Anda di halaman 1dari 13

BAB I

Sejarah Perkembangan Psikologi Agama

Seabad setelah psikologi diakui sebagai disiplin ilmu yang otonom, para
ahli melihat bahwa psikologi pun memiliki keterkaitan dengan masalah masalah
yang menyangkut kehidupan batin manusia yang paling dalam, yaitu agama.

Kajian kajian khusus mengenai agama melalui pendekatan psikologis ini


sejak awal awal abad ke 19 menjadi kian berkembang, sehingga para ahli
psikologi yang bersangkutan melalui karya mereka telah membuka lapangan baru
dalam kajian psikologi, yaitu psikologi agama.

Seabad setelah psikologi diakui sebagai disiplin ilmu yang otonom, para
ahli melihat bahwa psikologi pun memiliki keterkaitan dengan masalah masalah
yang menyangkut kehidupan batin manusia yang paling dalam, yaitu agama.

Kajian kajian khusus mengenai agama melalui pendekatan psikologis ini


sejak awal awal abad ke 19 menjadi kian berkembang, sehingga para ahli
psikologi yang bersangkutan melalui karya mereka telah membuka lapangan baru
dalam kajian psikologi, yaitu psikologi agama.

Dan yang mula mula berani mengemukakan hasil penelitiannya secara ilmiah
tentang agama ialah Frazer dan Taylor. Kedua tokoh ini membentangkan berbagai
macam agama primitif dan menemukan persamaan yang sangat jelas antara
berbagai bentuk ibadah pada agama Kristen dan ibadah agama agama primitif.

Selanjutnya, pendekatan ilmiah terhadap psikologi agama baru dimulai pada tahun
1881, ketika G. Stanley Hall sebagai salah seorang ahli psikologi pada masa itu
mempelajari peristiwa konversi agama dan remaja.

1
Berikut ini akan dikemukakan selengkapnya tentang Sejarah
Perkembangan Psikologi Agama:

A. 1909

Para ahli psikologi mengadakan konferensi di Jenewa dan diantara


hasilnya adalah memperkenankan tinjauan psikologis terhadap fakta fakta
keagamaan manusia. Karena penelitian terhadap keberagamaan orang tidak akan
menyinggung kehormatan dan kemuliaan agama.

B. 1955

Abdul Mun’in Abdul Aziz Al Malighy menulis buku dengan judul


Tathawwur al Syu’ur ad Diin ‘Indat Tifl wa al Muraahiq (Perkembangan rasa
keagamaan pada anak dan remaja). Dan berdasarkan konteks kejiwaan, buku ini
dapat dianggap sebagai awal dari munculnya kajian psikologi agama di kalangan
ilmuwan muslim modern. 

Dapat dipahami bahwa tampaknya memang perkembangan psikologi


agama di dunia Islam baru tampak sekitar abad ke 20. Keberadaan psikologi di
Indonesia mulai pada tahun 1952, meski memiliki sejarah yang jauh lebih pendek
dari keberadaan psikolog di Negara Barat, namun psikologi di Indonesia jelas
menjadi sebuah kebutuhan yang sangat vital dalam dunia kesehatan, bisnis,
kesehatan, politik, pendidikan, dan sosial.

2
BAB II

Metode Psikologi Agama Dalam Islam

Sebagai metode yang sistematis, psikologi mengkaji agama secara objektif


dengan mengumpulkan data dan fakta, kemudian membentuk sebuah kesimpulan.
Didalam agama terdapat dimensi metafisik yang tidak mungkin dikaji
menggunakan metode yang sering dipakai oleh ilmu kealaman. Oleh karenanya
metode psikologi dirasa penting dalam Ilmu Perbandingan Agama. Ada delapan
hal yang perlu diperhatikan dalam studi agama dengan menggunakan metode
psikologi, diataranya:

 Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran batin


manusia.
 Memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat dibuktikan
secara empiris
 Dalam penelitian harus bersikap filosofis spiritualistis.
 Tidak mencampuradukkan antara fakta dengan angan-angan atau perkiraan
khayali
 Mengenal dengan baik masalah-masalah psikologi dan metodenya
 Memiliki konsep mengenai agama serta mengetahui metodologinya
 Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama
 Mampu menggunakan alat-alat penelitian yang digunakan dalam
penelitian ilmiah.
Dengan metode diatas diharapkan, peneliti dapat mengumpulkan data dan
mengolah serta menganalisa dengan cermat sehingga pun hasilnya dapat objektif.
berikut akan dipaparkan metode-metode psikologi dalam studi agama:

1. Metode Dokumen Pribadi dan Metode Karakter Pengalaman Agama


Primer
Metode ini digunakan untuk mempelajari tetang bagaimana pengalaman
dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk
memperoleh informasi mengenai hal dimaksud maka cara yang ditempuh adalah
mengumpulkan dokumen probadi orang seoarng. Dokumen tersebut mungkin
berupa autobiografi, biografi, tulisan ataupun catatan-catatan yang dibuatnya. Hal
tersebut didasarkan atas pertimbagan bahwa agama merupakan pengalaman

3
individual yang hanya dirasakan oleh dirinya sendiri, maka dirasa penelitian
dengan menelusuri dokumen probadi perlu untuk dilakukan.

William James dalam bukunya The Varieties of Relegius Experience,


tampaknya menggunakan metode ini. Walaupun kendati masih sebatas pada ahli-
ahli agama, namun hasilnya sudah mampu memberikan kontribusi yang cukup.
Dalam buku tersebut, James mengemukakan sejumlah kasus pribadi tentang
pengalaman agama yang dirasakan masing-masing individu.

Dalam penerapannya, metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai


cara dan teknik tertentu. Diantaranya yang banyak digunakan adalah:

 Teknik Nomotatik
Merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami tabiat
atau sifat-sifat dasar manusia dengan cara mencoba menetapkan ketentuan umum
dari hubungan antara sikap dan kondisi-kondisi yang dianggap sebagai penyebab
terjadinya sikap tersebut. Sedangkan sikap yang terlihat sebagai kecenderungan
sikap umum itu dinilai sebagai gabungan sikap yang terbentuk dari sikap-sikap
individu yang ada didalamnya.

Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari perbedaan-perbedaan


individu. Dalam penerapannya nomotatik ini mengasumsikan bahwa pada diri
manusia terdapat suatu lapisan dasar dalam struktur kepribadian manusia sebagai
sifat yang merupakan ciri umum kepribadian manusia. Ternyata dalam kajian ini
ditemukan bahwa individu memiliki sifat dasar yang secara umum sama,
perbedaan masing-masing hanya dalam derajat atau tingkat-tingkatan saja.

Nomotatik yang digunakan dalam studi tentang kepribadian adalah


mengukur perangkat sifat seperti kejujuran, ketekunan dan kepasrahan sejumlah
individu dalam suatu kelompok. Ternyata ditemukan bahwa sifat-sifat itu ada
pada setiap individu, namun jadi berbeda oleh hubungan antara sifat itu dengan
sikap seseorang. Perbedaan tinggi dan rendahnya sifat umum tersebut sangat
dipengaruhi oleh situasi yang ada.

 Teknik Analisis Nilai


Teknik ini digunakan dengan dukungan analistis statistik. Data yang
terkumpul dikalrifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan

4
penilaian terhadap individu yang diteliti. Teknik statistik digunakan berdasarkan
pertimbangan bahwa ada sejumlah pengalaman keagaman yang dapat dibahas
dengan menggunakan pendekatan alam, terutama dalam mencari hubungan antara
sejumlah variabel. Carlson misalnya menemukan dalam penelitiannya bahwa,
terdapat hubungan antara kepercayaan dengan tingkat kecerdasan. Didapatnya
korelasi antara kepercayaan dengan tingkat kecerdasan. Yang berarti bahwa anak-
anak yang kurang cerdas cenderung berpegang erat kepada kepercayaan agama,
sedangkan pada anak-anak yang cerdas kecenderungan itu lebih kecil.

