Anda di halaman 1dari 37

PENGEMBANGAN DAILY SCHEDULE BERBASIS IT

SEBAGAI INSTRUMEN PENGUKUR DOMAIN

AFEKTIF SISWA DI SDN MANGKURA II

KOTA MAKASSAR

PROPOSAL

IIN MUTHIAH K
4516103032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BOSOWA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii


I. PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………………...... 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………...... 3
C. Batasan Masalah …………………………………………………… 4
D. Rumusan Masalah …………………………………………………. 5
E. Tujuan Penelitian …………………………………………………... 5
F. Manfaat Penelitian …………………………………………………. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….. 7
A. Kajian Teori ……………………..……………………………......... 7
1. Aspek-Aspek Pembelajaran …………………………………….. 7
a. Aspek Kognitif ………………………………………………… 7
b. Aspek Psikomotorik …………………………………………... 8
c. Aspek Afektif …………………………………………….......... 9
2. Hakikat Instumen ………………………………………………... 12
a. Instrumen Tes …………………………………………….......... 13
b. Instrumen Non-Tes ……………………………………………. 13
3. Daily Schedule ……………………………………………………. 14
a. Pengertian Daily Schedule …………………………………….. 14
b. Komponen Daily Schedule ………………………………......... 15
c. Fungsi dan Manfaat Daily Schedule …………………………... 16
4. Penerapan Daily Schedule Berbasis IT sebagai Instrumen
Pengukur Domain Afektif Peserta Didik …………………......... 17
a. Tata Cara Penggunaan Daily Schedule oleh Peserta
Didik …………………………………………………………… 18
b. Tata Cara Penggunaan Daily Schedule oleh Guru ……………. 18
c. Tata Cara Penggunaan Daily Schedule oleh Orang Tua/
Wali …………………………………………………………….. 18
B. Penelitian yang Relevan …………….……………………………… 18
C. Kerangka Pikir dan Bagan Pikir ……………….……………........ 20

ii
III. METODE PENELITIAN ………………………………………….. 21
A. Metode dan Desain Penelitian ………………………………………. 21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………. 21
C. Subjek Penelitian …………………………………………………….. 22
D. Metode Pengembangan Produk ……………………………………. 22
1. Metode Pengembangan …………………………………………….. 22
2. Sasaran Produk …………………………………………………….. 22
3. Instrumen …………………………………………………………… 23
a. Kisi-Kisi Instrumen …………………………………………..…. 23
b. Validasi Instrumen ……………………………………………... 23
E. Prosedur Pengembangan …………………………………………..... 24
1. Tahap Penelitian dan Pengumpulan Informasi …………………… 24
2. Tahap Perencanaan ……………………………………………...…. 25
3. Tahap Desain Produk …………………………………………...…. 25
F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 26
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………....... 27
IV. JADWAL DAN ANGGARAN PENELITIAN …………………… 29
A. Jadwal Penelitian ………………………………………………..…… 29
B. Anggaran Penelitian …………………………………………….…... 30
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..…… 31

iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hidup tidak lepas dari pendidikan. Karena manusia diciptakan bukan

sekedar untuk hidup tetapi ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang

mesti diwujudkan dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan.

Hal itulah yang menjadi perbedaan hakiki antara manusia dan makhluk lain yang

membuat manusia lebih unggul dan mulia. Manusia Indonesia seutuhnya yang

menjadi titik puncak pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagai proses

kemanusiaan dan pemanusiaan sejati adalah harapan dan dambaan seluruh

masyarakat. Keseimbangan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial,

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual harus dicapai di tengah arus

globalisasi yang semakin deras menerpa dan membuat kebiasaan-kebiasaan dan

nilai-nilai yang berlaku di masyarakat mengalami pergeseran sehingga

menimbulkan keprihatinan.

Jika etika, kesantunan pribadi, dan kesantunan sosial menjadi ukuran

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka dapat disimpulkan bahwa

pendidikan humaniora di tanah air mengalami kemunduran. Fenomena ini dapat

diamati dan dirasakan dari karakter dan perilaku peserta didik yang tidak

mencerminkan ciri manusia yang terdidik. Gejala ini bahkan menjadi fenomena

global terutama di kota-kota besar dan menjadi pertanda peradaban baru proses

kemanusiaan dan pemanusiaan, dimana ketika institusi pendidikan belum mampu

membekali secara holistik keseimbangan antara aspek kognisi, psikomotorik, dan

dimensi afeksi peserta didik secara optimal.

1
2

Para pendidik dan psikolog melihat fenomena ini bersumber dari

kegagalan pendidikan humaniora atau kegagalan institusi pendidikan dalam

memanusiakan peserta didik di lingkungan pendidikan. Gelagat buruk yang

ditunjukkan para peserta didik dan generasi muda sebagai anomali dari akhlakul

karimah. Di samping itu ada pula yang menyatakan bahwa kegagalan tersebut

sebagai akibat dari kesalahan orientasi sekolah yang lebih menitikberatkan

pengajaran dalam bentuk penekanan pada aspek kecerdasan intelektual daripada

pengembangan pendidikan dalam makna yang lebih luas seperti halnya

kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan kinestetik dan kecerdasan

spiritual (Muchlis & Rahman, 2013: 4).

