Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ Larutan Koligatif “

Di susun oleh :
1. Miracle Christania Putri Daroel - 2210110501
2. Gabrielle Miracle Maharani Mangimpis - 221011050187
3. Eunike Elena Tandjung - 221011050183
4. Hanna Cheziya Rintik - 2210110501889
5. Firkah Annajiyah - 221011050185
6. Eugenia Eureka Gracia Lengkong - 221011050181
7. Jessen Samuel Wowor -221011050191

Mata Kuliah : Kimia Fisika

Fakultas Matematika & Pengetahuan Alam


Program Studi Farmasi
Universitas Sam Ratulangi Manado
2023

1|Page
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat dan penyertaan Tuhan semesta alam atas penyertaan dan tuntunan-
Nya sehingga kelompok bisa menyelesaikan makalah dengan topic pembahasan
yaitu “ Koligatif Larutan “.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu
dalam matakuliah kimia fisika, juga sebagai hasil presentasi kami kelompok
penyaji yang mempresentasikan mmateri tentang larutan kologatif berserta dengan
sifat sifatnya.
Kelompok penyusun sangat mengharapkan bahwa makalah ini bisa menjadi acuan
untuk pembaca dan pembaca juga bisa lebih menambah wawasan dalam membaca
makalah yang telah disusun oleh kelompok penyusun. Dengan makalah ini juga
kelompok penyusun dapat mempelajari banyak hal
Makalah yang disusun oleh penyusun makalah masih jauh dari kata kesempurnaan
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan sangat di harapkan oleh
kami kelompok penyusun makalah demi pengetahuan yang lebih untuk presentasi
presentasi dan makalah makalah yang mendatang, sekiranya itulah yang menjadi
pengantar dari kelompok untuk para pembaca.

Manado

Kelompok penyusun Makalah.

2|Page
DAFTAR ISI

M A K A L A H...............................................................................................................................1
“ Larutan Koligatif “........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3. Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1. Koligatif Larutan..................................................................................................................5
2.2. Klafifikasi Sifat Koligatif Larutan.......................................................................................7
2.3. Contoh penerapann sifat koligatif larutan dalam kehiupan sehari-hari..............................11
1. Menguap............................................................................................................................12
 perubahan wujud dari cair menjadi uap..........................................................................12
 tidak diseluruh bagian air................................................................................................12
 terjadi pada suhu berapapun............................................................................................12
2. Mendidih............................................................................................................................12
 naik dan pecahnya uap air ke permukaan air..................................................................12
 terjadi di permukaan air..................................................................................................12
 terjadi pada titik didih tertentu........................................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................15
3.2. Saran................................................................................................................................15
REFERENCES..............................................................................................................................16

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui sebagai mahasiswa koligatif larutan atau sifat larutan koligatif adalah
aksi reaksi yang terjadi karena adanya reaski kimia yang terjadi di antara sifat larutan yang hanya
dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut. Jadi semakin banyak zat terlarut, maka sifat
koligatif suatu larutan,padatan,gas akan semakin besar. Sifat koligatif larutan merupakan sifat
yang hanya memendang kuantitas dari pada kualitas, yang beratikan larutan seperti rasa, warna
dan kekentalan atau viskositas menjadi sifat sifat yang bergantung pada jenis zat terlarut.
Kesimpulan dari kedua pengertian ini adalah besarnya dampak atau sifat koligatif yang terjadi
hanya di pengaruhi oleh banyaknya jumlah zat terlarut yang mengakibatkan sifat koligatif
tersebut.
Sifat koligatif juga tanpa kita sadari sering sekali kita jumpai dalam kediupan sehari hari, karena
sifat koligatif larutan itu mencakup :
1. Penurunan tekanan uap
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmik
Penurunan tekanan uap terjadi ketika zat terlarut ditambahkan ke dalam pelarut, sehingga
tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni. Kenaikan titik didih terjadi
ketika zat terlarut ditambahkan ke dalam pelarut, sehingga titik didih larutan lebih tinggi dari
titik didih pelarut murni. Penurunan titik beku terjadi ketika zat terlarut ditambahkan ke dalam
pelarut, sehingga titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut murni. Tekanan osmotik
terjadi ketika larutan ditempatkan di dalam membran semipermeabel, sehingga air bergerak dari
area yang lebih sedikit terlarut ke area yang lebih banyak terlarut untuk mencapai keseimbangan.
Sifat-sifat koligatif ini berguna dalam berbagai aplikasi, seperti dalam industri makanan, farmasi,
dan kimia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Mengetahui apa itu koligatif larutan
2. Mengetahui Klasifikasi jenis sifat koligatif larutan
3. Contoh contoh koligatif larutan di keseharian manusia

