Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM V

TERMODINAMIKA KIMIA

Disusun Oleh :
1. ASTRID M. RUNTUKAHU (19101105007)
2. AYU WATI NINGSIH (19101105019)
3. CITRA F. MARSIDI (19101105020)
4. DITA W. CAHYANI (19101105025)
5. FADILAH AL-A’IZZAH (19101105041)
6. SHABRINA F. WAHYUDI (19101105026)
7. SHALSA S. FIRDAUS (19101105005)

LABORATORIUM KIMIA DASAR


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
TERMODINAMIKA KIMIA

1. ASTRID M. RUNTUKAHU (19101105007)


2. AYU WATI NINGSIH (19101105019)
3. CITRA F. MARSIDI (19101105020)
4. DITA WULAN CAHYANI (19101105025)
5. FADILAH AL-A’IZZAH (19101105041)
6. SHABRINA F. WAHYUDI (19101105026)
7. SHALSA S. FIRDAUS (19101105005)

Laporan Praktikum Kimia Umum sebagai Salah Satu Syaraat untuk Lulus Praktikum
Kimia Umum pada Program Studi Farmasi

LABORATORIUM KIMIA DASAR


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Termodinamika Kimia

Nama : Dita Wulan Cahyani

NIM : 19101105025

Kelompok :V

Kelas : 2019 A

Program Studi : Farmasi

Manado, 2 Oktober 2019

Mengetahui,

Asisten Dosen Dosen Penanggung Jawab

Nathanael Subadio Irma Antasionasti, S.Pd., M.Sc.


NIM: 17101105049 NIP: 199011072018032001

Tanggal disetujui :

PERNYATAAN KEASLIAN
Saya mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam Universitas Sam
Ratulangi yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dita Wulan Cahyani
NIM : 19101105025
Kelompok :V
Program Studi : Farmasi
Judul : Reaksi Asam Basa

Dengan ini kami menyatakan bahwa dalam laporan praktikum kimia dasar ini benar-
benar hasil kami sendiri. Selama tidak terdapat kesamaan karya atau pendapat orang lain,
kami hanya menggunakan acuan dalam pembuatan laporan ini. Tanda tangan asisten dosen
dan dosen penguji adalah asli, jika tidak asli kami siap menerima sanksi.

Manado, 2 Oktober 2019

Menyetujui Mengetahui

Asisten Dosen Dosen Penanggung Jawab

Nathanael Subadio Irma Antasionasti, S.Pd., M.Sc.


NIM: 17101105049 NIP: 199011072018032001

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum kimia
dasar dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang. Pemyusunan laporan ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas kelompok.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan laporan praktikum kimia dasar. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, saran maupun kritik
dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Ditambah dengan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Prof. Benny Pinontoan
2. Ketua Program Studi Farmasi Paulina Veronika Yamlean, S.Si., M.Si., Apt
3. Dosen Pengajar Mata Kuliah Kimia Umum Prof. Dr. Drs. Johnly Alfreds Rorong, M.Si.
dan Penanggung Jawab Irma Antasionasti, S.Pd., M.Sc
4. Asisten Dosen Kakak Nathanael Subadio
5. Laboran
6. Teman-Teman Kelompok Astrid, Ayu, Citra, Fadilah, Shabrina, dan Shalsa

Manado, 2 Oktober 2019

Dita Wulan Cahyani


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................vi
DAFTAR ISTILAH...........................................................................................................vii
ABSTRAK..........................................................................................................................viii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.......................................................................................................3
1.4 Tujuan.......................................................................................................................3
1.5 Manfaat.....................................................................................................................3
BAB II. LANDASAN TEORI...........................................................................................4
BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................................8
3.2 Alat............................................................................................................................8
3.3 Prosedur Kerja..........................................................................................................8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................10
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN.................14
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................................14
5.2 Implikasi...................................................................................................................16
5.3 Keterbatasan..............................................................................................................16
5.4 Saran.........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................x
LAMPIRAN.......................................................................................................................18
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan Reaksi Eksotermis dan Endotermis...................................................11


Tabel 1.2 Penentuan Tetapan Kalorimeter..........................................................................11
Tabel 1.3 Penentuan Kalor Pelarutan Molar (∆H° pelarutan) NaOH..................................11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Campuran HCl dan Metil Merah.....................................................................21

Gambar 1.2 Larutan CH3COOH dan Aquades....................................................................21

Gambar 1.3 Campuran Metil Jingga dan HCl.....................................................................21

Gambar 1.4 Campuran NaOH dan Air dengan Metil Jingga...............................................21

Gambar 1.5 Campuran HCl dan Metil Merah.....................................................................21

Gambar 1.6 Campuran Air dan Metil Jingga......................................................................21