 Teknik Indiography
Teknik ini digunakan untuk menyelidiki sifat dasar manusia. Berbeda
dengan nomotetik, maka indiografi lebih dipusatkan pada hubungan antara sifat-
sifat dimaksud dengan keadaan tertentu dan aspek-aspek kepribadian yang
menjadi ciri khas masing-masing individu dalam upaya memahami seseorang.

Pelopor dari penggunaan teknik indeografi dalam psikologi agama adalah


Gordon Allaport. Menurut Allport untuk mempelajari kepribadian semestinya
mencakup sifat-sifat dasar yang merupakan ciri khas yang ada hubungan antara
seseorang dengan prespektif dirinya. Masing-masing sifat dasar yang dimiliki
seseorang individu sebagai ciri khas terlihat dalam penampilan sikap seseorang
secara umum.

 Teknik Penilaian Terhadap Sikap


Teknik ini digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan, atau
dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Berdasarkan
dokumen tersebut kemudian ditarik kesimpulan, bagaimana pendirian seseorang
terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kaitan hubungannya
dengan pengalaman dan kesadaran agama.

2. Metode Kuesioner
Metode Kuesioner merupakan suatu metode dengan menggunakan daftar
berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau dalam suatu bidang.
Dengan demikian maka kuesioner dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan
untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden (orang-

5
orang yang menjawab). Kuesioner memiliki perbedaan dengan metode wawancara
atau interview, yaitu bila wawancara mengumpulkan data dengan dengan lansung
memberikan pertanyaan kepada responden. Sedangkan kuesioner tidak secara
lansung, cukup dengan menulis pertanyaan dan menyeberkannya.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode ini. Kelebihannya yaitu
perumusan pertanyaan yang akan diberikan dapat dilakukan dengan tenang dan
santai di kantor. Sehingga pertanyaan yang pada nantinya akan disampaikan dapat
lebih sistematis dan matang. Selain itu dalam proses penelitian dilapangan akan
lebih mudah, karena dalam penyebaran angket pertanyaan dapat dibantu oleh dua
orang atau lebih. Apalagi penelitian ini lebih cocok terhadap peneliti yang hanya
mempunyai waktu terbatas.

Adapun kekurangannya, penelitian ini bersifat kaku. Pasalnya, hasil yang


akan didapat oleh peneliti dari responden hanya sebatas jawaban dari pertayaan
yang telah terumuskan di dalam angket. Padahal, hasil diluar pertanyaan tidak
dapat kita kesampingkan dan perlu didapatkan sebagai tambahan dari hasil
penelitian. Selain itu pertanyaan yang telah terumuskan oleh peneliti belum tentu
menggambarkan keseluruahan aspek dari objek yang diteliti. Selain itu, terdapat
banyaknya kegagalan lain yang tidak dapat dikontrol oleh si peneliti. Contohnya,
bisa saja para responden salah dalam memahami pertanyaan-pertanyaan akibat
sulit pertanyaan peneliti untuk dipahami. Hal bisa saja dihindari bila adanya
kontrol dari peneliti.

Dr. Ulber Silalahi, M.A. menjelaskan dalam bukunya Metode Penelitian Sosial
tentang langkah-langkah dalam pelaksanaan pengumpulan data dengan metode
angket atau kuesioner, yaitu

 Pernyataan masalah
 Pilih subjek
 Susun kuesioner: lebih atraktif dan singkat serta mudah dijawab
 Validasi kuesioner
 Siapkan surat pengantar
 Uji coba kuesioner kepada sampel kecil dari subjek
 Tindak lanjut kegiatan
 Lakukan pengeditan kuesioner dan pengkodean terhadap tiap respons

6
 Analisis data
 Tulis satu laporan yang menyajikan temuan
Selanjutnya beliau menjelaskan, setidaknya ada 2 tipe metode kuesioner yang
biasa digunakan, diantaranya:

 Pertanyaan dan Jawaban terbuka


Pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan dengan kategori respon tidak
dispesifikasikan. Pertanyaan terbuka menghendaki responden menjawab atau
memberikan respon dalam cara yang mereka pilih. Dengan kata lain, kuesioner
terbuka ditandai oleh sejumlah pertanyaan yang meminta responden menjawab
pendek atau panjang. Responden menguraikan pendapat, persepsi, atau sikap
mereka mengenai hal yang ditanyakan.

