Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

“Penerapan Sifat Koligatif Larutan Penurunan Titik Beku”

Disusun oleh :

Annisa Nurul Aini

Friska Sukmaningsih

Hashfi Tsaqifah Tiarani

Jihan Fadila

Safitri Setya Analita

Shafa Zahira Dahlan

Shervia Marshella R

SMA NEGERI 1 CIKARANG PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Pertama – tama, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan sebuah Laporan Praktikum Kimia dengan tema Sifat Koligatif
Larutan. Laporan ini berjudul “Penerapan Sifat Koligatif Larutan Penurunan Titik
Beku”. Tugas ini penulis kerjakan untuk lebih mengetahui dan menambah
pengetahuan dalam bidang Kimia dan tujuan yang paling utama dari laporan ini
adalah untuk menyelesaikan tugas Praktikum Kimia Kelas XII Semester 1.

Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan laporan
ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Alyxia Stellata A N,
S.Si., M.Pd selaku guru mata pelajaran Kimia, orangtua, teman – teman satu
kelompok, teman – teman kelas XII MIA 2, serta pihak – pihak lain yang tidak
dapat kami sebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna, masih banyak


kekurangan dan kekhilafan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan – rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan laporan ini.

Bekasi, 10 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................................ 1

Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

Tujuan.............................................................................................................. 1

Manfaat............................................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI

Pengertian Sifat Koligatif Larutan .................................................................. 3

Pengertian Larutan .......................................................................................... 5

Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit .............................................................. 10

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit .................................................................... 15

Penerapan Sifat Koligatif Larutan................................................................... 17

ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan.............................................................................................................. 23

Alat .................................................................................................................. 23

Bahan ............................................................................................................... 23

Cara Kerja ....................................................................................................... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Percobaan ............................................................................................... 25

BAB V PENUTUP

Kesimpulan ..................................................................................................... 26

Saran ................................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

LAMPIRAN .................................................................................................... 28

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.1 Tabel Larutan Berdasarkan Fase Zat Terlarut dan Pelarutnya

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3.2.1 Diagram PT

Gambar 2.3.3.1 Diagram Penurunan Titik Beku

v
DAFTAR LAMPIRAN

Dokumentasi Alat dan Bahan


Dokumentasi Percobaan

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat.
Adanya interaksi antara zat terlarut dan pelarut dapat berakibat terjadinya
perubahan sifat fisis dari komponen-komponen penyusun larutan tersebut.
Salah satu sifat yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara zat terlarut
dengan pelarut adalah sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat
larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut di dalam
larutan, dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut.
Hukum Ralout merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang
disebut sifat koligatif (dari bahasa lain colligare, yang berarti “megumpul
bersama”) sebab sifat-sifat itu tergantung pada efek kolektif jumlah partikel
terlarut, bukannya pada sifat partikel yang terlibat. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Sifat Koligatif Larutan?
1.2.2 Apa yang membedakan antara Sifat Koligatif Larutan Non – elektrolit
dengan Elektrolit?
1.2.3 Bagaimana gambaran diagram PT nya?
1.2.4 Bagaimana penerapan Sifat Koligatif Larutan dalam kehidupan sehari –
hari?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian Sifat Koligatif Larutan

1
1.3.2 Mengetahui perbedaan antara Sifat Koligatif Larutan Non – elektrolit
dengan Elektrolit
1.3.3 Mengetahui gambaran diagram PT nya
1.3.4 Mengetahui penerapan Sifat Koligatif Larutan dalam kehidupan sehari
– hari

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi penulis :
1.4..1.1 Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada tentang mata
pelajaran Kimia khususnya pada Bab Sifat Koligatif Larutan.
1.4.1.2 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Sifat Koligatif
Larutan dengan melakukan praktek dan percobaan secara langsung.
1.4.1.3 Dapat mengetahui langsung penerapan Sifat Koligatif Larutan
khususnya Penurunan Titik Beku.
1.4.1.4 Dapat mendapatkan nilai Kimia yang lebih baik jika benar – benar
paham atas pelajaran Sifat Koligatif Larutan.

1.4.2 Manfaat bagi pembaca :


1.4.2.1 Lebih memahami kompetensi dasar tentang mata pelajaran Kimia
kelas XII.
1.4.2.2 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Sifat Koligatif
Larutan.
1.4.2.3 Dapat mengetahui penerapan Sifat Koligatif Larutan khususnya
Penurunan Titik Beku.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung


pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat
terlarutnya. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif
larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.

Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh
banyaknya partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan
oleh banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang
konsentrasi larutan.

Secara sederhananya kita dapat menyimpulkan bahwa sifat koligatif


itu merupakan sifat yang hanya melihat "kuantitas" bukan kualitas ataupun
jenis. Sifat larutan seperti rasa, warna, dan kekentalan (viskositas)
merupakan sifat-sifat yang bergantung pada jenis zat terlarut

Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka


akan didapat suatu larutan yang mengalami:

 Penurunan tekanan uap jenuh (ΔP)


Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini
adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke
dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini
disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari
pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.
 Kenaikan titik didih (ΔTb)
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan

3
lebih tinggi dari titik didih pelarut murni, sehingga dikatakan terjadinya
kenaikan titik didih.
 Penurunan titik beku (ΔTf)
Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan
lebih kecil daripada titik beku pelarutnya, sehingga dikatakan terjadinya
penurunan titik beku.
 Tekanan osmotik (Π)
Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat
menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan
melalui membran semi permeabel (proses osmosis).

Konsentrasi larutan dan sifat larutan mempengaruhi jumlah partikel


dalam larutan. Terdapat perbedaan jumlah partikel dalam larutan
nonelektrolit dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun
konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai
menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan nonelektrolit tidak membentuk ion-
ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

Molaritas (M)

Molaritas adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1 liter larutan.

Keterangan : M = molaritas, Mr = massa molar zat terlarut (g/mol), V =


volume larutan,

Molalitas (m)

4
Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000
gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut:

Keterangan: m = molalitas (mol/kg), Mr = massa molar zat terlarut


(g/mol), massa = massa zat terlarut (g), P = massa zat pelarut (g)

Fraksi Mol

Fraksi mol adalah suatu ukuran konsentrasi larutan yang menyatakan


perbandingan dari jumlah mol pada sebagian zat terhadap jumlah
keseluruhan mol yang ada dalam komponen larutan.

2.2 Pengertian Larutan

Larutan adalah campuran yang besifat homogen (serbasama) antara


zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Zat terlarut (solute) adalah
zat yang terdispersi ( tersebar secara merata ) dalam zat pelarut.Zat terlarut
mempunyai jumlah yang lebih sedikit dalam campuran. Zat pelarut
(solvent) adalahz at yang mendispersikan komponen-komponen zat terlarut.

5
Zat pelarut mempunyai jumlah yang lebih banyak dalam campuran.

Contoh dari sebuah larutan adalah larutan garam. Larutan garam


merupakan campuran dari garam dan air. Yang menjadi zat terlarut
(solute) adalah garam, sedangkan yang menjadi zat pelarutnya (solvent)
adalah air.

Berikut ini contoh lain dari suatu larutan berdasarkan fase zat terlarut dan
pelarutnya :

Solvent Contoh Solute Contoh Contoh campuran


(Pelarut) (Terlarut)
Zat cair Air Zat cair Alkohol Spiritus
Zat cair Aseton Gas Asetilen Zat untuk las
Zat cair Air Zat padat Garam Larutan garam
Gas Udara Zat cair Minyak Wangi Spray
Gas O2 Gas He Gas untuk mengelas
Gas O2 Zat padat Naftalen Kamfer
Zat Cd Zat cair Hg Amalgam gigi
padat
Zat Pd Gas H2 Gas oven
padat
Zat Au Zat padat Ag
padat

Table 2.2.1 Tabel Larutan Berdasarkan Fase Zat Terlarut dan Pelarutnya

Larutan Elektrolit

Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa larutan elektrolit


adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Dimana kekuatan
daya hantar arus listriknya dinyatakan dengan nilai koefisien ionisasi (α).
6
Sehingga berdasarkan nilai koefisien ionisasi (α), larutan elektrolit dapat
dibagi lagi menjadi :

 Larutan elektrolit kuat.


Larutan elektrolit yang memiliki koefisien ionisasi (α) sama dengan 1 (
α=1
 Larutan elektrolit lemah.
Larutan elektrolit yang memiliki koefisien ionisasi (α) → 0 < α < 1

Dalam larutan elektrolit molekul-molekulnya terurai (terdisosiasi) jadi


partikel-partikel bermuatan listrik positif serta negatif yang disebut dengan
ion (ion positif-ion negatif).

Kenapa Larutan Elektrolit Dapat Menghantarkan Arus Listrik ?

Penyebab dari larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik


dikarenakan larutan elektrolit mengandung ion positif dan ion negatif yang
bisa bergerak bebas sehingga, kedua gabungan ion tersebut dapat
menghantarkan listrik. Pembuktian ini telah dilakukan pertama kali
oleh ilmuan yang bernama August Svante Arhenius pada tahun 1887.

Contoh :
Bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif (Na+) dan ion
negatif (Cl-.). Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif
yang dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan
elektrolit.

Apa itu Larutan Eleltrolit Kuat ?

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang keseluruhan molekulnya


terurai menjadi ion-ion sempurna sehingga koefisien ionisasi (α) = 1.
Karena banyak terbentuknya ion-ion penghantar listrik maka akan membuat

7
daya hantarnya juga kuat.

Ciri-Ciri Larutan Elektrolit Kuat


1. Terionisasi dengan sempurna molekul-molekul larutannya
2. Memiliki derajat atau koefisien ionisasi (α) = 1
3. Bersifat penghantar arus listrik kuat atau baik
4. Jika diuji, larutan elektrolit kuat memiliki nyala lampu yang terang
5. terdapat gelembung gas yang banyak

Berikut ini kation dan anion yang dapat membentuk elektrolit kuat :
Kation : Na+, L+, K+, Mg2+, Ca2+, Sr2+, Ba2+, NH4+

Anion : Cl-, Br–, I–, SO42-, NO3-, ClO4 –, HSO4 –, CO3 2-, HCO3 –

Contoh elektrolit kuat berdasarkan golongan :


a. Garam (NaCl, KCl, CuSO4 dan KNO3),

b. Asam Kuat (HCl, HI, HBr, H2SO4 dan HNO3), dan

c. Basa Kuat (NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2 dan KOH)

Apa itu Larutan Eleltrolit Lemah ?

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang hanya sebagian


molekulnya yang terionisasi (ionisasi tidak sempurna), sehingga hanya
sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan listrik. Larutan elektrolit lemah
mengandung zat yang hanya sebagian kecil menjadi ion – ion ketika larut
dalam air. Jadi makin sedikit yang terionisasi, makin lemah elektrolit
tersebut

Ciri-Ciri Larutan Elektrolit Lemah


8
1. Hanya terionisasi sebagian molekul-molekul larutannya
2. Memiliki derajat atau koefisien ionisasi (α) : 0 < α < 1
3. Bersifat penghantar arus listrik kurang baik atau lemah.
4. Jika diuji, larutan elektrolit kuat memiliki nyala lampu yang redup.
5. terdapat gelembung gas yang sedikit

Contoh Larutan Elektrolit Lemah :


a. Asam Lemah (HCN, H3PO4, CH3COOH, dan C2O3)

b. Basa Lemah (NH4OH, Al(OH3),

c. dan Fe(OH)3).

Larutan Non-Elektrolit

Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak bisa menghantarkan


arus listrik (kebalikan dari larutan elektrolit). Larutan non-elektrolit
memiliki molekul yang tidak dapat terurai menjadi ion (tidak terionisasi).
Dengan demikian larutan non-elektrolit tidak memiliki ion positif dan ion
negatif, akibatnya larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Ciri-Ciri Larutan Non-Elektrolit


1. Tidak terionisasi
2. Memiliki derajat atau koefisien ionisasi (α) : α = 0
3. Tidak dapat menghantarkan arus listrik.
4. Jika diuji, larutan non-elektrolit tidak dapat menyalakan lampu
5. Tida terdapat gelembung gas

Contoh Larutan Non-Elektrolit:


Urea = CO (NH2)2

9
Glukosa = C6H12O6

Sukrosa = C12H22O11

Etanol = C2H2OH

2.3 Sifat Koligatif Larutan Non-Elektrolit

2.3.1 Penurunan Tekanan Uap

Tekanan uap jenuh suatu zat begantung pada jenis zat dan suhu. Suatu
zat yang molekul-molekulnya mudah melepaskan diri dari cairannya, akan
menghaslkan molekul dalam bentuk uap. Hal itu berarti tekanan uap
jenuhnya makin besar. Jadi, jika partikel uap makin banyak, maka tekanan
uap makin besar. Zat yang mudah menguap disebut volatil, misal alcohol.
Zat yang sukar mearutt disebut nonvolatil, misalnya gula, urea, dan garam.

Jika suhu suatu larutan cairan dinaikkan, maka makin banyak partikel
yang menjadi uap, maka tekanan uap jenuh cairan makin tinggi. Tekanan
uap jenuh larutan dinyatakan dengan P dan tekanan uap pelarut murni
dinyatakan dengan Po. Karena tekanan uap larutan lebih kecil daripada
tekanan uap pelarut murninya, maka terjadi penurunan tekanan uap. Selisih
antara tekanan uap jenuh pelarut murni (Po) dengan tekanan uap jenuh
larutan (P) disebut penurunan tekanan uap jenuh (∆P). Jadi,

∆P = Po – P

Bunyi hukum Roult adalah sebagai berikut.

Tekanan uap jenuh larutan (P), besarnya sama dengan hasil kai tekanan
uap jenuh pelarut murni Po dengan fraksi mol pelarut tersebut di dalam
larutan (XA).
10
P = XA x Po

Penurunan tekanan uap, ∆P

∆P = XB x Po

Keterangan: P = tekanan uap jenuh larutan

∆P = penurunan tekanan uap jenuh

XA = fraksi mol pelarut

XB = fraksi mol zat terlarut

Po = tekanan uap pelarut murni

2.3.2 Kenaikan Titik didih (∆Tb)

Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh
cairan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan yang diberikan pada
permukaan cairan). Perubahan fase padat, cair, dan gas dapat kita liat pada
diagram PT.

Gambar 2.3.2.1 Diagram PT

Garis AB adalah garis didih air, artinya pada setiap titik pada garis AB
terdapat kesetimbangan antara cair dan gas. Garis AC adalah garis beku air,
11
artinya setiap garis AC terdapat kesetimbangan antara padat dan cair. Titik
A disebut titik tripel air, artinya pada titik A itu tercapai kesetimbangan
antara caur, padat, dan gas. Suhu pada titik tripel itu adalah 0,0099 oC dan
tekanannya 0,0060 atm. Pada tekanan udara luar 1 atm, air mendidih pada
suhu 100 oC (titik B). selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut
disebut kenaikan titik didih (∆Tb).

∆Tb = titik didih (Tb) larutan – titik didih (Tb) pelarut

Atau

∆Tb = Tb larutan – Tbo

Kenaikan titik didih dirumuskan berturut-turut sebagai berikut.

∆Tb = Kb x m

Keterangan: ∆Tb = kenaikan titik didih larutan (oC)

Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC/m)

Tb = titik didih larutan (°C)

Tb° = titik didih pelarut (°C)

2.3.3 Penurunan Titik Beku (∆Tf)

Pada saat tercapai kesetimbangan antara cair dan padat, suhu itu
disebut suhu beku. Titik beku larutan adalah suhu pada saar mulai terbentuk
padatan ( membeku). Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku
larutan disebut penurunan titik beku (∆Tf).Larutan akan membeku pada
suhu yang lebih rendah dari pelarutnya. Seperti gambar dibawah ini.

12
Gambar 2.3.3.1 Diagram Penurunan Titik Beku

Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah daripada
pelarut murni. Ini berarti penurunan tekanan uap jenuh menyebabkan
penurunan titik beku larutan.

∆Tf = titik beku (Tf) pelarut – titik beku (Tf) larutan

Atau

∆Tf = Tfo - Tf

Penurunan titik beku dirumuskan sebagai berikut.

∆Tf = Kf x m

Keterangan : ∆Tf = penurunan titik beku larutan (oC)

Kf = tetapan penurunan titik beku molal (oC/m)

m = molalitas larutan (mol/kg)

Tfo = titik beku pelarut (°C)

Tf = titik beku larutan (°C)

2.3.4 Tekanan Osmotik Larutan

13
Osmosis adalah proses spontan perpindahan pelarut dari larutan yang
lebih encer ke larutan yang lebih pekat melalui membaran semipermeable.
Membrane semipermeable adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul-
molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut ( menahan zat
terlarut).Tekanan osmotik suatu larutan adalah tekanan luar yang dikenakan
pada larutan untuk menghentikan osmosis.

Rumus tekanan osmotik.

∏ = gaya/luas = A x p x g x h/A = p x g x h

Keterangan: ∏ = tekanan osmotic (dyne/cm2)

P = massa jenis cairan, untuk larutan encer kira-kira 1,0


gram/cm3

g = konstanta gravitasi (980,7 cm/detik2)

h = selisih tinggi permukaan kedua cairan (cm2)

A = luas kolom gelas (cm2)

Hubungan tekanan osmotik larutan encer sesuai dengan persamaan gas


ideal.

∏=MxRxT

Keterangan: ∏ = tekanan osmotic (atm)

M = kemolaran (mol/liter)

R = 22,4/273 = 0,082 L.atm/mol.K

T = suhu mutlak (K) = 273+ … oC

14
Dua larutan yang memiliki tekanan osmotic sama disebut isotonik.
Larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih besar dari larutan yang
lain disebut hipertonik. Sebaliknya yang tekanan osmotiknya lebih kecil
disebut hipotonik.

2.4 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa larutan elektrolit


adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Dimana kekuatan
daya hantar arus listriknya dinyatakan dengan nilai koefisien ionisasi (α).

Banyaknya partikel zat terlarut hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit


dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat koligatif larutan
elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff., seperti yang
dirumuskan seperti di bawah ini :

i = 1 + (n - 1)α

Dimana :

 i adalah faktor Van't Hoff


 n adalah jumlah koefisien kation
 α adalah derajat ionisasi

Berikut ini adalah beberapa sifat koligatif larutan elektrolit yang telah
dirumuskan dalam sebuah persamaan matematis berdasarkan tinjauan dari :
Penurunan tekanan uap, Kenaikan titik didih, Penurunan titik beku dan
Tekanan Osmosis.

2.4.1 Rumus Penurunan Tekanan Uap Jenuh (ΔP) dengan memakai


faktor Van't Hoff

15
ΔP = P0 . Xterlarut . i

Dimana :

 ΔP adalah Penurunan Tekanan Uap Jenuh


 Xterlarut adalah fraksi mol terlarut
 P0 adalah tekanan uap jenuh pelarut murni
 i adalah faktor Van't Hoff

2.4.2 Rumus untuk mencari Kenaikan titik didih

ΔTb = kb . m. i

Dimana :

 ΔTb adalah Kenaikan titik didih (oC)


 kb adalah tetapan kenaikan titik didih molal (oC kg/mol)
 P0 adalah tekanan uap jenuh pelarut murni
 i adalah faktor Van't Hoff
 m adalah molalitas larutan (mol/kg)

2.4.3 Rumus untuk mencari Penurunan Titik Beku

ΔTf = kf . m . i

Dimana :

 ΔTf adalah Penurunan Titik Beku (oC)


 kf tetapan perubahan titik beku (oC kg/mol)
 P0 adalah tekanan uap jenuh pelarut murni
 i adalah faktor Van't Hoff
 m adalah molalitas larutan (mol/kg)

16
2.4.4 Rumus untuk mencari Tekanan osmotik (Π)

Π=M.R.T.i

Dimana :

 Π adalah Tekanan osmotik (oC)


 R adalah tetapan gas (0,082)
 M adalag Molaritas larutan
 i adalah faktor Van't Hoff
 T adalah suhu mutlak.

2.5 Penerapan Sifat Koligatif Larutan


Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung
pada konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat
koligatif larutan meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik
didih, dan tekanan osmotik. Sifat koligatif terutama penurunan titik beku
dan tekanan osmosis memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-
hari. Beberapa penerapan penurunan titik beku dapat mempertahankan
kehidupan selama musim dingin. Penerapan tekanan osmosis ditemukan di
alam, dalam bidang kesehatan, dan dalam ilmu biologi. Berikut ini
penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan dalam kehidupan
sehari-hari.

2.5.1 PENERAPAN PENURUNAN TEKANAN UAP

1. Mendapatkan Benzena Murni


Tahukah kamu bahan bakar untuk pesawat terbang? Bahan
bakar untuk pesawat terbang bernama avgas (aviation gasoline) atau
yang lebih dikenal dengan nama bensol. Nama lain dari bensol adalah
benzena. Benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi.
Benzena biasanya tercampur dengan toluena yang membentuk larutan

17
benzena-toluena. Bagaimana mendapatkan benzena murni apabila
larutan yang terdiri atas benzena dan toluena yang memiliki fraksi mol
yang sama? Untuk mendapatkan benzena murni menggunakan
pemisahan campuran dengan distilasi bertingkat, dengan mengguakan
prinsip berbedaan tekanan uap antara zat pelarut dengan zat terlarut.

2. Kolam Apung
Kolam apung Atlantis Water Adventure yang berada di Taman
Impian jaya Ancol Jakarta merupakan contoh terjadinya penurunan
tekanan uap pelarut. Air yang berada di kolam apung ini memiliki
kadar garam yang sangat tinggi, bahkan 10 kali lipat tingginya
dibandingkan kadar garam rata-rata dilautan. Air atau pelarut yang ada
dikolam apung ini sulit menguap karena tekanan uap pelarut menurun
disebabkan karena konsentrasi kadar garam yang sangat tinggi.
Semakin banyak jumlah zat terlarut, maka pelarut semakin sukar
menguap. Dengan kata lain, adanya zat terlarut menyebabkan
penurunan tekanan uap cairan. Karena memiliki konsentrasi zat
terlarut sangat tinggi, maka pada saat kita berenang di sini akan
mengapung atau tidak tenggelam.

2.5.2 PENERAPAN PENURUNAN TITIK BEKU


1. Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku
jauh di bawah 0oC. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga
digunakan untuk membuat es putar. Cairan pendingin dibuat dengan
melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air.

Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan


mencampurkan garam dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah
bejana berlapis kayu. Pada pencampuran itu, es batu akan mencair
sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu, campuran bahan
pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari
18
bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam
cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran
membeku.

2. Antibeku pada Radiator Mobil


Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya
ditambahkan etilen glikol. Di daerah beriklim dingin, air radiator
mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan, maka radiator kendaraan
akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke dalam air
radiator diharapkan titik beku air dalam radiator menurun, dengan kata
lain air tidak mudah membeku.

3. Antibeku dalam Tubuh Hewan


Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti
beruang kutub, memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan
titik beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung
zat-zat antibeku yang mempu menurunkan titik beku air hingga 0,8oC.
Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang
suhunya mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya
dapat mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya.
Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara
lain serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung
gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan
gliserol darah sedangkan nematoda mengandung gliserol dan
trihalose.

4. Antibeku untuk Mencairkan Salju


Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju
terjadi, jalanan dipenuhi es salju. Hal ini tentu saja membuat
kendaraan sulit untuk melaju. Untuk mengatasinya, jalanan bersalju
tersebut ditaburi campuran garam NaCL dan CaCl2. Penaburan garam

19
tersebut dapat mencairkan salju. Semakin banyak garam yang
ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang mencair.

5. Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)


Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk
menentukan massa molekul relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan
karena sifat koligatif bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dengan
mengetahui massa zat terlarut (G) serta nilai penurunan titik bekunya,
maka massa molekul relatif zat terlarut itu dapat ditentukan.

5.2.3 PENERAPAN TEKANAN OSMOSIS


1. Mengontrol Bentuk Sel
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama
disebut isotonik. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis
lebih rendah daripada larutan lain disebut hipotonik. Sementara itu,
larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi
daripada larutan lain disebut hipertonik.
Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke
dalam darah. Cairan infus harus isotonik dengan cairan intrasel agar
tidak terjadi osmosis, baik ke dalam ataupun ke luar sel darah. Dengan
demikian, sel-sel darah tidak mengalami kerusakan.

2. Mesin Cuci Darah


Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah.
Terapi menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan
molekul kecil-kecil seperti urea melalui membran semipermeabel dan
masuk ke cairan lain, kemudian dibuang. Membran tak dapat
ditembus oleh molekul besar seperti protein sehingga akan tetap
berada di dalam darah.

3. Pengawetan Makanan

20
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan
ditemukan, garam dapur digunakan untuk mengawetkan makanan.
Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busuk yang
berada di permukaan makanan.

4. Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal
ini karena garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah
mampu menyerap air yang ada dalam tubuh sehingga lintah akan
kekurangan air dalam tubuhnya.

5. Penyerapan Air oleh Akar Tanaman


Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut
diserap oleh tanaman melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat
terlarut sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air di sekitar
tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh tanaman.

6. Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik


Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke pelarut,
atau dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer.
Osmosis balik terjadi jika kepada larutan diberikan tekanan yang lebih
besar dari tekanan osmotiknya.
Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut.
Dengan memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar
daripada tekanan osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air
asin ke dalam air murni melalui selaput yang permeabel untuk air
tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa tekanan yang cukup
besar, air secara spontan akan merembes dari air murni ke dalam air
asin.

5.2.4 PENERAPAN KENAIKAN TITIK DIDIH

21
1. Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan senyawa dalam suatu larutan
dengan cara pendidihan. Larutan yang akan dipisahkan dengan zat
terlarutnya, suhunya dinaikkan secara perlahan agar zat terlarut
menguap dan dapat dipisahkan dengan pelarutnya. Jadi sangat penting
sekali mengetahui titik didih zat terlarut agar waktu yang diperlukan
untuk mendidihkan larutan tersebut dapat diketahui. Kenaikan titik
didih juga digunakan untuk mengklasifikasikan bahan bakar yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Air mendidih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair
mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan
udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di
seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1
atmosfer. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut
murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel – partikel zat terlarut
dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel –
partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel–partikel pelarut
membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan
dengan titik didih pelarut murni disebut sebagai kenaikan titik didih.
Contohnya air mendidih pada 100 °C pada tekanan 1 atm. Jika air
tersebut ditambahkan dengan garam maka titik didihnya menjadi lebih
dari 100 °C pada tekanan yang sama. Itu artinya air pada larutan
garam mengalami kenaikan titik didih. Kenaikan titik didih larutan
garam ini tergantung dari konsentrasi garam di dalam air, semakin
banyak kandungan garam maka kenaikan titik didihnya makin tinggi.

22
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Membuat Es Krim Sederhana dengan Cara Kimia

3.1 Tujuan

Untuk mengetahui penerapan Sifat Koligatif Larutan tentang Penurunan


Titik Beku.

3.2 Alat

1. Kompor
2. Sendok
3. Plastik kecil (1/2 kg)
4. Kaleng berukuran sedang

3.3 Bahan
1. Santan kelapa murni
2. ½ kg gula pasir
3. 50 gram tepung maizena
4. Garam halus secukupnya
5. Es batu
6. Garam kasar
7. Pop ice

3.4 Cara Kerja


1. Panaskan santan hingga mengental. Aduk terus, jangan sampai santan
pecah.
2. Masukkan popice, aduk hingga rata.
3. Tambahkan tepung maizena dan gula sedikit demi sedikit kedalam
larutan, aduk hingga mengental.
23
4. Setelah mengental, angkat kemudian dinginkan. Masukkan larutan
tersebut ke dalam plastik (1/2 kg) kemudian ikat rapat-rapat.
5. Masukkan es batu yang telah di pecah ke dalam kaleng. Taburkan garam
secara merata di atasnya (ukur suhu). Tutup kaleng tersebut lalu putar
untuk membuat larutan membeku. Jika batu es mulai mencair, buang air
dan gantilah dengan bongkahan batu es yang baru. Putar kaleng 15-30
menit.
6. Es goyang siap di hidangkan. Hias sesuai keinginan. Penampilan yang
menarik akan ikut mempengaruhi ketertarikan orang untuk es goyang itu
sendiri.

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Adonan es krim dalam plastik yang terendam es batu dan air


yang telah diberi garam dapat membeku seiring proses
pengguncangan. Hal ini terjadi karena proses perpindahan kalor dari
adonan es krim ke campuran es batu, air, dan garam. Temperatur
normal campuran es dan air adalah 0o C, sedangkan temperatur
diperlukan untuk membekukan es krim yakni lebih kecil. Untuk
mencapai suhu tersebut perlu ditambah garam/zat terlarut lainnya.
Garam berfungsi menurunkan titik beku larutan. Garam larut dengan
es yang mencair membentuk air garam dan menurunkan
temperaturnya. Selama proses ini memerlukan panas. Larutan tersebut
mendapat kalor dari adonan es krim sehingga es krim
memadat.Pengguncangan selama proses pembekuan bertujuan untuk
memperkecil ukuran kristal es yang terbentuk sehingga es krim
semakin halus.Adonan es krim membeku setelah belasan/puluhan
menit proses pengguncangan pada wadah yang berisi larutan air
garam. Hasilnya terbukti dengan tekstur es krim yang beku memiliki
tekstur lembut.

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya bergantung pada
jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat koligatif larutan meliputi
penurunan tekanan uap jenuh, kenaikkan titik didih, penurunan titik beku,
dan tekanan osmosis. Penurunan titik beku adalah perbedaan titik beku
akibat partikel zat terlarut.

Pembuatan es krim dengan campuran es dan air dapat dilakukan


dengan penambahan garam Garam yang berfungsi menurunkan titik beku
larutan. Ketika es dicampur engan garam, es mencair dan terlarut
membentuk air garam serta menurunkan temperaturnya. Proses
inimemerlukan panas dari luar. Campuran itu mendapatkan panas dari
adonan es krim maka hasilnya adalah es krim padat dan lezat seperti yang
diinginkan.

5.2 Saran

Dalam pembuatan es krim, harus diperhatikan kualitas alat dan


bahan.Tidak perlu membeli alat/mesin pembuatan es krim, karena kita pun
dapat merancangnya dengan sangat sederhana. Waktu dan tenaga yang
dibutuhkan juga tidak banyak. Dan yang terpenting, menghemat
pengeluaran dan dapat menambah keterampilan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Malvin. “Perbedaan Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan


Nonelektrolit”. 9 September 2018. https://bfl-
definisi.blogspot.com/2017/11/perbedaan-sifat-koligatif-larutan.html .

Ardi, Malvin. “Pengertian Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”. 9


September 2018. https://bfl-definisi.blogspot.com/2017/08/larutan-
elektrolit-non-elektrolit.html .

Online, Mafia. “Contoh Sifat Koligatif Larutan Dalam Kehidupan


Sehari – hari”. 10 September 2018.
https://mafia.mafiaol.com/2017/08/contoh-sifat-klogatif-larutan-
dalam.html .

27
LAMPIRAN
Dokumentasi Alat dan Bahan

28
Dokumentasi Percobaan

29

Anda mungkin juga menyukai