DAFTAR ISTILAH

1. Konsentrasi = ukuran yang menggambarkan banyaknya zat di dalam suatu campuran


dibagi dengan volume total campuran tersebut.
2. Larutan = campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih, zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
3. Kalor = salah satu bentuk energi yang dapat diterima / dilepaskan oleh suatu benda.
4. Kalorimeter = alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam
suatu perubahan atau reaksi kimia. 
5. Termodinamika= salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang perubahan
energi.
6. Endotermis= reaksi kimia yang menyerap energi dari sekitarnya, yaitu energi dalam
bentuk panas (kalor). 
7. Eksotermis= reaksi kimia yang mengeluarkan energi berupa energi panas (kalor) dan
akibatnya akan meningkatkan suhu lingkungan.
TERMODINAMIKA KIMIA

ABSTRAK

Dita Wulan Cahyani(5), Astrid Runtukahu(5), Ayu Wati Ningsih(5), Citra Fatima Marsidi(5),
Fadilah Al-A’Izzah(5), Shabrina Farah(5), Shalsa Shavira Firdaus(5).
Ditawulan08@gmail.com

Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam
Ratulangi, 2019

Termokimia merupakan bagian dari termodinamuka tentang perubahan panas yang menyertai
reaksi kimia. Reaksi dalam termokimia terbagi menjadi reaksi eksoterm danreaksi endoterm.
Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari perubahan energi yang menyertai reaksi
kimia. Kalorimeter konstan adalah konstanta yang menunjukkan besarnya panas yang
diperlukan untuk menaikkan suhu sistem sebesar 1oC. Dari hasil percobaan diperoleh
ketetapan kalori meter sebesar -30,65 J/oC, kalor yang diserap air dingin (q1) sebesar 1103,52
J, dan kalor yang diserap air panas (q2) sebesar 919,6 J. Perbedaan jumlah kalor yang diserap
dipengaruhi oleh perbedaan suhu pada kalorimeter dan perbedaan larutan yang dimasukkan ke
dalam kalorimeter.

Kata Kunci : kalorimeter, perubahan, kalor, eksoterm, endorem


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Termodinamika adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
perubahan energi. Menurut hukum termodinamika(1778), perubahan energi yang diserap
oleh sistem dengan menyertai perubahan wujud yang dinyatakan dimana selisih kalor yang
diserap oleh sistem dengan kerja yang dilakukan oleh sistem.
Sedangkan hubungan antara termodinamika dan hukum hess memiliki keterkaitan yang
padu. Dimana, hukum hess berbunyi jika dua atau lebih persamaan kimia bergabung
dengan penambahan atau pengurangan yang memberikan persamaan reaksi baru atau dapat
diartikan bahwa kalor yang menyertai suatu reaksi kimia tidak bergantung pada jalan yang
ditempuh tetapi hanya pada keadaan awal dan akhir saja.
Maka, dilakukan percobaan untuk menyelidiki perubahan energi dalam bentuk kalor,
yang mengiringi reaksi kimia (termodinamika) dan keterkaitan hukum hess dengan
termodinamika. Dengan melakukan percobaan ini, diharapkan praktikan dapat memahami
pengukuran kalor reaksi dengan alat yang sederhana sehingga dapat mengumpulkan dan
menganalisis data termodinamika yang akurat serta menerapkan hubungan hukum hess
dengan termodinamika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari termodinamika?
2. Bagaimana konsep termodinamika?
3. Bagaimana cara menentukan perubahan energi dalam kalorimeter?

1.3 Batasan Masalah


Percobaan yang dilakukan adalah mengamati dan menentukan kisaran perubahan kalor
pada kalorimeter.

1.4 Tujuan
1. Membedakan reaksi kimia eksotermis dan endotermis
2. Mengukur perubahan kalor suatu reaksi
3. Menghitung kalor pelarutan molar (ΔHo pelarutan) NaoH
1.5 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat membedakan reaksi kimia eksotermis dan endotermis
2. Agar mahasiswa dapat mengukur perubahan kalor suatu reaksi
3. Agar mahasiswa dapat menghitung kalor pelarutan molar (ΔHo pelarutan) NaoH
BAB II
LANDASAN TEORI

Termodinamika dalam arti luas adalah pengkajian hubungan kuantitatif antara kalor
dan benyuk lain energi, seperti energi yang dikaitkan dengan gejala elektromagnet,
permukaan, dan kimia. Termodinamika kimia dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang
menanganihubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi
kimia dandalamperubahan keadaan. Erat berkaitan dengan termodinamika kimia adalah
termokimia, yang menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai
reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan (Atkins, 1999).
Suatu sistem dapat dibayangkan mengandung kerja atau kalor, sebab kerja dan kalor
keduanya mengacu bukan pada keadaan sistem, tetapi pada proses yang mengubah suatu
keadaan kedalam lainnya. Perubahan keadaan yang sama dari system dapat dilakukan dengan
memindahkan kalor ke system tanpa melakukan kerja sehingga : E = q + w. karena q dan w
tergantung pada proses tertentu atau (lintasan) yang menghubungkan keadaan, maka mereka
bukanlah fungsi keadaan (Oxtoby, 2001).
Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai kalor. Jadi, lebih
tepat apabila istilah disebut kalor reaksi. Alat yang dipakai untuk mengukur kalor reaksi
disebut kalorimeter. Ada beberapa macam bentuk alat ini, yaitu kalorimeter volume-konstan
dan kalorimeter tekanan-konstan. Kalorimeter volume-konstan biasanya digunakan untuk
mengukur kalor pembakaran dengan menempatkan senyawa yang massanya diketahui ke
dalam wadah baja yang diisi dengan oksigen pada tekanan 30 atm. Sementara itu peralatan
yang lebih sederhana dibandingkan kalorimeter volume-konstan adalah kalorimeter tekanan-
konstan yang digunakan untuk menentukan perubahan kalor untuk reaksi selain pembakaran.
Kalorimeter tekanan-konstan yang terbuat dari dua cangkir kopi styrofoam. Cangkir luar
membantu menyekat campuran reaksi dari lingkungan. Dua macam larutan yang diketahui
volumenya yang mengandung reaktan pada suhu yang sama dicampurkan secara hati-hati
dalam kalorimeter (Chang, 2004).
Kalor yang dihasilkan atau diserap oleh reaksi dapat ditentukan dengan mengukur
perubahan suhu. Peralatan ini mengukur pengaruh kalor pada berbagai reaksi seperti
penetralan asam-basa, kalor pelarutan dan kalor pengenceran. Karena tekanannya konstan,
perubahan kalor untuk proses (qreaksi) sama dengan perubahan entalpi (DH) seperti dalam
kalorimeter volume-konstan, kita memperlakukan kalorimeter sebagai sistem terisolasi. Lebih
jauh lagi, dalam perhitungan kita mengabaikan kapasitas kalor yang kecil dari cangkir kopi.
Dalam prinsip kerja kalorimeter dikenal pula istilah tetapan kalorimeter, yaitu jumlah kalori
yang diserap oleh kalorimeter untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat. Harga dari
tetapan kalorimeter dapat diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap kalorimeter
dibagi dengan perubahan suhu pada kalorimeter (Chang, 2004 : 173).
Ditinjau dari jenisnya, terdapat empat jenis kalor, yaitu kalor pembentukan, kalor
penguraian, kalor penetralan dan kalor reaksi. Kalor pembentukan ialah kalor yang menyertai
pembentukan satu mol senyawa langsung dari unsur-unsurnya. Kalor penguraian (kebalikan
kalor pembentukan) adalah kalor yang menyertai penguraian satu mol senyawa langsung
menjadi unsur-unsurnya. Kalor penetralan yaitu kalor yang menyertai suatu reaksi dengan
koefisien yang paling sederhana. Kalor reaksi dapat ditentukan dengan percobaan
laboratorium atau dengan perhitungan.dengan perhitungan ada tiga cara yaitu berdasarkan
hukum Hess, data kalor pembentukan standar dan data energi ikatan (Syukri, 1999).
Menurut G.H Hess(1840) panas reaksi (panas yang timbul atau yang diserap) dari
suatu reaksi kimia hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir dari reaksi. Tidak
bergantung pada bagaimana reaksi tersebut berlangsung. Hal ini berarti bila suatu reaksi dapat
berjalan bertingkat, maka panas reaksinya sama besar. Apakah reaksi itu berjalan secara
langsung atau bertingkat. Dengan kata lain, bila suatu reaksi berjalan bertingkat atau
langsung, maka panas reaksinya sama. Hukum Hess ini sangat berguna, karena dengan
menerapkan hukum Hess kita dapat menentukan besarnya perubahan entalpi reaksi-reaksi
yang secara langsung sukar untuk ditentukan. Sebagai contoh jika zat A dapat berubah
langsung menjadi zat C, tetapi zat A juga dapat berubah menjadi zat B kemudian zat C, maka
panas reaksi yang terjadi akan sama. Jadi dengan menggunakan hukum Hess kita dapat
menentukan besarnya perubahan entalpi yang sukar dilakukan dengan eksperimen (Alberty,
1992).
Jika reaksi kimia terjadi pada tekanan konstan, panas diserap dengan perubahan
entalpi sistem. Hal ini disebut entalpi reaksi dari proses entalpi reaksi mungkin positif atau
negatif. Jika reaksi kimia meningkatkan panas, sistem kehilangan panas, dan panas tersebut
hilang pada tekanan konstan adalah berkurangnya dalam entalpi (AH < 0). Reaksi seperti itu
dengan ΔH negatif adalah eksotermik. Dalam reaksi endotermik, panas diserap oleh reaksi
dari lingkungan membuat Qp dan ΔH positif, hukum Hess dapat digunakan untuk
menentukan perubahan entalpi, hukum Hess berbunyi : jika dua atau lebih persamaan kimia
bergabung dengan penambahan atau pengurnagan untuk memberikan persamaan kimia baru,
kemudian penambahan atau pengurangan perubahan entalpinya, dalam operasi paralel
memberikan perubahan entalpi untuk reaksi yang digambarkan oleh persamaan baru (Atkins,
1990).
Alat yang digunakan untuk mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia
adalahkalorimeter.dua metode termokimia eksperimen yang paling biasa disebut kalorimetri
pembakaran dan kalorimetri reaksi.dalammetode pertama ,suatu unsur atau senyawa dibakar,
biasanya dalam oksigen, dan energi atau kalor yang dibebaskan dalam reaksi
itudiukur.kalorimetri reaksi merujuk pada penentuan kalor reaksi apa saja selain reaksi
pembakaran.metode terakhir ini lebih sering digunakan dengan senyawa anorganik dan
larutan-larutannya (Dogra,1989).
Menurut Oxtoby(2001) terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem
termodinamika, yaitu:
1. Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan
sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
2. Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan
energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah
energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.
3. Hukum Kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan
bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
4. Hukum Ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum
ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur
nol absolut bernilai nol.
Suatu reaksi yang membebaskan kalor adalah suatu reaksi eksoterm, dan suatu
reaksiyang menyerap kalor adalah reaksi endoterm.dalam membahas perubahan energi selama
reaksikimia, ahli kimia lebih nyaman untuk membayangkan bahwa tiap zat mempunyai isi
kalor tertentu, atau entalpi, H. Perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia disebut perubahan
entalpi, ∆H. Istilah perubahan entalpi merujuk pada peubahan kalor selama suatu proses yang
dilakukan pada suatu tekanan konstan. Bila kalor dibebaskan, produk mempunai isi kalor atau
entalpi yang lebih rendah daripada pereksi. Berkurangnya entapi ditunjukkan dengan
memberikan tanda minus dalam harga ∆H. Bila entalpi pereaksi lebih besar daripada entalpi
produk, reaksi tersebut adalah eksoterm, dan sebaliknya. Dengan membandingkan reaksi
endoterm dengan reaksi kebalikannya, dapat disimpulkan pernyataan umum berikut: jika
suatu reaksi eksoterm ,maka reaksi kebalikannya adalah endoterm. Kalor yang dibebaskan
dalam suatu reaksi eksoterm sama besar dengan kaloryang diserap dalam reaksi endoterm
kebalikannya (Keenan,1990).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu danTempat