 Pertanyaan dan Jawaban tertutup


Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang didalamnya responden memilih
satu atau lebih dari kategori-kategori spesifik yang telah ditetapkan. Pertanyaan
tertutup meminta responden membuat pilihan di antara satu set alternatif tertentu
yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sejumlah alternatif kategori respons yang pasti
telah disusun secara lengkap dan terpisah sehingga responden hanya memilih
salah satu atau lebih dari antara kategori respons tersebut.
Misalkan setuju dan tidak setuju, atau ya dan tidak.

3. Metode Interview
Interview atau wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang sering
digunakan dalam metode penelitian survei yang digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang isu-isu yang menarik minat peneliti. Sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari kita beragam jenis wawancara, diantaranya: wawancara
perkerjaan, wawancara media, wawancara kerja sosial dan wawancara polisi.
Selain itu, dalam kegiatan penelitian metode ini sering digunakan, seperti dalam
penelitian deskriptif, eksploratif, dan eksplanatif.

Wawancara dapat dilakukan dengan individu tertentu untuk mengetahui akan hal
lain. Individu dalam bentuk wawancara seperti ini biasa disebutinforman. Selain
itu wawancara bisa dilakukan terhadap individu tertentu untuk mendapatkan data
tetang dirinya sendiri, seperti pendirian, pandangan, persepsi, sikap, atau perilaku.
Individu dalam bentuk wawancara seperti ini biasa disebut responden. Dalam

7
pelaksanaannya kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling dibutuhkan
serta saling melengkapi.

Secara historis teknik wawancara sudah digunakan pada zaman Mesir Kuno untuk
keperluan sensus penduduk. Dalam ilmu pengetahuan modern Booth
menggabungkan teknik wawancara tak terstruktur dengan survei dan observasi
etnografi untuk meneliti kondisi sosial masyarakat London. Madzhab Chicago
(1920-an) juga menggabungkan antara wawancara informal, observasi dan data
personal. Dalam budaya populer wawancara justru menjadi komoditas seperti
dilakukan terhadap wawancara para selebritis.

Pada umumnya wawancara dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: a) wawancara


terstruktur, dan b) wawancara tak terstruktur. Wawancara terstruktur juga sering
disebut sebagai wawancara baku, terarah dan terpimpin. Dimana dalam macam
ini, susunan pertanyaan sudah tersusun sebelumnya. Sedangkan wawancara tak
terstruktur biasa disebut sebagai wawancara mendalam, intensif dan terbuka. Data
dalam wawancara terstruktur ditempatkan dalam konteks independen, lepas dari
konteks, sedangkan dalam wawancara tak tersturkur data terkandung dalam dalam
konteks sosial itu tersendiri. Artinya, informasi diperoleh dari kata-katanya sendiri
yang merupakan sisi persepsi subjektifitas dari informan sendiri. Wawancara
tersturktur lebih banyak menghasilkan jawaban rasional dibandingkan dengan
emosianal. Wawancara terstruktur menyerupai daftar pertanyaan survei, oleh
karena itulah wawancara dan survei jarang digunakan dalam penelitian kualitatif.

Namun menurut Daymon dan Holloway, biasanya penggunaan survei dalam


penelitian kualitatif didasarkan dua alasan, yaitu: A) untuk menghadirkan data
sosiodemografis dan biografis, misalnya tentang usia, jenis perkerjaan, intensitas
pengalaman, jumlah pembelian dan sebagainya. B) pada umumnya untuk
memenuhi permintaan panitia penelitian dalam rangka mengetahui alur penelitian
secara keseluruhan

4. Metode Publik Opinion Poll


Metode Publik Opinion Poll merupakan gabuangan antara kuesioner dan
wawancara. Cara mendapatkan data adalah melalui pengumpulan pendapat

8
khalayak ramai. Data tersebut selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan
klasifikasi yang sudah dibuat berdasarkan kepentingan penelitian. Teknik ini
banyak digunakan oleh E.B. Taylor dalam penelitiannya.

