Anda di halaman 1dari 141

BAB I

PENDAHULUAN
I Rang
11 h NlltU peninggalan kepurbakalaan dari jaman
permulaan Islam
y1111g sampai kepada kita dewasa ini ialah peninggalan
dalam bentuk
ntttu warisan visual. Di antaranya yang terpenting ialah
bangunan kumpleks-kompleks makam dari penyebar
agama Islam, khususnya
1-ka kompleks makam para wali, yang oleh masyarakat
dianggap
iwallsanga.Antara
lain kompleks
Sunan Ampel
(Surabaya), Maulana lbrahim (Gresik), Sunan Bonang
(Tuban), Sunan Kudus (Kudus), Gunung Jati (Cirebon),
dan Sunan Giri (Gresik).
:K!omples Sunan Giri sebagai salah satu dari
kompleks-kompleks am para wali di atas, meliputi
kompleks makam dan bangunan masjid.
, pun adanya kemungkinan
bahwa bangunan makam
Sunan Giri telah gt\}ami beberapa kali perubahan, terbukti
pada profil bagian depan masjid uat angka tahun 1544 M dan
1857 M. diduga kronologi itu merupakan
pon1l>inaan
kembali masjid di kompleks
Giri. Adapun
bangunan tertua atau
Ulinya yang terdahulu mestinya didirikan di sekitar pennulaan
jaman
Islam, ktgasnya di sekitarpennulaan
abad XVI.
Na.mundemik:ian, meskipun kompleks Sunan Giri merupakan
suatu kompleks yang berasal dari jaman Islam, serta untuk
kepentingan Islam, yaitu sebagai tempat pemakaman
dan
beribadah,
;yaitu
bersembahyang-shalat,tetapi
pengaruh
unsur-unsur
kebudayaan dari UJUilall prasejarah maupun dari jaman Hindu-

Budha masihjelas tampak, baik ditinjau dari jiwa maupun seni


bangunan atau arsitektumya.
Bertolak dari paparan yang telah dikemukakan, kajian
dan uraian terhadap kepurbakalaan Sunan Giri bertujuan
sebagai berikut.
1. Mengungkapkan proses masuknya agama Islam,
corak-corak
ajaran, dan cara penyebarannya di Jawa.
2. Menjelaskan proses akulturasi.antara kebudayaan
Indonesia asli
darijaman pra seja.rah, Indonesia Hindu yang telah
berabad-abad
1
.berpengamh k:uat di Indonesia dan bersifat
politheistis dooaan
.kebudayaan Islam yang baru datang
setelah meng I ntl
perkembangan yang panjang dan setelah melewati
beberapa 11t1a11tl
yang terlebih dahulu menjadi Islam.
Misalnya Persia, h&tlt11
(Gujarat), Malabar, dan Mesir, Selain itu agama
lslamjuga boi jfttl
monotheistis.
3. Mengungkapkan mengapa unsur-unsur kebudayaan
Indonesia r.bn I
jaman prasejarah dan unsur-unsur kebudayaan
dari jaman Hiudt1
Budha yang telah berurat berakar pada
kehidupan bang1111
Indonesia, khususnya di Jawa tetap
memperlihatkan corak,

uru111 lntNdbut Hal ini disebabkan k


budi1iyn1111
hdltk bun menm~.,"~ pe
ar~na pada

... p<UULI.
un
ncemnnan dari
a 11011dulhu1gnya. Dalam
penulisan
searah
Un1111 JIPlllllBSHlan-peninggalan artefaktu
~l
atau rhth11 b1intuuu dari (1)
epigrafi, yaitu tu~s:~ai
nyn ti tlfflltl buugunan tersebut, (2) Jo;
.
0
Ition, ('4~ Ulolooi ilmu baha
beonolog1, (3) tradisi
ti
sa yang
e ' u ilmu
rhubungan d
lf1 (I\)
tentan
enga
f.lt&tiqU(I/i
n
C
I.
b ka
g sepur a Iaan
ata
atau

khususnya pada kompleks Sunan Giri. Pada


pihak lain komples Sunan Girl juga digunakan
untuk kepentingan yang bersifat keislaman.
4. Menjelaskan kebijakan para wali dalam
menyebarkandan menarik
perhatian rakyat dengan menggunakan media dan
metode yang telah dikenal secara umum pada
masa itu (permulaan Islam), sehingga dengan
tidak: terasa rakyat dapat dibawa ke arah ajaran
yang benar, sesuai dengan ajaran Islam.

ha111mm irnu ..ilmu di atas dihara


_ .
Mt II, mnQg~rti dan memah
.
pkan
,,
11
a
_
penelib
atau penulis r ru.r~elnbangan kebud
anucara-caraberfikir
a
cara merasa,
J1"111 :11m
berfikir
~aan pada ,waJ1aman
penyebaran
tbap I diketahui ctarl mbeerasba
corak-c~rak
perkembangan itu
erapa karya tulis be
. d
Ill' J 1111 rnemuat ajaran para wali Mi
. rwu~u
manuskrip
llw kntn: sulk-jalan)yang dihub
salnya manuskrip
berupa suluk
lul'IH uu oleh beberapa ahli dib ~gakan dengan tokoh
Sunan Bonang.

B. Pentingnya Kajian Kepurbakalaan Sunan


Giri
Seperti diketahui bahwa keadaan masa sekarang
baik menyangkut
masalah
sosial, politik, ekonomi, dan khususnya
dalam kebudayaan
merupakan perkembangan dari jaman lampau. Untuk
mengetahui dan
memahami gambaran masa lampau secant komprehensif
maka masalah
sumber
merupakan suatu persoalan yang sangat
penting. sejarah
Terutama

I
en nama berbeda beda
t I QJlttlsinya, memberi judul
.
BJO
M" In
. Bet B
isa ya
M~li' sedang ahli I .
. .
oek van Bonang
(Buku Sunan
1
amnya, yaitu JGH Gunnin
nw;/1geschrifi uit de zestiend
g
menamakannya : Een
It nodsdienst" (Tuli
e eeuw,_ had lende over
san 1awa derMohammad
uMuhammad
lfauhid
yang memuat
kunodariabad ajaranXVI
(SAW)" L .
: 'ltmsoh Primbon uit zestiende eeu~", e~~ 1881);
Kraemer dalam Een
m The Admonition ot' Sheh B . (Th(
en, l92 I), dan
GWJDrewes
an
e Hague, 1969) 2
Kar
ya
'J

'
y
bera
d .
.
a
la1nn yan
saJ
.
g

~:Jn=

bila hendak mengetahui sejarah dari jaman permulaan


Islam di Jawa.
Sumber-sumber sejarah yang dimaksud antara lain :
sumber-sumber tertulis dari dalam negeri, misalnya (1)
Babad Tanah Djawi,(2) Babad Gresik; (3) manuskripmanuskrip yang memuat ajaran para wali atau suluk :
Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Su/uk Sukarsa, Serat Idayat
Jati,dan lain-lain. (4) Sumber-sumber asing antara lain ;
berita Arab, Cina, India, dan berita- berita Barat seperti
Portugis, dan Belanda. (5) Sumber berupa tradisi lisan
mitos, dan legende, dan (6) surnber artefaktual yaitu sumber
berupa warisan visual berupa bangunan kompleks makam
dan masjid para wali, khususnya kompleks makam dan
masjid Sunan Girl.
Berbagai macam surnber sejarah yang disebutkan
baru mempunyai
.arti bila ,d!y)at mengerti .apa arti -simbolis yang terkandung
dalam bentuk

ymnsuddin Sumatram Asrar al Ari


an p~node
lebih muda yaitu dari
Jlmnzah Fansuri Syarab al Asyikin
:rangorang arif), dan karya
IJdfum telaah Harun Hadiwii
dal
. rang
yang mabuk) menjadi
ll
~ono
am Man tn The Pr.
r etsm (manusia dalam mistik
. _
esent Javanese MysTuli
_
.
awa dewasa IIll).l
san-tulisan di atas memuat seba
dari
an corak ~atan
Isl~ yang
cara
dili .
g yang dimaksud
ditandai

pun suasana tasawuf serba mistik kh


, ususnya
I B. Schrieke, Het Boek van Bon
.
..
van Java (Proefschrift aan Ri.... . a~g : Bydrage
tot de Kennis van den 1 l
. .
l G.WJ. Drew Th
~""~1~ers1te1t te Leiden;
Leiden 1916)
s amisermg
Jes,
e Admonition of she Bari (M
. .'
.. Harun Hadiwijono, Man in The p,.,
artmus N1Jboff: The Hague 1969)
aan VnJe Universiteit 1te Amsterdam a:se:t Javane~e
Mysticism (Academisch ~fschrift
XVI.SC & Keunmg N.V. : Baam,
berkembang di Indonesia pada abad
1967).

c::

dengan

berfikir yang

dari aliran wihdatul wujud. Aliran inifaham dan ajarannya


temyata memiliki
banyak persamaan dengan pola ajaran Hindu clan Budha, yang
menyangkut tentang ajaran emanensi/emanasi Tuhan kepada
setiap makhluk., khususnya
pengaliran-Nya pada diri manusia. Berkat adanya kesesuaian
dua ajaran itu

Ketiga, sebagai pokok masa)ah adalah


asp~k-aspek kepurbakaJaan yang berh b
pengungkapan
clan kajian
(arsttektur) seni ragam hias
.
u ungan dengan seni
bangunan

agama Islam pun oleh bangsa Indonesia, khususnya untuk


orang-orang

Jawa tidaklah dianggap sebagai suatu faham baru. Dengan


bentuk yang bersifat akomodatif agama Islam dengan mudah
menggantikan kedudukan agama Hindu dan agama Budha di
Jawa.
Dengan memahami secara konprehensif alam fikiran
dan peYkembangan kebudayaan dari jaman sebelum Islam,
baik dari masa prasejarah maupun dari jaman Hindu dan
permulaan Islam di atas dapatlah sedikit diungkapkan arti dan
makna simbolis serta apa sebabnya unsur- unsur budaya dari
masa presejarah dan unsur-unsur dari Hindu tetap terus
dipertahankan pada kompleks-kompleks makamIslam tertua
seperti Sendang
Duwur, Bonang, Draajat dan khususnya Giri. Goresan-goresan
peninggalan
pada jalinan budaya tersebut pada hakekatnya juga merupakan
cermin cara
berfikir, cara merasa dan tingkatan kebudayaan pada masa
tarnsisi HinduIslam
XVI. pada abad XV-

C. Pembatasan
Dengan sedikit mengetahui keadaan alam fikiran di Jawa
sekitar abad XVI seperti diutarakan di atas dapatlah difahami
sebagian arti simbolik bangunan-bangunan
pada kompleks
Sunan Girl. Dalam penelitian inikajian mengenai kepurbakalaan
pada kompleks
Sunan Girl dititikberatkan pada bi dang

ga
makam
bangu seperti terlukis padapura,
clan
n
masjid
kompleks Panataran.
an yang temyata memiliki struktur
sama dengar:
. . '
ansistun
susunan

D. Rencana Kerja dan Metode


.
Kajian ini berkaitan dengan salah
.
Se1ar~ Kebudayaan. Olehkarenann
satu buf3:~ Ilmu
Sejarah, yaitu
men~tapkan cara kerja clan metode _ya dalam
pene~~penulisannya juga heunstik, kritik .
.
sejarah,
terdiri
dari langkah-Ian
kah
.g yang
,
mterpretas1
dan
hist

fi
.
keIJanya dilakukan melaJui tahap-tahapo~ogra . Adapun
Jangkah-Jangkah
I. Pembacaan sumber baik
. b
I
'
sum er pustaka m
ap~gan.
pembacaan
ini sekalf
.
au~un
Dalam
sumber
dan 1dentifikasi data/fakta
.
. gus dilakukan
mventarisasi tertulis lisan dan visual
yaitu dari
berbagai sumber baik yang
'
...._
yan
g

Yangrelevan Se.laajutny dari &~i

.
a
terkumpul diusut hub
icu..ia-fakta
kebudayaan
sebagai pokok persoalan. Agar pembahasan
memfok:us permasalahan kajian dibatasi sebagai berik:ut
"'~
Pertama, untuk mengantarkan pada pokok persoalan
tentang
Kepurbakalaan
Sunan Giri, secara garis besar akan dibahas
masuknya Islam di Jawa, riwayat tokoh Sunan Giri, dan
5

kegiatan-kegiatannya dalam menyebarkan agarna Islam di


Jawa,
Kedua, untuk memaharni proses ak:ulturasi bud.aya yang
jalinannya
tercermin pada kompleks Sunan Giri juga akan dikaji
perkernbangan

kebudayaan Indonesia dari jaman Sebelum Islam sebagai


latar kepurbakalaannya
Selain itu juga berlcaitandengan
pandangan Islam terhadap masalah kebudayaan, pandangan
sosiologis terhadap kedudukan para wali di Jawa, dan kondisi
sosial budaya pada masa kehidupan Sunan Giri.
4
secara keseluruhan

kebenaran coherence theory o~n~~ny:


be~dasarkan konsep pokok persoalan.
esuai dengan relevansi
2. Studi
lapangan
b
.
0 servasr
.
' yai itu
untuk
melakukan
tnangulasi ke obyek peneliti
.
cross eek atau an, yaitu pada
kompleks Sunan G. .
.
_Adapun data atau fakta-fakta sei
.
m. dianal.isis dengan :
:1arah yang
diperoleb kemudian
1. metode kompilatif yaitu dikeIJakan 1aJ .
.
dat d
'
me wcara-carapen
u1
. ~ an bermacam-macam sumb
.
gurnp an
mtrinsiknya, kemudian ditarik ke .
er, d1usut
hubungan
yang diteliti,
sunpulan mengenai
persoaJan
2. ~etode komparatif, yaitu data atau fakta .
diperoleb melaJui penarikan hubun
~~ebudayaan
yang selanjutnya dibandingk
d
gan mtrinsik
dari data!fakta
an engan fakta lain D . rb
tersebut kemudian diekspJanasik.an daJ
an pe
~dingan
kemudian menyimpulkann
am suatu narasi sejarah
ya.
Pendekatan
KompJeks kepurbakaJaan Sun
..
buciayaan dari abad XV-XVI
D:nGmseba~~peoinggalansejarahdan

ngan sendirinya

mencenninkanjiwajamannya (zeitgebondenheit), adalah pengejawantahan proses terjadinya percampuran (akulturasi) antara


unsur-unsur
kebudayaan darijaman prasejarah, Hindu-Budha dan Islam.
Oleh karenanya
untuk memahalni arti dan makna sirobolik dalam konteks
jamannya dapat
dilakukan pendekatan berdasar:kankonsep akulturasi kebudayaan dari
disiplin
Antropologi Budaya. Dalam konsep Antropologi Budaya
proses akulturasi akan terjadi bila dapat dipenuhi prinsipprinsip sebagai berikut.
1. principle of integration. yaitu prinsip intergrasi. Dalam
prinsip
ini unsure-unsur kebudayaan baru akan mudah bercampur
dengan
unsur-unsur kebudayaan yang lama atau unsure
budaya asli
apabila keduanya dapat diintegrasikan.
2. principle of function. yaitu prinsip fungsi.
Unsur-unsur
kebudayaan yang baru datang akan lebih mudah
diterima oleh
masyarakat bila dapat didifungsikan dalam sistem
kebudayaannya.
3. principle of early learning. bahwa unsur kebudayaan
barn akan mudah diteriroa oleh masyarakat dan
kebudayaan
yang didatangi apabila
dapat
disesuaikan dan diselaraskan dengan unsur
kebudayaan yang telah dipelajari paling awal dari
masyarakat yang
bersangkutan.
4. principle of utility. yaitu unsure kemanfaatan.
Dalam proses
akulturasi
unsur-unsur
kebudayaan baru ak:an
lebih mudah
diterima dan diintegrasikan dengan kehidupan sosial
budaya yang
6

2. Huruf Arab yang sering digunakan


antara lain . a. huruf
ditulis
bdengan
hurufh . dalam
. . ah di . .
a zya.

dituli kh dala kharij


..
s :
m a.
c. h~f .ditulis s : dalam Malik
al-Saleh a1sam.
'
d. huruf. .. ditulis sh : dalam shalat.
e. huruf .. ditulis 'a : dalam 'adam
f huruf d.rtuli s gh : dalam ghara qa

3. Hdituurlui f ber-harakat pan~jan g (be rvo kal pan'j.ang)


tanda vokalnya
18 rangkap : dalam : an-naasa ,
addiin.
4. Dua=
yang bunyinya sama terletak
berurutan untuk
:~~annya dengan nomor 3, diberi tanda strip
(-) dalarn :
5. Nam.a pengarang dan nama buku ditulis sebagaimana
adanya.
G. lsi Singkat
mendapatkan
garnbaran
s Untuk
istematika
sebagai beriku

.
. tulisan
. . . dengan
singkat
t.nu disusun
penulisPane,rtpametain, Bab Ikamiierupakan pen dahuluan, berisi
latar belakang tujuan
.
goya ~tan tentang sunan Giri pembatasan
masalah, ,

CJaan yang digunakan dan sistematik. a atau is'i


singkat tuli
7

Kedua, Bab II adalah Bab tenta


isan.
telah ad.a apabila unsure budaya baru itu mendatangkan
manfaat
besar.
5.
principle ofyang
concretness, artinya unsur-unsur
kebudayaan
baru muncul atau baru datang akan lebih mudah
diterima dan
diak.omodasikan
kehidupan sosial apabila dapat diwujudkan dalam

metode,
ll<'nyebaran Islam di I d
.
. n~ peranan Sunan
Giri dalam
meliputi
pembah
masuknya Islam Indonn onesia,
.
.
asan tentang
di
proses
S'.unan
Giri serta erana.:1a, khusus~ya
di Jawa,
keterangan
dan
sislsilah
anggota wali
sanga,
latar
mengapa Sunan Jiri dirik~~ sebagai belakang
tpenyebaran
lilam

Sunan
Giri

I d
jasa-jasa
.
le-budayaan dan kesenian.
n onesia, terutama daJam
bidang politik,

secara konkrit atau


nyata,
F. Ejaan
Adapun ejaan yang digunakan selain terdapat nama-nama
dan istilah dari bahasa Indonesia, juga terdapat nama clan
istilah dari bahasa Arab. Untuk nama dan istilah tersebut
penulisannya sebagai berikut.
l. Nama dan istilah ditulis menurut ejaan hurufnya,
tidak menurut
al Sumatrani. tidak Samsuddtn As-

le purbaKkeatliagaan, BSuanbanIII a. d. alah B.ab. yang


membahas latar belakang
t11tt~babkan oleh tiga fa~~~- PKond1s1 kdaepurbakalaan Sunan
Giri diduga

ertama, a lab pandangan d


masalah
r lS sangat toleran dalam
an s
ika
p Islam
1t>1tinl masyarakat Jawa yang s b -~tiklah ~ebudayaan.
Kedua, kondisi
tt ..~11
er a nus
akibat pen aruh .
.puu 1a yang telah berabad-abad
. g . . _
1
ajaran Hindu. 'Udukan
tin
!twa
masyaraka

Malik al Tahir, tidakMalikutTahir.

an masjid di Giri serta


di
'

Islam

ucapannya.
Contoh:
Samsuddin
Sumatrani.

men

but
karen~

a=
ti

Jaway~g

sangat
menjunjung
amanya.J?al~
uraiantinggi
rm juga dan
memberikan
wah, khususnya terhadap wali sanga.
Penghonnatan
ya kepercayaan bahwa para wali adalah
pengganti/

penerus golongan brahmana, maupun reja-raja setempat


yang pada jaman Hindu-Budha dianggap sebagai
titisan/penjehnaanlroingkamasi dewa. Ketiga, dikarenakan latar
belakang kebudayaan di Indonesia pada masa Islam masuk ke
Jawa, selain bertemu dengan peng-.uuh Hindu-Budha yang
kokoh berakar di Jawa, juga menjumpai unsur-unsur
kebudayaan Indonesia asli dari jaman prasejarah yang
dengan k:uatnya muncul kembali dalam kehidupan
masyarakat Jawa pada masa akhir Majapahit, setelah terdesak
oleh pengaruh
Hindu-Bud.ha selama berabad-abad.
Keempat, Bab IV berisi pembahasan mengenai
unsur-unsur
kepurbakalaan kompleks Sunan Giri. Pembahasan dalam bab
ini meliputi kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan tempat, seni bangunan mulai dari gapura, makam
dan masjid. Juga termasuk dalam pembahasan bab ini ialah
seni ragam bias pada bangunan-bangun'.1 tersebut. Bagian
terakhir dari bab IV membahas susunan bangunan dari
kompleks
Sunan Giri.
Kelima, Bab V adalah bab terakhir. Dalam bab V
merupakan
kesimpulan. Data-data atau fakta-fakta kesejarahan dan
kebudayaan yang disajikan dari Bab I sampai Bab IV setelah
diusut hubungan intr_insi~ya dengan cara mengkomunikasik.an.
dan menyimpu~~a
sebagai bagian dari penutup kajian
mengenai Kepurbakalaan Sunan Gm.

~.. '
8

BAB II
HUBUNGAN BUDAY A INDONESIA ASIA BARA T DAN
PERANAN SUNAN GIRi DALAM PROSES ISLAMISASI
JAWA
A\ Agama Islam Masuk Ke Jawa.
Sejak abad-abad pertama Masehi di Indonesia telah muncul
lalu lintas tertentu yang menghubungkan antara pulau yang satu
dengan pulau lainnya nluupun yang
menghubungkan
Indonesia dengan dunia luar. Dalam lalu lintas ini pelayaran
memegang peranan penting
untuk menghubungkan
lndones~a bagian Timur dan Indonesia bagian Barat, atau
menghubungkan Indonesia dengan negara-negara lain. Karena
lalu lintas tersebut digunakan
bagai sarana perdagangan, kemudian juga lazim disebut
sebagai jalan perdagangan.'
Jalan itu dari pantai utara
Sumatera Utara menyusur pantai umamya terns ke selatan, ke
laut Jawa. Setelah melewati Makasar rote itu ad yang menuju
ke utara (Selat Makasar) ada pula yang terns ke arah
Umll(~ke Maluku. Dari pantai Sumatera Utara jalur pelayaran
yang ke barat n
iQJU Benggala, Di bagian Pantai Timur
Sumatera jalur itu bercabang ke
utarw. menuju ke Cina. 2 Jalur dagang tersebut dalam sejarah
terkenal dengan
'Jt1tun "jalur sutera" atau silks
road.
Selat yang memegangperanan pentingpadajalan ini ialah
Selat Malaka di Ubln\, dan Selat Sunda di selatan. Di
.9

sepanjangjalan
perdagangan inilam.bat lawvt:JUlbullah pusat
perdagangan dan kerajaan-kerajaan penting di Indonesia
riti Sriwijaya (abad 7 M sampai dengan abad 14 M), Tuban
(abad 11),3

1 l)iH. Burger, Sedjarah Ekonomi-Sosiologi Indonesia I


(Pradjoaparamita : Djakarta,
) hhunan 15.
1 lh/tll
1 I fl, de Casparis, Airlangga (Pidato Pengukuhan
Guru Besar llmu Sejarah dan
1111\llCkerta, UniYcl:sitas Airlangga, Surabaya, 1958).
.

.9

Samodra Pasai (abad 13), Gresik dan Malaka (abad 15 M),~


Surabaya dan
Jepara (abad 15 M).5
Kunci Indonesia di sebelah timur terlet:ak..pada Makasar,
Temate,
dan Ambon. Jalan inidimulai dari Indonesia Baratkareua di
Indonesia Barat terdapat negara-negara yang berpenduduk
padat, memanjang ke ~ ~ur kemudian kembali Iagi ke
barat.Selain -dipergunakan sebagai jalan
perdagangan jalan ini dipergunakan pulasebagai :
a. Lalo lintas orang
Hilirmudiknya orang antar pulau di Indonesia melewatijalan
ini,Terutarna
bagi pedagang, baik pedagang bangsa
Indonesia
maupun pedagang bangsa asing misalnya : bangsa India.
C~ Arab, Portugis, Belanda
dan
Inggris.
b. Lalo Hntas barang
Dari arah barat ke timur meluncudah barang-barang yang
dibawa oleh
pedagangmisalnyakain dari India, beras dariJawa danlain-lain
dibaw~ ke Maluku- Dari timur ke barat diangkut orang
rempah-rempah
dari Maluku., lada dari Sumatera, kapur
barns dari Sumatera Utara. Barang- barang yang masuk dari
luar Indonesiaantu:a lain porselin, barang pecah belah, sutera
dari Tiongkok, dan tenon dari India.
c, Lain lint.as kebudayaan dan agama
Penyebaran kebudayaan dan agama juga melalui jalan ini,
baik agama
Hindu,
Budha,
Islam maupun agama .Nasrani Di
sekitar jalan
ini tumbuhlah kerajaan-kerajaan
yang
akhimya berkembang menjadi pusa~ perdagangan dan
agama misalnya Sriwijaya pada ~
Islam ~ulru
menvebarlran
sayapnya pada abad 15 M muncollah
kerajaan-kerejaan

- - Islam dan pelabuban pusat perdagangan .seperti Pasai,


Aceh, Banten,
Demak, Gresik, Makasar, dan Temate, yang sekaligus
6
juga merupakan pusar-pusat penyiaran Islam.
w_p Groucvcldt, Historical Notes otr Illllonuia .tmJ
Malaja compiled from Chi-neu ~
(Blntara:Djakarta.. 1960), baJaman 46-49.
Libat:
Armando Cortessao, .The Slll1lll ~
of
TOlllePires, an ACal-6 of JM East from 1M Rlll!d sea to
Japan written in Malacco allll Jru:1ia in 1512-1515 (Hakluyt
Society:LOndon, 1944), balaman 88-182.
j lbi.d.
a D.H. Burga". op. cit.
1
0

Kerajaan Islam yang pertama kali muncul di Indonesia ialah


Samodra
Pasai yang mulai berkembang pada abad 13 M.
Dari pemberitaan Marco Polo dapat diketahui keadaaan
Kerajaan Samodra Pasai. Marco Polo pada waktu itu menjadi
utusan Kaisar Kubilai Khan. Tatkala dalam perjalanannya ke
Persia ia terpaksa singgah ke Perlak selama Ii.mabulan. 7
Mengenai dari manakah agama Islam itu masuk ke
Indonesia di
k.alangan para abli ada beberapa pendapat sebagai berikut.
a. Islam masuk ke Indonesia langsung berasal dari Mekab
dengan
alasan :
I. Di dalam Sejarah Melayu disebutk.an bahwa SyarifMekah
mengutus Syekh Ismail untuk: mengislamkan Samodra,
dengan
lebih dahulu singgah di
Malabar untuk
mengajak. Sultan Muhammad (Fakir Muhammad) ikut
serta. Riwayat itu oleh Hamk:a dianggap sebagai proses
simbolik dari islamisasi Samodra Pasai.'
2.

Aclanya keaktifan bangsa Indonesia berlayar ke Mekah.


Inilah sebab- sebabnya raja-raja Pasai tidak. bergelar Syah
tetapi bergelar Malik seperti Al Malik.us Saleh.Berdasarkan
a1asan itu didugabahwa bangsa Indonesia telah mengadakan
hubungan dengan Damaskus pada abad

13 M. Perkiraan
iniberdasarkan
alasan bahwa
rajaDamaskus bergelar Al Malikus Saleh Ismail (12371238) clan Al Malikus Najamuddin Ayyub, tokoh yang
berbasil menga-lahkan
tentara Tar-Tar di Irak,
Selanjutnya
Malik
Najamuddin
Ayub
merebutDamaskus, Palestina, clan Baitul Makdis dari
tangan tentara Salib, Al Malikus Najamuddin kemudian
mewarisk.an Mesir kepada raja-raja Mamluk pada 1240
M.9 Gelar Al Malikul Zahir bagi pengganti Al
Malik (as Saleh) kemudian juga menjadi gelar Sultan
Baybars dari Mesir yang memerintah di Mesir dari
1260 sampai 1277 M.1
11 P.A. Hoesein Djajadiningrat, " Islam di Indonesia"
dalaJo Kenneth W.Morgan,
111 IDJalan Lurus (Pustaka Jaya : Jakana,1980), balamau
421-451.
!fardjan Hadidjaja,Setljarah Mdaj11
(Djambatan:Djakarta. 1951), balaman 71-74.
' Hamka, ..Masuk dan Bcrkcmbangnja Islam di Dactah
Pesisil' Sumatra Utara",
'lttsalah Seminar Masuknja Islam ke Indonesia (Panitia
Seminar Scdjarab Masuknja
Ito Indonesia : Medan, 1963), haJaman 72-95.
lll[l)fd.
11

3. Adanya guru besar agama Islam yang berasal dari


(bangsa) Indonesia di Arabia, atau sebaliknya ulamaulama besar dari Arabia yang langsung menyebarkan
agama Islam di Indonesia. Misalnya
seorang bin
guru besar tassawuf, Syekh Abu Abdulllah
Mas'ud
Abdullah al Jawi yang hidup kira-kira dari 1300-1367
M, sezaman dengan Al Malikus Saleh dan Al Malikus
Zahir, Bahkan Al Jawi mempunyai murid yang bernama
Al Ja:fi.L Uiama Arab yang datang ke Indonesia antara
lain : Maulana Muhammad al Mustanshir al
Abbasi, menjadi ulama besar di Aceh yang dari batu
nisannya dapat
diketahui tahun wafatnya 1407 M-1' Ulama besar
lainnya yaitu
Nuruddin Muhammad Jaelani bin Hasanji bin
Muhammad Hamid al-Raniri al Kuraisi."
4.

Umat Islam yang pertama kali masuk ke Indonesia


adalah penganut mazhab
Safii, karena
mazhab
Sa:fiimerupakan mazhab yang paling berpengaruh di
Mekah, Siria, dan Mesir, Raja-raja Samodra Pasai tidak
bergelar Syah tetapi bergelar Malik karenaberhubungan
dengan mazhab Safii juga, Sultan Salahuddin Al Ayyubi
bergelar Malikul Mashir dan keturunannya bermazhab
Safii juga, Negeri Mesir ketika itu secara resmi bermazhab
Safiijuga, Negara-negara yang menganut mazhab Safii
selain Mesir antara lain Yaman, Hijaz, MalabarKoromandel dan Indonesia."

5. Adan ya gelaran "Serambi Mekah" unmk Aceh dari


Syekh Nuruddin

dalam karyanya "Bustanussalatin,, menunjukkan


bahwa agama

6. A~arna Islam secara berangsur datan


.
.
H)Jriyah (abad 7 M) dib
g ke Indonesia
sejakabad pertama awaolehsaudagar1 1
sauda
a alah orang-orang Arab k
di
gar s am
yang intinya
ti oleh
d
..
diik
u
demu Gtan
duni
an ujarat. saudaiz:ar-sauda
. orangorang Persia sebagaimana dalam
Kri gar tersebur
tidak merupakan misi
orang Islam adalah memp:a
~tken, ~-rena pada
hakekatnya sernua
yar ewaiiban misi, rs
b. Islam masuk k 1
.
. . . e ndones1alewat Persia dan Gu. arat,
Teon un antara lain dikemukakan
J
Hurgronye
Snouc
oleh
k
dalam bukunys "V.er.
_
Prof. id, r=
spei e ueschrifie "
Jilid I
yangdimuatdalamnaskahbandin 11

1 V, Bond
1924 hal, 36
Masuknya
Islam
ke Ind
.
gBan~.AbuBakarAcehdalam "Sekitar
M
ertta tent.
P. .tengenai datang dan onesm
ukn
ang er1ak
dan Pasai".
berpendapat bahwa Isl::as~ak:gama Isl~
Indonesia,
Hurgrony~ Arabia tetapi setelah melewati p
.m;ones1~
tidak
!angst.mg
dari
Mekah
berikut
ersra an Gu3arat dengan aJasan sebagai

1. Antara orang Hindu dan bangsa lndon .


.
telah terdapat hubungan dag
esra semenJak zaman
pra Islam
hubungan t
b
.
ang yang erat, Sesudah
zaman Isl
.
erse ut masih terns tetap terjalin
am
2. Gujarat merupakan pelabuhan tern
.
saudagar Islam atau buka I 1
pat beriabuh baik
saudagar- pelayarannya ke Indo
. n s am yang
3
kemudian
meneruskan
B
. nesia,
.
atu nisan dari
kuburan Isl
lain makam Malikus S 1 h barnyang te:nia dan
terpenting antara
Iuki
erasa1 dari Guiarat Ji terdapat
ae
san (relief), erseb
.
b
drat. itu. :1

ut
batu t

Islam yang masuk khususnya ke Aceh berasal langsung


dari Mekah,
sebab bila agama Islam yang masuk ke Aceh berasal
dari Malabar
maka
sebutan-sebutan
Serambi Mekah lrurang pas.
Menurut
Hamka

menganggap Serambi Malabar apabila


benarperkembangan Islam di
Indonesia berasal dari Malabar 14
u H. Abu Bakar, " Sekitar Masuknja Islam kc Indonesia,
tcntang Perlak dan Pasci ". dalam
Risa/ah
Seminar
Sedjarab Masuknja Islam kc Indonesia
" (Panitia
Seminar : Medan, 1963), balaman 118.
11 Hamka, op. cit.
o H. Sulairnan Rasjid, Fiqh Islam (At-Tahiriyah :
Jakart,a. 1973), halaman 28 .
.. Hamka, op. cit., balaman 87.

di India.
an kml-kuil yang
erasa 1
d:iruntuhkan
4. Adanya gelar rai "S ah"
.
bah p . ~a
y
dan raja yang dimakamk
be
.
asa ers a, d n a-n
an,
d
i
an am ama l
rasa ari
.
l
\ Penyesuaian adat-istiadat dan k ~1? yang mendekati
nama Persia.
,Yang sarnpa] sekarang
.h de ias~n. antara Indonesia
dan India
kehidupan bangsa lndon:~:~
apat dd1hat dalam
berbagai aspek
ft ~danya aliran Syiah dan
tusawuf di Indonesia p :;nsur-unsur faham wihdatul
wujud daiam
[tlfodustan telah men~ :ol~~:~~~:elum Islam orang
Hin~u dan c:hnman membawa peradaba d
wa dan
pulau-pulau sekitamya n an kebudayaan yang
disiarkan di

12
13

ternpat-tempat tersebut. Sesudah orang-orang 011J11t11l


mt1t1tlk Islam, agama baru iitujuga disiarkan kepada
bangsa lndonesra; Meskipun sangat mungkin ada
bangsa-bangsa lain yang biJlidugnng di Indonesia
dan bertempat tinggal di Indonesia namun bclum
membuktikan pengaruhnya yang berarti terhadap
pcrkcmbangan Islam. Dengan perantaraan orang IndiaGujaratdan Malabar, Islam dengan mudah tersiar dan
diterima oleh bangsa Indonesia, karena bangsa
Indonesia telah mempelajari agama Hindu dari orang
India.
Dengan demikian penduduk Jawa dan Sumatera tidak
begitu sukar menye-suaikan
diri dengan kehidupan
orang Hindu yang beragama lslam.16
c, Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Arab lewat
Parsi dan
Gujar
at
Teori ini dikemukakan oleh Abu Bakar (Atjeh). Pada
dasamya H.
Abu Bakar dapat menerima alasan-alasan Hurgronye mengenai
pembawa clan dari mana asalnya Agama Islam yang datang
ke Indonesia, tetapi menurut H. Abu Bakar di samping
saudagar Gujarat clan Persia maka bangsa Arab juga
mengambil peranan penting dan sebagai mubalig sengaja
datang ke Indonesia untuk menyiarkan agama Islam.
Mereka
inilah yang pertama di Indonesia (Samodra Pasai - Aceh).
Pada masa
pemerintahan .Khalifah Usman (334-646 M) kaum~awiyin
~enyingki~
ke timur untuk mencari tempat tinggal baru, Akibat
kekejaman Barn Umayah dan Bani Abbas, hingga mereka
14

1. Para penyiar Islam yang berasal dari Arabia Selatan rnada


umumnv, a
menganut faham Syiah Zaidiyah.
2. Tanah asal saudagar Gujarat, mendapat pengarub Syiah
sangat kuat dari Iran.
3. Adanya kebiasaan-kebiasaan Syiah di beberapa ternpat
di Indonesia khususnya di Aceh, yaitu : adanya upacara
pembuangan tabut Hasan Husein, peringatan terhadap
tanggal 10 Muharram sebazai belasungkawa terhadap
kematian Husein, adanya sematan bubur suro yang sampai
sekarang masih ada dan adanya penghormatan terhadap
hari Rebo Vv' ekasan dalam bulan Shafar.
.
. H. Abu Bakar berpendapat bahwa agama Islam
masuk pertama kali di Aceh dan tidak mungkin di tempat
lain pada abad l Hijriyah. Pendapat Drs. MD. Mansoer
pada dasamya sama dengan pendapat H. Abu Bakar Aceh.
d. Ajaran Islam murni dari Mekah, tetapi jalannya
melalui Persia dan Malabar.
Teori ini diajukan oleh Drs. Hasbullah Bak.ry. Hasbullah
Bakrv mengemukakan bahwa ajaran Islam mumi langsung
dari Mekah, sedang secara kultural penyebaran Islam ke
Indonesia melalui Persia dan Malabar.

Alasan Hasbullah
antara lain
'
Bakrv
sampai ke timur jauh dan pulau- pulau di sekitamya,
yang kemudian men~adi pen~orong_ ~r.dirinya
15

kerajaan-kerajaan Islam di beberapa daerah di Indonesia. Hal


lill dianggap sebagai bukti bahwa orang Arab berperanan
penting dalam penyia~ Islam pertama di Indonesia."
Adapun mazhab yang datang pertama kali selain mazhab
Safii sesuai dengan keterangan Ibn Batutah yang singgah di
Samodra sekitar tahun 1350, bahwa raja menganut
mazhab Safii. Akan tetapi di samping mazhab Safii, aliran
Syiah juga ikut masuk ke
Indonesia, alasannya sebagai berikut.
" H. Abu Bakar Aceh, "Sekitar Masuknja Islam ke
Indonesia, Serita teri~g Pe~Jak dan Pasai", dalam Risa/ah
Seminar Sedjarah Masukn]o Islam ke Indonesia
(PamoaSemmar
; Medan, 1963), halaman 97-121.
17 l bid.

14

1. Kitab suci Al Qur'an turun di Mekah dan Madinah.


Sejak Islam
pertama kali datang di Indonesia pastilah Al Qur'an
turut datang pula dengan tanpa diubah-ubah ayatnya.
Al-Qur 'an secara orisinil sampai di tangan bangsa
Indonesia.
2. Dengan adanya ibadah haji, meskipun sangat sedikit
tidak mustahil sejak rnasa-masa Islam yang pertama
sudah ada di antara banzsa Indonesi~ yang langsung ke
Mekah untuk menunaikan ibadah haJi.
] . Dengan interaksi an tar bangsa lewat haji dan dengan
kebiasaan- kebiasaan
bangsa Arab sendiri untuk
berdagang melalui Jaut maka wajarlah bila ada mubaligrnubalig Arab sendiri di samping pedagang- pedagang
Persia dan Gujarat yang berlayar ke Indonesia 1&_
1~ Has_.bu I lah Bakry. "Catalan
lentang Muia
Masuknja Islam di Indonesia".
dalam
l1dl Seminar Sedjarah Masuknja Islam di Indonesia (Panitia
Seminar : Medan. l 963) ..
mun 142.
.

15

e. Islam datang ke Indonesia berasal darl lrnu (l11t I 1)


~11111 Gujarat.
Teori bahwa Islam di Indonesia beFHl!ltl ldlttil h1rn t!l ut
Gujarat dikemukakan oleh Hoesein Djajadiningrat. Menumt J 10
Lilt! lJ.i)J~lJHd1 ningrat agama Islam tidak langsung
dari
Arab (Mekah) altHL1 U::Letpi baru sam.pai di Indonesia setelah
melalui Iran (Persia) dan Gujarat, baru kemudian ke
Sumateradan Jawa. Alasan Hosein Djajadiningrat sebagai
berik:ut.
1. Adanya persamaan antara faham Sufi Siti Jenar di
Jawa, Hamzah samsuri dan Samsuddi.nSumatrani di
Sumatera (20)19, dengan faham Sufi di Iran dari Al Hallaj
yaitu dalam ajaran wihdatul wujud. Ternyata di Pasai
terdapat juga beberapa makam ulama Persia yaitu
Hasan Khair bin Al Amir Ali Istrabadi. Batu nisannya
telah berhasil dibaca
oleh Cowan dalam "A Parsian lncription in North
Sumatra"
(KITL V hal. LXXX, 1940). Nisan itu bertarikh 12
Rabiul Awa! 833
IL ( 1429 M) dan Amir Muhanunad bin Abdul Qadi al
Abbasi nisannya
bertahun 882 H (1477 M).20
2. Adanya peringatan terhadap hari tanggal 10 Asura
(Muharram) sebagai
ciri kaum
Syiah
di Aceh,
khususnya di daerah Aceh Besar (Kutaraja). Dernikian
pula bulan Muharam dianggap sebagai bulan HasanHusein, anak Ali bin Abi Thalib yang oleh kaum
Syiah dianggap sebagai Imam kesatu dan kedua, dan
diperingati dengan perayaan tabut.21 Di bagian Sumatra
lainnya, yaitu di Minangkabau bulan Muharam disebut
bulan tabut karena setiap tanggal 10 Muharam orang-orang
Islam beramai-ramai mengarak keranda (tabut) sebagai
16

lambang

Hasan-Husein, kemudian dilemparkan


ke
sungai atau ke laut,22 Keranda itu di tempat asal fabam
Syiah, yaitu di Karbala (Irak) tidak dibuang ke sungai
melainkan ke kubur.23 Di India pemakaman keranda di
Karbala dipentaskan pada hari kesepuluh dari peringatan
Muharam."
" Hamka, Perkembangan Tasawu]
(Pustaka Islam : Djakarta.
1960),
halaman 142.
ze H. Abu Bakar, op. cit., halaman
" H. Abu Bakar. op. cit., halaman
"P.A. Hoesein Djajadiningrat, op.
n Ibid.
r ts.

dari Abad-ke Abad,

118.
120.
cit.,

halaman .123.

17

3.

Penggunaan berbagai istilah yang berasal dari Bahasa


Iran (bukan istilah Bahasa Arab) untuk tanda-tanda bunyi
harakat, misalnya untuk fathah disebut jabar ja, dhomah
pes dan sebagainya dalam penyajian Al Qur'an yang
lazi.m, menurut Hosein Djajadiningrat membuktikan
bahwa ajaran Islam di Indonesia dahulunya berasal dari
Iran.
4. Adanya bentuk tulisan Iran (huruf sin) dalam kitabkitab yang
dipergunakan dalam pelajaran-pelajaran agama. Huruf sin
Arab bergigi tiga (
) sedang huruf sin Iran tidak
bergigi (
).'!5
5. Adanya batu-batu Jirat pada makam Malik Ibrahim di
Gresik yang berasal dari Cambay, di Gujarat. Ketika
marmer ji.rat itu retak kelibatan bagian dalamnya terdapat
lukisan (tanda-tanda) bahwa batu pualam itu pemah
digunakan sebagai tembok kuil atau candi."
6. Adanya pengakuan umat Islam Indonesia terbadap
mazhab Safii
mazhab yang paling utama di Malabar (31).27
Dari uraian berbagai teori dan pendapat para ahli
tersebut dapatlah cllrumuskan bahwa :
4 . Agama Islam yang datang ke Indonesia, semula berasal dari
tanah Arab, yang dalam perkembangan selanjutnya agama

16

Islam berkembang keluar Semenanjung Arabia, rnisalnya


ke Irak, Mesir, Iran, Syam, India, clan Indonesia. Dengan
perkataan lain tanah Arablah sumber asal mula Islam.
. Diti.njau dari fakta-fakta yang ada agama Islam di
Indonesia misalnya
adanya ali.ran Syiah di beberapa daerah (Aceh dan
Minangkabau),adanya ajaran wihdatul wujud dalam
tasawuf di Indonesia, sistem pengajaran
~ Qur' an dengan mempergunakan istilah-istilah
fathah,pemakaian jirat dari Gujarat, dan sebagainya,
menunjukkan bahwa Islam di Indonesia, lk!hususnya di
Jawa tidak langsung dari Arab melai.nkan setelah melalui Jl?
Grantaraan Arabia, Iran, India, dan kemudian Indonesia.
Meskipun ada hubungan langsung ke Mekah (Arabia)
namun tidak mempunyai
~~ngaruh besar terhadap penyebaran Islam di Indonesia..
Pusat-pusat perdagangan dan jalur pelayaran yang besar
peranan
~ il!lengaruhnya dalam perkembangan dan masuknya
agama Islam di dt!)nesia yaitu :
u 'ibid.
u Solihin Salam, Sekitar Walisanga, (Menara Kudus ;
Kudus, 1963), balaman 8. u P,(/\.. Hoesein
Djajadiningrat, op. cit.

17

U1

l"tl1 llllltltl <r.lt.Jlll'Mt


l"ncla abad 13 M terakhir, Samodra Pasai telah
tumbuh menjadi I<r~rajnan Islam dan bandar perniagaan
besar, tempat persinggahan berbagai saudagar-saudagar
muslim dari berbagai Negara, terutama orang-orang
Gujarat, pedagang terkenal dari India Barat. Saudagarsaudagar inilah yang menyiarkan agama Islam ke Pasai.
Sebelum datang ke Pasai saudagar-saudagartersebut di
Cambay telah memeluk agama Islam. Di Pelabuhan
Cambay banyak juga saudagar-saudagar dari Indonesia,
sebaliknya dari Cambay banyak pula saudagar-saudagar
Gujarat yang telah Islam berlayar ke Indonesia.
Penduduk Cambay menerima Islam dari Persia.
Alimulama Persia menyesuaikan ajaran dan hukum
Islam dengan alam pikiran Hindu. Hal inilah yang
menyebabkan agama Islam mudah diterima di
Gujarat dan di Indonesia. 28

b. Peranan Bagdad
Pada abad 13 M Dinasti Abbasiyah yang beribu kota
di Bagdad runtuh akibat serangan tentara Mongol di
bawah pimpinan Holako. Akibatnya aktifitas perdagangan
tergeser dari daratan ke lautan, Pelayaran menjadi ramai
karena daratan dibancurkan dan dikuasai oleh bangsa
Mongol. Demikian keruntuhan Bagdad mempunyai arti
penting bagi masuknya agama Islam di Indonesia Hal ini
terbukti di KerajaanPasai, Aceh ada makarn dari Syarif
Abdullah keturunan keenam dari Khalifah Al Mansoer al
Abbasi, Syarif Abdullah. Bahkan wagfat menurut angka
tahun pada batu nisannya 1407_2' Mungkin ulama ini
sama dengan Maulana Muhammad Al Mustan Ashir Al
Abbasi sebagaimana disebutkan
oleh Hamka di muka,

c, Peranan Arab dan Mesir


Sejak lama sebelum Islam, pelaut bangsa Arab telah
mengadakan perdagangan ke Asia." Oleh karenaArabMesirmerupakan pusat-pusat
u H.J. van den Bcr11. Dari Panggung Peristiwa
Sedjarah Dunia I (J.B. Wolters : Djakarta, 1952), halamun
380.
" P.A. Hoesein Dj11jadi11i11f~
np1 alt4, h!ilmrum 120.
)(I N.J. Krom, Zaman H111du (1':11 D1!1tlbro11411n1111
DJaloota, 195.4~, hnlaman 7-20.
18

19

~Tiriirng agama Islam bagi perkembangan masuknya


agama Islam di
Tuitdfrnesia. Pengaruh Mesir terbukti dengan adanya gelaran
raja : Malik
;all Saleh, Miilik all Tahir. Gelar "malik " umum cligunakan
sebagai gelar najja dLi Mesillr. Pada tahun 1250 sampai 1517
Mesir diperintahkan
oleh Dinasri Mam.llukberasal dari
keturunan
hamba sahaya. Dari 1250
sampai B82
Mresillrilil~
Dinasti Syarakisah, rajanya yang terkenal
Malik al h.llniiJr Baibars (1150-1277). Selanjutnya sejak 1382
sampai 1517 Mesir
~
DIDasti Mamlik Bahriyah, rajanya yang terbesar
Malik al Zahir
:smfurl!Wim Barkuk memerintah dari tahun 1382 sampai
1396.31 Sampai
~11m
li49:S }'"<!!nm dengan ditemukannya jalan dari
Eropa ke Asia lewat Toojoo:glHLlllirapan. .Mesir merupakan salah
satu pusat jalan dagang penting y.mg meinghubunglranAsia
clan Eropa,32 terutama sesudah Bagdad jatuh pada tahen
1258 ke tangan bangsa Tar-Tar.P Di samping itu agama
Islam yang dipeluk di Mesir yaitu mazhab Safii, Mazhab
Safii selain berpengaruh kuat di Mesir,juga berpengaruh di
Hejas, Syria, Malabar.
.K.OroJlllJl'lllllH,, dim Saudi Arabia bagian Selatan." Dalam
proses masuknya agama lsll;am ke Indonesia., berjalan

dengan
"penetration
pacifique"; tidakdiillakodran
seearakekerasan senjata, melainkan dengan cara damai
seperti masunkn}'3. agama Hindu.
Golongan-golongan yang memegang peranan
penting dalam me~
rum menyiarkan agama Islam ke
Indonesia yaitu :
a, Golongan
pedagang
Gclongan ini berhubung pekerjaannya sering
mengadakan hubumgaJ!ll dengan orang lain atau dengan
daerah lain di kepulauan Indonesia. Tugas golongan ini
bukan khusus untuk menyebarkan agama,Jma1rmi.1ID.1llkarena
hubungan mereka meskipun golongan ini bukan allili agamma
:peranannya dalam memperkenalkan agama Islam kepada
oran:ug Baiinn y.mg belum Islam
sangat besar. Terutama
pedagang Gujarat. Para pedagang milah yang merintis jalan
masuk dan penyebaran Islam Ice Iadonesia, l5
l!!I Hhmmb,, ... rid..
""C. maur, SafljqlurU Kesellian Islam I (Pcmbangunan:
Djakarta 1957), halaman 11 L
l!S DJl!L ~.
OfflL ci!L. halaman 15; 41.
"" H. S11111!:.fumrovm Raajiid,, loc: cit:
""' l!U .. 1''<Blll <diem Bag, op. a1. halaman 380.