Praktikum Kimia Umum tentang “Termodinamika Kimia” dilaksanakan pada hari
Jum’at tanggal 11 Oktober 2019, bertempat di Laboratorium Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum “Termodinamika Kimia”, kali ini adalah:
3.2.1. Alat
- Tabung reaksi
- Sudip
- Calorimeter
- Gelas ukur
- Gelas piala
- Thermometer
3.2.2. Bahan
- Air
- KBr
- CaO
- ±20 butir NaOH

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Penggunaan kertas pH Universal dan Indikator
I. Perbedaan reaksi Eksotermis dan endotermis
1. 3 mL air dimasukka kedalam tabung reaksi. 1 sudip KBr ditambahkan, lalu
dikocok hingga larut. Tabung reaksi dipegang dan temperaturnya dirasakan.
2. 3 mL air dimasukka kedalam tabung reaksi. 1 sudip CaO ditambahkan, lalu
dikocok hingga larut. Tabung reaksi dipegang dan temperaturnya dirasakan.
II. Penentuan Tetapan Kalorimeter
1. Alat calorimeter dirangkai.
2. 50mL air dimasukkan kedalam calorimeter dengan menggunakan gelas
ukur. Temperature dicatat setiap selang waktu 30 detik hinggamenit ke 2,
sambil terus diaduk.
3. Sementara itu, 50mL air dihangatkan dalam gelas piala sampai ± 10oC diatas
temperature kamarnya (35-40oC). temperature air hangat dicatat.
4. Air hangat dimasukkan kedalam calorimeter tepat pada menit ke 2.
Temperatur campuran air dicatat setiap selang waktu 30 detik hingga menit
ke 8.
5. Grafik hubungan antara waktu dan temperature dibuat untuk menentukan
harga ΔT. Dihubungkan dengan garis lurus titik-titik uang diperoleh.
III. Penentuan Kalor Pelarutan Molar (ΔHoC pelarutan) NaOH
1. Alat dirangkai seperti pada bagia B.
2. 50mL air dimasukkan kedalam calorimeter dengan menggunakan gelas
ukur. Temperature dicatat setiap selang waktu 30 detik hingga menit ke 2.
3. Sementara itu, ± 20 butir NaOH (massa NaOH dicatat) dan dimasukkan ke
dalam keloreimeter tepat pada menit ke 2. Temperature larutan dicatat
setiap selang waktu 30 detik hingga menit ke 8.
4. Larutan harus diaduk selama pengamantan.
5. Grafik hubungan antara waktu dan temperature dibuat untuk menentukan
harga ΔT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil
A. Perbedaan Reaksi Eksotermis dan Endotermis
Reaksi Perubahan Sifat Reaksi ∆H ... 0
Temperatur
Larutan
Pelarutan KBr Dingin Endoterm ∆H < 0
Pelarutan CaO Panas Eksoterm ∆H > 0
Tabel 1.1 Perbedaan Reaksi Eksotermis dan Endotermis