Menurut Eriyanto (1999), polling adalah suatu penelitian (survey) dengan


menanyakan kepada masyarakat mengenai pendapat suatu isu atau masalah
tertentu. Secara metodologis, polling adalah suatu teknik untuk menyelidiki apa
yang dipikirkan orang terhadap isu atau masalah yang muncul. Jadi polling adalah
metode untuk mengetahui pendapat umum (public opinion). Polling adalah cara
sistematis, ilmiah, dan terpercaya mengumpulkan informasi dari sampel orang
yang digunakan untuk menggeneralisasikan pada kelompok atau populasi yang
lebih luas di mana sampel itu diambil. Setidaknya ada 4 tahapan polling, yaitu:

 Menentukan tujuan polling


 Menetapkan populasi dan sampel
 Menentukan tipe informasi dan menetapkan waktu
 Metode pengumpulan dara polling
 

5. Metode Skala
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang faktor-faktor yang
menyebabkan perbedaan khas dalam diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat
dan kelompok, misalnya dengan adanya penyebab yang khas ini peneliti dapat
memahami latar bekang timbulnya perbedaan antar penganut suatu keyakinan
agama. Misalnya sikap liberal lebih banyak dijumpai dikalangan penganut
propestan, dan sikap konservatif lebih banyak dijumpai di kalangan penganut
agama Katolik dan sebagainya.

6. Metode Tes
Yaitu melakukan percobaan kepada seseorang atau kelompok pada situasi yang
telah diatur sedemikian rupa, sehingga dapat diketahui kejiwaan agama seseorang
dalam keadaan tertentu. Tes digunakan dalam upaya untuk mempelajari tingkah
laku keagamaan seseorang dalam kondisi tertentu. Untuk memperoleh gambaran
yang diinginkan, biasanya diperlukan bentuk tes yang sudah disusun secara

9
sistematis.  Misalnya melakukan tes kekuatan tidak mencuri walaupun dalam
keadaan lapar serta ada peluang untuk melakukan itu. Begitu juga keluasaan dan
kedalaman ilmu agama dapat diketahui dari ujian lisan maupun tulis. Juga lewat
tes dapat dikatahui bagaimana sikap seseorang beragama sewaktu menghadapi
orang lain.

7. Metode Eksperimental
Eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan di mana kondisi tersebut
dibuat dan diatur oleh si peneliti. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan
dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian seta adanya kontrol.
Metode eksperimen sering sekali dilakukan dalam penelitian ilmu-ilmu alam.
Walaupun demikian, penggunaan metode eksperimen di dalam ilmu-ilmu sosial,
akhir ini makin banyak peminatnya.

Tujuan dari penelian ini adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab-
akibat serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan
perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimen dan
menyediakan kontrol untuk perbandingan. Penelitian eksperimen dapat mengubah
teori-teori yang telah usang. Percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menguji
hipotesis serta untuk menemukan hubungan-hubungan kausal yang baru.

Menurut Moh. Nazir, Ph. D, setidaknya ada dua macam penelitian eksperimental,
yaitu a) eksperimen sungguhan dan b) eksperimen semu. Metode eksperimen
sungguhan adalah penelitian dengan desain percobaan yang dimana dapat
dilakukan kontorl secara ketat dan validitas internal dan eksternal yang cukup
utuh. Kemudian eksperimen semu adalah penelitian yang mendekati percobaan
sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan kontorl/ memanipulasikan semua
variabel yang relevan. Harus ada dalam menentukan validitas internal dan
eksternal sesuai dengan batasan-batasan yang ada.

10
BAB III

Penutup

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

11
Daftar Isi

BAB I..................................................................................................1

BAB II................................................................................................3

BAB III.............................................................................................11

12
Makalah Psikologi Agama

Sejarah Perkembangan Dan Metode Psikologi Agama Dalam Islam

Disusun Oleh:

1. Alfandi Sepman
2. Ilsandra
Dosen Pengampu:
Dr(c) Andrianto S.Pd.I, M.Ag

Institut Agama Islam Sumatera Barat (IAI Sumbar) Pariaman


Tahun 1441 H/2020 M

13

Anda mungkin juga menyukai