19

b. Golongan ahli agama


Inti dari penyebar agam.a Islam sesunggulinya tc11l~tak
pada tangan para abli agama, karena merekalab yang
sebenarnya rnengetahui secara mendalam
tentang seluk
beluk agama. Di Sumatera
Utara misalnya maulana
Muhammad
al .Mustansir al Abbasi (wafat 1407),36
Hamzah Fansuri,
Samsuddin
Sumatrani (1575-1630),
Abdul Rauf dari Singkel
( 1620-1693 ).37 Di Jawa terkenal dengan adanya wali yang
sangat besar
peranannya dalam menyebarkan agama Islam secara intensif.
terutama peranan wali sanga. Di antara para penyebar Islam
di Jawa yang tertua adalah Maulana Ibrahim pada batu
nisannya tertulis angka tahun wafatnya 1419.38
Meskipun sebelum Maulana Malik Ibrahim sudah ada
orang Islam
di Jawa secara sporadis misalnya adanya peninggalan
sejarah Fatimah Binti Maimun.39 Bahkan di ibu kota
Majapahit berdasarkan bukti arkeologis-epigrafis, seperti
nisan bertarikh 1356, 1372, 1376, 1380,
1397, 1398, dstnya." Data itu memberikan petunjuk bahwa
pada masa
kejayaan Majapahit (pertengahan abad 14) telah ada keluarga
istana yang memeluk Islam. Lebih dari itu berita Cina
bertarikh
1415
menyatakan bahwa sekitar sepertiga
penduduk
ibu kota adalah muslim.41
Akan tetapi
kenyataannya barn pada awal abad XV di Jawa agama Islam
berkembang dengan pesat di Pulau Jawa, hal ini terbukti
dengan kedatangan
Raden Rahmat di sekitar 1419 di
Majapahit yang kemudian berhasil membangun pesantren di
pertama di Jawa, yaitu di Ampel." Raden Rabmat kemudian
ternyata lebih terkenal dengan sehutan tempat tinggalnya :
Sunan Ampel. 43

Penyebar-penyebar
Islam lainnya, yangjuga dikenal
sebagai walisanga yaitu Sunan Bonang (anak Sunan
Ampel), Sunan Giri, Sunan Kalijaga, dan Sunan Kudus.
Dalam perkembangan berikutnya di samping para
wali itu
memegang peranan penting dalam masalah agama, di
antara mereka ada pula yang berperan dalam masalab
politik misalnya Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati
adalah tokoh yang dianggap sebagai wali yang
mengislamkan Jawa Barat. Sebelum mencapai
kedudukan wali ia bernama Fatahillah menjabat
panglima tentara Demak yang berhasil menaklukkan
Sunda Kelapa (1527), Banten dan Cirebon, kemudian
memasukkannya di bawah pemerintaban Demak.
Dalam per- kembangannya urusan pemerintahan di Banten
oleh Demak diserahkan kepada Fatahillah. Pada 1552
pemerintahan Banten oleh Fatahillah diserahkan pada
Hasanuddin putranya.. Fatahillab selanjutnya menetap di
Cirebon memusatkan perhatian serta kegiatannya pada
masalah agama. Pada tahun 1570 Fatahillah
wafatdimakamkan di atas Gunung Jati Cirebon. Sejak itu
namanya lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung
Jati."
Sunan Giri mempunyai pengaruh politik sangat kuat
terhadap bupati-bupati di Jawa Timur, antara lain Bupati
Wirosobo, Bupati Surabaya, Bupati Tuban, dan Bupatibupati Madura, yang pada abad 17
M merupakan la wan berat bagi Raja-raja Mataram. 45
Peranan Giri dalam penyebaran Islam di Indonesia Timur
sangat besar."

I
, I'

"
H.
Ab
u
Ba
kar
,
op.
cit..
hal
am
an
11
8.
37
Ha
run
Ha
di
wij
on
o,
Ke

batinan Islam Abad 16 (BPK Gunung Mulia :


Jakarta,
1985), hala.man 14.
"' Moquette, J.P., De Datum op de Graafsteen van Malik
Ibrahim "'dalam TBG, jilid
S4, balaman 208-214.
"' Moquette, J.P., ..De Graafsteenen te Pase en Grisse
vergelcken met dergelijke
Monumenten uit Hindoestan", dalam TBG. jilid 54,
halaman 536-548.
oamais, L. Ch .... Etudes Javanaise I. Les Tombes
Musulmanen Datees de Tralaya", dalam BEFEO. Tome
XLVII, fasc, 2, halaman 353-415.
1 W.P. Groenveldt, Historical Notes on Indonensia
and Malaja compiled from
Chinese Sources (Bhratara : Djakarta, 1960), balaman 4649.
u Aminuddin Kasdi, Babad Gresik ; Tinjuan
Historiografis Dalam studi Sejarah
(University Press IKIP Surabaya : Surabaya, 1997), balaman
8.
43Habib Mustopo, Mandala Pesantren Ampel : Tinjauan
Sejarah Keberadaan sunau
Ampel di Majapahit (Surabaya : Lembaga Pengajaran
Bahasa Arab Masjid Sunan Ampcl,
1996).
20

JI
I

@olongan
raja-raja dan
bangsawan
Para raj a yang telah beragama Islam juga ikut aktif
menyiarkan
~gama itu. Para bangsawan mengikuti jejak rajanya.
Rakyat yang memeluk agama yang sama dengan rajanya
akan menimbulkan rasa [~rsatuan erat antara keduanya
karena keyakinan jiwanya sama. Oleh fwrena itu raja juga
ikut membantu para wali dalam menyiarkan agama
~ H. Abu Bakar, Sedjarah Al-Qur 'an (Tintamas :
Djakarta, 1955), halarnan 312.
0 W.L. Olthof, Poenika Serat Babad Tanah Djawi
wiwit saking Nabi Adam
Htaqg; ing Taoen 1647 (M. Nijhoff: 's-Gravenhage,
1941), balaman 123-130.
"413. Scbrieke, Indonesian Sociological Studies (W.
van Hoeve : Bandung, Ltd, finlaman 30-34. Menurut
Babad Lombok kekuatan Giri pada masa Sunan Prapen
d1b2li) berhasil rnengirimkan ekspedisi
Giri untuk
mengislarnkan Lombok.
21

,I

Islam." Misalnya Sultan lskandar Muda rnernbantu ularna


besar Hamzah Fansuri dan Samsuddin al Sumatrani ( 16071636 M).48 Di Jawa Sultan Demak bekerja sama dengan
para wali dalam menyebarkan Islam di Jawa tidak perlu
diragukan. Bahkan agar tradisi lama dapat sesuai dengan jejak
yang baru maka raja pun mengikuti jejak para wali yaitu
menyelaraskan dua ajaran yang berbeda ke arah satu
kesatuan ajaran.
Hal ini dapat dicapai oleh Sultan Agung pada abad 17
M.49 Peribahasa Arab menyatakan
"Al-naasuala diini
mulukihim" artinya : orang-orang itu (rakyat) mengikuti
agama raja-raja mereka .50
Di Jawa agama Islam sejak permulaan abad 15 telah
mencapai
kemajuan yang berarti, seperti dikemukakan oleh berita
Cina tahun 1416
M., karena di ibu kota Majapahit penduduknya terdiri dari
3 kelompok sosial, kaum muslem, orang-orang Cina yang
kebanyakan juga Islam, dan penduduk asli penyembah
berhala." Meskipun orang-orang Islam pada waktu itu
belum banyak dan hanya terdapat di sana - sini sebagai
saudagar atau pegawai-pegawai kerajaan Majapahit di
pelabuhanpelabuhan Pantai Utara
Jawa..
Untuk melayani saudagar-saudagar muslim
diangkatlah kepalakepala pelabuhan itu dari kalangan orang Islam karena
saudagar-saudagar Islam lebih senang dan terutama banya
bersedia berdagang dengan kaum muslimin 51 Pada abad
13 M sampai 15 M perdagangan Laut Jawa mengalami
kemajuan besar, Kepala-kepala pemerintahan pelabuhan
Demak, Gresik, Surabaya, dan Tuban," clan lambat laun
menjadi raja pelabuban merdeka, clan keadaan negerinya
lebih maju clan makmur dari pada daerah pedalaman."
Seperti telah dikemukakan sesunggubnya

"M. Ali, Sedjarah Perdjuangan


Feodal Indonesia (Bbratara : Djakarta,
1963), halaman 84.
Denys
Lombard, Kerajaan Aceh ;
Jaman
1636) Sultan Iskandar Muda (1607(Balai Pustaka n: Jakarta, 1986), balaman
215.
"M.C.
Ricklefs,
The Seen and
Unseen
Worlds
in
Java 1726-1749:
History,
LiteraI I
ture and /;lam in the Court of
Pakubuwana II (Allen & Unwin University of Hawai'I Press
:
Honolul
u,
1998),
halama
n 3739.
so C. lsrar, op. cit., balaman 36.
51 W.P. Groneveldt, loc. cit.

2 R.Pitono, Sedjarah Indonesia Lama


(Lcbbit IKIP Malang : Malang, 1961 ),
halaman
2
1
3
.
sJ
M.A.P.
Meilink Roelofsz.
Trade
and European
Influence Asian
in the
Indonesia
Archipelago between J 500 and about
1630 (Martinus Nijboff: The Hague,
1962).
54 D.H. Burger, op. cit.. balaman 41.
2
2

sebe~um itu agama Islam telah menjejakkan


kakinya di Jawa, yang
memnggalkan jejak-jejak sejarah seperti inskripsi dari Leran (Gresik) yang
berhu~f Arab Kufi, menerangkan bahwa yang meninggal itu bemama
Fatimah binti Maimun pada tahun 475 H atau 1082 M.5s Mengin~at
a~ya hubungan dagang antara bangsa Arab dengan bangsa Indonesia sejak
zaman Sriwijaya, Kediri sampai pada zaman Majapahit sangatlah wajar.
Agama Islam mulai intensif disebarkan di Jawa pada akhir abad XIV.
Menurut pemberitaan sumber sejarah tradisional Babad Gresik para mubalig
secara berombongan
telah tiba di Jawa pada akhir abad XIV (1377)
kemudian mulai menyiarkan agama Islam di Gresik secara
~~e~sif bemarna Maualana Mahfur dan Maulana Ibrahim.Yi Yang terakhir uu
ialah orang tua Malik Ibrahim, tokoh meninggal pada tahun 1419. Asal mula
moyang tokoh Malik Ibrahim masih dalam perdebatan. Ada
'Yan_g menyatakan berasal dari Gujarat 57, berasal dari keturunan Alawiyin
dan i:endram~ut 58 Babad Gresik menyatakan babwa moyang Malik
Ibrahim (memnggal 1419) yaitu Maulana Ibrahim adalah ulama yang
berasal dari Negeri Gedah."
Pada tal_i~n l 4 l 9M Raden Rahmat (mungkin berasal dari Kamboja,
me~urut_ tradisi) datang di Jawa mengunjungi bibinya di Kerat~n
Majapahit dan kemudian atas izin Maharaj a Majapahit bertempat tinggal
~menetap) dan menyiarkan agama Islam seluas-luasnya di tempat yang ll~k.a
rang bemama Ampel Denta, disertai oleh keluarga-keluarga yang diserabkan
oleh raja Majapahit berjurnlah sekitar 30.000 jiwa. Orang

~ang pertama kali mengikutijejak Raden Rahmat menjadi


Islam bernama Wiryo
Saroyo
beserta
seluruh
keluarganya, kemudian diikuti oleh po~duduk Arnpel."
Di Ampel Raden Rahmat mendirikan pesantrean,
~a1tu tempat para santri menerima pelajaran agarna Islam
sekaligus juga
1' Moquette, J.P., loc. cit.
lit Aminuddin Kasdi, loc. cit.
81 H. Abu Bakar, op. cit . halaman 297.
'It Abdullah bi~ Nub, "Surnbangan dari Lernbaga
Penelitian Islam Djakarta ", dalarn Ld'li Seminar Sedjarah
Masuknja Islam di Indonesia (Panitia Seminar: Medan
1963) ltntliU 155.
'
'
11t funinuddin Kasdi, /oc. cit.
" K.H. Ibrahim Said, Sunan Ampel dan Pejuangannya
(Surabaya, 1969) halaman
23

-rnerupakan

asramanya. Dengan mclulul 1wi.;1111ttt'll


yang
sungguh- sungguh dibinanya, Sunan Ampel berhasil
ttl~l11>lt1rku11 orang-orang yang ahli agama, menguasai ajaran
Islam, sorta mcmpunyai dedikasi tinggi dalam mengamalkan
dan menyiarkan Islam. Murid-rnurid Sunan Arnpel itu antara
Iain Raden Paku, Makdum Ibrahim, Syarifuddin (putra
Raden Rahmat), Raden Patah raja Islam yang pertama di
Demak juga keluaran pesantren Ampel.61
Di kalangan istana Majapahit clidugajuga telah
merembes sedikit demi sedikit penganut-penganut Islam
di kalangan keluarga istana. Terbukti di bekas ibukota
Majapahit terdapat suatu Jcuburan khusus, diperuntukkan
bagi keluarga istana yang memeluk agama Islam, yaitu di
Tralaya 61 Batu nisan tertua menunjukkanangka tahun 1356
M. Bahkan pada waktu berikutnya tidak mustahil permaisuri
Raja Kertawijaya yang berasal dari Campa bemama Dewi
Darawatijuga memeluk agama Islam. Putri inilah tampaknya
yang di dalam sumber-sumber tradisional disebut- sebut
sebagai bibi Raden Rahmat, terkenal dengan sebutan Putri
Campa, batu nisannya bertahun 1370 Saka (1448 M).'3
Sementara itu perkembangan Islam di pesisir berjalan
pesat, bahkan para bupati pesisir
yang telah masuk Islam (Tuban-Gresik-Dernak)
11
rnulai melepaskan diri
I
dari kekuasaan pusat
Majapahit. Dua faktor masuk dan mulai
berkembangnya agama Islam serta tindakan syah bandar
dan bupati- bupati pesisir melepaskan diri dari Majapahit
merupakan dua faktor penting di sarnping sebab-sebab lain
seperti perang saudara antar keluarga raja ikut mempercepat
keruntuhan Majapahit." Meskipun sejak akhir abad XV
Majapahit kondisi Majapabit telah sangat lemah, akan
tetapi berdasarkan berita Portugis dan berita Spanyol
kerajaan itu rnasih memegang kelcuasaan di pedalaman
24

Jawa. Ibu kotanya di Daha. Barn pada tahun


1527 kerajaan tersebut benar-benar runtuh,
sebagai akibat usahanya menjalin hubungan
dengan pihak Portugis melalui Panarukan
" Aroinuddin Kasdi, op. cit.
'''
., Uka Tjandrasasmita, " Majapahit dan
Kedatangan Islam serta Prosesnya", dalam
700 Tahun Majapahit (1293-1993) ; Suatu
Bunga Rampai (Disparda Jaw': Timur :
Surabaya, 1993), halaman 275-290.
.
.
'3 Th. S. Raffles, History of Java
(Oxford University Press : Kualalumpur,
1978),
halaman 115-116.
" R. Pitono, loc.cit.

25

yang masih Hindu.65 Kekuasaan pemerintahan clan politik sesudah


Majapahit tidak berdaya kemudian berpindah ke tangan orang Islam.
Setelah Majapahit runtuh kekuasaannya digantikan oleh Demak. Demak
terns menerus memperluas penyebaran Islam baik ke bagian timur
Jawa Timur rnaupun Jawa Barat. Berbeda dengan Majapahit yang
berbasis di daratan, basis kekuasaan Demak meliputi daerah pantai
utara Jawa.66
Kekuasaan Islam di Demak didukung penub oleh para wali. Namun
demikian sampai akhir abad 16 M Jawa secara keseluruhan belum berhasil
diislamkan, Bila Pejajaran pada 1580 M dapat digempur oleh Panembahan
Yusuf dari Banten (75) maka Blambangan baru padaabad 1717 M berhasil
cliislamkan. 67
IS, Silsilah Sunan Giri
Pada umumnya silsilah dan asal-usul para wali dapat dikatakan kurang
~ulas dan simpang siur karena dihimpun dari bennacam-macam sumber
0lbmder/usumber traditional atau bahkan sumber trdisi lisan (oral tradition) misalnya Babad Gresik, Babad Tanah Jawi, catatan silsilah milik suatu
~olongan tertentu antara lain dari golongan Alawiyin, sumber-sumber tradisi, d
111 sebagainya, Para ahli yang menekuni penyelidikannyaterhadap kehidupan
para wali antara lain: B. Schrieke, P.A.A. Hoesein Djajadiningrat, C. Snouck

24

I lurgronya, D.A. Rinkes, clan lain-lain sering tertumbukkepada


berita-berita
Il ikh atau dongeng yang satu di antara lainnya temyata
tidak sama , atau
1,11l~kan
bertolak
belakang.f
Menurut basil penelitian Panitia Penelitian clan Pemugaran
Sunan Giri
y1tqg bekerja sarna dengan Lembaga Research Islam Malang
dari 27 April
1 Ql7'3 sampai 23 September 1973 mengenai silsilah Sunan
Giri dari pihak
ayn'b.
sebagai
berikut.

'5 Slametmulyana, Pemugaran Persada Sejarah Leluhur


Majapahit (Inti Idayu Press
Jwk:artn, 1983), halaman 286-301.
" H.J. de Graaf, De eerste Moslimse Vorstendommen op
Java (Martinus Nijhoff: 's
f11\l111fhnge, 1974)
" R. Soekrnono, Pengantar Sedjarah Kebudajaan
Indonesia I Ill (Kanisius : Djakarta,
llM)1
halaman 82.
H A. Abu Bakar, op. cit., balaman 293.

25

I 1

Raden Paku Muhammad Ainul Yakin putra Ishak,


Ibrahim Al Ghazi, (Ibrahim, Asmoro) bin Jamaluddin Husein,
bin Ahm~ Uin Abdullah, bin Abdul :M.ifik: bin Alawl, -b~
Muhammad\ 'f>fu. Shohibul
Mirbad, bin Ali Kholi Qosai:Ii,.bin Alawi, bjnMiifi~~ad.
bin Abdullah, bin Ahmad al Muhajir, bin Isa, bin Miiliammad
al Faqih, bin Ali al Aridh, bin Ja'far As shadiq, bin
Muhammad al Bagir, bin Ali Zainal Abidin, bin Ali bin Abi
Thalib suami Fatimah binti Rasulillah Saw. Adapun dari pihak.
ibu Sunan Giri
putra dari Dewi Sekardadu bin Menak Sembuyu, bin
Menak Pragola, bin Bambang Tumenggung, bin wacana, bin
Ratu Surya Winata, bin Mundiwangi." Menurut Pigeaud
Menak Pragola itu tidak lain adalah Dadali Putih, keturunan
Wirabhumi yang terbunh dalam Perang Pa-Regreg (14011406).Jadi Sunan Giri memiliki hubungan genealogi dengan
raja Majapahit yang terbesar : Ha yam Wuruk
atau
Rajasanagara (1350-1389).
Sesudah Sunan Giri wafat yang menerusk:an tugas
perjuangannya di
Giri adalah : Sunan Dalem, Sunan Sedomargi, Sunan
Prapen, Sunan Kawisguwa, Panembahan Agung, Pangeran
Mas Witono, Pangeran Sidengrana, dan Pangeran Singosari.
Pada 1680 Giri diserbu oleh Amangkurat II, Giri berhasil
direbut dan Pangeran Singasari tewas. 79
Menurut
basil penyelitian
Lembaga Research
Islam.Malang bersama- sama dengan Panitia Penelitian dan
Pemugaran Sunan Giri, Sunan Giri mempuyai anak 10 orang,
namun tidak diterangkan berapa1rah jumlah masing-masing
anak yang diperoleh baik dari Dewi Mmtasiahmaupun Dewi W
ardah.. Anak.-anak tersebut yaitu :
1. SusuhunanTegalwangi; 2. Nyai Ageng Sido Luhur ;
3. Pangeran
26

Sidotimur ; 4. Susuhunan Kidul ; 5. Nyai


Ageng Kelangonan ; 6. Zainal Abidin Sunan
Dalem; 7. Nyai Ageng Sawo; 8. Susubuoan
Kesalin; 9. Pangeran Pasir Batang Kedaton;
IO. Susuhunan Waruju.

., Lcmbaga Research Islam Malang,


Sejara~? Perjuangan dmr. Da "wall Islamiyah
Sunan Giri (Panitia Penelitian dan
Pemugaran Sunari Giri : GR:SJlt.,1973)..
balaman J06_ Libat : K..H- Bisri Mustafa,
Tarikhul Auliya (1952), halaman 19.
"J.K_J_ de Jonge, De Opkomst van het
Nederlandsch Gezag i1r. Oost Indie IX
(Martinus Nijboff : 's-Gravenbage/Frederik
Muller : Amsterdam, 1877), balaman
----
Lihat H.J. de Graaf, Het Kadjoran
Vraagstuk (Masalah Kadjoran), terjemahan
Suwandi (Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional
:
Yogyakarta, 1987/1988),
balaman
9
7
_

27

Dari 10 putera-puteri itu, yang kemudian memegang peranan penting


sepeninggal Raden Paku adalab Zainal Abidin Sunan Dalem, menurunkan
tokoh-tokoh penerus yang memegang otoritas penyiaran Islam di Giri, Nyai
Ageng Sawo berputra Mas Pepunden W ringinpitu berputra Pangeran Mlaja
kusuma Sampang, berputra Pangeran Trunajaya." Pada masa kecil Sunan
Giri diasuh dan menjadi anak angkat saudagar putri, yang berstatus janda
Nyi Gede'atau Nyai Ageng Pinatih di Gresik, 72

C. Sunan Giri sebagai Wali Sanga


Dari uraian terdahulu temyatalah bahwa proses masuknya dan
penyebaran agama Islam di Indonesia secara umum, dan di Jawa khususnya
tidak. dapat dilepaskan dari peranan para pedagang Islam, ahli-ahli agama
Islam dan raja-raja atau para penguasa yang telah menganut Islam.
Meskipun berdasarkan bukti-bukti arkeologis-epigrafis pada masa
kebesaran Majapahit (1350-1400) telab ada pemeluk Islam di .kalangan
pribumi akan tetapi dalam anggapan masyarakat Jawa bahwa penyiar agama
Islam yang pertama di pulau ini dijalankan oleh para wali. 73 Secara etimologis,
wali adalab singkatan perkataan waliullah yang berarti sahabat Allah atau
wakil Allah. 74 Dalam kehidupan sosial wali menurut pandangan masyarakat
ndalah orang yang sangat cinta kepada Allah, pengetahuannya tentang
masalah-masalah agama sangat dalarn, serta sanggup mengorbankanjiwa

26

~ganya untuk kepentingan Islam. Sebagai orang yang dekat


dengan Tuhan para wali mempunyai tenaga gaib, kekuatan
batin yang berlebih dan ilmu
~.:ting sangat tinggi. Sebagai pembawa dan penyiar agama
Islam para wali
l~bih dihubungkan dengan soal tasawuf, dibandingkan dengan
fiqh mm
kaZam.15 Pemakaian istilah secara formal sesungguhnya
hanya terbatas di
lhtwa. Namun demikian di pulau-pulau lain seperti di
Sumatera ada pula
71 Heather Sutherland, "Notes on Java's Regent's
Families", dalam Jndonmu No.
111 Z7 (October 197311974) (Cornell Indonesian Modem
Project : Ithaca, 1973/1974)_
72 Makam tokoh ini di situs Kebungson, dekat kampung
Bandaran (Pelabuhan)Gn:sik_
klibungson akronim dari : ibu-suson (ibu susuan Raden
Paku),
~J R. Moh. Ali, op, cit., balaman 83. Lihat R..
Pitono, " Wama Sari Sedajarh
ltN/rma,ria Lama I/ (Aksams Club : Malang, 1969), halaman
89_
~4 R. Pitono, ibid..
"' R. Soekmono, op. cit., halaman 47.

27

tokoh-tokoh yang berstatus wali, misalnya : Hamzah


Fansuri, Syamsuddin Sumatrani dan Abdul Rauf dari
Sinkel.76 Tokoh dari Sulawesi Selatan yang juga dianggap
berstatus sebagai wali yaitu Syekb Yusuf Tajul-khalwati."
Namun demikian kemasyhuran tokoh-tokoh itu tidak sama
dengan para wali di Jawa. Oleh karena itu istilah wali yang
digunakan dalam tulisan adalah khusus untuk wali di Jawa.
Jumlah dari para wali di Tanah Jawa tidak diketahui secara
pasti disebabkan ada pula para wali yang hanya dikenal di sekitar
daerah tempattinggalnya (setempat), misalnya: Sunan
Panggung di daerah Tegal, Sunan Bayat di daerahKlaren, Sunan
Nur Rahmat di Sendang Duwur, Paciran dan sebagainya."
Pada umumnya oleh masyarakat para wali dibedakan
menjadi dua
golonga
n:
1. Yang termasuk walisanga (sembilan)
2. Yang tidak: termasuk walisanga."

Teori ini disangkal oleh ahli lain, dan menganggap


pendapat itu tidak
tepat, 81 Pitono, salah seorang ahli yang menolak
menyatakan bahwa

itu

" Othman Fatburahman, Tanblh al-Masyi,


Menyoal Wahdatul Wujud, Kasus
Abdurrauf Sinkel di Aceh Abad 17 (Ecole francaise
d'Extreme-Orient & Penerbit Mizan
: Jakarta,
1999).
77 Abu Hamid, Syekh Yusuf; Seorang Ulama, Sufi
dan Pejuang (Yayasan Obor
Indonesia
:
Jakarta, 1994).
,. R. Pitono, Warnasari ... , op. cit; halaman 90.
79 Ibid.
ao s. Wojowasito, Kamus Kawi (Jawa Krmo) Indonesia
(Malang, 1965}, balaman 282,
11 R. Pitono, Wamasari ... , loc. cit.

Mengenai kata sanga, dari walisanga ada yang berpendapat


berasal/ harus dibaca wali sana. Dalam Kamus Kawi (Jawa
Kuno) Indonesia oleh Prof. Drs. S. Wojowasito, kata sana
berarti panggonan (tempat). Menurut Wojowasito kata sana
berasal dari kata asana yang berarti tempat duduk. Pada zaman
sebelum Islam asana memang nama tempat duduk atau tempat
berdiri suatu patung dewa (pedestal)." Kenyataannya para
walisanga oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan
tempat kedudukannya. Misalnya
: R. Rahmat sebagai Sunan Ampel, R. Palru sebagai Sunan Giri,
R Makdum
Ibrahim sebagai Sunan Bonang, dan lain-lainnya, Lebih dari itu
nama-nama tempat tersebut juga menggunakan bahasa
Sanskrta (Giri), Jawa Kuna (ampel-ampya!=bambu kuning).
28

29

masyarakat juga belum menyepakati mereka yang termasuk


golongan walisanga. Misalnya di Jawa Tengah ada beberapa
pendapat walisanga terdiri dari :
1. Maulana Maghribi
2. Sunan Ampel
3. Sunan Giri
4. Sunan Bonang
5. Sunan Muria
6. Sunan Kudus
7. Sunan Gunung j ati
8. Sunan Drajat
9. Sunan Kalijaga.
Mnsyarakat di Jawa Timur menyatakan walisanga
terdiri dari 82:
1. Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Giri
3. Sunan Kudus
4. Gunung Jati

28

itu

5.
6.
7.
8.
9.

Sunan Drajat
Sunan Bentong
Sunan Bonang
Sinan Majagung
Syeh Siti Jenar.

1nwa Barat masyarakat


l>t
menjadi anggota
Wtil~rranga
adalah :
1. Pangeran Majagung
2. Pangeran Bonang
3. Syeh Bentong
4. Sunan Ampel
5, Pangeran Cirebon
6. Syeh Lemah Abang
:;/i, maulana Maghribi
~. Sunan kalijaga
liJ, Sunan Giri.

menganggap

bahwa

yang

29

1 I

Di daerah Jawa Timur umumnyn scjm11h11l umnu wali dari


J awa
Tengahjuga termasuk golongan walisanga.8' Jug~ titU.1t
mustabil kata sanga
memang dianggap berasaldari katasanga (sembilan). l~~1IClbpatini
didasarkan
pada kenyataan bahwa angka sembilan selain merupakan
angka tertinggi juga memiliki nilai-nilai keabadian. Angka itu
dilipatkan berapa saja,kemudian angka hasil kelipatannya
jumlahnya juga sembilan. Lebih dari itu kata saaga pada zaman
sebelum Islam merupakan nama organisasi para ulama (bhiksubhiksunii Budhis, yaitusangha. Tidaktertutup kemungkinan
para wali oleh masyarakat juga dianggap sebagai penerus
mereka kemudian juga dipercaya juga berkumpul dalam suatu
wadah atau ikatan: walisanga .Oleh karena
.itu SunanAmpel danjuga Sunan Giri dalam Babad
TanahDjawijuga terkenal
dengan sebutan Pandhita Ampel clan Pandhita Giriac
Teori lain dikemukakan oleh Lembaga Penelitian dan
Panitia Pemugaran
Sunan Giri dan LembagaResearch
Islam.Malang da1am Sejarah dan Da 'wah /slamiyah Sunan Giri,
menyatakan bahwa susunan walisanga sebagai berik:ut.15

ditinjau dari kronologisnya kurang tepat, sebab


Maulana Malik Ibrahim dari batu nisannya
memuat angka tahun wafatnya yaitu pada 1419
M. Pada tahun itu Raden Rahmat yang kemudian
terkenal sebagai Sunan Ampel baru tiba di
Majapahit, dan

0 Ibid.
.. W.L. OJthof. Poenika Serat Babod Tanah
Djawi wiwit-sakilrgNabi Adam doemoegi ing
Taoen 1647.( M. Nijhoff; 's-Gravcohagc,
1941), balaman 1-50.
.. Lcmbaga Research Islam Malang, op. cir.
halaman 71.
"'Ibid.

1. Sunan Ampel
2. Sunan Giri
3. SunanBonang
4. Sunan Drajat
5. Sunan Kudus
6. Sunan Muria
7. Sunan Kalijaga
8. Sunan Gunungjati
9. Syeh Siti Jenar,
Selanjutnya Lembaga tersebut juga berpendapat bahwa :
wali sanga hidup dalam satu zaman," Pendapat tersebut
30

31

wafat pada 1475 M.87 Sunan Drajat clan Sunan Bonang adalah putranya.
Sunan Giri adalah murid clan sekaligus juga menantu. Sunan Gunung Iati
baru muncul pada tahun 1527 di masa pemerintahan Sultan Trenggana
(1521-1546), clan wafat pada 1570 M di Cirebon. Sedang Sunan Ampel
wafat (1485), Sunan Giri (1506), Sunan Drajat (1520), Sunan Bongang (
1525). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa para wali tersebut berlainlainan masa hidupnya,
Sunan Giri sebagai salah seorang dari pada wali khususnya dari
kelompok walisanga, juga seperti sejarah kehidupan para wali-wali lain,
sebagian besar masih diliputi oleh kegelapan, bahan-bahan atau sumbersumber sejarahnya yang bersifat primer tidak didapatkan.. H. Abu Bakar
dalam Sedjarah Al-Qur 'an menyatakan bahwa para ahli-ahli ketimuran dan
ahli-ahli sejarah di Indonesia yang ternama antara lain HoeseinDjajadiningrat,
Prof. Dr. Snouck Hurgronye, D.A. Rinkes, BJO. Schrieke dan lain-lain,
dalam penelitiannya sering terbentur kepada berita-berita tarikh, legende
dan dongeng-dongeng yang kadang-kadang bertentangan antara satu sama
fain.Ill
Berdasar sumber-sumber tradisonal yaitu Babad, Sunan Giri adalah
putraMaulanalskak (SyehAwalul Islam- Wali Lanang)yangatasnasihat
Sunan Ampel menyiarkan Islam di Blambangan. Siapa sebenamya tokoh
skak tidakjelas clan dapat dikatakan misterius. Mengenai asal-usulnya ada

30

f,ang mengatakan
dari Juldah (Jeddah ?), dan kemudian
menetap di Malaka chm Pasei setelah gagal mengislamkan
Blambangan,"
Menurut sumber-sumber tradisional pada masa itu
Blambangan
tl~perintah oleh raj a Menak Sembuyu, patihnya Bajul
Senggoro. Di kala itu Kung raja sedang menderita kesusahan
karena putrinya Dewi Sekardadu menderita sakit yang sulit
diobati. Akhirnya raj a mengeluarkan sayembara tbnrang siapa
dapat mengobati clan menyembuhkan sang putri, bila laki-laki
nlt!an dijodohkan dengan putri tersebut serta di beri
separuh kerajaan. l~0:Flombaan itu dapat dimenangkan oleh
Iskak. Atas permintaan raja, Maulana Iskak kawin dengan
Sekardadu clan mempeoleh separuh dari

., Aminuddin
Kasdi, op. cit., halaman 8 ;36. Dalam
Babad ~
kcdatmgan R. Rlllrnat di Jawa ditandai
dengan engkalan awit tatagunaning wong (1341 J). dan
sc:ngkalan lltonfoggalnya: pendita ampel lena masjid (1397
J.)
H. Abu Bakar, foe. cit.
., W.L. Olthof, op. cit ., balaman 19-20.

31

'

korajaun. Narnurn kemudian terjadilah. perselisihan karena


raj a tidak mau m~m~l\.tk agama Islam. Maulana lskak (Wali
Lanang) terpaksa meninggalkan ilSlnmbangan tatkala istrinya
dalam keadaan mengandung. Wabahpun berjangkit, yang
menjadi sasaran kemarahan, adalah bayi dalam kandungan
Sekardadu. Ketika bayi itu lahir, setelah dimasukkan ke dalam
peti dihanyutkan ke laut, tetapi di laut mana.juga tidak jelas.
Diduga karena laut yang biasa digunakan sebagai jalur lalu
Iintas pelayaran Gresik-Bali adalah Selat Madura ada
kemungkinan yang dimaksud adalah Laut/ Selat Madura.
Motif perkawinan sayembara tidak lazim dalam Islam.
Perkawinan Maulana Iskak dengan Sekardadu mengingatkan
kita kepada motif-motif perkawinan sayembara yang terdapat
dalam kitab kesusasteraan Mahabarata dan Ramayana, yaitu
perkawinan antara Pandawa-Drupadi, perkawinan Rama dan
Shinta,
Motif pembuangan "bayi" yaitu anak Sekardadu,
mengingatkan
kepada kisah di dalam Pararaton mengenai pembuangan Ken
Arok, anak janda dari desa Pangkur, di timur Gunung Kawi :
Ken Endog.' Bedanya bila anak Sekardadu berasal dari
kalangan istana, dibuang ke laut, dan kemudian diketemukan
saudagar perempuan kaya, akhimya berguru kepada Sunan
Ampel dan kemudian menjadi seorang wali yang terkenal :
Sunan Giri. Di lain pihak Ken Arok hanyalah anak. keluarga
petani miskin, dibuang di kuburan, kemudian dipungut
seorang pencuri, setelah dewasa menjadi penjahat ulung,
ketemu dan berguru kepada pendeta Loh Gawe clan berakhir
menjadi seorang raja besar di Singasari." Dari perbedaanperbedaan itu
't
adajuga persamaannya : pembuangan anak, tatkala
remaja berguru kepada

32

ahli agama- dan menjadi termasybur meskipun


dengan variasi berlainan yaitu, yang pertama
bercorak Islam sedang yang kedua hidup dalam
suasana
H
i
n
d
u
.
Setelah sampai di Gresik anak yang
diketemukan oleh nahkoda kapal
juragan janda itu segera diserahkan kepada Nyai
Gede Pinatih clan diambil anak angkatnya. Oleh Nyai
Gede ia dinamakan Jaka Samodra. Setelah cukup usia
disekolahkan ke Ampel yang kemudian oleh Sunan
Ampel Jaka Samodra diberi nama Raden Paku sesuai
dengan pesan Maulana Iskak '2.
"].Brandes, Pararaton (Ken Arok) of Het
Boek der Koningin van Tumapel en van
Majapahit (Martinus Nijhoff :
's-Gravenhagel
Albrecht & Co.,: Batavia, 1920) balaman 4
;
1
8
.

91 Ibid.
92H. Abu Bakar, op. cit .. halaman 300.

33

Menurut tradisi yang lebih merupakan legende rakyat, semenjak


berumur
16 tahun raden Paku telah mempunyai
keistimewaankeistimewaan nntara lain : pada suatu malam Sunan Ampel mengelilingi
pesantren untuk mengetahui keadaan santri-santriya, terlihatlah ada
cahaya memancar dari HUlah seorang muridnya yang sedang tidur,
ditalikanlah ujung sarung murid tersebut. Temyata esok barinya sarung
Raden Paku-lah yang terikat. mengertilah Sunan Ampel bahwa Raden
Paku akan menjadi alim clan mahir tfu.1am berbagai macam ilmu clan
kecakapan." Memancarkan cahayasebagai
11untu tanda keistimewaan dari orang yang memancarkannya terdapat
pula d rlam Pararaton, yaitu memancarnya cahaya dari tubuh bayi Ken
Arok ynng dibuang oleh ibunya pada waktu malam ketika dijumpai oleh
Lembong, J1igfl. sinar yang memancar dari rahsya Ken Dedes yang
tersingkap tatkala lUllUD dari kereta."
Pada waktu Raden Paku belajar ke Ampel dikisahkan bahwa ia tidak
ntQnetap di Ampel, melainkan pulang balik dari Gresik ke Ampel. Menurut
'-po.ran santri Ampel, bila Raden Paku pulang-pergi ke Ampel maka tanah
U11c1Jik dan Surabaya menyempit. Akan tetapi setelah Raden Paku
m llln.gkah kedua tempat itupun menjauh kembali." Cerita semacam
ini jUftjt terdapat dalam mitologi Hindu yang menyatakan bahwa Wisnu
sebagai pt'lllllllihara dunia mampu menguasai dunia dengan hanya tiga
langkah ll inya saja.,..

32

Tradisi lainmenyatakan tatkala Raden Paku berumur 19


tahun, namun ltlia 11Ula yang berpendapat umur 23 tahun bersama
dengan saudagar ibunya ttll~ang ke Kalimantan." Tetapi
setelah sampai di tempat tujuan barang
an~gannya ibunya babis disedekahkan pada rak:yat di sana,
sebagai ganti
buyaran zakat ibunya. Ketika kembali, kapal diisi dengan
pasir yang
~lta setelah sampai di Gresik berubah menjadi basil hutan
rotan, damar,
Mn N4'bagainya yangnilainya melebihi harta yang dizakatkan itu.98

: &mbaga ~
Islam Malang, op. cit . balaman
112.
.... , ill Brandes, op. cu., halaman 15. Dalarn Pararaton
perempuan demikian disebut
1.11.11.111.11., .-1 'lttrl ardhanaTl!SWl'ari.
" IJ.ombaga Rcsc:udi Islam Malang, loc. cit.
" :;, WojowasilO, &tijarah Kebudajaan India (Penerbit
Siliwangi : Bandung, 1952),
1t ...
" ~minuddin Kasdi, op. cit .. halaman 21-23.
11b1a.

33

Menurut Babad Tanah Jawi sesudah beberapa lama


diAmpel Raden Paku bermaksud pergi ke Mekah untuk
memperdalam ilmu bersama Makdum Ibrahim namun
hanya sampai di Malaka, tetapi ada pula yang berpendapat
di Pasai untuk singgah kepada Maulana Iskak atau Syeh
Awalul Islam. Akan tetapi kemudian kedua pemuda itu diajar
sendiri oleh Maulana lskak tentang segala rahasia agama
Islam, bahkan Raden Paku berhasil mencapai ilmu "lad uni".
0 leh Maulana Iskak Raden Iskak diberi gelar tan.ah dan dua
orang
hadapi
Syeh Koja dan Syeh Grigis,
yang
mengingatkan kepada peranan punakawan yang muncuI
dalam kesusastraan Kediri, yaitu dalam Gatutkacasraya dan
relief wayang dari candi Jago. Dalam relief itu Raden
Arjuna diikuti oleh punakawannya sebagai bagian dari
ceritera Partayajna".
Perjalanan Raden Palru di atas permukaan air laut
mengingatkan kepada perjalanan Empu Bharada di atas air
laut ketika
pergi ke Bali seperti
dituturkan oleh
Nagarakrtagama dalam pupuh LXVIII, bait
2_ 110
Sesudah sampai di Jawa harus mencari tern.pat yang
tanahnya sama dengan tanah yang diberikan oleh Maulana
Iskak untuk digunakan
sebagai tempat tinggal
dan
menyiarkan agama Islam. Dengan
demikian
kesucian
tempatlah yang diutarnakan bukannya bangunan atau
pertimbangan
banyaknya
penduduk
yang
akan
mempergunakan tempat tersebut. Petimbangan-pertimbangan
itu sesuai dengan kebiasaan pada z.aman Hindu bahwa untuk
mendirikan suatu bangunan suci seperti candi, faktor kesucian
tempatlah yang diutamakan.
Pada suatu hari malam Jum'at yang temyata merupakan
"sayembara" dari Ki Ageng
Bungkul. Siapa yang
menemukan buah
tersebut akan dikawinkan
dengan
putrinya Dewi Wardah. Sunan Ampel pun setuju atas
perkawinan tersebut, maharnya Raden Paku harus mengajar

calon istrinya sampai dapat membaca Al-Qur'an. Sesudah


berumah tangga minat dan perhatian Raden Paku ditujukan
padatujuan yang lebih tinggi yaitu terdakwah dan berskhalwat
kepada Tuhan.

" A.J. Bernett Kempers, Ancient Indonesian Art


(Harvard University Press : Massacbusset, 1959), balaman
212.
Th. G. Th. Pigeaud, Java in the 14"'. Century : A
Study in Cultural History I
(Martinus Nijhoff : The Hague, 19960), halaman 52.
34

.Gerlgmi.adanya data-data di atas misalnya cahaya yang


memancar dwi. tubuh Raden Paku, jarak Gresik.-Ampel hanya
diteropuh dengan 3 langkah, berjalan di atas air, adanya
khadam dan sebagainya, tampklah babwa sejarah, riwayat
atau kisah kehidupan Sunan Giri seolah-olah merupakan
polarisasi (perwujudan kembali) dari berbagai ceritera
esusasteraan ataupun mitos dari zaman sebelum Islam seperti
Ramayana, Mahabharata, Nagarakrtagama dan juga Parara/on.
D. Latar Belakang Pendirian Masjid
Giri

di

Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa Raden


Paku adalah
lah seorang murid Sunan Ampel yang ulung dan taat.
Padamasa mudanya Raden Paku bersama-sama dengan Makdum
Ibrahim berniat pergi ke Mekah untuk memperdalam ilmunya,
namun keduanya ditahan oleh Maulana lskak dt Malaka. Di
kediaman Maulana Iskak (ayahnya) Raden Pakn tidak saja
dlaj,llr segala ilmu yang bersangkut paut dengan Islam, tetapi
menurut sumber- sumber tradisional kepadanya juga diajarkan
ilmu kewalian (i/mu kewalen ): llmu para wali. Setelah dianggap
cukup, oleh Maulana Iskak menyarankan
1gur Raden Paku secepatnya kembali ke Jawa untuk
menyiarkan Agama

I lhm, serta mencari tempat tinggal yang tanahnya sama


dengan sekepal
I mili yang dibawakan Maulana Ishak - Wali Lanang m.
Sesampainya di ( fresik dicarilah sebidang tanah untuk
bertempat tinggal guna menyiarkan I htm. Dengan bantuan
Syeh Koja dan Syeh Grigis, tanah itu ditemukan di
pembukitan di dekat Gresik, Lokasi yang berwujud pegunungan.
(Sansekrta.
(iln-f) itu yang
mempunyai sifat sama dengan tanah
pemberian ayahnya. l t lokasi yang ditemukan itulah Raden
Paku mendirikan masjid sebagai pu1mt penyebaran Agama
Islam. Semenjak itu Raden Paku termasyhur
1,aun narna Sunan Giri (Gunung), dan daerah disekitarnya
kemudian t kcmal dengan daerah Giri. Mengingat di Gresik
ada situs kedaton, alun- lut1, dalem wetan, pasar gede,
kapunggawanan, dan lain-lain, ada
mungkinan Raden Paku atau pengganti-penggantinya
dahulu pernah dlrikan istana (kedaton) di Giri 112
ltt Aminuddin Kasdi, op. cit., halaman 32. Da)am
Babad Gresikdjkatakan jenis h )'Ing dimaksud adaJab
tanah di dekat Gresik yang baunya AIDll dcngan tanah
yang
I dari Mckah yang d.tl>erikan kepada R. Palru.
ltJ Nurbadi, " Tata Ruang Pemukiman Giri, Sebuah
Hipotcsa lllaSBasil Pcnclitian di
l11wa Timur", dalam Rapat Evaluasi Basil Penelitian
A.rkeologi. 1111fggal 8-13 Maret
I
35

Sesudah bertempat
di Giri (Gunung) nama Sunan
Giri lebih termasyhur dari pada nama Raden Paku, Jaka
Samodra, Prabu Satmata maupun Muhammad Ainul Y akin m _
E. Jasa-Jasa Sunan Giri Terhadap Penyebaran Islam di
Indonesia
Selain dari kedudulran para wali sebagai penyebar agama
Islam merek.a juga mempunyai kedudukan penting dalam
bidang politik dan kebudayaan yaitu sebagai penyebar dan
pelestari budaya, oleh karenanya jugan pantas filla para
walisanga itu juga mendapat gelar "culture hero". Misalnya
Sunan Kalijaga telah berjasa merombak tontonan wayang
dan gamelan untuk K:'epentinganpenyebaran Islam.!"
Bagaimana pentingnya kedudukan pada bidang budaya
umumnya temyata bahwa dalah sejarah Jawa terkenal dengan
Istilah zaman kewalen untuk menunjukkan periode sesudah
runtuhnya Majapahit yaitu pada peralihan dari abad 15 ke
abad 16 sebagai periode kerajaan-kerajaan Islam. Dalam
pepriode itu peranan para wali sangat
menonj
ol.
Sunan Giri dalam penyebaran Islam di Jawa
khususnya, dan di
kepulauan lain cukup fenomenal, karena sampai saat ini masih
terns diingat dan
hidup
dalam
tradisi
masyarakat
(overlevering). ditempuh melalui pendidikan, politik, dan
kebudayaan. Cara-cara tersebut tidak dapat dilepaskan dari
konteks zaman dan hubungannya dengan kebijaksanaan
wali
sanga
lainnya.

1',
11,
I

1.
Dalam
Bidang
Pendiclikan
Pendidikan adalah merupakan suatu cara yang sangat
baik untuk
menyebarkan suatu faham, ajaran atau keyakinan.. Demikian
pula halnya
.!0~ngan para wali sanga juga menggunakan pendidikan
sebagai media

'ifukwah. Meneliti cara dakwah yang dilakukan para wali itu


tampak benar keahliannya, dan sesunggubnya para wali-wali
itu adalah tokoh-tokoh yang berwibawa, berpandangan luas,
dan penuh kebijaksanaan. Dunia anak-anak diselaminya dan
adjaran Islam dimasukkannya dengan menggunakan lagulagu atau pennainan seperti il.ir-ilir,jilungandanjor.115 Dalam hal ini
beberapa
m H. Abu Bakar, op. cit . .halaman 304.
,.. R. Pitono, Wamasari ... ,op. cit . halaman 89.
"" Lembaga Research Islam Malang, loc. cit.
36

kary
a
seni,
khu
sus
nya
dala
m
hal
lagu
atau
gen
dhin
gJa
wa
yan
g
dip
erc
aya
oleh
rnas
yara
kat
Girl
seb
agai
:ll jl I 1 ;:1,
I
,
,.,
I l 11_,

ciptaan Sunan Giri adalah durmo.dan asmorodono. Lagu-lagu


lain mungkin sekali yang diciptakan oleh Sunan Bonang,
imaskumambangdan mijil oleh Sunan Kudus dan sebagainya.P'
Dalam melak:ukan dakwah, oleh Sunan Giri
didatanginya orang- orang dalam masyarakat dan
disampaikanlah ajaran Islam di bawah empat (4) mata.!"
kemudian setelah kondisi memungk:inkan dilrumpulkanlah
masyarakat sekitamya dengan acara hajatan misalnya,
selamatan, upacara, dan sebagainya. Lewat kegiatankegiatan kehidupan sehari-hari itu disalurkannya ajaranajaran Islam, sehingga suasana lingk:ungan Iambat laun dan
dengan cara-cara yang halus serta tidak terasa hingga akhimya
bersedia menerima ajaran Islam berdasarkan kesadaran
dankemauan sendiri, sebagai suatu hal yang wajar, serta
diliputi oleh suasana menyenangkan. Penyiaran Islam seperti
itu dalam dunia Islam dikenal dengan nama tabligh.108
Dalam menjalankan pendidikan Sunan Giri sebagaimanahalnya
dengan
wali-wali lain, pengertian dan lembaga-Iembaga yang telah ada
diisi dengan ajaran Islam tanpa mengubah apa yang telah ada,
muncullah istilah lama
~.ang terns dipergunakan dalam ajaran Islam misalnya :
sembahyang, gusti, pangeran,
dan nasi tumpeng berupa
gunungan yang telah diisi dengan corak keislaman. Demikian
pula halnya dalam gending-gending
gamelan yang
berkumandang diisi dengan ajaran keimanan.

'

Kelemahan dakwah atau tablighsemacam ini ajaran Islam tidak


dapat
diberikan secara mendalam, namun demikian suasana
lingkungan sudah dapat dipengaruhi. Untuk dapat
mendalami ajaran-ajaran Islam tersebut clanjutnya
diperlukan tempat-tempat yang lebih khusus. Kegiatan
pendidikan itu kemudian menemukan persemaiannya di
kalangan pemuda, uatu generasi yang sangat tepat untuk
mendidik kader yang memungkinkan hitRembangnya suatu
ajaran. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pada umumnya
1 uggar-langgar atau masjid (tempat pengajian dan shalat)
sebagai pengganti
torqpat khusus di kampung-kampung yang semula digunakan
oleh
orang lUll){tua memberikan ajaran-ajaran
atau
membaca lontar, tempat anak-anak m1n1dengarkan dongengdongeng, atau bahkan sering menjadi tempat
'" H. Abu Bakar, op. cit., halaman 303.
le7 Ibid.
H R. Pitono, " Tentang Sistcm Pendidikan di Pulau
Djawa Abad XVIl-XVIIl ", "11tm 'Liberty Nomor 479,
Tanggal 10 Nopember 1962, halaman 9
37

menginap orang-orang yang kemalaman di perjalanan


sebagaimana halnya umum terjadi dilakukan di Jawa
(pandapa ), di Lombok herugak, clan surausurau di Minangkabau.1051
Berugak. surau,pendopo kemudian berubah menjadi
tempat-tempat
untukmendirikan shalatjama'ah. pengajianserta tempat
memberikan ajaran tentang dasar-dasarumum agama
Islam.dalamkehidupan sehari-hari, yang kemudian berkembang
menjadi suatu pesantren. Dalam perkembangannya di
lingkungan pesantren para murid, juga untuk guru dibuatkan
tempat tinggal sendiri di sekitar surau atau masjid.119 Pada
abad XVI-XVII seperti diberitakan oleh Pararaton dan Babad
Tanab Jawi di pedalaman Pulau Jawa masih tersebar luas
pusat-pusat pendidikan mandala atau sejenisnya. Dari sumber
babad,Mas Karebet atau Jaka Tingkir yang dikemudian hari
menjadi Sultan Pajang pada masa mudanya menempuh
pendidikan jenis ini. Pamannya, yaitu Ki Kebo Kanigoro tidak
mau mengikutijejak saudaranya Kebo Kenongo untuk
memeluk Islam, sampai meninggalnya tetap teguh
pada keyakinan Hindunya serta meninggal sebagai bertapa."!
Dalam teks
Pararaton ditulis pada tahun 1535 C /1613 M (lti Pararaton.
Telas sinurat
ing Jccasada ring cilapenek, I caka wisaya-guna-bayuningwong, 1555
(1613 M), berkali-kali disebutkan kata-kata mandaleng
(Jawa: mandala
ing).112 Oleh karena itu tidak mustahil sistem pendidikan
tersebut kemudian mengalami
metamorphosa
menjadi
pesantren. Atau dapat dikatakan bahwa sistem pesantren
merupakan kelanjutan sistem mandala dari masa sebelum
Islam di Jawa. Melalui pendidikan pesantren inilah arti Islam dan
pengetahuan
ketauhidan yang sesungguhnya dapat
diselami.
Dalam pesantren para santri biasanya memperoleh
pelajaran sebagai

d. Penge~uan
um~m tentang Al Qur'an, hadits, tarikh
nabi serta
mubaligh-mubahgh Islam seperti telah dirintis oleh
Khulafa .
Rasyidi 113
'.!' urin.
Demiki~l~ kira-~ cara dan bentuk pendidikan yang
dilaksanakan oleh ~~ wali di Jaw~ d~ ~taranya dilakukan
oleh Sunan Giri dengan me~dirikan pesantren di Gm. Muridmurid Sunan Giri tidak hanya berasal dan daerah ~ekitar G.m _
dan Pulau Jawa, tetapi banyakjuga yang berasal dai luar Jawa
rmsalnya dari Kalimantan, Sulawesi Selatan, Lombok,
Sumbawa Sumba, Flo~~s, Ambon, Halmahera, dan
Ternate.!" Menurut sumber~ s~ber tradisi yang Icuat
pengaruhnya di kalangan masyarakat, pesantren lam yang
te~kenal sebelum adanya pesantren di Giri ialah Pesantren Am
el tempat belajar Sunan Giri pada waktu kecil. us
p '
2. Dalam Bidang Politik
Sunan Giri selain dianggap berstatus sebagai waliullah
(dalam bi dang l\g~~) ber~as~kan sumber-sumber sejarah
tradisional (historigrafi tradrsU:na/.)juga ikut berperan dalam
memutuskan masalah-masalah politik
pe~enntahan (waliul amriy pada zamannya. Anggapan
masyarakat
ulebih
merupaka n

I e~en de, a d a1 ah basi.l perjuangan para


wali uynatungk

beri
kut.
a. Pengetahuan tentang Bahasa Arab, sebagai alat untuk
mempelajari Islam.
b, Pengetahuan tauhid, untuk mempertebal keyakinan
yang sangat diperlukan bagi keteguhan iman terutama
bagi para mubaligh.
c. Umu Fiq h sebagai pedoman syariat hukum, untuk
menjalankan darma
bak.ti dalam kehidupan masyarakat dan agama,

1" Soctjipto Wirjosuparto, "Sedjarah Pertumbuhan


Bangunan Masdjid di Indonesia", dalam Fadjar Nomor 21
Tahun Ill Juni 1961, halaman 8.
u
Pesantren
berasal
dari kata Bahasa sanskrta : sastri,
yaitu
orang yang
khusus
belajar kitab suci atau agama.
m W.L. Olthof, op. cit .. balaman
m J. Brandes, op. cit. balaman 3; S; 8; 9 ;10; 11 ;

ielaksanakan pemenntahan Islam ialah terbentuknya


kesultanan Demak
dengan Sultan pertamanya Raden Patah. us Menurut versi
Lemabaga
~h Islam Malang pada 1462 bersama-sama para waliwali lain Sunan Um yang berpengetahuan luas baik dalam
bidang agama dan masalah- masalah_hukum Islam oleh Sultan
Demak, diserahi tugas untuk memutuskan llel'~~ macam
mas~lah, Misalnya pada waktu terjadi perselisihan faham Wrfl
(manunggaling kawula gusti) yang dianut oleh Syeh Siti Jenar
di
lllltu pihak dan para wa11 di Pihak lain menentang faham itu
s
G.
barusaba
damai
,
unan m
Ohim
~~n
~ya. Sumber-sumber tradisi
menyebutkan bahwa
-.....,;1yra~S.in Jenar dih.ukum mati berdasarkan
kesepakatan para wa li. D alam
.. -vuu.yl masalah itu, Sunan Giri menyatakan bahwa Siti
Jenar kafir
IU R. Piton0' Tcntang Sistem ... , op. cit., halaman
8-9.
114 B. Schrieke, op.
cit., balaman 35 us R
Abu Bakar, Joe. cit.

b"n' Pdca:nnoadinpweradleisbaantkgaa sebagai kelompok


kolektif _-,'.-..a....a..~., berdirin ya v~eraJaan Demak
.
n, mengmgat mereka tidak mungkin
bidup se zaman atau satu
39

38

indannaas wa mu 'min indallah ", artinya, Siti Jenar kafir


di hadapan manusia dan mu 'min di hadapan Allah. Bahkan
menilik gelar Prabu Satmata yang bermakna Hyang Manon,
Yang Maha Tahu (artinya sama dengan Ana al-Haq) yang
disandangkan pada diri Sunan Giri, memberikan petunjuk bahwa
sebenamya tokoh ini secarahakiki membenarkan faham yang
dianut oleh Siti Jenar."? Hanya saja faham itu tidak boleh
diajarkan kepada sembarang orang,
melainkan hanya
khusus kepada mereka yang telah mencapai tingkat ma
'rifat.
Meskipun Giri berada di bawah pemerintahan Demak
tetapi sangat diragukan apakah kerajaan itu mampu
menerapkan hegemoninya terhadap
'Giri, mengingat kekuatan ekonomi, pengaruh politik dan
bah.kan militemya
diberitakan sedemikian kuat hingga mampu mengirimkan
ekspedisi ke Nusa Tenggara untuk mengislamkan Lombok.
Oleh karena itu ada di antara sarjana asing antara lain : BJO.
Schrieke di dalam "Indonesian Socio- logical Studies"
berdasarkan berita atau sumber-sumber Belanda dari awal
abad ke-17 menyebut Sunan Giri sebagai "RajaBukit". 111
Sayangnya sumber-sumber sejarah tentang keberadaan Sunan
Giri secara umum atau kebanyakan berasal dari sumber
sekunder (sumber yang dibuat tidak sezaman) dan
disusun tanpa kritik yang ketat. Namun demikian
berdasarkan sumber-sumber tradisional yang bersifat sekunder
itu dapatlah direkonstruksi (diungkapkan) peranan Sunan
Giri dalam politik pemerintahan sebagai berikut,
a. Memberikan legitimasi kepada para penguasa di Demak,
Pajang clan Mataram. Dalam Babad legitimasi itu dikenal
dengan sebutan riwayat Sunan Giri. Lebih dari itu pengaruh
Sunan Giri terasa sampai jauh di luar Jawa yaitu :
Lombok, Makasar, Hitu
(Ambon), dan Temate.
40

Kerapkali seorang raja seakan-akan barn sah sebagai raja


apabila yang bersangkutan telah diberkahi dan diakui oleh
Sunan Giri. ns
111 p J. Zoctmoclder, Manunggaling Kawula -Gusti,
Pantheisme dan Monisme dalam
Sastara Suluk Jawa : Suatu Studi Filsofa: (Jakarta :
Gramedia : Jakarta, 1990), balaman
358359.
111 B. Schrieke, loc: cit.
ttt Aminuddin Kasdi, op. cit., halaman 51. Teks dalam
Babad Gresik sebagai berikut.
" ing mengko tanah Jawa ingkang ngadeg dadi ratu si jebeng
.Senapati Ngalaga Amengku Rat Tanah Jawa, padha sira
angestrenana. lku wus pinasthi karsaning Hyang agung " ,
artinya " nati di Jawa yang menjadi raja ananada Scnapati
Ngalaga Amangku Rat Jawa, patuhlah kamu sekalian, karcn
itu telah ditakdirkan olcb Tuban ... "
0

41

b. Meskipun tidak atau belum ditemukan sumber sumber


yang cedible (sahib), -akan tetapi menurut anggapan
masyarakat, Sunan Giri ikut menentukan
garis-garis
politi.k pemerintahan. Pada waktu itu Demak terjadi
perang saudara antara Adiwijaya dan Arya Penangsang
(1546). Sunan Giri (keturunan Raden Paku) bersama-sama
dengan Sunan Kudus berusaha agar pusat pemerintahan
Islam tetap berada di daerah pantai
(Dema
k).
e.
Dinasti Giri merniliki akar politik, sosial, budaya dan
ekonomi yang kuat.
Hal ini terbukti "dinasti" Giri khususnya dalam .. hegemoni
"kerohanian di Jawa mampu bertahan tidak kurang dari
200 tahun (1477-1680).'20
Para wali lainnya umumnya hanya bertahan atau dua
generasi. Memang
ada wali lainnya, yang kemudian menurunkan suatu dinasti,
tetapi dalam perkembangannya dinasti itu bersifat sekuler.
Y aitu Sunan Gunung Jati yang menurunk:an Raja-raja
Banten dan Cirebon.
. D~lam hal ekonomi, berdasarkan sumber-sumber
arkeologis, ftlpOnimi.k dan berita asing, tidak diragukan lagi
bahwa Gresik di bawah ll\premasi Giri dari abad XV-XVII
mencapai puncak perkembangannya It bagai kota dagang.
Toponimi yang tersisa seperti kampung-kampung :

40

Kcrunasan (tempat saudagar Palembang -kiemas ), Pakelingan


(tempat para
nudagar
Keling-lndia), Pecinan,
kampung Arab,
Pagedongan, Kepatihan (I
mpat patih),
Bandaran
(pelabuhan), dan Blandongan (tempat tukang- lUknng
kayu).121 Pola itu menunjukkan bentuk pemukiman yang
serupa di
M IWa pada kurun waktu itu. Hasil ekskavasi di Giri pada
tahun 1973
JUJ&ll menemukan
situs-situs : kedaton (kraton), alunalun,jraganan, kajen, pu1o~gawan,
dalem wetan, kajen,
triman memberikan petunjuk bahwa
I 1 pada abad di atas selain menjadi pusat keagamaan,
ekonomi, dan
pulttik.
112
Para santri murid Sunan Giri dari luar Jawa terutama
yang berasal
tlat 1
Indonesia Timur juga sangat giat melaksanakan
penyebaran Islam.
IJt J.K.J.
de Jonge, " De Opkomst van het
Nederlandsch Gezag in Oost Indie VII
lhms
Nijhoff:
'sGravenhage,
1873).
111 Aminuddin
Kasdi,
Dkk., Laporan
Kegiatan
Pembacaan Sumber-sumber Sejarah
/Ulllgpn Dalam
rangka
melaksanakan
Praktikum
Pendekatan Terapan di daerah
tftl/l Gresik (FPIPS-IKIP Surabaya :
Surabaya. 1991). m Nurbadi, Joe. cit.

41

LD@11p;t111 tlb1111ltrn11 111 11111~uktu1 bantuan sangat besar terhadap


terbentuknya
'fJU1111111mt:t1hiut ltlhlm setempat misalnya Makasar (1603). Temate
(1500),
1i'idore, dan Ambon. Setelah Raden Paku wafat kedudukan Giri
dalam waktu yang cukup lama (1,5 abad) tetap menduduki
tempat penting sebagai pusat penyiaran Islam. Giri tetap
berusaha mempertahankan daerah pantai sebagai daerah basis
dengan jalan mernberikan bantuan dan sokongan kepada bupatibupati pesisir (Tuban, Surabaya, Demak:) dan bupati Jawa
Timur pada umurnnya untuk. menentang Mataram. Namun
usaha tersebut berhasil digagalkan oleh Sultan Agung dan
keturunannya (1636).123
Padarnasa Seda Krapyak (1601-1613) Giri bersama-sama
Surabaya,
Wirasaba, Madura, dan Madiun memisahkan diri dari
Mataram. Namun setelah Sultan Agung naik tahta berturutturut Wirasaba (1614), Lasem dan Pasuruan (1617), Tuban
(1620), dan Madura (1624). Surabayapun setelah rnemberikan
perlawanan mati-matian pada 1625 terpaksa barus mengakui
kekuasaan Mataram. Terakbir Girl barn berbasil dikalabkan
oleh gabungan tentara Mataram-Surabaya di bawah pimpinan
Pangeran Pekik dan isterinya Ratu Pandan Sari pada 1637 M
(137).
Pada waktu Trunajaya mengadakan perlawanan terbadap
Amangkurat
I dan voe. Girl yang dipimpin oleh keturunan Raden Paku
dengan segala
kemampuan dan kekuatan rnembantu perjuangan Trunajaya,
dengan alasan:
1. Bahwa Giri ingin melenyapkan sifatkejam dan tidak adil dari
Amangkurat
I.
2. Tidak menyetujui adanya kerjasama antara Amangkurat
I dan VOC (Belanda).
42

3. Trunajaya masih mempunyai hubungan keturunan (darah)


dengan Sunan
Giri.
- - :1;
Dalam perjalanan ini Giri merupak:an sumber
semangat perlawanan. Setelab Trunajaya berhasil dikalahkan
pada Januari 1680 Girl bertahan.
Pada 1680 M gabungan tentara voe dan Mataram menyerbu
Giri. Giri
memberikan
perlawanan
tentara VOC dan Mataram
menyerbu Giri. Giri
memberikan
perlawanan
mati-matian namun akbirnya
benteng Giri jatuh juga dan Pangeran Giri tewas. Semenjak
itu pemerintahan di Girl langsung dimasukkan ke dalam
Kerajaan Mataram.
m H.J. de Graaf, Puncak Kekuasaan
Politik Ekspansi Sultan Agung
(Grafitipers : Jakarta, 1986),
balaman 211-228.

Mataram;

43

J. Dalam Bidang
Kebudayaan
&
Kesenian
Salah satu faktor yang memudabkan
para wali,
khususnya .Sunan (!if'iri menyebarkan
Islam di Jawa ialah
penggunaan media budaya sebagai sarana dakwab. Misalnya
perkembangan bahasa Jawa kuna menjadi Jawa madia (Jawa
Tengahan) yang dimulai pada prasasti Biluluk 1366,124 dan
mencapai puncaknya pada sastra suluk, baik yang berbentuk
prosa maupun macapat, dan kidung pada zaman wali,
khususnya untuk menyebarkan
1tjuran-ajaran mereka dalam bentuk tulisan.P" Misalnya Puspa
Rinonce yang dleh masyarakat di Drajat dan sekitarnya
dianggap sebagai karya Sunan ll'ajat juga disusun dalam bentuk
macapat. Karya-karya sastra itu sekaligus dltligJ1 menjadi sarana
dakwah Islam yang efektif. Tema-tema sastra yang
l~uiikernbang pada masa akhir Majapahit bercirikan
pembebasan dari
~~nikmatan sewaktu guna mencapai kehidupan yang abadi atau
langgeng. Mlisalnya : Sudamala, Arjunawijaya, Sri Tanjung,
Sutasoma, Tantu l~qgelaran, dan lain-lain. Dalam dunia mistik
(sufi) juga hidup subur faham- A1ham yang mengacu pada
panteistik sebagai landasan bagi munnculnya
f1tl'tammanunggaling kawula-gusti, baik dari mazhab
ittihadiyah maupun nmihab wujudiah, seperti tercermin dalam
Serat Nawaruci atau Dewaruci. Pltdam kitab Sith in yang oleh
tradisi setempat dianggap sebagai karya Sunan
C }nri (I)juga digunakan istilah-istilah yang lazim digunakan dari
zaman sebelum
I ~nm seperti : Hyang Manon, Hyang Widi, Hyang Sukma
untuk
menyebut A1'bth,
dan
istilab
pendeta
untuk

42

menterjemahkan ulama.126 Lebih dari itu tlU!!llclpun GiriGresik dari abad XV-XVII menjadi pusat keislaman yang

12" Th. G. Th. Pigeaud, Java in the 14 th. Century, A


Study in Cultural History IV (M'lnt1uus Nijboff: The
Hague, 1960), halaman 115. Kalima! pembukaannya
berbunyi lltlu suratingong, kagugonana dene si samasanak
ing biluluk. rehane wnang acibukana
"-u asin .... " (ini surat saya agar diketahui oleh para keluarga
di biluluk, bahwa mereka
II rt wewenang mengambil
air garam ... "].
~~ B. Scbrieke, het Boek van Bonang (Disertasi
Utrecht University, 1916)_
Karya dttl1lis sekitar 1575,
kalimat pembukaannya sebagai bebrikut. "Njan poenika
tjaritanira
h h d/,.Bari, tatkalanira apitoetoer dateng mitranira kabeh
.... " (Nian inilah ceeritera
hlllh Wl-)3ari, tatkala ia menasihati sahabat-sahabatnya
...
"), Lihat R. Ng. Porbatjaraka,
M/111 ta'_kan Djawi (Djambatan : Djakarta. 1952). Lihat :
Margareth J. Kartomi, Matjapat
1t1~id11 Central and West Java (Monash University and
Australian University Press :
h11111'1l, 1973), halaman 24-25_
~u Pada colopbonnya terdapat kata (tulisan) sithin (
_
), koleksi Leiden Ori1 Mllnuscript-Lor., Leiden University Library-Bib/iothek
Rijksuniveriteit Leiden, dengan
fl.Ill', 312 (7). Lihat Aminuddin Kasdi, Lembaga
Pesantren sebagai Pelestari Bahasa
~Mll'kalah Kongres BahasaJawa II: Malang, tgl. 22-26
Oktober 1996), balaman 19.

43

sangat penting , kenyataannya juga mengoleksi


danmenyelamatkan setidak- tidaknya empat karya sastra
dari zaman Jawa kuna: Kakawin Ramayana, Kakawin
Uttarakanda, Kakawin Arjunawiwaha, dan Kakawin
Bharatayudha. Keempat karya itu kemudian sampai ke
keraton Surakarta setelah melalui transmisi : Demak, Pajang,
Mataram, dan Kartasura, m

Kondisi yang tercennin dalam kesusasteraan itu


sejalan dengan peninggalan walisanga, salah satunya ialah
situs kepmbakalaan Sunan Giri sendiri dalam konteks
pelestarian budaya clan tradisi lokal Hal ini membukti- kan bahwa
pada masing-masing situs walisanga terjadi proses sebagai
berikut. (l) Wali yang bersangkutan dijadikan panutan oleh
masyarakat setempat. (2) Wali yang bersangkutan melakukan
penyesuaian dengan budaya setempat
yang telah ada.
(3)Membangun tempat tinggal atau pemukiman berciri
sosial, budaya, ekonomi (muslim) yang menonjolkan
unsur-unsur intepreneurship (kewirausahaan).
(4)Menguatnya unsur-unsur leluri (pemujaan) pada masingmasing situs
dengan aspek-aspek yang dihubungkan dengan
kelebihan-kelebihan tertentu dari wali yang bersangkutan.
( 5) Wali yang bersangkutan dengan menggunakan media
budaya setempat
sebagai sarana penyebaran Islam berhasil menghindari
terjadinya social
& cultural conflict, hingga tidak terjadi social & cultural
leg.
( 6) Segenap warisan atau peninggalan wali yang bersangkutan,
baik berupa warisan intelektual, warisan tulis, maupun
warisan visual tetap dilestarikan dan dileluri bingga kini ..UI

44

Berdasarkan kajian perbandingan dengan situs Sendang


Duwur, di dekat Paciran, Lamongan, tampaknya komplek
Sunan Giri pada zaman sebelum Islam telah merupakan tempat
suci atau sakral.. Boleh jadi dengan adanya kata prapen
(perapian). salah satu situs di Giri, yaitu makam Sunan Prapen)
seperti halnya amitunon (dari kata dasar tunu-membakar)
di Sendang Duwur, diduga pada masa sebelum Islam
merupakan situs

m R.M. Soetjipto Wirjosuparto, Kakawin Bharatayudha


(Bhntara: Djakarta, 1968), halaman 12.
m
AminuddinSejarah
Kasdi,da!!
"Sunan Giri (1443-1506) ;
Keberadaan,

45

pembakaran jenazah, 129 Selanjutnya apabila kemudian Sunan Girl


bermaksud menernpatkan makamnya di situs tersebut maka
hal itu telah menjelaskan kepada kita betapa tokoh wali itu
telahmelanjutkankontinuitas budaya dari lbmun waktu
sebelumnya.
Dengan media budaya seperti yang dipaparkan, para wali,
tennasuk SHnan Girl. mendekati
khalayak melalui sarana
kultural yang ada, tanpa mengurangi kegemaran dan apa saja
yang disukai rakyat melalui saluranl~an baru yang sesuai dengan ajaran Islam,ue
Demikianlahkiranya Sunan
(11m
dalam
menyampaikan ajaran
Islam kepada
masyarakatjuga dengan
I rmacam-macam cara antara lain, memberikan tauladan
Iangsung kepacla rnkvat mengen~i amal ibadah, dan tuntunan
akhJak yang sesuai dengan lflll'Wl Islam, ~lakukan secara
orang perorang, secara rahasia, maupun
cJ ngan pengajian umum yang dihadiri oleh orang banyak
dari berbagai
lapl~!1 masyarakat, Untuk memikat rakyat kemungkinan
Sunan Giri juga monc1ptak~ lagu-~agu tembang permainan
(dolanan) yang mengandung ljnnm dan JIWa keislaman..
Misalnya pennainan jelungan, cublak-cublak
IUWt n'!, ilir-ilir, jor, bendi gerit, gula ganti dan sebagainya.
Media seni
Perjuangannya", dalam Jejak Kanjeng Srman Perjuangan
Walisongo. (Yayasan FestivI Walisongo : Surabaya, 1999),
halaman 64-133.

44

U1&n dlrnanfaa~ya,
melalui tembang macapat dan
kidung. Gendingtrllng yang diduga sebagai basil ciptaan Suoan Giri misalnya
asmarandana
Mn puoung, Lagu-lagu itu selain mudah dipahami, mudah
dimainkan oleh
k anak dan remajajuga sangat digemari rakyat karena berisi
ajaran yang
t mgk:at tinggi. m
Salah satu tembang (nyanyian)dolanan (permainan)
yang sangat nu! yang mungkin sekali juga merupakan buah
ciptaan Sunan giri yaitu th vang mengandung filsafah dan
jiwa agama sebagai berikut.
l!Jlf\-i/ir, lir-ilir
tandure wus sumilir
.\Ing ijo royo-royo
ltl'/csengguh kemanten
anyar
'"'h angon - cah -angon
pt nekna blimbing kuwi
'" hminuddin Kasdi, Kajian Arko/agis
Kepurbakalaan Sltlran Drajat dan
lffl.Vtt Dengan M~m wali-wali /ail< Sebagai Siulrber
Sejaralt (Pan.ilia Seminar
I 'IJ,llah Sunan Drajat: Surabaya, 1997), baJ:amao 12.
IPcnerbit
Stoddard,
Ed Pasang
M 1 d.Naik Kidit Berwarna (Panilia
- oe !Ja
1011J : D~j.a..k...a..rt..a., 1966}, halunan
1
278.
1.embaga Research Islam MaJang, op.
ciL. baJaman 141..

45

lunyu-lunyu penekna
kanggo masuh
dodotira dodotiro dodotiro
kumitir bedah ing
pinggir
dondomono.frumatono
kanggo seba mengko
sore mumpung gede
rembulane
mumpungjembar
kalangane
ayo sorak-sorak hore
Maksudnya:
Bagi yang barn lahir di dunia ini diibaratkan sebagai
tanaman yang mulai menghijau, masih suci murni seperti
ibarat temanten baru, setiap orang selalu ingin memandangnya
Bocah angon (anak gembala) diibaratkan sebagai seorang santri
artinya orang yang seciang menjalankan syariat agama. Adapun
blimbing adalah buah-buahan
yang mempunyai lima
belahan, maksudnya tiang agama Islam adalah sembahyang
lima waktu, Meskipun lunyu-lunyu (licin) tolong panjatkan
juga, walau dengan bersusah payah dan berat sembahyang
itu maka kerjakanlah juga, untuk membasuh hati dan jiwa
kita yang kotor ini, Kumitir sore maksudnya: bahwa orang
hidup itu selalu cenderung ke arah berbuat dosa, segan berbuat
baik, benar serta utama. Maka dengan menjalankan sembahyang
lima waktu diharapkan kelak kemudian hari dapatlah menjadi
bekal untuk menghadap ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
yaitu menjadi anak shaleh.P"
Dari uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa para
walisanga
khususnya Sunan Giri dalam menyampaikan agama Islam
dengan jalan
bijaksana, melalui kebiasaan agama yang dapat diterima oleh
masyarakat kemudian diberi isi ajaran Islam misalnya
selamatan. Sistem pendidikan juga melanjutkan sistem yang

BA 8 111
P.ERKEMBANGAN KEBUDAyAAN DI JAWA
PADAABAD 15-16
Dari

ura1an
Bab Il dapatlah dik tab .
unan Giri, khususnya bangunan
e OJ bahwa
bangunan kompleks
l >1 ebabkan oleb perkembang Isl m~
berasal dari awal
abad 16 M
porubahan besar dalam bidang~li
~:
Jawa pac:ia abad
tersebut terjadilah Jmun Indonesia Hindu ke aman tik., gama,
sos1a1 kehudayaan, yaitu dari n1 lb1 kebudayaannya berulah
u1Is~ar;- Karena masyarakatnya berubah
ol h dua faktor, yaitu faktor ~
a
erubahan kebudayaan
disebabkan dll rm berasaJ dari masyarak:at nddalam dan faktor
dari luar, i Faktor dari Udak mengaJcibatk
pe
ulcung kebudayaan
itu
send
.
bi
.
an
besar ka
asanya
m, perubahan
iasanya

11 nttasa seimbang d

engan kebuadayaan
,
rena bi araka
1
mas
telah ada yaitu sistem mandala yang kemudian diubah menjadi
pesantren. Dari pesantren tersebut dididik kader-kader
penyebar Islam yang kemudian besar pengaruhnya terhadap
perkembangan

lllaYttrakat dan kebudayaan sa:


tnya. Bahkan
perjalinan antara
nu111y11rakat yang bersangkutan
gat erat, Apabila semua
kebutuh
,
tercu.kupi
aka
an
politik sesudah zaman Majapahit, yaitu
zaman Islam.

132 Lagu {tembang) ini oleb masyarakat Kadilangu


juga dianggap sebagai ciptaan
Sunan Kalijaga. Untuk menentukan masalab tersebut Prof.
Suripan Sadi Hutomo, Gur1_1
Besar Bahasa dan ahli sastra pesisiran Universitas Negeri
Surabaya {Unesa d/h. IKIP Surabaya]
memberikan saran, agar melacak teks tembang itu dalam
edisi berbahasa Jawa madia.

ti tonyap dengan sendiri


dirin
'm
sebab-sebab
dari dalam
1 Iuar Iingkungan masyar:~ te y~ Adapun faktor dari
luar, berasal tit, f crubahan-perubahan
~e ut, dapat
menimbulkan perubah
"''-- dengan
yang
disebabkan
an
o 11,A.
o Ieh ich: lctor dari Iuar da
kek
erasan dan bi
.
(l.[}
1
pat
hn:han kebudayaan dilaks akan sa pu a beIJalan secara damai,
Bil
an
dengan keke
aprosesnya
rasan karena
' Lt flitono, Sejarah Indonesia Lama
, (Lebb1t
lKIP
M l
IMalang,
J{ So km
1961) halama

JJ
hnln

.
a ang :

e ono antar Sejarah Kebudayaan lndon ' . I n .


manPen
gIO. ,
esta ' (Tnkarya : Djakarta,

46
47

tidak: tepat tidak:jarang akan menimbulkan kegoncangan


dan ketegangan- ketegangan dalam masyarakat.3
Namun
bila perubahan itu lerlaksana secara
. damai, maka pertemuan antara unsur-unsur kebudayaan yang
berasal dari
luar dan dari dalam tidak menimbulk:an keteganganketegangan, bahkan akan dapat saling mempengaruhi secara
timbal balik, meskipun
tidak dalam keadaan seimbang.
Umumnya kebudayaan
yang tingkatannya lebih tinggi,
mempunyai pengaruh
dan daya pengubah
lebih besar.'
Denganjalan damai Islam masuk ke Indonesia, khususnya ke
Jawa. Dalarn konteks pertemuan antara unsur-unsur buadaya
Islam dan kebudayaan yang sebelumnya telah berkembang di
Indonesia, yaitu unsur-unsur budaya dari jaman prasejarah
clan unsur-unsur budaya Hindu-Budha. Dalam proses
penetrasi damai (penetration pasifique) antara unsur-unsur
kebudayaan Indonesia asli, tmsur budaya Hindu-Budha dan
kebudayaan Islam itulah kemudian terjadi jalinan pengaruh
timbal balik. 5
Hasil pertemuan antara unsur-unsur kebudayaan
Indonesia, Hindu- Budha dan kebudayaan Islam salah satu
diantaranya dalam bentuk bangunan, ialah kompleks
Kepurbakalaan Sunan Giri, khususnya pada bangunan
makam. Kompleks Sunan Giri sebagai salah satu
peninggalan kuno dari masa transisi budaya Indonesia asli,
Hindu-Budha, dan Islam merupakan salah satu warisan
budaya dari jaman permulaan Islam di Jawa, disamping
peninggalan yang lain misalnya masjid Sendang Duwur,
Makam Malik Ibrahim dan sebagainya. Tidak: dapat
dipungkiri bahwa tiap-tiap benda
. kebudayaan atau seni adalah pencenninan cara berfikir,
merasa dan cipta dari masyarakat pendukungnya,' dan
dengan demikian peninggalan- peninggalan di Giri juga
merupakan pencerminan cara merasa, cara berfikir, dan cara

mencipta bangsa Indonesia pada jaman permulaan


Islam .
. Sehubungan dengan itu apabila mengamati kompleks Sunan
Giri dengan saksama dapatlah diperkirakan bagaimana cara
merasa,
berfikir, mencipta, adat istiadat,
tingkatan
kebudayaan, hingga kemudian dapatlah dijelaskan berbagai
aspek kepurbakalaan di kompleks Sunan Giri.

3 Sidi Gazalba, Pengantar Kebudayaan Sebagai I/mu


I, (Pustak.a Antara : Djakarta,
1966),
balaman
121.
R. Soekrnono, op. cit . halaman I.
5 Ibid.
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarab Sebagai Ilmu, (Bbratara
: Djakarta, I 966), halaman
9
3
.
4
8

Oleh karena kompleks Sunan Giri berasal dari jaman


permulaan bertemunya kebudayan Indonesia Hindu dengan
kebudayaan Islam maka untuk membahas kepurbakalaan pada
komplek Giri tidaklah dapat dilepaskan d iri faktor-faktor sebagai
berikut.
A.
Pandangan
Islam terhadap
kebudayaan
B Latar belakang sosiologis, yaitu pandangan
masyarak.at terhadap kedudukan wali sanga
( i!>erkembangan kebudayaan di Jawa pada abad
XV-XVI.
A. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kebudayaan
Islam berasal dari kata Arab : aslama, kata dasarnya
salima yang b rurti sejahtera, tidak bercacat, tidak tercela.
Kemudian menjadi masdar lamat. Aslama berarti patuh
menerima agama Islam. Orang yang patuh
menerima untuk
melakukan ajaran
Islam
disebut
muslim. Karena k pntuhannyakepada Allah, ia akan selamat
dan berbahagia di dunia maupun di rdfillirat.7 Adapun yang
dimaksud dengan pengertian Islam ialah addin
I I Ill, sesuai dengan sabda Allah dalam Al Quran Surat Al
Maidah, ayat 3:
"Alyauma akmaltu lakum diinakum waatmamtu
alaikum ni 'matii wa radhii tu lakumul Islaa ma diinaa
",

Artiny
a:
"Hari ini Aku telah menyempumakan
agamamu
bagimu dan Aku telah menyempurnakan ni'matku
bagimu dan Aku telah rela Islam sebagai agama
bagimu","
Dengan demikian Islam adalah kependekan dari kata
"addin Islam" ftf( ungkapan kebudayaan Islam, lengkapnya
adalah kebudayaan addin Pokok ajaran Islam termaktub
dalam Al-Quran dan Hadist meliputi r~krok masalah yaitu,
masalah hubungan antara manusia dengan Allah
tbndatan) yang meliputi arkanul (rukun) Iman dan arkanul
Islam,
111 b. hubungan manusia dengan manusia (habl
minannaas) dan

t lhfnm Nasution, Islam Ditinjau dari Segala Aspeknya,


(Jakarta : 1974), halaman 7. f I cpnrternen Agarna RI,
Al-Qur'an dan Terdjemahannja, (Dep. Agama : Jakarta,
ludlnnnn 157.
49

.1

hubungan manusia dengan dirinya sendiri," Bila'


dikualifikasikan isi ayat- ayat Al-Quran (Sunnah) dapat
digolongk:an dalam 7 cabang kebudayaan, meliputi bidangbidang ; sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, tek:nik,
seni/filsafat dan peribadatan. 10
Sumber Islam ketiga ialah ijtihad berasal dari alcta dasar
"jahada"
yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menyusun
suatu masalah hukum tentang sesuatu persoalan yang tidak
terdapat atau diragu-ragukan dalam Al-Quran
dan Hadits.
Ijtihadharus mngandung 4 unsur, yaitu qiyas
: keputusan berpijak pada analogis, istihsan-istislah, keputusan
berdasarkan atas pertimbangan kesejahteraan umum ; dan
istidlal, sebagai kongklusi- kesimpulan. Salah satu bentuk
ijtihad ialah ijma ', yaitu keputusan ahli hukum tentang suatu
masalah
hukum dalm suatu masa tertentu, karena tidak
terdapat/yang diragukan dalam Al-Quran dan Hadits. ljtihad
mengajarkan untuk berfikir kritis, logis, rasional, realistis dan
ilmiah guna
menghadapi
kenyataan
bidup.
Dua pegangan pokok Islam yaitu ruk.un iman dan rukun
Islam. Untuk
memasuki lapangan keyakinan melalui iman, yaitu percaya
kepada adamya Allah, Malaikat, Kitab, Rasul Hari Qiamat
dan taqdir-Nya dan harus menjalankan tiang Islam yaitu
melaksanakan arkanul Islam, mengucap dua sahadat,
mendirikan shalat, zakat, puasa pada bulan Ramadhan dan
haji. Iman sebagaia akar budaya mendidik dan menuntun
manusia befikir secara Islam. Mengerjakan arkanul Islam
membentuk kebiasaan, yang kemudian
menjadi adat. Adat membentuk kepribadian yang kemudian
membentuk sikap. Sikap dan cara berfikir, berbuat, merasa
dari umat Islam ditentukan oleh arkanul Iman dan arkanul
Islam. u
H.A. Salim, seorang tokoh pergerakan nasional
menyatakan

pendapatnya bahwa kata kebudayaan berasal dari


persatuan kata budi dan daya. Budi berarti akal,
fikiran, pengertian, faham, pendapat, ikhtiar,
perasaan, clan daya berarti : tenaga, kekuatan,
kesanggupan.
Kebudayaan berarti himpunan
segala usaha dan daya upaya yang dikerjakan
dengan menggunakan
basil pendapat budi,
untukmemperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai
kesempurnaan.V
Sidi Gazalba, Pcngantar Kebudajaan ..
ibid i, halamam 143.
/bid ., halamam 145.
11 Ibid .. , balamam 151.
12 H.A. Salim, Kcbudayaan, Stensilan,
balaman 8-9.
5
0

Cendekiawan muslim, Hamka, menyatakan bahwa kebudayaan


l~eq>okok pangkal pada kata
"buddhi", Buddhi berarti cahaya yang
Cillberikan oleh Tuhan kepada insan, untuk membedakan manusia dengan
blnatang, yaitu berupa (pikiran).Dengan fikiran itu manusia dapat
membedakan yang benar dan yang salah, yang bermanfaat dan mudharat,
yuug ind.ah dan yang jelek. Karena buddhi-nya manusia tegak diantara
dua tempat, naik dan turun. Naik menyerupai sifat Tuhan, atau turun ke d
rlam lembah kebinatangan. Dari kata buddhi, kita membuat pengertian
1ti budayaan, 13
Ahli kepurbakalaan Soekmono, berpendapat bahwa kebudayaan
1tdnlah segala ciptaan manusia, yang sebenamya hanyalah basil usahanya
untUk mengubah dan memberi bentuk serta susunan baru dari pemberian
I uhan atau alam untuk memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani.
Ko budayaan mempunyai dua segi, pertama segi kebendaan, meliputi segala
b nda buatan manusia sebagai perwujudan dari ciptaan akalnya. Kedua
IK\J,ti kerokhanian terdiri dari alam pikiran dan kumpulan perasaan yang
lamusun teratur, tak dapat diraba tetapi penjelmaannya dapatdihayati dan
dlfi11Llami dari segi agama, kesenian, kemasyarakatan dan sebagainya.v'
Dari kalangan antropologi, ahli antropologi Koentjaraningrat,
numyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari perilaku dan }llisil k
Mblan manusia yang teratur, yaitu tata kelakuan manusia yang hal"US
dleroleh dengan belajar yang tersusun dan terintegrasi dalam kehidupan
OHi ynrakat. 15

Hatta, seorang cendekiawan dan negarawan yang memiliki


keahlian
&II btdnng ekonomi, juga menyatakan
bahwa kebudayaan
aclalah cipwan
bld\tflxdari suatu bangsa, ragamnya ban yak sekali. Mengenai
agama ap~
llu l})taan manusia atau bukan, bagi Hatta bukan soal.
Menurut Hatta n~uga kebudayaan, sebab dengan agama
manusia dapat hidup senang.
l 11 iltnrena itu menurut Hatta agama adalah merupakan
bagian dari
bntlU.yaan disamping bahasa, seni, teknik, ilmu, arsitektur,
organisasi
tan ~g;ua.16
ll~ilarnka, "Kata Sambutan" dalam Sidi Gazlalba,
Pengantar Kebudajaan sebasa!
ti Iii (!l!Ustaka Antara : Djakarta, 1966), halaman 17.
<t Soekmono, ibid ., halaman I 0.
Mil{cocntjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Penerbit
Universitas : Djakarta, 1966),
111i~6.
" ffi(li Gazalba, op. cit .,, halaman 35.
51

11
I

1.1

Sidi Gazalba di dalam karyanyaPangantarKebudajaa.n


Sebagai Ilmu I, menyimpulkan definisi kebudayaan dari
bermacam-macam
batasan menyatakan
:
bahwa
kebudayaan ialah cara berfikir
dan merasa
yang
menyatakan
diri dalarn seluruh segi
kehidupan dari
segolongan manusia yang membentuk. kesatuan sosial dalam
suatu ruang dan suatu waktu. Kebudayaan dapat dibagi dua
yaitu jiwa kebudayaan bersifat abstrak dan penjelmaan
kebudayaan bersifat kongkrit, Jiwa kebudayaan melahirkan
penjelmaan kebudayaan yang dapat ditangkap oleh
pancaindra.17
Dari uraian dia atas temyatalah bahwa dalam proses
penciptaan
kebudayaan peranan fikiran memegang kedudukan
sangat penting. Berdasarkan pengertian Islam dan
pengertian kebudayaan maka yang dimaksud dengan
kebudayaan Islam ialah cara berfikir dan merasa Islam yang
dinyatakan dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan
manusia yang membentuk. kesatuan sosial dalam suatu ruang
dan suatu waktu. Oleh karena cara berfikir dan merasa Islam
ditentukan oleh arkanul Iman dan arkanul Islam maka
kebudayaan Islampun bersendi atas arkanul Iman dan
arkanul Islam."
Di mana perbedaan antara agama Islam dan
kebudayaan Islam?
Temyata kebudayaan islam memiliki kedudukan setingkat
dengan agama Islam dalam addin Islam, Agama atau religi yaitu
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, yang
dihayati sebagai bakekat bersifat gaib, dinyatakan dalam bentuk
kultus dan sikap hidup be:cdasardo~
tertentu. Agama Islam
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan_sekah~ ~am
pengamalananya Bila agama Islam fokusnya mengenaikehidupan
di akhirat, maka kebudayaan Islam berhubungan dan
menyanglrutkehidupan di dunia." Islam memberikan kebebasan
umatnya mengenai kebudayaan mereka. Tiap lapisan
masyarakat, suku, bangsa merupakan bagian_ tetsend~

dengan alamnya, kehidupannya, sifat-sifat keturunan,


kepribadian dan seJar~~a. Sabda Nabi : "Jika ada urusan
agamamu serahkanlah kepadaku, dan jika
ada urusan keduniaamnu maka kamu lebih tahu akan musan
duniamu itu "

U
ntu
k
me
nga
run
gi
kehi
dup
an
Isla
m
men
unt
un
fikir
an
ma
nusi
. I
1 II

a agar selalu berlandaskan pada tiang Islam dan Iman, dan


setelah itu diberi kebebasan berkembang menurut ruang
dan waktu. Dengan adanya kebebasan tersebut kemudian
kebudayaan Islam mengadakan akulturasi dengan berbagai
macam kebudayaan yang dijumpainya. Mengenai arti akultura.si
te_rdapat bermacam-macam pendapat yang dikemukakan oleh
berbagai
sarjana.
_Namun
menurut
Koentjaraningrat
semuanya bersepakat
~alam ~emaharm proses yang disebut akulturasi. Proses
akulturasi akan
timbul bila suatu
m_anusia
dengan intensif
kebudayaannya
berhubungan
atau kelompok
~elakukan
== ~e~ara
dengan
kelompok masyarakat
]ainn ya
)Yang juga telah rnemiliki kebudayaan dengan tingkatan
tertentu. Kontak
atau pertemuan anmi:a _suatu kebudayaan dengan kebudayaan
asing yang
~erb~da-?eda
sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur
kebudayaan asing nu d1_tenma dan diolah
k~ dalam
kebudayaan sendiri. Dalam proses penenrnaan dan ~~gol~~
1~ ~ebudayaan, pihak penerima tanpa keh.ilangan
Rte~u~yaan .sendiri, atau jan diri. 21 Sidi Gazalba menyatakan
bahwa akulturasi
hadist riwayat
Muslim.11

11 Ibid ., balamam
156_
" Ibid ., balamam
150 - 151.
"152.Ibid i, balamaro
11 M Natsir, Capita Selecta, (W.V. van Hoevc:
Bandungi's-Gravenhagc, 1954),
halaman 15.
52
53

lcUJad1 apabila pendukung-pendukung kebudayaan dari kedua


kebudayaan
nu berhubungan dalam waktu
lama."
A~a lagi pendapat lain mengenai proses akulturasi,
yaitu prinsip hrtegrasi kebudayaan. Prinsip ini
berpendapat bahwa unsur-unsur kubu~ayaan asing h~ya
~apat diterima oleh pendukung kebudayaan asli,
1\J'ubda unsur-unsur asmg itu dapat diselaraskan. Untuk
menyesuaikan unsur
~:tUJ ~alam fung~i m~nyeluruh, sering ia mengalami perubahan
dalam proses. Aip11bda unsur rtu tidak dapat diselaraskan,
unsur-unsur asing tersebut
t!luolak.23 Mengenai akulturasi yang terjadi dalam dunia
Islam p1111 K
)I!
.
'
Ip .
1U1, cendiakawan ahli tentang Arab, menyatakan bahwa
yang disebut
tlm~ga~ kebud~yaan Isl~ adalah kesenian dan ilmu pengetahuan
Arab yang I l 11 di-yun~m-kan atau di-persia-kan yang
diperbaharui, dan dikembangkan fmlilnrn~ kali oleh bangsa
Arab, kemudian oleh pemeluk agama Islam yang
lattt dan seluruh penjuru
dunia.
Philip K. Hitti menyatakan tatkala bangsa Arab menyerbu
ke Persia
Me Irr, Syam, dan Turki kemudian berinteraksi dengan bangsabangsa yang
,

II

K.
.
.
o~nlJaran
at, ibid i, halaman
. mgr

149.

Gazalba, op. cit., balaman 119.


11S1d1
'Ibid ., halamam 119.

dihargai dan diti.nggikan martabatnya karena kebudayaan mereka


yang tinggi. Selanjutnya
orang
Arab
muslim
mengasimilasikan dan mereproduser, warisan intelektual dan
seni yang dimiliki rak:yat yang baru ditaklukkan.24
Tokoh cendekiawan Islam lainnya, Leopold Weiss yang
kemudian berganti
nama Mohammad Asad, menyatakan
babwa kebudayaan sesungguhnya adalah hasil sejarah, basil
evolusi sehingga tidak mungkin diperoleh suatu waktu yang
jelas dan batas waktu tegastentang muncul dan tenggelamnya
suatu kebudayaan. Jika lain-lain kebudayaan berkembang
berangsur-angsur dari pusaka rokhaniah yang lama, terdiri
dari hasil pemikiran dan pendapat yang dilahirkan dengan
susah payah dalam bentuk tertentu dalam masa yang lama.
Sebaliknya kebudayaan Islam lahir di tengah masyarakat yang
tanpa pendahuluan, berdiri di atas sendi Iman dan Islam, serta
bersifat universal. Selanjutnya Weiss mengemukakan babwa
kebudayaan Islam dimulai dengan peristiwa turunnya AlQuran, dan sumbemya ialah Muhammad
Rasul Allah.
Kedatangannya merupakan proklamsi bagi kelahiran
kebudayaan Islam, Weiss mengakui adanya akulturasi yang
terjadi pada kebudayaan Islam.
Akan tetapi unsur-unsur budaya luar itu hanya melekat clan
menempel
pada kebudayaan Islam, tidak dapat mengubah intisari Islam
yang utama dan essensiel yaitu yang berdasarkan Quran dan
Hadist."
M. Natsir pemimpin Islam terkemukadi Indonesia,
mengemukakan
bahwa kebudayaan yang ditimbulkan oleh Islam dinarnakan
kebudayaan Islam. MenurutM. Natsir selanjutnya menyatakan,
sesudah kaum muslimin memperteguh
kedudukan mereka
sebagai suatu kaum yang diikat oleb keyakinan dan pandangan
hidup yang satu, setelah berhasil menduduki tempat-tempat
strategis dengan penduduknya yang maju, setelah mereka
dari kaum yang tadinya tidak henti-hentinya
mendapat
serangan, tamparan dari kanan kirinya, naik kepada derajat kaum
yang diakui eksistensinya, kemudian kekuasaannya diakui oleh

bangsa-bangsa di benua Afrika, Eropa dan


Asia, maka pada saat itulah kebudayaan
Islam te.rbentuk. Dalam proses pembentukan
kebudayaan tersebut Islam memberikan
patokan-patokan
s
e
b
a
g
a
i
b
e
r
i
k
u
t
.

" Philip K. Hitti, Dunia Arab,


Terjemahan Usbuluddin Hutagalung
(Sumur Bandung
:
Ba
ndu
ng,
195
4),
hala
ma
n
186
.

" Pendapat Leopold Weiss dimuat


dalam Sidi Gazalba, Buku Pengantar
Kebudayaan

Sebagai Ilmu, Buku I, (Pustaka


Djakarta, 1966), halaman 155.

Nusantara

I . Agama Islam menghormati akal manusia dan menempatkan


akal pada tempat terhormat, serta perintah agar manusia
mempergunakan untuk menyelidiki keadaan alam.
2. Agarna Islam mewajibkan pemeluknya, laki dan perempuan
untuk menuntut ilmu "Tuntutlah ilmu dari buaian sampai
ke liang labad". (al-Hadist),
~gama Islam melarang
berlaklid
buta, menerima
sesuatu sebelum diperiksa, meskipun datangnya dari
kalangan sebangsa dan seagama dari ibu bapak dan nenek
moyang sekalipun. Al Quran menyatakan : dan janganlah
engkau turut saja apa yang engkau tidak mempunyai
pengetahuan atasnya, karena sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya tentang itu
(surat Bani lsrail ayat 36 ).
4 ~gama Islam menyuruh memeriksa kebenaran,
walaupun datangnya
dan kaum yang berlainan bangsa dan
kepercayaan.
~gama
Islam
menggunakan
dan menganjurkan
pemeluknya pergi
~neninggalkan kampung halaman untuk
merantau,
bersilahturrahmi t\tengan bangsa, golongan lain saling
bertukar
rasa dan pemandangan. W.ajib atas tiap-tiap
muslirnin yang berkuasa atau mampu, pergi sekurang- h!
urangn ya sekali seumur hidupnya mengerjakan haji. Pada
saat itu l~ltdapatlah pertemuan yang karib antara segenap
bangsa dan golongan lilt etas dunia ini. Keadaan ini
menimbulkan
perhubungan dan perubahan k1&udayaan
(culture change-akulturasi) yang sangatpenting artinya untuk
kiemajuan tiap-tiap bangsa."
Gazalba menyatakan bahwa kebudayaan mempunyai dua
segi, yaitu
It kiebudayaan bersifat rokhaniah dan penjelmaan kebudayaan
yang bersifat

11111niah. Oleh karena itu kebudayaan Islampun juga memiliki segi-segi


kh miah dan jasmaniah. Segi rokhaniah adalah jiwa kebudayaan Islam
1111 l\@ama Islam. Agama Islam adalah sumber kebudayaan Islam. Cara
tllliw dan cara merasa Islam menjelmakan kebudayaan Islam. Waktu

I Muhammad merealisir ajaran Islam, terwujud pula sekalian


cara berfikir tt~~rasa Islam. Cara berfikir secara Islam itu
kemudian menjelma keff !Ml Natsir, ibid., halaman 4-5.

I
55

54

,I I
111

' ~ '
I I '[

hidupan umat lslam.Dengan lahimya agama Islam muncul pula


kebudayaan Islam.27
Segi -segi jasmaniah kebudayaan
Islam, yaitu pada jaman Nabi diperoleh dari unsur-unsur
kebudayaan Arab yang diseleksi, disamping unsur-unsur
baru yang dilahirkan. Unsur-unsur yang diseleksi diadaptasi,
disesuaikan dengan jiwa Islam, unsur yang tidak selaras
dibuang. Jadi
kebudayaan Islam pada jam.an Nabi adalah hasil akulturasi
antara Islam
II
dan kebudayaan Arab. Pada waktu
keluar dari batas jazirah Arab, proses
serupa itu berulang kembali. Di muka telah diutarakan, tatkala
perkembangan Islam sampai pada suatu tempat, dan
melakukan kontak dengan bangsa yang didatangi, maka Islam
melakukan akulturasi, selanjutnya melahirkan unsur-unsur
kebudayaan yang baru. Unsur-unsur kebudayaan setempat
yang lama dirombak, diolah dan diberi semangat sesuai
denganjiwa Islam. Hasil pengolahan tersebut menjadi bagian
atau unsur kebudayaan Islam.
Akulturasi antara buclaya Islam dan unsur-unsur budaya
lainnya telah
terjadi di Iran, Irak, Turk.i, Mesir, Spanyol, India,
Tiongkok dan Indo- nesia." Lingkungan dan kondisi yang
dijumpai Islam dalam ruang dan waktu yang
berbeda,
membedakan manifestasi kebudayaan menurut ukuran
tersebut. Tetapi dalam perbedaan itu ia mempunyai pangkal
tolak sama yaitu Iman dan Islam dan asas taqwa. Hal ini
sesuai dengan sabda Tuhan dalam Al Quran yang artinya :
I

adalah yang paling taqwa ", Q.S. Al


Hujurat ayat 13.29

Dengan demik.ian adanya akulturasi dalam


Islam dibenarkan dan dapat diterima, sepanjang
unsur-unsur
kebudayaan
yang
diadaptasikannya tidak bertentangan
dengan
akidah
Islam. Akulturasi
dalam bidang
peribadatan (sinkretisme) dilarang, tetapi dalam
bidang muamalah hubungan manusia dengan
manusia dalam pergaulan hidup, dan dalam
berbagai bidang
kehidupan duniawi diperbolehkan mengadakan
hal-hal yang baru. Hadits
Nabi
menegaskan
sebagai
berikut.

11
27 Sidi Gazalba, op cit ., halamam 152.
28 Ibid i, halamam 156.
29 M. Natsir, ibid ., halaman 214.

"Kami jadikan
karnu sekalian laki perempuan,
berkaurn-kaum dan berbangsa-bangsa untuk saling
kenal mengenal dalam kebaikan, sesungguhnya
semulia-mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah
56

57

"Jika ada urusan, Agamarnu serahkanlah kepadaku. Dan j ika ada


urusan keduniawian, maka kamu lebih tahu akan urusan duniamu itu".
Hadits riwayat Muslim. 30
Karena-~danya cara merasa, cara berfikir, dan cara mencipta yang
l1d 1k sama darijaman ke jaman kemudian terjadilah perbedaan kebudayaan
I him yang dahulu dan sekarang. Kebudayaan pada jaman K.hulafaur
HMidin berbeda dengan kebudayaan Islam padajaman "walisanga", dan l11!
h1'k sama pula dengan kebudayaan Islam masa sekarang meskipun
d11ePahnya sama. Oleh karena jaman "walisanga" adalah jaman peralihan
1111t1tra ~eb~daya_anIndonesia Hindu dan Indonesia Islam, maka kebudayaan
1U1g dilahirkan juga me~liki ciri yang didominasi oleh unsur-unsur budaya
t1g berkembang pada jamannya. Pembagian jaman Indonesia Hindu_
(lGf!lld'ihan dan Islam berdasarkan corak kebudayaan, misalnya pada unsurUll ur kebudayaan yang berupa tempat-tempat ibadah.
Pada jaman Hindu tempat-tempat peribadatan berupa candi-candi
~ u.~il. Pa~jaman peralihan, yaitu pada abad XV-XVI sudah terdapat
ffitl-;J)d, tetapi struktur dan seni bangunnya masih dipengaruhi oleh seni
bnugun candi dan kuil meskipun penggunaan ruangnya berbeda, Sesudah
fnmttn peralih~ bentuk ~~sjid berubah lagi seperti yang urnum terdapat

56

knnmg, mesk1~~n d_emikian unsur-unsur candi masih terdapat


pula pada
k b~y~an masjid di Indonesia
Dari jaman peralihan
peninggalan yang
nmg ialah kompleks Sunan Giri disamping kompleks
Sendang Duwur
dim ktompleks
Sunan
Kudus,
I IL.atar Belakang Sosiotogis, dan Pandangan
Masyarakat erhadap Kedudukan Para Wali.
Di Bab 1 telah diuraikan mengenai pengertian istilah
wali adalah ngkasan dari istilah wa:iullah yang berarti
wakil/sahabat Allah, orang JC dekat deng~ Allah. Pitono,
ahli Sejarah Indonesia kuna menyatakan
hwa para ~ah terutama yang tergabung dalam "wali
sanga" oleh
ty.flrakat dianggap mempunyai dua kelebihan sebagai berikut.
"Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjem~han,
(Departernen Agama RI .
mu, 1965), halaman 344.
"

57

I . Mempunyai pengetabuan agama yang lebih mendalam dan


luas.
.
2. Memiliki daya dan kekuatan gaib lebih banyak dibanding
dengan wali- wali yang tidak termasuk. "walisanga":"
Sebagai
orang yang berjasa
dalam masa awal
penyebaran Islam d~ Jawa wali-wali itu sarnpai sekarang
masih mendapat penghargaan dan kalangan masyarakat dan
rakyat Indonesia khususnya di Jawa.32
Para wali dalam
menyiarkan agama, mestinya tidaklah menggunakan cara-cara
pi~t~
atau ceramah di depan umum seperti berlaku pada masa
sekarang irn,
melainkan dalam bentuk kumpulan atau kelompok-kelompok
terbatas, kemudian diteruskan dari mulut ke mulut kepada
orang lain yang merasa tertarik kepada ajaran Islam. Setelah
pengik:utnya bertambah banyak, maka terjadilah tabligh-tabligh
yang diadakan di rumah-rumah, tabligh di madrasah dan pondok.
Pendidikan secara dem.ikian tidaklah _asing l~gi, karen~ ~ada
masa itu sudah terdapat mandala-mandala sebagai kelanjutan
pendidikan dari jaman Hindu di Jawa ( abad V-XVI). Bentuk.
mandala i~ setelah jaman Islam berubah atau bermetamorphosa
menjadi pesantren, yartu tempat para santri dan mahasiswa
dalam pengajaran agama. Penyelenggaraannya dilaksanakan
dengan cara kiai atau ulama berk:umpul dengan santri atau
hidup bersama .dalam suatu kornpleks pesantren. 33 Kata santri

tinggi dari ~asyarakat, terdapat berbagai pendapat


dari para ahli dan ulama meng~na1 ked~dukan
11
(status) dan martabat para wali dalam
I
tingkatan derajad kehidupan
m
a
n
u
s
i
a
,
Harnka, seorang ulama yangjuga sastrawan
serta peroerbati seja~h
yang sangat peduli kepada Sejarah Umat Islam,
menyata~
bahwa ~~!~ orang yang telah
menjalankan syari 'at, hakikat
dan_ ma 'rifat
mem1l~1 keseimbangan antara syari 'at lahir dan
batinnya dengan jalan khusus menuJU
" R. Pitono, Wama Sari Sejarah Indonesia
II, (Aksarns Club : Malang, 1969). halaman 93.
.
. H. Abubakar,
) hal
195
:n
Buperru
: DJa~ Sejarah
1955 Asl-Qur'an,
' .. aman (Sinar
33 lbid., halaman 300.Lihat P.J.
Zoetmoelder,O!d Javanese-English
Dictionary Part
II P-Y (martinus
Nijhoff:sGravcnbagc,
1982), halaman
1708.

diduga be~a~ dari kata dalam bahasa Jawa kuno, sastri, yaitu
siswa yang mempelajari
kitab-kitab
castra atau kitab-kitab
agama
secara khusus.
Untuk mengetabui apa sebab para wali dengan mudah
mendapat pengikut ban yak dan memperoleh penghormatan
58

59

'.'maqsud" maka yang bersangkutan akan menemukan banyuk po11uMhut1<11t


aalan d~n penga!aman batin, sampai ia mencapai derajat insan k1.a1lll
Qmanusia semp~ma). ?rang yang dekat dengan Tuhan imuqarrabtnv
berda sda.rkan hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi , Tuh
an
menja 1 mata dan telinganya untuk mendengar dan melihat bagi
yang
lber~angkuta~. Orang yang mencapai derajat dernikian, aka ia menjadi
w,alzu:lah, y~1tu orang yang mendapat karunia dari Allah, sehingga memiliki
Rre!eb1han d1band_i_ng orang lain. Ia sanggup melaksanakan tugas-tugas
besar kar~na berjiwa besar dengan ijin Allah. Bila nabi mendapatkan
nnugerah zrkh~sh, maka p_ar~ wali dari Allah mendapatkan karamah,
yaitu
lil~gkat kemuliaan yang istimewa, karena ia tidak pernah merasa takut
cdlt? duka, _dapat berhubungan dengan yang ghaib dengan dua rokhani,
ymtu malaikat dan jin,
. Sel~njutnya Hamka menyatakan bahwa semua orang dapat mencapai
cil l'llJat wali a~al syarat-syaratnya dipenuhi. Firman Allah di dalam AJ-Qur'an
nrat Al-Hujurat ayat 13 menyatakan "in-na akramakaum indal-laahi
ttlt{,a~kun_i ". Artinya "sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu
11
knhan ia~ah yang paling takwa". Kata akrama, kemudian menjadi
karamah
(tj, kemudian berubah menjadi keramat.
.
Wali-':'ali itu tidak pemah mempelajari sihir, tenung, ilmu pemagar
liJIPJ: karena d_ia telah memperoleh anugerah yang melebihinya. Tingkat

58

itu ttH I eka. capa~ kare~_a para wali dekat dengan Allah,
yaitu dengan jalan
ftl nsucr bersihkan jiwanya dari perangai-perangai
tercela."

1':-1ahmud_ Sya~tout, ulama terkenal _dari AlAzhar,Mesir, bahwa yang


1
1U kiRnah sebagai wali dalam Islam serta dianggap sebagai
orang-orang suci
( 1flfls~nto) dalam arti waliya (wali) ialah hamba-Nya yang
terus menerus l'tl uu1atl ~llah, merupakan kekasih Allah, adalah
orang-orang yang benar- bot.1m; beriman yang mengikuti
Rasulullah dalam segala ha! yang diwahyukan- Y11 laepada
utusan-Nya, mernatuhi segala perintah Tuhan dan menjauhi
M!Jlla
laranganlarangan.jcys.
lbnu Khaldun, ilmuwan sosial, bintang kejora sarjana
muslim yang
dill~ pada abad XIV (1332-1406 M.), menyatakan bahwa
jiwa manusia
L

n Hamka, Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad


Cetakan JV (Pustaka Islam .
df1l'll\ 1960), halaman 102-103.

:~~~ahmoud Saltout,_ "Islam dan Syari'ah", dalam


Kenneth W. Morgan, Islam Jalan
III 111,embangunan
: Djakarta, 1962), halaman 99.

59

itu terbagi dalam tiga golongan. Golongan pertama,


ialah golongan yang tidak sanggup menurut kodratnya
sendiri sampai kepada kefahaman kerokhanian,

karena

itu ia merasa puas turun ke bawah kepada kepahamankepahaman yang dapat dicapai oleh pancaindra dan
fantasi ( empirik), kekuatan menduga dan ingatan sesuai
dengan hukum-hukurn
yai;ig tetap dan peraturan-peraturan
yang berlaku. Ilmu yang dicapai adalah pengetahuan
yang bersifat induktip deduktip yang rnasih sangat
terikat oleh keadaan
jasmaniah. Meskipun mempergunakan khayal (fantasi) ilmu itu
lapangann ya terbatas pada kebenaran asli yang tidak
berlanjut. Kepahaman ini dapat dicapai dengan pancaindra.
Pada tingkatan ini terletak kedudukan para ilmuwan atau
ahli-ahli ilmu pengetahuan.
Golongan kedua, terdiri dari orang-orang yang akalnya
bergerak ke
arah pemikiran mumi, pengertian clan karena susunannya yang
essensi tidak membutuhkan alat-alat jasmani. Orang-orang
yang tergolong dalam tingkatan ini dapat menembus
melampaui prinsip-prinsip pertama yang menjadi pengertian
manusia golongan pertama, bisa bergerak dengan leluasa dalam
ruang kenyataan batin (al-musyahadah al- bathiniyah),
sebagai kesadaran mumi dan tidak terbatas. Dalam
tingkatan ketiga ini terletak tingkatan para wali, ularna-ulama
dan orang-orang yang diberi rahmat dalam
sorga setelah wafat. Tingkatan kedua ini dapat diperoleh
dengan latihanlatihan rokhani, berkhalwat, dan mendoa. Dalam proses
tersebut roh
menjauh dari rasa lahir dan masuk ke dalam egonya.
Adapun kekuatan yang ditimbulkan oleh perasaan menjadi
60

ke t~gkat ~al~ikat, ~gar dalam waktu-waktu tertentu betulbetul dapat beralih m.enJadi ~alaikat. Orang yang mencapai
tingkat ini diberi karunia kem~gkinan melihat mahl~mahluk yang berada di langit, mendengarkan
~emb1caraan roh-roh dan kalimat suci. Dalam golongan ketiga
ini terletak tm~ka1:1n para Nabi dan para Rasul. Karya Ibn
K.haldun yang termasyhur
)Ya1tu
kitabMuqaddimah. 36
.
Menurut Abu Hamid~ Ga:zali(I 057-1111 M) sesuai
dengan tingkatan unan s~seo:ang maka derajat manusia
dibedakan menjadi tiga tingkatan sebagai berikut,
1. Orang awam, yaitu yang imannya mempercayaikabar berita
yang dibawa oleh orang yang dipercayainya.
~- Orang.a_lim, yaitu orang irnannya diperoleh melaluijalan
membanding me~eht~ dan memeriksa dengan segenap
kekuatan akal dan mantik (Iogika-interlektual).
l

Orang arif ( arifi~ ), yaitu orang yang beriman dan


keyakinannya tumbuh setelah menyaksikan kebenaran
dengan tidak ada dindingnya lagi,
Ketiga tingkatan itu diibaratkan seperti orang yang
mengetahui

k!l'es.eorang berada rumah, Tingkatan pertam a 1ibarat seseorang


dalam.
percaya
lemah, sebaliknya roh menjadi kuat dan terus tumbuh. Di sini
doa membantu rob. Pertumbuhan tersebut terus berjalan
hingga mengetahui (ilm) dan memberi jalan kepada
penyaksian (syuhud), hingga tirai perasaan (kasyaf>
61

tersingkap clan rah menemukan egonya yang sebenarnya dan


mencapai pengertian (idrak). Dengan jalan (suluk) sifat Allah
dapat difahami. Orang yang mencapai tingkat inimendapat
sebagian dari ilmu-Nya, yaitu menerima rahmat khusus dari
Allah. Orang- orang yang mencapai tingkatan ini dapat
memahami rahasia-rahasia ciptaan Tuhan yang tidak dapat
ditangkap oleh orang lain, dapat mengetahui berbagai hal
sebelum terjadinya, dan dapat menundukkan benda-benda lain
kepada
kemauannya.
Golongan tertinggi, yaitu golongan ketiga, terdiri dari
orang-orang
yang sifat mereka telah sedernikian rupa, sehingga dapat
meninggalkan

iu,ena mendengar centera dari orang yang mengetahui bahwa


si A berada dl\lam rurnah: maka percayalah ia. Orang alirn,
menyaksikan sendiri tanda1 mda bahwa ta dalarn rumah ada orangnya karena di
mukanya ada sandal
t tt~engar suara dan bekas-bekas lainnya, hingga kemudian
da at tlb11mpulkan bahwa si A berada dalam rumah. Atau
memang di dalam rumah llu betul-betul ada orangnya,
Tingk_a~n ketiga, yaitu tingkatan orang arif, yang benarbenar telah
flt isuk sendm ke dalam rumah itu, dan bertemu dengan
si A Gaz 1 num,~atakan bah wa orang an f yang telah
mencapai tingkatan tersebu t adalaah1 k eemtaan Allah dan
telah bertemu dengan intisari ilmu Untuk mencapai.
1'Af-Allaamah lbnu Khaldum Al M
ddi h
.
I lufoh diterjemahkan Ahmadie
Tho;ia,'Z:qa~:~m~~D/~a;u~:~~~~ Beirut, 1952): Buku

sifat-sifatnya sebagai manusia, baik badaniah maupun


rokhaniah, menuju

60

~ l~aahg1an-lbadg1an_filsafat sejarabnya disalin oleh Charles


Issawi ~an(~~:'IJ~=~!~::U:e'~mr
""'' '
asa n onesia oleh A.
Ali d I Sejarah,
rt rji. Pilihan
flMukti
'MJtgaddimah
Karangan
lbn Ch ld ,d a
sa( at
Islam
Tentang
a un arr unis 1332
Djakart
1406 (T" 'r
lij)\ halaman
mtamas : a,
140-142.

61

tingkatan ini orang


jalan

harus

kecintaan melepaskan

menaklukkan

akal dengan

diri dari segala pengaruh

keduniawian dan kemegahan,


suatu ilmu. Mereka melepaskan

karena telah mendapat


diri dari kehidupan

duniawi, menuju dengan tetap ke alam keabadian sematamata menghadap pada Allah
dengan himmah dan jalan suluk, menaklukkan hawa nafsu,
ingin kepada
riadhab dan mujahadah (perjuangan). Denganjalan ini sedikit
demi sedikit terbukalah hijab yang rnenjadi dinding antara
saya dan Engkau, sehingga dapatlah menyaksikan dengan hati.
Pada waktu itu hilanglah segala keraguan yang syak, timbullah
rna'rifat
dan yakin. Kesungguhan,
ketaatan
dalam
menjalankan syarat rukun, menghentikan segala larangan dan
pantangan membuat
jiwa
bersih,
suci,
sehingga
menimbulkan cahaya diri dengan Tuhan. Orang yang dapat
mencapai derajat ini disebut "wali". Wali berada di bawah
derajat Nabi. Wali mendapat ilham dan hatif37
Tokoh tasawuf terkenal sebelum Al-Gazali yaitu Hussein
bin Mansur
Al Hallaj (858-921 M). Intisari ajarannya juga menyangkut
kedudukan para wali atau insan kamil, meliputi tiga perkara
sebagai berikut.

3. Kesatuan segala agama.


Bila batin seseorang telah mencapai tingkatan suci
bersih dalam menempuh perjalanan hidup kerokhanian,
naiklab tingkat hidupnya dari suatu derajat ke derajat lain
yang lebih tinggi. Dari muslim, ke mukmin, shalikhin dan
muqarrabin. Muqorrobin artinya orang yang paling dekat
dengan Allah. Di atas muqarrabin adalah puncak
segala tingkatan, kemudian bersatu dengan Tuhan. Pada
derajat ini tidak dapat dibedakan lagi antara asyik-ma
'syuk. Bila Ketuhanan telah menjelma di dalam dirl,
tidaklah kehendak manusia yang berlaku, melainkan
kehendak Allah, Hulul adalah dasar pendirian Al-Hallaj.
Tuhan mungkin menjelma kedalam diri insan seperti
bersatunga api dengan besi di waktu sangat panasnyas
Y> Hamka, op. cit .. balaman 127.

J. Hulul, yaitu Ketuhanan (lahut) menjelma ke dalam


manusia (nasut).
2.

Alhaqiqatul Muhammadiyah, yaitu Nur Muhammad


sebagai asal usu! segala kejadian di dalam alam. Padanya
terdapat segala kesempumaan amal perbuatan dan ilmu
pengetahuan. Karena perantaraan Nur Muhammad (nur
yang terpuji) seluruh alam diciptakan.

62

63

Bila si insan telah sanggup menfanakan dirinya ke dalam


alam Tuhan
dengan penyucian roh. W ak:tu itu roh Allah masuk ke dalam
badan insan
' segala perbuatan dan iradat insani menjadi
di kala itulah
perbuatan dan
iradat Allah. Tegasnya insan a'in Allah, Allah a 'in insan.
Manusia itu pada hakekatnya adalah Tuhan sebab manusia
dijadikan Allah menurut surat-Nya sendiri. Oleh sebab itulah
Allah menitahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam. AlHallajlah
yang mengajarkan pertama kali tentang Nur
Muhammad.
Dalam hal Nur Muhammad (nur yang terpuji) Al Hallaj menyatakan
bagai asal segala kejadian. Nabi Muhammad diciptakan dalam
dua rupa,
)'llll'U rupa yang qadim (terdahulu), sebagai rupa asal. Rupa
yang qadim
)'ttltU Nur Muhammad telah terjadi sebelum terjadinya seluruh
yang ada. l>ttri Nur Muhammad disauk (Jawa : dicawuk) segala
ilmu, Rupa kedua ltlil 1h rupanya sebagai seorang Rasul dan Nabi
yang diutus Tuhan. Rupa F1~gai Rasul atau N abi manusia ini
mengalami kematian, sedang rupa yang
ftlrtlm bersifat kekal atau tetap ada dan meliputi alam, Dari Nur
Muhammad dh11nt>il segala nur buat menciptakan segala Nabi,
Rasul dan Aulia atau Jtlll'tl wali.

62

Ajaran Al-Hallaj yang terakhir ialah kesatuan segala agama.


Menurut
Al Mullaj semua agama adalah sama bagi Allah, karena
maksudnya tidak
~a, yaitu menuju ke Allah. Keberadaan seseorang yang
lahir dalam
11tt1 komunitas (agama) bukan atas kemauannya sendiri,
melainkan ltendaki untuknya. Apabila kondisi itu dianalogikan
dalam penghambaan fUttlll tuhan, maka cara beribadah dapat
berbeda wamanya, namun isinya Yll satu, yaitu menuju atau
mengabdi kepada Allah atau Tuhan. Pendirian
lili andarkan pada takdir. Al-Hallaj berpendirian suatu pihak
tidak perlu
11~ih, bertingkah dan men eel a agama lain yang dianut
seseorang, akan pi p~rdalamlah pegangan dalam agama
masing-masing.38 Karya-karya M~allaj yang termasyhur
yaitu kitab-kitab, Huwa-huwa, Al-Thawasin, llm l/laqa wal
Fana.
endikiawan muslirn lain yang juga menaruh perhatian
terhadap
1 th sufi yang kemudian mengembangkan konsep Al-Hallaj
adalah
Mnhjidin Ibn Arabiy (wafat 1240 M. di Damaskus). Ibn
Arabiy
t/"lliil ., halaman I 08-11 L

63

yang hidup pada masa puncak perkembangan faham


_wihda~ul wujud, menyatakan bahwa wujud (yang ada) itu
hanya satu, yaitu WUJUd Tuhan. Dengan demikian pada
dasarnya wujudnya makhluk (yang dicipta, ~iptaan) adalah ain
wujudnya al-khaliq (sang pencipta). Menurut Ibn Arabiy
pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara keduanya, yaitu
wujud alam ain wujud Allah, karena Allah adalah hakekat
alam. Tak ada perbedaan antara abid (pemyembah) dan - ma
'bud (yang disembah). Perbedaannya hanyalah rupa clan wujud
dari hakekat yang satu (Esa). Kadang-kadang Yang Esa
menjelma sebagai adikara, adiguna gagah perkasa seperti
Fir~aun, n~~ tidakjarang Yang Esa itujuga menjelma
sebagai seorang mulia dan tmgg~ sebagai Nabi, dan wali-wali.
Ibn Arabiy terkenal dengan sair-syaimya sebagai

Nur Muhammad adalah surnber dari


kesernpurnaan amal dan ilmu, yang kemudian
menjelma pada diri para Nabi, dari Adam sampai
Muhammad, kemudian menurun kepada para
wali-wali dan tubuh insan kamil. Oleh karena
Nur Muhammad adalah qadim, padaahal Adam
berasal dari Nur Muhammad, rnaka pada
bakekatnya, Allah, Adam clan Muhammad adalah
satu : Allah adanya. Oleh karena para wa_li
adalah manusia yan~ tela~ sempurna atau insan
kami/-pun,pada hakikatnya mereka Allah JU~a.
Kedua faham Wihdatul Wujud dan AlHaqiqatul Muhammadzyah kemudian
menimbulkan faham kesatuan segala agama.

berikut.
"Bamba adalah Tuhan, clan Tuhan adalah hamba,
Demi syuurku, siapakah yang mukallaf. Kalau katakan
hamba padahal dia Tuhan, atau engkau katakan Tuhan,
yang mana yang diperintah". 39

',

=su: halaman 139-140.


'Ibid ., balaman 140.

Ibnu Arabiy menegakkan ajaran serba Esa (monisme),


menolak
serba dua (dualisme ). Segala sesuatu hanyalah satu, tetapi dalam
wujudnya ia dapat bermacam-macam dan berubah-ubah.
M~nurut ~bnu Arabiy, Nur Allah adalah sebagaian daripada
diri Allah dan disebut juga dengan Nur
Muhammad (Haqiqatul Muhammadiyah.Dari Nur
Muhammad-lab dikonsepsikan ciptaan alam dengan
segalajenis dan segala tingkatannya, mulai alamjabarut, a
'lam malakut, a 'lam misal, a 'lam ajsam dan a 'lam arwah.
Dari sudut amal dan ibadah manusia kepada Tuhannya,
64

65

Menanggapi keberadaan agama lain Ibnu Arabiy menyatakan bahwa


agarna itu semuanya adalah bagi Allah. Oleh karena itu segala yang disembah
merupakan lambang yang disembah itu. Menyembah berhala atau yang lain
bahk.an menghadap ke Ka'bah pun batal bila Ka'bah yang disembah.
Sebaliknya meskipun apa saja yang disembah (dijadikan lambang) baik api,
patung, berhala; Ka 'bah atau sama sekali tidak ada lambang apa-apa, asal
tetap kepada Alah, itulah agama, clan ibadah tersebut sah, karena sebenarnya
lambang-lambang itu semuanya kenyataan dari Allah. Karangan Ibnu Arabiy
yang besar pengaruhnya antara lain: Al-Futuhat al-Mawiyah; Fushusb alHikam dan Zachair al-Alaq.
Dari uraian dan pandangan para ahli di atas yang telah dikemukakan
dapatlah disimpulkan bahwa kedudukan para wali di dalam derajat dan
martabat manusia dalam ajaran Islam itu memang ada, namun para mukmin
iY~ng telah mencapai status itu satu dengan lainnya tidak sama tingkatannya.
IID1 antara mereka dan yang mempunyai derajat lebib tinggi di banding dengan
derajat yang lainnya, atau dengan derajat manusia biasa. Tingkatan para
wali berada di bawah derajat Nabi dan Rasul. Meskipun ada perbedaan
~perselisiban) pendapat, tetapi perbeclaan tersebut hanya bersifat penafsiran.
Walisanga yang sangat terkenal di Jawa kemudian menjadi tokohtokoh yang dikeramatkan, akhirnya menjadi sasaran pemujaan dalam babakan
sejarah penyebaran agama Islam yang pertama (abad 15 dan 16). Pemujaan

64

atau kultus itu terjadi karena di dalam pengertian wali


terkandung makna N~bagai pelindung masyarakat dan agama
Islam, mereka bertindak selaku penguasa-penguasa setempat,
terbukti dari nama-nama para wali yang mempergunakan gelar
Sunan/Pangeran dan diikuti nama tempat tinggalnya
11~perti Sunan Gunung Jati, Sunan/Pangeran Bonang, Sunan
Arnpel, Sunan Giri clan sebagainya. Dilihat dari sudut ini
maka istilab sanga lebih dekat deng~ kata "asana" sebagai
tempat kedudukan bagi patung para dewa, ntuu raja dalam
konsep kultus dewa raja Jawa Hindu.
Dari kenyataan di atas dapatlah dimengerti mengapa justru
pengertian wuli di pulau Jawa mempunyai perkembangan
tersendiri yang agak berlainan Cl~'Qgan terdapat dalam Al
Qur'an Surat Isra' ayat 33 yang artinya :
'\':i'esungguhnya kami berikan kekuasaan bagi walinya untuk
menuntut bela
I t~pi tiada boleh ia berlebih-Iebiban pada membunuh ". 41
Surat Yunus ayat

41

Departemen Agama RI., op. cit .,

halaman 429.

65

62 : "Sesung~ya
wali-wali Allah itu tiada takut dan
tiada
pula
berduka
cita".42

Kesetaraan konsep wali sanga sebagai insan kamil,


dan kultu~
dewaraja, tersisa pada suatu kata dalam bahasa Jawa yang
dekat sekah artinya denganpengertian wali, yaitu; "Pangeran":
~taPangeran berasa~ dari akar kata bahasa Jawa kuna "ngher",
artinya ; berhndung ; nghengher. melindungkan diri;
Pangengeran-Pangeran
; tempat
berlindung, te~pat
mengabdi, raja. Kata Pangeran
dalam Baoesastra, karya
Poerwadarmmta dijelaskan sebagai berikut. 43
Pangeran : 1. Goesti (panyebut marang Allah).
2. Bendara (panyebut marangpandhita)
3. Arja, putra, sentana: sesebutaningdarah
leluhur
(putraning ratu, sentana kang diangkat
putra, lsp).
Mengapa istilah "pangeran" merangkap tiga pengertian
pokok b~gi Allah, pendeta dan keluarga raja ? Terjadinya
persamaan makna itu dikarenakan jalan pi.kiran masyarakat
Jawa sebelwn Isl~ menganggap
it id ntik, penjelmaan
bahkan merupakan
titisan
dewa, atau
dewau 1 para
e Arok),.
.
dbCivaja) 1(Ken
dewa Wishnu (Airlangga),
Budha
(Wisnuwar ana ".
Hal ini sesungguhnya
sebanding atau analogi dengan
pendapat ~I- Hallaj yang banyak pengaruhnya di Jawa,
terutama pad~ a~aran Sekh Siti Jenar:
Ajaran Al-Hallaj di Sumatera sangat mempengaruhi ajaran
Harnzah Fansun

ra

. 45

.dan Syamsuddin Sumatram.


66

~slam, penyebar Islam di pulau Jawa pada jaman permulaan


Islam tidak disebut muballigh, tetapijustru lebih dikenal sebagai
wali, karena ia dianggap mleh masyarakat sebagai tokoh keramat
penyebar Islam dengan kek:uatan kresaktian dan dianggap
juga sebagai penguasa-penguasa setempat yang mewarisi
kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa dari jaman
sebelum
Islam. Sh,gkatnya mereka mengisi "vacuum of power" di
Jawa pasca Majapahit.
~11di jelaslah bahwa pada mula penyebaran Islam di Jawa, alarn
pikian Jawa
I una terus dilanjutkan, atau bahkan dikembangkan, karena
mempunyai lb1tnyak persamaan, dengan ajaran Al-Hallaj yang
besar sekali pengaruhnya
11rqgga kini pada aliran-aliran kebatinan di Jawa yang berasas :
manunggaling
MlWula
Gusti. 47
Selanjutnya dapat dimengerti pula apa sebabnya para
penyebar agama
11 ~am di Jawa pada mulanya tentu berasal keluarga bangsawan
istana, entah
htitlbungan ini terjadi dengan cara perkawinan (Sunan
Gunung Jati) atau miJlnlui sentana (kekerabatan), atau melalu
turunan darah secara langsung. Oll!Jl\ karena itu pula maka para
wali-wali tersebut, khususnya wali yang
t .( h masyarakat dianggap termasuk golongan wali sanga juga
menggunakan
lllutan "sunan" yang berasal dari kata bahasa Jawa kuna :
suhun ( yang j1.Jt)Jl:lng) kemudian mendapat awalan su- dan
akhiran -an menjadi Su-suhun- dll Okemudian menjadi Sunan)
berarti; yang dijunjung;junjungan. Di pulau l mubok wali
sanga terkenal sebagai "sanga papati " sembilan pelaksana
llmnm 48Istilah sanga papa ti mengingatkan kita pada sapta
a.
papati (tujuh
67

Dalam

hal penjelmaan

(hulul

lahut fin-~aasuti)

A! HallaJ
membenarkan bahwa manusia yang sudah bersih itu roh
natzqah-nya
sun uh-sungguh dapat bersatu dengan Tuhan sesudah
berlak~mya _huful
ggfi
t (Aspek Ketuhanan masuk ke dalam diri manusia).
Bila kejadian
lahut
n
nasu
.
d
. . laksan Al-Halla; menetapkan bahwa seorang wall telah
bersatu
engana,
-IDl
ter
~
1
h
h
uwa-T h u~a hingga wali itulah Tuhan, dan Tuhan itulah wa 1,
fi
. u
an,
se
)
kana , d emu
aitu tatkala
orang suci mencapat tingkat (maqam
~an
mengucap kan -. "A na al-Haq" 46 Itulah sebabnya mengapa
para mubalhgh

: ~~~ :~~~
Batavia, 1939), ha~aman
-< Al Bernett
Kempers, Ancient
Massachussets, 1959),
halaman 230.
45 Harnka, op. cit.,
halaman 142.
.. Ibid.

66

Baoesastra Djawa, (J.B. Wolters :


468
In
A r 1 , (Harvard
donesia University Press
n

MJ!tllba.t huk:um/pengadilan) pada masa Majapahit.49


Selanjutnya kata "sanga" pada wali sanga dapat pula
dihubungkan U tlffttn kata "sana" yang berasal dari bahasa
Sansekerta asana yang berarti ltll~fl.t (Bab lb). Pandangan ini
kiranya diinspirasikan nama-nama wali
llJffl lebih termasyhur keberadaannya dengan menggunakan
nama-nama
50
miQnt kediamannya.
41

Wiji Saksono, Islam Menurut Wejangan Wali Sanga (alJamiah No. 4/5: Jogjakarta,
II 111
I ~pril Meri 1962), halaman 52-53.
Issatriadi, Sekitar Kedatangan Islam dan Peran Wali
Sanga Dalam Penyebarannya ltJJI /lawa (Thesis Jurusan
Sejarah
Malang:Malang, 1962/1963), halaman 29.
11 IY.H. IKIP
Van
Naerssen,
"Saptopapatti". Dalam BK/
Deel 190; Eerste
Aflevering
fllt1ll1J Nijhoff: 's-Gravenhage, 1933), halaman 239-258.
Naskah ini diterjemahkan
Mudh. Habib Mustopo dan R.S. Djojosoejono, diterbitkan
oleh Study Club Mahasiswa
11 /!lqjarah FKIS-IKIP Malang, 1974.
..iepartemen Agama RI., op. cit ., halarnan 447 .

67

Akan tetapi juga tidaklah mustahil bila kata sanga pada


wali sanga memang berarti sembilan, suatu angka yang
mengandung unsur-unsur mistik yaitu unsur yang terdapat
pada agama di pulau Jawa sebelum Islam seperti halnya katakata trimurti, panca ri Majapahit, sapta papatti dan
sebagainya. Dalam Islam angka-angka ganjil dalam beberapa
permasalahan juga mempuyai arti penting. Antara lain dalam
surat Al-Kahfi ayat 25 yang
artinya: "Mereka itu berdiam di dalam goa itu selama tiga ratus
tahun lamanya
dan bertambah lagi sembilan tahun". 5 Kemudian ada pula surat
Yusuf ayat
4 artinya : " Hai Bapaku : Sesungguhnya saya bermimpi
melihat sebelas bintang dan matahari serta bulan, semuanya
saya lihat bersujud padaku".51
Dalam ibadah haji waktu berkurnpul untuk wukuf di
Arafah ditentukan tanggal 9 Dzulhijjah, dan Al-Asmaul Husna
juga didapatkan 99 buah nama Allah yang terlambang pada
tasbih yang bennata 99 buah pula 52 Mengenai persoalan
jumlah
pemuda yang berada
dalam goa terjadi
perselisihan pendapat, hanya Tuhan lah yang mengetahui.
Akan. tetapi bukannya haf yang mustahil kalau jumlah pemuda
tersebut memang terdiri dari delapan pemuda dan seekor
anjing.
Adapula Hadits yang temyata mendukung hal
tersebut. Menurut Hadits riwayat Muslim, artinya ~"Allah
bilangan ganjil, suka akan bilangan ganjil. Bahwa Allah itu
satu, tiada sekutunya dan mengafdhalkan
bilangan ganjil
dalam amal dan dalam banyak dari ketaatan seperti shalat
5, bersuci (taharah) diusap/dibasuh 3 kali, dan tawaf 7 kali.
53
Untuk memecahkan persoalan angka sembilan yang
serba mistik
68

Dalam classificatie ini angka-angka tertentu dianggap


mempunyai kekuatan gaib yang timbul karena terpengaruh
olehjalannya tertib cosmos (cosmic order). Adapun dalam ha1
dikspalakas yang berhubungan dengan d~ _classifica~e, telah
rnenempatkan dewa-dewa penjaga mata angin pada posismya
masrng-masing. Dewa mata angin atau dikspalakas tersebut
berjumlah 8 dengan tambahan satu, yaitu penjaga titik pusat
atau zenith h~gga jumlahnya secara utuh seluruhnya ada
sembilan. Komposisi dikspalakas
terdapat pada candi
Larajonggrang (pertengahan abad IX)
sebagai berikut.
'

1.
2.
3.
4.

Utara -Kuwera
Timur Laut-Icana
Timur-Indra
Tenggara-Agni

5.
6.
7.
8.

Selatan- Kama
Barat daya- Surya
Barnt -Vanma
BaratLaut-Vayu

6.
7.
8.
9.

Barnt daya-Rudra
Barat -Mahadewa
Barnt laut-Changkara
Pusat -Siwa55

Nava Sanga di Bali :


L Utara -Vishnu
2. Timur-Iswara
3. Timur LautCambu
4. TenggaraMaheswara
5. Selatan-Brahma

69

dalam

pengertian

walisanga

Pitono

menghubungkannya
dan "dikpalakas ", 54

dengan " dasar berfikir classificatie"


Berfikir classificatie merupakan
.alam pikiran masyarakat Indonesia sebelum Islam, sebagai
suatu faham yang mengajarkan bahwa di antara manusia dan
alam semesta (cosmos) terdapat rasa kesatuan yang erat.
Akibat dari cara berfikir classifiatie itu maka seluruh benda di
alam semesta, masing-masing mempunyai tempatnya sendiri
dan semuanya membentuk kesatuan yang kuat,

'' Ibid ., halaman 348.


s2 P.A. Hoesc:in Djajadiningrat, "Apakah Mam Itu T",
dalam Kenneth W. Morgan,
Islam Djalan Mutlak, (Pembangunan
:
Djakarta, 1954), balaman 14.
53 R.Pitono, op. cit ., balaman 95.
54 P.A. Hoesein Djajadiningrat, loc. cit ..

Berdasarkan perbandingan antara walisanga dan


keberadaan dan
posisi dikpalakas mengenai misteri angka sembilan atau
sanga pada walisanga, tidak diragukan bahwa angka itu
pacla walisanga juga erat hubungannya dengan dasar berfikir
classificatie yang bersifat mistis, serta ndanya anggapan
bahwa walisanga dapat pula dianalogikan dengan
kol>eradaan dewa-dewa penjaga mata angin yang melindllllgi
masyarakat
'-<Hita agama Islam, di segenap penjuru tanah Jawa sesuai
dengan kebiasaan
wnli yang dianggap sebagai pelindung masyarakat dan agama,
Jika terdapat
1our.bedaan nama dan susunan wali di berbagai daerah tentunya
disebabkan
Ieh faktor tradisi setempat belaka, seperti halnya yang
dijumpai pada
1/fliipalakas.
55 R.Pitono, op. cit ., balaman 95.

68

69

Selain pandangan-pandangan
yang telah dikemukakan,
dilihat dari sudut peranan dan status ulama atau biksu dalam
masyarakat Budhis, dapat pula kata sanga dari wali sanga
diihubungk.an dengan kata sangha dalam agama Budha,
artinya kumpulan ataujama 'ah para bhiksu Budhis." Bila kata
"sanga" dalam istilah walisanga memang berasal dari kata
sangha, maka "walisangha-walisangha"berarti perkumpulan para
wali ataujama 'ah para wali. Pandangan
ini juga bukan
merupakan hal yang mustahil, dan wajar bila para wali, satu
dengan lainnya sering bertemu untuk. membahas masalah
penyebaran
agama Islam di Jawa, lebih-lebih masa
peenyebaran itu baru taraf permulaan. Menurut sumbersumber tradisi ketika akan memutuskan
boleh tidaknya
ajaran Siti Jenar, para wali berkumpul dan bermusyawarah
terlebih dahulu,"
Dalam Islam seperti halnya para Nabi dan para Rasul
sesungguhnya benarlah bahwa para wali tersebut tidak dibedakan
satu dengan yang lain, semua sama dalam arti ikatan agama
"innamal mu 'minuuna ikhwatun" (sesungguhnya orang-orang
beriman itu
bersaudara). Lagi pula
sesungguh-nya
pengertian angka sembilan sebagai bilangan ganjil dalam
hubungannya
dengan
keberadaan wali sanga tidak
bertentangan
ajaran
Islam.
c. Latar
Belakang
Indonesia
Abad XV-XVI

Perkembangan

C.1. Perkembangan Unsur-unsur


Asli.

70

Kebudayaan

Salah satu persoalan penting dalam sejarah kebudayaan


Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah
akulturasi antara kebudayaan Indonesia dengan yang datang
dari luar, karena Indonesia terletak dalarn simpang perjalanan
lalu lintas yang menghubungkan satu bagian dunia dengan
bagian yang lain.58 Dalam perkembangannya, kebudayaan
Indonesia telah bertemu dan mendapat pengaruh kebudayaan
56 Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan. Budha, BPK
: Djakarta, 1971), halaman
83. 57 Abu Bakar, op. cit., halaman 304. Dalam hal
musyawarah para wali ini libat :
G.W.J. Drewes, An Early Javanese Code of Muslim Ethics
(Martinus Nijboff: The Hague,
1978), halaman 44-45.
_
_
_
ss RM Soetjipto Wirjosoeparto, Bunga Rampai
Sejarah Budaya Indonesia,
(Jambatan:Jakarta, 1964),
halaman L

di

Budaya Indonesia

71

~sing yang ~ad~ un:u~ya dalam beberapa hal dianggap


mempunyai tmgkatan lebih tinggi, Misalnyg, pengaruh
kebudayaan India (Hindu) dari abad-abad pertarna sampai
dengan abad XV M.,5~ pengaruh kebudayaan Islam
(semenjak abad XIII), dan kebudayaan Eropa (abad XVI).60
Bahkan pada suatu p_eriode, pengaruh kebudayaan asing
tersebut sedemik.ian rupa kuatnya, sehmgga_ kebudayaan
Indonesia sendiri terdesak. Misalnya terjadi pada abad I sampai
denga~ abad XV. Selama periode itu Indonesia mendapat
pengaruh s~ngat kuat dan kebudayaan India (Hindu). Namun
pengaruh itu hanya_be~s1fat sementara,61 sebab setelah
unsur-unsur kebudayaan asing, sepern Hindu, Bud.ha dan
Islam dapat hidup berdampingan dengan unsur- unsur
kebudayaan Indonesia, kemudian setapak demi setapak
unsur-unsur kebudayaan In~ones:2aasli ~asukkan dan
dijalinkan bersama-sama dengan dCe~udayaan H~n~u. Hal mi
membuktikan bahwa kebudayaan Indonesia as~
m~mpunya1sifat1:1-~dah menyesuaikan dengan unsur-unsur
kebudayaan
.rsmg.. Dengan demikian perkembangannya kebudayaan
Indonesia dapat
memelihara atau mengkonservasi dan mempertahankan
unsure-unsur
Rebudayaan asli
Sebelum jaman Islam, yaitu dari permulaan abad V
sampai sekitar nbad XV, keb~dayaan Indonesia mendapat

70

pengaruh sangat kuat dari li!:ebuda~aan Hmdu. Pe~garuh


kebudayaan Hindu terhadap kebudayaan h1dones1a, yang
terpen~g ada empat macam. Pertama, pengaruh sistem
!\Mama clan kepercayaan Hindu dan Bud.ha, khususnya Hindu
Siwa dan Bud.ha Mnhayana, termasuk ~i dalamnya pandangan
filsafat dan pandangan hidup. rKe~ua, pengaruh se~1 bangunan
atau arsitektur, terutama seni bangunan tte1. Misalnya cand1,
wihara, stupa, dan sebagainya. Ketiga, pengaruh di tridnng
kesusasteraan, meliputi bahasa Sansekerta, abjad Pallawa, serta
dua ll]!IOS Mahabarata dan Ra~ay_ana. Keempat, pengaruh
dalam sistem peme- Nutaban yang teratur, yaitu sistem
pemerintahan kerajaan yang teratur."
"'b'5'
AJ Bernet Kernpers, tua ; halaman 33,
R.Pitono,
Sedjarah Indonesia Lama
( I (!..,
It IKIP Malang : Malang, 1961), halaman 214.
'
~ RM_ Soetjipto Wirjo~oep~rto, ibid i, halaman 2.
a..
R.P1tono, Warna San SedjarahIndonesia Lama I,
(Aksarns
p1lllllan Club : Malang 1968)
86.
'
'
61 /bi~- halama~ 88. Bahkan pada abad 12 - abad 16
unsur-unsur kebudayaan Indolll rnenonjol kernbali khususn~a dal_am seni bangunan candi.
Muncul clan aktifuya kembali llli<lunsur kebudayaan
Indonesia ash oleh Stutterheim disebut dengan "
~
fl
Soetjipto
W,
ibid
..
halaman
2.
javantsasi proces .
~ R. Pitono, op. cit . halaman 15-20.

71

Sebelum mendapat
pengaruh
Hindu, berdasarkan
peninggalan- peninggalan berupa dolmen dipergunakan sebagai
tempat meletakkan sajian, menhir yaitu suatu tiang tertanam yang
menjulang dalam kelompok berjajar membentuk area untuk
tempat mengadakan upacara atau tarian, tahta batu, bangunan
yang digunakan sebagai tempat duduk kepala suku atau
tempat turunnya arwah leluhur yang dipahat pad.a menhir," dapat
disimpulkan bahwa bangsa Indonesia pada jaman pra Hindu
telah mengadakan pemujaan terhadap arwah nenek moyang."
Pemujaan
tersebut
mempunyai tempat penting dalam
kehidupan kerohanian.Adapun untuk kepentingan pemuj aan
atau ritual dibuatlah bangunan megalith, berupa bangunan
dengan susunan b~rtingkat piramidal dengan benda pusat
pujaan di atasnya. Oleh karena fungsinya sebagai tempat
pemujaan leluhur yang dianggap keramat dan suci, maka
tempat semacam itu kemudian digarnbarkan dalarn bentuk
gunung sebagai sirnbol atau lambang. Oleh karena itu
dapatlah dipahami mengapa piramid berjenjang wujud fisiknya
mendekati bentuk gunung. Salah satu contoh dari bangunan
teras ini adalah bangunan Lebak Sibedug dari
Jawa
Barat,
Di samping perkembangan di atas, bangsa Indonesia
juga telah
mengembangkan
unsur-unsur budaya yang lazim disebut
sebagai Brandes Ten Point, yaitu : seni wayang, gamelan,
batik. mterum, memandai
logam, mata uang, pelayaran,
astronomi, pertanian dengan irigasi, dan sistem pemerintahan
desa. Bersama-sama unsur budaya lain seperti leluri roh
leluhur, tradisi megaltitik, animisme-dinamisme yang
bersama-sama berkembang
saat itu disebut sebagai the
nationale proper element.
Pada waktu kebudayaan Hindu mempunyai pengaruh
kuat dalam
i.
berbagai bidang, khususnya pada bidang seni bangunan yang
bercorak India

mulai
didirikan
di Indonesia.
Misalnya
bangunan candi seperti ; Kalasan,
Mendut,
Pawon,
Sewu,
Prambanan,
Barabudhurdan
sebagainya. Sebaliknya
kedudukan bangunan-bangunan
megalithik
terdesak, namun tidak lenyap sama sekali.
Bahkan pada waktu itu juga ke dalam
bangunan-bangunan

u M. Habib Mustopo, "Aliran


Megalithik dalam Kebudayaan Klasik
Indonesia", dalam MI No. 2 (FKIS-IKIP
Malang : Malang, 1968), halaman 30:
.
.
" Soekmono, ibid., halaman 72. Tentang
Brandes ten Point hhat : KoentJaranmgral,
Metode-metode
Anthropologi
Dalam
Penjelidikan-penjelidikan
Masjarakat don
Kebudajaan
Indonesia,
Sebuah
/chtisar(Penerbit
Universitas
: Djakarta,
1958), halaman
455.
72

o:but."
~mng bercorak.Hindu dan Buclha mulai dimasukkan unsur-unsur kebudayaan
megalithik di atas. Dengan demik:ian terjadilah proses ak.ulturasi antara
kl(jbudayaan Indonesia asli dengan kebudayaan Hindu. Contoh dari proses
mi adalah bangunan Barabudhuryang menurut tradisi agama Budha adalah
lblrb~ntuk stupa. Bangunan suci ini di India digunakan untuk menyimpan
ulnt jenazah Budha. Akan tetapi bila diperhatikan denganjeli Barabudhur
ouga memperlihatkan sifat-sifat bangunan piramid berundak (punden
lbol1Undak-undak) terdiri dari 10 tingkatan. Bentuk bangunan piramida
l1m1ndak-unda.k ini jelas sekali tampak. pada kaki atau subhasement candi
h,g0 dan candi Penataran yang di atasnya dahulu diberi atap tumpang.
Aitap tersebut diduga berasal dari bahan yang mudah rusak, bentuknya It
mungkinan berupa atap tumpang sebagaimana terlukis pada relief candi
ii g0 dan atap-atap pura atau meru di Bali. 67

Bangunan-bangunan Sukuh clan Ceta yang berasal dari sekitar abad


){1/11saat pengaruh kebudayaan Hindu mulai lenyap dan agama Islam mulai
menginjakkan
pengaruhnya
di Jawa, berkembanglah kembali It
budayaan Indonesia darijaman megalithik yang oleh Stuterheim disebut
t.ltingan "unsur kebudayaan neo megalithik". Unsur-unsur itu temyata tida.k
b1ut~a menampilkan diri dalam lapangan seni bangunan, tetapi nampak
r1~h1, dalam berbagai bidang misalnya seni patung, kesusastraan dan U(1
oara-upacara keagamaan. Di samping itu timbulnya neo megalithik tlfltdc
banya terbatas pada bentuk-bentuk bengunan yang bersifat Hindu, gunan
yang bercorak Islam pun memperlihatkan adanya unsur-unsur

2. Pengaruh Unsur Kebudayaan Hindu


Berdasarkan peninggalan-peninggalan tertua misalnya patung
Wisnu
11 U'nwa Barat., yang bergaya Pallawa, adanya istilah
waprakeswara pada l1&nm yupa dari Kutai, tanda-tanda
pemujaan Wisnu di Tamma,"
" R. S~kmo~~ dan Inajati Adrisijanti Romli,
"Peninggalan-peninggalan Purbakala mnsa. ~aJapahit ,
dalam_ 7~0 Tahus. Afajapahit. (1293-1993), SJlalu Bunga
Rampai;
11~!1Rnaw1sata Daerah Prop1DS1 Daerah Tingkat I Jawa Timur:
Surabaya. 1993), halaman
II A.J Bernett Kempers, op. cit., habman 207.
" M.Habib Mustopo, op. cit . haJaman 20.
" A..J. Bernet Kempers, op. cir., halaman 72.
Bandingbn NJ. Krom, Zaman
W, ~P,embangunan : Djakarta, 1954), haJaman 16-20. Israr,
Sedjarah Kesenian Islam
1mbangunan : Djakarta, 1957), babman 115.
73,

menunjukkan
adanya
pengaruh
Hindu
Trimurti,
namun yang aneh justru diduga
agama Hindu yang
paling dini masuk ke Indonesia adalah agama Siwa
Sidanta. Sumber utama bagi kepercayaan
clan agama
iniadalah kitabkitab Agama, Ada tiga aliran utama (mazhab) yang
mendasarkan ajaran
kepercayaan (keimanannya) kepada kitab Agama, yaitu
mazhab Siwa, Sakti dan Wisnu. Ki tab Agama disebut juga
dengan tantra yang berarti pengetahuan yang disebarkan. Di
dalam kitab Tantra, diuraikan tentang arti fatwa (kenyataan),
mantra clanpembebasan manusia dari belenggunya, Tantra
mempunyai mak:sud sama dengan Weda, dan dikatakan
tidak: menyimpang dari ajaran Weda. Dalam keyakinan
Hindu ada empat
kelompok kitab suci yaitu Weda, Samriti, Purana dan
Agama." Kitab- kitab itu secara kronologis berlak:u
berturut-turut bagi 4 jaman, yaitu ; Kreta, Trela, Dwapara
danKaliyuga. Olehk:arena jaman sekarang termasuk jaman
Kaliyuga mak.a kitab yang berlak:u untukjaman ini adalah
kitab- kitab Aga.ma.n Pada intinya kitab Agama berisi lima hal,
yaitu : penciptaan alam dan peleburan alam semesta,
penyembahan dewa-dewa,jalan mutlak untuk mendapatkan
kesaktian dan persek:utuan atau bersatu dengan Zat
Tertinggi. Pokok-pokok uraian ajaran kitab Agama secara
garis besar sebagai berikut,
Zat
tertinggi
tersebut
disebutBrahman.PadaawalnyaBrahman dalam keadaan kekal
tanpa perubahan, berdiri sendiri, tidak bersifat dan talc dapat
disebut dengan kata-kata, Brahman yang belum ber-pra/rrti
disebut niskala (tanpa bentuk), nirguna (tidak berk:ehndak)
karena tanpa.guna. PadaBrah- man terdapat daya dan tenaga,
disebut cakti. Brahman dan cakti adalah satu. Pada tingkat ini
74

Brahma disebutjugaAparabrahman, brahman yang lebih


tinggi, Kemudian timbul kehendak untuk menjehna menjadi
banyak,
-tetapi dalam tingkatan lebih rendah disebut apara Brahman
Dari niskala
~tanpa bentuk) Brahman mengalirlah sakola Brahman dengan
prakrti disebut saguna Brahman, Brahman dengan guna,
Sakala Brahman adalah hakekat Siwa dan saktinya. Jika Siwa
sebagi aspek yang tidak berubah dari Brah- man maka sakti
adalah aspek dinamis perwujudan tenaga ilahi yang bergerak
mengalir ke dunia luar, digambarkan sebagai seorang dewi
Durga atau Kali. Prakrt.i pada sakala Brahman disebut
paraprakrti; yaib.lprakrti yang lebih
" Harun Hadiwijono,
71 Ibid.

op. cit _ habmao 47.

75

t inggi daripada prakrti Samkya, yaitu sebagai perwujudan atas


tenaga ilahi, Pertemuan antara purusa dan prak:arti (sakti)
menyebabkanpengaliran dunia, alam semesta ini dari Brahman.
Pada jam.an pralaya alam semesta ini akan kembali kepada
Brahman. Dunia yang mengalir itu meliputi Maha.Brahmanda
(makrokosmos)
dan
Brhatbrahmanda-telur
Brahman
(mikrokosmos). Makrokosmos terdiri 7 dunia atas dan 7
dunia bawah, Dunia atas terdiri atas bhurloka (tempat
kediaman manusia), bhuwaloka (tempat kediaman makhluk
dewata), swahloka
(alam
sorgawi), mahaloka (alam
terang benderang tempat prajapati), janaloka (tempat Wisnu),
tapaloka (tempat Brahma) dan Satyaloka (tempat kebesaran
sebagai dunia yang tertinggi).
Dunia bawah terdiri dari sutala, witala, tala-tala, mahatala,
rasatala,
aiala, dan patala. Di bawah patala terdapat Wisnu yang timbul
dari sifatnya yang gelap dalam bentuk naga dewa atau ananta,
menyangga seluruh dunia dengan mahkotanya, dengan dibantu
oleh saktinya.
Apa yang terdapat pada makrokosmos terdapat
pula pada mikrokosmos (manusia). Dalam tubuh manusia
terdapat "meru", yaitu lajur tulang belakang terdiri atas 7 cakra
(pusatkesadaran) yaitu mulai dari pangkal tulang belak:ang
sampai dubur, yaitu tingkatan yang terdiri dari: swadisthanu

74

pada kelamin, manipura berhadapan dengan pusar, anakala pada


dada antara usu, wisudi berhadapan dengan leher, ajna pada
kaki hidung, dan sahasra
pada puncak otak. Pada muladara terdapat kundalini sakti
(asas bidup
ynng mendukung segala makhluk) berbentuk ular sedang
tidur berupa
11111,gkaran. Selain itu juga terdapat pembuluh tiga :
susumna, ida dan pnlnggala. Ketujuh cakra dalam lajur
tulang punggung sepadan dengan ketujuh dunia dalam
makrokosmos. Pembuluh-pembuluhnya sepadan rlbngan
sungai sungai mak:rokosmos. Persamaan lain tujuh zat tubuh
kulit, ttlnk, urat, tulang, lemak, daging, dan mani. Tubuh
manusia disebut Bnahmapura, tempat kediaman Brahma.
Jswara sedirilah yang memasuki luruh alam semesta ini
sebagaijiwa, dapat dibandingkan dengan nurdalam
I lnm.?
Untuk mendapatkan kelepasan orang hams menempuh
trimarga(tiga jdlnn) yaitu pertama : jnana marga, jalan
kelepasan dengan melalui ilmu f)Ott,getahuan clan kebenaran
tertinggi. Kedua : bhakti marga; melalui kasih ti n pemujaan
akan jiwa tertinggi dan ketiga karma marga, dengan jalan

72

Harun Hadiwijono, ibid ., halaman 48.

75

menaklukkan kehendak.sendiri kepada tujuan Tuhan," Pokok


atau inti ajaran ini secara ringkas dinyatakan oleh kitab
Dharmasunya dari jaman Majapahit, bertahun 1382 M atau
1304 C sebagai berikut. 74
Batara Siwah - Suwung
Sipatipun ingkang alus, ingging punika
alusing donya.
Jen karingkos; dados alusing redi Meru.
Jen karingkos; dados alusing meru
Jen karingkos; dados alusing
manungsa.
Harun N asution, sarjana Islam terkemuka di Indonesia
mrnenyatakan sungguhpun agama Hindu banyak. dianggap
termasuk golongan
agama polytheisme, namun telah
mengandung faham at~u unsur-un_sur monotheisme.
Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisnu dan Shiwa
mengandung 3 aspek dari zat dan hakekat Yang Maha Tinggi.
.
Brahma menggambarkan aspek pencipta, Wisnu sifat
memehhara,
dan Shiwa sifatnyamenghancurkan, tiga sifat yang terdapat
dalam kehidup~ di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan
kehancuran. Benda-benda di dunia terjadi berwujud untuk
waktu tertentu, kemudian hancur a~l~ ~:1'ena kehendak dan
kuasa (Islam: iradat-qadrat) Zat Yang Maha Tinggi.
C.3. Pengaruh Unsur Budaya Budha
Bersama-sama dengan agama Hindu, agama Budha pun
masuk dan mempunyai pengaruh sangat kuat di Jawa. Unsurunsur P.--gama Budha yan~
76

hubungan budaya antara beberapa daerah di Indonesia dengan


Amarawati di India sebagai salah satu pusat agama
Budha.Dalam perkembangannya agama Budha pecah menjadi
dua aliran, yaitu aliran Hinayana (kendaraan kecil) dan
Mahayana (kendaraan besar), Ali.ran Hinayana berkembang
di Lanka, Burma, Siam dan Kashmir, sedang aliran
Mahayana diikuti secara Juas di Tibet, Nepal, Cina, Sumatera,
dan Jawa. 78 A1iran Mahayana kemudian mendapat bermacammacam pengaruh, yang terpenting adalah pengaruh
!Bhakti dan Tantra. Namun dari berrnacam-macam pengaruh
terbadap ajaran
'Budha itu terdapat suatu kesamaan yaitu ajaran tentang tiga
tubuh Budha
~Trikaya), terdiri dari Dharmakaya, Sambhogakaya dan
NirmanakayaP Dharmakaya disebut tubuh
kebahagiaan, tubuh hakiki yaitu tubuh
iy,ang mempunyai hakikatnya sendiri (swabhawakaya), sunya
atau kosong, nirwana berarti kelepasan yang kekal, bodhi berarti
khikmat, tatagatagarbha berarti kandungan tatagata, Prajna
berarti hikmat (pengetahuan tertinggi;
~bandingkan dalam Islam : Nur Muhammad-Nur Ilahi).
Dharmakaya bukanlah dewa yang berpribadi, melainkan suatu
azas rohani yang meliputi itegala sesuatu. Kadang-kadang
dipersonifikasikan dengan Adhi Budha atau Wairocana, bila
Wairocana dianggap sebagai Budha tertinggi , Dharmakaya
1!1ianggap punya saktiPrajnapramita,
hikmat (pengetahuan:
Nur) tertinggi. i~rrajnaparamita diimani merupakan kesatuan
dengan Dharmakaya sebagai ke Budhaan". Kepada hakekat
"ke Budhaan"tersebut tiap-tiap Bodhisatwa
1 l'(Ut atau fana (lebur, menyatu). Dalam pandangan ini
Prajnaparamita
77

dhinggap sebagai
ibu
yang
mengandung
Budha.
Prajnaparamita juga tlhmggap sebagai sumber segala yang
masuk ke Indonesia pertama kali mungkin berasal dari derah
Amarawati
pada aliran sungai Kisna.7' Beberapa patung Bud.ha dari
Je~ber Selatan,
dari Sulawesi Tengah dan dari bukit Siguntang
menunJukkan gaya
Amarawati (abad IV).77 Fakta-fak.ta tersebut memberikan
petunjuk adanya

73 Ibid ., ha\aman 46.


.
14 R.Ng.Poerbatjaraka, Kepustakaan Djawi, (Djambatan :
Djakarta,1957), balaman 52
" Harun Hadiwijono, ibid
., halaman 22. " NJ Krom
op. cit ., halaman 27-28.
rt Ibid ., halarnan 28. Menurut Bernet Kempers,
dalam Ancient Indonensian Ari
(Kepurbakalaan Indonesia), (Harvard University Press :
Massach~tes, 1959), berasal dru1
abadliI-Y, sedang patung yang berasal dari Sungai K.arama
berasal dari :!: abad II (halaman 73)

76

ada, baik jasmani maupun rohani, d m dipersonifikasikan


sebagai seorang Dewi. Prajnaparamita. Nama
r1;qjnaparamita juga digunakan sebagai nama kitab-kitab Budha
Mahavana
Sambogakaya adalah pengaliran/penjelrnaan dari
surgawi J
JJ11armakaya. Sambhogakaya dipandang sebagai dewa-dewa
dalam surga,
ltl~imemiliki nama dan bentuk, bersifat Maha Tahu, berada
di mana1ma1 Maha Kuasa, disebut Dyani Budha. Untuk jaman
sekarang Dyani
t1clha yang bertugas adalah Amitabha atau Amid.a, memerintah
da1am surga
'llliawati, arasynya di barat. Sebagai juru selamatnya
adalah Awalo- l~ll\Wara, sedang guru atau utusannya (rasul)
adalah Budha Gautama.

~ Harun Hadiwijono, ibid ., halaman 87.


~ Ibid., halaman 89.

77

II.
I

Nirmanakaya adalah tubuh penampakan-lahiriah


(jasmaniah) pengaliran atau pemantulan tubuh surgawi dari
Sambhogakaya. Nirmanakaya
merupakan tingkatan Budha
yang tampak, dipantul.kan dari Samboghakaya. Tubuh ini
dtampakkan oleh Sakyamuni atau Gautama setelah menjadi
Budha." Ajaran Trikaya ini digambarkan pada bentuk
Barabudhur, Pada
bangunan Barabudur Dharmakaya,
tubuh abstrak berhubungan dengan Arupadhatu, sedang
tubuh yang lainnya yang merupakan Dyani Budha dan
Bodhisatwa atau Sambogakaya muncul dalam Rupadhatu dan
Nirmanakaya
terdiri dari manusia-manusia,
Budha yang
hidup di atas atau pada jam.an ini adalah Budha jaman kita ini
(Gautama) muncul
dalam
tingkatan terendah,
yaitu
Kamadhatu. 11
Agar setiap Budhis memperoleh kelepasan maka ia
harus mampu

Di Indonesia ajaran Bud.ha Mahayana ditulis dalam kitab


Sang Hyang Kamahayani~n dari jaman _Pu Sendok (94 7
M).Banyak uraian Sang Hyang Kamahayamkan
mengenai
dewa-dewa Mahayana yang sesuai dengan susunan atau
penempatan area-area Budha di candi di Barabudhur. 83
Pada jarnan Kertanagara antara agama Hindu dan Budha
mencapai percampuran atau sinkretisme antara keduanya, bahkan
faham itu juga dianut oleh Kertanegara, d.isebut aliran
Kalacakra. Sinkretisme Hindu-Bud.ha ini b~rlangsung terns
pada jaman Majapahit. Hal ini terbukti dengan adanya llJaran
yang terekam pada kitab Sutasoma buah karya Pu
Tantular." Semboyan kitab itu yang terkenal : Bhineka Tunggal
Ilea, tan hana Dhanna
Mangrowa.

8
5
memadamkan keinginan (niroda) dan harus melalui suatu
jalan terdiri dari
8 tingkatan kebenaran yaitu ; percaya yang benar, maksud
yang benar, hidup benar, usaha yang benar, ingatan yang benar
dan samadhi yang benar. Delapan jalan dari bagian keempat
catur arya satyani sering diringkas menjadi empat tingkatan atau
pangkat. Masing-masing
tingkatan
ditandai
dengan
pemutusan ikatan-ikatan yang mengikat
orang kepada
dunia. Keempat tingkatan tersebut yaitu ;
J. Sratapana yaitu orang harus bertobat, percaya akan
kebenaran
Budha, dan berusaha untuk beramal kebajikan. Pada
tingkat ini
orang masih hams lahir 7
kali.

2. Sakrdagmin, yaitu orang yang sudah dapat


menaklukkan hawa nafsu clan kebencian,
orang masih harus dilahirkan kembali 1 kali.
3. Anagamin yaitu orang yang sudah dapat
melenyapkan sisa-sisa terakhir dari hawa
nafsu dan kebencian. Pada tingkat ini
orang sudah tidak dilahirkan kembali.
4. Arhat yaitu tingkatan orang yang sudah
bebas sama sekali dari
keinginan, untuk lahir kembali baik ke dalm
alam tidak berbentuk. Orang pada tingkat ini
telah mencapai nirwana bukannya ia campur
atau larut ke dalam jiwa Yang Maha
Agung, tetapi ia mendapat ketenangan
sebagi lautan yang tidak berombak.'2

78
79

C.4.
Pengaruh Unsur
Islam
" Ibid ., halaman 91.
" AJ Bernell Kempers, Loe
cit, halaman 116. n Harun
Hadiwijono, op. cit., balaman
94.

Budaya

Pad~ abad 15 M, agama Islam berkembang dengan


pesat di Jawa, tcrutama
di daerah-daerah pantai utara,
kemudian sedikit
demi sedikit merarnbat ke daer~
pedalarnan. Hamka menyatakan bahwa agama Islam yaug
berkembang di Indonesia di sekitar abad 12-16 M. utamanya
dalam bentuk aja~an (tasawuf),
dan menganut faham
wihdatu/wujud.Faham itu l~ol!8s~I dari Iran, kemudian ke
India (Gujarat), selanjutnya ke Indonesia. Mf;}sJ?pun Tarekat
Sathariyah baru berdiri pada abad XVI di India, akan
t h1,p1 ternyata unsur-unsur faham wihdatulwujud telah
meluas di dunia l1dJlm, dan di Jawa dikembangkan oleh Seh
Siti Jenar, sedang di Sumatran llt11ra oleh Hamzah fansuri dan
Syamsuddin Sumatrani."
Mengingat adanya makarn dari ulama-ulam.a besar
Pe~ia di Aceh l1e-;11r seperti .Hasan Chair bin al Amir al
Isratrabadi (wafat pada 12 Rabi' ul IWlll 833 H,) Sayid
Imaduddin Al Husaini dan Amir Muhammad bin Abd I ndi Al
Abbasi (wafat 882 H) maka adanya pengaruh wihdatulwujud
terseb~t bultNnlah sesuatu yang mustahil.87 Mengenai Siti
Jenar terdapat perbedaan
ndl\pat. Dalam hal ini ada yang menyatakan bahwa tokoh
itu sebagai

11 R.M.Ng.Poerbatjaraka, ibid ., halaman 5.


:: R.~.Ng.Poerb.atjaroko, ibid., halaman 41-45.
N R.P1tono, Sed~arah Indonesia Lama, (Lcbbit
lKIP Malang 1961, ha] 99. Hamka, op. elf .,
halaman 181.
H IJJl.Abu ~akar. ..Sekitar Masuknya Islam kc Indonesia,
Berita tentang Perak dan
,. l!>nlam Risa/ah Seminar Sed~iarah Masukn_v, a Islam Ice
Ind o nesta, p arutra Semf nar
..ny11"' Agama
Islam ke Indonesia : Medan, 1963), halaman
52-53.
78
79

representasi kelompok masyarakaf yang mengawinkan


antara faham Hindu- Budha dan Islam sehingga ajaran
hubungan antara manusia dan Tuhan dalam ketiga
agama itu adalah sama, 811 Namun ada pula yang
menyatakan bahwa tokoh terse but hanyal personifikasi dari
ajaran yang dianggap sesat.
Jadi secara realitas sebenarnya tokoh Siti Jenar tidak ada."
ternyata pada
fase awal perkembangan Islam, faham Wihdatulwujud dengan
subur tumbuh di Indonesia dalam alam rokhani orang Indonesia
sejak.permulaannya, karena alam pikiran Indonesia telah
mendapat pengaruh ajaran Hindu-Budha selama berabad-abad.
Faktor lainnya yaitu para penyebar Islam yang mengambil
peranan penting dalam memasuk:kan Islam ke Indonesia ialah
orang India.
Kesufian serba Tuhan ( Wihdandwujudi ditentang oleh para
wali sanga
di Jawa, yang kemudian melibatkan mereka dalam polemic
tentang persoalan kejumbuhan Allah dan manusia tjumbuhing
kawula-Gustit. 90 Meskipun sumber-sumber tradisi pada

dan sangat terkenal di Jawa antara lain; 92 Asrar al Arifin dan


Syarab al Asyikin. '3
Di dalam tradisi pada waktu Siti Jenar dijatuhi
hukuman mati oleh
para wali, karena ajarannya tentang "jumbuhing kawula Gusti",
Sunan G iri (Raden Paku) menyatakan dengan perkataan
sufinya
"Siti Jenar kafir indannas, wamukmin indallah"
artinya " Siti Jenar kafir di hadapan manusia tetapi mukmin di
hadapan Allah." Hal ini memberikan gambaran bahwa

11 Hamn Hadiwijono, /oc. cit.


"' Widji Saksono, op. cit ., halaman S2-S3.
99 Prof.PA Hoesein Djajadiningrat, "Islam di
Indonesia", dalam Kenneth W. Morgan, Islam Djalan Mutlak, (Pembangunan : Djakarta, 1963,
Tcrjemahan Abu Salamah, halaman 135.
91 PA.Hoesein Djajadininfrat, loc. cit ..
" Sanusi Pane, Sedjarah Indonesia I, (Djambatan :
Djakarta, 1950), halaman 167.
., Harun Hadiwijono, op. cit ., halaman 15.
,. H.Abu Bakar, op. cit., halaman 302.

umumnya menyatakan bahwa wali sanga tidak menyetujui


ajaran tertsebut, namun terdapat petunjuk berbagai karya yang
dipercaya sebagai karya Sunan Bonang, mengandung
unsur-unsur wihdatulwujud. Karya-karya Bonag yang
dimaksud antara lain : Het Boek van Bonang, Suluk Sukarsa,
dan Suluk Wujil. Hamzah Fansuri penganut Wihdatulwujud
dari Ibnu Arabij yang terk.enal, juga diberitakan banyak
mengembara ke Jawa dan Sumatra, sambil memberi
penjelasan mengenai pandangan mistiknya .dengan
mempergunakan syair-syair simbolik dan rahasia."
Karangan Hamzah Fansuri yang mempunyai pengaruh besar
80

81

pada_ dasarn~a Sunan Giri dapat membenark.an ajaran


Wibdatulwujud, namun de1D1 kepentingan da 'wah Islam yang
masih pertama kali maka ajaran Siti rrenar dilarang.
~i muka telah dit~rangkan bahwa Islam masuk dan
berkembang di Indonesia dalam bentuk ajaran
tassawuf(mistik). Guru-guru tasawufdisebut sufi, mereka
me~punyai murid yang meneruskan ajaran sufi dari gurunya
dalam bentuk tankat. 95 Jumlah tarikat dalam dunia Islam
sangat ban yak. Di antaranya ya_ng sangat terkenal : Bek:tasyia
di Turki, Qodiriah di Bagdad, INaqsyabandiah berasal dari
Turk.istan, Rifa'ia (Irak), Sanusia di Libia Sfadilia di Tunis,
Tujana di Maroko dan Sattaria di India."
'
S~pe~ diuraikan di Bab I, bahwa ada ajaran lslam
yang masuk di Indonesia tidak langsung dari Arab,
melainkan setelah melalui Iran dan h"1diaBarat. Mengingat
posisi pedagang India (Gujarat) dalam memasukkan
1\Jl~ Islam di Indonesia, khususnya di Jawa temyata
menduduki peranan pentmg Bab Ia), dan mata rantai genealogi
nenek moyang Raden Rahmat CS'onan Ampel) yaitu yang
bemama Abdul Malik bin Alawi bin Sahibul Mirbad
berdasarkan silsilah yang dimiliki oleh badan silsilah yang lebih
tua, me.nyatakan ~ahwa Abdul Malik bertempat dan wafat di
India.9' Meskipun
I llikat S.atana secara institusi belum terbentuk, akan tetapi
tidak mustahil

80

n,J'1mn-a3arannya telah hidup clan berkembang di masyarakat


bahkan
sesuai tlliingan kondisi perkembangan
kehidupan
keagamaan serta Budaya di Jawa, lungga dapatlah difahami
mengapa tarikat yang mula-mula masuk di Jawa,
,
Wah
tarikat
Sattariah. 98
Oleh karena penyebar lslam yang mula-mula sekali
adalah Malik tbniliim dan ~unan ~pel
maka sangat
mungkin bila Sunan Ampel juga IUGf\ganu~ ~~kat. Satanah,
yang kemudian jejak ini terus dilanjutkan oleh unan G1r~.
-"?-Jaran tarikat ini menyatakan bahwa wujud Allah itu
mw.npunyai 7 tingkatan, Dalam ajaran ini dimasukkan pula
ajaran Nur
Mithammad, sebagai sumber segala manusia
sempuma, tao
" Hamn Nasution, op. cit, halaman 31.
"Ibid.
,., Abdullah bin Nu~, _"Sumbang~n dari Lembaga
Penjelidikan Islam di Djakarta, ndlngan ~ebas, dalam
Risalah Seminar Masuknja Islam ke Indonesia, (Panitia
SemiM11Sukn1a Islam ke Indonesia : Medan.
1963), halaman 158.
,."L P.A. Hoesein Djajadiningrat, op. cit .. balaman 136.
cm~a.ga Research Islam Malang, Sejarah dan Da 'wah
Islamiyah Sunan Giri
Iha Pcnelitian dan Pernugaran Sunan Giri, 1973), halaman
130.
ln PA.Hoesein Djajadiningrat, loc. cit ., halaman 136.

81

Dua buku Islam yang berasal dari abad 16 M,


berbentuk primbon; ditulis dalarn bentuk. prosa, penulisnya
tidak dikenal, berisi ajaran tasawuf syariat, tarikat, hakikat dan
ma 'rifat. 101 Buku ini ditulis untuk menentang ajaran kebatinan
Islam yang dianggaap sesat.102 Buku kedua, adalah sebuah
naskah yang telah diterbitkan oleh B.J. 0. Schrieke pada tahun
191 ~ ~e~gan judul Het Boek van Bonang, penulisnya tidak
dikenal, narnun berisi ~~aran Syek:h AI Bari. Oleh karena itu
kemudian juga ada ahli yang memben judul karya itu dengan
narna The Admonition of She Bari.103

Hoesein Djajadiningrat juga menyatakan bahwa buku


tersebut berisi
ajaran Sunan Bonang, 104 untuk menentang. kesufiam yang
sesat.':" Ak~ tetapi pendapat Hoesein dibantah oleh Scbrieke,
karena pada saat_buku mi ditulis agama Islam sudah tiga
peremp~t abad berkembang ~1 Tuba~ Mungkin penulis
buku tersebut adalah tuhsan seorang Imam dari Tub~.
Isi buku ini menunjukkan
bahwa penulisnya
sudah
mengenal kebat~an
Islam serta menentang kebatinan (ajaran kesufian) yang sesat.
Kebatinan (kesufian) yang diajarkan buku itu bersifat ortodoks.
107 Hal ini membe~n petunjuk bahwajustru ajaran kebatinan
(kesufiam) yan~ ortodoks semakin meluas dalarn berbagai
tarikat, namun rupa-rupanya ajaran kesufian yang sesatlah 10s
yang berada di atas tangan (mendapat pengai:'111 lu~s~, karena
temyata ajaran-ajarannya berusaha dan dapat menyesuaikan
diri dengan tradisi yang hidup dan berjalan di masyarakat.!"
. .
.
Untuk rnengetahui pokok-pokokajaran k:hususnya
mengenai tmanensi
Tuhan dan ajaran kelepasan menurut ajaran kesufian
yang. sesat (menyimpang) dari aliran
Wihdatulwujud
(panth~isme) sebag~1mana diaiarkan Siti Jenar
Hamzah
Fansuri dan Samsuddin al Sumatrani dapat
dik~etahui dari110
ajaran 'Hamzah dalamAsrar Al-Arifin dan Syara
bAl-Asyiki n.

Hamn Hadiwijono dalam disertasinya berjudul M_en i~ Present


Javanese
.Misticisme uraian ajaran itu garis besarnya
sebagai berikut.
io1 Harun Hadiwijono, op .. cit ., halaman 8.
m PA.Hoesein Djajadiningrat, op. cit ., halaman 122.
10 Harun Hadiwijono, foe. cit., balaman 5-11.
1M PA.Hoesein Djajadiningrat, op. cit ., halaman 122.
1es Harun Hadiwijono, op. cit ., halaman 11.
t ..
Ibid.
m
Ibid.
IM Ibid.

.,., Mukti Ali, Alam Pikiran


. k Islam Modern di Indonesia,
Prasaran MIPI, (DJa arta,
\
962),
balaman 2.
11 Harun Hadiwijono, op. cit.
82

Allah adalah zat mutlak, adanya mendahului segala yang


ada, sebagai sebab pertama dari segala yang ada disebut
"bahrul u 'lya" atau Jautan
~emuliaan. Pengibaratan
Allah sebagai laut sebenamya
berasal dari Ibnu
~abij. Dzat mutlak merupakan laut batiniyah (bahr al
bathiniyah), laut yang dalam (bahr al aniiq), transendent, tak
dikenal dan tak mungkin Clikenal. Pada tingkat ini Tuhan
menyatakan diri-Nya dalam penjelrnaan
~ang berlipat ganda, dan beraneka ragam. Seluruh proses
penjelmaan keluar dan pengalirannya kembali digambarkan
dengan perumparnaan laut, melalui tujuh tingkatan. Adapun
ketujuh tingkatan tersebut : pertama, Ahadiya.
Pada tingkat ini Dzat Tuhan digambarkan sebagai laut yang
tidak bergerak. tJi>zat yang mutlak berada secara mutlak, disebut
laa ta-ayun, artinya "belum nda pembeda-bedaan", dan bebas
dari segala hubungan. Nama Tuhan pada bingkat ini disebut
"Huwa". Tuhan disebut juga dengan Allah. Dalam hal ini nama
Allah mempunyai derajat lebih rendah dari padaHuwa, sedang
Huwa lebih rendah dari pada Dzat. Abadinya merupakan aspek
batiniah dari pada
'/Dzat.
Kedua, adalah Wahda. Tingkatan ini diumpamakan
sebagai gerak mbak, disebut ta-ayun awal, pembeda-bedaan
pertama. Pada tingkat ini F'Jzatmulai mengenal dirinya, (aa 'lim)

dan kemudian tirnbullah yang dikenal ma 'lum (yang dilihat).


Dalam ta-ayun awal Allah sadar akan daya terpendam ynng ada
pada diri-Nya, Daya terpendam tersebut adalah ilm,
artinya mengetahui. Dalam hal ini ilm dapat pula diartikan
eksistensi atau wujud,
uhud, atau penyaksian, dan nur atau
cahaya.
Pada tingkat Ahadiya
ilmu dan ma'lum masih
merupakan daya l 11pendam, kemudian dijabarkan. Penjabaran
ilmu dan ma'lum diibaratkan penyinaran cahaya Hasilnya ialah
model-model pertama dari segala makhluk:, musih halus, tak
bisa diraba dan disebut ayan tsabita.
Daya terpendam kedua, wujud, karena dengan wujud maka
yang ttt~n,gadakan clan yang diadakan menjadi ada.
Daya terpendam ketiga, syuhud, pengamatan, Karena
mengamati JflnR:a Dzat Mutlak tahu bahwa pada diri-Nya, Ia
tahu bahwa Ia rnemiliki tiif'tt-sifat. Dengan pengamatan
tersebut Dzat Mutlak menjadi yang memiliki
1111111 :Yang ditilik menjadi
nyata.
Daya terpendam keempat, nur, cahaya, Karena cahaya
maka yang aerangi dan yang diterangi menjadi nyata. Allah
sendiri disebut Nur. lltlh menyinarkan cahayanya ke 7 langit
dan 7 bumi, karena itu semua
83

seperti cahayanya. Cahaya juga sebagai ayan tsabita yaitu hasil


penjelmaan pengetahuan menjadi suatu yang dinyatakan, yaitu
suatu realitas yang dikenal. Allah sebagai Nur juga disebut Nur
Muhammad atau Nur yang terpuji, dan disebut pula sebagai
Haqiqatul Muhammadiyah. Nur Muhammadbertempat sebagai
zat perantaraDzat
Mutlak
dan dunia. Karena Nur
Muhammadberasal
dari Dzat Allah
maka
seluruh
alarn semesta juga
dijadikan dari Nur
Muhamm
ad.
Tingkat ketiga, Wahiddiya, disebut ta-ayun thani,
digambarkan sebagai awan, di mana ayan tsabita hendak
keluar sebagai ayan kharija. Ayan tsabita disebut pula rub
idhapi, asal usul dari seluruh dunia,jiwa dari segala yang tak
berjasad, tidak berujud, tetapi ta-ayun tsani sudah dalam
keadaan terperinci. Wahiddiya disebut juga pangkat hakek:at
insani, karena manusia adalah penjelmaan dari Dzat Mutlak.
Ayan tsabita dan tia-ayun tsani berada dalam kekekalan,
karena manusia dalam tingk:at ini masih merupakan hakiki
mumi.
Tingk:at keempat "ayan kharija" atau ta-ayun thalits,
pembeda
bedaan ketiga. Merupakan penjelmaan
keluar dari Zat
Mutlak ke dalam dunia gejala. Yang membedakan antara
dunia hakiki (kekek:alan) dengan dunia gejala adalah sabda
Ilahi "kunfa yakun", artinya "jadi, maka jadifa~" karena sabda
itu,. Pada tingkat ini realitas akali (konsep) yang masih
terpendam mengalir keluar dalam dunia gejala. Re~litas terpen~
yang berkumpul bagai awan pada tingkat wahidiya rriengalir
keluar sebagai arwah ke a 'lam arwah (ayan kharija). Arwah
mewujudkan I rob, tetapi dengan banyak penyinaran yaitu ke
arah roh insani, hayawani dan nabati Proses ini dibaratkan
seperti hujan menjadi air sungai.

Tingkat kelima "alam mitsal" merupakan alam
penjelmaan dan

merupakan

perbatasan antara alam arwah dan alam tubuh,

mempunyai corak seperti alam impian.


Tingkat keenam "a/am ajsam", rnerupakan alam
segala ~buh:
Tingk:at ini merupakan dunia yang terdiri dari anasir halus, tak
dapat diamati oleh indera, tak dapat binasa.
Tingkat ketujuh "alam insan" adalah alam yang nampak
di mana ada
kemungkinan bagi seseorang untuk menjadi manusia
sempurna.!"

111 Ibid ., halaman 30-45.


84

Bukti-bukti epigrafis dan artefaktual adanya faham ini


ditunjukkan temuan-temuan manuskrip dari Bungah, Gresik.
yang menggambarkan ikan berbadan dan berekor tiga. Akan
tetapi ikan itu hany., memilik.i satu kepala dan satu mulut, Di
dalam gambar tubuh ikan yang pertama tidak terdapat gambar
apapun (blank), dengan tulisan ahadiyah pads ekornya, Pada
gambar tubuh ikan yang kedua dilukisi dengan pola-pola sisik,
dan pada gambar tubuh ikan ketiga sepenuhnya diluk.isi dengan
sisik. Masing-masing dengan
tulisan wahidiyah dan wahdah pada ekor kedua
clan ketiga.
Kelompok pertama yaitu ahadiya, wahda dan wahidiya
yang menerangkan tentang soal kejamakan dalam suasans
akali, tidak kongkrit. Selanjutnya kelompok kedua, yaitu alam
arwau, mitsal dan ajsam merupakan suasana gejala, memilik.i
tingkat pangkaj pembeda bedaan zat yang makin lama rnakin
kasar. Alam arwah dan mitsal adalah alam halus dan bersifat
rohani sedang alam ajsam adalah alatn kasar. Dunia gejala
{dunia manusia) dianggap sebagai gambar pantulan dari Dzat
Yang Mutlak,
sebagai bayang-bayang cita, oleh karena itu bersifaj wahm
(palsu). Yang Mutlak dipandang dari segi bathin sedang
dunia gejala dipandang dari sudut lahir, 112
Manusia dianggap sebagai penjelmaan Dzat M1.J.tlak yang
paling penuh dan sempuma, maka manusia adalah rangkuman

dari segala penjelmaan l/i)zat itu, merupakan dunia kecil


(rnikrokosmos) yang rnengungkapkan dunia
besar (makrokosmos). Karena itu ia menjadi penghubllng antara
Dzat Mutlak dan segala penjelmaannya, seperti air menjadi
penghubung antara ombak C:lanlaut.
Pada dasarnya segala manusia adalah manl.J.sia sempurna,
artinya f.t~gala manusia memilik.i dalam dirinya daya untuk
menjadi manusia sempuma. Tetapi
karena kecerobohan
(gojlat) menjadikan pandangan enang jadi kabur. Misalnya
karena ikatan uang, P<lrlgkat, keluarga dsb.!"
~batn.ya orang tidak mengamati bahwa dunia tidaj,
memiliki eksistensi
dD.n
palsu.
114
'
Untuk melepaskan diri dari ik:atan duniawi, maka yang
bersangkutan l~m;us mengenali
dirinya sendiri. Dengan
mengenali dirinya sendiri orang
112 Ibid ., halaman 46.
IO /bid.
11 Ibid i, halaman 56
85

.akan mengamati bahwa rupa seseorang banyalu.hbayang-bayang


dan nama seseorang hanyalah gelar, dan yangmemiliki rupa itu
adalahbagian terdalam dari dirinya. Dengan mengenali dlrinya
orang akan tahu, bahwa bukan dialah yang ada melainkan
realitas terdalam yang ada padanyalah yang
ada. Dengan mengenali diri ini segala selubung akan
hilang, dan orang akan tahu bahwa tiada perbedaan antar
hamba dan Tuhan. Keadaan dimana tiada lagi perbedaan antara
yang menyembah dan yang disembah, disebut "Jana", artinya
hapus. Inilah yang disebut kelepasan. Fana meliputi
bermacam-macam pangkat, aspek dan arti, merupakan
pernbahan moral dari jiwa dengan menghapuskan hawa
nafsu dan keinginan. Fana juga merupakan penghapusan
mental atau pemisahan pikir dari sega]a sasaran pengamatan
akal, perbuatan dan pemusatan pera.saan.. Dalam hal ini pikiran
hanya kepada Allah saja, dalarn arti merenungkan sifat Ilahi,
dan dilakukan secara sadar, Pangkat tertinggifana akan
tercapai bila kesadaran orang yang juga mencapai Jana atau
hapus. 115 Inilah yang disebut para sufi Jana al Jana
(hapus segala hapus). Bila Allah sebagai Dzat Mutlak
digambarlran sebagai laut, maka pangkat manusia sempmna
adalah sebagai sungai yang mengalir kembali ke laut, 116
Dalam karyanya Sunan Bonang mengajarbn bahwa
manusia sempuma ialah telah sampai pad.a tingkatan ma
'rifat setelah
melampaui tingkat
iman
dan taukhid,
sebagaimana ditutmkan oleh She Bari sebagai berikut,
E, Rijal mitranin 'sun kabeh den sami in tuturin. 'sun
iki; kalayan sapisan insun lumampah in ara-ara iman;
sun tin 'ali tindakin 'sun ika; sarta Ian idininsih
nugrahanin Pan 'eran, sasampunipun insun lumampah
in ara-ara iman; tumindak insun in ara-ara taukhid, ya
ta sun tin 'ali tindakin 'sun ika tan katon, kan katin
'a/an denin 'sun ika ka ananinAHah kewala; sasampun in
'sun lumampah in ara-ara tohid, lumampah in 'sun in

ara-ara ma 'riku, norano kaananin 'sun; tin 'alin 'sun


kan marini Pangeran pan ora ana, tegese ik:u denin
sampun anin 'al tinal, dadi nir tin 'alingsun ika, in' tin
'al tumin 'al, kan tininalan kan sadya andulu dinulu
in
)15 Ibid halaman 59
116 Ibid ., halaman 51
86

pandulunira .... kadi ta palayarrml11 Wtm twtf 1tl mt/11~h11 I/ 1


fl bahri 'l-adam" won' arif iku karem N~~fll n nrn 111
Maksudnya
: perjalanan hidup itu menempuh 3
tingkulmt~ y.iHu iman, tauhid dan ma 'rifat. Pada tingkat iman
orang itu baru mengcmu.l dirinya sendiri, pada tingkatan tohid
orang sudah melangkah lebihjauh sudah dapat melihat Allah,
dn ma 'rifat yaitu orang yang telah mencapai derajat bahwa
ia tidak melihat dirinya sendiri kecuali Alah.1111 penglihatannya dan gerak geriknya adalah penglihatan
dan
penglihatan Allah belaka.
Pada akhir uraian ini dapatlah diambil kesimpulan
bahwa antara agama Islam yang baru datang dengan bentuk
ajaran kebatinan Islam yang memasuki Indonesia mempunyai
titik pertemuan dengan ajaran agama Hindu Budha di Indonesia.
Dalam proses islamisasi ini bentuk Islam yang disajikan
kepada bangsa Indonesia terutama bangsa Jawa mempunyai
persamaan menyolok dengan alam pikiran yang sudah dimiliki
oleh bangsa Jawa,
Pertama, kedua sistem agama, yaitu Hindu-Budha dan
Islam memandang yang dipertuhan sebagai zat mutlak itu
adalah Esa, bebas dari segala sifat dan hubungan, tak dapat
dikatakan bagaimana dan tak memiliki lmbungan apapun diluar
zat itu, tak ada sesuatu yang ada. Kesamaan ini bukan hanya
dalam gagasan umum saja namun juga mengenai uraian

.terperinci tentang zat


mutlak:.
Kedua, kedua sistem keagamaan Hindu-Budha clan Islam
memandang tJltmutlak sebagai transendent dan immanent
Keduanya mengajarlcan bahwa nnmanensi zat mutlak itu terjadi
dengan perantaraan penjelmaan (pengaliran). nhkan ada
kesejajaran pandangan antara Hindu-Budha dan Islam dalam
pnngkat penjehnaannya. Dalam agama Hindu di Jawa, Siwa
sebagai zat mutlak menjelma menjadi penjelmaan yang dapat
dirangkumkan menjadi
~tS"Ji kelompok yaitu niskala (tanpa pembagian), sakalaniskala (dengan
dan tanpa rupa) dan sakala (dengan pembagian dan rupa).
Agama Budha Mahayana juga mengarjan tiga penjelmaan
Dharma (Zat Mutlak) yaitu ll'ftarmakaya (tubuh Dhanna
sebagai asas mutlak), Sambhogakaya (tubuh
111 G.W.J. Drewes, The Admonition of Seh Bari
(Martinus Nijboff: The Hague,
balaman

11169~,
94-96.
i1t Ibid .. halaman 21.

,87

r
I

. bahagi~
penjelmaan surgawi dari Dharmakaya) dan
I
Nirmana~a
Ke
. , akan) Ketujuh martabat penjelmaan Allah
dalam aJaran
~~::in:~:= di Indonesia dapat dirangkumkan menjadi
tiga kelo:Ulmpok
.a, 1
bedaan, belum menje
d
aituAhadiya zatmutlakmasih be
umpunyapem
Y
'
engan
yang tanpa

(dalam kebatinan Islam). Dalam kedua sistem agama, manusia


yang sudah mencapai kelepasan ialah yang telah sampai
pada kemabukan (ekstase) dalam kesatuan dengan Dzat
Mutlak melalui pengalaman batin hingga ia
memiliki
sifat Ilahi. Orang yang sudah mendapatkelepasan
dianggap sebagai

dan
disebut la taayun, wah
.
y
idiy

. .

pe
. .

seorang yang sudah mempersatukan terhadap segala kuasa


dunia yang

ait
nJe maa
u
b iaan disebut taayun awal dan taayun tsani (wahda dan
wahz~iya)
~:a:!~eaiitas terpendam timbul (ayan tsabita),
akbimyarealitas menJe~
Kemudian terj adilah penjelmaan keluar (ayan
.
dengan
pem b
kharija ),
a
.
lir k l
.
gejala
gian
realitas
e uar terpendam menga

dalam dunia

dari

usal

am
terdiri

mi
1 itu dapat

Kebatinan Islam

Budha

Mahayana

l.
Niskala

'

Mindu dan Budha di Jawa.

alam arwah, alam ajsam dan alam_ ~n~an.


diiringkas
Ketiga tingkatan yang memiliki persamaan po a I
dengan bagan atau skema adalah sebagai berikut.

HinduSiwa

tampak dan yang gaib. Meskipun tidak dapat dikatakan dengan


pasti benar
bahwa menurut kebatinan Islam manusia pada hakekatnya
adalah Allah,
namun ajarannya tentang hakekat manusia tidak jauh berbeda
dari ajaran

al
+

2.
Sak

Berhubung dengan semuanya itu dapatlah difahami


mengapa ajaran
Mam yang memasuki Jawa dapat dengan mudah diterirna,
karena disajikan
~alam bentuk yang sesuai dengan alam fikiran yang sudah
dimiliki oleh bsngsa Jawa sebelum Islam. Dalam sis tern
kebatinan ini agama Hindu Siwa, JB:Udha Mahayana dan Islam
bertemu sebagai saudara sepupu. Di lain pihak l)ersama
dengan masuknya Islam di Indonesia, khususnya di Jawa
m,rkembang kembali pula unsur-unsur kebudayaan Indonesia
asli darijaman
a-Niskala

3.
Sakala

1. Abadiyya
La-taayun

Dharmaka
ya

2. WahdaWabid~ya

Pembedaan
kedua
kun-jayakun"
3.Ayan.Kharija
4. Alam arwah
5. Alam mitsal
6. Alam ajsam
7. Alam
insan

Sambhogaka
ya

Nirmanaka
ya

.
D lam kedua sistem agama, manusia
dip~dang sebaga!
. KeUg~ :at mutlak. Oleh karena itu manusia juga
dianggap seba~ai penJelmaan
. l ruh l semesta Kedua
sistem agama berpandangan
ku rnan dan se a am.
b
sesuai dengan
tida
rang
u .
k
hakekat
seenarnya
hari
bahwa keadan manusia sebari(Hindu-Budha)
dan gojlat
'tu dxsebabkan adanya
dar.i
samsara
1
.
manusi a
88

pmsejarah dengan bentuk aliran neomegalitik dan pemujaan


terhadap arwah nenek moyang.
Dari pertemuan
antara
kebudayaan Indonesia asli, Hindu- laudha dan Islam pada abad
15-16 ini diantaranya meninggalkan monumen hmtoris dan
kultural, salah satunya adalah kompleks Sunan Giri, Proses
tlfllnnisasi Jawa berjalan setingkat demi setingkat dengan cara
damai, tidak m-.1,ggagahi kebudayan Jawa. Seni bias
dan seni bangunan tetap DI mpergunakan bentuk yang tua
dan tetap terns terpelihara, 119
Ajaran
kebatinan ini terns berkembang, bahkan
menurut Sera! Ptlthini, ketika Giri digernpur oleh Pangeran
Pekik dari Surabaya atas nutah Sultan Agung dari Mataram
( 1636), putera Pangeran Giri yang ftllltl, dari selir bemama
Jayengresmi berhasil meloloskan diri lari ke arah
~dan berguru kepada Kyai Karang, kemudian kepada Kyai Bayi
Panurta
Mojoagung, sedang adik perempuannya lari ke timur
berguru pada Kyai l&tttmgbrangta. Dalam pengernbaraan
itulah Jayengresmi yang berganti a SiYeh Amongraga
rnengajarkan ilmu kebatinan yang pada dasamya
dengan diuraikan di atas. 120
1"
11\1.J. Krom,
Hindu
Djakarta,
1954),Zaman
halaman
257.{PT Pernbangunan :

IH
Harun ditulis
Hadiwijono,
op. ciot ., balaman 7. Sera/
Centhini,
atas perintah
Wllllll
V darikumpulan
Surakartanaskah
pada pertengahan abad XIX ,
rnerupakan
k orang yang diedit oleh R.Ng. Adipura II dan R.Ng.
Ranggasutrasno.
89

Ajaranmengenai ke 7 tingkatan penjelmaan Dzat Allah


tersebutjuga terdapat dalam Serat Hidayat Jati (petunjuk yang
sebenamya) karya R.N g.
Ranggawarsita (1852):
. ..
" ... Ora ana Pangeran anging Insun dat kang meliputi
tng kahanan
Djati : djumeneng ing Nukat gaib, tumurun ing
Djohar.a~al. Jng kono ana ing a/am Akadijah, alam
Wakda, alam Wa~zdy~h, alam Arwah, alam Mithal,
a/am Ajsam, a/am Insan Kamil, yaiku sifat Jngsun ",
121

121 H.M.Rosidi, Islam dan Kebatinan,


(Djakarta, tidak bertabun), halaman 14.

~I
90

91

BAB IV KEPURBAKALAAN SUNAN GIRi


~. Situsdan Nama
Bila dari Gresik. menuju ke Surabaya kira-kira pada km ke 3
terdapat persirnpangan jalan ke arah barat menuju Lamongan,
maka
di desa K!ebomas terdapat perempatanjalan. Selanjutnya
dengan mengik.utijalan ynng menuju ke selatan setelah melewati
sebuah telaga (Telaga Pegat) sampailah di desa Giri. Desa Giri
terdiri dari 3 kampung, Sidomukti, tHrigajah, dan Giri Kedaton.
Ketiga kampung itu terletak di atas pegunungan.
Di atas punggung bukit Giri inilah terletak kompleks makam salah
1coraog wali yang termasyhur sebagai salah seorang dari wali sanga,
yaitu unan Giri. Sunan Giri memilih tempat di Giri (berasal dari
bahasa Nnnsekerta giri = gunung) berdasarkao pemberitaan surnber
tradisi Babad thvsik mengik.uti petuojuk ayahnya Maul~a Ishak
seorang ulama. Tokoh lni dalam tradisi juga dik.atakan sebagai saudara
Sunan Ampel. Di lokasi

90

lluluh Sunan Giri mengembangkan agama Islam. Muridnya


ternyata tidak
11bntas dari Jawa, melainkaojuga dari kawasan Indonesia Timur.
Di puncak
1uuung itu pulalah Sunan Giri setelah wafat dimakamkao.
Bahkan oama unan Giri sebagai aoggota wali sanga lebih
termasyhur dari pada nama mberian ibu angkatnya : Jaka
Samodra, atau nama dari Sunan Ampel : den Paku, dan nama
dari Maulana Ishak: Prabu Satmata.1 Nama lainoya
uhammad Ainul Y akin. Nama Ainul Y akin sampai
sekarang digunakan b11ig11i nama masjid di kompleks Giri,
Pemakaian nama giri tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan
udayaan di J awa dari periode sebelum Islam. Pada jaman itu
naroa giri
I ~minuddin

Kasdi, Babad Gresik Tinjauan


Historiograifs Dalam Studi
hi(Depdikbud fKlP Surabaya : Surabaya,1995), halaman
106-107.

91

.
.
dihubungkan dengan nama dewa Ciwa sebagai dewa
gunung; Girindra.
Namagiri kemudianjuga digunakan
sebagai nama raja
Gi.rindrawardbana, dari Majapahit yang mengeluarkan prasasti
1
Djiu tahun 1486. Tokoh yang dianggap sebagai nenek moyang
dinasti Majap~t, yaitu Ken Aro~ juga dikenal dengan
gelamya : Girindra, artinya: raja gunung. Gelar lainnya
ialah Rajasa sang Amurwabhum.i.
. .
Sebenamya pertimbangan pemilihan
tempat untuk
mendirikan bangunan
suci pada jaman pennulaan Islam
merupakan suatu kenyataan bahwa yang dianggap
suci
bukanlah bangunan-bangunannya,
ataupun karena
berdasarkan pertimbangan kepentingan umat Akan tetapi
yang lebih penting adalah unsur sakralitas lokasi bangunan
tersebut didirikan. Pemilihan tempat yang dianggap sakral
untuk mendirikan suatu bangunan suci sebenarnya telah ada
pada jaman Indonesia Hindu. Misalnya untuk mendirikan
candi hams dipilih tempat yang suci atau sakral yaitu,

dibuatkan punden berundak-undak yang berkiblat ke puncak


gunung. Bangunan-bangunan
cam itu misalnya: peninggalan-peninggalan punden
berundak-undak
se m a
y a ng banyak berserakan di lereng gunung
2 d. Sukuh
Penanggungan, can
dan Ceta di lereng gunung
Lawu.3
.
.
Ketika masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh
kebudayaan Hmdu
secara aktif dari abad abad pertama sampai kira-kira
abad 16 M.,4

gunung.

.
Demik:ian pula pemilihan tempat di atas gunung yang
dilakukan oleh
Raden Paku untuk mendirikan masjid sebagai tempat
menyiarkan agama Islam dilakukan berdasarkan petunjuk
Maulana Ishak seorang ulama (wali) di Malaka yang
sebelumnyajuga pemah di Jawa T~~.r: :roses pemilih~
lokasi itu dapat dikatakan sejalan atau bahkan dapa,.1
~ikatakan se~aga1 kelanjutan dari kepercayaan rakyat yang
semenjak jaman pra sejarah menganggap gunung tempat
keramat, tempat tinggal arwah nenek moyang. Hanya saja
pemanfaatan kompleks Giri diwamai dengan corak dan suasana
Islam. Untuk tempat bersemayamnya atau makam
92

93

pemujaan terb.adap gunung tetap diteruskan meskipun dipadu


atau dijalin dengan pengaruh Hinduisme. Bahkan dewa Ciwa
juga dipercaya sebagai dewa yang menguasai gunung, atau
Girindra.5 Bangunan fisiknya, yaitu candi-candinya pun
diyakini sebagai replika Gunung Mahameru. Gunung
Mahameru sebagai tempat kediaman dewa yang
digambarkan dalam bentuk gunung yang puncaknya
dikelilingi oleh empat puncak lainnya yang lebih kecil. Ada
pula yang menganggap bahwa candi itu sama dengan Meru.
Padahal meru sebenarnya merupakan gunung kosmos
sebagai gambaran dari diri manusia itu sendiri.6
Namun setelah pengaruh kebudayaan Hindu mulai redup,
sedikit demi sedikit unsur-unsur kebudayaan pra sejarah
pada periode akhir Majapahit muncul kembali khususnya
leluri atau pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan cialam
hubungannya dengan gunung.7
Hal ini terbukti dengan
peninggalan- peninggalan purbakala di lereng gunung
Penanggungan yang dianggap sebagai gunung suci oleh
i M. Habib Mustopo, "Aliran Ne Megalitik dalam
Kebudayaan Klasik Indonesia",
dalaln Mimbar Ilmiah (FKIS IKIP Malang : M~lang, 1968),
halam~ 33:
.
1 AJ. Bernet Kempers, Ancient Indonesian Art
(Harvard University Press . Cambrid e-Massacbussset, 1959), halaman 102-104.
g 'R. Pitono, Sedjarak Indonesia Lama (Lebbit IKIP
Malang: Malanf, 1961), balaman
12.

92

orang Jawa.8 Bangunan-bangunan punden berundakundak di lereng gunung Penanggungan pada umumnya
berasal dari periode abad 15 M.9 Peninggalan arkeologis
yang sejaman, yaitu bangunan suci Ceta di lereng Gunung
Lawu juga berbentuk punden berundak-undak juga berasal
abad 15 M. Dari relief-reliefnya dapat diketemukan candra
sangkala yang menunjukkan angka tahun 1415 dan
[499 M.10
Dengan fakta-fakta di atas tidaklah mengherankan bila
tradisi itu kemudian terns berlanjut pada jaman Indonesia Islam.
Terbukti ciri bangunan Islam tertua di pantai utara Jawa pada
umumnya didirikan pada situs yang terletak di atas pegunungan.
Misalnya kompleks Sendang Duwur yang makamnya bertarih
1507 Caka (1585 M)11, kompleks ~unan Gunung Jati

5 A.J. Bernet Kernpers, Joe. cit.


' Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha (BPK :
Jakarta, 1971), halaman
4R. 7
A.J. Bernet Kernpers, op. cit., halaman 249-250.
Agus Aris Munandar, Kegiatan Keagamaan di Pawitra
: Gunung Suci di Jawa
'Ptmur Abad 14-15 M (FS UI : Jakarta, 1994).
'Ibid.
A.1. Bernet Kempers, op. cit ., halaman 255.
11 Ibid. Menurut pembacaan M. Habib Mustopo, angka
tahun tersebut adalah 1407
/~485 M.

93

I
I

(1570 M)12,
kompleks Sunan
Bonang
(1525M)'13,
kompleks Sunan Ku- dus dan komplek Sunan Giri. Di clalam
masjid dan makam-makam itu banyak dilukiskan relief unsurunsur gunung suci, teratai dan garuda sebagai kelanjutan
tradisi budaya dari perlode sebelum Islamnya, khususnya
dalam hal pemujaan arwah leluhur dan pemujaan tempatnya :
gunung. 14
B. Seni Bangunan
Kompleks Sunan Giri seperti telah diuraikan pada Bab
Pendahuluan, terdiri dari kompleks makam dan kompleks masjid.
Kompleks makam Sunan Giri merupakan suatu pemakaman
yang luas hampir memenuhi daerah perbuk.itan. Batas pada
bagian selatan sampai di belakang pasar desa Giri. Batas
bagian timur mulai dari pintu masuk yang ad.adi muka pasar
(sekarang parkir) terus ke utara, kemudian membujur ke barat
sampai pada komplek makam Sunan Prapen. Situs tersebut
memanjang dari timur ke barat kurang lebih 600 meter
(Gambar : 1 )
Di atas situs itulah berdiri bangunan-bangunan makam,
cungkup,
gapura dan masjid, Pembahasan aspek seni bangunan atau
arsitektural dititik beratkan pada bangunan makam utama
dan gapura dengan aspek-aspek kepurbakalaannya. Adapun
kajian terhadap masjid melengkapi pembahasan kompleks Sunan
Girl. Dalamhal ini pembahasan bangunanmasjid, diutama- kan
pad.a masjid yang sekarang dimanfaatkan sebagai masjid
wanita. Hal ini dikarenakan masjid tersebut bangunan aslinya
berasal dari tahun 1544 sebagaimana tertera di dalam inskripsi
pada bagian depan masjid Ainul Yakin. Karena adanya renovasi
tahun 1857 bangunan masjid yangpertama dibangun di situs Girl
94

digeser dan dimanfaatkan khusus untuk ibadah


kaum wanita. Bangunan utama masjid yang ada
dewasa ini berasal dari tahun 1857 M. Sebagai
ganti d.ari masjid yang terdahulu, yang
didirikan pada tahun 1544, yaitu masa Sunan
Dalem (1506-1545). Pada tahun 1960 M masjid
Ainul Yakin disempumakan hingga menjadi
bangunan yang adasekarang.15Analisis

n H. Abu Bakar Atjeh, Sedjarak Al-Qur'an


(Sinar Bupemi : Djabrta, 1955), balaman

95

terhadap bangunan masjid di kompleks Sunan Giri dimasukkan ke dalam


satu kesaman bahasan tentang seni bangunan makam. Urutannya sebagai
berikut.
l , Seni bangunan gapura
2. Seni bangunan makam dan seni bangunan masjid.
1. Gapura
Untuk masuk ke kompleks Sunan Giri dari arah se]atan tersediajalan
melalui gapura. Gapura itu berbentuk candi bentar. Laban di lercng bukit di
selatan candi bentar merupakan tempat pemakaman. Secara administratif
kompleks Sunan Giri dewasa ini (1975) bagian selatannya berbatasan dengan
jalan desa Berdasarkan perbandingan dengan kompleks Sunan Drajat, gapura
candi bentar di kompleks Sunan Giri seharusnya berada pada tingk:at 5 dari
tingkat-tingkat di kompleks Sunan Giri. Keadaan gapura candi bentar ini
sudah sangat rusak, namun pada dasarnya bangunan itu dapat dikatakan
mempunyai bentuk atau pola yang sama dengan candi bentar Wringin
Lawang, yaitu merupakan ripe candi Jawa Timur yang dibelah dua, dan
biasanya bersayap. 16 Pada bagian kiri-kanannya masih terlihat bekas-bekas
303. 13 G.WJ. Drewes, The Admoniitions of Sheh Bari
(Martinus Nijboff: The Hague, 1969),
G.F. Pijper, "Minaret in JavaM,dalam India Antiqua
(Leiden, 1947), 279.
l5 Wawancara dengan H. Abdul Kobar, usia 60 tahun,
Ta'mir Masjid Ainul Yakin Giri,
tgl. 9 Agustus
1975.

94

kaitan tembok, sebagai petunjuk bahwa candi bentar itu


dahulu memiliki sayap. Pada bagian depannya terdapat dua
pilar sepanjang kira-kira 4Y2 meter, sisi bagian bawah pilar
ini agak melengkung ke dalam, Jika candi bentarnya dibuat
dari batu putih, maka pilar itu dibuat dari bahan batu bata,
engan melalui jalan di tengah (yang membelah) candi
bentar sepanjang [ebih kurang 30 meter sampailah ke candi
bentar gapura
(yang besar) pada tingkat 6 dari susunan
bangunan di kompleks Sunan Giri. Bahan bangunan eandi
bentar di tingkat 6 juga dari bahan batu kapur.
Ditinjau dari ketinggiannya, candi bentar besar
diperkirakan sekitar
6 meter, maka candi bentar kecil ini tingginya kira-kira 2
meter. Candi bentar kecil ini merupakan pintu masuk ke
pemakaman tingkat paling tinggi, faitu tingkat ke-7. Adapun
lokasi tingkat ke- 7 k.ira-kira I meter Iebih tinggi dun tingkat
pada dataran di be1akang candi bentar besar. Jalan menuju candi
l1>entar kecil arahnya agak menyerong ke arah barat laut. Di
belakang candi
~ntar kecil terdapat pintu masuk ke makam berbentuk candi
yang pintunya
" R Soekmono, Pengantar Sedjarah Kebudajaan
Indonesia 11. (Trikarja: Djakarta,

1~61) balaman 70.

95

Ir
tembus tetapi beratap. Padajaman Hindu bangunan ini
d.isebutpaduraksa, sedang pada bangunan-bangunan
Islam
dikenal sebagai kori agung.17 Jarak candi bentar kecil dengan
kori agung sekitar 3 meter.
Dilibat dari fungsinya, maka kori agung merupakan pintu
masuk ke
kelompok bangunan yang tersakral sebagai bangunan utama,
sedang gapura candi bentar
sebagai pintu masuk dari
keseluruhan suatu komplek.s. Dilihat dari seni bangunannya
bangunan masjid Sunan Giri juga memiliki pintu masuk ke
dalam
kompleks masjid, juga
berbentuk
padarak.sa.
Kompleks bangunan makam Sunan Giri dikelilingi tembok
sebagai dinding penyekat di sebelah kanan kiri kori agung
tingginya sekitar 1 meter, dibuat agak lebih tinggi dari tembok
yang mengelilingi komplek makam utama. Dinding penyekat
inipun diberijalan masukyaitu kori agung dari arah masji~.
K~ri agung untuk masuk ke makam Sunan Giri pada bagian
selatannya kira-kira
2 meter lebih tinggi dari candi bentar kecil di mukanya,
Gambar no. 1 dan
2 adalah candi bentar (gapura), untuk memasuki makam
utama yang juga melewati candi bentar kecil dan kori agung
yang terletak pada bagian lahan
yang
lebih
tinggi.
Bernet Kempers dalamKepurbakalaan Indonesia,
menyatakan bahwa
candi bentar yang digunakan sebagai pintu gerbang bangunan
suci Hindu
.
temyata juga ditradisikan pada zaman Islam. 18 Tradisi
penggunaan bangunan candi bentar pada jaman Islam juga
terns berlanjut di berbagai tempat, antara lain; komplek.s
Sendang Duwur, kompleks Sunan Drajat, Bayat, dai: komplek.s
masjid/makam
Kuthagedhe .., Bangunan
candi ~:ntar.
96

sebaga~ gerbang
misalnya
Panataran, tetapi
sekarang su~ .r~boh, . Baik c~d1
bentar dari zaman sebelum dan sesudahlslam
memiliki makna sama yaitu
sebagai
gambaran
atau
replika
gunung
Mahameru. Candi
bentar
di Jawa selain
digunakan sebagai pintu gerbang di kompleks
makam-makam Islam di juga digunakan sebagai
pintu gerbang di Bali kuno, yaitu untuk masuk ke
suat bangunan suci,21
secara fisik juga
merupakan gambaran suatu gunung, gunung yang
dibelah dua, 22 Susunan gapura untuk memasuki
suatu

P
a
n
a
t
a
r
a
n
,
B
l
i
t
a
r
.

11 Ibid., balaman 76.


u A.J. Bernet Kempers, op. cit ., balaman
262.
"G.F. Pijper, op. cit i, balaman 279.
_
.
20 Studi Lapangan (Observasi) pada 14
Nopember 1968 di Kompleks Percandrnn

21 A.J. Bernet Kempers, ibid.


22 Ibid . balaman 262.

97

tempat suci terdiri dari candi bentar, dan kori agung menggambarkan
suatu kompleks bangunan suci dari zaman Jawa Timur (1300-1500)
terlukis terdapat pada sebuah relief berasal dari sebuah candi dari
Trowulan. Lukisan tersebut dipandang dari atas (sekarang tersimpan di
museum Jakarta menunjukk.an banyak persamaan dengan susunan gapura
candi bentar dan kori agung pada jalan masuk menuju makam Sunan Giri
sebelah selatan. 23
Gambar no. 3 adalah sebuah relief candi dengan halamannya, temboktembok yang bermenara, dan bangunan-bangunan yang berbentuk seperti
bale di Bali. Pintu gerbangnya yang paling luar merupakan sebuah candi
yang terbelah dua (candi bentar) berdiri menjulang tinggi. Pintu gerbang
kedua (di sebelah kiri belakang candi bentar) merupakan sebuah gapura
(padu raksa).24
Jik.a pada kompleks Giri di muka gapura paduraksa
(kori agung) terdapat candi bentar kecil tetapi pada gambar relief dari
Trowulan tersebut tidak ada, namun tiap tingk:atan-tingkatan halarnan
masing-masing baik. di Giri maupun lukisan relief tersebut sama-sama
disekat oleh tembok- tembok pemisah. Mengingat bah~a relief-relief yang
dilukis pada candi- c~ndi selain untuk kepentingan agama juga menjadi
potret pada jamannya, ditambah dengan bukti-bukti peninggalan yang
masih tersisa di kompleks

96

~anataran
bahwa bangunan-bangunan
suci pada jaman
Majapahit tidak diragukan lagi memiliki susunan dan bentuk
seperti lukisan relief itu. Bila hal itu ternyata benar maka
jelaslah bahwa bentuk bangunan candi bentar dan susunannya
pada komplek Sunan Giri merupakan kelanjutan dari bentuk
gapura candi bentar darijaman sebelum Islam. Apabila kori
agung berfungsi ebagai jalan untuk memasuki bangunan tersuci
maka gapura candi bentar adalah pintu masuk
yang
diperuntukkan bagi bagian luar bangunan suci
)!l\ng bersangkutan 25
2. Makam
Bangunan-bangunan makam utama terletak pada
tingkatan yang
ii' nt:inggi dari pemakaman di Giri. Kelompok makam utama
Giri meliputi
&idang tanah luasnya kira-kira 80 x 75 meter dikelilingi oleh
tembok.
23 Ibid.
:. Ibid.
" R. Soekmono, foe. cit.

97

! ~
Bangunan indu.k dari kelompok makam utama ~~alah mak::m
Sun~.Giri. Makam itu terletak dalam suatu bangunan yang
dinamakan cungkup atau joglo.Lokasi cungkup Sunan Giri
berada ditengah-tengah komple~ m~
utama. Dalam cungkup tersebut terdapat makam Sunan
~1~1, Dewi Murtasiah dan Dewi Ragil. Di sebelah barat
cungkup Sunan Gm terdapa~ cungkup kecil makam dari
Sunan Sedomargi. Di sebelah baratnya lagi bangsal
berbentu.k cungkup memanjang. Di sini dima~
: S~an
Dalem, Sunan Tengah, Pangeran Kidul, Sunan Kulon
(nama_n:1'.15mg-masmg terdapat pada batu nisan). Di sebelah timur
cungkup Sunan Gm juga terdapat cungkup makam Iainnya. Di
samping itu masih banyak makam yang terdapat p~da
kelompok makam utama, namun tidak akan diuraikan satu
persatu. Uraian seni bangunan makam dititik beratkan pada
bangunan-bangunan pada makam
Sunan
Giri.
Cungkup makam Sunan Giri terdiri atas tiga ~agi~,
~d~~n,
tubuh
dan atap cungkup. Fundarnen (kaki) cungkup se~gg1 kirakira Yz meter
dihiasi
dengan ragam
bias sulur-sulur
da~an
n:iel~gkar.
. ..
Tubuh cungkup ditutup oleh dinding-dinding
kayu
diukiri dengan relieftumbuh-tumbuhan, motif-motif teratai,
gunung-gunung
dan ~un~a. Dinding cungkup terdiri dua
bagian, yaitu dinding bagian luar, dan d~dmg bagian dalam.
Dinding dalam menutup bangunan (jirat makam) di luar
dinding luar terdapat ruangan tempat o~a~g m~l~~kan
~iarah ku~ur dan
berdoa. Sampai saat ini makam Sunan Gm ramai diziarahi
orang. Biasanya
98

para peziar ah 1itu datang tergabung dalam romb.


onga.n "Ziarah Wa. lisang. a",
Tidak sedikit dari para pengunjung itu selam
tujuannya berziarah JU~~
memanjatkan
doa lewat washilah (perantarapenghubung)
Sunan. Gm dengan harapan agar
yang
diidamkan
berhasil.
Berdasarkan
~e~bentaan Babad Gresik din ding luar makam
Sunan Giri yang sekarang mi bukanlah yang asli,
melainkan karya restorasi yang dilakukan oleh
Sunan Prapen'. cucu Raden Paku (1545-1625).
Adapun dinding cungkup yang ash kemudian
digunakan sebagai dinding pada cungkup
makam
Su~an Prapen."
Berdasarkan
keterangan tersebut ternyata bah~a dua p1~tu
roasuk pada cungkup makam dan candi bentar
mempunyai ragam hias
yang sama, yaitu
ragam
hias
naga.
u Aminuddin Kasdi, op. cit . balaman
1-40. Infonnasi tersebut sampai sekarang masih
terekan pada tradisi lisan di Giri, Gresik,

99

Dalam kepercayaan di Nusantara baik kepercayaan dari z111trn11 pm


sejarah maupun dari zaman Hindu Bud.ha, naga selain diauggup H(jbJ~B>ll
binatang suci,juga memiliki makna yang memiliki pengaruh snngttt chth1111
kehidupan kerokhanian pada zaman itu. Oleh karena itu wuj1u hilu
kehidupan masyarakat dengan karya ciptanya juga sangat kuat c1'pcnnurnhi
oleh lambang atau sirnbol-sirnbol tertentu seperti keris, pusaka, dart
tempat-tempat suci, seperti candi Naga di Panataran, dan Pura Kehen di
Bali. Se-hubungan dengan itu diduga kompleks Giri merupakan situs sakral
sebelum Islam, kemudian tradisi penggunaannya diteruskan masyarakat
setelah mengalarni islamisasi. Kontinuitas tersebut karena makna-makna
berbagai unsur artefak dari zaman lama itu bersesuaian dengan ajaran
Islam, tentang kesucian, keabadian (baqa), dan kehidupan dunia yang
fana dari zaman sebelum Islam sejiwa dengan ajaran Islam. Dengan
demikian berbagai unsur budaya lama seperti relief, bentuk bangunan,
bentuk ragam hias, lay out suatu situs secara tradisional pembangunan
dan pemanfaatannya terus berlangsung karena peninggalan-peninggalan
tersebut itu memiliki kesamaan makna, khususnya dengan unsur-unsur
ajaran tasawuf, yaitu kesucian dan keabadian.27 Bangunanbangunan
~epurbakalaan Islam lainnya yang berasal dari zaman sebelumnya di
antaranya ialah kompleks Sendang Duwur dan kompleks Sunan Bonan di
i\uban.28
Atap cungkup makam Sunan Giri berbentuk atap tumpang dengan
bersusun tiga, dibuat dari sirap {kayu). Atap yang terbawah tampak sangat
mnsif, berbeda dengan atap yang menumpang di atasnya terlihat lebih
meninggi, sedang atap teratas berbentuk limas (piramid) lebih tajam
menjulangnya. Keempat bubungannya bertemu pada titi.k di atas puncak
3-ang kemudian ditutup oleh penutup yang disebut mustoko.

98

r1 Diduga adanya unsur mistis pada makna simbolik ini


para penguasa robani di Giri
111111 dianggap sebagai counter elite dengan basis kekuasaan
di Zpesisir Utara Jawa oleh l~nasti Mataram, dilawan
dengan mitos bahwa Raja-raja Mataram mcngawini Ratu
Kidul
gai penguasa Lautan Selatan.
:za Di pintu masuk situs Sunan Bonang, yaitu pada pintu di
dapan kori agung terdapat
111111 lingga dalam ukuran besar, dan yoni (sekarang dismpan
di mueum Kernbang Putih,
~b.an). Menurut pembancaan M. Habib Mustopo inskripsi
pada gebyog makam Sunan fiurakbmad adalah 1407 C.
Atau 1485 M. Selain itu nama bukit tempat situs
Sendangduwur
*"lluat bukit Amitunon (Jawa : tunu - rnembakar). Diduga
situs itu pada zaman sebelum lltm adalab tempat
pembakaran jenazah.

99

Pada keempat bubungan tersebut terdapatukir-ukiran ikalikalan yang lengkungnya menonjol


keluar sehingga
memberikan kesan seperti air berombak. Pada "mustoko"
yang berbentuk bulat, keempat bubungannya
diakhiri dengan ragam bias daun bergerigi tiga menempel
pada mustoko,
sedang pada bagian bawahnya diakhiri dengan ukiran-ukiran
yang kemudian
membentuk
lengkungan
keluar,
Bangunan berbentuk cungkup ataujoglo tersebut
tampaknya juga
telah menjadi salah satu tipe bangunan suci yang telah lazim
dipakai oleh masyarakat pada zarnan itu, seperti atap pada candi
Jago clan candi Bayalango di Tulungagung. Relief yang juga
melukiskan bentuk suatu bangunan suci
berbentuk cungkup seperti halnya pada cungkup Sunan Giri
terdapat pada
candi Tigawangi, bagian dari prosesi atau rangkaian ceritera
Sudamala.29
Candi Tigawangi
yang juga disebut dengan nama
Kusumapura menurut pemberitaan Pararaton, dalah tempat
pendarmaan
Bhre Matahun, suami sepupu Hayam Wuruk
Rajasadubitaindudewi, puteri Bhre Daha." Gambar no. 4 dan
5 menunjukkan
cungkup
makam
Sunan Girl dan
prototipenya
dari
relief
Tigawangi.

candi

Jirat Makam Sunan


Giri

Ji.rat makam Sunan Giri dibuat dari batu putih sisi


sebelah selatan bentuknya tersusun dari pelipit bawah sebagai
dasar jirat, di atasnya terdapat bidang persegi empat agak
tinggi sebagai tubuh jirat. Di atas tubuh jirat ditutup dengan
pelipit yang lebih besar daripada pelipit bawah, clan pita-pita

G.F.Pijper ~~inaret in Java menyatakan bentuk cun~


seperti fllld~_mak~ Sunan Gm, mempunyai tipe sama dengan
bentuk bangunan lnftSJtd-masJtd Jawa kuno, dapat dikatakan
memiliki struktur atau susunan ynng sama dengan bentuk
tubuh candi, terdiri dari soubasement {kaki)
tubuh candi, clan atap."
'
Dilihat d~
bentu~ p~dament cungkup yang massip
mungkin merupakan kelanjutan dari kak.i candi, sedang
tubuh cungkup terdiri dari Pf.\Pan dengan relief ~buli~buhan, gunung, dan hewan merupakan ffilmbaran tubuh_
candi sebagai tempat kediaman para dewa. Candi atau
ui~gkup sebagai gambaran gunung seringkali juga dihiasi
dengan relief-

ft li.ef tumbuh' hewan, manusia dsb . Ata p cung ku p yang


tumbuhan
terdiri
kecil yang makin ke atas makin kecil sebagai
landasan tempat batu nisan.
Nisan mak.am Sunan Giri bila dilibat dari arah
selatan sseperti sebatang persegi empat, namun
dua sudut bagian atas berbentuk lonjong, sedang
sisi bagian atasnya dibuat seperti kurawal
menghadap
ke bawah. Bagian bawah dihiasai
dengan ragam bias antevik. Tinggi jirat dan nisan
lebih kurang
1
,
1
0
m
e
t
e
r
.

2' AJ. Bemct Kempcrs, op. cit . balaman 95-96.


,. J.L.A. Brandes, Pararaton (Ken Arok) Het Bock der
Koningcn van Tumapcl en

dh.111. beberapa ~gkat, pada puncaknya dimahkotai oleh


ragam hias yang husus, men~Jukkan berasal dari periode
sebelum Islam yang sampai
tt~'lCarang masih tetap terus terpakai sebagai atap
meru di Bali."
~engenai atap tumpang, Soekmono berpendapat bahwa
bentuk itu
~10,pat dian_ggap sebagai perkembangan dari dua unsur yang
berlainan, yaitu
~t~p candi
yang berdenah persegi (bujur sangkar) dan.
selalu bersusun
)t;)rundak-undak dan puncak stupa yang ada kalanya
berbentuk
susunan pn~n~-payung yang terbuka (catra).
Oemar Amin Hoesin dalam Kultur Ml.am dan. H. Abu Bakar
dalam Sedjarah Masjid berpendapat bahwa lwnstruks1 atap
tump_ang merupakan tiruan dari model bangunan kayu
hangkok yang pada jaman dahulu dimasukkan ke Jawa."
Ditinjau dari ltiuntn~a pengaruh kebudayaan India terhadap
kebudayaan Indonesia
dtbandin~ dengan pengaruh kebudayaan Cina, pendapat
pertamalah agaknya
)' l\? lebih dapat ~terima. Alasannya pertama, payung yang
merupakan
lmg1an teratas dari susunan bentuk stupa yang
terdiri
darih das ika
'L
ar, sasana,
, yasti clan
I onbna, armt
catra. 34
Ragam bias payung juga sudah dikenal di Indonesia
sejak jaman
belum kedatangan pengaruh kebudayaan India. Ahli
prasejarah
31
'I'/,,
G.F. Pijper, "Minaret in Java", dalam India
Antigua (Leiden : PP, 1947), halaman

van Majapabit (Martynius Nijboff/Albrccht & Co., :


's-Gravcnhagc/Batavia,1920),
balaman 38. Lihat : Hasan Dja{ar, Girindrawardhana
Beberapa Masalah Majapahit

.n Ibid.
lJS AMm. .m_H. o~m , Kultur Lslam, (tabun
li:u
Ode'ma~
1964), halaman 202. Llhar : Abu

Akhir (Yayasan Dana Pendidikan Budhis Nalanda: Jakarta,


1978), Lampiran Gcnealogi
Girindrawardbana.
100

e yara

'asdjid (Smar Bupemi : Djakarta, 1955)


halaman
153
.
,,. Soetrisno
Sedjar. htn I(.
an
Hi d Ba
.
'
hal~an
10~
u esent
gi
ese111a
/)jaw11an K
llll1970),
. 11 Htnd ' , (Stcnsilan,
101

._.

A.N .J. Th. van der Hoopdi dalam Indonesische Sir Motieven
menyatakan bahwa payung digunakan dalam upacara
penguburan, yang disebut juga dengan upacara perubahan.
Yang dimaksud dengan upacara perubahan ialah upacara
ketika sesuatu keadaan yang penting dalam kehidupan
manusia berganti dengan keadaan yang lain. Perubahanperubahan tersebut selalu dianggap sebagai kernatian dan
kelahiran kembali. Orang yang mengalami perubahan itu
diyakini dalam keadaan kritis, dan karena itu harus
diperlakukan sebagai raj a, antara lain yang bersangkutan
dilindungi dengan payung atau dipayungi.35 Kebiasaan
tersebut sampai sekarang masih tetap berlangsung. Hal itu
dapat disaksikan saat penyelenggaraan upacara penguburan
di Jawa. Hal ini terbukti dengan adanya lukisan kain dari
daerab danau Ranau, yang menggambarkan gajah sedang
mendukung rub-rub yang hendak bermikraj : rub tersebut
kelihatan
dipayungi.
Alasan kedua, adanya atap dari bahan kayu
menunjukkan tentang

kesucian kayu dalam kepercayaan Hindu yang disebut pohon


hayat (kalpa
wrksa). Pada alam fikiran bangsa Indonesia purba
didasarkan atas
klasifikasi, dunia atau alam ini dibedakan menjadi dua, yaitu
dunia atas clan dunia bawah. Dunia atas sering dilambangkan
dengan burung, dan dunia bawah sering digambarkan dengan
naga. Di atas kedua dunia ini berdirilah satu alam Ketubanan,
yang meliputi dunia atas dan dunia bawah digambarkan
dalam bentuk pohon hayat sebagai lambang kekuasaan
tertinggi, Pohon hayat juga dianggap sama dengan Brahman
dalam agama Hindu,
inelambangkan sumber
sernua
kehidupan, kekayaan dan kemakmuran." Dengan atap dibuat
dari bahan yang berasal dari kayu sebagai

men yerupa1 atap limas atau 'o I


.
.
Giri. 37 Pada relief candi Tega~ g " se~ert1 atap cungkup
makam Sunan
Sudamala tampak bentuk t angi, yaitu dalam salab satu
adegan ceritera
Pintu masuk bangunan it ~ ap y~n~ ~ama dengan cungkup
Sunan Giri
1 u juga dihiasi de

k 1

pmtu itu juga terdapat ragam hi


ng~n a a, dan pada
kanan kiri
candi_Ja Tidak disangsika b h1as yang Iazim pada pintu
masuk suaru
Tirgawangi tersebut sekalin us
a wa
. gambar b. angunan suci
pada relief
Tigawangi itu sendiri seb g . JU.g~ melukzskan bentuk
tubuh Candi
G"

aga1 mmiatumy B"l


In atapnya bertumpang tiga pad
b a. . I a pada
cungkup Su nan
adalah atap tunggal tidak b '
a garn ar relief dari
Tigawangi etapnya
.
'
ersusun,
namun bentuk
kpunca
mempunya1
persamaan
demikian
.
, bubungan, ad
menyatakan bahwa bentuk , ata p a ?~ntu masuknya_
Bernet Kempers seperti bentuk atap rneru di B ~. ~:nd1
i_nduk Panataran diduga dibuat
perbandingan yang di
k a 1. Dan fakta-fakta
berdasarkan studi
da tl h myatakan babwa
bangunan
tpapar
pa a bentuk
cungkup S
'an
una
di
G" . kb
I
nmaka
in Sususnya da n cung ku p-cungkup
wa I Iainnya
rnakam
.
misalnya
lambang
kekuasaan
tertinggi
(Brahman)
hal
ini
dimaksudkan untuk

sebagainya temyata m
k m un~n Kudus, Sendang
Duwur dan

erupa an kelan1uta d b
penode Islam. Secara fisik b
kn
n an_ angunan
suci sebelum
maupun bangunan suci yang teen~
ya sep_ert1 candi
induk Panataran dari abad 14 M ( 1388).
rpa at
pada relief candi Tigawangi, berasal
menunjukkan gambaran Tuhan Yang Maha Esa dan orang
yang jasadnya
dipayungi di bawahnya telah mendapat rahmat-Nya dan
diterima kembali oleh Tuhannya.
Dari beberapa relief candi Jawa Timur terdapat lukisan
bangunan
rumah yang atapnya berbentuk limas atau joglo.. Misalnya,
di Panataran pada relief yang menggambarkan taman raja
Rahwana. Pada bagian belakangnya terdapat bangunan bale
kambang. Bangunan tersebut atapnya

Pada bagian selatan korn leks


pnJing beiakang (III) di atas a p
~akam utama, terletak pada
halaman
knrang. Adanya unsur batupkgamya .dlletak.kan tumpukantumpukan batu arang itu men .
menara yang ada di setiaptk sudut d .
ginga an kepada
bangunan
Yrtng menggambarkan ka
k
an teras-teras candi induk
,,Panataran
.
rang- arang yan
. 1
11t1d1 untuk
g rnenje askan sifat
c.
gunun
SIJ.a
menggambark
gunungnya 40
an t g
d
nlns pagar- bagian seiatan, yaitu di kiri ;ya ita~ah batu karang
asli di
lth1lah gambar pagar yang di atasn
d_anan kori agung,
Gambar no. 6
oinplek utama makam Sunan Giri. ya Iletak.kan batu-batu
karang pada

"Ibid.
102
103

Dari makam-makam Islam tertua dapat dilihat


adanya dua macam bentuk rnakam Y aitu buatan asing
dan makam Indonesia. Jenis yang pertama adalah jirat-jirat
makam yang dibuat di luar negeri, sebagai barang
jadi kemudian diperdagangkan di Indonesia. Misalnya,
makam-makam di Pasei dan makam Maulana Malik
Ibrahim di Gresik. Makam buatan asing lazim disebut
sebagai jirat, tidak memakai nisan, sedang pada makam
Indonesia nisan itu menduduki tempat penting. Makam
Troloyo merupakan jenis
rnakam Indonesia yang mengutamakan nisan, dan tidak
bercungkup.41
Dalam hal ini Bernet Kempers menyatakan bahwa
pemujaan arwah leluhur,42 pada jaman megalitik segi-segi
materiilnya digambarkan dalam bentuk menhir." Menhir
kemudian menjadi
prototipe batu-batu
prasasti, juga
berfungsi sebagai gejala
pendahuluan dalam penciptaan
patung-patung leluhur, patung-patung dewa-dewa dan lingga
pada
jaman
Hindu. Pada periode berikutnya, tradisi
pembutan instrurnen ritual itu berlanjut dalam bentuk batubatu nisan pada makam-makam Islam." Dalam jenis ini
termasuk batu nisan pada makam Sunan Giri.
Kompleks Sunan Giri yang dikenal sebagai Walisanga
setiap hari,
baik siang maupun malarn ramai dikunjungi orang.
Kunjungan ke makam- makam wali, khususnya pada makam
Sunan Giri akar budayanya dapat ditelusuri pada tradisi
pemujaan (Jawa: leluri) arwah leluhur atau nenek moyang.
Manifestasitersebut berjalan sesuai dengan
kebiasaanmengunjungi makam leluhur." Dalam Islam
kunjungan ke makarn dinamakan ziarah. Ziarah kubur,
104

terutama dilakukan terhadap makam orang tua atau keluarga


sendiri yang lebih tua, Maksud dari kunjungan itu ialah untuk
mengenangkan kebesaran Tuhan dan memanjatkan do'a agar
arwah keluarga itu mendapat karunia-Nya." Akan tetapi
ternyata ziarah itu kemudian justru menjadi saluran untuk
meneruskan kebiasaan lama, sehingga apa yang sebenarnya
dilarang dalam Islam, yaitu pemujaan sesuatu selain kepada
Allah kemudian menjadi bagian dari kehidupan rohani
sehari-hari. Leluri itu terutama
Uka Tjandrasasmita, 'Majapabit dan Kedatangan
Islam serta Prosesnya", dalam
700 Tahun Majapahit (1293-1993), Suatu Bunga Rampai
(Dinas Pariwisata Jawa Timur
: Surabaya, 1993), balaman 277-289.
42 A.J. Bernet Kempers, op. cit . balaman 15.
0 M. Habib Mustopo, op. cit .. halaman 30.
"' AJ. Bernet Kernpers, /oc. cit.
"' R. Soekmono, op. cit., halaman 31.
Ibid . halarnan 82.

105

ditujukan kepada orang yang mempunyai kedudukanlebih dari


poa..da manusia biasa. Misalnya kepada para wali yang
termasyhur.utara laina Sunan Giri. Dalam perilaku ini maka
orangpun tujuan utamanyaninta
berkxeah selamat panj~g
umur, min ta rezeki dan sebagainya, tidak langsung kerp ada
Tuhan: melainkan dengan perantaraan (Arab : washilah)
arwaha wali yang bersangkutan, yaitu di situs makamnya.
D~l~ p~
ini digambarkan bahwa posisi Allah
sederr=iikian tinggi dan dernikian jauhnya dari manusia,
sehingga diperlukan pe =rantara atau washilah dari mereka
yang dianggap sudah dekatengan-N''y-a. Adapun
mereka_yang dianggap sudah dekat itu adalah nenek moyangg
yang telah kembah ke alam Ketuhanan, yaitu rnereka yang telah
sampai _ pada status (Arab : '!1.aqam) manusia sempurna atau
insan kamil. Oleh rnasyarakat para wah itu, pada rnasa hidupnya
dianggap telah memiliki status, martabat, clan akhlak yang
mulia, ilmu sudah demikian tinggi,jauh meleb:>i.hi rnanusia biasa.
Kelebihan-kelebiban itu dipercaya sebagai petunjuk bahvvsa
wali-wali terse but tela~ rnencapai derajat dekat dengan Allah
(Arab : mu -q orrabin).
Meskipun pemujaan kepada wali-wali dan erang-ora m
g keramat didapati juga di perbagai negara Islam di luar
Indonesia, namurn lrunjungan ke makam-makamkeramat

104

dengan membak.ar kemenyan, menalburkanjenis bunga tertentu


merupakan tradisi sebagai kelanjutanbelaka darri pemujaan
arwah nenek moyang pada jaman sebelum Islam."
Akhirnya dapat disimpulkan, meskipun makam Sunarn
Giri
telah mengalami
beberapa kali pemugaran,
sebagaimananuam-makearm para wali pada umumnya, namun
sampai sekarang bangunan-bangunan pada makam Sunan G~~
masih menunjukkan aspek-aspek kepurbakalaan baiJk
segi
fisi.k,
maupun
jrwanya
3.
Masjid
.
Ma~jid Sunan Giri terletak di bagian paling timur pada
kon:i.pleks itu. Dan arah timur atau depan, bagian itu
merupakan bangunan pa.da halaman paling depan (halaman 1).
Dengan makam utama yang situsnya berada di halaman paling
belakang
(halaman III) bangunan masjid dilbatasi oleh
kelompok pemakaman (halaman II) yang terletak antara rnakarra
tatama dan
47 R. Soekmono,
44 Ibid.

ibid .. balaman 82.

105

..
. halaman I dan halaman Ill sekitar 30
meter. Un~ rnasjid. Jarak antara
b k b lab
timur makarn terdapat kori masuk ke makam utama pada tern
o se e
a~g
yang be=~
~e~~!1:~~:=:a~:~~:~!=:rX:;!
m~ k~ atas m
:c
nama . Masjid Muhammad
Ainulyakin, dan inskrik ps1hyang15m44enMye~ 1857 M. Menurut
keterangan A.Cboiri Mustajib
ang
a ta un
G" G
ik, bangunan
k
Ketua Panitia Penelitian clan Pemugaran Sunan m
a
seb
r~s
agai
1 d . tab
1857 M dan an
disempurn
masjid yang ada sekarang berasa
an
~
1 'd
tahun 1544 M
1
. d 1960. Adapun masjid yang ash, berasa
~
.
..
. agi pa a
saka
ru-nya dilestarikan
menjadi rnasjid untuk
4
Ker~gk; ba~;r~:. ~ sebel:: selatan Masjid Ainulyakin.
Berdasarkan wamta, an
rentan annya sekitar
dari 3 1/2 meter dapat adanya saka guru yang
g
.. d t
but Adapun bentuk atapnya diperkirakan besar dari
bangunan rnasji erse
.
.. d Giri yang ada
Keseluruhan bangunan
masji
juga berupa atap nn:11pang..
. tabun 1857 M
50
dan 1960 M.
sekarang adala~~:~:i::~:id-masjid tertua dari
permulaan ja~a~ Dengan .
.
akah lcirakira bentuk masjid yang ash di
Islam dapatlab d1ketabm bagalD1an
..
akam Sunan Giri, misalnya masjid Banten.
. kompleks m
.. 1
artik lnya "Minaret in Java"
yang dimuat
MenurutG.F.PiJperda am
e
. .
.
.
as arakat dIslam di Indonesia di kepulauan
In onedalam India Antiqua, m Y
.. d
di dibandingkan
dengan model.
ai bentuk model masJl tersen tn,
.
49
sia
mempuny
_ . .
di 1
lam lainn ya yaitu tipe
ash Jawa... d
d1dirikan 1 negara s
'
modelmaSJI. y~g
.
ifik .. cirimasjidtertuadiJawa(antara
Dalam hal ini P1Jper meng1dentl asr cm
lain masjid Banten) sebagai be~t.
berbentuk perseg1
.
.
1 denabnya
di
fundamen yang massiv dan tmgg1

tkan

106

Dari zaman sebelurn Islam telah dijumpai bangunan


suci candi. Denah masjid berbentuk persegi (bujur sangkar)
tidak berbeda dengan denah bangunan candi. Jadi tidak
mustahil unsur tersebut meneruskan tradisi seni bangunan
candi darijaman Hindu. Selanjutnya Pijper menge- mukakan
bahwa
bentuk
bangunan
masjid dapat
dikatakan
mempunyai
persamaan dengan tubuh candi, terdiri dari fundarnen
(dasar) atau
soubasement, tubuh dan atap masjid. Unsur fundamen pasti
didapati pada
2. terletak 1 atas tuk
g selalu bersusun dua
sampai lima tingkat
3. atapnya berben
tumpan , .
kin ke atas semakin kecil
sema
. denganiukk
ah barat (kiblat) dan
mempunya1
ear arah
. bukan barat
.
ihrab penunj
ditanda1 ole~b~=:a(:e;ambi) kadang-kadang dimuka,
kadang-kadang
5. mempunyai
d
.
. k an kirinya di Sunda disebut tepas masji
.
J~gla di an .. d dikelil~gi oleb tembok dengan satu jalan
masuk sebaga1
6. di uar rnasjt

107

setiap bangunan masjid, kecuali pada bangunan masjid atau


langgar yang
didirikan di atas tiang.
Atap masjid, seperti telah diutarakan tersusun dari beberapa
tingkat dalam bentuk turnpang yang diakhiri pada suatu puncak
yang dimahkotai oleh ragarn bias khusus. R.agam bias pada puncak
masjid disebut "mustoko". Bentuk atap turnpang, sebagaimana
terurai di muka (B.2) menunjukkan bentuk persamaannya dengan
atap meru di Bali. Yaitu, bentuk. suatu menara dengan denab
persegi, dan atapnya bertumpang 5 sampai 10 dan mungkin juga
lebih, seperti rekonstruksi candi induk Penataran. Bentuk atap
meru sampai sekarang masih tetap terpelihara di Bali.51
Contoh dari bentuk atap seperti meru ialah masjid
Japara, atap susunnya mirip dengan pagoda. Hal itu dapat
difahami, karena Jepara merupakan konsentrasi penduduk
Cina di Jawa dalam abad XV-XVIII. Masjid lainnya adalah
jalan utama di pintu gerbang muka.
, G.F. Pijper, op. cit .,
balaman 274.
se Ibid .. balaman 275.

106

mamsjid Banten, atapnya bersusun Iima, 3 teratas bentuknya


seperti menara sangat kecil. Fracois Valentijn yang
rnengunjungi IJBanten pada 1694 menyatakan bahwa masjid itu
atapnya bersusun lima. 52
Kemudian 5 tingkatan ini pada masjid-masjid lain
diperkecil menjadi 3 misalnya pada masjid Demak, masjid
Sendang Duwur dan sebagainya, atau Ri~mudian diringkas :Z.
tingkat atau l , namun 2 atau 1 tingkatan dianggap ama saja
yaitu bersusun (bertingkat).53 Relief kompleks suatu
bangunan uci yang beratap turnpang seperti terlukis pada
candi Jago diduga selain morupakan replika dari bangunan
candi itu sendiri juga telah menjadi tipe
umurn bagi atap bangunan sakral pada abad XIV-XVI seperti
tampak pada
r konsrruksi candi induk Panataran dan bangunan menara
pada kornpleks unan Kudus.
51 Ibid .. halaman 276 .
51 G.F. Pijper, op. cit ., halaman 276.
5J Ibid.

107

Ciri-ciri yang lain ialah adanya tembok yang mengelilingi


bangunan masjid di luarnya, hal ini memperingatkan kita
kepada sistem pembagian
halaman
Prambanan5pada
danpercandian 54 sebagaiinana terdapat pada
Panatara 5 Di muka masjid ada pintu gerbang yang
kadang-kadang
n
berbentuk candi bentar (berbelah dua) dan kadang-kadang
berbentuk candi
56

yang beratap
(paduraksa)
Tentang bangunan masjid di Jawa yang tertua,
N.F.Stutterheiin yang
pendapatnya dimuat dalam artikel Soetjipto Wirjosoeparto
yang berjudul
"Sedjarah Pertumbuhan Bangunan Masdjid di Indonesia"
dalam majalah
F AJAR th. 1961 menyatakan :bahwa bangunan masjid di
Indonesia

mengambil dasar dari bentuk gelanggang ayam. Alasannya


bahwa bangunan inilah yang terbesar yang dijUIDpaipada saat
umat Islam di Jawa memerlukan adanya masjid untuk shalat
bersama.57 Pendapat ini kemudian disangkal
oleh Dr.H.J .de Graaf dengan
alasan :
a. Gelanggang ayam adalah tempat untuk berjudi, tidak
mungkin orangorang Islam mernilih tempat sekeji ini sebagai model
bangunan tempat
ibadah.
b. Gelanggang ayam di Bali atapnya tidak bertingkat.
c. Gelanggang ayam hanya dijurnpai di Bali dan di Jawa, sedang
bangunan
58.
masjid hampir tersebar di seluruh di Indonesia
De Graaf berpendapat bahwa prototipe masjid-masjid di
Jawa
dari Gujarat kafena pada uroumnya masjid-masjid
inimempunyai atap bertingkat serta dilingkupi parit-parit

a. Bangunan-bangunan keseluruhan m
.
yang telah ada, seperti menara
~gambil bentuk
bangunan-bangunan
b. Pendapa-pendapa denabn a rnas~1d Kudus.
c. Tentan
..
Y persegi.
g atap masjid merupakan penyempumaan dari atap
joglo. 60
keben Dari uraian di a ta s pendapat pertama dan terakhirl
ayang mendekati
"'"'.'' dengan alasan sebagai berikut.
ah
. ban~an
Bangunan-bangunan
masjid
suci darijaman
sebel memI pl unyai. banyak
persamaan dari
b. Fungs
id
um s am

I maSJI mempunyai herb


.
dan b
aga pers

.
dengan pendopo

surau
erugak. Dalam hal ini kare
i
amaan
sebagai selokan untuk berwudu.~ Hal ini tak dapat
dibenarkan o\eh Soetjipto Wirjosoeparto dengan melihat
kenyataan bahwa masjid di India denahnya berbeda
dengan denab masjid di Indone- sia. Di samping itu
masjid di ]ndonesia tidak mempunyai selokan untuk
berwudu. Soetjipto Wirjosuparto berependapat bahwa
prototipe masjid di
Jawa adalah pendapa-pendapa di Jawa dari jarnan
kunc dengan alasan sebagai berikut.
5s4s IAbi.dl.. Bemet Kempers, op. cit .
halaman 148, 225.
5s' GSo.Fe. tjiPpitjopeWr,
iorjpo.soceitpa..rtoh,ala"mSeadnja2ra7h6. Pertumbuhan

Bangunan
Masdjid di lndonesia" dalam Majalah FAJAR
7
Nomor 21 Tahun 1961, halaman 8.
.. Ibid .. halaman 17
"'Ibid .
108

da 'wah para wali.

na para pemudalah yang


menjadi ,tujuan

.
Demik.ian gambaran rekonstruksi m
.
Jaman_tertua di Jawa. Berdasarkan bukti b en~en~1 bangunan
masjid dari
~tas ~ya
bentuk. masjid di kom leks -S ukti ar~e?logis
dan analisis di tidak jauh berbeda dari gambaran p
un~
Gm pada abad XV-XVI yang kerangkanya (Jawa - rag
yang t)elah dipaparkan. Dari masjid kecil
sekarang dilestarikan
d .
. . angan , khususnya
bagian
sak
seki
pa a masjid wanita di G" . .
..
a guru,
. .tar 9-10 meter pesegi sebagaimana te
m itu. _MasJ1d
dengan ukuran
Gm, kemudian pada 1857 M di
rk~nservas1 pada
masjid wanita di
?leh ~ua~ panitia yang dipimpin o~=~~ah;:,1 secara total atau
menyeluruh m~ps_1_ berbahasa Arab pada sebel~h ~oub
s~~a~aimana tertulis pada
Inskripsi itu menerangkan bahw
an.~
pmtu
masuk tengah
rda hari Abad Pahing, bulan :::::::::!"J'dAllulyakin
telah selesai emikian pada bangunan baru itu b b
un
1857 Miladiyah. Namun tampak danjuga terns digunakan ~erapa unsur kepurbakalaannya masih
gapura, maupun 3 pintu masuk ke dal:lnya -~ada bentuk atap,
pin tu masuk keadaan masjid yang sekaran
masJ1d.
Gambar no. 7 menuniukkan
B
g.
:i
atap tumpang
a.
.
ddl\ga . entuk
dipergunakan
pada seba
masi.1.d yganrmg anda terura1
pada Bab III B2 , yang
d~;gan sebuah relief pada bagian can:i ~ sekarang dapat
dibandingkan angun pada 1343 M.'1 Ban
. ago
yang menurut Stutterheim
gunan cand1 Jago yang sisanya rnasih dapat
' Ibid .,halaman 7-8
" A.J. Bernet Kempers, op. ci.t ., halaman 208.
109

I,
i
I

disaksikan sekarang, merupakan perluasan dari bangunan


makam a~u pendharmaan raj a Wisnuwardana: ( 1248-1268) ~
jaman se~lurnnya, yaitu dari Singasari. Menurut analisis
Stutterheim lukisan meru ttu merupakan gambaran dari
tubuh Jago itu sendiri. Can.di in~uk Panataran yan~
soubhasemennya berlantai tiga bagian atapnya diduga juga
berbentuk sepern meru." Berdasarkan bukti-bukti di atas
ternyata bahwa penggu~aa~ konstruksi atap tumpang terus
berkesinambungan pada atap-atap masJ1d.?1
Jawa yang tertua khususnya masjid Sunan Giri, clan pada bentuk
atap ~asJl~
sekarang. Gambar no. 8 adalah relief meru dari bagian
belakang dan candi
Jago dan rekonstruksi candi induk Panataran.
..
Berdasarlcan inskripsi di lis bagian depan, menunjukkan
bahwa masjid
di situs Giri didirikan pada tahun 1544 Miladiyah (Masebi),
kemudia~ direstorasi tahun 1857. Masjid ini semula berada di
Giri Kedaton sebagai kediaman Sunan Giri (Raden PakuPrabu Satmata). Alasa~ yang memperkuat antara lain,
bahwa di Kedaton terdapat berbaga1 bekas peninggalan
dari jaman Islam tertua. Misalnya be~as fun~en,
makammakam clan sebagainya Adanya berbagai bekas pemnggalan itu
memperkuat dugaan bahwa di Kedatonlah dahulu tempat
ma~jid dan ke_diaman Sunan Giri." Adanya fakta-fakta di atas
temyata yang lebih dahul~.dibangun adalah makarn Sunan Giri (
1506), baru kemudian menyusul mas]i<lnya pad~ tahun
1544. Dengan demikian ditinjau dari sistem kepercayaan dan
kehidupan kerokhanian masa itu, yang menempati posisi prime~
ad~l:mmak~ S~an Giri, sedangkan masjidnya bersifat
sekunder, sebagai fasilitas bagi pez~ru:311 yang sejak kernatian
Sunan Giri terus bertambah banyak. ~amun ?emikian bahwa
penempatan masjid dan makam_p.ad~ s~tu lokas1 atau situs
yang dianggap sakral seperti yang dalarn tradisi dianJ~~ ole~
Ma_ulana Iskak, karena memang dari zaman Hindu ada
herbagai raja (raja-raja Mataram) dan juga wali ketika masih

hidup telah menunjuk tempat pe~akarnannya. Biasanya yang


dipilih adalah sebuah bukit kecil suatu 10~1
yan~ ~lam
masa tersebut sudah dianggap suci." Misalnya Sunan Gm
sendiri, dan Sunan Gunung Jati, Meskipun deroikian
anggapan bahwa tempatnyalah
6
5

C
.
R
a
g
a
m

engan pembahasan mengenai seni bangunan p1ulu komplek Sunan


Giri terdiri dari pengungkapan dari unsur-unsur seni bangunnn;
gapura, makam, clan seni bangunan masjid maka pembahasan
mengenai
n~gJtm hias pada komplek
Sunan Giri untuk
roemudahkan pembahasanjuga mengikun urutan
di atas.
Pembahasan ragam bias dimulai dari ragam bias gapura,
makam dan ragam hias pada bangunan masjid.

H
i
a
s

1. Ragam hias gapura

S
e
s
u
a
i
d
,I

Pada gapura candi bentar (yang besar), ragam hias yang


masih tersisa adalah 2 ekor naga yang disangga oleh 2 pilar
di muka masing-masing belahan candinya. Kedua kepala naga
bersikap tegak lurus menghadap ke muka, mulutnya menganga,
gigi-gigi pada rahang atas masih jelas kelihatan. Pada bagian
luar rahang atasnya terdapat garis-garis yang berpusat di
keningnya. Di atas kepala naga terdapat semacam hiasan,
mungkin bagian bawah dari mahkotanya yang terpotong,
Adanya mahkota itu dengan bekas potongan sebagai lubang
tempat kaitan pada puncaknya Rahang ragam hias naga pada
yang suci masih tetap tampak
"Ibid .. balaman 207.Lihat R. Soekmono-lnajati A.
Romli, op. cit: balaman _76. "Lembaga Research
Islam Malang, Sejarah Pe~!uangan_ dan Da wah
Islamiyah
Sunan Giri (Panitia Penelitian dan Pemugaran Sunan Gm
: Gresik, 1975), balaman 8. "' A.J. Bemet Kempers,
op. cit., balaman 238.
~ Agus Aris Munandar, toe. cit.
110

pilar
sebelah
timur
telah
putus, hingga kelihatan
sambungannya dengan moncong naga. Sambungan itu dari
jenis bahan yang berlainan, yaitu dari batu putih, Pada pilar
sebelah timur inijumbai di belakang kepala
naga masih
bersisa, Ragam hias naga pada pilar sebelah barat mulutnya
masih utuh, tetapi jumbainya hilang. Di atas rahang bawah
terdap~t penyangga yang menempel pada leher sebagai
penyangga kepala naga hingga tampak lebih kokoh.. Boleh
jadi naga-naga tersebut mernang berjenggot.. Bila kepala
naga bersikap tegak lurus menghadap ke muka (selatan)
maka tubuhnya terletak di atas pilar dan ekomya menempel
pada tubuh candi bentar. Bagaimana posisi tubuh naga itu,
apakah ditumpangi oleh ragam hias gunung seperti pada pintu
masuk Sunan Prapen yang asalnya dari makam Sunan Giri,
ataukah sama seperti pintu masuk bagian dalam makam
Sunan Giri, tidak dapat dipastikan, sebab tubuh naga itu
sendiri
telah rusak. Namun di kedua pilar dan tubuh candi bentar
terdapat bekasbekas yang menandakan bahwa kedua ragam bias (patung
?) naga itu memang menempel pada pilar dan candi bentar.
Jarak antara kepala naga clan candi bentar kurang lebih
3 Yi meter. Bila candi bentar dan naganya dibuat dari batu kapur,
maka pilarnya beragam hias tumpal dari bahan batu merah..
Gapura candi bentar pada kompleks Sunan Giri sudah sangat
rusak. Sehubungan dengan itu tidak dapat dijelaskan
Ill

. cungk:up makam
Selain gapura candi
ada
masu Sunan
bentar
.
k
Giri
juga teradapat ragarn bip( u pmt
1'
as u ar naga) D" uka 1
.
menurut
Babad G
'k d. . . 1 m
te ah
disebutkanpemberitaan
bahwa
resz mding l
ku
rapen berasal dari
b
uar cung P makam
P
dindinfi'
Sunan

bagaimana bentuk dan ujud uk.iran yang m.engbiasi candi


bentar tersebut.
Berdasarkan polanya (pola) gapura bentar itu bentuknya sama
dengan candi
bentar Wringin Lawang atau bentuk pada relief dari sebuah candi
yang berasal
dari Trowulan yang sekarang disimpan di museum Jakarta-"
Seperti telah

Keterangan itu selain diberita{; :i~~gian depa~ ~ungkup


Sunan Giri.
ragam bias pada pintu masuk k
abad Gres1k Juga

terurai di muka. Gambar no. 9 adalah gambar ragam bias ular


yang terdapat pada pilar sebelah barat dari candi bentar pada
kompleks Sunan Giri,
Telah dikemukakan bahwa di muka masing-masing
belahan. candi
bentar
kira-kiraterdapat
sekitar pilar yang menyangga naga, panjangnya

diperkuat adanya hingga rnenjadi tiga rangkaian de~ ::;:

~
4,5 meter, berbentuk turnpal. Bagian sisi selatan pilar sebelah
bawah dil>uat agak melengkung ke dalarn sebingga seolah-olah
sisi bagian selatan tersebut bila dilihat dari sarnping memberikan
kesan sebagai bentuk sebuah sisi mangk.ok. Bagian muka
(selatan) pilar ini dibiasi dengan relief berm<>tif tumpal, yang
ragam bias pokoknya berbentuk segi tiga terbalik dengan alas
bagian atas diapit oleh dua segi tiga silcu-siku yang kedua sisi
roiringnya berimpitan dengan kaki-kaki segi tiga yang terbalik
sehingga titik-titiksudut alasnya berimpitan dengan dua buah
titik-titik sudut puncak kedua segi tiga silcu-siku. Dengan
demikian secara keseluruban ragam hias itu membentuk ragam
bias nnnpal persegi empat. Pada bagian atas segi tiga yang
terbalik dilukisi dengan reliefkala yang sebagiannya disamar
dengan ikal-ikalan daun- daunan, namun pad.a mulut dengan
gigi/taring, serta bidungnya masih tampak
jelas. Bidang di bawahnya dipenuhi dengan ragam bias
ikal tmnbuhtumbuhan yang membentuk sudut lancip. Dem.ikian pula kedua
segi tiga di sebelah kanan kiri ragam hias tumpal itu dipenuhi
juga oleh ragam hias ikal turnbuh-tumbuhan dalam
bentuk
lebih sederbana. Di bawah ragam bias

mak~m (dalarn) berbentuk naga,


bentar. Bila hal tersebut bena
gka garn bias naga dengan
gapura candi
r~
~rarag
hi
ragam bias naga pada
asuk
. am as naga pada
gapura
pintu m
.
Pada ragam bias naga pada cungku pa:admdm_g_luar
terdapatperbedaan. pada makam Sunan Prape
p
unan Gm yang sekarang berada
n naga-naganya d"tum

~ung-gunung yang terdapat pada ked


l
pan~i
oleh ragam bias
kelihatan sekitar 1/3 tubub
b .
ua1 gawang pmtu
k~=
tersebut.
Yang lainnya
oleh u
ag1an atas
dan 1/3 bagian
ekornya,ditumpangi
1/3
belumdiketahui bentuknyak
~ung. Pada ragam bias
naga di gapura Pada ragam bias naga
. t
arena e~bekasnya telah sedemikian rusak yang menghimpit tububpm u
masuk bag1an dalarn tidak ada gunung-gun
.
. .luar yang dipindabk nagak sebagaiman
d
ung dmding
a pa a naga-naga
pada pintuanmasuk
I sI am Malang menyatakan
e
makam
Sunan
prapen.
b h
LembagaResearch
, a wa ragam h.
setempat diartikan seb.
ia
s naga tersebut
oleh penduduk
agGat candra sangk ala "naga kalih
1428 Caka - 1506 M)
wamining
sam .,,yang berbentuk 4 persegi
mrnpal, juga terdapat ragam bias
panjang. bidang- bidangnya dipenuhi juga oleh ukiran ika1ikalan flora, se<langpada badapan

(
di_ bawah Sunan Prap.,; (;:::;: 1'~<.:s;butbdibuat pada masa
kebesaran G~
Gm.61 Gambar no. 11 men . kk se aga1 tengeran tahun wafat
Sunan
keempat
sudutnya diberi garis miring, sehingga membentuk
4 buah segi

tiga pada 4 sudutnya. Gambar no.10 menunjukkan ragam


bias pada sisi depan dari pilar sebelah timur gapura candi
bentar kompleks Sunan Giri.
Pada
bentar,candi
dan bentar kecil yang terletak di antara gapura candi

kori
agung
untuk masuk ke kelompok makam utama tidak
didapati
ragam
hias. Pada kori agung pada keempat sudut atapnya yang
makin ke ataS makin kecil dibiasi dengan antevik-antevik,
sedang di bawah puncaknya juga diberi antevik sehingga
ragam hias antevik yang terbawah (yang di
tengah)
tepat berada pada antevik dipuncak
kori agung.

" A.J. Kernel Kempers,


cit .. halaman 94.
112

m. di.ng luar makam Sun pun1u an ragam hias naga


pada pin tu masuk
luar makam Sunan Giri. an rapen, sernu~a adalah dinding
(Jawa: gebyog)
Setelah
.
.
berb
.memperhatikan
rel_
kompleks Giri
pc
~
timbul
;g~
rtanyaan tentang ukira-ukiran itu
1
1e d1
IH!am sebenarnya ada I
an seg1 a1aran Islam?
Dalam agama
Uerdasarkan dari lbn Abbarangan. untuk melukiskan
makhluk hidu 68
.
uas,Nab1SAW
ahb
P
mon a barang
pem
erk.ata bahwa Allah
y
di P
dan di India tidak
s
1ks
ia
khluk
akan
b,
.
.

pa yang
rnenggambarkan
lfi8 membennya nyawa 69 L
ma
.
arangan tersebut
ersia
hidup sampai ia

L
embaga
Research Islam
lsrrar,
g, op.Malan
cit .. halaman. 158
Ke
.Sedjarah
Jakarta 1957)
se n I
ma
slam 11,(Pembangunan : o
' ~ Ibid .

op.

halaman

113

hi!'fCrll diindahkan." Di Persia dijumpai gambarminiaturnabi


Muhammad (H <i'fus buraq, terbang ke langit di malam mi 'raj.
Gambar ini pernah dimuat kembali dalam majalahLifedi
Amerika pada tahun 1954,71 dan lukisan-

Motifhiasan ular clan burun b

upacara dari raia Candra da . Mg esarmula-mula dijumpai


pada mangkok

lukisan
manusia, raja-raja, dan hewan seperti terdapat
pada kitab
Syahnama karangan Firdusi. 72 Larangan tersebut ditaati
betul terutama untuik ragam hias pada masjid, 73 akan
tetapi tidak pada bagian makam.
Oleh karena itu seni pahat patung dan seni hias di Jawa
yang demikian
maju pada jaman sebelum Islam tersalur dan tertumpahkan
pada unsurunsur bangunan makam, sedang di masjid masjid hanya
mimbarlah yang
diperindah,
juga
nisan, Dari makam itu yang dihiasi tidak hanya jirat, tetapi
cungkup,
cungkup dan bagian mana saja yang
dapat dan tiang-tiang
pantas
dihias." Seperti pada gapura Sendang Duwur dengan sayap
dan gunung- gunungnya dan pada candi bentar makam Sunan
Giri dengan ragam hias

nagan
ya.
Pemakaian
kompleks ragam hias naga (ular) seperti terdapat pada

Sunan Giri bukanlah ha] barn. Menurut sistemberfikir


berdasark:an klasifikasi
dari jaman sebelum
Islam, ular mewakili/menjadi lambang
dunia bawah. 75
Pada jam.an pra sejarah ular dianggap sebagai salah satu
simbol dari dewi
kesuburan. Ular sebagai lambang kesuburan dihubungkan
dengan air, kekuatan hidup dari dewi kesuburan dan pelindung
utama segala kekayaan
yang tersimpan dalam tanah maupun air." Kepercayaan itu
telah muncul

India send i dii



n esopotarru d M.18 Kernudi
a0 an .

260
di
in
mularan
mula ~umpa1
di
I
sungai Sindhu, kemudian di atas ~~~:: ~et~ra1 ~icto~raph)
di lembah
Indonesia 79.
ii di India, Asia Tenggara dan
Pemujaan dan mitos ular ju a me
kebudayaan Cina dan Jepa0.1 g
megang peranan
ng.
dalarn. negen-negeri
it penting
adaanyaraja-rajaNagayangsangat
akti
.
u juga ad~
kepercayaan
sebagai raja dari
lautan yang di
s k 1. Raja naga
dianggap
ltersebutJuga
eong-Naga Raja
Lautan)
m
am
a
soN
.
. . a. n Hay-Liong- ong (Jawa :
leang. yang erat kaitannya den

aga Jems. uu ternyata juga

berh
air
ubungan dengan
Hindu dikenal Wisnu AnangtasPa~nIDUJa~n dewi kesuburan. 81
Dalam agama
uiar Ananta sebagai bentuk ayin, yaitu Wis
I h
di atas
nu seo a

-olah t
an dari a k
. hid
idur
'perwuJud
Bahkan ada anggapan di b ah
upan alarn semesta
Ir
e
.
s2
aw patala (t

gk
in
tan d
terdapat
Wisnu menielma seb
.
a
urua yang
paling
rendah)
nagaAnanta
'J
aga1
.
di atas mahkotanya 83
D
k
yang memikuJ selurub
1
esusasteraa
a am
dunia

dan garuda terdapat dal


n, centera pertentangan
am
naga
.
ir Weda
sya
Suvarnadhaya (bab mengenai buru
yang. rnuda yang
dikenal
kitab Mahabharata pada parw
ng Yang berbulu
indah),
84
a pertama
(Adipa
d
abad
10
.
en
iru
dimuat
dalam
engan
nama
garudeya.
Pada
) C
.
rwa .
tera
terkenaJ

pada jaman batu tua (palaeolithicum) akhir di Eropah khususnya


di Perancis,
kemudian juga berkembang di Asia Barat, Eropah Timur, Mesir
dan daerah lain di Asia termasuk Indonesia.77 Pada waktu

l
I
I

I
I
II
1982.

kebudayaan Hindu berkembang di India, salah satu unsur


kebudayaan
non Arya yang masuk ke dalam kebudayaan
Hindu, ialahmitos permusuban antara naga dan burung
garuda.
.,. David James, Islamic Artt An Introduction (London
: Hamlyn, 1974).
71 Ocmar Amin Hoesin, op. cit., halaman 322.
12 Ibid.
.
Ibid.
.,. Studi lapangan di kompleks Suoan Drajat bulan Dcscmber

15 A.N.J. Th. A.Th. van der Hoop, op. cit . halaman


204.
11
" Mariani Santiko, "Asal Mula Ular (Naga)
dan garuda Dalam kepercayaan
Masyarakat
Indonesia: Malang,
Hindu", dalam Mimbar Ilmiah
(FKIS IKIP Malang
1971),
halaman 6.
11
17 Ibid.
1l
1
11
Il
11
IJ
ij

114

bahasa Jawa kuna masa


. M Ad1parwa
peme
pada
dalam
nntahan diterjemahkan
D
Dengan demikian ceritera ular d
raja annawangsa
Teguh,
juga di Indonesia. ss

an garuda (garudeya) kemudian


dikenal
Pada jarnan sebel um Islam emu.
diperkaya oleh pengarnh ff d S ,bp . jaan terhadap ular/ naga
kemudian
.
.
m u. e aga1 ragam hi k d
.
baik d1gambarkan secara tersendiri ata
b as, e ua bmatang
tersebut
upun ersama-sama dijumpai
pada
,. Ibid.
"Ibid. Halaman 12 Conteh
.
sri
pada
ceritera asal-mula
dan Sadpemu3aan ular sebagai lambang
dewieokesuburan
t
d
ono,
er Hapat. .
anam
7
ibid Santiko
hala '
11 Ibid.

man
.
n Ibid., Dalam agama Budha, na a m
.
.
di bawah pobon bodbi tatkala ada hu1! I abcalinda dianggap
melindungi Budha bersamad
cl Haru n H di .jono Agama Hi d e at.
a iwi 48.
d in u an Budha (Penerbit
1971),
l aman
'
Kristen..ha
BPK
Di k
s

~a
arta
rrnan .
Widyama 1 Ad"
'
"' A.J. Bernet Kem;ea~ o'Prpar;a (hDJJakarta
: 1958), halaman 2.
,
. er ., a arnan 171,186,
219, 227.
115

.
.
uiudan Airlangga, candi Sukuh.116 Dari
makam- candi Jabung, patung per:r J
di bentar
di kompleks Sunan makam Islam tertua selain pada gapura
can i
dii
pai pada can.di
. .
hi
an dipadu dari unsur kala dan naga lJUID
Gm, ragam ias y .g
( b d XIV) dan kedua pilar
pintu gerbang
Kidal (1343), candi Jabung a a
'
da
makamnya
d
Duwur dekat Lamongan yang pa

(bgapanurg
;:!(1585 M). Angka tahun iitu menurut pembacaan
~
~
~
M H bib Mustopo adalah 1485 M.

di
. a ~engenai adanya pendapat bahwa kedua nag~ada
:=:e~:a:
ada kedua pintu masuk pada cung
c_
p m
bentar ataupun P
G.. (1428
1506 M),
karena
kala tahun wafatnya Sunan
dipertan
.
can dr a sengm
unroawabk
.
lebih dapat gg
an
belum ada sumber-surnber ~am ~ang
Hal itu dikarenakan
ada beberapa
secara kronologis mendekatl k~ ~naran. ting dalam sej arah
diperlihatkan
dari
tiwa-penstiwa pen
angka tahun
pens
ar candra sangkala
memet). Misalnya
oleh candra seng~la berbeni:uukik ~amkanb dal( am bentuk. gambar
~I
bulan, pendeta
k
ti Arrlangga dil s
angka ema an
.
1 h W F Stutterheim dibaca sebagai
angka tahun
dan rahu, yang kernudian o e l k . C ta terdapat gambar tiga
ekor belut dan
971 C-1049 M.88 Pada komp e s e
diatur
Bernet Kempers l . dengan rambut pertapa
yanga1~ . b . lik binatang-binatang tersebut sebagai
seekor yang
angka-angka
menafsirkan, arti sun o
gk 1
itu angka tahun
1373
C a- a,1451
andra
san
yai
tahun
da m.ibrab masjid Demak
b entu c
ada yang
dalam
k
M 89Demikianpulagarnbarkura-kurapa. .
iid D ak
: 1401
C

.
gk tahun berdmnya masji
em

menafsirkan
di . . d an (selatan) pada
pilar di muka sebagai an a.

:=~;;

tum

siku yang kedua sisi miringnya berimpitan dengan kaki segi tiga
yang terbalik, titik-titik sudut puncaknya berimpitan dengan
kedua titik sudut alas dan alas segi tiga silcu-siku sehingga
secara totalitas merupakan bentuk 4 persegi panjang. Gambar
no.12 menunju.kkan gambar naga, dan ragam bias tumpal
pada pilar-pilar pintu masuk candi
Panataran.
2. Ragam hias pada makam.
Dari uraian di rnuka temyatalah bahwa makam Sunan
Giri terletak dalam cungkup, mempunyai dua dinding, yaitu
dinding luar dan dinding
dalam, dua pintu pada bagian dalam dan pintu masuk pada
bagian Juar.
Dari paparan terdabulu bahwa dinding luar makam Sunan
Prapen berasal
makam Sunan Giri, Oleh karena itu pembahasan ragam bias
pada dinding makam dititik beratkan pada ragam bias
gebyok yang telah berpindah tempat itu.
Di pindu masuk makam sunan Prapen (semula dari
cungkup sunan Giri) terdapat ragam bias gunung dengan
sebuah puncak terbesar, terletak di tengah, dan dua gunung
lainnya di sebelah kanan kirinya, sebagai replika Mahameru
yang mempunyai sebuah puncak di tengah dengan dikelilingi
4
Iainnya yang lebih rendah, Di sebelah kanan kirinya
terdapat dua ekor
binatang yang membelakangi lukisan gunung yang terletak
di atas kusen
(lintel)pintu masuk, bentuknya menyerupai patung singa kecil
dari Sendang
Duwur, Gambar 13 menunjukkan area singa di atas pintu
masuk. makam
Sunan Prapen. Pelipit di bawah gawang tersebut pada ujungujungnya dihiasi
am bias 1 sisi ep
1479 M.90 A dapun ra g

aldicandiJagodanPanataran.
candi bentar mengingatkan r~g~ bias ukrrp berbentuk
lukisan kala pada
. .1ya,
rnengap1t pmtu mas
Bila ragam
hias
1
Pada
tumpa
hana
ar- . ilp pt ar. yang kl bih kasar dan..1. seuer

segi uga terbalik aga e .


d p
taran hanya
berbentuk segi nga

uk candiJago an ana
pada
pintu mas
.
d
ilar-pilat di muka
candi pilar
bentar
1
. :i~,
.

aka gam h1as tumpa pa a P1


terb , m
ra
kiri
ditambah dua se
ga
S
ahk
"
. . .
kanan
gt
U\..udan
n
kompleks Sunan Gm di
sebelah
cit.
halaman
127.
14 Ibid
.
halaman
262.
.
st Ibid. Lihat: M. Habib Mustop 0 ' 0'P (L bbit IKIP
Ma\ang: Malang, 1961),
u R. Pitono, Sedjarah Indonesia Lama
c
.
ha\aman
27

balaman 262.
"'
AJ.IHarapan,
Bcmct
Kcmpers,
Sinor
3 Agustuso~: cit., k didi ikan" dalam
.
v-pan
1 m MasJ1d
' Dema
90 Socg1ono. """
1973, balaman V.
116

..

dengan ceplok bunga dengan daun-daunnya distiler. Kedua


gawang, kanan
kirinya berhias relief naga (telah dibahas pada bab ragam
bias gapura).
IDaun
bentuk.pintunya
gunung digambari dengan 4 buah gunung seperti
lllenanggungan, puncak tertinggi di tengah, kemudian ada 2
puncak lagi
disebelahnya (libat gambar 10). Lukisan gunung tersebut
diperkaya dengan
uk.iran
tumbuh-tumbuhan. Demikian pula lukisan gunung pada
relief dari

R:edua gawang kiri kanannya. Pelipit pintu dihiasi dengan


reliefberpola ragam
bias meander. Pada gawang di bawah pintu masuk juga
dihiasi dengan felief gunung-gunung berjajar tiga.
Gunung yang di tengah temyata
didukung oleh dua sayap garuda. Tampaknya tubuh garuda itu
disamarkan
dungan bentuk tumbuh-tumbuhan. Gambar no. 14
menunjuk.kan relief- lief gunungpada gawang di bawab pintu
masuk, dan makam Sunan Prapen
)'aqg berasal dari makam Sunan Giri.
117

Bidang-bidang di sebelah kanan dan kiri pintu masuk


terdiri dari 36 lukisan. Masing-masing,
6 bidang di sebelah
kanan, terbagi rnenjad.i 3 jalur mendatar. Demikian pula pada
bagian sebelah kiri. Duajalur diatas merupakan bidang-bidang
yang di tengah dan teratas berbentuk bujur sangkar, dan 4
persegi panjang beragam hias, yang oleh van der Hoop disebut
pola ragam hias ilmu ukur 91 (lihat gambar 13). Bidang-bidang
yang kosong diisi dengan relief bunga teratai, daun-daunan
serta sulur-sulur. Bidang yang terbawah
berbentuk 4 persegi panjang. jalur terbawah dari timur ke barat
selain dipenub.i
oleh relief gunung, tumbuhan dan bunga teratai juga berisi
reliefbinatang.
Relief itu sampai sekarang belum dimengerti maksudnya.
Namun ada
kemungkinan bahwa
keseluruhan
relief binatang
itu
mengamdung ajaran Sunan Giri, yang seluruhnya terdiri
dari 12 bidang. Gambar no. 15 menunjukkan bidang ke 1
sampai ketiga dari sebelah timur. Bidang ke 2 - 3 dari timur
bagian
atas masing-masing
dilukisi dengan
reliefreliefhewanl
binatang buas, mulumya menganga, mata melotot yang
disamarkan ikal
daun, dan di atasnya ada dua ekor burung
terbang.
Lukisan berikutnye. binatang buas tadi lari, dengan muka
mengbadap
ke samping, berdampingan
dengan seekor bangau sedang
mematuk ikan. Pada bidang ke 3 terlihat dua ekor kijang, di
atas pohon-pohonan kelibatan
2 burung sedang hinggap, paruhnya yang satu menganga..
Diduga kedua
burung
itu tengah
berkicau (bercakap-cakap ). Bidang
keempat (hanya sebagian) yang kelihatan terdapat kepala kala
dengan dua sulumyake bawah. Relief ini diperkirakan
menggambarkan pintu masuk gua (bangunan suci],
dan ditengabnya ada tanaman yang tumbuh. Pada sisi yang
lain terdapat 2

Bidang ke 10, memuat relief . dua buah


i
. seekor burung. Lukisan ada b
.
gunung
yang d
.
dan pada lukisan tera~
. ~dang
terbangkan oleh
berikut:ya berupa relief gajah duduk, sama dengan burun b
gaj tersebut kelihatan gembira sekali bersamaGambar 15 di b
ahg angau y~g mematuk seekor ikan
pada paruhnya.
1 aw
memperlihatkan bid
k 8
.
masing-masing bidang dibatasi oleh
. .
~g. e sampai
ke 12. Antara
berbentuk bu lat dan sul
1 pelipit-pelipit dengan bunga
yang mekar,
.
ur-su ur serta daun-daunan
di
(d1styleer).Padapelipit bawah d. d'
. .
.
.
.
yang 1samar
(perhatikan
in mg uu dihiasi dengan relief-relief
14)
gambar
gunung
.
. Pada pintu masuk bagian dalam selain terda at ra
.
. ata~ pm tunya juga terdapat kepala kala bermata
satupK l ~am bias n~ga, di
kelihatan
I
.
a a itu
satu tanngnya
d
~enJU ang. Lukisan (relief) pada dinding bagian dal
an dua sist samping barat dan ti
b id
am
yang muka
dan pola ragam hias ilm kur imur t ~ngnya berpola ragam
hias cermin
teratai dan gun
uu
(geometn) dipenuhi oleh ragam
hias bunga
'
ung-gunung. Kedua sisi sampin dan b
lak
.
luar dalam selesai dike . akan
d
~ . sisi e
ang dmding
belakangnya saja yangl]bel , selan~ pada dmdmg dalam
tinggal sisi
.
um se esai. Berdasark
t di
1disampaikan oleh Choiri M
..
. .
an ra 1s1
rsan yang
dari Palembang namun mealih~taJtl~b,_m~~g !uar sebelah
muka itu dipesan
'
a sisi-srsi lamnya ya
b 1
.
a
kemungkinan
bahwa
ng e um
selesai
adadisini
li dindi
f 1 di
mg- m mg tersebut
dikerjakan
.
Re te -re ief gunung pada di a di .
dibandingkan dengan dari
; mg- mdmg makam
Sunan Prapen bila
1.
diperkirakan berasal dari ta~:ntel5~;nMgberasal _dari masjid
Mantingan,
., melukiskan pandang
d

pohon-pohonan yang artistik 92 B'1l a d'1perhati. kan Iuki.san


buah gunung. Pada bidang ke 5 kelihatan binatang buas
terjepit sebatang
pohon. Bidang ke 6 ada pohon besar, diapit oleh dua
gunung yang mempunyai pintu gerbang. Gambar di bawah
menunjukkan bidang ke 5 dan ke 6. Bidang ke 7, di sebelah
barat pintu masuk, dan bidang ke 8 (sebagain terlihat) (lihat
gambar 15), dipenuhi oleh relief bunga teratai. Pada bidang
ke 8 kelihatan seekor burung di atas seeker gajah (dicat merah)
yang tampak bergembira, seekor burong lainnya di atas bunga
teratai (tidak terfoto ). Bidang ke 9, ada gajah putih belalinya
memainkan (mengambil ?) sebatang kayu, dan di atasnya ada
burung yang hinggap pada bunga-bungaan.

" A.NJ. Th. A. Th. Van der Hoop, op. cit .. balaman
71.
118

an engan
temyata mempunyai bentuk
.
gunung-gunungnya
0leh pucak-puncak lain sepertI~bangtuksamyaa,1tu
puncak
tertinggi
dikelilingi en puncak
gunung
p
.
gunung-gunung dengan d
enanggungan. Relief
menunjukkan adanya pe
. engan tumbuh-tumbuhannya
tersebut
wnum ba i ora
m~Jaan gunung. Kepercayaan itu
merupakan gejala
pernujaan ggunu::: ~;:n;~1a~y;.n~ sampai sekarang ma_sih
bersisa
seperti
arwah para
leluhur 93
u,aman prasejarah gun
~ a ~. an gunung Tengger di Jawa
Timur. Pada ian~glap ~eb.agai
ternpat bersemayamnya
.
am m1to og1 Hmdu gunung diyakini sebagai

=~=;

:: ~;~met
Kempers, op. cit., halaman 264.
op. cit ., ba la manom3, 3Z. aman Hindu (PT p em bangunan :
Dj.akarta, 1954). M. Habib Mustopo,
119

kediarnan para dewa, dinamak.an Mahameru, digambarkan


sebagai puncak gunung yang tinggi dikelilingi oleb 4
buah puncak. yang lebih rendah di
sebelah kiri kanannya." Relief gunung yang terletak di atas
kedua sayap
garuda
dibandingkan dengan pintu gerbang makam
Senclangdapat
Duwur
yang
yang menurut
berkaitanBernet Kempers mempunyai ide-ide tertentu

dengan lambang-lambang sayap, gunung, dan pintu


gerbang. Gununggunung diceritak.an mempunyai sayap sebelum ia menetap
di permukaan
. 95
bUfil1
Text Tantu Pagelaran menceritakan
bahwa bagian
puncak gunung Mahameru di bawa ke pulau Jawa, untuk
memperkuat kedudukan
Jawa. Puncaknya gugur pada saat
dditempatkan tersendiri menjadi gunung Pawitra yang tak dapat
diragukan lagi mak.sudnya ialah gunung Penanggungan "
Mungkin relief di bawah pintu masuk tersebut merupakan
lambang dari peristiwa pemindahan tersebut.

Ragam bias teratai yang banyak digunakan mengisi


bidang-bidang
dinding pada makam Sunan Giri pada jaman Hindu juga
dipakai sebagai
asana-asana patung perwujudan ataupun patung-patung dewa
baik dari
batu
yang maupun
keluar patung perunggu. Pada jaman Majapahit teratai
dari jambangan digunakan sebagai lambang dinasti," sedang
pada periode
sebelumnya,
dari bonggol yaitu pada jaman Singasari teratai yang keluar
digunakan sebagai lambangnya. Menurut Bernet Kempers
bunga teratai

digambarkan meniulang 100 cmi-ci

btersebut adalah ter'Jatai m,erah atauin rtu merupak an pe tu iuk


ahwa teratai
TIJ
ri.
.
.
paui.na.
D1 atas pintu masuk yang berad di
berma
a dalam terdapat
ragam hias kala
ta satu dengan dua
I
encuat rnem
.b
tanng rn
'
punya entuk sama
kala berasal dari daerah
Jawa
dengan
Timur
.
i
taringnya yang besar muncul dari h(tak jelas tempat
asalnya). Taring.

'
ra ang
bawah

dun-dun pada pipi kala candi Jag B


meng:mgatkan kepada
diduga sebagai lambang matahari. iooG entuk mata melotot
oleh para ahli
menghiasi pin tu makam bagian dal
ambar no. 21 adalah
kepala kala yang
R
am.
agam hias kala yang berasal da . .
.
kepala kala di Jawa Timur rnemak . h n jaman lebih tua lagi
merupakan
tanpa rahang bawah pada dasarnyaa~ra ~g ba_wah sedang di
Jawa Tengah tetapi kedok terutama adalah bagian~~:s~ dan
kedok. yang dipergunakan
terbanyak, terutama muka dan mata
gian badan yang
mempunyai sakti
orang
digunak
. pengaruhan
kis
pengaruhjahat.101 Jika di kedok di ,
~enang
India
di Indonesia, khususnya di Jawa kedo ian.ggap sebagai kepala
singa maka
vik
di
(kala) atau hantu. ioJ Hiasan kaJ b
k dianggap sebagai
kepala raksasa
..
a ermata satu pada .
H'
seb
ragarn
hias
antevik-a
t
rnan
a ga1
mdu
d1
gunakan
.
ik
.
dan candi SumbeIJati jan ev arte
pada 1awi, candi Sawentar
dariJ'
M .
.
canamanaJapa
h
i
t
Ada c t ik pu re1r ef..-relt efbewan
me~gan~ung
ajaran Sunan patlah
Giri
da
a
yang
n
adalah mewakili unsur air dalam alam semesta. 98
Makna simbolik teratai sebagai kebangkitan
kembali, kehidupan, clan kebadian sesudah kematian

sejalan dengan ajaran atau pandangan Islam mengenai hari


akhirat.Kadang- kadang bagian belakang dari suatu patung
perwujudanjuga dihias dengan relief bunga teratai. Misalnya
patung perwujudan seorang "ram" berasal dari Jebug
Tulungagung, mungkin Suhita, bagian belakangnyajuga
dibiasi dengan teratai yang sanagat meriah." Gambar no.16
adalah ragam bias dari area ratu di atas. Bidang din ding di
sebelah barat pintu masuk cungkup Sunan Prapen biasan
teratainya mempunyai ciri sebagai berik:ut : daun bunga lebar,
kelopak daun banyak gelombang, dan bunga secara
keseluruban
,.. A.N.J. Th. A. Th. Van der Hoop, op.
cit ., halaman 284. " AJ. Bernet
Kernpers, op. cit ., halaman 262.
" Ibid ., halaman 249-250.
" Ibid ., balaman 221.
,. Ibid . balaman 193.
" A.NJ. Th a Th. Van der Hoop, op.
120 ciot .. halaman 260.
l:

d~n relief bertema ceritera binatan


d
. takan sebagai
be~tuk kelanjutan nnsalnya candi Jago, dan Panataran '~Dan
~~berapa candi sebelumnya, kisah hewan pada pemandian di
bel~ka ernikian pula relief dengan motif
pada Tantri.
ng kompleks
Panataran bersumber
Akhirnya dapatlah disimpulkan bah1.
.
makam Giri merupakan kelanjutan dar]
w~ re ief dan seni
ragam hias pada
dalam bentuk yang lebih sederhana.
penode sebelum
Islam, meskipun
3. Ragam hias masjid.
Dalam uraian terdahulu telah dikem k k
Sunan Giri yang ada sekarang merupak b a an bahwa bangunan
masjid
an angunan perluasan tahun
1854
1"Ibid ., halaman 258.
101
A.J. Bernet Kempers
''Ibid., balaman 100., op.
halaman 247.
103 Ibid ., balaman 207.
,., Ibid., halaman 236. Lihat
.

no,
halaman

cit ..
R Pito
op. ell .,
206.

121

M, sebagaimana tertulis pada profil depannya. Oleh


karena itu dapat dikatakan bahwa semua ragam hias yang
terdapat pada masjid berasal dari
tahun perluasan di atas. Namun beberapa ragam hias masih
I
memperlihatkan

.
Di atas pintu masuk dihiasi lafadz-Iafadz Al Q '
.
ialah surat AI Jurn 'at ayat : 9 dan
ur an. Sal
10
ah satunya
terdapat
inskripsi berbah
A b,sedang pada gawanggawang pintunya

pengaruh kekunaan atau unsur purbakala. Misalnya, pada


Itempat duduk

selesainya
pembinaan asa
ma

sarna dengan relief gunung pada dinding makam. Dalam


hal ini Pijper
mimbar dan pada sisi depan lapiknya dihiasi relief gunung
yang bentuknya
menyatakan bahwa relief tersebut merupakan kelanjutan dari
traclisi pemujaan gunung darijaman sebelumnya.!" (lihat
uraian mengenai seni bangunan). Pada bagian tengah plafon
tepat di bawah mustaka terdapat ragam hias dengan motif
bunga teratai. Berdasarkan bentuk daun bunganya yang lebar,
mestinya adalah teratai merah. Dalam kelopak bunga teratai
itu dihiasi
kaligrafi surat Al Ikhlas. Penempatan bunga teratai tepat di bawah
"mustaka"
masjid semacam ini, meskipun berkaitan dengan masalah
teknik bangunan,
namun juga mengingatkan pada puncak atap candi (sikara)
yang ditutup
dengan batu pengunci. Bagian atau sisi kiri-kanannya berongga,
dan bagian bawahnya diukiri dengan relief teratai merah. Situs
itu dianggap sebagai tempat turunnya dewa ke dalam candi,
untuk selanjutnya menjelma pada
patung
perwujudan.
Analogi dengan kegiatan di atas pemujaan kepada
Allah di dalam
masjid juga memiliki kemiripan tatkala berbagai kegiatan
ibadah dilakukan
hingga memperdekat jarak antara makhluk dengan al-Khalik.
Ketiga pintu masuknya berbentuk paduraksa. Dua
paduraksa dipinggir puncaknya terpotong oleh atap masjid.

ra Inskrips.1 1. tu
:
yaitu H. Ya 'kub, Kuriah, J~~::Z~tang~i oleh P~~ia terdiri dari s
orang
..

menerangkan

d
tentang
tengah, H.Ma 'ruf ketib mas .. d G ~ ketib ushul Gm,
H.Abd.Kohar ketib
bulan Ro~adh~ tahun 127j1H (1~7~~~patandengan hari
Abad Pahing
Dan uraian di atas dapat disirn ulkan b
yan_g terdapat pada masjid seperf . p I' f ahwa, beberapa
ragam hias
MCljapahit di atas palang mimb ~ . _re re gunung, bunga
teratai, sinar meskipun berasal dari pernhi
ar ag1~ depan,
dan bentuk pintu rnasuk
digunakan. Bernet Kem
ibnaan yang ddalcukan pada 1857 M
masih tetap'

pada
pers hubun
erpendapat
bah
~1a Islam
jaman
kwapermulaan
mempunyai
an
d
n
ese
mempunyia hubungan deng g
ekngan~aya ~eseman Bali
dan keduanya
G
.
an gaya eseman Hindu J
.
aya relief pada din ding rnak
S
awa pen
ode terakhir.
lukisan dari Bali. 106
temyata
iarn Denga=~e=~a~rapen
m.irip dengan gaya perbandingan antara seni rag
hi
berdasarkan pembahasan dan dengan seni ragam bias baik
am bias yang _t~rdapat pada kompleks Giri
yang erasal dariJama ff d
n m u ataupun
ragam bias
, se
didug
a
yang
dengan
Pada tiap sudut dan bagian tengah pelipit atapnya
yang makin ke atas makin kecil dihiasi dengan ragam
bias antevik-antevik, Pada plafon yang menutupi atap
terbawah dan atap di atasnya
dihiasi
dengan
gambar-gambar bujur sangkar yang didalamnya

disimpulkan bahwa seni ra~ ~ pembuatannya dengan relief di Giri dapat


kelanjutan dari seni ragam !amd a.s_pada kompleks Sunan Giri
merupakan bentuk lebih sederhana dengas banbJaman sebelum Islam,
meskipun dalam
an e erapa perubahan.
terdapat
lafadz-lafadz
Allah dan Muhammad, sedang di luar
bujur sangkar
itu dihiasi dengan ragam bias ilmu ukur (geometris) yang
ditulisi dengan
kalimat tauhid "Laa ilaaha ilallaahu muhammadar rasuulullah",
Ragam hias geometris tersebut mengingatkan 4 atau 8 penjuru
angin, yang di dalarn kepercayaan sebelum Islam di jaga oleh
dewa-dewa mata angin. Misalnya seperti dijumpai kompleks
candi Larajonggrang, yaitu di Timur laut (Icana),
I
(Surya), BaralTimur (Indra), Tenggara (Agni), Selatan (Yama), Barat daya
I
(Darma), dan Barat laut
(Naya).
I

res G.F. Pijper, op. cit .


halaman 277.
122

D. Susunan Bangunan
Apabila dibandingkan den an k
candi bentar Sunan Giri me ti
g I ompleks Sunan Drajat rnaka
gapura
s mya ter etak pada tingk t d .
unda gan atau tingkat
Di
a
seluruh undag5
belakan
an
~e 6, dan kori agung pada tin ~?:eterdap~t candi b~ntar kecil pada
tingkat
tmgkat ke 7 terletak mak
Sgk
. ~ yaitu pada tmgkat
tertinggi. Pada
Kompleks
ak am unan Gm dan keluarganya.
n,
m am utama bila dilihat d 1
~ompleks Sunan Drajat, rneru akan und an se a~n seperti
halnya
tingkat tertinggi dilengkap. d p
. ak undakan bertmgkat
tujuh. Tiga
lertinggi,
yaitu terletak:pac:a :n~an canrbd1 bentar dan paduraksa. Pada
tingkat
makam
agian te elakang
t akam
Giri S Sunan
y1
terd
a m
terpenting
ap
utu
. usunan tersebut di atas mengingatkan
kepacfu
1" A.J. Bernet Kempe
it
. halaman 207.
rs, op. c .
123

iI

susunan undak-undakan
candi Jago, yang terdiri dari
tiga tingkatan.Pada tinkat paling tinggi clan yang
terbelakang terletak bangunan tersakral clan

Padajaman Hindu susunan halam

terdapat pada kompleks Panatar


p dan dengan Pem!Jagian
tiga halaman

terpenting
dari candi Jago.

Dalam hal arah hadapan atau orientasi, bila


dibandingkan dengan

bkompleks
an. a a

angunan
candi
induk
sebagaj
b
n
andia
angunan terpentin
l)erc
Penataran
gbelakang.
l b

a aman
8 ga empatkan
pada
~~

bangunan
punden
pada gunung
Pananggungan
dan berundak-undak
gunung
Lawu, yaitu candi Sukuh dan Ceta, berasal dari abad 15 M
dikiblatkan pada puncak gunung yang dianggap sebagai
tempat bersemanyam
roh leluhur yang telah didewakan
(kahyangan-tempat Hyang-dewaj'v'.justru bangunan makam
Sunan Giri berada pada puncak tertinggi dari susunan 3
tingkatan
.komplekmakam, danjuga dari keseluruban pegunungan di Giri.
Oleh karena
iiu dapatlah dimengerti apa sebabnya ruangan dalam
cungkup makammakam para wali seperti Sunan Kali Jaga, Sunan Bonang dan lainlain serta

khususnya
seolah-olah Sunan Giri dihias sedemikian bagus dan indahnya
sebagai kamar tempat bersemanyam para raja atau penguasa
yang masih
hidup. Denah di bawah ini merupakan skema kompleks
Sunan Giri dilihat
dari selatan, tanpa memperhatikan
makam clan masjid
disebelah barat clan
timumy
a.
Apabila kompleks Sunan Giri ditarik garis lurus ke arah
timur temyata garis tersebut melewati mihrab, pintu masuk
(tengah) dan pintu gerbang sebelah timur, Bila kelompok

!m
Dengan
Jl.J ~t
demikian ban
Sunan Gm ditinjau dari pertimbangan- erti gunan
.tn8SJ1dpada kompleks
tempat kedua, sedang yang tern t
P unbangaQ tersebur
menduduki makamnya.
pa pertama dan
terpentwg adalab bangunan
Akhimya sebagai penutup uraian ini da at dis.
penyusunan bangunan pada kompleks S
GP. . lmpulkan
babwa cara
l

unda m ' bak d"1lih at dari


maupun dan. tirnur merupakan
n .
k 1 .
e
anjutan
anselatan
cara p
yang
terdapat
pada
kompleks
p
. .
enyusunan
bangunan
.
t
n
atan gkatan yang
mg
a
tm
ada kompleks Sunan Giri dap t
k
na aran Da
gk
dikata
. k tm
an sebaga1
a

d
pun
n dari sistem
ya en berundak-undak b
ng
k
b
~lan3uta
b di
d
er
em ang
pada
mem an kan antara
ana XV. Dengan
Sunan G" S.
kompleks
makam di belakang masjid, merupakan ruang yang memisahkan
antara masjid dan makam sebagai halaman kedua, maka masjid
Ainulyakin (Sunan Girl) menjacli bagianhalaman ketiga atau
terdepan. Seandainya bangunan masjid di angkat ternyata
susunan kompleks Giri terdiri dari tiga halaman, yaitu halaman
1 terdiri dari seluruh masjid sampai ke pintu gerbang sebelah
tirnur, halaman ke 2, terdiri dari kelompok makam dibelakang
masjid, dan halaman ke 3, merupakan halaman paling belakang,

~;fempatmakam Sunan Giri. Kepurbakalaan Islam lainnya,


yaitu kompleks
~~'s\inanBonang, Sunan Drajat, dan Sunan Kudus, mempunyai
susunan yang seperti di atas, Untuk kompleks Sunan Kudus
berdasarkan adanya dua
gapura di dalam masjid juga di serambinya, mestinya
semula berfungsi sebagai pintu masuknya (kuil-pura) komplek
itu. Dengan demikian kompleks Sunan Kudus dahulu juga
merupakan suatu tempat suci dari jaman sebelumnya,
kemudian dimanfaatk.an untuk peribadatan Islam.!"

Kudus, yang sebe!umnya adaJah tempat


~n, endallg Duwur
dan Sunan
bila komp!eks Sunan Giri pada rnasa sebsulc1 seib!eluUI:slam,
tidak mustahi!
ternpa tsuer, . nusalnya
.
tempat perapian (p e um
b k s amJu
. ga
merupakan suatu
keramat.
Tradisi
atau
dianggap
s t itu psampai sekarang emiha aranJella2:ab)
mas
terlest,
.
I us rapen, yang berarti tempat a . t
tikM pada
toponimi
pembakaran.
pi a au tempat
"perapian" atau

'" M. Habib Mustopo, op. cit ; balaman 33.


Abu Bakar Atjcb, op. cit ., halaman 290.
12
4

125

BAB V
KESIMPULAN
K urbakalaan Sunan
Giri,

.
. Bab l sampai Bab IV
Dantentang
uraian ep
.
di
berikut,
sebagai
Ol;;uiu&
lkan
akhiroYa dapa~ah ~~u
dahulu kala telah ada rote
pelayaran y~~
1. Di Indonesia, sejak Jam~.
da
an. Rute ini selain
menjadi
kemudian diebut sebagat jalan per dgang kepulauan yang
lain, juga
pengbubung antara suatu_ kepulauan
engan
a13 lain.
Misa}nya : Cina, mengbubungk.an Indonesia dengan ni!:-;:!
iagangan
ini dimulai dari ounpa, India, Arab dan
sebagamya. lain AmbondanMakasar,kemudian
:Malukudenganpusat-pusatnyaan1313.
~m
Sumatra.
kemudian pecah
menyu~ur pantai utara Jaw~p=ju
ke Cina, yang
sa~ya,
set~lah menjad1 dua cabang. Ke u .
.
Persia dan Arab. Di sepanJang
....elalaui selat Malaka menuju ke Jndia,
tnf"f'""""'ngandankerajaan.
.,,
di bu} pusat-pusa r-~
jalan dagang ini kemu_ tan tun
Mak,asar(Sulawesi
Selatan), Tuban
aJ}tara lain; Tern~e, Tidore, (M~
(abad XVI).
Japara {abad XVl- (Clbad XI), Gresik (abad XIV).
ten(abadXVll)(pesisirutaraJawa),
)(Vill), Cirebon (abad XV1:). dan~
dan.Aceh (abad XVII)
(Sumatra).
palembang, Samudra Pasei (abad
,

3. Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, kbususnya ke


Jawa dapat dikemukalran sebagai berikut.
a. Tidak ada perbedaan pendapat tentang asal-usul agama
Islam, yaitu
tanahArab (Saudi Arabia)
b. Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, khususnya ke
jawa setelah melalui beberapa negara yang terlebihdahulu
menjadi Islam. Misalnya
: Mesir, hem, clan India. Dalam bal ini terdapat perbedaan
pendapat sebagai berilrut.
Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa Islam
yang masuk
Ire Indonesia, langsung dari Mesir. Alasannya. (I) corak
Islam di Mesir
sama
dengan corak ajaran Islam di Indonesia, yaitu
sama-sama
bermazhab
Syafii_ Pendapat ini pelopronya antara lain
adalah Hamka.
"arahn a mempWJyai
tigafungsi, pe~,

(2) adanya hubungan dagang antaxa Arab-Jndonesia sejakjaman


Hindu. (3) Adanya gum-guru besar agama Islam baik: dari
bangsa Indonesia
yang mengajar di tanah Arab. maupun guru-guru besar Arab
yang
langsungmenyiarkanlslamkelodooesia
Misalnya:
MaulanaMn~mad
al-Mustansbir al Abbasi (1407 M.) clan Syeh Nuruddin al-Raniri
(1500).
Kedua, pmdapat yang mmdasadcan kepada fakta-fakta
adaanya peogamhajar.m wujudiyah dari al-Hallaj antara lain
dianut. oleh
Hamzah
sebagai
saramna lalu lintas =~:::)
2 jalan dagang tersebut dalam Se.J
Indonesia, sepert1 :

cendana (Timor), kapur


y berasal dari

kayu
rempab-rempab (Mal~),.
Baran~-barang dari luar
yang dian~t l)arus (Sumatra),~ latn-l~ya. dari India,
sutera dan porselin _(Cma).
1'e lndonesia, nusalany~ . ~
Hi1ir mudiknya
berbaga1 bangsa
..,. edua, berfungsi sebagai lalu lmtas oran~
dap JU
djka-"n ...
1
ga
~ melewati
di Indonesia
a
iaA<U

di Asia Tengg~ ~ususnya


sa-ban sa: India, Cina,
Arab, Portug1s:
'alan dagang ini. M1salnya, bang
~
Keuga
berfungsi sebagai
dan sebagamya.
'
J
Spanyol,
Belanda, lnggns,
A ama-agama Hindu,
Budba, Islam
.
. l
lalu . s keb u d ay aan dan agama. donesi Juga
melewat1. an
Ja
lint
a g
k 1 a
dan Nasrani dalam penyebarannya
e n
126

~
Samsuddin a1:..sumatrani (Sumatra Utara), ajaran
Siti Jenar
(Jawa), peisa:maankebiasaan danadat-istiadat antara
penduduk Gujarat dan peoduduk Indonesia. klmsusnya
peoduduk Jawa. Demikian pula adanya&hamSyi.,ahdan
tiadisinya yangberpengaruh di beberapa tempat di~
sq:ati: MinangJrahau, danAceh memperkuatkesimpulan
bahwa ajar.m Islam yang masuk ke Indonesia ialah
ajaran yang berkembang sete1ah melewati han, Gujarat
(India), dan kemudian ke
Indonesia.. Paraahli seperti Hamb.SnouckHurgronje,
Abubakar Atjeh,

dan sebagainya
pada umumnya
sepeodapat
bahwa
tnasuknya Islam ke
Indonesia
lewat aktivitas
penlagangan
Ditinjan
dari segi waktunya,
tidak tertutup
kemungkinan
bahwa pada abad vn~vm agama Is1aMteJah
sampai di Indonesia,
sebab pada abadteJsebutpedagangpedagangArab juga telah mempunyai hubungan
Iangsung dengan Indonesia (Sriwijaya), maupun dengan
Cina. Akan tetapi barn pada abad X111 tumbuh menjadi
kekuatan riel, dengan munculnya kerajaan islam yang
pertama : Samodra Pasei di Sumatra
Utara.
Batuthah.seperti
Di Jawadiberitakan oleh Maico Polo clan lbn

127

ab. ad XI telah
-d.iketem ukan

J. eJiak bahwa orang Islam juga telah

pada
.
rbukti di le! ta itu terdapat makam
seorang sampai di Gresik. Hal itu tye
~
binti
maemun. Pada inskripsi
putri beragama Islam bemama Fa
akamn
menerangkan bahwa ia
dari
batu granit
yang
terdapat
d:gama
berkembang
wafat
pada
tahun lpa:;:nbad
082 M. Baru
p a

islam

secara pesat.
dan rkembangan Islam itu,
pada tahap Dalam penyebaran
pe
terutama
pedagang Gujarat, pertama, dapat dikatak:an para ~agang,
.
Islam kepada penduduk
secara tidak
langsung menyaampaikand
pend~~-kota
pelabuhan
berikutnya,
setelah pen u
'" asli. Padaseperti tahap
.
. di Islam dan beberapa
bangsawan atau raja
.... ._. Tuban dan Gresik menja
. Isl bersama-sama
disebarkan

(Demak) kemudian am
. - memeluk Islam . .
'
Dalam penyebaran
Islam di Jaw a, oleh raja dan para.1 ahli agama~~~nga
sebagai golongan ahli ag~a
peranan para wah, terutama
.ode tertentu dalam
sejarah Indonesia
tidaklah kecil. Bahkan ada ~tuk pen-alian-kewalen) yaitu
periode untuk
'
ba "periode ew
yang
di
agsaam-masa dari . an
dis.uekbkuat
Islam
Indonesia.
..
pertama
se
Jam ialah Sunan Gm.
;~
~
kelompok wali sanga
di . . dari genealogi.nya, sebegai.mana
silsilah
4. Tentangtokoh S~an Gli~ntmya,!Ja~ silsrlah Sunan Girl
dapat dikatakan
dan asal-usul wali-wa
.
dihimpun dari
bennacam. I dan simpang srur, karena
.
h .J. .
. juga kurang Je ass, ber-sumber itu antara lain : Babad
Tana' "":
macam sumber. um
c--ni
milik
-r-.
golongan Alawiyin
ilsilah
milik suatru golongan,
tan
namacatatan
. . .
dan sebagainya.
Tidakjarang
uru s

dari kisah kesusasteraan seperti Pararaton,


Nagarakrtagama, Mahabharata, dan Ia sebagainya dari
jaman
dengan
selubungsebelumnya,
Islam.
DaJam hal penyampaian ajaran Islam, seperti halnya
Sunan kalijaga, sunan bonang, Sunan Giri secara bijaksana
meneruskan dan memanfaat- kan sarana clan tradisi yang
telah ada pada zarnan itu atau juga dari periode
sebelumnya, sebagai media dakwah. Strategi itu
dibuktikan dengan pemakaian Iagu (Jawa: tembang) yang
berjiwakeagamaan, irama
gamelan (musik Jawa), sepem : .Asmaradana, llir-ilir,
meneruskan sistem mandala sebagai institusi pendicfikan
yang kemudian berkembang meajadi vesantren. Lembaga
pesantren kemudian sebagai pencetak kader
penyiar Islam. Dalam bidang politik, Sunan Giri dalam
Babad Tanah
Djawi dianggap sebagai pendukung Kerajaan
Islam Demak_
5. Adanya kepurbaka.faan pada kompleks Sunan Giri d.!
sebabkan oleh tiga
faktor. Pertama, adaanya toleran.si Islam dalam masalah
kebudayaan,
dari Palembang, tradisi lisan,
an satu dengan
sumber namanya
berbeda antara su~b~
M!
utana 1skhak daJam Serat

129

yang kemudian menyebabkan mempennudah mela.kukan


akulturasi dengan kebudayaan yang dijumpainya. Bahkan
tidak jarang
Islam juga tidak melarangmeneruskan
pengguoaan unsur-unsur buaday yang Jebib
tua unntuk kepentingan Islam.. Misalnya : masjid al- Haram di
makah,
.
tokoh M~ana
. . lainnya.Misalnya,
dalam Babad Tanah

s 1..-

..1=-- di

~~i: Djawi bernama Wali Lan::~

dahlu sebelum Islam oleh kaum Quraisy digunakan


sebagai tempat pemujaan berbala-berbala seperti Lata clan
Uza. Tatkala tempat suci itu jatuh ke trangan Islam
pengguoaananya diubah menjadi masjid setelah berhalaberhala yang ada di tempat itu dihancurJcan. Contoh lain,
masjid
al-Aqsa di Jerusalem. Masjid Aqsa, pada masa sebeJum
Islam adalab
tempat suci bagi orang-orang Romawi untuk pemujaan terhadap
Yupiter.

kehidupan Sunan Giri


...
d
an Syaid Iskak, .iu;w.UU1A111
.::,,.;,, Kanda disebut eng
.
dis. lisan
menamakan se ga1
=-gi-~gi
. Syekh Awalul Islam. De
b~
tidakjelas.
tifdak sedikit yang lrurang atau tidak ietas itu antara lain
dalam Babad
Segi atau unsur-~ur yang
J-motif
sinar atau
cahaya yan~ Tanah Djawi antara lamda~::~alan
di
atas air ketika kembah memancar dari tubuh_R.a en
mbara
adanya tokoh khadam (Jawa : dari Mataka,
~rkawman =eunsur-~ur legenda atau dongeng -~

..

punak aw
) , jelas merup
" . ara h " yang ilmiah,
pada
Centera
SeJ
128

but bentuknya seperti


polarisasi
terse

ba .
Selain itu juga berfungsi sebagai tempat suci kaum yahdui
dan kaum
Nasrani. SeteJah jatuh. ke tangan Islam pada 638 M.
Tempat tersebut diubah menjadi masjid. Demikian pula
setelab agama isiam mmasuk clan berkembang di Jawa,
temyatajuga melanjutkan bentuk-bentuk bangunan dari
zaman sebelum Islam. Misalnya bangunan-bangunan
gapura, bangunan masjid beratap tumpang, cungkup, dan
sebagainya.
Kedua, pandangan masyarakat Jawa kepada keduduk.an
waii yang sangat tinggi. Hal itu didasarkan bahwa menurut
masyaraka.t Jawa pada
umumnya,
para wali itu diyakini sebagai manusia yang dikaksihi
oleh
Allah. Status wali dalam masyarakat Jawa dapat
dikatakan seJain menggantikan kedudukan pendeta HinduBudha dari masa sebeJum Islam,

129

juga kedudukan para penguasa yang dianggapo sebagai


"titisan" atau penjelmaan dewa. Ditinjau dari segi kuatnya
pengaruh Hindu-Budha dalam perkembangan kebudayaan
Jawa, tidak mustahil kata wali sanga berasal dari kata sangha
dari perbendaharaan Bud.his, berarti iakatan I jama'ah para
pendeta atau bhik:su Budha. Bila kata itu dikaitkan dengan
keberadaan wali bingga menjadi wali sanga, berarti iakatan
artau jama 'ah
para wali, Kata ini oleh orang Jawa kemudian dihubungkan
dengan angka
9 (sembilan-sanga), yangjuga dianggap sebagai angka
mistik, Angka
tersebut dalam
momentum
dari masyarakat Islam dianggap sebagai
peristiwa-peristiwa
sebagai esensi

penting. Misalnya: wukuf di arafah

ibadah haji ditetapkan pada 9 Dzulhijjah, jumlab


pemuda yang
bersembunyi di gua dalam surat al-Kahfi selain berjumlah
9 orang, waktunya selama 300 tahun ditambah 9 tahun.
Butir-butir tasbih juga berjumlah 99. Pada jaman sebelum
Islam angka 9 dihubungkan dengan nama dewa mataangin
(Bab D). Bila katasangha kemudian dihubungkan dengan wali
sanga, juga bukan merupakan hal yang mustahil. Oleh
karena dalam kepercayaan rak:yat wali sanga
ada1ahjama'ah para wali yang terdiri dari 9 orang ketika
mereka melaJmkan musyawarah untuk
memutuskan hal-hal yang dianggap penting pada masa itu.
Ketiga, adanya persamaan antara intisari ajaran
kebatinan HinduBudha dan ajaran kebatinan Islam yang dianggapo berbau
mistik, Ajaran ini selain diajarkan oleh Hamzah Fansuri,
Samsuddin al-Sumatrani (dari Sumatra), dan Siti Jenar di
Jawa. Persamaan itu meliputi ajaran tentang penciptaan
yang bersifat imanensi, meliputi penciptaan atau pengaliran
dari Dzat Tuhan menjadi semua makhluk, khususnya

6. ~eperti halnya dengan wali-wali lain, misalnya . sunan


G
J .
unan Nurrahmar (Sendang Duwur) Sunan M . .
un':111g an,
pe~uk ayaahnya; Maulana Iskak, Sunan
~a,:11ses~dengan kediarnannya juga di atas bukit (
. ~ memilih tempat

dil
pu1a makamn gunung), Demtkian
juga
etakkan di atas bukity~yang tertin idi . .
.
gunung untuk
gg
Gm. Pcrmliltan
-1:..:1
tempat di
.
menu.LUA.du tempat-tempat suci kea
dari
tradisi keagamaan
dari
d
.
gamaanJuga
berakar
megalitikum, maupun pero e prase1arah terutama dari .
dari
'.
jaman Hind
jam
an
.cuu
u.
Sesuai
dengan
yang berkembang saat
...._.._.._
itu,
gunung selain dian
~wiyaan
bersem~yamarwahleluhur,juga dalamkepercayaan~
~.temp at sebagai tempat tinggal atau kediaman
d
,JUgadianggap
Mahameru Den
d .
para ewa,
khususnya Gunung
dikatakan .
gan emikian pendirian kompleks Sunan
Giri da at faktor utama yang menentukan lab

P
yang dianggap sakral, sebagai kelanjutan d: ~tnnbangan
tempat sebelum Islam, baik dari zaman
. ah
atau .kepercayaan
.
prasejar
ma.upun darijaman
Hindu.
7 danBangun~-bangunan pada kompleks Giri berbentuk. 02n1~
gku
masjid, Bangunan gap
c-r--. cun
p, kh
Sunan a .
uranya,
ususnyagaptmunenujukemakam
dar.i.
manusia, disebut tanazzul, sedang kembalinya manusia
kepada Tuhan setelah mencapai derajat insan kamil atau
manusia sempurna atau taraqqi. Pada waktu Islam mulai
berkembang pesat di Jawa Timur, khususnya di Jawa Timur,
yaitu pada akhir abad XV, yangjugamerupakan periode akhir
Majapahit (Jaman Hindu), unsur-unsur kebudayaan
Indonesia "asli" dari jaman prasejarah muncul kembali.
131

Salah satu unsur kebudayaan tersebut adalah aspek


kerokhanian, yaitu pemujaan arwah leluhur, Arwah-arwah
tersebut

dianggap bersemayam di gunung-gunung. Unsur lainnya


dalam bentuk
fiisik
atau material
megalitik.
Unsur yaitu unsur bangunan dari jaman
bangunan
megalitik, ini oleh Stutterheim disebut dengan kebudayaan

berbentuk undak-undak. Baik unsur kebudayaan


prasejarah, maupun
unsur-unsur kebudayaan Hindu-Budha itu dalam
perkembangannyu dilanjutkan oleh Islam pada periode
selanjutnya.

In,
arah selatan berbentuk candi b
hen
- memiliki pola sama dengan candi bentar Wrin ~n~
tuk dasamy~ bentar pada reelief berasal dari T
(
gm
wang,
dan
candi
-Bentuk b.

1 rawu an Bab NB I)
itu
selanJutnyajuga digunakan ada a
- .- .
entar
Panataran semula juga berpin:
; pura pu~-pura di Bali
Kompleks runtuh.
ger ang candi
bentar, akan tetapi telah
Mengenai bangunan cungkup Sunan G. . t
bangunannya sama dengan relief ban
~ ~la
~tulc dasar Sudamala pada candi Tigaw
. A gunan suer
dari rangalraian ceritera lea
. . . . - . - ang1. tap
cungkup yangdil>uat.dari bah
yu ~emiliki mali-mla1 kesakralan yang da . at dih
an
kesucian pohon hayat yang di dalam k
erca
p
.
ub~gk:an denga~
pohon
kahyangan, pohon
pen
hara er:n
yaanHindudianggapsebaga1
(kalpa wreks-a). Untuk mem h g .
pkn (~[pa ~ruma).
pohon hayat
a amt ma a sunboliknya perlu dilalruk
d ekatan tentang
pen
an
cara
.
Dalam
berfikir berd
.
sistem
srstem
asarkanini poh ha di
k:lasdikasi
.
,
on yat zanggap sebagai Jambang alam-,.J.~
.
c
terwu ud
atas
h
dunia bawah Dunia ata l
b
.
,,...,
j
...
oleh na

.
u a am awah rtu sendiri
dil.ambangkan dil b ga, air, dan teratai. Unsur klasifikasi
lainnya, yaitu duni ta
am angkan dengan burung garuda atau en an
a a s Hebabagai gambaran totalitas
ala
. gg . g.
Adapun pohon hayat m, me ipun1. duma bawab,dunia tengah,

130

131

.
b
. ---="estaSi Ketuhanan,
.dal ta dipercaya se agarlambang
llliUlll'
dan duma a . s, .
seba totalitas yang
disimbolkan
am
keesaan tewrtmggi. Kesluroban
dg.u an s-l......
,....
1~
bakikatnya sama eng
aruh
bentuk pobon itu
.
berdasark.an
kuatnya peng
Atap cungkup berbentuk liroaS Indonesia, khususnya
dalam bal budaya Hindu-Budha atas kebuday~
tara
bentuk payung (cattra) keagamaan. diduga m~pakan perpaadan
a 7ukisan payung pada kain dan pola dasar cand1=:n
danau Ranau
(Sumatra)
~ang penjenazahan(kafan),
iah dan berpayung memberikan
melukisk.an rob-roh berkendaraaD_arahgaJ
yung telah
cligunakan dalam
pa

seki!.r

. b

p
...,.petunJu
perkawm
ahJ.aman prasej
da wa
la pada
k
an
a : upacara
in

rubahan. Antara

:_~ upacara-upacara pe
kematian
sem
Pada
(Bab IV .B.2).
'<f. (mengirngkan teman~en, ~ upacara
menempati
bagian teratas bangunan suci bu~s~ yaitu smpa, ~g
an roasjid yang terdiri dari disebut cattra. Demikian pula
pada ~ tubuh (garbha), dan ata~ kaki bangunan
(pondamen-s~~
candi yang terdiri dan
sesuai dengan stru~r
ban~-tubuh),
dan
cikara (atap). soubhasement (kaki), g~r:
ahli ada
yang berpelldapat bahwa Berdasarkan fakta-fakta di ~
para . befbentuk tum.pang. Susunan
atap roasjid yan~ _te~a di
lima. Bangunan
masjid bera~
tumpang ~tu terd~ dari satu, ~
keterangan
francoi_s ValentlJD
tumpang limadari abad ~Dengan demikian dan
1
saka guru ialah roasjid Ban~en dan-~~icl
;::-dapat
dipastikan bahwa bangunan ruanguntukwamtamasJtdAinul ff
tahun 1477berataptmnpang.
masjid yang didirikan oleh Sunao . ~ pada
dari Girl
Kedaton ke situs/ Masjid tersebut pada ~~
1_544~
olehBupati Gresik Adipati
kompleks makam- MasJid ~ padal
L:....gga meniadi masjid
Muhammad

1:100::-

8. Dalam hal seni ragam bias yang ter~pat pada kompleks


Sunan Giri, misalnya ragam bias naga pada gapura candi
bentar, dan 2 pintu masuk: cungkup SWWl Giri. Ragam.hias
naga pada jaman prasejarah,jenishewan tersebut
telah
dihormati sebagai salah satu aspek dewi kesuburan, dan
pe~jaga kekayaan
di dalam bumi. Dalatn kepercyaan
(mitologi) Hindu naga dihubungkan dengan alam keabadian,
sedangkan pada seni ragam bias dari jaman Hindu naga
dihubungkan dengan garuda. Keduanya di- anggap sebagai
representasi dunia atau alam bawah dan a1am ~tas. Kedua jenis
hewan itu juga sering digambarkan, baik secara bersama
atau terpisah pada relief candi, yoni dan patung. Naga juga
dipercaya menjadi
penyangga dunia sebagai perwujudan Wisnu dari sifatnya
yang gelap .
Ragam bias lainnya yang juga sangat menonjol pada
bangunan
cungkup adalah unsur bunga teratai atau /othus. Ragam
bias teratai
terdapatpada makam sunan Giri dan Sunan Prapen. Ragam
bias ini pada jaman Hindu juga telah digunakan sebagaiasana
atau Japik patung-patung dewa, baik dari bahan logam,
patung perunggu, maupun patung-patung peIWUjudan dari
batu. Jenis flora ini juga digunakan sebagai lambang
dinasti, baik. dinasti Singasari. maupun dinasti Majapahit,
yang masing- masing berbetuk. teratai keluar dari bonggol
dan teratai keluar dari jambangan.
Taratai
dalam
masyar;tlcat tradisional
yang
masih
berfikir secara
klasiifikasi dianggap sebagai alam bawah, kehidupan
kembali, kebangkitan dan kabadian sesudah kematian.
Adajenis ragam bias yang biasanya dipasang pada
pintu masuk: suatu bangunan suci, yaitu ragam bias kala
atau ragam bias raksasa. Ragam bias ini terlukis pada pintu
masuk cngkup Suoan Giri, clan distil er atau disamarkan
dengan bentuk-bentuk flora atau sulur-suluran. Ragarn bias
ini ada yang menyebutnya sebagai ragam bias kedok atau
topeng,

uas
Sasrawinata
d1 pugar dan "'.._...
-p:. ang.
wu
UA.1"'
Adapun
masJ l"d
karallg atapnyaJugal,.U&AA
.
'.~... ; Ainulyakin yang a a se
k dian dikonservasi menjadi
ruang bagi
-:::r...:yang dibangun dpada 1544_ emu
.. d Ainulyakin.
Bentuk atap
di bagtan selatan roasJt
.
kaum
perempuan,
t pada relief bangunan
.
belum
suci
Islam
2:1
.
.

juga
telah digunakan secara luas pada jaman sebelum islam.
Fungsinya
untuk
menolakatau
pengaruh-pengaruh jahat yang akan
mengganggu
merusak kesakaralan suatu bangunan suci. Pada seni ragam
bias Hindu,
bentuk
muka .bkedok
antu itu diubah sedemikian rupa, hingga menjadi

tallll
a
tumpang pada jaman se
gkinan bahwa tubuh
candi Jago
ada candi Jago. Tidak tertutuP k~un L.-.tap tumpang.
Berdasarkan
Pk dan tubuh dican
1 Panataran Jllga
- ~.. alan iarah
tersebut maka induk
bentu
fakta dari peniggalan-~enmgg
sekuJ makam dan
masjid pada andt bentar, cung P

bangunan gapurada~ .
akan kelanjutan dari seni
bangunan
n
kompleks Sunan Gm merup
jaman sebelum Islam.
132

atau raksasa, dan biasaanya ditempatkan di atas atau


pinturelungmasuk.
relung candi.
Motif-motif ragam bias, di antaranya terdapat motif
ceritera hewan. Dengan membandingkan
relief ceritera
hewan (label) yang bermotif pendidikan (buaya dan
banteng), kejujuran (ceritera kura-kura dan bangau),
kesetiakawanan (cakrangga-cakranggi). clan kegamaan
13J

akin ) se erti terlukis pad a candi Panataran, B


ritar, clan
(bubksa-gagang
g . _P
M .
hit diduga relief
pada. cungkup
Malang dari Jaman aJapa ,
candi Jago,
. makam Sunan Giri), diduga
merup~ Sunan Prapen (asalnya dan .
bil d aan itu
benar hal ini sesuai
idika
b ekerti Apa 1 a ug
'
1
di
sarana
pendi
n u P
takan bahwa misi utama

. N b.1
yang menya
akhlak (wamaa bungits-tu
Muhammad
dpe aebarhanadiIsstlama ialah
ilia
penyempumaan
n
Ii makarimil akh/aaq).
b
ak dii paipada
lukisan-lukisan
Adapunrelie~ gunung yang ~
suasana budaya pada mimbar, _dan juga geb~ok m ~sa
munculnya kembali budaya
.,_ akhirMajapahit_Yangp~uh ~ggukanann la merupakan
kelanjutan dari
.;,: Indonesia prasejarah, tidak dira
gr

t!r~

perilaku penghormatan terhada=ilam


tertua di
Indonesia unsur
Pada
kompleks mak~. . dapat dikatakanj
uga berasal
akanb
ian penting
nisan merup

Unsur
ini
Ii berupa. menhir
agar k b dayaan dIn . sebagai
yaitu kerbau.
Oleh
onesia
as
dari perkembangan
e u

k matian
tempat meng~t korban_ un~ ::
se:agai n:aesan.
artinya tempat
karena itu menhir kemudian juga
hind enbir
berkembang
dewa
(mengikat) mahesa atau k rbau Pada
um
,
e
. dan asanazaman
asana
, -nisanpada
(K uteii) ' patung-patun.g
rnenjadi
perwiuajdui .
yupa
makam
seni
clan lin a,
msan

batu-batu prasasn
bias
gg
.
besa
ragam
r
kemudian IDenJ
d mikian secara gans
Islam (Tralaya).
kelanjuta
. e
dikatakanjuga
Deng~
n
merupakan
pada kompJeks Sun~ Gm dapbeatl
akan tetapi dalam
bentuk
dao
sem. ragam bias dari jaman se umnya,

antara makam Sunan Giri clan masjid, dan halaman ketiga yaitu
haJaman
yang paling bela.kang, merupakan halaman paling pentiog,
yaitu situs makam Sunan Giri,

Susunan kompleks Sunan Giri dapat dikatakan


memiliki pola
serupa dengan susunan bangunan kampleks Kudus.
Benfasarkan sisasisa gapura kuna berbentuk paduraJcsa yang masih
dikonservasi di daJam
masjid Kudus,
memberikan
petunjuk bahwa pintu
gerbang tersebut pembangunannya lebih dahulu dari pada
masjidnya. Adanya kenyataan itu mestinya dahulunya
merupakan pura atau tempat peribadatan.
Berdasarkan petunjuk tradisi adaanya 1arangan makan daging
Iembu pada
komunitas di sekitamya, diduga kompleks itu sebagai
tempatsuci Hindu.
Peninggalan
purbakala lainnya yang dapat dijadikan
perbaodmgan adalah
Sendang Duwur. Dengan adaanya perban<fingan di atas, tidak
mustahiI
kompleks Giri pada periode sebehun Islam adalah suam
tempat suci
atau keramar, Dari bukti-bukti di atas temyata daJammeleralian
SUSUnan
bangunan di Giri sebagai bangunan untuk keperluan
kClgamaan Islam
juga melanjutkan tradisi dari jaman sebelumnya, yaitu sosonau.
komple.ks
Panataran. Serupa dengan susunan Panataran, pada
kompleks Giri
bangunan makam Sunan sebagai bangunan tersaakraJ dan
terpenting,
selain
diletakkan pada lokasi paling tinggi,juga ditempatkan pada
haiaman
paling belakang.
ukuran lebih sederhana.

I 0. Dalam hal kehadiran peziarah ke makam-makam para


waJi, khususnya makam Sunan Giri dengan membawa clan
menaburbunga, maksudnya

untuk mohon berkah, karamab dan syfaat agar yang


dicita-citakan terkabul, banyak rezeki, dikaruniai
ketunman,panjangumor, keseiamatan
dan Iain-Iainnya juga merupakan kelaajutan dari pemujaan
temadaparwah
leluhur. Dalam Iapisan masyarakat ini arwah Jeluhur
dainggap masib selalu memberikan per1indungan kepada
kjeluarganya yang ditinggalkan

pada kompfflek sterSduirni adnaGri


9 Dari sistem susunan
bangunan
tiurij,uhbiltaingdkilaithaant
.terletakpada
dari arah selatan temyata kompleks S~~Sunan
Giri
da
Dalam susunan rm
.:.:'i' atau undag-~ _gan. .
ada
sisi paling belakang.
Pada punden
,.,.!; , Jokaksi tertmggi dan juga P
~
salnya dari
Lebak Sibedug
berundagun

d
ag
.

dari jaman prasejarah, nu

sebampatbermusyawaraharw
itu diangga
.
1
p
ga1 e
tempat yang ternnggi I erunda -undag di Gunung
Penanggungan, tingka~
leluhur. Pada punedn b
.g k
caknya, yang
dipercaya sebagai yang paling tinggi juga berkibl)altuhe
punang telah didewakan. Dari arah
b
Yam aarwah e ur yaklah bahwa susunan .
.kompleks
diri tempat
Gm terersema
lain, dari timur ke barat, tamp k tu (I) terletak paling
timur, meliput~
dari tiga halarnan. Halarnan es~
nnya); balaman
kedua, berada d1
bangunan masjid clan bangunan epa
,

134

ah

di dunia, dan sewaktu-waktu pertolongan tersebut dapat


dimintanya.
Lebih-Iebih orang yang pada masa hidupnya dianggap
mempunyai kekuatan gaib Iuar biasa, sebagai tanda bahwa
ia dikasihi oleh Tulian.
Tokoh kharismatik semacam itu seperti halnya Sunan Giri sampai
setelah
wafatnyapun makamnya meajadi obyek Jeluri
11. Adanya pendapat yang menyatakan bahwa, tahun wafat
Smian Giri yang
di gambarkan candra sangka/a memet, dengan bentuk lukisan dua
ekor

135

Anda mungkin juga menyukai