zaman klasik seperti al-Ghazali dan para karakteristik. Individuality, adalah sifat
kaum sufi. Psikologi agama menurut seseorang yang menyebabkan sifat berbeda
pendekatan Islam telah mengungkapkan dari orang lain. Identity, yaitu sifat
hubungan manusia dengan agama. kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-
Adapun pengaruh agama terhadap sifat mempertahankan diri terhadap
kesehatan mental ialah hubungan antara sesuatu dari luar.
kejiwaan dan agama dalam kaitannya Dalam pembagian tipe kepribadian
dengan hubungan antara agama sebagai berdasarkan psikologis Prof. Heyman
keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak mengemukakan, dalam diri manusia
pada sikap penyerahan diri pada kekuasaan terdapat tiga unsur: emosionalitas,
Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah akan aktivitas dan sekunder. Emosionalitas
memberi sikap optimis sehingga muncul merupakan unsur yang mempunyai sifat
perasaan positif seperti rasa bahagia, yang didominasi oleh emosi yang positif.
senang, puas, sukses, merasa dicintai atau Aktivitas, yaitu sifat yang dikuasai oleh
rasa aman. aktivitas gerakan. Fungsi sekunder, yaitu
Dalam kehidupan sehari-hari sifat yang didominasi oleh ketentuan
bahwa seseorang tak mampu menahan perasaan.
keinginan bagi terpenuhi kebutuhan Selain tipe dan struktur,
dirinya sehingga terjadilah pertentangan kepribadian juga memiliki semacam
(konflik) dalam batin. Pertentangan ini dinamika yang unsurnya secara aktif ikut

60
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

mempengaruhi aktivitas seseorang. Unsur kebutuhannya yang bertentangan dengan


tersebut adalah: realita yang ada.
1. Energi ruhaniah yang berfungsi H. Pengaruh Kebudayaan terhadap
sebagai pengatur aktivitas ruhaniah Jiwa Keagamaan
seperti berpikir, mengingat, Kebudayaan dalam suatu
mengamati dan sebagainya. masyarakat merupakan sistem nilai yang
2. Naluri, berfungsi sebagai pengatur dijadikan pedoman hidup, dalam bertindak
kebutuhan primer seperti makan, dan bertingkah laku maka kebudayaan
minum dan seks. Sumber naluri cenderung menjadi tradisi dalam suatu
adalah kebutuhan jasmani dan masyarakat. Hubungan tradisi keagamaan
gerak hati. Naluri mempunyai dengan kebudayaan terjalin sebagai
sumber (pendorong), maksud dan hubungan timbal balik. Makin kuat tradisi
tujuan. keagamaan dalam masyarakat akan makin
3. Ego (aku sadar), yang berfungsi terlihat peran dominan pengaruhnya dalam
untuk merendahkan ketegangan kebudayaan.
dalam diri dengan cara melakukan Penolakan terhadap pola tingkah
aktivitas penyesuaian dorongan laku, sikap dan keyakinan dalam kaitannya
yang ada dengan kenyataan dengan keagamaan juga merupakan tradisi
objektif (realitas). keagamaan. Penolakan tersebut telah
4. Super ego, yang berfungsi sebagai membentuk suatu pandangan tertentu yang
pemberi ganjaran batin baik berupa berbeda dengan pola tingkah laku, sikap
penghargaan maupun berupa maupun keyakinan suatu agama. Tradisi
hukuman. seperti ini umumnya akan dipertahankan
Dalam kaitan dengan tingkah laku dari suatu generasi ke generasi selanjutnya,
keagamaan, maka dalam kepribadian walaupun ada unsur-unsur tertentu yang
manusia sebenarnya telah diatur untuk berubah, namun masalah-masalah yang
menyelaraskan tingkah laku manusia agar dinilai prinsip masih tetap dipertahankan.
tercapai ketentraman dalam batinnya. Secara fenomena, kebudayaan
Secara fitrah manusia memang terdorong dalam era globalisasi mengarah kepada
untuk melakukan sesuatu yang baik, nilai-nilai sekular yang besar pengaruhnya
namun terkadang naluri mendorong terhadap perkembangan jiwa keagamaan,
manusia untuk segera memenuhi khususnya generasi muda. Dalam kondisi
seperti ini, manusia akan mengalami

61
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

konflik batin secara besar-besaran sebagai norma-norma dan pranata keagamaan


dampak dari ketidakseimbangan antara sebagai pedoman dan sarana kehidupan
kemampuan iptek yang menghasilkan beragama di masyarakat.
kebudayaan materi dengan kekosongan Sikap keagamaan yang
ruhani. Pada kondisi ini, manusia akan menyimpang terjadi bila sikap seseorang
mencari penenteram batin, antara lain terhadap kepercayaan dan keyakinan
agama. Bahwa di era globalisasi agama terhadap agama yang dianutnya
akan mempengaruhi jiwa manusia. mengalami perubahan. Sikap keagamaan
Sementara itu, nilai-nilai yang menyimpang sehubungan dengan
tradisional mengalami penggusuran. perubahan sikap tidak selalu berkonotasi
Manusia mengalami proses perubahan buruk. Seperti Sidharta Gautama yang
sistem nilai, bahkan mulai kehilangan meninggalkan agama Hindu kemudian
pegangan hidup yang bersumber dari menjadi pelopor lahirnya agama Budha, itu
tradisi masyarakat. Era global manusia merupakan contoh dari sikap keagamaan
mempunyai kekaguman terhadap hasil yang menyimpang yaitu yang positif.
rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi Selain itu, tak kurang pula kasus-
yang menawarkan kemudahan dan kasus negative yang bersumber dari
kenikmatan bendawi. Di pihak lain, adanya sikap keagamaan yang
manusia juga dihadapkan pada upaya menyimpang seperti kurang toleran,
untuk mempertahankan sistem nilai yang fanatisme, fundamentalis maupun sikap
mereka anut. menentang merupakan sikap keagamaan
I. Problema dan Jiwa Keagamaan yang menyimpang. Misalnya, terjadi sikap
Secara psikologis manusia sulit fanatik yang menyebabkan seseorang atau
dipisahkan dari agama, pengaruh kelompok beranggapan bahwa hanya
psikologis tercermin dalam sikap dan agama yang dipeluknya saja sebagai yang
tingkah laku keagamaan manusia baik paling benar.
dalam kehidupan individu maupun sosial. Sikap keagamaan yang
Sebagai individu pengaruh psikologi itu menyimpang maka pengaruh stimulus
membentuk keyakinan dan menampakkan yang relevan adalah segala bentuk objek
pola tingkah laku sebagai realisasi dari yang berhubungan dengan keagamaan.
keyakinan tersebut. Sedangkan dalam Misalnya saja di dalam suatu masyarakat
sosial, keyakinan dan tingkah laku muncul aliran-aliran keagamaan yang
mendorong manusia untuk melahirkan berbeda dengan tradisi keagamaan yang

62
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

berjalan. Bila ada di antara yang ikut memerlukan pemeliharaan, pengawasan


terlibat mempelajari aliran tersebut dan dan bimbingan yang serasi agar
bermamfaat bagi dirinya, mereka akan pertumbuhan dan perkembangannya dapat
menerimanya, sedangkan bagi yang berjalan dengan baik. Menurut W.H.
menganggapnya tidak bermamfaat akan Clark, bayi memerlukan persyaratan-
menolaknya. Dilihat dari sudut tradisi persyaratan tertentu pengawasan serta
keagamaan yang berlaku, sikap mereka ini pemeliharaan yang terus menerus sebagai
dapat dikelompokkan sebagai sikap latihan dasar dalam pembentukan
keagamaan yang menyimpang. kebiasaan agar ia memiliki kemungkinan
J. Pengaruh Pendidikan terhadap Jiwa untuk berkembang secara wajar dalam
Keagamaan kehidupan di masa datang.
Anak-anak sejak masa bayi hingga Pendidikan keluarga merupakan
usia sekolah memiliki lingkungan tunggal, pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa
yaitu keluarga. Kebiasaan yang dimiliki keagamaan. Melalui fungsi-fungsi jiwa
anak-anak sebagian besar terbentuk oleh yang masih sangat sederhana, agama
pendidikan keluarga. Bayi yang baru lahir terjalin dan terlibat di dalamnya.
merupakan makhluk yang tak berdaya, Selanjutnya tenaga kejiwaan ini pulalah
namun ia dibekali oleh berbagai agama itu berkembang, terlihat peran
kemampuan yang bersifat bawaan. Ada pendidikan keluarga dalam menananmkan
dua aspek kontradiktif dalam bayi, di satu jiwa keagamaan pada anak.
pihak bayi berada dalam kondisi tanpa Untuk menyelaraskan diri dengan
daya, sedangkan di pihak lain bayi perkembangan kehidupan masyarakatnya,
memiliki kemampuan berkembang. Tanpa seseorang memerlukan pendidikan. Maka
bimbingan dan pengawasan yang teratur, dibentuklah lembaga khusus yang
bayi akan kehilangan kemampuan untuk menyelenggarakan tugas-tugas
berkembang secara normal, walaupun ia kependidikan. Dengan demikian, secara
memiliki potensi untuk tumbuh dan kelembagaan maka sekolah-sekolah pada
berkembang. hakikatnya adalah merupakan lembaga
Para psikolog umumnya pendidikan yang artifisialis. Pendidikan
berpendapat, bayi yang baru lahir agama agama yang diberikan di
keadaannya lebih mendekati binatang kelembagaan pendidikan juga ikut
ketimbang manusia. Kondisi seperti itu berpengaruh dalam pembentukan jiwa
tampaknya menyebabkan manusia keagamaan anak. Fungsi sekolah dalam

63
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

kaitannya dengan pembentukan jiwa Pengaruh tersebut baik yang bersumber


keagamaan pada anak, antara lain sebagai dari dalam diri maupun yang bersumber
pelanjut pendidikan agama di lingkungan dari faktor luar.
keluarga atau membentuk jiwa keagamaan A. Faktor Intern
pada diri anak yang tidak menerima Secara garis besarnya faktor-faktor
pendidikan agama dalam keluarga. yang ikut berpengaruh terhadap
Masyarakat merupakan lapangan perkembangan jiwa keagamaan antara lain
pendidikan yang ketiga. Karena asuhan faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian
terhadap pertumbuhan anak harus dan kondisi kejiwaan seseorang.
berlangsung secara teratur dan terus- 1. Hereditas, secara garis besar
menerus, maka lingkungan masyarakat pembawa sifat turunan itu terdiri atas
akan memberi dampak dalam genotipe dan fenotipe. Genotipe
pembentukan pertumbuhan itu. Masa merupakan keseluruhan faktor bawaan
asuhan di kelembagaan pendidikan yang dapat dipengaruhi lingkungan,
(sekolah) hanya berlangsung selama waktu namun tidak jauh menyimpang dari sifat
tertentu. Sebaliknya, asuhan oleh dasar. Fenotipe adalah karakteristik
masyarakat akan berjalan seumur hidup. seseorang yang tampak dan dapat diukur
Di lingkungan masyarakat santri seperti warna mata, warna kulit ataupun
barangkali akan lebih memberi pengaruh bentuk fisik. Menurut Sigmund Freud,
bagi pembentukan jiwa keagamaan perbuatan yang tercela jika dilakukan akan
dibandingkan dengan masyarakat lain yang menimbulkan rasa bersalah, bila
memiliki ikatan yang longgar terhadap pelanggaran terhadap larangan agama
norma-norma keagamaan. Dengan maka akan timbul rasa berdosa. Dan
demikian, fungsi dan peran masyarakat perasaan seperti ini barangkali yang ikut
dalam pembentukan jiwa keagamaan akan mempengaruhi perkembangan jiwa
sangat tergantung dari seberapa jauh keagamaan seseorang sebagai unsur
masyarakat tersebut menjunjung norma- hereditas.
norma keagamaan itu sendiri. 2. Tingkat Usia, anak yang
K. Gangguan dalam Perkembangan menginjak usia berpikir kritis lebih kritis
Jiwa Keagamaan pula dalam memahami ajaran agama. Pada
Jiwa keagamaan tidak luput dari usia remaja mereka menginjak usia
berbagai gangguan yang dapat kematangan seksual, pengaruh itu pun
mempengaruhi perkembangannya. menyertai perkembangan jiwa keagamaan

64
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

mereka. Tingkat perkembangan usia dan 4. Kondisi Kejiwaan, gejala-gejala


kondisi yang dialami para remaja kejiwaan yang abnormal bersumber dari
menimbulkan konflik kejiwaan, yang saraf, kejiwaan dan kepribadian. Kondisi
cenderung mempengaruhi terjadinya kejiwaan yang disebabkan oleh gejala
konversi agama. Hubungan antara tingkat psikosis umumnya menyebabkan
usia dengan perkembangan jiwa seseorang kehilangan kontak hubungan
keagamaan tak dapat diabaikan begitu saja. dengan dengan dunia nyata. Gejala ini
Penelitian psikologi agama menunjukkan, ditemui pada penderita schizoprenia,
tingkat usia bukan merupakan satu-satunya paranoia, maniac, serta infantile autism
faktor penentu dalam perkembangan jiwa (berprilaku seperti anak-anak). Adapun
keagamaan seseorang. Yang jelas, hubungannya dengan perkembangan jiwa
kenyataan ini dapat dilihat dari adanya keagamaan ialah seorang yang mengindap
perbedaan pemahaman agama pada tingkat schizoprenia akan mengisolasi diri dari
usia yang berbeda. kehidupan sosial serta persepsinya tentang
3. Kepribadian, unsur hereditas agama akan dipengaruhi oleh berbagai
dengan pengaruh lingkunganlah yang halusinasi.
membentuk kepribadian. Ada dua unsur B. Faktor Ekstern
yang membentuk kepribadian itu Sebagai potensi, maka perlu
menyebabkan munculnya konsep tipologi adanya pengaruh yang berasal dari luar diri
dan karakter. Tipologi lebih ditekankan manusia. Pengaruh tersebut dapat berupa
kepada unsur bawaan, sedangkan karakter bimbingan, pembinaan, latihan, pendidikan
lebih ditekankan oleh pengaruh dan sebagainya, yang secara umum disebut
lingkungan. Unsur-unsur yang bersifat sosialisasi. Umumnya lingkungan tersebut
tetap berasal dari unsur bawaan, sedangkan dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) keluarga ; 2)
yang dapat berubah adalah karakter. institusi ; dan 3) masyarakat.
Kepribadian sering disebut sebagai 1. Lingkungan Keluarga, Sigmund Freud
identitas (jati diri) seseorang yang sedikit menyatakan bahwa perkembangan jiwa
banyaknya menampilkan ciri-ciri pembeda keagamaan anak dipengaruhi oleh citra
dari individu lain. Dan perbedaan ini anak terhadap bapaknya. Anak akan
diperkirakan berpengaruh terhadap cenderung mengindentifikasi sikap dan
perkembangan aspek-aspek kejiwaan tingkah laku sang bapak pada dirinya.
termasuk jiwa keagamaan. Sebagai intervensi terhadap perkembangan

65
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua dilakukan nenek moyang. Jika
diberikan beban tanggung jawab. kecenderungan taklid keagamaan
2. Lingkungan Institusional, sekolah dipengaruhi unsur emosional yang
sebagai institusi pendidikan formal ikut berlebihan, maka terbuka peluang bagi
memberi pengaruh dalam membantu pembenaran spesifik. Kondisi ini akan
perkembangan kepribadian anak. Secara menjurus kepada fanatisme. Sifat ini
umum tersirat unsur-unsur yang menopang dibedakan dari ketaatan. Sebab, ketaatan
pembentukan seperti ketekunan, disiplin, merupakan upaya untuk menampilkan
kejujuran, simpati, sosiabilitas, toleransi, arahan dalam menghayati dan
keteladanan, sabar dan keadilan. mengamalkan ajaran agama.
Perlakuan dan pembiasaan bagi
pembentukan sifat-sifat seperti itu
L. Agama dan Pengaruhnya dalam
umumnya menjadi bagian dari program
Kehidupan
pendidikan di sekolah.
Agama dapat membangkitkan
3. Lingkungan Masyarakat,
kebahagiaan batin yang paling sempurna,
meskipun tampaknya longgar, namun
dan juga perasaan takut dan ngeri.
kehidupan bermasyarakat dibatasi oleh
Meskipun perhatian tertuju kepada adanya
berbagai norma dan nilai-nilai yang
suatu dunia yang tak dapat dilihat
didukung warganya. Dengan demikian,
(akhirat), namun agama melibatkan dirinya
kehidupan bermasyarakat memiliki suatu
dalam masalah-masalah kehidupan sehari-
tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi
hari.
bersama. Lingkungan masyarakat yang
Agama dalam kehidupan individu
memiliki tradisi keagamaan yang kuat
berfungsi sebagai sistem nilai yang
akan berpengaruh positif bagi
memuat norma-norma tertentu. Secara
perkembangan jiwa keagamaan anak,
umum norma-norma tersebut menjadi
sebab kehidupan keagamaan terkondisi
kerangka acuan dalam bersikap dan
dalam tatanan nilai maupun institusi
bertingkah laku agar sejalan dengan
keagamaan, dan akan berpengaruh dalam
keyakinan agama yang dianutnya. Nilai
pembentukan jiwa keagamaan warganya.
menjadi penting dalam kehidupan
C. Fanatisme dan Ketaatan
seseorang, sehigga tidak jarang pada
David Riesman melihat tradisi
tingkat tertentu orang siap untuk
cultural sering dijadikan penentu di mana
mengorbankan hidup mereka demi
seseorang harus melakukan apa yang telah
mempertahankan nilai.

66
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

Agama berpengaruh sebagai praindustri yang sedang berkembang.


motivasi dalam mendorong individu untuk Dalam tipe ini organisasi keagamaan
melakukan suatu aktivitas, karena merupakan organisasi formal yang
perbuatan yang dilakukan dengan latar mempunyai tenaga professional tersendiri.
belakang keyakinan agama dinilai Tipe ketiga adalah masyarakat industri
mempunyai unsur kesucian serta ketaatan. sekuler. Dalam tipe ini organisasi
Sebaliknya agama juga sebagai pemberi keagamaan terpecah-pecah dan bersifat
harapan bagi pelakunya. Seseorang yang majemuk, ikatan antara organisasi
melaksanakan perintah agama umumnya keagamaan dan pemerintah duniawi tidak
karena adanya suatu harapan terhadap ada sama sekali. Agama cenderung
pengampunan atau kasih sayang dari berkaitan dengan akhirat, sedangkan
sesuatu yang gaib (supernatural). pemerintah berhubungan dengan
Pada dasarnya masyarakat kehidupan duniawi.
terbentuk dari adanya solidaritas dan Dalam lain hal agama juga
konsensus. Solidaritas menjadi dasar merupakan aset yang potensial dalam
terbentuknya organisasi dalam masyarakat, pembangunan. Max Weber misalnya
sedangkan konsensus merupakan melihat kemajuan ekonomi liberal Eropa
persetujuan bersama terhadap nilai-nilai dan Negara Barat, didukung oleh etika dari
dan norma-norma yang memberikan arah ajaran agama Protestan. Begitu juga
dan makna bagi kehidupan kelompok. dengan Jepang, kemajuan yang diperoleh
Agama memberi pengaruh dalam dinilai erat kaitannya dengan nilai-nilai
menyatukan masyarakat, sebaliknya agama ajaran agama Shinto yang berisikan
juga dapat menjadi pemecah, jika Bushido, yaitu ketundukan kepada
solidaritas dan konsensus melemah dan pemimpin.
mengendur.
Elizabeth K. Nottingham membagi M. Tingkah Laku Keagamaan yang
masyarakat menjadi tiga tipe. Tipe Menyimpang
pertama adalah masyarakat yang Penyimpangan tingkah laku dalam
terbelakang dan memiliki nilai-nilai sakral. kehidupan banyak terjadi, sehingga sering
Dalam tipe ini setiap anggota masyarakat menimbulkan keresahan masyarakat.
menganut agama yang sama; oleh karena Norma keagamaan merupakan salah satu
itu keanggotaan dalam masyarakat adalah bentuk norma yang menjadi tolak ukur
sama. Tipe kedua adalah masyarakat tingkah laku keagamaan seseorang,

67
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

kelompok atau masyarakat. Menurut sekaligus berpotensi untuk memecah


Kasmiran, norma itu dapat digolongkan belah. Agama sebagai keyakinan memang
mejadi dua jenis, yaitu tradisional dan menyangkut kehidupan batin seseorang
norma formal. yang berhubungan dengan sistem nilai.
Tradisi merupakan norma yang Nilai merupakan realitas abstrak, yang
proses perkembangannya berlangsung dirasakan dalam diri masing-masing
secara otomatis. Karena prosesnya cukup sebagai pendorong atau prinsip-prinsip
lama, sehingga sering tidak diketahui suatu yang menjadi pedoman dalam hidup.
perbuatan dilakukan pada waktu tertentu Adapun sistem nilai yang dianggap paling
yang diyakini kebenarannya. Norma yang tinggi adalah nilai-nilai agama yang
dalam tradisi ini tidak lagi bersifat rasional ajarannya bersumber dari Tuhan. Maka tak
melainkan bersifat tradisional dogmatik mengherankan bila agama sering dijadikan
dan supernatural. Sedangkan norma formal “alat pemicu” yang paling potensial untuk
sumbernya dapat berupa undang-undang, melahirkan suatu konflik.
peraturan ataupun kebijaksanaan formil Pada dasarnya, konflik agama
dari pengusaha masyarakat yang materinya dapat digolongkan sebagai bentuk prilaku
merupakan tolok ukur salah benarnya keagamaan yang menyimpang. Sebab
tingkah laku dalam kehidupan masyarakat. ajaran agama yang bersumber dari Tuhan,
A. Aliran Klenik sarat akan nilai-nilai luhur yang misi
Klenik dapat diartikan sebagai utamanya ditujukan pada kasih sayang,
segala sesuatu yang berhubungan dengan kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan
kepercayaan akan hal-hal yang seluruh makhluk.
mengandung rahasia dan tidak masuk akal. Konflik agama sebagai prilaku
Bagi penganut agama masalah yang keagamaan yang menyimpang, dapat
berkaitan dengan hal-hal yang gaib terjadi karena adanya “pemasungan” nilai-
umumnya diterima sebagai bentuk nilai ajaran agama itu sendiri. Adapun
keyakinan yang lebih bersifat emosional, sebab dan pengaruh yang
ketimbang rasional. Karena itu tak jarang melatarbelakanginya adalah: pengetahuan
dimanipulasi dalam bentuk kemasan yang agama yang dangkal, tidak semua
dihubungkan dengan kepentingan tertentu. penganut agama dapat menyerap secara
B. Konflik Agama utuh ajaran agamanya. Secara psikologis,
Agama memiliki potensi ganda, masyarakat awam cenderung
yaitu sebagai unsur pemersatu dan mendahulukan emosi dan nalar. Kondisi

68
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

demikian, memberi peluang masuknya terkadang penyalahgunaan dari simbol-


pengaruh-pengaruh negatif dari luar yang simbol dapat menimbulkan anggapan
mengatasnamakan agama. sebagai bentuk “pelecehan” terhadap
Fanatisme, dalam kehidupan agama oleh pemeluknya. Semua itu akan
masyarakat beragama, ketaatan beragama menimbulkan kerawanan dan berpeluang
cenderung dipahami sebagai menyulut konflik agama.
“pembenaran” yang berlebihan. Tokoh agama, memiliki peran
Pemahaman ini akan membawa kepada sentral dalam masyarakatnya, ia dianggap
sikap fanatisme, hingga menganggap menempati kedudukan yang tinggi dan
hanya agama yang dianutnyalah sebagai dihormati oleh masyarakat pendukungnya.
yang paling benar. Sudut pandang yang Perkataannya dengan masalah agama
seperti ini cenderung akan melahirkan dinilai sebagai fatwa yang harus ditaati.
kritik atau penyalahan terhadap penganut Bila terjadi konflik sosial, tidak jarang
agama lain. para tokoh agama ikut terpengaruh, maka
Agama sebagai doktrin, dikhawatirkan para tokoh agama akan ikut
pemahaman demikian menjadikan agama terlibat dalam konflik.
sebagai ajaran yang kaku. Muatan ajaran Sejarah, latar belakang sejarah
agama menjadi sempit hanya berkisar pada agama umumnya menyimpan kasus-kasus
masalah iman-kafir, pahala-dosa, halal- tertentu. Peristiwa-peristiwa tak jarang
haram, dan sorga dan neraka. Pemahaman pula diungkit dan dihidupkan kembali di
seperti ini akan menjurus pada munculnya masa-masa berikutnya. Dalam kasus
kelompok-kelompok ekstrem, kondisi sosial, kadang-kadang muatan sejarah
seperti ini akan mengurangi sikap toleran keagamaan ini lagi-lagi dimunculkan,
yang dapat mengganggu hubungan hingga dapat menyulut terjadinya konflik.
antarsesama umat beragama. Sejarah masa lalu dapat mengobarkan
Simbol-simbol, selain agama semangat “balas dendam” antar penganut
merupakan keyakinan, agama juga agama yang berbeda.
mengandung simbol-simbol yang oleh C. Terorisme dan Agama
penganutnya dinilai sebagai sesuatu yang Merujuk tujuan yang menjadi
suci yang perlu dipertahankan. Oleh target adalah politik, sebenarnya terorisme
karena itu, pemahaman dan penghargaan sama sekali tidak terkait dengan agama.
terhadap unsur dan simbol-simbol Namun, akhir-akhir ini mulai berkembang
keagamaan menjadi sangat penting. Sebab suara bernada “miring” untuk mengaitkan

69
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

terorisme dengan gerakan keagamaan. politik dengan cara keras dan drastis.
Silang pendapat mengenai terorisme Seperti halnya fundamentalisme, maka
tampaknya memang sulit untuk radikalisme juga dianggap sebagai gerakan
dihindarkan, karena berbagai tuduhan yang yang ekstremisme dan eksklusivisme.
dialamatkan seakan sudah terbakukan Gerakan yang dilatarbelakanginya menjadi
dalam persepsi masing-masing. Titik awal cocok untuk dikaitkan dengan terorisme.
dari terorisme sering dikaitkan dengan Radikalisme sebagai paham atau aliran,
fundamentalisme, khususnya Islam. sebenarnya berpeluang muncul dalam
Pemerintah-pemerintah di negara-negara berbagai kehidupan. Radikalisme pada
Muslim maupun oleh Barat dasarnya merupakan gerakan pendobrak
“fundamentalisme Islam”, makin terhadap kondisi yang mapan, karena
diidentifikasi sebagai ancaman. didorong oleh keinginan untuk
1. Fundamentalisme menciptakan suatu kondisi baru yang
Fundamentalisme tidak hanya diingini dengan cara yang cepat. Dengan
terkait dengan masalah keagamaan semata. demikian, radikalisme tidak selalu
Dalam masing-masing budaya, berkonotasi negatif. Bila kondisi baru
fundamentalisme menyatakan perang tercipta dan bermamfaat bagi peningkatan
terhadap modernisme dan tradisionalisme, peradaban dan kehidupan manusia,
mengupayakan pengembalian identitas barangkali radikalisme dapat diterima.
yang benar dari budaya tradisional yang Sebaliknya, bila gerakan tersebut
berada dalam keterpurukan, dengan menimbulkan malapetaka, maka
membangkitkan kembali dengan cara radikalisme akan mendatangkan kecaman.
mengambil alih kekuasaan politik dan D. Mitos-mitos Keagamaan
supremasi absolut. Dalam agama, Ajaran agama sebenarnya berisi
fundamentalisme merupakan usaha yang nilai-nilai luhur. Namun demikian, nilai-
menghendaki agar kembali ke kepercayaan nilai tersebut dipasung oleh tokoh atau
dasar suatu agama. Fundamentalisme kelompok tertentu dan diformulasikan ke
kerap disejajarkan dengan aktivitas politik, dalam mitos. Pikiran mitologis cenderung
ekstremisme, fanatisme, terorisme dan anti-sejarah dan antiperadaban
anti-Amerikanisme. modern. Pemikiran mitologis ini muncul
2. Radikalisme dalam dua bentuk paradoksal. Pertama,
Yaitu paham atau aliran yang radikalisme-eskapis, berusaha melepaskan
menghendaki pembaruan sosial atau kehidupan dunia, hidup bertapa,

70
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

membebaskan diri dari berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan


kenikmatan dunia. Kedua, radikalisme- teknologi.
teologis, membangun komunitas eksklusif 1. Pemahaman yang Keliru
sebagai saburo sakai tidak disambut Secara redaksional materi ajaran
sebagai layaknya seorang pahlawan. termuat dalam kitab suci dan Risalah Rasul
Mitos agama akan menjadi yang harus dimaknakan dengan pesan
dagangan laris untuk menggerakkan para maupun pedoman yang termuat di dalam
pendukungnya melakukan tindakan teror. perintah-Nya. Namun, mengingat kurun
Timbulnya gerakan ini mungkin dapat waktu penyampaian langsung ajaran
diantisipasi dengan mengaitkan tersebut hanya diterima oleh umat
pendidikan. Penganut agama yang terdahulu atau generasi awal, maka
memiliki tingkat pendidikan yang generasi selanjutnya harus puas menerima
memadai akan mampu menjaga diri dari ajaran melalui perantara tokoh dan
pengaruh negatif yang dilatarbelakangi agamawan.
mitos keagamaan. Sebagai manusia biasa, para
E. Fatalisme agamawan memiliki latar belakang sosio-
Umumnya nilai-nilai ajaran agama kultural, tingkat pendidikan, maupun
sering “dimanipulasi” hingga melahirkan kapasitas berbeda. Dalam kondisi seperti
masyarakat yang fatalis. Mereka itu terbuka peluang timbulnya “salah
dibiasakan untuk menerima keadaan tafsir” dalam memahami pesan kitab suci
sebagai “gambaran nasib” yang sudah maupun risalah rasul.
ditentukan dari “atas”. Sebuah ketentuan 2. Otoritas Agamawan
dan takdir Tuhan yang tak perlu Dalam komunitas agama selalu ada
dipermasalahkan. Sikap pasrah yang pemimpin agama atau agamawan yang jadi
mengarah kepada fatalisme dapat panutan masyarakat pemeluknya.
dikategorikan sebagai tingkah laku Umumnya ketokohan dari si pemimpin
keagamaan yang menyimpang. Sikap agama itu lebih ditentukan oleh kuantitas
seperti ini setidaknya mengabaikan fungsi pendukungnya. Tanpa disadari, ikut
dan peran akal secara normal. Agama memberi pengaruh psikologis terhadap ego
menempatkan akal pada kedudukan yang pemuka agama. Popularitas yang dicapai
tinggi, dengan akal manusia mampu sering dianggap sebagai sukses diri pribadi
membangun peradaban melalui ini harus senantiasa dipertahankan. Salah
satu kiat mempertahankan status quo ini

71
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam

adalah dengan meningkatkan kepercayaan


penuh para pengikut dengan
menghilangkan sikap kritis mereka.
Dengan menumbuhkan otoritas diri sang
pemimpin, dan bahkan kalau perlu sampai
pada tingkat menciptakan kepatuhan
puncak dikalangan para pengikutnya.
Ajaran agama dijadikan alat untuk
“menyihir” pengikutnya, kata-kata yang
dikeluarkan harus dianggap sebagai fatwa
yang bila dilanggar akan berakibat buruk.
Pemimpin agama ini berusaha
menciptakan situasi psikologis
pengikutnya melalui otoritas keagamaan
yang ia miliki, hingga mempengaruhi
terbentuknya sikap penurut.

72
Volume III. No. 01. Januari – Juni 2018M/1439H

Anda mungkin juga menyukai