Persamaan Reaksi:
CaO + H2O → Ca(OH)2 (panas)
KBr + H2O → KOH + HBr (dingin)

B. Penentuan Tetapan Kalorimeter


Waktu (menit) Temperatur (°C)
Air dingin 0,0 29
0,5 29
1,0 29
1,5 29
Air dingin + air panas 2,0 36
2,5 35
3,0 35
3,5 35
4,0 35
4,5 35
5,0 35
5,5 35
6,0 35
6,5 35
7,0 35
Tabel 1.2 Penentuan Tetapan Kalorimeter

Temperatur air dingin ta = 29°C


Temperatur air panas tt = 40°C
Temperatur campuran tc = 35°C
Kenaikan temperatur air dingin menjadi air panas (tc - ta), ∆T1 = 6°C
Penurunan temperatur air panas menjadi dingin (tc - tp) = 5°C
(Rapatan air= 1,0 g. mL-1; kalor jenis air, Kj air = 4,18 J/g°C)
Massa air dingin = 44 g
Massa air panas = 44 g
Perhitungan qkalorimeter + q1 = -q2 qkalorimeter = Ck . ∆T1
1. Panas yang diserap air dingin (q1) = m1 . Kj . ∆T1 (dalam Joule)
q1 = 44 x 4,18 x 6
= 1.103,52 J
2. Panas yang dilepas air panas (q2) = m2 . Kj . ∆T2 (dalam Joule)
q2 = 44 x 4,18 x 5
= 919,6 J
3. Tetapan kalorimeter (panas yang diserap kalorimeter tiap 1°C)
−q2 – q1 −919,6−1.103,52 −183,92
Ck = = = =−30,65 J
∆T 1 6 6

C. Penentuan Kalor Pelarutan Molar (∆H° pelarutan) NaOH


Waktu (menit) Temperatur (°C)
50 mL air 0,0 30
0,5 30
1,0 30
1,5 30
50 mL air + NaOH 2,0 35
2,5 38
3,0 38
3,5 38
4,0 38
4,5 38
5,0 38
5,5 38
6,0 38
6,5 38
7,0 38
Tabel 1.3 Penentuan Kalor Pelarutan Molar (∆H° pelarutan) NaOH

Temperatur air ta = 30°C


Temperatur tertinggi = 38°C
Kenaikan temperatur = 8°C
Massa NaOH = 2,2 g
Ck = -284,24 J
∆T3 = 8°C
Perhitungan
1. Jumlah mol NaOH (n : m/MM: dalam mol)
gram 2,2
Mol NaOH= =¿ =0,055 mol
Mr 40
2. Panas yang diserap kalorimeter (qkalorimeter) = Ck . ∆T3 (dalam Joule)
qkalorimeter = -284,24 x 8 = 2.273,92 J
3. Panas yang diserap oleh larutan (q4) = m . Kj(larutan) . ∆T3 (dalam Joule)
q4 = 2,2 x 4,18 x 8 = 73, 568 J
4. Panas yang dihasilkan oleh pelarut NaOH (qs) = - (qkalorimeter + q4) (dalam Joule)
q5 = -(-2.273,92 + 73, 568) = -(-2.200,352) = 2.200,352 J
5. Kalor pelarutan molar NaOH (∆H° pelarutan)
−q S
∆H° pelarutan NaOH =
n
2.200,352
=
0,055
= 40.006,4
∆H° bersifat endotermis

b. Pembahasan
Termokimia adalah kajian tentang kalor yang dihasilkan atau yang dibutuhkan
oleh reaksi kimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena tabung
reaksi dan isinya membentuk sistem. Sebagian reaksi kimia yang terjadi, disertai
dengan penyerapan atau perubahan energi. Ketika sistem bekerja atau melepaskan
kalor, kemampuan untuk melalukan kerja berkurang dengan kata lain energinya
berkurang.
Reaksi endoterm, adalah reaksi kimia yang menyerap energi dari sekitarnya,
yaitu energi dalam bentuk panas. Reaksi ini akan mengakibatkan penurunan suhu
pada lingkungan  setelah reaksi terjadi. Penurunan suhu terjadi karena energi panas
diserap oleh sistem. Sebaliknya reaksi eksoterm, adalah reaksi kimia yang
mengeluarkan energi berupa energi panas dan akibatnya akan meningkatkan suhu
lingkungan. Pada percoobaan pertama menentukan perbedaan reaksi eksotermis dan
endotermis dengan menggunakan pelarutan KBr dan CaO. Ketika air suling
ditambahkan dengan KBr menggalami perubahan temperatur menjadi dingin dengan
∆H<0, sehingga mengalami reaksi endoterm. Dan selanjutnya air suling ditambahkan
dengan CaO mengalami perubahan temperatur menjadi panas dengan ∆H>0, sehingga
mengalami reaksi eksoterm.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Pada percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui tetapan kalorimeter yang digunakan. Tetapan kalorimeter ini merupakan
jumlah kalor yang dapat diserap oleh kalorimeter per satuan suhu. Tetapan kalorimeter
harus diukur untuk mengetahui tetapan kalorimeter itu sendiri atau banyaknya kalor
yang diserap oleh kalorimeter kerena setiap komponen kalorimeter memiliki sifat khas
dalam mengukur kalor. Hal ini terjadi karena komponen-komponen alat kalorimeter
(wadah logam, pengaduk, dan termometer) menyerap kalor, sehingga tidak semua
kalor yang terjadi terukur. Maka dari itu, perlu untuk mengetahui tetapan kalorimeter
terlebih dahulu. Untuk mengetahui tetapan kalorimeter, maka dilakukan pencampuran
air dingin dan air panas yang telah diukur suhunya yang memiliki selisih 10 oC didalam
kalorimeter.
Setelah keduanya dicampurkan kedalam kalorimeter, kemudian diaduk dan
diamati temperaturnya selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit setelah
pencampuran. Pengadukkan dilakukan untuk mempercepat jalannya reaksi antara air
dingin dan air panas. Tujuan digunakannya air dingin dan air panas karena air dingin
dan kalorimeter akan menyerap kalor dan air panas akan melepaskan kalor. Pada
percobaan ini, digunakan kalorimeter, suhu awal air dingin yang terukur pada
kalorimeter sebesar 29oC , suhu air panas sebesar 40oC dan suhu pencampuran sebesar
35oC.
Dalam percobaan ini diperoleh hasil perhitungan yaitu kalor yang diserap air
dingin (q1) sebesar 1103,52 J, kalor yang diserap panas (q2) sebesar 919,6 J. Tetapan
kalorimeter diperoleh dari membagi jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter
dengan ΔT (suhu air panas dan suhu air dingin) maka diperoleh tetapan kalorimeter
sebesar -30,65 J/oC. Penentuan kalor secara kalorimeter didasarkan pada perubahan
suhu larutan dan kalorimeter dengan prinsip perubahan kalor, yaitu kalor yang
diberikan sama dengan jumlah kalor yang diserap.
Kalor reaksi adalah perubahan entalpi pada suatu reaksi atau kalor yang
menyertai suatu reaksi. Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan
perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem (kalor diserap oleh sistem dari
lingkungannya), ditandai dengan adanya penurunan suhu lingkungan disekitar sistem.
Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehinggan ΔH
positif. Sedangkan reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan
kalor dari sistem ke lingkungan (kalor dibebaskan oleh sistem ke lingkungannya),
ditandai dengan adanya kenaikan suhu lingkungan disekitar sistem. Pada reaksi
eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil, sehingga ΔH negatif.
Pada percobaan ketiga digunakkan air suling dan padatan NaOH. Percobaan
dengan dimasukkannya 50 mL air suling kedalam kalorimeter dan diukur suhunya
hingga konstan selama 2 menit dengan selang waktu ½ menit, hal ini bertujuan untuk
mengetahui temperatur awal dari air. Hasil pengukuran menunjukkan suhu awal air
adalah 29oC. Kemudian ditambahkan dengan padatan NaOH sebanyak 2,2 gram dan
dilakukan pengamatan suhu kembali selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit,
tujuannya unutuk mengetahui nilai temperatur konstan dari campuran tersebut. Setelah
dilakukan pencampuran dengan 2,2 gram NaOH, suhu larutan naik menjadi 35 oC, naik
lagi menjadi 38oC pada menit ke 7 sampai 10. Suhunya semakin meningkat karena
larutan bereaksi seutuhnya sehingga menghasilkan suhu maksimal, pada
saat yang sama suhu larutan konstan.
Pada percobaan ini diperoleh nilai perhitungan dari kalor yang diserap
kalorimeter (q1) sebanyak 627 J serta kalor yang diserap (q2)  sebesar 794,2 J. Nilai
kalor reaksi ialah jumlah dari penambahan banyaknya kalor yang diserap kalorimeter
dengan  kalor yang diserap, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai kalor reaksi
adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu larutan untuk bereaksi dengan zat
terlarutnya.

TSP
1. Apa yang dimaksud dengan kalor pelarut molar (∆ H ° Pelarut)\
Jawab: Kalor peleburan adalah perubahan entalpr yang dihasilkan dan penyediaan
energi biasanya kepada kuantitas tertentu suatu zat mengubah keadaannya dari
padat menjadi cair pada tekanan konstan. Entalpr peleburan adalah panas laten.
Karena selama pelelehan, masuknya panas tidak dapat diamati sebagai
perubahan suhu. Oleh karena itu suhu tetap konstan selama proses tersebut.
2. Mengapa tetapan calorimeter perlu diketahui sebelum percobaan dilakukan?
Jawab: Agar hasil percobaan nantinya dapat dihitung dengan benar.
3. Berikan definisi dari:
a. Kalor jenis
b. Kapasitas kalor
Jawab :
a. Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibuatkan untuk menaikkan suhu
serta satuan massa benda sebesar suhu derajat kalor jenis benda berubah
terhadap suhu.
b. Kapasitas kalor dan kapasitas panas (biasanya dilambangkan dengan kapasitas
sering disebut dengan subskripsi, adalah besaran terukur yang menggambarkan
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat (benda)
secara jumlah tertentu (misalnya 1° C ¿

hBAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1) Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada
reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm harga ΔH = negatif ( – ) *alasan
minus (-) karena kalor berasal dari entalpi sistem yang dilepas ke lingkungan
menyebabkan entalpi sistem berkurang.
Pada  reaksi  terjadi  perpindahan  kalor  dari  lingkungan  ke sistem atau pada reaksi
tersebut dibutuhkan panas. Pada reaksi endoterm harga ΔH = positif ( + ) *alasan postif
(+) karena kalor diambil dari lingkungan.
2) Nilai perubahan entalpi (∆H) dapat ditentukan dengan menggunakan 3 metode :
 Melakukan eksperimen menggunakan kalorimeter.
 Menggunakan Hukum Hess (Hukum Penjumlahan Kalor).
 Menggunakan data energi ikatan.
3) Jumlah kalor yang terserap ke dalam air dihitung dengan mengalikan 3 faktor
yaitu massa air dalam kalorimeter (gram), perubahan suhu air (Δt), dan kalor
jenis air. Rumusnya ditulis: q = m.c.Δt
Temperatur air ta = 30°C
Temperatur tertinggi = 38°C
Kenaikan temperatur = 8°C
Massa NaOH = 2,2 g
Ck = -284,24 J
∆T3 = 8°C
Perhitungan
6. Jumlah mol NaOH (n : m/MM: dalam mol)
gram 2,2
Mol NaOH= =¿ =0,055 mol
Mr 40
7. Panas yang diserap kalorimeter (qkalorimeter) = Ck . ∆T3 (dalam Joule)
qkalorimeter = -284,24 x 8 = 2.273,92 J
8. Panas yang diserap oleh larutan (q4) = m . Kj(larutan) . ∆T3 (dalam Joule)
q4 = 2,2 x 4,18 x 8 = 73, 568 J
9. Panas yang dihasilkan oleh pelarut NaOH (qs) = - (qkalorimeter + q4) (dalam Joule)
q5 = -(-2.273,92 + 73, 568) = -(-2.200,352) = 2.200,352 J
10. Kalor pelarutan molar NaOH (∆H° pelarutan)
−q S
∆H° pelarutan NaOH =
n
2.200,352
=
0,055
= 40.006,4
∆H° bersifat endotermis

5.2 Implikasi
1. Akibat yang terjadi jika tidak menggunakan jas lab akan terkena zat-zat yang
berbahaya dalam tubuh
2. Akibat yang terjadi jika tidak menggunakan sarung tangan, tangan akan terkena zat-
zat yang berbahaya
3. Akibat yang terjadi jika tidak menggunakan sepatu tertutup, kaki akan terkena zat-zat
yang berbahaya

5.3 Keterbatasan
1. Kurangnya kertas kalorimeter yang disediakan di laboratorium
2. Kurangnya gelas piala yang disediakan di laboratorium
3. Kurangnya bahan NaOH yang disediakan di laboratorium

5.4 Saran

Dalam praktikum ini, sebaiknya praktikan lebih menguasai materi dan lebih teliti
dalam melakukan praktikum untuk menghindari kecelakaan maupun kesalahan yang
merugikan.
Basri,S.1996.Kamus
DAFTAR

Kimia.Jakarta:PT Rineka
Cipta.
Brady,James. 1992. Kimia
Universitas. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Brady,James. 1999. Kimia
Universitas. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Day,R.A. 1981. Analisa Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Khopkar,SM. 1990. Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
PT UI press.
Petrucci,Ralph. 1992. Kimia
Dasar. Jakarta: Erlangga.
Rivai,Harizul. 1995. Asas
Pemeriksaan Kimia. Jakarta:
Erlangga.
Rosenberg,Jeromy. 1992.
Kimia Dasar,Edisi ke-2.
Jakarta: Erlangga.
Soemardjo,Damin.1997.
Petunjuk Praktikum Kimia
Dasar.Semarang: Undip
press
Underwood. 1996. Analisa
Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Vogel. 1985. Buku Teks
Analisis Organik Kualitatif
Makro dan
Semimikro,Edisi ke-5. Jakarta
: PT Kalman Media Pustaka.
Basri,S.1996.Kamus
Kimia.Jakarta:PT Rineka
Cipta.
Brady,James. 1992. Kimia
Universitas. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Brady,James. 1999. Kimia
Universitas. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Day,R.A. 1981. Analisa Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Khopkar,SM. 1990. Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
PT UI press.
Petrucci,Ralph. 1992. Kimia
Dasar. Jakarta: Erlangga.
Rivai,Harizul. 1995. Asas
Pemeriksaan Kimia. Jakarta:
Erlangga.
Rosenberg,Jeromy. 1992.
Kimia Dasar,Edisi ke-2.
Jakarta: Erlangga.
Soemardjo,Damin.1997.
Petunjuk Praktikum Kimia
Dasar.Semarang: Undip
press
Underwood. 1996. Analisa
Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Vogel. 1985. Buku Teks
Analisis Organik Kualitatif
Makro dan
Semimikro,Edisi ke-5. Jakarta
: PT Kalman Media Pustaka.
Basri,S.1996.Kamus
Kimia.Jakarta:PT Rineka
Cipta.
Brady,James. 1992. Kimia
Universitas. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Brady,James. 1999. Kimia
Universitas. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Day,R.A. 1981. Analisa Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Khopkar,SM. 1990. Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
PT UI press.
Petrucci,Ralph. 1992. Kimia
Dasar. Jakarta: Erlangga.
Rivai,Harizul. 1995. Asas
Pemeriksaan Kimia. Jakarta:
Erlangga.
Rosenberg,Jeromy. 1992.
Kimia Dasar,Edisi ke-2.
Jakarta: Erlangga.
Soemardjo,Damin.1997.
Petunjuk Praktikum Kimia
Dasar.Semarang: Undip
press
Underwood. 1996. Analisa
Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Vogel. 1985. Buku Teks
Analisis Organik Kualitatif
Makro dan
Semimikro,Edisi ke-5. Jakarta
: PT Kalman Media Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R.A dan Daniel, F . 1992 . Kimia Fisika . Jilid I . Edisi 5 . Penerjemah : Sudja.
Erlangga. Jakarta
Atkins, P.W . 1990 . Kimia Fisika . Jilid I . Edisi 6 . Penerjemah: Kartohadiprojo. Erlangga.
Jakarta
Chang, Raymond . 2004 . Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Oxtoby, D.W, Gills, H.P dan Nachtrieb, N.H . 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jilid II.
Edisi 6 . Penerjemah : Suminar . Erlangga . Jakarta
Syukri, S . 1999 . Kimia Dasar. Bandung : ITB
Dogra. 1989. Kimia Fisika dan Soal-soal . Jakarta: UI Press.
Keenan, Charles W.,dkk. 1990. General College Chemistry Sixth Edition
(Terjemahan:AloysiusHadyana Pudjaatmaka). Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
3 mL air dimasukka kedalam 3 mL air dimasukka kedalam
tabung reaksi. 1 sudip KBr tabung reaksi. 1 sudip CaO
I. Perbedaan reaksi ditambahkan, lalu dikocok ditambahkan, lalu dikocok
Eksotermis dan endotermis hingga larut. Tabung reaksi hingga larut. Tabung reaksi
dipegang dan temperaturnya dipegang dan temperaturnya
dirasakan. dirasakan.

II. Penentuan Tetapan Kalorimeter

Alat calorimeter dirangkai.

50mL air dimasukkan kedalam calorimeter dengan menggunakan


gelas ukur. Temperature dicatat setiap selang waktu 30 detik hingga
menit ke 2, sambil terus diaduk.

Sementara itu, 50mL air dihangatkan dalam gelas piala sampai ±


10oC diatas temperature kamarnya (35-40oC). temperature air
hangat dicatat.

Sementara itu, 50mL air dihangatkan dalam gelas piala sampai ±


10oC diatas temperature kamarnya (35-40oC). temperature air
hangat dicatat.

Grafik hubungan antara waktu dan temperature dibuat untuk


menentukan harga ΔT. Dihubungkan dengan garis lurus titik-titik
uang diperoleh.
III.Penentuan Kalor
Pelarutan Molar Alat dirangkai seperti
(ΔHoC pelarutan) pada bagia B.
NaOH

Sementara itu, ± 20 butir


50mL air dimasukkan kedalam
NaOH (massa NaOH dicatat)
calorimeter dengan
dan dimasukkan ke dalam
menggunakan gelas ukur.
keloreimeter tepat pada menit
Temperature dicatat setiap
ke 2. Temperature larutan
selang waktu 30 detik hingga
dicatat setiap selang waktu 30
menit ke 2.
detik hingga menit ke 8.

Grafik hubungan antara waktu


Larutan harus diaduk selama
dan temperature dibuat untuk
pengamantan.
menentukan harga ΔT
Gambar 1.1 Campuran HCl dan Gambar 1.2 Larutan Gambar 1.3 Campuran
Metil Merah CH3COOH dan Aquades Metil Jingga dan HCl

Gambar 1.4 Campuran NaOH Gambar 1.5 Campuran HCl Gambar 1.6 Campuran Air
dan Air dengan Metil Jingga dan Metil Merah dan Metil Jingga

Anda mungkin juga menyukai