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini bertujuan untuk membahas tentang rumusan makalah
seperti;

4|Page
Mengetahui apa yang di maksud dengan koligatif larutan, menegatuhi apa saja yang menjadi
jenis dan sifat dari koligatif larutan dan pembahasan mengenai contoh kologatif larutan yang
terjadi atau yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari hari.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Koligatif Larutan
Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif. Kata koligatif berasal dari kata Latin colligare
yang berarti berkumpul bersama. Maka dari itu, sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan
(kolektif) semua partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Sifat koligatif larutan
merupakan sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung
pada konsentrasi zat terlarutnya. Dasar dari hukum sifat koligatif adalah hukum Roult.
Kata koligatif sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni colligare yang berarti berkumpul bersama.
Maka sifat ini bergantung dengan pengaruh kebersamaan (kolektif) semua partikel dan tidak
pada sifat juga keadaan partikel. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak zat terlarut maka
sifat koligatif semakin besar. Sifat koligatif merupakan sifat yang hanya memandang kuantitas
bukan kualitas. Sifat larutan seperti warna, kekentalan (viskositas), dan warna menjadi sifat-sifat
yang bergantung pada jenis zat terlarut. Sebuah larutan yang memiliki sifat koligatif harus
memenuhi dua asumsi. Pertama zat terlarut tidak mudah menguap sehingga tidak memberikan
kontribusi pada uapnya. Kedua, zat terlarut tidak larut dalam pelarut padat.
Koligatif adalah sebuah istilah dalam kimia yang mengacu pada sifat-sifat larutan yang
bergantung pada konsentrasi atau jumlah partikel terlarut di dalamnya, tanpa memperhatikan
jenis partikel tersebut. Sifat koligatif dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi zat terlarut
dalam suatu larutan. Pada sistem pelarut murni titik didih, titik beku, tekanan uap, dan tekanan
osmotik hanya akan dapat dipengaruhi oleh molekul pelarut itu sendiri. Hal tersebut berbeda
dengan sistem pelarut yang terdiri dari pelarut dan terlarut,. Keberadaan zat terlarut dalam suatu
pelarut akan menyebabkan suatu perubahan tertentu pada keempat sifat pelarut tersebut.
Larutan merupakan campuran homogen yang membentuk satu fasa, yaitu mempunyai sifat dan
komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain di dekatnya. Kebanyakan larutan
mempunyai salah satu komponen yang besar jumlahnya. Komponen yang besar itu disebut
pelarut (solvent) dan yang lain disebut zat terlarut (solute). Untuk menyatakan komposisi larutan
secara kuantitatif, digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut
dengan pelarut Perbandingan itu dapat diungkapkan dengan dua cara yaitu:

 jumlah zat terlarut terhadap jumlah pelarut.


 jumlah zat terlarut terhadap jumlah larutan.

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis dan ukuran zat
terlarut, tetapi hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut.

5|Page
Konsentrasi Larutan
Jumlah partikel zat yang terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dalam suatu besaran, yakni
konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan terdiri dari molaritas (M), molalitas (m), dan fraksi mol
(X). Berikut penjelasan ketiganya.

1. MOLARITAS :
Molaritas merupakan banyaknya mol zat yang terlarut dalam satu liter larutan. Berikut rumus
yang digunakan dalam menghitung molaritas.

M = molaritas (M) V = volume (L atau mL) m = massa terlarut (gr)


n = mol zat (mol) ρ = massa jenis (gr/mL) Mr = molekul relatif (gr/mol)

2. MOLALITAS
Molalitas (m) menyatakan banyaknya molzat terlarut dalam setiap 1.000 gram pelarut.
Berikut rumus molalitas.
m = molalitas (m) gr = massa terlarut (gr)
p = massa pelarut (gr) Mr = molekul relatif (gr/mol)

3. FRAKSI MOL
Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan banyaknya mol dari zat pelarut dan pelarut
terhadap jumlah mol seluruh komponen dalam larutan. Dalam suatu larutan terdapat 2 fraksi
mol, yakni fraksi mol terlarut (Xt) dan fraksi mol pelarut (Xp). Berikut rumus fraksi mol.
Xt = fraksi mol terlarut
nt = mol terlarut
Xp = fraksi mol pelarut p = massa pelarut (gr)
np  = mol pelarut

6|Page
2.2. Klafifikasi Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan merupakan sifat laritan yang tidak bergantung dengan jenis zat yang
terlarut, tetapi bergantung pada banyaknya partikel zat yang terlarut dalam larutan. Sifat koligatif
larutan diklasifikasikan menjadi 4 kategori. Keempat kategori tersebut terdiri dari penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Hal tersebut
berbeda dengan sistem pelarut yang terdiri dari pelarut dan terlarut,. Keberadaan zat terlarut
dalam suatu pelarut akan menyebabkan suatu perubahan tertentu pada keempat sifat pelarut
tersebut. Zat terlarut volatil mengakibatkan tekanan uap jenuh larutan lebih besar dari tekanan
uap jenuh pelarut. Sedangkan, zat terlarut non volatile cenderung menurunkan tekanan uap jenuh
larutan. Perubahan tekanan uap akan berdampak pada titik didih dan titik beku larutan sehingga
terjadi sifat koligatif larutan.

1. Penurunan tekanan uap (∆P)


Penguapan merupakan peristiwa yang terjadi ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan
kelompoknya. Semakin lemah gaya tarik-menarik antarmolekul zat cair maka semakin mudah
zat cair tersebut menguap. Semakin mudah zat cair menguap maka semakin besar pula tekanan
uap jenuhnya. Tekanan uap merupakan jumlah atau banyaknya uap yang terbentuk di atas
permukaan zat cair. Ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan kelompoknya menjadi uap. Di
waktu bersamaan, uap tersebut akan kembali menjadi zat cair. Adapun tekanan uap jenuh
merupakan tekanan yang muncul ketika terjadi kesetimbangan antara jumlah partikel zat cair
menjadi uap dan jumlah uap menjadi zat cair.
Penguapan adalah proses lepasnya partikelpartikel cairan ke udara di atasnya dan berubah
menjadi fasa gas (uap). Ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan kelompoknya menjadi
uap, di saat yang bersamaan uap tersebut akan kembali menjadi zat cair. Tekanan yang
ditimbulkan pada saat terjadi kesetimbangan antara jumlah partikel zat cair menjadi uap dan
jumlah uap menjadi zat cair disebut tekanan uap jenuh. Tekanan uap jenuh yaitu tekanan uap
larutan di saat terjadi kesetimbangan antara jumlah partikel zat cair menjadi uap dan jumlah uap
menjadi zat cair dalam ruangan tertutup.
Pada tahun 1880-an, F. M. Raoult, seorang ahli kimia Prancis menyatakan bahwa melarutkan zat
terlarut memiliki dampak, yakni turunnya tekanan uap dari pelarut. Hukum Raoult tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut. ΔP = Xt . Pᵒ
Jika tekanan uap pelarut di atas larutan dilambangkan P maka ∆P = Po – P
Jika komponen larutan terdiri pelarut dan zat terlarut dengan tetapan rumus berikut: Xp + Xt = 1
maka Xt = 1 – Xp.
Keterangan :
Persamaan akan menjadi:
ΔP = Penurunan tekanan uap (mmHg)
ΔP = Xt . Pᵒ
Xp = Fraksi mol pelarut
Xt = Fraksi mol terlarut - P° = Tekanan uap jenuh pelarut7murni
| P a g(mmHg)
e

P = Tekanan uap larutan (mmHg)


Pᵒ – P = (1 – Xp) Pᵒ
Pᵒ – P = Pᵒ – Xp . Pᵒ
1. Kenaikan titik didih (∆Tb)
Titik didih zat cair merupakan suhu tetap ketika zat cair mendidih. Pada suhu itu, tekanan uap zat
cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal tersebut mengakibatkan munculnya
penguapan di seulur bagian zat cair. Titik didih zat cair dikur dengan tekanan 1 atmosfer.
Faktanya, titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya partikel-partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa
penguapan partikel-partikel pelarut. Adanya Partikel zat terlarut dalam suatu pelarut,
menyebabkan terhalanginya proses pergerakan molekul cairan menuju permukaan atau
meninggalkan lingkungan cairannya. Sehingga pada proses pemanasan cairan, ketika suhu sistem
sama dengan suhu didih normal pelarutnya, larutan belum akan mendidih, dan dibutuhkan suhu
yang lebih tinggi lagi untuk memulai proses pendidihan. Semakin banyak partikel zat terlarut
yang terlarut dalam pelarut, maka kenaikan titik didih larutan (ΔTb) akan semakin besar, yang
berakibat, titik didih larutan (TbLarutan) akan semakin tinggi. Kenaikan suhu didih larutan dari
suhu didih pelarut murninya disebut kenaikan titik didih larutan (ΔTb). Hubungan antara
banyaknya partikel zat terlarut dengan Nilai kenaikan titik didih larutan dinyatakan sebagai
selisih antara titik didih larutan (Tb) dengan titik didih pelarut murni (Tbo). Oleh sebab itu,
penguapan partikel-partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Adapun kenaikan titik
didih disebut perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni. Kenaikan titik didih
dilambangkan dengan ΔTb. Berikut rumus kenaikan titik didih.
ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut ΔTb = Tb – Tb° Keterangan:
Tb larutan (Tb) = Titik didih larutan (°C)
ΔTb = Kenaikan titik didih (°C)
Tb pelarut (Tb°) = Titik didih pelarut (°C)
m = Molalitas larutan (molal)
Secara umum semakin banyak zat yang terlarut dalam larutan maka kenaikan titik didih akan
semakin besar. Sehingga, persamaan untuk menentukan perubahan titik didih sebanding dengan
hasil kali molalitas ΔTb = m x Kb

Pelarut Titik Didih Tetapan (Kb)


Aseton 56,2 1,71
Benzena 80,1 2,53
Kamper 204 5,61
Karbon tetraklorida 76,5 4,95
Sikloheksana 80,7 2,79
Naftalena 217,7 5,8
Fenol 182 3,04 8|Page
Air 100 00,52
2. Penurunan titik beku (∆Tf)
Titik beku larutan merupakan suhu ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatannya atau titik yang mana air mulai membeku. Titik beku normal suatu zat adalah suhu
ketika zat melelh atau membeku pada tekanan 1 atm (keadaan normal). Titik beku pelarut murni
akan menurun ketika suatu zat terlarut ditambahkan pada suatu pelarut murni. Hal ini disebabkan
oleh adanya molekul-molekul pelarut sulit berubah menjadi fase cair karena pergerakan partikel
pelarut dihalangi oleh partikel terlarut. Dengan demikian, larutan akan membeku pada suhu yang
lebih rendah dibanding titik beku pelarut murni air. Penurunan titik beku (ΔTf) merupakan
selisih titik beku pelarut (Tfo) dengan titik beku larutan (Tf).

ΔTf = Tf pelarut – Tf larutan


ΔTf = Tf° – Tf
Menurut hukum Backman dan Raoult menyatakan bahwa penurunan titik beku dan kenaikan titik
didih berbanding langsung dengan molalitas yang terlarut di dalamnya. Berikut rumusnya.

ΔTf = m x Kf
Keterangan :
Tf larutan (Tb) = Titik beku larutan (°C)
Tf pelarut (Tb°) = Titik beku pelarut (°C)
ΔTf = Penurunan titik beku (°C)
m = Molalitas larutan (molal)
Kf = Tetapan penurunan titik beku molal (°C/molal )

Pelarut Titik Beku Tetapan (Kb)


Aseton -95,35 2,4
Benzena 5,45 5,12
Kamper 179,8 39,7
Karbon tetraklorida -23 29,8
Sikloheksana 6,5 20,1
Naftalena 80,5 6,94
Fenol 43 7,27
Air 0 1,86

9|Page
3. Tekanan osmotik (π)
Peristiwa osmosis merupakan proses perpindahan molekul pelarut dari satu larutan encer ke
larutan yang lebih pekat atau dari satu pelarut murni ke suatu larutan melalui selapu
semipermeabel.
Keberlangsungan peristiwa osmosis akan terus terjadi sampai suatu kesetimbangan atau hingga
kedua larutan isotonis tercapai. Hal tersebut ditandai dengan berhentinya perubahan volume
larutan. Adapun tekanan osmosis terjadi ketika terdapat perbedaan volume dua larutan pada
kesetimbangan yang menghasilkan suatu tekanan.
Tekanan osmosis juga dapat diartikan sebagai tekanan yang diberikan untuk mencegah
terjadinya peristiwa osmosis. Adapun menurut Van’t Hoff, tekanan osmotic merupakan larutan-
larutan encer yang dapat dikalkulasikan dnegan rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal
berikut ini.

PV = nRT atau П V = nRT


П = MRT
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang
melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membran semipermeabel adalah suatu selaput
yang dapat dilalui molekul-molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut.
Selaput semipermeabel hanya dapat dilalui oleh molekul pelarut tetapi tidak dapat dilalui oleh
molekul zat terlarut. Molekul-molekul pelarut akan merembes dari larutan encer ke larutan yang
lebih pekat. Proses perpindahan molekul pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat
atau dari pelarut murni ke suatu larutan melalui selaput semipermeabel disebut peristiwa
osmosis. Peristiwa osmosis akan berlangsung hingga dicapai suatu kesetimbangan. Hal ini
ditandai dengan berhentinya perubahan volume larutan.
Tekananosmosis dapat juga diartikan sebagai tekanan yang diberikan untuk mencegah terjadinya
peristiwa osmosis.

Keterangan :
П = Tekanan osmosis (atm)
M = Molaritas (mol/L)
R = Tetapan gas (0,082 atm L/mol K)
T = Suhu (K)
n= Mol terlarut (mol)
V = Volume larutan (L atau mL)
10 | P a g e
2.3. Contoh penerapann sifat koligatif larutan dalam kehiupan sehari-hari.

1. Penurunan Tekanan Uap Pelarut


Tekanan uap jenuh yaitu tekanan uap larutan disaat terjadi kesetimbangan antara jumlah partikel
zat cair menjadi uap dan jumlah uap menjadi zat cair dalam ruangan tertutup. Apa yang terjadi
dengan tekanan uap jika ke dalam suatu cairan (misalnya, air) dimasukkan zat yang tidak mudah
menguap (misalnya, gula pasir)? Adanya zat terlarut nonvolatile (tidak mudah menguap) di
dalam suatu pelarut dapat menurunkan tekanan uap pelarut. Mengapa demikian, adanya molekul-
molekul zat terlarut di antara molekul-molekul pelarut akan mengurangi kemampuan molekul-
molekul pelarut untuk berubah dari wujud cair ke wujud gas. Dalam larutan, molekul-molekul
zat terlarut tersebut, akan menghalangi molekul-molekul pelarut terlepas dari larutan untuk
menguap. Dengan demikian, jumlah molekul pelarut yang berada dalam keadaan uap menjadi
berkurang sehingga mengakibatkan penurunan tekanan uap larutan (ΔP)
Berikut manfaat penurunan tekanan uap pelarut dalam kehidupan sehari-hari.

 Mendapatkan benzene murni dengan pemisahan campuran dengan distilasi


bertingkat. Caranya dengan menggunakan prinsip perbedaan tekanan uap antara zat
pelarut dengan zat terlarut.
 Kolam apung memiliki kadar garam lebih tinggi dari kadar garam rata-rata di lautan
yang mencapai 34,5 per mil. Akibatnya, air sulit menguap karena tekanan uap
pelarut menurun yang disebabkan konsentrasi kadar garam yang sangat tinggi. Oleh
sebab ity, ketika berenang akan mengapung.
Contoh :
Berapakah tekanan uap parsial dan tekanan uap total pada suhu 25 °C di atas larutan dengan
jumlah fraksi mol benzena (C6H6) sama dengan jumlah fraksi mol toluena (C7H8)? Tekanan
uap benzena dan toluena pada suhu 25 °C berturut-turut adalah 95,1 mmHg dan 28,4 mmHg.

Jika larutan terdiri atas dua komponen dengan jumlah fraksi mol yang sama, fraksi mol
keduanya adalah 0,5.
Tekanan uap parsial: Pbenzena = xbenzena × Pbenzena = 0,5 × 95,1 mmHg = 47,6 mmHg
Ptoluena = xtoluena × Ptoluena = 0,5 × 28,4 mmHg = 14,2 mmHg
Tekanan uap total:
Ptotal = Pbenzena+ Ptoluena = 47,6 + 14,2 = 61,8 mmHg
Jadi, tekanan uap parsial benzena dan toluena adalah 47,6 mmHg dan 14,2 mmHg,

11 | P a g e
sedangkan tekanan uap total adalah 61,8 mmHg.

2. Kenaikan Titik Beku


Kenaikan titik didih larutan bermanfaat dalam kehidupan, di antaranya sebagai berikut.
 Distilasi yang menjadi cara untuk memisahkan larutan dengan zat pelarutnya. Caranya
dengan menaikkan suhu secara perlahan. Distilasi sendiri merupakan proses pemisahan
senyawa dalam suatu larutan dengan cara pendidihan.
 Penambahan garam ketika memasak dilakukan setelah air mendidih, Tujuannya sebagai
tindak pencegahan agar pada proses pemasakan tidak terlalu lama.

Jadi Titik didih adalah titik dimana air mendidih, Titik didih terjadi pada saat tekanan uap larutan
sama dengan tekanan udara luar. Titik didih normal suatu cairan merupakan suhu pada saat
tekanan uap sama dengan tekanan 1 atm. Misalnya titik didih normal air adalah 100oC. Titik
didih air di daerah yang memiliki tekanan lebih rendah seperti daerah pegunungan akan lebih
rendah dari 100oC. Semakin rendah tekanan udara luar, maka semakin rendah titik didih,
sehingga air lebih cepat mendidih di tempat tinggi. Perbedaan menguap dan mendidih, yaitu:
1. Menguap 2. Mendidih
 perubahan wujud dari cair menjadi uap  naik dan pecahnya uap air ke permukaan air
 tidak diseluruh bagian air  terjadi di permukaan air
 terjadi pada suhu berapapun  terjadi pada titik didih tertentu.

Hal ini disebabkan adanya partikel-partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi
peristiwa penguapan partikel-partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel-partikel
pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih
pelarut murni disebut kenaikan titik didih yang dinyatakan sebagai ΔTb (b berasal dari kata boil).
Titik didih suatu larutan lebih tinggi atau lebih rendah daripada titik didih pelarut, bergantung
pada kemudahan zat terlarut itu menguap dibandingkan dengan pelarutnya. Jika zat terlarut
tersebut tidak mudah menguap, misalnya larutan gula, larutan tersebut mendidih pada suhu yang
lebih tinggi daripada titik didih pelarut air. Sebaliknya, jika zat terlarut itu mudah menguap
misalnya etanol, larutan akan mendidih pada suhu di bawah titik didih air. Hukum sifat koligatif
dapat diterapkan dalam meramalkan titik didih larutan yang zat terlarutnya bukan elektrolit dan
tidak mudah menguap.

Contoh :

Hitunglah titik didih larutan yang mengandung 18 g glukosa, C6H12O6. (Ar C = 12 g/mol, Ar H
= 1g/mol, dan Ar O = 16 g/mol) dalam 250 g air. (Kb air = 0,52 °C/m)

Molalitas = massa × 1.000 Mr p = × 18 g 1.000 g/kg 180 g/mol 250 g = 0,4 m


ΔTb = Kbm = 0,52 °C/m × 0,4 m = 0,208 °C
Titik didih larutan = 100 + ΔTb
= 100 °C + 0,208 °C
= 100,208 °C
Jadi, titik didih larutan adalah 100,208 °C.
12 | P a g e
4. Penurunan Titik Beku

Penurunan titik beku bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, di antaranya sebagai berikut.
 Membuat zat antibeku pada radiator mobil dengan menambahkan cairan yang sulit
membeku seperti etilen glikol.
 Mencairkan salju di jalan raya dengan menaburi jalan raya menggunakan campuran
garam NaCl dan CaCl2. Penaburan ini akan menurunkan titik beku salju sehingga dapat
kembali menjadi ari. Semakin tinggi konsentrasi garam maka akan semakin menurun titik
bekunya.
 Membuat campuran pendingin pada es putar dengan cairan pendingin yang memiliki titik
beku jauh di bawah 00 Pada pembuatan es putar dengan mencampurkan kepingan es batu
dengan garam dapur dalam sbeuah bejana berlapis kayu. Pada percampuran itu, es batu
akan mencair sedangkan suhu campuran turun. Semantara campuran bahan pembuat es
putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini
kemudian dimasukkan ke dalam cairan pendingin dengan terus diaduk sehingga
campuran membeku.
Pada sistem A, molekul pelarut dapat dengan mudah bergabung sehingga membentuk fase padat
pada titik beku normal. Pada sistem B, molekul molekul pelarut susah berubah menjadi fase cair
karena partikel lterlarut menghalangi pergerakanpartikel pelarut. Apa yang terjadi bila zat
terlarut semakin banyak? Titik beku adalah titik dimana air mulai membeku. Titik beku normal
suatu zat adalah suhu pada saat zat meleleh atau membeku pada tekanan 1 atm (keadaan normal).
Jika suatu zat terlarut ditambahkan pada suatu pelarut murni hingga membentuk larutan maka
titik beku pelarut murni akan mengalami penurunan.

Contoh :
Berapakah titik beku larutan yang terbuat dari 10 g urea CO(NH2)2 dalam 100 g air? (massa
molar urea 60 g/mol, Kf air = 1,86 °C/m)
Mol urea= = = massa urea 10 g 0,17 mol urea 60 g/mol Mr
Molalitas urea = mol urea massa air = 0,17mol 0,1 kg = 1,7 m

13 | P a g e
ΔTf =Kf m = 1,86 °C/m × 1,7 m = 3,16 °C
Jadi, larutan tersebut memiliki titik beku 3,16 °C di bawah 0 °C atau pada –3,16 °C.

4. Tekanan Osmotik
Osmosis adalah merembesnya partikel-partikel pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan
yang lebih pekat melalui suatu membran semipermeabel Membran semipermiabel hanya
melewatkan molekul zat tertentu sementara zat yang lainnya tertahan.
Berikut contoh tekanan osmotik yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 Desalinasi air laut melalui osmosis balik seperti pada pemurnian air laut. Osmosis
balik sendiri merupakan perembesan pelarut dari larutan ke pelarut atau dari larutan
yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer.
 Mesin pencuci darah yang digunakan oleh pasien penderita gagal ginjal. Mesih
tersebut digunakan untuk mencuci darah, cara kerjanya menggunakan mesin dialisis.
 Penyerapan air oleh akar tanaman. Hal tetsebut terjadi karena dalam tanaman
memiliki zat-zat terlarut sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air yang ada
di dalam tanah. Sehingga, akan mudah diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan.
 Membasmi lintah dengan menaburkan sejumlah garam dapur (NaCl) ke permukaan
tubuh pacet atau lintah.
 Mengontrol bentuk sel agar tidak pecah atau mengalami kerusakan.
 Tekanan osmotik dalam sel darah merah.
 Membuat cairan fiologis. Tekanan osmosis terjadi pada peristiwa masuknya larutan
infus ke dalam tubuh melalui pembuluh darah. Cairan infus yang dimasukkan harus
isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi osmosis, baik ke dalam ataupun ke
luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah tidak mengalami kerusakan.
 Membasmi Keong mas. Hewan lunak seperti keong mas akan mati karena proses
osmosis apabila permukaan tubuhnya diberi garam.
 Pengawetan makanan. Garam dapur dapat membunuh mikroba penyebab makanan
busuk yang berada di permukaan makanan. Penyerapan air oleh akar tanaman.
Tumbuhan menyerap air dari dalam tanah melalui proses osmosis.

Contoh :
Dalam larutan encer, 0,001 M gula dalam air dipisahkan dari air murni dengan
menggunakan membran osmosis. Berapakah tekanan osmotik dalam torr pada
suhu 25 °C?

π = MRT

= (0,001 mol/L) (0,0821 L atm/mol K) (298 K) = 0,0245 atm


π dalam torr = 0,0245 atm × 760 torr
1 atm

= 18,6 torr
Jadi, tekanan osmotik 0,001 M gula dalam air adalah 18,6 torr.

14 | P a g e
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah di bahas tuntas kesimpuland dari materi tentang sifat koligatif
larutan adalah sebagai berikut, Kimia adalah ilmu alam yang mempelajari sifat, struktur,
komposisi, dan perubahan materi. Kimia mencakup berbagai aspek, mulai dari pemahaman
tentang atom dan molekul hingga aplikasi dalam berbagai industri seperti farmasi, material, dan
teknologi energi. Dalam kimia, reaksi kimia adalah perubahan materi yang terjadi karena adanya
interaksi antara partikel-partikel yang terlibat dalam reaksi. Reaksi kimia dapat dijelaskan
melalui hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap. Kimia juga mempelajari
berbagai sifat dan sifat-sifat koligatif larutan, seperti tekanan osmotik, penurunan titik beku,
kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik koloid. Sifat-sifat ini memiliki aplikasi yang luas
dalam berbagai industri dan penelitian ilmiah.
Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel pelarut dan
partikel terlarut dalam larutan tersebut, namun tidak bergantung pada jenis partikel yang terlibat.
Beberapa sifat koligatif larutan meliputi:

 Tekanan Osmotik: Tekanan osmotik larutan adalah tekanan yang dibutuhkan untuk
mencegah aliran air masuk ke dalam larutan melalui membran semipermeabel. Tekanan
osmotik tergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan.

 Penurunan Titik Beku: Penurunan titik beku adalah penurunan suhu beku pelarut akibat
ditambahkan zat terlarut ke dalamnya. Penurunan titik beku tergantung pada konsentrasi
zat terlarut dalam larutan.

 Kenaikan Titik Didih: Kenaikan titik didih adalah kenaikan suhu didih pelarut akibat
ditambahkan zat terlarut ke dalamnya. Kenaikan titik didih tergantung pada konsentrasi
zat terlarut dalam larutan.

 Tekanan Osmotik Koloid: Partikel koloid dalam larutan juga dapat mempengaruhi
tekanan osmotik, namun efeknya tidak sebesar pada larutan sejati.

Kesimpulannya, sifat koligatif larutan bergantung pada jumlah partikel dalam larutan, bukan
jenis partikel. Hal ini berlaku untuk tekanan osmotik, penurunan titik beku, kenaikan titik didih,
dan tekanan osmotik koloid. Sifat-sifat ini memiliki aplikasi yang luas dalam berbagai industri
dan penelitian ilmiah.

3.2. Saran

15 | P a g e
Saran yang bisa kami berikan sebagai penyusun materi kepada para pembaca adalah teruslah
belajar untuk menggapai sesuatu yang kalian inginkan, dalam pembahasan ini metode belajar
yang benar adalah dengan konsisten, seorang saintis harus kritis dan berpengetahuan luas.

REFERENCES

[1] Alisa, "Gramedia.com," Gramedia blog, 12 May 2021. [Online]. Available:


https://www.gramedia.com/literasi/sifat-koligatif-larutan-soal/. [Accessed 9
March 2023].
[2] S. Sarmian Sitanggang, Sifat Koligatif Larutan, Lingga: Kemendikbud, 2019.

[3] I. Rahayu, Praktis Belajar Kimia, -: Departemen Pendidikan Nasional, -.

[4] Y. F. d. Lopez, Sifat Koligatif Larutan, Kupang, NTT: Politeknik Pertanian


Negeri Kupang, -.
[5] S. Wijaya, "Sifat koligatif Larutan," ayovaksindinkes.id, 8 Maret 2023.
[Online]. Available: https://www.ayovaksindinkeskdi.id/sifat-koligatif-
larutan/. [Accessed 10 maret 2023].
[6] A. Wreta, "detikBali," detik.com, 23 November 2022. [Online]. Available:
https://www.detik.com/bali/berita/d-6421701/sifat-koligatif-larutan-
pengertian-manfaat-dan-contoh-soalnya. [Accessed 10 Maret 2023].

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai