Disusun oleh :
Friska Sukmaningsih
Jihan Fadila
Shervia Marshella R
Pertama – tama, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan sebuah Laporan Praktikum Kimia dengan tema Sifat Koligatif
Larutan. Laporan ini berjudul “Penerapan Sifat Koligatif Larutan Penurunan Titik
Beku”. Tugas ini penulis kerjakan untuk lebih mengetahui dan menambah
pengetahuan dalam bidang Kimia dan tujuan yang paling utama dari laporan ini
adalah untuk menyelesaikan tugas Praktikum Kimia Kelas XII Semester 1.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan laporan
ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Alyxia Stellata A N,
S.Si., M.Pd selaku guru mata pelajaran Kimia, orangtua, teman – teman satu
kelompok, teman – teman kelas XII MIA 2, serta pihak – pihak lain yang tidak
dapat kami sebutkan satu – persatu.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Tujuan.............................................................................................................. 1
Manfaat............................................................................................................ 2
ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan.............................................................................................................. 23
Alat .................................................................................................................. 23
Bahan ............................................................................................................... 23
BAB V PENUTUP
Kesimpulan ..................................................................................................... 26
Saran ................................................................................................................ 26
LAMPIRAN .................................................................................................... 28
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.1 Tabel Larutan Berdasarkan Fase Zat Terlarut dan Pelarutnya
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian Sifat Koligatif Larutan
1
1.3.2 Mengetahui perbedaan antara Sifat Koligatif Larutan Non – elektrolit
dengan Elektrolit
1.3.3 Mengetahui gambaran diagram PT nya
1.3.4 Mengetahui penerapan Sifat Koligatif Larutan dalam kehidupan sehari
– hari
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi penulis :
1.4..1.1 Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada tentang mata
pelajaran Kimia khususnya pada Bab Sifat Koligatif Larutan.
1.4.1.2 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Sifat Koligatif
Larutan dengan melakukan praktek dan percobaan secara langsung.
1.4.1.3 Dapat mengetahui langsung penerapan Sifat Koligatif Larutan
khususnya Penurunan Titik Beku.
1.4.1.4 Dapat mendapatkan nilai Kimia yang lebih baik jika benar – benar
paham atas pelajaran Sifat Koligatif Larutan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh
banyaknya partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan
oleh banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang
konsentrasi larutan.
3
lebih tinggi dari titik didih pelarut murni, sehingga dikatakan terjadinya
kenaikan titik didih.
Penurunan titik beku (ΔTf)
Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan
lebih kecil daripada titik beku pelarutnya, sehingga dikatakan terjadinya
penurunan titik beku.
Tekanan osmotik (Π)
Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat
menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan
melalui membran semi permeabel (proses osmosis).
Molaritas (M)
Molaritas adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1 liter larutan.
Molalitas (m)
4
Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000
gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut:
Fraksi Mol
5
Zat pelarut mempunyai jumlah yang lebih banyak dalam campuran.
Berikut ini contoh lain dari suatu larutan berdasarkan fase zat terlarut dan
pelarutnya :
Table 2.2.1 Tabel Larutan Berdasarkan Fase Zat Terlarut dan Pelarutnya
Larutan Elektrolit
Contoh :
Bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif (Na+) dan ion
negatif (Cl-.). Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif
yang dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan
elektrolit.
7
daya hantarnya juga kuat.
Berikut ini kation dan anion yang dapat membentuk elektrolit kuat :
Kation : Na+, L+, K+, Mg2+, Ca2+, Sr2+, Ba2+, NH4+
Anion : Cl-, Br–, I–, SO42-, NO3-, ClO4 –, HSO4 –, CO3 2-, HCO3 –
c. dan Fe(OH)3).
Larutan Non-Elektrolit
9
Glukosa = C6H12O6
Sukrosa = C12H22O11
Etanol = C2H2OH
Tekanan uap jenuh suatu zat begantung pada jenis zat dan suhu. Suatu
zat yang molekul-molekulnya mudah melepaskan diri dari cairannya, akan
menghaslkan molekul dalam bentuk uap. Hal itu berarti tekanan uap
jenuhnya makin besar. Jadi, jika partikel uap makin banyak, maka tekanan
uap makin besar. Zat yang mudah menguap disebut volatil, misal alcohol.
Zat yang sukar mearutt disebut nonvolatil, misalnya gula, urea, dan garam.
Jika suhu suatu larutan cairan dinaikkan, maka makin banyak partikel
yang menjadi uap, maka tekanan uap jenuh cairan makin tinggi. Tekanan
uap jenuh larutan dinyatakan dengan P dan tekanan uap pelarut murni
dinyatakan dengan Po. Karena tekanan uap larutan lebih kecil daripada
tekanan uap pelarut murninya, maka terjadi penurunan tekanan uap. Selisih
antara tekanan uap jenuh pelarut murni (Po) dengan tekanan uap jenuh
larutan (P) disebut penurunan tekanan uap jenuh (∆P). Jadi,
∆P = Po – P
Tekanan uap jenuh larutan (P), besarnya sama dengan hasil kai tekanan
uap jenuh pelarut murni Po dengan fraksi mol pelarut tersebut di dalam
larutan (XA).
10
P = XA x Po
∆P = XB x Po
Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh
cairan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan yang diberikan pada
permukaan cairan). Perubahan fase padat, cair, dan gas dapat kita liat pada
diagram PT.
Garis AB adalah garis didih air, artinya pada setiap titik pada garis AB
terdapat kesetimbangan antara cair dan gas. Garis AC adalah garis beku air,
11
artinya setiap garis AC terdapat kesetimbangan antara padat dan cair. Titik
A disebut titik tripel air, artinya pada titik A itu tercapai kesetimbangan
antara caur, padat, dan gas. Suhu pada titik tripel itu adalah 0,0099 oC dan
tekanannya 0,0060 atm. Pada tekanan udara luar 1 atm, air mendidih pada
suhu 100 oC (titik B). selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut
disebut kenaikan titik didih (∆Tb).
Atau
∆Tb = Kb x m
Pada saat tercapai kesetimbangan antara cair dan padat, suhu itu
disebut suhu beku. Titik beku larutan adalah suhu pada saar mulai terbentuk
padatan ( membeku). Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku
larutan disebut penurunan titik beku (∆Tf).Larutan akan membeku pada
suhu yang lebih rendah dari pelarutnya. Seperti gambar dibawah ini.
12
Gambar 2.3.3.1 Diagram Penurunan Titik Beku
Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah daripada
pelarut murni. Ini berarti penurunan tekanan uap jenuh menyebabkan
penurunan titik beku larutan.
Atau
∆Tf = Tfo - Tf
∆Tf = Kf x m
13
Osmosis adalah proses spontan perpindahan pelarut dari larutan yang
lebih encer ke larutan yang lebih pekat melalui membaran semipermeable.
Membrane semipermeable adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul-
molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut ( menahan zat
terlarut).Tekanan osmotik suatu larutan adalah tekanan luar yang dikenakan
pada larutan untuk menghentikan osmosis.
∏ = gaya/luas = A x p x g x h/A = p x g x h
∏=MxRxT
M = kemolaran (mol/liter)
14
Dua larutan yang memiliki tekanan osmotic sama disebut isotonik.
Larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih besar dari larutan yang
lain disebut hipertonik. Sebaliknya yang tekanan osmotiknya lebih kecil
disebut hipotonik.
i = 1 + (n - 1)α
Dimana :
Berikut ini adalah beberapa sifat koligatif larutan elektrolit yang telah
dirumuskan dalam sebuah persamaan matematis berdasarkan tinjauan dari :
Penurunan tekanan uap, Kenaikan titik didih, Penurunan titik beku dan
Tekanan Osmosis.
15
ΔP = P0 . Xterlarut . i
Dimana :
ΔTb = kb . m. i
Dimana :
ΔTf = kf . m . i
Dimana :
16
2.4.4 Rumus untuk mencari Tekanan osmotik (Π)
Π=M.R.T.i
Dimana :
17
benzena-toluena. Bagaimana mendapatkan benzena murni apabila
larutan yang terdiri atas benzena dan toluena yang memiliki fraksi mol
yang sama? Untuk mendapatkan benzena murni menggunakan
pemisahan campuran dengan distilasi bertingkat, dengan mengguakan
prinsip berbedaan tekanan uap antara zat pelarut dengan zat terlarut.
2. Kolam Apung
Kolam apung Atlantis Water Adventure yang berada di Taman
Impian jaya Ancol Jakarta merupakan contoh terjadinya penurunan
tekanan uap pelarut. Air yang berada di kolam apung ini memiliki
kadar garam yang sangat tinggi, bahkan 10 kali lipat tingginya
dibandingkan kadar garam rata-rata dilautan. Air atau pelarut yang ada
dikolam apung ini sulit menguap karena tekanan uap pelarut menurun
disebabkan karena konsentrasi kadar garam yang sangat tinggi.
Semakin banyak jumlah zat terlarut, maka pelarut semakin sukar
menguap. Dengan kata lain, adanya zat terlarut menyebabkan
penurunan tekanan uap cairan. Karena memiliki konsentrasi zat
terlarut sangat tinggi, maka pada saat kita berenang di sini akan
mengapung atau tidak tenggelam.
19
tersebut dapat mencairkan salju. Semakin banyak garam yang
ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang mencair.
3. Pengawetan Makanan
20
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan
ditemukan, garam dapur digunakan untuk mengawetkan makanan.
Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busuk yang
berada di permukaan makanan.
4. Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal
ini karena garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah
mampu menyerap air yang ada dalam tubuh sehingga lintah akan
kekurangan air dalam tubuhnya.
21
1. Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan senyawa dalam suatu larutan
dengan cara pendidihan. Larutan yang akan dipisahkan dengan zat
terlarutnya, suhunya dinaikkan secara perlahan agar zat terlarut
menguap dan dapat dipisahkan dengan pelarutnya. Jadi sangat penting
sekali mengetahui titik didih zat terlarut agar waktu yang diperlukan
untuk mendidihkan larutan tersebut dapat diketahui. Kenaikan titik
didih juga digunakan untuk mengklasifikasikan bahan bakar yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Air mendidih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair
mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan
udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di
seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1
atmosfer. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut
murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel – partikel zat terlarut
dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel –
partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel–partikel pelarut
membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan
dengan titik didih pelarut murni disebut sebagai kenaikan titik didih.
Contohnya air mendidih pada 100 °C pada tekanan 1 atm. Jika air
tersebut ditambahkan dengan garam maka titik didihnya menjadi lebih
dari 100 °C pada tekanan yang sama. Itu artinya air pada larutan
garam mengalami kenaikan titik didih. Kenaikan titik didih larutan
garam ini tergantung dari konsentrasi garam di dalam air, semakin
banyak kandungan garam maka kenaikan titik didihnya makin tinggi.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tujuan
3.2 Alat
1. Kompor
2. Sendok
3. Plastik kecil (1/2 kg)
4. Kaleng berukuran sedang
3.3 Bahan
1. Santan kelapa murni
2. ½ kg gula pasir
3. 50 gram tepung maizena
4. Garam halus secukupnya
5. Es batu
6. Garam kasar
7. Pop ice
24
BAB IV
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada
jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat koligatif larutan meliputi
penurunan tekanan uap jenuh, kenaikkan titik didih, penurunan titik beku,
dan tekanan osmosis. Penurunan titik beku adalah perbedaan titik beku
akibat partikel zat terlarut.
5.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
Dokumentasi Alat dan Bahan
28
Dokumentasi Percobaan
29