Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317064457

Agama, spiritualitas, dan Psikoterapi: Tinjauan Berbagai Paradigma

Technical Report · March 2012


DOI: 10.13140/RG.2.2.26319.89765

CITATIONS READS

0 1,020

1 author:

Ahmad Rusdi
Universitas Islam Indonesia
14 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kibr (Arrogance) in Islamic Psychology and Its Measurement View project

Developing Taṭmainn al-Qulūb Scale View project

All content following this page was uploaded by Ahmad Rusdi on 23 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

AGAMA, SPIRITUALITAS, DAN PSIKOTERAPI:


Tinjauan Berbagai Paradigma

Ahmad Rusdi

ABSTRAK
Makalah ini ingin membandingkan beberapa metodologi yang dipakai untuk meneliti
spiritualitas dan kaitannya dengan kecemasan dan psikoterapi. Beberapa pendekatan
dari berbagai madzhab psikologi (psikoanalisa, behaviorisme, humanisme, dan
neurosains) dipaparkan dalam makalah ini. Pendekatan dan metodologi dari madzhab-
madzhab terlalu reduksionistik dalam memandang agama dan spiritualitas, padahal
agama dan spiritualitas memiliki lingkup yang sangat luas dan sangat kontekstual.
Sebuah paradigma baru yaitu multilevel interdisciplint paradigm telah diperkenalkan
oleh Emmons dan Paloutzian sebagai suatu bentuk pendekatan psikologi agama yang
memandang agama dan spiritualitas secara holistik. Menurut peneliti, pendekatan ini
merupakan pendekatan yang paling cocok untuk meneliti hubungan antara
spiritualitas, kecemasan, dan psikoterapi.

Latar Belakang merupakan sebuah coping yang dapat


Tiga puluh tahun tahun mengatasi berbagai macam penyakit.2
belakangan ini kajian psikologi agama Isu tentang agama, spiritualitas,
mengalami peningkatan yang cukup dan kesehatan mental hampir menjadi
pesat. Hal ini disebabkan karena kajian di setiap pembahasan psikologi
fenomena psikospiritual adalah agama. Begitu banyak hasil penelitian
fenomena yang memiliki efek pada yang berusaha untuk mencari kaitan
psikologis manusia yang tidak bisa antara variabel-variabel tersebut.3 Hal
diabaikan oleh kajian psikologi.
Perbedaan fitur keagamaan ternyata 2
Judy Kaye & Senthil Kumar
banyak memberikan dampak pada Raghavan, “Spirituality in Disability and
psikologis dan perilaku. Dan cukup Illness,” Journal of Religion and Health, Vol.
lama kajian ini mengalami kesulitan 41, No. 3, Fall (2002): 231.
3
Beberapa penelitian yang
dalam hal metodologi.1 Sebagaimana menjelaskan hal ini antara lain Elizabeth D.
penelitian yang dilakukan oleh Judy Smith, Michael E. Stefanek, Mary Vincentia
Kaye dan Senthil Kumar Raghavan Joseph, Mary Jeanne Verdieck, James R.
yang menjelaskan bahwa semakin Zabora, John H. Fetting, ”Spiritual
banyaknya literatur yang mengkaji Awareness, Personal Perspective on Death,
and Psychosocial Distress Among Cancer
spiritualitas karena sebenarnya ada
Patients,” Journal of Psychosocial Oncology,
interaksi yang nyata antara pikirian, Vol 11, Issue. 3 March (1994): 89-103.
tubuh, dan spiritual (mind-body-spirit). Kemudian Razali, Hasanah, Aminah,
Kebanyakan literatur menunjukkan Subramania, “Religious„Sociocultural
bahwa spiritualitas sebenarnya Psychotherapy in Patients with Anxiety and
Depresion,” Australian and New Zealand
Journal of Psychiatry, Vol. 32, No. 6 (1998):
1
Everett L. Worthington and Others, 867-872. Lalu Christopher Alan Lewis and
“Empirical Research on Religion and Stephen Joseph, “Religiosity: Psychoticism
Psychotherapeutic Processes and Outcomes: A and Obsessionality in Northern Irish
10-Year Review and Research Prospectus,” University Students,” Journal of Personality
Psychological Bulletin, Vol 119(3), May and Individual Differences , Vol. 17, Issue (5
(1996): 448-487. November 1994): 685-687. Dan sangat bangat

1
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

ini menunjukkan agama telah menjadi meneliti keagamaan apalagi


bagian penting dalam kajian psikologi. spiritualitas. Maka muncul lah
Sekalipun belum ada pendekatan yang berbagai pendekatan psikologi yang
benar-benar established dalam sangat baru dalam memandang agama
penelitian psikologi agama namun dalam sisi psikologis, sehingga seakan-
ilmuan yang tertarik dengan isu akan pendekatan lama tidak digunakan
psikologi agama terus lagi dalam melihat keagamaan dan
mengembangkan metodologi untuk spiritualitas manusia.
menjelaskan fenomena keberagamaan Berikut ini peneliti akan
dan spiritualitas manusia yang menjelaskan bagaimana perbandingan
sebelumnya dipandang cendrung paradigma madzhab-madzhab
pesimistik oleh madzhab-madzhab psikologi dalam memandang agama
psikologi klasik. Berbagai pendekatan dan spiritualitas, sehingga dari
psikologi mulai diadaptasi, seperti pemaparan tersebut diharapkan dapat
pendekatan psikometrik (measurement diketahui manakah paradigma yang
paradigm), pendekatan paling sesuai untuk meneliti
psikososiologis, bahkan pendekatan fenomenan spiritualitas yang terkait
neurologis, dan yang terakhir dengan psikoterapi dan psikopatologi.
berkembang adalah pendekatan
multilevel interdisciplint paradigm Metode Penelitian dengan
yang dikembangkan oleh dua orang Pendekatan Psikoanalisa
pakar psikologi agama yaitu Emmons Psikonalisa menganggap bahwa
dan Paloutzian. seluruh perilaku berawal dari
Dengan demikian psikologi dorongan-dorongan primitif yang
saat ini memiliki cara pandang yang disebut dengan insting. Insting adalah
sangat berbeda dari empat madzhab elemen dasar bagi kepribadian
besar psikologi. Dahulu agama seseorang, sebuah motivasi yang dapat
bukanlah menjadi kajian yang penting mempengaruhi perilaku secara
dalam psikologi, namun saat ini agama langsung. Dalam bahasa Jerman ini
secara spesifik dibahas dengan disebut Trieb. Dorongan ini merupakan
berbagai macam pendekatan psikologi. energi yang bertransformasi menjadi
Di sinilah permasalah metodologis kebutuhan tubuh yang berkombinasi
muncul,psikologi sebagai suatu ilmu dengan harapan pikiran (mind wishes).
yang berdiri dengan menolak Dalam konsep kepribadian
keyakinan agama namun saat ini harus psikoanalisa dorongan ini disebut
menghadapi realitas keagamaan dengan Id. Namun dorongan ini tidak
manusia yang tidak bisa dipungkiri lagi bisa dimunculkan begitus saja di dalam
harus mengkaji agama tersebut pada kesadaran, karena banyak dorongan
aspek psikologis, metodologi yang insting yang berlawanan dengan
telah didirikan oleh madzhab-madzhab norma-norma masyarakat, maka
psikologi tidak dapat memberikan manusia harus menekan dorongan ini,
kemungkinan yang cukup untuk keyakinan akan norma ini disebut
dengan superego. Karena itu perilaku
penelitian lain yang menjelaskan isu ini. yang muncul ke alam sadar (ego)
Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa adalah perilaku yang telah
keberagamaan berdampak negatif terhadap
kesehatan mental dan beberapa penelitian juga
tersublimasi. Sekalipun pada dasarnya
menjelaskan bahwa keberagamaan berdampak
positif terhadap kesehatan mental. Yang jelas
adanya perdebatan ini menunjukkan agama
sudah menjadi kajian yang penting dalam
psikologi.

2
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

dorongan tersebut adalah dorongan dasar manusia tidak bisa terpenuhi dan
isntingtif.4 terwujud di alam kesadaran. Pada
Mengenai perilaku kondisi ini manusia akan melakukan
keberagamaan, Freud (1856-1939) sistem pertahanan diri yang dikenal
telah banyak menjelaskan perilaku ini dengan istilah self defence mechanism.
dalam bukunya yang berjudul The Salah satu bentuk pertahanan diri
Future of an Illusion. Dalam buku ini adalah dengan menciptakan proyeksi
dijelaskan bahwa perilaku beragama Tuhan agar senantiasa menolongnya.7
sesungguhnya hanya seperti gangguan Sampai penjelasan di sini tentunya
ilusi. Menurut Freud, antara manusia agama memiliki peranan positif. Tetapi
dan Tuhan hanya dianggap seakan- menurut Freud, perilaku beragama
akan hubungan anak dan ayah. Dalam yang berulang-ulang dianggap sebagai
hal ini Freud menyebutnya The Exlated gangguang obsessive-compulsive
Father atau ayah yang agung.5 disorder. Karena perilaku beragama
Kebutuhan manusia akan beragama seperti berdoa, beribadah, membaca
sebenarnya berakar dari kebutuhan kitab, dan lain-lain merupakan perilaku
manusia akan sosok ayah. Karena untuk mengurangi kecemasan.
manusia memiliki banyak kelemahan Bahkan Greg Dewar dalam
dan membutuhkan banyak pertolongan. artikelnya yang mengomentari
Tekanan hidup yang sangat berat yang fenomena keagamaan meurut Freud
dialami manusia, pertanyaan- menjelaskan bahwa bisikan nurhani
pertanyaan yang tidak sanggup (conscience) sebenarnya adalah hasil
terjawab, dan tekanan-tekanan lain dari konflik antara Id dan superego.
sehingga manusia membutuhkan sosok Bisikan hati nurhani adalah hasil dari
pelindung dan penolong seperti ayah konflik yang disebabkan oleh superego
(father complex) yaitu Tuhan yang sehingga memunculkan rasa bersalah
dibuat oleh proyeksi manusia itu “guilt-conscience” yang sangat kuat.
sendiri.6 Dengan kata lain, paradigma
Menurut psikoanalisa, psikoanalisa tentang agama cendrung
kecemasan terjadi ketika kebutuhan pesimistik, penelitian yang ingin
mengkaitkan secara positif antara
4
Penjelasan lebih lengkap mengenai agama dan psikoterapi tentunya tidak
struktur kepribadian menurut Psikoanalisa tepat dengan paradigma ini.8 Adapun
lihat, Duane P. Schultz & Sydney Ellen Hans Küng menjelaskan bahwa Freud
Schultz, Theories of Personality (Belmont:
Thomson Wadsworth, 2005), 45-83.
menganggap agama adalah musuh dan
5
Menurut Schultz & Schultz, banyak agama merupakan suatu ilmu yang
teori Freud yang merefleksikan pengalaman merugikan.9
masa kecilnya. Sigmund Freud yang lahir di Alat ukur yang berkembang di
Freiburg pada tahun 1856merupakan seorang kalangan psikoanalisa tentunya hanya
anak dari ayah yang gagal dalam bisnis. Ayah
menjelaskan bagaimana dinamika
Freud sangat tegas dan otoriter. Freud
menganggap ayahnya adalah orang yang tekanan Id, sistem pertahanan diri, dan
superior. Namun sebaliknya, Ibunya Freud
7
memiliki sifat yang lebih lembut, perhatian, Sigmund Freud, The Future of an
dan memberikan cinta. Pengalaman inilah Illusion (New York: Norton Company, 1961),
yang nantinya menjadi teori oedipus-complex 20-30.
8
yang dikeluarkan Freud. Lihat, Duane P. Greg Dewar, “A Level Philosophy
Schultz & Sydney Ellen Schultz, Theories of and Ethics Notes Conscience – Freud”
Personality (Belmont: Thomson Wadsworth, diterbitkan oleh www.fineprint.com.
9
2005), 46. Hans Küng, Freud and The Problem
6
Mengenai agama sebagai ilusi, lihat of God (Washington: The Wilson Quarterly,
Sigmund Freud, The Future of an Illusion 1979),
(New York: Norton Company, 1961), 1-69. 162.

3
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

impuls yang ada pada responden. 1987). Munculnya psikologi


Dengan menggunakan alat ukur yang humanistik karena kritik atas
di kembangkan oleh kalangan paradigma psikonalisa yang
psikoanalisa seperti Rorsach, Draw a menganggap manusia dengan
Person, dan Baum nampaknya tidak pesimistik. Pada awalnya istilah
akan mampu menjelaskan spiritualitas psikologi humanistik diperkenalkan
yang sifatnya transendental. Penjelasan oleh Gordon Allport padat tahun 1930
mengenai agama dan spiritualitas dan Henry Murray, selanjutnya
hanya sampai pada penjelasan teori dikembangkan oleh Maslow dan
father-complex saja, bahkan diagnostik Rogers. Teori psikologi humanistik
dengan pendekatan psikoanalisa akan menekankan pada kekuatan manusia
mengarahkan pada anggapan bahwa dan kebebasan manusia dalam
agama dan spiritualitas justru memenuhi potensinya.11
membawa dampak buruk dan Beberapa metode penelitian
merupakan sumber kecemasan baru yang dikembangkan oleh psikologi
atau yang disebut sebagai obsessive- humanistik antara lain dengan
compulsive disorder. melakukan penelusuran figur
Untuk membuktikan responden dengan teknik analisis
spiritualitas memiliki efek positif materi biografi, analisis tulisan dan
terhadap kesehatan mental tentunya rekaman sejarah responden, dan
tidak tepat dengan pendekatan tentunya wawancara. Karena psikologi
psikoanlisa, karena hal ini akan humanistik menganggap bahwa setiap
membuktikan sebaliknya. Dan bagi manusia memiliki kebebasan dan
kalangan psikoanalisa, agama bukanlah keunikan dalam menjalani hidup,
hal yang banyak diteliti. Alat ukur analisis atas psikologi seseorang tidak
yang berkembang di kalangan bisa dilakukan secara reduktif.
psikoanalisa kebanyakan adalah alat Psikologi humanistik juga
ukur untuk membaca kepribadian. mengembangkan inventori yang
Metode diagnostik yang dilakukan disebut dengan The Personal
seperti katarsis, analisis mimpi, dan Orientation Inventory (POI). Alat ini
analisis proyeksi hanya ingin dikembangkan oleh Everett Schostorm
mengungkapkan dorongan-dorongan dengan tujuan untuk mengukur
bawah sadar yang terjadi pada aktualisasi diri seseorang. Test berisi
responden. Adapun spiritualitas tidak 150 pasang pernyataan yang harus
mendapatkan tempat pada dipilih salah satu dari keduanya. Alat
diagnostiknya. Sebagaimana yang ini mencoba untuk mengetahui
dijelaskan oleh Seward Hiltner bahwa kehidupan seseorang di masa lalu dan
perilaku keberagamaan dan keterarahan diri (self directedness),
psikoanalisa tidak akan bisa dari sini dapat diketahui sejauh mana
dipertemukan (not coordinate).10 seseorang menggantungkan hidup pada
dirinya sendiri atau lebih tergantung
Metode Penelitian dengan pada orang lain untuk mengambil
Pendekatan Humanistik keputusan atau sikap.12
Psikologi humanistik
dikembangkan oleh Abraham Maslow
(1908-1970) dan Carl Rogers (1902- 11
Duane P. Schultz & Sydney Ellen
Schultz, Theories of Personality (Belmont:
10
Seward hiltner, “Freud Thomson Wadsworth, 2005), 305-306.
12
Psychoanlysis, and Religion,” Journal of Duane P. Schultz & Sydney Ellen
Pastoral Psychology, Vol. 7, No. 8 (1956): 9- Schultz, Theories of Personality (Belmont:
21. Thomson Wadsworth, 2005), 324-325.

4
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

Metode penelitian yang terbentuk disebabkan karena ada


dilakukan Maslow tidak menggunakan pengkondisian (conditioning).15 Maka
studi kasus, eksperimentasi, atau perilaku keberagamaan hanya
metode korelasional. Beberapa kritik dianggap sebagai hasil dari
terhadap Maslow menganggap bahwa pengkondisian yang telah diajarkan
metode penelitian Maslow tidak ilmiah kepada individu dalam jangka waktu
dan tidak terkontrol, dan hal ini diakui tertentu. Dengan demikian, spiritualitas
oleh Maslow, bahwa cara seperti telah yang merupakan dimensi intrinstik dari
gagal dalam mengikuti persyaratan agama tidak dapat diamati dengan
penelitian saintifik. Maslow pendekatan behaviorisme. Karena
mengatakan, “dengan melakukan riset spiritualitas adalah pengalaman dari
dengan standar yang biasa dilakukan dalam diri, pendekatan behaviourisme
yaitu dengan penelitian laboratory, ini hanya mampu mengamati indikator-
terlalu sederhana dan tidak bisa indikator spiritualitas yang terlihat
menjelaskan semuanya.13” secara fisik, aspek-aspek spiritualitas
Salah satu kritik dari yang tidak terlihat dan sifatnya sangat
pendekatan humanistik Maslow adalah subjektif (inner-experience) tidak akan
ketidakmampuan hasil penelitian untuk mampu dijelaskan oleh behaviourisme.
digeneralisir, karena paradigma dari Beberapa metode penelitian
humanistik adalah keunikan tiap yang berkembang di kalangan
manusia karena kebebasan manusia behaviorisme antara lain metode
dalam memilih. Namun kelebihan dari observasi perilaku langsung (direct
pendekatan humanistik Maslow yaitu observation of behaviour), laporan
memiliki daya manfaat yang lebih baik perilaku individual (self-report
dan lebih tinggi kepada responden, dan behaviour), dan pengukuran perilaku
dapat menjelaskan fenomena individu psikologis (psychological
lebih utuh dan lebih lengkap.14 measurement of behavio\ur).
Pendekatan behaviourisme tidak
Metode Penelitian dengan menggunakan teknik assesmen
Pendekatan Behaviorisme kepribadian, pendekatan
Konsep dasar dari behaviorusime hanya meneliti perilaku
behaviourisme memandang bahwa yang dilakukan secara fisik meliputi
perilaku manusia berawal dari pola perilaku spesifik, perilaku yang
stimulus-respon. Suatu perilaku bisa diinginkan dan tidak diinginkan
(desirable and undesirable), dan
13
Yang dimaksud dengan penelitian penguatan perilaku (reinforcement).16
laboratori dalam psikologi adalah penelitian Cukup banyak perilaku yang
yang bersifat empiris, hanya pendekatan bisa diteliti melalui observasi
empiris dalam psikologi yang dianggap langsung. Realibilitas tergantung dari
saintifik. Dua madzhab yang cendrung sangat
akurasi observer dalam mengamati
empiris yang sangat kuat pada masa kini
adalah behaviourisme dan neurosains. Dua perilaku. Perilaku yang muncul baik
pendekatan inilah yang menjadi mainstream itu desirable maupun undesirable
psikologi sampai saat ini. dapat dihitung dan dicatat sebagai data.
14
Yang dimaksud dengan penelitian Biasanya observasi behavioural
laboratori dalam psikologi adalah penelitian
yang bersifat empiris, hanya pendekatan
15
empiris dalam psikologi yang dianggap Duane P. Schultz & Sydney Ellen
saintifik. Dua madzhab yang cendrung sangat Schultz, Theories of Personality (Belmont:
empiris yang sangat kuat pada masa kini Thomson Wadsworth, 2005), 328.
16
adalah behaviourisme dan neurosains. Dua Duane P. Schultz & Sydney Ellen
pendekatan inilah yang menjadi mainstream Schultz, Theories of Personality (Belmont:
psikologi sampai saat ini. Thomson Wadsworth, 2005), 395-296.

5
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

dilakukan dalam jangka waktu minimal spiritualitas. Koenig menciptakan alat


16 jam, tanpa waktu yang cukup, ukur Duke University Religion Index
pengamat tidak akan bisa memahami (DUREL), Paloutzian membuat alat
secara pasti apa perilaku yang tidak ukur Spiritual Well-Being Scale,
diinginkan dan tidak dapat menentukan Pargament membuat alat ukur
metode penguatan perilaku yang Religious Coping Scale (NRCOPE),
diharapkan.17 dan Wallston membuat alat ukur
Pendekatan lain yang Multidimensional Health Locus of
digunakan untuk meneliti perilaku Control Scale (MHLC). Keseluruhan
yaitu dengan menggunakan teknik self- alat ukur tersebut berisi sampel
report. Biasanya teknik ini dilakukan perilaku keberagamaan, seperti
dengan menggunakan cara wawancara frekuensi kehadiran ke tempat ibadah
atau mengisi angket. Responden (religious attendance) dan frekuensi
diminta untuk menjelaskan perilaku peribadatan.19
tertentu. Salah satu pendekatan Salah satu metode penelitian
behaviouristik yaitu sign-versus- behavioristik yang dianggap cukup
sample approach. Sign approach yaitu kuat yaitu model penelitian
teknik wawancara dengan melihat eksperimental. Di mana responden
suatu tanda sifat (trait) dengan melihat diberikan stimulus atau penguatan
sifat yang sebaliknya atau searahnya. (reinforcement), lalu peneliti akan
Adapun sample approach yaitu teknik melihat perubahan yang terjadi pada
kuisioner yang menangkap respon responden. Model eksperimental
yang diinterpretasikan sebagai suatu seperti ini juga dapat dilakukan dengan
indikator sampel perilaku.18 melakukan komparasi dua kelompok
Pendekatan behaviourisme saat responden yang diberikan perlakuan
ini nampaknya sudah menjadi (treatment/ reinforcement) yang
mainstream psikologi. Karena berbeda, lalu peneliti akan melihat
dianggap lebih saintifik, empirik, dan perubahan dann perbedaan dari dua
positifistik. Munuclnya alat-alat tes kelompok tersebut.
psikometrik merupakan turunan dari Selama ini kajian psikologi
pendekatan behaviorisme, karena berisi agama cukup banyak menggunakan
tentang sampel-sampel perilaku. model pengukuran psikometrik.
Penggunaan ilmu psikometri menjadi Namun cara seperti ini tidak dapat
sangat berarti dengan pendekatan ini. menjelaskan lebih akurat mengenai
Beberapa kali dengan pendekatan ini spiritualitas yang sifatnya pengalaman
para peneliti mencoba untuk meneliti internal (inner experience). Apalagi
perilaku keberagamaan. Beberapa alat untuk mendiagnostik penyebab
ukur keagamaan seperti Spiritual gangguan kecemasan. Diagnostik
Attitude Inventory yang dibuat oleh dengan menggunakan angket mungkin
Harold G. Koenig, Raymond F. dapat dilakukan, tetapi akan banyak
Paloutzian, kenneth Pargament, dan data yang kurang dan ini akan
Kenneth A. Wallston. Di mana alat menyebabkan distorsi pada penjelasan
ukur ini merupakan kombinasi dari mengenai kecemasan responden.
empat alat ukur religiusitas dan Sekalipun demikian, banyak pakar

17 19
Duane P. Schultz & Sydney Ellen Harold Koenig and Others,
Schultz, Theories of Personality (Belmont: “Spiritual Attitude Inventory User Guide,” US
Thomson Wadsworth, 2005), 395-296. Army Center for Health Promotion and
18
Duane P. Schultz & Sydney Ellen Preventive Medicine (USACHPPM) POC:
Schultz, Theories of Personality (Belmont: Psychologist Directorate of Health Promotion
Thomson Wadsworth, 2005), 395-296. and Wellness (2009): 1-12.

6
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

psikologi klinis yang menggunakan ini salah satu kajian psikologi yang cukup
untuk membuat alat ukur yang dan saat ini salah satu kajian psikologi
digunakan untuk mengukur yang cukup berkembang adalah
kecemasan, seperti alat ukur yang pendekatan neurologi. Bahkan
dikembangkan oleh Hamilton yang pendekatan ini sudah sampai
dikenal dengan nama Hamilton Anxiety melakukan pengkajian spiritualitas
Rating Scale (HAM-A), ini adalah alat inidividu dengan melakukan teknik-
ukur yang dilakukan dengan teknik teknik seperti scan otak, saraf, dan
pengamatan terhadap klien. Sekalipun bahkan beberapa penelitian psikologi
di dalam alat ukur ini tidak hanya transpersonal sudah meneliti mistisime
mengukur perilaku namun juga melalui pendekatan fisika.
mencoba untuk mengukur dimensi Pendekatan neurosain
emosional yang ditandai dengan menjelaskan bahwa sebab awal dari
perilaku-perilaku seperti gugup, tidak fenomena psikologis, bahkan
bisa rileks, berteriak, dan sebagainya.20 sosiologis, ataupun antropologis
Namun tetap saja kelemahan dari alat sesungguhnya diawali oleh fisik
ukur ini tidak mampu untuk mannusia yaitu otak. Dalam sebuah
menjelaskan sesuatu yang sifatnya buku berjudul The Biological
internal. Evolution of Religious Mind and
Adapun kelebihan dari Behaviour yang ditulis oleh Eckard
pendekatan yaitu memiliki data yang Voland, Wulf Schiefenhövel, dan
lebih autentik, lebih empirik, dan lebih koleganya dapat dipahami pada
positifistik. Namun penjelasan tulisannya bahwa segala fenomena
mengenai mental seseorang menjadi yang terjadi pada manusia
reduktif pada perilaku saja. sesungguhnya adalah hasil dari pola
berpikir manusia yang disebabkan oleh
Metode Penelitian dengan kerja fisik yaitu kerja sistem saraf.22
Pendekatan Neurosains Penjelasan dari buku ini tentunya
Paradigma neurosains cendrung naturalistik dan memahami
menganggap bahwa seluruh perilaku
manusia didasari atas kerja otak dan statistik faktor genetik memiliki peranan
saraf. Seluruh fenomena psikologis dalam mempengaruhi keagamaan seseorang,
dapat dijelaskan dengan pendekatan lihat Matt Bradshaw & Christopher G.
neurologi. Karena itu faktor fisik- Ellison, “Do Genetic Factors Influence
Religious Life? Findings from a Behavior
biologis merupakan dasar pijakan bagi Genetic Analysis of Twin Siblings,” Journal
fenomena psikologis manusia. Dalam for the Scientific Study of Religion, Vol. 47,
mengamati abnormalitas atau No. 4 (2008): 529–544.
22
kecemasan, pandangan neurosains Mengenai pendekatan ini baca,
menjelaskan bahwa ini disebabkan Eckard Voland & Wulf Schiefenhövel, The
oleh faktor biologis dan permasalahan Biological Evolution of Religious Mind and
Behaviour (Berlin: Springer-Verlag, 2009), 1-
organik, faktor genetik, dan faktor- 308. Kesimpulan dalam buku ini mirip dengan
faktor fisik lainnya.21 Dan saat ini penjelasan Jutsin L. Barrett yang
menyebutkan bahwa agama sebenarnya
20
Untuk melihat alat ukur ini, lihat merupakan sebuah label dari ritual,
Hamilton, “Hamilton Anxiety Rating Scale pengetahuan agama, konsep Tuhan ketika
(HAM-A)” www.cnsforum.com. (2005): 1-9. kanak-kanak, dan konsep agama ketika
21
David Jacobs, “Environmental dewasa, semuanya itu tidak lain hanyalah
Failure-Oppression is the Only Cause of sekedar produk kognitif saja, dan
Psychopathology,” The Journal of Mind and sesungguhnya inilah naturalnya agama. Lihat,
Behavior , Vol 15, No. 1 & 2, Winter and Justin L. Barret, “Exploring the natural
Spring (1994): 1-18. Matt Bradshaw dan foundations of religion,” Trends in Cognitive
Ellison juga menjelaskan bahwa secara Sciences – Vol. 4, N o.1, January (2000): 29.

7
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

manusia tidak berbeda dari dimensi Kebanyakan kajian-kajian


fisik saja. Pendekatan ini cukup dekat psikologi agama menekankan pada
dengan pendekatan behaviouristik basis kognitif dan afektif dalam
yang mengakui entitas manusia sebagai menjelaskan pengalaman
makhluk yang berperilaku. Dan kedua keberagamaan dengan tinjauan
pendekatan ini belakangan ini menjadi kepribadian ataupun sosial. Sampai
mainstream psikologi yang cukup kuat. saat ini masih banyak penelitian dan
Beberapa teknik penelitian kajian psikologi agama hanya sekedar
yang digunakan oleh pendekatan melakukan pengukuran dari suatu
neurosains adalah melakukan scan otak konsep, yang dikenal dengan
dan melihat fenomena yang terjadi di measurement paradigm (paradigma
otak atas psikologis tertentu pengukuran). Namun sebenarnya
(brainshooting). Beberapa alat yang agama dan spiritual menyentuh aspek
digunakan untuk melakukan penelitian pengalaman hidup manusia yang lebih
neursains antara lain EEG luas. Karena itu diperlukan paradigma
(electroencephalogram), PET scans terbaru untuk meneliti pengalaman
(positive emission tomography), dan keberagamaan dan spiritualitas, dan
fMRI (functional magnetic resonance saat ini telah muncul paradigma
imaging).23 Biasanya pendekatan ini multilevel interdisciplint paradigm.25
akan melakukan uji sampel atas Pendekatan ini dikembangkan
homogenitas individu atas suatu fitur oleh pakar psikologi agama yaitu
psikologis dan melakukan scan Emmon dan Raymond F. Paloutzian.
kemudian ditemukan beberapa Menurutnya, disipilin ilmu tunggal
kesamaan neurologis, dan ini akan tidak akan bisa menjelaskan
menjadi kesimpulan dalam penelitian. pengetahuan yang komprehensif dan
Salah satu pendekatan fenomena yang sangat kompleks
neurosains yaitu psikologi medis mengenai spiritualitas.26 Maka
banyak memiliki keterbatasan, beberapa disiplin psikologi secara
pendekatan ini tidak bisa menjelaskan antusias telah dilakukan untuk
lingkup yang lebih luas mengenai menjelaskan keberagamaan dan
stress dan tekanan hidup manusia.24 spiritualitas seperti dari disiplin
Pendekatan medis hanya mampu cognitive science of religion (ilmu
menjelaskan fenomena fisik, perlakuan kognitif mengenai agama),
medis dalam psikoterapi mungkin neurobiology of religious experience
tidak memberikan hasil yang permanen (neurologi untuk penagalam
dibanding perlakuan psikologis, keberagamaan), evulitionary
meskipun saat ini kebanyakan lembaga psychology of religion (evolusi
psikoterapi memanfaatkan keduanya. psikologi agama), dan behaviour
genetics (genetika perilaku). Begitu
Multilevel Interdisciplint Paradigm pula yang dijelaskan oleh Patrick
McNamara, pendekatan multilevel
interdisciplint paradigm harus
23
Hiram Caton, “A review of Jay R. mengkaitkan fenomena keagamaan
Feierman (Ed.), The Biology of Religious
Behavior: The Evolutionary Origins of Faith
25
and Religion. ABC-CLIO, LLC: Santa Robert A. Emmons & Raymond F.
Barbara, CA, 2009,” Journal of Evolutionary Paloutzian, “The Psychology of Religion,”
Psychology, Vol.8 No. 2 (2010): 170-172. Annu. Rev. Psychol. No. .54 (2003): 377-402.
24 26
Ken Barney, “Limitations of the Raymond F. Paloutzian & Crystal
Critique of the Medical Model,” The Journal L. Park, Handbook of The Psychology of
of Mind and Behavior , Vol 15, No. 1 & 2, Religion and Spirituality (New York: The
Winter and Spring (1994): 19-34. Guilford Press, 2005), 6.

8
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

dengan disiplin lain yang relevan, Sebagaimana Freud dalam bukunya


seperti biologi, neurosains, The Future of An Illusion yang
antropologi, ekonomi, kognitif sains, mereduksi agama sebagai proyeksi
dan konsep humanisme.27 psikologis. Raymond Cattle mereduksi
Antara disiplin-disiplin kajian agama sebagai sebuah kebutuhan untuk
ini harus bersifat komplementer, menghindari rasa takut, agama adalah
sehingga memberikan pemahaman ciptaan manusia agar dapat
yang lebih utuh mengenai fenomena memecahkan permasalahan-
keberagamaan dan spiritualitas.28 permasalahan hidup. Adapun William
Proses penelitian dengan paradigma ini James mereduksi agama secara
dimulai dengan pengumpulan dan pragmatik, sehingga dapat menolong
analisis data dari berbagai level. keberlangsungan hidup manusia dan
Sehingga akan memunculkan asumsi memberikan keuntungan pada
yang tidak reduktif (nonreductive) kehidupan manusia. Sekalipun James
mengenai agama dan spiritualitas.29 mereduksi agama lebih halus
Contoh beberapa pendekatan yang dibandingkan Freud dan Cattle.30
bersifat reduksionistik antara lain Karena itu kajian agama tidak bisa
pendekatan Sigmund Freud, Raymond direduksi dengan pendekatan tertentu,
B. Cattle, dan William James. Menurut harus menggunakan disiplin-disiplin
mereka keyakinan dan spiritualitas ilmu lain untuk menjelaskan tiap level
bukanlah sesuatu yang berdiri secara agama dan spiritualitas.
independen, melainkan sebuah refleksi Setiap level yang kompleks
atas fenomena psikologis tertentu. dari keberagamaan dan spiritualitas
yang perlu akan diteliti. Tidak bisa
27
Patrick McNamara, “Ann Taves's dengan metodologi tunggal untuk
Religious Experience Reconsidered,” Book meneliti keseluruhan level spiritualitas.
review of Ann Taves’ Religious Experience Paradigma ini akan selalu
Reconsidered: A Building-Block Approach to menggunakan pendekatan empiris-
the Study of Religion and Other Special
analitis (empiricist-analytical) bahkan
Things, Princeton University Press (2009): 1.
28
Ralph W. Hood, Peter C. Hill, dan kalau diperlukan pendekatan
Bernard Spilka, The Psychology of Religion: heurmenetik, dan tentunya dengan
An Empirical Approach (New York: The teknik kuantitatif dan kualitatif secara
Guilford Press, 2009): 22.
29
bersamaan.31
Pendekatan nonreductive Rentang level dari spiritualitas
sebenarnya kritik terhadap reduksionisme
dalam penelitian keagamaan. Karena
bisa dilakukan dengan level terendah,
reduksionisme biasanya melakukan penjelasan yaitu dengan melakukan metode
yang didasarkan atas sebuah percobaan. eksperimental sampai melakukan
Biasanya dengan mengkaitkan suatu variabel asesmen kualitatif. Penggunaan alat
dengan variabel lainnya. Sehingga hal ini akan ukur dan skala dapat dilakukan untuk
mereduksi objek kajian menjadi lebih
mengukur level spiritual terendah. Di
sederhana. Ada banyak jenis reduksionisme,
yaitu pada tingkat metodologi, teoritik, dan level selanjutnya melakukan tinjauan
ontologis. Sekalipun pendekatan konteks budaya, dan level tertinggi
reduksionistik diperlukan dalam sains untuk
membuktikan sebuah teori. Maka fenomena
30
spiritualitas dan keberagamaan tidak bisa Ralph W. Hood, Peter C. Hill, dan
direduksi pada pencarian makna hidup saja, Bernard Spilka, The Psychology of Religion:
atau religious attendance, atau intensitas An Empirical Approach (New York: The
beribadah, namun diperlukan penjelasan yang Guilford Press, 2009): 22-24.
31
lebih luas. Lihat, Ralph W. Hood, Peter C. Belzen JA, Hood RW,
Hill, dan Bernard Spilka, The Psychology of “Methodological Issues in The Psychology of
Religion: An Empirical Approach (New York: Religion: Toward Another Paradigm?,” J
The Guilford Press, 2009): 22-23. Psychol.;Vol. 140 No.1, Jan (2006) :5-28.

9
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

dengan melakukan kajian filososfis menjelaskan secara akurat dan sangat


atas pengalaman-pengalaman spiritual terbatas. Mengkuantifikasikan data
yang sifatnya metafisik.32 Pendekatan hanya akan menjadikan fenomena
ini disebut dengan pendekatan spiritualitas menjadi merujuk kepada
fenomenologi. Menurut Jacob A. satu model kepribadian
Belzen, konseptualisas dari (personological), karena itu
spiritualitas sangatlah bias, sehingga dibutuhkan paradigma yang lebih luas
membutuhkan pendekatan lagi.36 Agar tidak reduksionistik,
fenomenologi untuk mendapatkan pendekatan kualitatif hendaknya
informasi penelitian yang lebih utuh digunakan untuk meneliti sesuatu yang
dari perspektif kultur dan lingkungan.33 ada di balik penelitian kuantitatif (get
Maka penelitian terhadap behind the quantitative data) yang
spirtualitas tidak bisa dilakukan tidak bisa dijelaskan secara spesifik
dengan pendekatan empiris saja, pada data kuantitatif.37 Angka-angka
pendekatan empiris terlalu reduktif yang didapatkan dari skor alat ukur
untuk meneliti spiritualitas apalagi tentunya tidak bisa menjelaskan
yang terkait dengan mistisisme.34 Perlu bagaimana fenomena itu sebenarnya,
dilakukan analisis lebih lanjut dari namun dengan komplementasi
hasil empiris dengan analisis yang pendekatan kualitatif, fenomena
bertingkat sampai pada analisis tersebut bisa dijelaskan secara lebih
filosofis. Pendekatan dan uji asumsi spesifik. Pendekatan kualitatif dalam
dengan pendekatan statistik belum psikologi agama bisa dengan cara
berakhir jika menggunakan paradigma menggunakan teknik narrative anlysis,
ini. Menurut Ralph W. Hood, Peter C. yaitu teknik yang digunakan untuk
Hill, dan Bernard Spilka, salah satu menginvestigasi makna bahasa yang
cara untuk menghindari reduksionisme digunakan pada kulturnya untuk
adalah dengan memperlakukan membangun cerita pengalaman masa
individu sebagai suatu entitas yang hidupnya. Untuk melakukan hal ini
holistik. Termasuk dalam melakukan direkomendasikan menggunakan alat
pendekatan penelitian pada sifat, sikap, perekam wawancara.38
keyakinan, nilai, kebiasaan, respon, Multilevel interdisciplint
dan gejala psikologis yang lain. 35 paradigm inilah yang akan digunakan
Hanya melakukan pengukuran peneliti dalam disertasi. Pemilihan ini
kuantitatif saja pada fenomena karena fenomena spiritualitas tidak
spiritualitas tidak akan bisa cukup diamati secara reduktif, harus
ada kombinasi antara dan komplentasi
32
Ralph W. Hood, “Ways of Studying antara beberapa pendekatan-
the Psychology of Religion and Spirituality,” pendekatan, adapun bagaimana
International Handbooks of Religion and pendekatan ini bekerja dalam disertasi
Education, Volume 3, Part I (2009): 15-31.
33
Jacob A. Belzen, “Spirituality,
36
Culture and Mental Health: Prospects and Sam McFarland, “Psychology of
Risks for Contemporary Psychology of Religion: A Call for A Broader Paradigm,”
Religion,” Journal of Religion and Health, Journal of American Psychologist, Vol 39,
Vol. 43, No. 4, Winter (2004): 291. No.3, Mar (1984): 321-324.
34 37
Ralph W. Hood, “Theoretical Fruits Ralph W. Hood, Peter C. Hill, dan
from the Empirical Study of Mysticism: A Bernard Spilka, The Psychology of Religion:
Jamesian Perspective,” Journal für An Empirical Approach (New York: The
Psychologie, Jg. 16, Ausgabe 3 (2008): 1-60. Guilford Press, 2009): 22-25.
35 38
Ralph W. Hood, Peter C. Hill, dan Ralph W. Hood, Peter C. Hill, dan
Bernard Spilka, The Psychology of Religion: Bernard Spilka, The Psychology of Religion:
An Empirical Approach (New York: The An Empirical Approach (New York: The
Guilford Press, 2009): 22-25. Guilford Press, 2009): 22-30.

10
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

ini dapat dilihat pada bagan di bawah Perbedaan teori dalam


ini. menjelaskan suatu topik atau fenomena
yang sedang diteliti tidak menjadi
Bagan 1. Skema Kerja Pendekatan permasalahan dengan paradigma ini,
Multilevel Interdisciplint Paradigm semua teori boleh saja dipaparkan dan
dalam Disertasi digunakan agar pemahaman atas suatu

fenomena menjadi lebih utuh.


Pendekatan multilevel interdisciplint
Pembuatan bagan di atas paradigm memiliki pendirian
40
didasarkan atas pendapat Emmon dan metametodologis. Artinya setiap
Palaoutzian yang menjelaskan bahwa teknik dan metodologi yang digunakan
model penelitian multilevel harus dievaluasi dan dijelaskan
interdisciplint paradigm tergantung kelemahan dan kelebihannya. Maka
pada asumsi yang berperan, di mana pendekatan ini tidak bisa diukur
asumsi tersebut terbentuk kaitan antara dengan satu metodologi saja.
yang satu dengan yang lain dengan ide Maka dapat dipahami bahwa
yang telah ditentukan, kualitas disertasi yang akan dilakukan oleh
penelitian, dan kesatuan pola yang peneliti akan diawali dengan penelitian
kohesif. Outline dari paradigma ini kualitatif terhadap penderita
bergantung kepada fenomena dan kecemasan. Para penderita kecemasan
infromasi apa yang menarik untuk akan dibatasi pada klien penderita
dinterpresikan. Pada penelitian ini kecemasan di suatu yayasan konsultan
ketertarikan peneliti adalah psikologi yaitu Madani Mental Health
mengkaitkan antara spiritualitas, Care. Pada level ini jumlah responden
kecemasan, dan psikoterapi. Namun tidak terlalu berarti, peneliti
perbedaannya dengan paradigma lain, mentargetkan dapat meneliti secara
hasil dari interpretasi ini akan kualitatif tiap orang dengan berbeda
dianalisis ke level selanjutnya.39 jenis gangguan kecemasan. Beberapa

39 40
Raymond F. Paloutzian & Crystal Raymond F. Paloutzian & Crystal
L. Park, Handbook of The Psychology of L. Park, Handbook of The Psychology of
Religion and Spirituality (New York: The Religion and Spirituality (New York: The
Guilford Press, 2005), 550-560. Guilford Press, 2005), 550-560.

11
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

alat ukur kecemasan akan digunakan keberagamaan dan spiritualitas


oleh peneliti untuk mendapatkan responden. Bagaimana aspek-aspek
gambaran baku mengenai kecemasan spiritual yang terjadi pada responden
pada responden. Salah satu alat ukur akan diinvestigasi melalui teknik
tersebut antara lain Hamilton Rating narrative anlysis dan teknik-teknik
Scale (HAM-R), The Depression wawancara lain. Dari hasil wawancara
Anxiety Stress Scale (DASS) dan ini peneliti akan menemukan model
beberapa alat ukur lain yang agar spiritualitas yang sesuai dengan
menjelaskan gangguan kecemasan psikoterapi kecemasan. Pada tahap
lebih utuh baik pada aspek penelusuran ini, diharapkan dapat
behavioural, mental, dan emosional.41 ditemukan hubungan antara kecemasan
Pendekatan medis juga akan menjadi yang terjadi pada responden dengan
pertimbangan peneliti dalam permasalah spiritual yang terjadi. Pada
mengamati kecemasan klien secara tataran ini, peneliti akan mengambil
fisik, data dan riwayat medis tentunya data dari level terendah yaitu level
akan sangat membantu peneliti dalam perilaku spiritual yang sifatnya
memahami kecemasan secara utuh. behavioural, atau yang dikenal dengan
Pendekatan observasi tentunya akan istilah religiusitas. Sejauh mana
dilakukan oleh klien untuk mengamati religiusitas responden akan diteliti
ekspresi, perilaku, dan sikap pada disertasi ini. Selanjutnya peneliti
responden, tentunya hasil pengamatan akan melihat level di atas religiusitas
behavioural ini tidak dianalisis hanya yaitu spiritualitas. Observasi
sampai pada tataran behavioural behavioural tidak mungkin bisa
namun sampai pada tataran emosional, dilakukan untuk melihat spiritualitas,
mental, bahkan spiritual. diperlukan teknik-teknik wawancara
Pada aspek spiritualitas, agar mengetahui bentuk spiritualitas

peneliti akan melihat kondisi responden, begitupula pada tahap


analisis harus dilihat pada tiap level.
41
Untuk review alat ukur DASS lihat Data yang telah ditemukan
John R. Crawford & Julie D. Henry, “The akan dianalisis dan peneliti akan
Depression Anxiety Stress Scales (DASS): mencoba membuat model spiritualitas
Normative Data and Latent Structure in A dan bagaimana kaitan antara
Large Non-Clinical Sample,” British Journal permasalahan spiritualitas dengan
of Clinical Psychology, Vol. 42 (2003): 111–
131.

12
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

kecemasan, serta bagaimana akan memiliki bias pengukuran,


penjelasan hubungan tersebut bisa diperlukan pengamatan dan peninjauan
terjadi. Tidak mungkin untuk ulang atas hasil kuantitatif yang
memberikan penjelasan hubungan ditemukan.42 Hal ini bisa dilakukan
antara permasalahan spiritual dengan dengan kembali melihat data-data
kecemasan jika tidak melakukan kualitatif sebelumnya atau dapat
diagnostik psikologis yang mendalam melakukan penyempurnaan peninjauan
dan bersifat kualitatif. Karena itu kualitatif kembali. Menurut peneliti, di
penelitian ini akan diawali terlebih sinilah kelemahan dari multilevel
dahulu dengan riset kualitatif. Model interdisciplint paradigm, karena ada
hubungan spiritualitas dengan kemungkinan ketidak sesuaian
kecemasan diasumsikan di awal penjelasan antara level kualitatif dan
penelitian sebagai berikut: level kuantitatif. Namun di sinilah
terjadi nonreduksi, sehingga hasil-hasil
yang didapat tidak bisa berhenti
Beberapa teori banyak sampai di sini, namun diperlukan
menjelaskan tentang hubungan- multilevel analysis agar kedua data
hubungan tersebut, bagaimana distress, tersebut dapat saling melengkapi.
traumatik, dan tekanan psikologis akan Tahap terakhir dari penelitian
berinteraksi dengan kondisi psikologis ini adalah melakukan perlakuan
seseorang. Kondisis psikologis tertentu terhadap responden penderita
seperti kepribadian, karakter, dan kecemasan dengan pendekatan
sebagainya tentunya akan merespon psikoterapi berbasis spiritual. Hal ini
tekanan dan stress dengan cara yang ingin dilakukan peneliti agar disertasi
berbeda. Spiritualitas dalam hal ini ini memiliki nilai manfaat kepada
terkait dengan kondisi psikologis dan masyarakat. Maka uji coba pendekatan
memperkuat daya tahan psikologis psikoterapi spiritual perlu dilakukan,
sehingga akan menghasilkan karena disertasi ini diawali oleh
psyhological outcome yang berbeda permasalahan kecemasan yang ada di
pula. Disinilah perlunya penguatan masyarakat yang sebetulnya
spiritualitas dalam bentuk psikoterapi membutuhkan solusi. Maka
berbasis spiritual. pendekatan eksperimental-kualitatif
Dari model ini peneliti akan akan dilakukan peneliti untuk mencoba
mencoba melakukan pembuktian mengurangi atau menyembuhkan
model dan teori dengan melakukan kecemasan yang ada pada klien dengan
generalisasi terhadap sampel yang pendekatan spiritual. Keberhasilan
lebih luas, peneliti membatasi pada pendekatan spiritual dalam
minimun 100 orang yang sedang menyelesaikan masalah kecemasan
mengalami kecemasan. Di sinilah level akan membuktikan bahwa psikoterapi
kuantitatif digunakan. Model yang
sudah dibuat akan dikuantifikasikan, 42
Menurut Paul E. Priester, banyak
alat ukur kecemasan, spiritualitas, dan peneliti yang gagal dalam mebuat alat ukur
alat-alat ukur lain akan dibuat. Teknik keberagamaan, karena keberagamaan dan
psikometrik tentunya akan digunakan spiritualitas sangat terkait dengan konteks
dalam penelitian ini. kebudayaan sekitar. Karena itu pendekatan
psikometrik tidak bisa menjamin keakuratan
Setelah hasil dari analisis pengukuran keagamaan dengan berbagai
kuantitatif dilakukan, peneliti akan konteks, contohnya agama Islam yang sangat
kembali melakukan meta-analisis erat kaitannya dengan konteks kultur. Lihat,
terhadap hasil kuantitatif, karena Paul E. Priester, “Can a Single Instrument
bagaimana pun juga alat ukur tetap Measure Level of islamic Religiosity Across
Divergent Cultural Contexts?.”

13
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

berbasis spiritual merupakan cara yang Munculnya pendekatan baru


efektif dalam menanggulangi dalam psikologi agama yang
kecemasan. dikembangkan oleh Emmons dan
Selanjutnya peneliti akan Paloutzian dalam satu dekade
menjelaskan bagaimana kekurangan belakangan ini menjadi solusi
dari metode penelitian ini. Pertama, metodologis untuk meneliti realitas
penelitian ini memiliki kemungkinan keberagamaan dan spiritualitas yang
adanya inkonsistensi pada beberapa sifatnya sangat kontekstual, luas, dan
level analisis, contohnya, ada abstrak. Pendekatan tersebut bersifat
kemungkinan hasil yang didapat dari holistik, agama dan spiritualitas akan
penelitian kualitatif akan berbeda dari dijelaskan secara utuh dengan
hasil penelitian kuantitatif. Kedua, pendekatan tersebut.
sekalipun pendekatan ini disebut
pendekatan nonreduktif, namun ada Daftar Pustaka
beberapa tahap penelitian yang harus Barney, Ken. “Limitations of the
dilakukan secara reduktif, apalagi Critique of the Medical Model,”
disertasi ini dituntut untuk The Journal of Mind and
argumentatif, mereduksi suatu Behavior, Vol 15, No. 1 & 2,
fenomena dengan suatu argumen akan Winter and Spring (1994): 19-34.
terjadi pada penelitian ini, dan ini Barret, Justin L. “Exploring the
terjadi pada tahap pendekatan natural foundations of religion,”
kuantitatif. Ketiga, secara teknis, Trends in Cognitive Sciences –
penelitian ini akan memakan waktu Vol. 4, N o.1, January (2000): 29.
yang cukup lama, karena beragam Belzen JA, Hood RW.
pendekatan dan disiplin akan “Methodological Issues in The
digunakan dalam penelitian ini, Psychology of Religion: Toward
dibutuhkan lebih banyak waktu Another Paradigm?,” J Psychol,
dibanding penelitian dengan Vol. 140 No.1, Jan (2006) :5-28.
measurement paradigm. Belzen, Jacob A. “Spirituality, Culture
and Mental Health: Prospects and
Kesimpulan Risks for Contemporary
Agama merupakan suatu
Psychology of Religion,” Journal of
realitas yang tidak bisa dipungkiri lagi
Religion and Health, Vol. 43, No.
akan menjadi kajian dalam psikologi
4, Winter (2004): 291.
karena fenomena agama dan
Bradshaw, Matt & Ellison,
spiritualitas merupakan fenomena yang
begitu signifikan dan penelitian- Christopher G. “Do Genetic Factors
penelitian mengenai psikologi agama Influence Religious Life? Findings
telah berkembang selama tiga dekade from a Behavior Genetic Analysis
terakhir ini. Madzhab-madzhab of Twin Siblings,” Journal for the
psikologi sebelumnya telah mencoba Scientific Study of Religion, Vol.
untuk melakukan penjelasan akan 47, No. 4 (2008): 529–544.
fenomena keberagamaan dan Caton, Hiram. “A review of Jay R.
spiritualitas pada saat itu namun Feierman (Ed.), The Biology of
kebanyakan cenderung pesimistik. Religious Behavior: The
Karena itu diperlukan metodologi Evolutionary Origins of Faith and
untuk menjelaskan fenomena Religion. ABC-CLIO, LLC:
keberagamaan dan spiritualitas dengan Santa Barbara, CA, 2009,” Journal of
tidak tergantung pada madzhab- Evolutionary Psychology, Vol.8
madzhab klasik psikologi. No. 2 (2010): 170-172.

14
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

Crawford, John R & Henry, Julie D. and Health, Vol. 41, No. 3, Fall
“The Depression Anxiety Stress (2002): 231.
Scales (DASS): Normative Data Koenig, Harold and Others. “Spiritual
and Latent Structure in A Large Attitude Inventory User Guide,”
Non-Clinical Sample,” British US Army Center for Health
Journal of Clinical Psychology, Promotion and Preventive Medicine
Vol. 42 (2003): 111–131. (USACHPPM) POC:
Dewar, Greg. “A Level Philosophy and Psychologist Directorate of Health
Ethics Notes Conscience – Freud”. Promotion and Wellness (2009): 1-
www.fineprint.com. 12.
Emmons, Robert A & Paloutzian, Küng, Hans. Freud and The Problem
Raymond F. “The Psychology of of God. Washington: The Wilson
Religion,” Annu. Rev. Psychol. No. Quarterly, 1979.
.54 (2003): 377-402. Lewis, Christopher Alan & Joseph,
Freud, Sigmund, The Future of an Stephen. ”Religiosity:
Illusion. New York: Norton Psychoticism and Obsessionality in
Company, 1961. Northern Irish University
Hamilton. “Hamilton Anxiety Rating Students,” Personality and
Scale (HAM-A)” Individual Differences , Vol. 17,
www.cnsforum.com. (2005): 1-9. Issue (5 November 1994): 685-687.
Hiltner, Seward “Freud Psychoanlysis, McFarland, Sam. “Psychology of
and Religion,” Journal of Pastoral Religion: A Call for A Broader
Psychology, Vol. 7, No. 8 (1956): Paradigm,” Journal of American
9-21. Psychologist, Vol 39, No.3, Mar
Hood, Ralph W and Others, The (1984): 321-324.
Psychology of Religion: An McNamara, Patrick. “Ann Taves's
Empirical Approach. New York: Religious Experience
The Guilford Press, 2009. Reconsidered,” Book review of Ann
Hood, Ralph W. “Theoretical Fruits Taves’ Religious Experience
from the Empirical Study of Reconsidered: A Building-Block
Mysticism: A Jamesian Approach to the Study of Religion
Perspective,” Journal für and Other Special Things,
Psychologie, Jg. 16, Ausgabe 3 Princeton University Press (2009):
(2008): 1-60. 1.
Hood, Ralph W. “Ways of Studying Paloutzian, Raymond F & Park,
the Psychology of Religion and Crystal L. Handbook of The
Spirituality,” International Psychology of Religion and
Handbooks of Religion and Spirituality. New York: The
Education, Volume 3, Part I (2009): Guilford Press, 2005.
15-31. Priester, Paul E. “Can a Single
Jacobs, David. “Environmental Instrument Measure Level of
Failure-Oppression is the Only islamic Religiosity Across
Cause of Psychopathology,” The Divergent Cultural Contexts?.”
Journal of Mind and Behavior, Vol Razali and Others, “Religious,
15, No. 1 & 2, Winter and Spring Sociocultural Psychotherapy in
(1994): 1-18. Patients with Anxiety and
Kaye, Judy & Raghavan, Senthil Depresion,” Australian and New
Kumar. “Spirituality in Disability Zealand Journal of Psychiatry,
and Illness,” Journal of Religion Vol. 32, No. 6 (1998): 867-872.

15
Sekolah Pascasarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Doktor
Konsentrasi Psikologi Islam, 2012

Schultz, Duane P & Schultz, Sydney


Ellen. Theories of Personality.
Belmont: Thomson Wadsworth,
2005.
Smith, Elizabeth D and Others
”‚Spiritual Awareness, Personal
Perspective on Death, and
Psychosocial Distress Among
Cancer Patients,” Journal of
Psychosocial Oncology, Vol 11,
Issue. 3 March (1994): 89-103.
Voland, Eckard & Schiefenhövel,
Wulf. The Biological Evolution of
Religious Mind and Behaviour
.Berlin: Springer-Verlag, 2009
Worthington, Everett L and Others.
“Empirical Research on Religion
and Psychotherapeutic Processes
and Outcomes: A 10-Year Review
and Research Prospectus,”
Psychological Bulletin, Vol 119(3),
May (1996): 448-487.

16

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai