Anda di halaman 1dari 4

NAMA : PENI WIDIANTI NUGRAHA MULIA

KELAS : PAI A 6

NPM : 10030118032

TUGAS 1 : PSIKOLOGI KEHIDUPAN BERAGAMA

RESUME :

BAB 1

Pengertian, Urgensi, Objek Kajian, dan Metode Penelitian Psikologi Agama

A. Pengertian Psikologi Agama


Ketika mengkaji psikologi agama, seseorang dihadapkan pada dua kata, yakni “psikologi”
dan “agama”. Kedua kata tersebut memiliki pengertian dan penggunaan yang berbeda,
meskipun keduanya memiliki aspek kajian yang sama yaitu aspek batin manusia.
Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia
yang normal, dewasa, dan beradab. Sementara itu, Robert H. Thouless mendefinisikan
psikologi secara umum sebagai ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia.
Masih banyak lagi definisi psikologi lainnya yang dikemukakan oleh para ahli. Namun,
dari berbagai definisi yang dikemukakan tersebut, secara umum dapat diintisarikan bahwa
psikologi adalah sebuah ilmu yang meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku
manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang berada di belakangnya.
Harun Nasution menurut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi
(relegere, religare) dan agama. Al-din (Semit) berarti undang-undang arti menguasai,
menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Adapun dari kata religi (Latin) atau
(relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian, religare berarti mengikat.
Adapun kata agama terdiri dari a = tak; gam = pergi mengandung arti tak pergi, tetap di
tempat atau diwarisi turun-temurun.
Bertitik tolak dari pengertian kata-kata tersebut, menurut Harun Nasution, intisarinya
adalah ikatan. Karena itu, agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindra, namun
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Secara
definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-
perbuatan manusia.

Psikologi agama, menurut Zakiah Daradjat adalah ilmu yang mempelajari kesadaran
agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindak agama orang
itu dalam hidupnya. Sementara Thouless menyatakan bahwa persoalan pokok dalam
psikologi agama adalah kajian terhadap kesadaran agama dan tingkah laku agama, atau
kajian terhadap tingkah laku agama dan kesadaran agama.
Psikologi agama, dengan demikian, merupakan cabang psikologi yang meneliti dan
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap
agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.

B. Urgensi Psikologi Agama


Sebagaimana telah diketahui bahwa psikologi agama sebagai salah satu cabang dari
psikologi merupakan ilmu terapan. Psikologi agama, sejalan dengan ruang lingkup
kajiannya, telah banyak memberi sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan
manusia dalam kaitannya dengan agama yang dianutnya.
Hasil kajian psikologi agama ternyata dapat dimanfaatkan dalam berbagai lapangan
kehidupan, seperti dalam bidang Pendidikan, psikoterapi, dan mungkin pula dalam
lapangan lain dalam kehidupan. Bahkan, sejak lama, pemerintah kolonial Belanda
memanfaatkan hasil kajian psikologi agama untuk kepentingan politik.
Di bidang industry, psikologi agama juga dapat dimanfaatkan. Sekitar tahun 1950-an,
diperusahaan minyak Stanvac (Plaju dan Sungai Gerong) diselenggarakan ceramah
agama Islam untuk para buruhnya. Para penceramah adalah para pemuka agama
setempat. Kegiatan berkala ini diselenggarakan atas dasar asumsi bahwa ajaran agama
mengandung nilai-nilai moral yang dapat menyadarkan para buruh dari perbuatan yang
tak terpuji dan merugikan perusahaan.
C. Objek Kajian Psikologi Agama
Perlu diketahui, meskipun ada kata-kata agama dan objek kajian disiplin ilmu ini, yang
biasanya berhubungan dengan Allah atau lebih umum diistilahkan “Nan Illahi”, yakni
segala sesuatu yang bersifat Allah atau dewa dan juga lingkungan keduanya, objek kajian
psikologi agama bukanlah Allah itu sendiri atau lingkungan-Nya, melainkan manusia dan
lingkungannya, yakni manusia yang beragama.
Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki objek kajian tersendiri
yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah agama lainnya. Sebagai
contoh, dalam tujuannya, psikologi agama, seperti pernyataan Robert H. Thouless,
memusatkan kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok atau
masyarakat. Kajiannya terpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan
menggunakan pendekatan psikologi.
Oleh karena itu, menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup lapangan kajian psikologi
agama meliputi :
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai
kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tenteram sehabis
shalat; rasa lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci;
perasaan tenang, pasrah, dan menyerah setelah berzikir; dan ingat kepada Allah ketika
mengalami kesedihan dan kekecewaan.
2. Bagaimana pengalaman dan perasaan seseorang secara individual terhadap Tuhannya,
mislanya rasa tentram dan kelegaan batin.
3. Mempelajari, meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup
sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.

D. Metode Penelitian Psikologi Agama


Sebagai disiplin ilmu yang otonom dan empiris, psikologi agama juga memiliki metode
penelitian ilmiahnya melalui kajian terhadap fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul
dan dianalisis secara objektif. Dalam menerangkan data-datanya, psikologi tak boleh
melampaui batas bidang pengalaman dalam arti yang luas sehingga tak bisa untuk
menunjuk yang dpelajarinya. Sebab, jika tak demikian, penyelidikannya menjadi
menyimpang dari ranah psikologi ke ranah teologis atau filosofis.
Oleh karena itu, dalam penelitian psikologi agama, menurut Zimbardo, perlu diperhatikan
antara lain :
1. Kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran batin manusia.
2. Keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat dibuktikan secara empiris.
3. Dalam penelitian harus bersikap filosofis spiritualistis.

Dalam meneliti ilmu jiwa agama sejumlah metode dapat digunakan, antara lain sebagai
berikut.

1. Dokumen Pribadi (Personal Document)


Metode ini digunakan untuk mempelajari bagaimana pengalaman dan kehidupan batin
seseorang dalam keberagamaannya. Cara yang dapat ditempuh oleh peneliti adalah
mengumpulkan dokumen pribadi orang per orang, baik dalam bentuk otobiografi,
biografi, tulisan, ataupun catatan-catatan yang dibuatnya.
2. Kuesioner dan Wawancara
Metode kuesioner maupun wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan
informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden.
Metode ini dinilai memiliki beberapa kelebihan, antara lain: memberi kemungkinan
untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera, dan hasilnya dapat dijadikan
dokumen pribadi tentang seseorang, serta dapat pula dijadikan data nomotatik.
3. Tes (Test)
Tes digunakan untuk mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam kondisi
tertentu. Untuk memperoleh gambaran yang diinginkan, biasanya diperlukan bentuk
tes yang sudah disusun secara sistematis.
4. Eksperimen
Teknik eksperimen digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan
seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja dibuat. Teknik ini sering digunakan
oleh J.B. Cock dalam melakukan penelitiannya.
5. Observasi melalui Pendekatan Sosiologi dan Antropologi
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sosiologi dengan mempelajari
sifat-sifat manusiawi orang per orang atau kelompk.

Anda mungkin juga menyukai