Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAI NONCETAK STORY BOARD

BERSUMBER LINGKUNGAN DISERTAI VISUAL DAN AUDIO

(KISAH NABI IBRAHIM DAN ASAL MULA IDUL ADHA)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UTS

Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar PAI

Oleh:
Siti Chodijah (220502012071)

Dosen Pengampu:

Dr. Abu Darim, M.Pd, M.Si

PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMAISLAM


INSTITUT KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi


yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Belajar juga meru- pakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru, dan
peserta didik.
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk mengubah dan
meng- arahkan tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan
kepribadian yang sesuai ajaran Agama Islam dalam proses kependidikan
melalui latihan-latihan akal pikiran dalam seluruh aspek kehidupan manusia
Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain)
se- bagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya peserta
didik tidak hanya berinteraksi dengan guru, melainkan juga memungkinkan
berinteraksi dengan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai
pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan
pada bagaimana membelajarkan peserta didik dan bukan pada apa yang
dipelajari peserta didik.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media
tertentu ke pen- erima pesan. Media pendidikan sebagai salah satu sumber
belajar yang dapat menya- lurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal
tersebut.
Kebanyakan guru-guru yang mengajar pendidikan agama Islam masih
monoton dalam menyampaikan materi, sehingga tidak mampu
menyampaiakan ma- teri dengan dinamis dan atraktif. Kondisi ini semakin
diperparah dengan metode pengajaran yang masih mengandalkan ceramah,
tidak tersedianya media dan ketidak mampuan membuat media, yang
menyebabkan peserta didik menjadi cepat bosan dan tidak paham akan apa
yang diajarkan.
Untuk mengatasi hal tersebut dan sekaligus untuk memodernisasi serta
memperbaharui kegiatan belajar mengajar guru harus dapat berkreasi
menggunakan dan membuat sendiri alat/media pelajaran yang atraktif, dapat
menarik perhatian peserta didik dan menjadikan proses pembelajaran menjadi
lebih hidup, dari sekian banyak media pembelajaran, media Story Board dapat
dipergunakan dan dibuat sendiri oleh guru untuk menjadikan kegiatan belajar
mengajarnya menjadi lebih menarik dan hidup. Media Story Board ini dapat
dibuat dengan sederhana dan tidak terlalu sulit. Media ini justru dapat di
produksi sendiri oleh guru-guru disekolah dengan biaya yang relatif
terjangkau. Dalam pengoprasiannya nantinya media ini dapat digabungkan
dengan file musik, gambaran, dan dapat dengan mudah dipresen- tasikan
melalui layar dan LCD projector.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terkait dengan pengembangan bahan


ajar PAI berbantukan media Story Board pada kelas VII di MTsN Negeri Kota
Pasuruan berikut:
1. Apa Yang dimaksud Pengembangan Bahan Ajar PAI?
2. Bagaimana proses pengembangan bahan ajar PAI berbantukan media
Story Board pada kelas VII di MTsN Negeri Kota Pasuruan?
3. Bagaimana tingkat keefektifan pengembangan bahan ajar PAI
berbantukan media Story Board pada kelas VII di MTsN Negeri Kota
Pasuruan?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan


dari Pemakalah ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengembangan Bahan Ajar PAI?
2. Untuk mengetahui proses pengembangan bahan ajar PAI berbantukan
media Story Board pada kelas VII di MTsN Negeri Kota Pasuruan?
3. Untuk mengetahui tingkat keefektifan pengembangan bahan ajar PAI
berbantukan media Story Board pada kelas VII di MTsN Negeri Kota
Pasuruan?

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Pengembangan Bahan Ajar

1. Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa
inggrisnya Research and development adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meng- hasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektitan prodak tersebut. Metode yang digunakan untuk
menghasilkan prodak tertentu adalah penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan dan untuk menguji keefektifitan produk tersebut supaya
dapat berfungsi dimasyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk
menguji keefektifan prodak tersebut.

Produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R & D


dalam bidang pen- didikan diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak.,
berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan
misalnya, kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan
tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul
kompetensi tenaga kepen- didikan, sistem evaluasi, model uji
kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajaran tertentu,
model unit produksi, model manajemen, sistem pembinaan pegawai,
sistem penggajian dan lain-lain. Menurut Gay, Mills, Dan Airasian
dalam bidang pendidikan tujuan utama penelitian dan pengembangan
bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi untuk
mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan di
sekolah- sekolah.
2. Bahan Ajar
Secara bahasa, bahan mengandung empat arti, yaitu barang
yang akan dibuat menjadi satu benda tertentu (bakal); segala sesuatu
yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu, seperti untuk
pedoman atau pegangan, untuk mengajar, memberi ceramah; sesuatu
yang menjadi sebab (pangkal) atau sikap (perbuatan); barang yang
akan dipakai untuk bukti (keterangan, alasan).
ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran
yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Bahan
ajar lazimnya berisikan tentang semua cakupan materi dari semua mata
pelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran. Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas.
Bahan ajar sangat penting artinya bagi pendidik maupun
peserta didik dalam proses pembelajaran. Tanpa bahan ajar akan sulit
bagi pendidik untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan
demikian juga halnya dengan peserta didik, tanpa bahan ajar akan sulit
untuk menyesuaikan diri dalam belajar, apalagi jika gurunya
mengajarkan materi dengan cepat dan kuran jelas. Karena itu, bahan
ajar dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh
pendidik maupun oleh peserta didik, sebagai suatu upaya untuk
memperbaiki mutu pembelajaran.
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas,
disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai berikut:
1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik.
2) Pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharus- nya dipelajari/dikuasainya.
3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Dengan demikian, fungsi bahan ajar akan sangat terkait


dengankemampuan guru dalam membuat keputusan tentang
perencanaan aktivitas pembelajaran hingga proses penilian
Bahan Ajar Non Cetak adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang dituangkan dalam teknologi non cetak.
Adapun macam-macam bahan ajar non cetak yaitu:

Bahan Ajar AudioAudio adalah segala sesuatu yang berkaitan


dengan indra pendengar, dimana pesan yang disampaikan dituangkan
dalam lambang-lambang auditif , baik verbal maupun non verbal
1) Bahan Ajar Audio Visual
Alat-alat audio visual adalah alat-alat “audible” artinya
dapat didengar dan alat- alat audio visual gunanya untuk membuat
komunikasi menjadi lebih efektif. Diantara alat-alat audio visual
itu termasuk video, film bersuara, televisi dll.
2) Bahan Ajar Multimedia interaktif

Merupakan kombinasi dari beberapa media baik audio,


gerak, grafik, gambar, animasi dan video yang dalam proses
pembelajaran dimanfaatkan atau diperlakukan untuk

mengendalikansuatu perintah dalam proses pembelajaran.20

3. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI)


Salah satu kompenen sistem pembelajaran yang memegang
peranan penting dalam pencapaian standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) adalah buku ajar. Secara konseptual, buku
ajar adalah buku yang digunakan dalam bidang studi tertentu, yang
merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya
untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi
sarana- sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para
pemakainya disekolah- sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat
menunjang suatu program pengajaran.

Buku ajar pada hakikatnya merupakan penjabaran isi


kurikulum secara operasional. Dalam penjabaran itu perlu diperhatikan
beberapa hal, seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan
dasar dan menengah, standar nasional pendidikan, teori belajar dan
pembelajaran, bahasa, ilustrasi, serta hal-hal yang berkaitan dengan

desain buku teks pelajaran maka dari itu buku ajar harus disusun
secara sistematis, menarik, aspek keterbacaan tinggi, mudah dicerna.
Buku ajar merupakan salah satu sarana keberhasilan proses
belajar mengajar. Buku ajar merupakan suatu kesatuan unit
pembelajaran yang berisi informasi, pem- bahasan serta evaluasi. Buku
ajar yang tersusun secara sisitematis akan mempermu- dah peserta
didik dalam pelajaran sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran. Dalam penulisan bahan ajar yang dilakukan oleh
swasta semen- jak tahun 1998, sayangnya sering kali ditemukan
kekurangan berkenaan dengan buku ajar ialah konten dalam buku
ajar yang telah dirumuskan kadang terlalu luas atau terlalu sedikit,
terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak
tepat, dan jenis materi buku ajar yang tidak sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik. Ditambah lagi,
tradisi yang terjadi ialah buku ajar hampir pasti berganti setiap
pergantian semester atau tahun.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan rumpun mata pelajaran
yang dikem- bangkan dari ajaran-ajaran pokok yang terdapat dalam
agama Islam. Dari segi isi, pendidikan agama Islam merupakan
pelajaran pokok yang menjadi salah satu kompenen, dan tidak dapat
dipisahkan dari rumpunmata pelajaran yang bertujuan
mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.

Sebelum memberikan pengertian secara umum pengertian


pendidikan Agama Islam secara umum, terlebih dahulu penulis
mengemukakan pengertian secara sendiri. Kata “pendidikan” yang
umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah tarbiyah
dengan kata kerja rabba. Kata pengajaran dalam bahasa Arabnya
ta’lim dengan kata kerjanya allama. Pendidikan dan pengajaran dalam
bahasa Arabnya tarbiyah wa ta’lima sedangkan pendidikan dalam
bahasa arabnya adalah tarbiyah islamiyah.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Sebelum peneliti mengemukakan tujuan pendidikan Agama
tersebut, terlebih dahulu akan mengemukakan tujuan pendidikan
secara umum. Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat
penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidik itu.
Demikian pula halnya dengan pendidikan agama Islam yang tercakup
mata pelajaran akhlak yang mulia untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta
berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau
moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan
kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki
oleh peserta didik setelah selesai suatu pembelajaran di sekolah, karena
tujuan berfungsi mengarahkan, men- gontrol dan memudahlan evaluasi
suatu aktifitas sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan
tujuan hidup manusia.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam


a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimana dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah swt. Yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertam-tama kewajiban
menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang
tua dalam keluarga.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup utnuk mencari
kebahagian hidup didunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan


lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
Islam.
d. Perbaikan yaitu untuk memperbaki kesalahn-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat mengbahayakan
dirinya.
f. Penyaluran, untuk menyalurkan peserta didik yang memilki bakat
khusus dibidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.
BAB III
METODE PEMBUATAN BAHAN AJAR PAI
A. Langkah Langkah Penyusunan Bahan Ajar
Sebelum menetapkan bahan ajar, sebaiknya ketahui garis besar
langkah-langkah penyusunan bahan ajar.

Sebelum menetapkan bahan ajar, sebaiknya ketahui garis besar cara


menyusun bahan ajar.

1. Mengidentifikasi faktor yang ada pada kompetensi dasar dan standar


kompetensi

Ketika pendidik memutuskan bahan ajar ada baiknya untuk


mengidentifikasi dan menganalisis faktor pada kompetensi yang harus
diraih. Diantaranya adalah menganalisis dan mempertimbangkan faktor
kognitif, psikomotorik dan afektif. Contohnya adalah pada faktor kognitif
didalamnya terdapat empat elemen yang ada, yakni, konsep, prosedur,
fakta dan prinsip.

2. Menentukan jenis bahan ajar yang cocok untuk kompetensi yang harus
diraih

Dengan kebijakan ini maka guru akan dimudahkan secara tidak


langsung. Rencana tersebut diantaranya adalah menganalisis dan
mengidentifikasi ranah konsep, afektif, prinsip, prosedur atau paduan dari
materi yang lebih dari satu.

3. Menentukan referensi bahan ajar

Sesudah memutuskan jenis bahan ajar, tahap selanjutnya adalah


memilih referensi dari bahan ajar. Materi dari bahan ajar bisa diperoleh pada
media seperti video, internet, jurnal, majalah, koran dan buku. Disamping
itu guru juga harus berperan aktif dan kreatif agar siswa bisa memperoleh
bahan ajar alternatif.

B. Teknik Penyusunan Bahan Ajar


1. Teknik Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Dalam teknik penyusunan bahan cetak, ada beberapa ketentuan yang
hendaknya kita jadikan pedoman, diantaranya sebagai berikut:

a. Judul atau materi yang disajikan harus berintikan kompetensi dasar atau
materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik.
b. Untuk menyusun bahan cetak ,ada enam hal yang harus dimengerti
(Steffe dan Ballstedt dalam Diknas ,2004), yaitu:

1) Susunan tampilan harus jelas dan menarik.


2) Bahasa yang mudah.
3) Mampu menguji pemahaman.
4) Adanya stimulan.
5) Kemudahan dibaca.
6) Materi instruksional.

4. Teknik Penyusunan Bahan Ajar Interaktif


Secara garis besar,berikut adalah teknik penyusunan Bahan Ajar
Interaktif Menurut Diknas(2004).

a. Dalam penyusunan bahan ajar interaktif ,diperlukan pengetahuan dan


keterampilan pendukung yang memadai,terutama dalam
mengoperasikan peralatan seperti komputer,kamera video,dan kamera
foto
b. Bahan ajar interaktif biasanya disajikan dalam bentuk compact disc.
c. Menurunkan judul dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai
dengan besar kecilnya materi.
d. Menuliskan petunjuk pembelajarannya.
e. Menjelaskan informasi pendukung secara jelas,padat dan menarik dalam
bentuk tertulis maupun gambar diam atau bergerak.
f. Menuliskan tugas-tugas dalam program interaktif .
g. Melakukan penilaian terhadap hasil karya dari yang diberikan yang pada
akhir pembelajaran dapat dilihat oleh pendidik melalui komputer.
h. Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya
materi,misalnya buku,majalah,internet dan jurnal hasil penelitian
sebagai bahan dalam pembuatan program bahan ajar interaktif.

BAB IV
BAHAN AJAR PAI NON CETAK DENGAN STORY BOARD VISUAL DAN
AUDIO

A. Media Story board


1. Pengertian Story board

Story board adalah serangkaian sketsa dibuat berbentuk persegi

panjang yang menggambarkan suatu urutan (alur cerita) elemen- elemen

yang diusulkan untuk aplikasi multimedia. Story board

menggabungkan alat bantu narasi (scenario) dan visual pada selembar

kertas sehingga naskah (scenario) dan visual menjadi terkoordinasi. Dalam

kata lain story board dapat diartikan sebagai alat perencanaan yang

menggambarkan urutan kejadian berupa kumpulan gambar dalam sketsa

sederhana.

Story board berperan menjadi gambaran dasar dari sebuah produk

yang akan kita bangun berikutnya, ini merupakan pedoman rancangan dari

apa yang akan kita bangun (animasi, Film, Game, dll). Pada awalnya story

board merupakan kumpulan dari kertas gambar yang berisi rangkaian-

rangkaian kejadian dalam sebuah produksi film, termasuk film animasi.

Hal ini akan menjadi kerangka dasar bagi sutradara atau pembuat naskah

tentang bagaimana sebuah film seharusnya berjalan. Begitu pula halnya

dengan pembuatan aplikasi multimedia interaktif. Biasanya pembuatan

multimedia interaktif melibatkan beberapa orang dalam sebuah tim,

setidaknya melibatkan dua orang pakar, seorang pakar yang mengerti

konten materi cerita dan seorang lagi seorang ahli gambar kemudian

digabung menjadi materi cerita yang bergambar (semacam komik). Jadi


diharapkan dengan sebuah format story board yang dibangun bisa dibaca

dengan mudah baik oleh sang pembuat ataupun oleh orang- orang yang

terlibat dalam pembuatan produk tersebut dan mengerti urutan kejadian

yang dimaksudkan oleh story board tersebut. Secaralebih rinci story

board dalam pembuatan produk multimedia bertujuan untuk: 24

a. Sebagai panduan bagi orang-orang yang terlibat didalamnya, mulai

dari sutradara, penulis cerita, lighting, dan cameramen.

b. Memungkinkan seorang pembuat film untuk memprevisualisasikan

ide idenya.

c. Sebagai Alat untuk mengkomunikasi ide kesuluruhan film

d. Menjelaskan tentang alur narasi dari sebuah cerita

Selain pengertian ada Komponen – komponen Story board Pada

umumnya penulisan story board dan storyline sering menjadi satu

kesatuan yang saling mendukung terdiri dari beberapa adegan yang

tersusun dan didalamnya terdapat bagian bagian sebagai berikut:

a. Bentuk adegan/potongan-potongan gambar sketsa.


b. Bentuk (alur cerita) untuk memperjelas gambar sketsa.
c. Bentuk dramatisasi (adegan yang berisi tentang adegan karakter
tertentu)
Untuk itu terdapat kaidah yang harus ada dalam pembuatan story
board. Format dan susunananya bisa disesuaikan oleh masing – masing
story boarder. Komponen – komponen penyusun story board yang harus
ada pada template adalah berikut:
a. Bagian judul: berisi tentang judul, episode, scene, dan halaman
b. Bagian sub judul: sub materi ataupun tentang tema konsepBagian
Visual: Berisi tentang Gambaran adegan dengan menyisipkan visual
atau foto, grafis, dll. Anda juga dapat mencakup teks yang akan
ditampilkan di layar, atau Anda dapat membuat bagian lain untuk teks.
c. Bagian Properties: berisi tentang penjelasan artistic, property.

2. proses pembuatan story board.

Story board adalah suatu ide dari aplikasi yang akan dibangun

sehingga dapat memberikan gambaran dari aplikasi yang dihasilkan. Story

board secara gambling memberikan tata letak visual dari adegan seperti

yang terlihat. Seorang pembuat story board harus mampu meceritakan

sebuah cerita yang bagus. Untuk mencapainya, mereka harus mengetahui

gambaran yang sesuai dengan pengertian dan tampilan yang bagus,

komposisi, yang berurutan.

Sebelum membuat story board disarankan untuk membuat cakupan

story board terlebih dahulu dalam bentuk rincian naskah yang kemudian

akan dituangkan detail grafik dan visual untuk mempertegas dan

memperjelas tema. Batasan produksi terakhir akan dijelaskan supaya

sesuai dengan jenis produksi yang ditentukan, misalnya story bord akan

digunakan untuk iklan, media pembelajaran atauapun video dan film.

Untuk mempermudah membuat story board, maka harus dibuat sebuah

rencana kasar sebagai dasar pelaksana. Outline dijabarkan dengan

membuat point-point pekerjaan yang berfungsi membantu untuk

mengidentifikasi material apa saja yang harus dibuat, didapatkan, atau

disusun supaya pekerjaan dapat berjalan.

Penggunaan story board jelas akan mempermudah pelaksanaan

dalam proses produksi nantinya. Format apapun yang akan dipilih untuk
story board informasi berikut harus di cantumkan, yaitu seperti berikut:

a. Gambaran board, halaman.

b. Warna, penempatan dan ukuran gambar.

c. Teks asli.

d. Warna pada papan board.

e. Narasi.

Langkah langkah dalam pembuatan story board sebagai berikut:

1) Catat yang menjadi pont point penting.

2) Story board harus dilengkapi dengan uraian semua

langkah dan keteragan yang diperlukan untuk

menyelasikan tujuan dibuatnya papan cerita.

3) Membuat visual untuk semua gambar.

4) Visual menampilkan gambaran cerita.

5) Story board bisa dicetak dengan menggunakan kertas

ataupun sejenisnya.

3. Hasil Pembuatan Media Story Board dengan Tema Kisah Nabi Ibrahim
dan Asal mula Idul Adha

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Story board adalah serangkaian sketsa dibuat berbentuk persegi panjang


yang menggambarkan suatu urutan (alur cerita) elemen- elemen yang diusulkan
untuk aplikasi multimedia.

B. Saran

1. Bagi peserta didik dapat membantu dalam mempelajari materi pendidikan


agama Islam dengan lebih menarik dan mudah dipahami. Selain itu
pelajaran menjadi tidak membosankan.
2. Bagi guru mata pelajaran dapat menjadi tambahan pengetahun mengenai
media pembelajaran pendidikan agama Islam yang efektif dan praktis
sehingga dapat membantu peserta didik dengan mudah memahami materi.
3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya media yang dikembangkan lebih
variatif lagi agar kreatifitas dalam mengajarkan materi pendidikan agama
Islam lebih beragam dan menarik.

DAFTAR PUSTAKA
Aminah. Pengembangan Bahan Ajar Biologi pada Pokok Pembahasan
Sistem Reproduksi Manusia dengan Pendekatan Konstruksivisme Pada
Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 1 Baraka kabupaten Enrekang,
Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar, 2013.

Amir. Safan dan Lif Khiru Ahmadi. Konstrusi Pengembangan Pembelajaran.


Suraba- ya: Prestasi Pustaka Publisher, 2010.

Asyhar. Reyndra. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:


Referensi Jakarta, 2012.

Damopolii, Muljono. Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern.


Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Darmadi, Hamid. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: CV. Alfabeta,


2010. Departmen Agama Republik Indonesia. Al-Quran dan Terjemahnya
Bandung: CV.
Penerbit J-ART, 2004.
Depdiknas. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. 2008.

Drajat, Zakia. Ilmu Pendidikan Islam. cet. 12; Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Emzir. Metode penelitian pendidikan kualitatif dan kuantitatif, Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada, 2013.
Fadhillah. Anis. Bahan Ajar Non Cetak, Skripsi, Program Studi PGSD,
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru
Republik Indonesia, 2013.
Fathurrahman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: PT Refika Aditama, 2007.

Haryani. Putri Weni. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Multimedia


Pada Pokok Bahasan Perbedaan Pasar Tradisional dan Pasar
Modern untuk TK B di PAUD LAB School Unnes, Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2015.

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Ed. Revisi 8, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2009.

Anda mungkin juga menyukai