Sederet kegagalan yang terjadi merupakan faktor-faktor yang sangat

kompleks sebagai sebuah fakta empirik kegagalan pendidikan humaniora dengan

perilaku peserta didik dalam kehidupan masyarakat. Fakta empirik tersebut

seolah-olah menegaskan bahwa kehidupan sosial di masa sekarang seakan-akan

kehilangan jejak untuk mewujudkan berbagai etika kemanusiaan yang dijunjung

tinggi seperti sikap egaliter, moralitas, spiritualitas, dan empati masyarakat.

Apabila dipahami secara arif akar permasalahan yang terjadi maka pendidikan

etika dan pendidikan humaniora terasa semakin penting untuk diletakkan pada

proporsi yang seharusnya sebagai sebuah agenda kebijakan bagi terwujudnya

moralitas dan karakter peserta didik dan generasi muda yang diharapkan.

Dari segi penilaian dan evaluasi belajar terhadap peserta didik baik di

dalam kelas maupun di lingkungan sekolah masih terdapat beberapa kekeliruan

yang memberikan sumbangsih dalam kegagalan pembangunan para generasi


3

muda penerus bangsa, dimana sebagian besar guru lebih terfokus pada penilaian

kognitif peserta didik. Padahal aspek afektif juga penting untuk dioptimalkan dari

segi penilaiannya karena pada hakikatnya pendidikan merupakan upaya

memanusiakan manusia. Hal ini terjadi karena kurangnya instrumen yang dapat

dijadikan sebagai pengukur dari aspek afektif, sehingga yang terjadi dalam

penilaian aspek afektif adalah penilaian yang didasarkan pada sudut pandang

guru, yang membuatnya bersifat subjektif.

Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk mengembangkan sebuah

instrumen berbasis IT yang dapat dijadikan sebagai pengukur domain afektif

dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengembangan Daily Schedule Berbasis

IT sebagai Instumen Pengukur Domain Afektif Peserta Didik Kelas V SDN

Mangkura IV”.

B. Identifikasi Masalah

Keluarga mempunyai tugas paling utama dan sangat mulia, yaitu mendidik

anak agar memiliki kepribadian yang baik. Namun pada kenyataannya karena

sesuatu hal, seperti kesibukan dalam mencari nafkah dan lain sebagainya

sehingga tugas mendidik anak lebih banyak dilimpahkan kepada guru di sekolah

yang notabennya hanya bisa menghabiskan waktu dengan anak sekitar enam

sampai tujuh jam dalam sehari. Waktu yang lebih sedikit jika dibandingkan

dengan keluarga yang memiliki waktu lebih lama dari itu. Hal inilah yang

menyebabkan peserta didik yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan

memiliki kepribadian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan orang tua dan

guru. Sudah banyak contoh kasus yang terjadi di lingkungan sekitar, tidak sedikit
4

anak-anak usia sekolah yang suka kebut-kebutan ketika mengendarai sepeda

motor di jalan, malas bersekolah, tidak disiplin, dan mengucapkan kata-kata kasar

yang kesemuanya tidak mencerminkan kepribadian yang baik.

Pendidikan yang diterapkan secara umum ditujukan untuk membentuk tiga

aspek yakni aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek afektif dimana

perpaduan dari ketiga aspek tersebut menjadi pembeda antara manusia dengan

makhluk hidup lainnya di dunia. Salah satu fungsi pendidikan yang sudah lumrah

di kalangan akademisi adalah pendidikan berfungsi untuk memanusiakan

manusia. Kunci utama dari pernyataan tersebut adalah esensi dari manusia itu

sendiri, yaitu termuat dalam dimensi afeksi. Dimensi yang dimaksud adalah

kepribadian atau sikap yang baik, tidak menyalahi aturan-aturan, norma-norma

yang ada dalam agama, masyarakat, atau lingkungan tempat tinggalnya serta

tidak menyalahi undang-undang yang telah digariskan oleh suatu negara

tempatnya tinggal.

C. Batasan Masalah

Segala fenomena dan permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan

merupakan bukti nyata bahwa kualitas pendidikan di masa sekarang mengalami

kemunduran. Hal ini terlihat dari sikap atau perilaku peserta didik yang masih

belum mencerminkan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, diperlukan kerja

sama yang baik antara orang tua, keluarga dan guru dalam upaya menciptakan

suasana yang baik untuk mendidik karakter peserta didik, baik di rumah, sekolah

dan lingkungan bermain peserta didik. Selain itu, diperlukan juga instrumen yang
5

dapat membantu orang tua dan guru dalam mengontrol dan mengukur kegiatan

keseharian khususnya dari segi dimensi afeksi peserta didik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah

dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

mengembangkan daily schedule berbasis IT sebagai instrumen pengukur domain

afektif peserta didik?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan daily schedule

berbasi IT sebagai instrumen pengukur domain afektif peserta didik.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil pengembangan produk ini diharapkan dapat digunakan sebagai

instrumen untuk mengontrol dan mengukur kegiatan keseharian peserta didik

dalam upaya pendidikan karakter.

b. Hasil pengembangan produk ini diharapkan mampu membantu meningkatkan

kualitas pendidikan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih dalam dunia

pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru: penelitian ini diharapkan mampu memudahkan guru dalam

mengontrol dan mengukur perkembangan domain afektif peserta didik.


6

b. Bagi Peserta Didik: penelitian ini diharapkan mampu membantu peserta didik

untuk lebih memaksimalkan penggunaan waktu pada hal-hal yang lebih positif

dan produktif.

c. Bagi Orang Tua: penelitian ini diharapkan mampu membantu orang tua dalam

upaya mendidik karakter peserta didik di lingkungan rumah.

d. Bagi Sekolah: penelitian ini diharapkan mampu membawa dampak positif

yang signifikan dalam perkembangan dimensi afeksi peserta didik dalam

lingkup sekolah.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya: penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan

bagi peneliti selanjutnya yang hendak meneliti aspek serupa.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Aspek-Aspek Pembelajaran

a. Aspek Kognitif

Aspek kognitif adalah aspek pembelajaran yang mengacu pada

kecerdasan intelektual dan inteligensi peserta didik. Istilah intelegensi

banyak digunakan, terutama dalam bidang psikologi dan pendidikan.

Menurut Singgih Gunarsa dalam Prawira (2012) inteligensi merupakan

suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh

ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya

dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan

intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut

kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca,

menulis, dan menghitung atau CALISTUNG). Sebelum masa ini, yaitu

masa prasekolah (usia Taman Kanak-Kanak atau Raudatul Athfal), daya

pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan atau berkhayal,

sedangkan pada usia SD/MI daya pikirnya sudah berkembang ke arah

berpikir konkret dan rasional.

Dilihat dari aspek perkembangan kognitif, menurut Piaget dalam

Sunarto & Agung (2013) masa ini berada tahap operasi konkret, yang

ditandai dengan kemampuan (1) mengklasifikasikan (mengelompokkan)

benda-benda berdasarkan ciri yang sama; (2) menyusun atau

7
8

mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau

bilangan; dan (3) memecahkan masalah (problem solving) sederhana.

Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi

dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola

pikir atau daya nalar peserta didik. Kepada peserta didik sudah dapat

diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis, dan berhitung

(CALISTUNG). Di samping itu, kepada peserta didik juga sudah dapat

diberikan dasar-dasar pengetahuan yang terkait dengan kehidupan

manusia, hewan, lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, dan agama.

Untuk mengembangkan daya nalar, daya cipta atau kreativitas

peserta didik, maka peserta didik perlu diberi peluang-peluang untuk

bertanya, berpendapat, atau menilai (memberikan kritik) tentang berbagai

hal yang terkait dengan pelajaran atau peristiwa yang terjadi di lingkungan

sekitar peserta didik.

b. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah satu dari tiga aspek yang menjadi

tujuan pendidikan yang akan dibentuk di bangku sekolah. Aspek

psikomotorik berhubungan dengan keterampilan dan kompetensi yang

dimiliki peserta didik. Pada usia sekolah dasar, perkembangan

psikomotorik yang baik ditandai dengan perkembangan fisik yang normal.

Hal ini disebabkan karena perkembangan fisik yang normal merupakan

salah satu faktor penentu (determinant factor) kelancaran proses belajar,

baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan.


9

Seiring dengan pertumbuhan fisik peserta didik yang matang, maka

perkembangan motorik peserta didik sudah dapat terkoordinasi dengan

baik. Setiap gerakan peserta didik sudah selaras dengan kebutuhan dan

minatnya. Usia sekolah dasar merupakan masa yang ideal untuk belajar

keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik motorik halus maupun

motorik kasar (Sunarto & Agung: 2013).

c. Aspek Afektif

Aspek afektif merupakan ranah dari sikap atau perilaku. Menurut

Winkel dalam Yusuf & Nani (2016) sikap adalah kecenderungan

seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai

yang dianggapnya baik atau tidak baik. Dengan demikian, aspek afektif

diajarkan sebagai upaya pemerolehan kecenderungan peserta didik untuk

menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek

itu sebagai hal yang berguna/ berharga (sikap positif) dan tidak berharga/

berguna (sikap negatif). Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang

berperanan sekali dalam mengambil tindakan (action), terlebih apabila

terbuka dengan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi untuk bertindak

atau tersedia beberapa alternatif.

Aspek afektif berhubungan dengan nilai (value), yang menyangkut

kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Dalam batasan tertentu

memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi

penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa

dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus


10

menerus terhadap nilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses

pembelajaran yang dilakukan guru. Aspek afektif merupakan refleksi dari

nilai yang dimiliki. Oleh karenanya, pendidikan sikap pada dasarnya

adalah pendidikan nilai.

Menurut Wina (2006) nilai adalah suatu konsep yang berada dalam

pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia

yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang

baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan

tidak adil, dan lain sebagainya. Pandangan seseorang tentang semua itu

tidak bisa diraba dan hanya bisa diketahui dari perilaku yang

bersangkutan. Oleh karena itulah nilai pada dasarnya standar perilaku,

ukuran yang menentukan atau kriteria seseorang tentang baik dan tidak

baik, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, dan lain sebagainya,

sehingga standar tersebut yang akan mewarnai perilaku seseorang. Dengan

demikian, pendidikan nilai pada dasarnya adalah proses penanaman nilai

kepada peserta didik yang diharapkan oleh karenanya peserta didik dapat

berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak

bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti dewasa ini, aspek

afektif merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini

disebabkan pada era global dewasa ini, peserta didik akan dihadapkan

pada banyak pilihan tentang nilai yang mungkin dianggapnya baik.

Pertukaran dan pengikisan nilai-nilai masyarakat dewasa ini akan mungkin


11

terjadi secara terbuka. Nilai-nilai yang dianggap baik oleh suatu kelompok

masyarakat bukan tak mungkin akan luntur digantikan oleh nilai-nilai baru

yang belum tentu cocok dengan budaya masyarakat.

Nilai bagi seseorang tidaklah statis, akan tetapi selalu berubah.

Setiap orang akan menganggap sesuatu itu baik sesuai dengan

pandangannya saat itu. Oleh sebab itu, maka sistem nilai yang dimiliki

seseorang itu bisa dibina dan diarahkan. Apabila seseorang menganggap

nilai agama di atas segalanya, maka nilai-nilai yang lain akan bergantung

pada nilai agama itu. Dengan demikian sikap seseorang sangat tergantung

pada sistem nilai yang dianggapnya paling benar, dan kemudian sikap itu

yang akan mengendalikan perilaku orang tersebut.

Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui

pembentukan sikap, yakni kecenderungan seseorang terhadap suatu objek.

Gulo dalam Wina (2006) menyimpulkan tentang nilai sebagai berikut:

1) Nilai tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya.

2) Pengembangan domain afektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek

kognitif dan aspek psikomotorik.

3) Masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berubah,

berkembang, sehingga bisa dibina.

4) Perkembangan nilai atau moral tidak terjadi sekaligus, tetapi melalui tahap

tertentu.

Pernyataan kesenangan dan ketidaksenangan seseorang terhadap

objek yang dihadapinya akan sangat dipengaruhi oleh tingkat


12

pemahamannya (aspek kognitif) terhadap objek tersebut. Oleh karena itu,

tingkat penalaran (kognitif) terhadap suatu objek dan kemampuan untuk

bertindak terhadapnya (psikomotorik) turut menentukan sikap seseorang

terhadap objek yang bersangkutan.

2. Hakikat Instrumen

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam

rangka mengumpulkan data. Dalam dunia pendidikan, instrumen alat ukur

yang digunakan untuk mengumpulkan data dapat berupa tes dan non-tes.

Tes atau penilaian merupakan alat ukur pengumpulan data yang

mendorong peserta didik memberikan penampilan maksimal sedangkan

instrument non-tes merupakan alat ukur yang mendorong peserta didik

untuk memberikan penampilan tipikal, yaitu melaporkan dirinya dengan

memberikan respon secara jujur sesuai dengan pikiran dan perasaannya.

Pengukuran dalam pendidikan melibatkan objek-objek yang

terdapat dalam proses pendidikan. Objek-objek dalam pengukuran

pendidikan secara teknis dikenal sebagai responden. Data dikumpulkan

dalam keadaan tertentu yang dikenal sebagai variabel. Responden dalam

pengukuran pendidikan dapat berupa manusia pelaku pendidikan yaitu

peserta didik, guru, kepala sekolah, karyawan, pengurus karyawan,

pengawas, komite sekolah, pengguna lulusan dan sebagainya serta hasil

karya manusia pelaku pendidikan berupa kurikulum, buku tes, sistem

evaluasi, buku harian, laporan administrasi, persiapan pengajaran,


13

anggaran pendapatan belanja sekolah, laporan kerja kepala sekolah,

laporan keuangan, media pembelajaran, metode mengajar dan sebagainya..

Dalam dunia pendidikan, instrumen yang digunakan sebagai

pengukur dalam keberhasilan sistem pendidikan terbagi atas dua, yaitu

instrumen tes dan non-tes.

a. Instrumen Tes

Menurut Susetyo dalam Asdar (2018) tes merupakan alat untuk

mengumpulkan data yang berkaitan dengan aspek kognitif subjek yang

diteliti. Selanjutnya, Kerlinger dalam Asdar (2018) mendefinisikan tes

sebagai seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada

seseorang (subjek penelitian) dengan maksud untuk mendapatkan jawaban

yang dijadikan dasar bagi penetapan skor atau angka.

Ada dua jenis tes yang dapat digunakan untuk memperoleh data

kognitif subjek penelitian, yaitu tes uraian dan tes objektif. Menurut

Sudjana dalam Asdar (2018) tes uraian merupakan alat penilaian aspek

kognitif yang berupa pertanyaan untuk mengarahkan subjek menjawab

dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,

membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis dengan

tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata atau bahasa sendiri

dalam bentuk tertulis.

Menurut Asdar (2018) tes objektif merupakan tes yang juga

digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik, perbedaan


14

tes objektif dan tes uraian terletak pada pemberian skor, dimana pemberian

skor pada tes objektif lebih mudah dibandingkan dengan tes uraian.

b. Instrumen Non-Tes

Instrumen non-tes merupakan alat ukur untuk mengungkapkan hal

yang tidak berkaitan dengan aspek kognitif subjek yang diteliti, seperti

motivasi, sikap, dan lain-lain. Instrumen semacam ini tidak berkaitan

benar atau salahnya jawaban atau respon yang diberikan subjek penelitian

(Susetyo dalam Asdar, 2018). Menurut Asdar (2018: 114-124) instrumen

non-tes yang umum digunakan antara lain:

1) Wawancara merupakan percakapan yang melibatkan dua individu yang terdiri

dari pewawancara atau individu yang bertanya dan orang yang diwawancarai

atau individu yang diharapkan memberi jawaban atas pertanyaan yang

diajukan pewawancara.

2) Kuesioner/Angket digunakan untuk memperoleh data tentang pendapat,

aspirasi, harapan, keinginan, keyakinan dan lain-lain dengan mengajukan

pertanyaan kepada subjek dengan mengajukan pertanyaan tertulis.

3) Observasi merupakan kegiatan mengamati gejala sosial yang terjadi dalam

dunia nyata dan merekam peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat.

4) Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapor, agenda

dan sebagainya.

5) Skala adalah bentuk instrumen yang digunakan untuk mengukur nilai, sikap,

minat, perhatian, dan lain-lain. Skala disusun dalam bentuk pernyataan untuk
15

diserahkan kepada responden untuk diberi nilai yang hasilnya dibuat dalam

bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

3. Daily Schedule

a. Pengertian Daily Schedule

Daily Schedule merupakan seperangkat instrumen non-tes berbasis

IT yang diinovasikan dalam bentuk aplikasi berisi kegiatan keseharian

peserta didik. Daily Schedule yang peneliti kembangkan memanfaatkan

kemajuan teknologi ke arah yang lebih positif dan produktif. Daily

Schedule terdiri atas dua varian, yang disesuaikan dengan tingkat kelas

peserta didik yang menggunakannya, yaitu daily schedule basic dan daily

schedule advanced.

Daily Schedule Basic diperuntukkan bagi peserta didik di kelas

rendah, yakni kelas 1, 2, dan 3, berisi format kegiatan-kegiatan positif

yang telah dijadwalkan untuk dilakukan oleh peserta didik, diharapkan

kegiatan tersebut berdampak positif pada domain afektif peserta didik

sedangkan daily schedule advanced diperuntukkan bagi peserta didik di

kelas tinggi, yakni 4, 5, dan 6, berisi form yang harus diisi oleh peserta

didik yang disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilakukan dalam satu

hari. Penggunaan daily schedule hendaknya didukung dengan kerja sama

antara guru dan orang tua atau wali peserta didik dalam mengarahkan,

mengawasi, dan mengontrol penggunaan daily schedule di sekolah dan di

rumah.

b. Komponen Daily Schedule


16

Komponen-komponen yang terdapat di dalam daily schedule yang

dikembangkan oleh peneliti berupa kolom-kolom yang berisi antara lain:

1) Kegiatan yang dilakukan

2) Waktu pelaksanaan

3) Keterangan pelaksanaan

4) Kolom penilaian

5) Keterangan penilaian

Aplikasi Daily
Siswa Guru Orang Tua
Schedule
17

Mulai

Membuat Daily
Schedule

Melakukan
Daily
Penilaian Meyimpan
Schedule Data

DATABASE

Mengontrol Laporan Daily


(LAPORAN DAILY Schedule
SCHEDULE)

Pengukuran
Afektivitas

Selesai

II.1 Flowchart Aplikasi Daily Schedule

c. Fungsi dan Manfaat Daily Schedule

Secara umum fungsi dan manfaat dari penggunaan daily schedule

antara lain:
18

1) Menanamkan kebiasaan-kebiasaan positif kepada peserta didik dengan

memberikan jadwal kegiatan-kegiatan yang positif untuk dilakukan oleh

peserta didik.

2) Melatih kedisiplinan peserta didik dalam menjalankan kegiatan yang

dilakukan.

3) Membiasakan sifat jujur dalam pengisian daily schedule.

4) Menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri peserta didik untuk

melaksanakan kegiatan yang terdapat dalam form daily schedule.

5) Melatih kemandirian peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan sendiri.

6) Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik dengan mempercayakan peserta

didik menjalankan kegiatan-kegiatannya secara mandiri.

7) Membentuk pola pikir peserta didik untuk lebih mampu memahami perbedaan

hal-hal baik dan buruk serta dampaknya dalam kehidupan.

4. Penerapan Daily Schedule Berbasis IT sebagai Instrumen Pengukur

Domain Afektif Peserta Didik

Penerapan daily schedule membutuhkan kerja sama antara guru

dan orang tua dalam mengintegrasikan dan menyelaraskan pola

pendidikan di sekolah dan pola pendidikan di rumah dengan

memanfaatkan teknologi. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi lebih

lanjut untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan daily

schedule. Adapun dalam penerapan daily schedule terdapat tiga pihak

yang harus mengetahui penggunaan daily schedule yang berbasis IT itu

sendiri, yaitu:
19

a. Tata Cara Penggunaan Daily Schedule oleh Peserta Didik

Bagi peserta didik yang merupakan pengguna utama dari daily

schedule adalah mengisi form-form yang tersedia. Peserta didik akan

memberikan tanda centang () jika kegiatan telah dilakukan dan memberi

tanda silang () jika kegiatan tidak dilakukan. Peserta didik harus

melakukan kegiatan dengan penuh tanggung jawab serta mengisi form

dengan jujur.

b. Tata Cara Penggunaan Daily Schedule oleh Guru

Dalam penerapan daily schedule, guru berperan sebagai sosok yang

mengontrol penggunaan produk. Jadi guru akan memeriksa daily schedule

peserta didik melalui portal yang tersedia bagi guru dan memastikan

bahwa peserta didik mengisi form-form kegiatan dan keterangan

pelaksanaan kegiatan peserta didik serta mengevaluasi kegiatan-kegiatan

yang berhasil dilakukan dan tidak berhasil dilakukan oleh peserta didik.

c. Tata Cara Penggunaan Daily Schedule oleh Orang Tua/ Wali

Dalam penggunannya di rumah, orang tua/ wali berperan dalam

mengarahkan, mengingatkan, dan mengawasi penggunaan daily schedule

di rumah. Hal ini karena dalam penggunaannya, daily schedule diakses

melalui smarthphone. Pendampingan dan pengawasan dari orang tua/wali

juga dimaksudkan agar dalam penggunaannya, peserta didik bisa lebih

terarah dan bijaksana serta dapat menghindarkan peserta didik dari konten-
20

konten yang bersifat negatif. Peranan orang tua/ wali juga dapat

mengeratkan ikatan emosional dan interaksi yang terjalin antara orang tua/

wali dan peserta didik.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian

ini, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Reno Rezita Aprilia (2017) dengan judul

“Pengembangan Ranah Afektif pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah Ajibarang Kabupaten

Banyumas”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan ranah afektif

peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Muhammadiyah Ajibarang Kabupaten Banyumas ditinjau pada lima tataran

afektif yaitu receiving (menerima atau memperhatikan), responding

(menanggapi), valuing (menilai atau menghargai), organization (mengatur

atau mengorganisasikan), dan characterization (karakteristik dengan suatu

nilai atau komplek nilai).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sustikawati (2017) dengan judul

“Pengembangan Instrumen Non Tes Berbasis Scientific Approach untuk

Pemetaan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA pada Kompetensi Psikomotorik”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemetaan hasil penilaian kompetensi

psikomotorik dengan menggunakan instrumen non tes berbasis scientific

approach mampu meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada tahap

persiapan, pelaksanaan, praktikum, pengambilan data, pengolahan data hasil


21

praktikum serta kegiatan akhir praktikum. Produk instrumen diperuntukkan

pada pemetaan hasil belajar fisika siswa SMA pada kompetensi psikomotorik

siswa secara menyeluruh.

C. Kerangka Pikir dan Bagan Pikir

Tujuan pendidikan nasional Indonesia yang tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 aline keempat adalah untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara hendaknya menjamin pendidikan

bangsa Indonesia baik itu melalui pendidikan formal, non-formal, dan

informal. Kecerdasan dalam dunia pendidikan terbagi atas beberapa aspek

kecerdasan, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk

pribadi peserta didik yang berwawasan luas dan berakhlakul karimah. Hal

ini yang dibutuhkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tidak

hanya cerdas secara intelektual tapi juga berperikemanusiaan.

Aspek Pembelajaran

Pengembangan Produk
Daily Schedule

Aplikasi Daily Schedule

Afektif Peserta Didik


22

II.2 Bagan Pikir


III. METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah Research and Development (R&D)

merupakan metode penelitian yang memiliki ciri dan tujuan yang spesifik. Cirinya

adalah R&D merupakan penelitian yang “mixed method” dan bersifat

multidisiplin atau interdisiplin. Tujuannya adalah untuk mencaritemukan

kebaruan, mengembangkan, dan menguji keefektifan suatu produk. Adapun

produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa intrumen non-tes yang

peneliti sebut daily schedule berbentuk aplikasi yang akan diisi oleh peserta didik

melalui smartphone yang dapat digunakan untuk mengukur domain afektif peserta

didik berdasarkan kegiatan keseharian yang dilakukan oleh peserta didik.

Torok, Borsi dan Tecls dalam Competitiveness in Research and

Development: Comparison and Performance (2005) secara garis besar membagi

tiga model R&D, yaitu linear, circular, dan random. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan model linear yang merupakan desain penelitian pengembangan

yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Mangkura II yang terletak di Jalan Boto

Lempangan No. 65, Sawerigading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.

Peneliti memilih sekolah tersebut karena siswa diperbolehkan membawa dan

menggunakan smartphone di sekolah pada waktu-waktu tertentu. Adapun waktu

penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019-2020.

21
22

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN Mangkura II Tahun Ajaran

2019-2020. Peneliti menggunakan dua kelas untuk uji coba terbatas dan satu kelas

untuk uji lapangan operasional. Subjek penelitian untuk uji lapangan operasional

sebanyak 31 peserta didik kelas 5 SDN Mangkura II. Subjek penelitian untuk uji

coba terbatas sebanyak 61 peserta didik yang terdiri dari 31 peserta didik kelas 5

SD Negeri Galangan Kapal 1 dan 30 peserta didik kelas 5 SD Negeri

Rappokalling. Peserta didik akan dipandu untuk menggunakan aplikasi daily

schedule yang telah dikembangkan untuk kemudian di isi dan tetap di kontrol

oleh guru kelas dan orang tua.

D. Metode Pengembangan Produk

1. Metode Pengembangan

Metode pengembangan produk yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode campuran yang merupakan gabungan antara metode induktif dan deduktif

dengan model prosedural. Model prosedural adalah model yang bersifat

deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menggunakan

produk.

2. Sasaran Produk

Sasaran produk yang dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini

ditujukan kepada peserta didik tingkatan Sekolah Dasar sebagai upaya untuk

membentuk dan menanamkan nilai-nilai positif dan kebiasaan-kebiasaan baik


23

pada domain afektif peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di

lingkungan sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan masyarakat.

3. Instrumen

a. Kisi-Kisi Instrumen

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas form daily

schedule yang disesuaikan dengan komponen dan aspek afeksi yang akan di

evaluasi.

No. Jam Kegiatan Sen Sel Rab Kam Jum Sab Min
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

3.1 Contoh Format Daily Schedule

b. Validasi Instrumen

Validasi instrumen bertujuan untuk mengukur dan menggambarkan suatu

keadaan aspek sesuai dengan maksud dari pembuatan instrumen tersebut dibuat,
24

sebagaimana dinyatakan oleh Gay dalam Hamid (2012). Dalam proses validasi

instrumen melibatkan pakar/ ahli dan guru kelas untuk mengevaluasi isi, format,

dan keefektifan produk. Validator instrumen dalam penelitian ini adalah Bapak

Dr. Asdar S.Pd., M.Pd selaku dosen ahli mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dari

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Bosowa dan validator

praktisi adalah Ibu Rosdiana S.Pd selaku guru kelas SD Negeri Galangan Kapal 1

Makassar.

E. Prosedur Pengembangan

1. Tahap Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Menurut Asdar (2018) tantangan dan tuntutan perkembangan zaman yang

semakin kompleks membuat manusia tidak terbebas dari berbagai masalah. Sering

terjadi jurang (gap) antara apa yang diharapkan dan realitas dalam masyarakat,

atau antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam masyarakat. Timbulnya

masalah berkaitan erat dengan kekurangmampuan seseorang menyesuaikan diri,

mengatasi atau menguasai lingkungan sekitarnya karena kekurangan atau

keterbatasan informasi atau fakta yang ada dan cara mengatasinya. Masalah dalam

dunia pendidikan yang perlu di kritisi adalah terkait dengan menurunnya moralitas

peserta didik, dimana tindak kriminal, tindakan asusila, dan berbagai

penyimpangan baik perilaku maupun sosial tidak lagi menjadi sesuatu yang asing

dan tabuh bagi peserta didik yang notabennya masih di bawah umur dan

seharusnya masih belajar dan mengeksplor kemampuan dirinya dengan mencoba

dan melakukan banyak hal positif.


25

Hal inilah yang menjadi alasan peneliti mengembangkan produk yang

diberi nama “daily schedule”. Daily schedule diperuntukkan untuk peserta didik

pada jenjang sekolah dasar, dimana pada jenjang inilah yang sangat cocok untuk

menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik kepada peserta didik yang akan

membentuk domain afektifnya dan menjadikan peserta didik sebagai individu

yang berakhlakul karimah dimanapun peserta didik berada.

2. Tahap Perencanaan

Daily schedule merupakan instrumen non tes yang dikembangkan berbasis

IT dalam hal ini web dan mobile dan diinovasikan dalam bentuk aplikasi dengan

menggunakan sistem kontrol proses dan PLC (Programmable Logic Controller).

Daily schedule digunakan oleh peserta didik untuk mengatur kegiatan-kegiatan

yang dilakukan setiap harinya. Semakin teratur pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan maka semakin efektif pula penerapan daily schedule untuk membentuk

domain afektif peserta didik.

3. Tahap Desain Produk

Tahap desain penelitian ini mengacu pada penjelasan Sugiyono (2008)

mengenai tahap-tahap R&D sebagai berikut:

Potensi dan Pengumpulan


Desain Produk
Masalah Data

Uji Coba Produk Revisi Desain Validasi Desain

Uji Coba
Revisi Produk Revisi Produk
Pemakaian
26

Sosialisasi Produk
F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Teknik Observasi

Menurut Matthews dan Ross dalam Haris (2015) observasi merupakan

metode pengumpulan data melalui indra manusia. Berdasarkan pernyataan ini,

indra manusia menjadi alat utama dalam melakukan observasi untuk mengamati

gejala sosial yang terjadi dalam dunia nyata dan merekam peristiwa-peristiwa

yang terjadi di masyarakat. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk

mengetahui gejala-gejala sosial awal peserta didik sebelum diberikan produk dan

setelah diberikan produk.

2. Teknik Wawancara

Tujuan penggunaan wawancara menurut Sudjana dalam Asdar (2018)

adalah untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, keyakinan dan

lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini, wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat guru dan orang

tua mengenai produk yang dikembangkan.

3. Kuesioner

Menurut Asdar (2018) kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh pendapat, aspirasi, harapan, keinginan subjek

penelitian dalam hal ini peserta didik dengan mengajukan pertanyaan secara
27

tertulis. Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengetahui pendapat

peserta didik mengenai efektivitas penggunaan produk terhadap domain afektif

peserta didik.

4. Dokumentasi

Menurut Arikunto dalam Asdar (2018), dokumentasi adalah mencari dan

mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, notulen, rapor, agenda, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini,

penggunaan teknik dokumentasi ditujukan untuk mendokumentasikan produk

yang telah dilengkapi oleh peserta didik dalam bentuk database.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang

berupa kata-kata yang diperoleh dari dokumen, wawancara atau observasi, yang

dituangkan dalam catatan lapangan. Data yang terkumpul disebut data lunak (Ali

dan Mohammad Asrori dalam Asdar, 2018). Dalam proses analisis data kualitatif

terdapat beberapa yang akan dilakukan, yaitu reduksi kata, display data,

kesimpulan dan verifikasi. Untuk mendapatkan persentase keefektifan produk

berdasarkan kuesioner yang telah , maka dapat digunakan rumus korelasi pearson

– r (The Pearson Product Moment Corelation Coeffisien), yaitu:

rxy = ∑ xy −¿ ¿ ¿ ¿

Keterangan:

rxy = Pearson- t

∑ x = Jumlah skor distribusi x


28

∑ y = Jumlah skor distribusi y


∑ xy = Jumlah perkalian skor x dan y

N = Jumlah responden x dan y yang mengisi kuesioner

∑ x2 = Jumlah kuadrat skor distribusi x

∑ y2 = Jumlah kuadrat skor distribusi y

Setelah menggunakan rumus korelasi pearson – r, maka untuk

mendapatkan hasil koreksi dan nilai persentase data disambung dengan

menggunakan rumus Spearman – Brown Corection of Odd- Even.

2 r oe
rtt = 1+ r
oe

Keterangan:

rtt = reliabilitas seluruh item

roe = product moment antar belahan


IV.JADWAL DAN ANGGARAN PENELITIAN

A. Jadwal Penelitian
Februari Maret April Mei Juni Juli
No Aktivitas Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Perencanaan
Pengembangan Aplikasi Daily
3.
Schedule Berbasis IT
4. Konsultasi Bab 1 – 3
5. Ujian Proposal
6. Penelitian
7. Validasi Instrumen
8. Revisi Produk
9. Uji Coba Terbatas
10. Uji Lapangan Operasional
11. Pengumpulan Data
12. Pengolahan Data
13. Konsultasi Bab 4 – 5
14. Ujian Hasil

29
30

B. Anggaran Penelitian

No Harga Jumlah
Material Kuantitas
. Satuan (Rp) Harga (Rp)
Peralatan Penunjang
1. Buku Referensi 10 buah 85.000 850.000
2. Software 300.000 300.000
3. Pengembangan Aplikasi 1.000.000 1.000.000
Bahan Habis Pakai
1. Kertas HVS A4 3 Rim 50.000 150.000
2. Tinta Printer 5 botol 50.000 250.000
3. Fotocopy Proposal 6 Rangkap 20.000 120.000
4. Fotocopy Skripsi 6 Rangkap 30.000 180.000
5. Jilid Skripsi 1 rangkap 25.000 25.000
Perjalanan
1. Transportasi 750.000
Biaya Ujian
1. Ujian Proposal 1 kali 550.000 550.000
2. Ujian Hasil 1 kali 550.000 550.000
Biaya Lain-Lain
1. Cenderamata Validator 2 orang 750.000 1.500.000
2. Biaya Tak Terduga 500.000
Total Rp 6.545.000,-
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Reno Rezita. 2017. Pengembangan Ranah Afektif pada Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah
Ajibarang Kabupaten Banyumas. Skripsi. Purwokerto: Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto.

Asdar. 2018. Metode Penelitian Pendidikan. Makassar: Azkiya Publishing.

Darmadi, Hamid. 2012. Dimensi-Dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan


Sosial. Bandung: Alfabeta.

Herdiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups sebagai


Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Mardalis. 2010. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi


Aksara.

Muchlis & Abd Rahman Pillang. 2013. Etika Profesi Keguruan. Makassar: Badan
Penerbit UNM.

Prawira, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Putra, Agfianto Eko. 2016. PLC Konsep Pemrograman dan Aplikasi. Yogyakarta:
Gava Media.

Putra, Nusa. 2015. Research & Development Penelitian dan Pengembangan


Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Bandung: Kencana.

Sudijono, Anas. 2015. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sunarto & B Agung Hartono. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sustikawati. 2017. Pengembangan Instrumen Non Tes Berbasis Scientific


Approach untuk Pemetaan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA pada

31
32

Kompetensi Psikomotorik. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Syafrizal, Melwin. 2005. Pengantar Jaringan Komputer. Yogyakarta: Andi.

Yusuf, A Muri. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan. Jakarta: Kencana.

Yusuf, Syamsu & Nani M Sugandhi. 2016. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai