Anda di halaman 1dari 12

PROFIL KASUS FRAKTUR ZYGOMA

DI RSUP PROF DR R. D. KANDOU MANADO


PERIODE 2015-2017

ABSTRACT

ABSTRAK
Latar Belakang:Fraktur maksilofasialadalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah yang
meliputi tulang frontal,temporal, orbitozygomatikus, nasal, maksila dan mandibula.Fraktur
zygoma merupakan salah satu fraktur midfasial yang paling sering terjadi, umumnya sering
terjadi pada trauma yang melibatkan sepertiga bagian tengah wajah.Penelitian ini bertujuan
untuk melihat gambaran angka kejadian fraktur zygoma di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado pada periode tertentu.
Metode: Pada penilaian retrospektif deskriptif dari semua data penderita di SMF Bedah RSUP
Prof Dr R.D Kandou.antara tahun 2015-2017.
Hasil : Pada penelitian didapatkan 461 penderita fraktur zygoma dari tahun 2015 sampai 2017,
dengan rentang usia 6 sampai >65 tahun, kelompok usia terbanyak 16-25 tahun, laki-laki 392
penderita (85,12%) dan perempuan 69 penderita (14,88%), dengan kasus terbanyak pada
penderita yang bekerja sebagai pegawai 119 penderita (25,8%). Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan ….
Tindakan yang dilakukan ….
Kesimpulan: Pada penelitian didapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 5,7 : 1.
Usia produktif masih merupakan prevalensi angka kejadian tertinggi pada fraktur Zygoma.
Ditemukan 461 penderita Fraktur Zygoma di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado.
Kata kunci:zygoma, midfasial..

Pendahuluan
Wajah merupakan bagian tubuh yang tidak terlindungi secara topografis
menyebabkannya mudah terpapar trauma, sehingga fraktur tulang wajah merupakan cedera yang
sering dijumpai.Fraktur tulang wajah merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan
kematian di dunia.Penelitian di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2006
hingga 2010 menyebutkan terdapat sejumlah 404 kasus fraktur tulang wajah. 1-3 Tingginya
kejadian kecelakaan lalu lintas setara dengan meningkatnya angka kejadian fraktur tulang wajah.
Data yang dikeluarkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)menyebutkan bahwa setiap tahun
sekitar 1,3 juta orang atau setiap hari sekitar 3.000 orang meninggal dunia akibat kecelakaan,
90% terjadi di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga
memiliki permasalahan dengan tingginya kejadian kecelakaan lalu lintas khususnya kecelakaan
sepeda motor sebesar 52.2% berdasarkan data KORLANTAS POLRI tahun 2011-2013.4
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan keras tubuh.Fraktur
maksilofasialadalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah yang meliputi tulang
frontal,temporal, orbitozygomatikus, nasal, maksila dan mandibula. Fraktur maksilofasial lebih
seringterjadi sebagai akibat dari faktor yang datang dari luar.5,6,7
Fraktur midfasial melibatkan banyak struktur yang terdiri dari fraktur zygomatik
omaksilar/ zygomaticomaksillari complex termasuk fraktur Le fort, dan fraktur
nasoorbitoethmoid / nasoorbitalethmoid.Fraktur midfasial cenderung terjadi pada sisi benturan
dan bagian yang lemah seperti sutura, dan foramen.Fraktur zygoma merupakan salah satu fraktur
midfasial yang paling sering terjadi, umumnya sering terjadi pada trauma yang melibatkan
sepertiga bagian tengah wajah. Hal ini dikarenakan posisi zygoma agak menonjol pada daerah
sekitarnya.8,9
Penyebab fraktur zygoma bervariasi, mencakup kecelakaan lalu lintas,kekerasan fisik,
terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api. Kecelakaan lalulintas adalah penyebab utama
fraktur zygoma, sehingga menyebabkan benturanatau pukulan pada daerah inferolateral orbita
atau tonjolan pada tulang pipi.Sebuah statistik WHO melaporkan bahwa setiap tahun satu juta
orang meninggalkarena kecelakaan lalu lintas dan 15-20 juta diantaranya terluka. Sebuah
analisispada fraktur midface menunjukan bahwa fraktur zygoma merupakan fraktur yang
paling sering terjadi.7,10
Gejala klinis fraktur zygoma yang paling sering ditemui adalah keliling mata kehitaman,
yakni ekhimosis dan pembengkakan pada bola mata, perdarahan ubkonjungtiva, proptosis
(eksopthalmus), mungkin terjadi diplopia (penglihatan ganda) karena fraktur lantai dasar orbita
dengan pergeseran bola mata dan luka atau terjepitnya otot ekstraokuler inferior, mati rasa
pada kulit yang diinervasi oleh nervus infraorbitalis.11
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah pemeriksaancradiografi. Radiografi
membantu untuk konfirmasi dan untuk dokumentasi medikolegal dan untuk menentukan
perluasan cedera tulang yaitu Plain photo(Water’s, Submentovertex , dan Caldwell view) dan
CT-Scan.12,13
Penatalaksanaan pada pasien trauma maksilofasial adalah menilai kesadaran, primary
survey dan secondary survey.Pada primary survey yang dinilai adalah airway, breathing,
circulation, disability dan environment. Pada secondary survey dinilai tingkat kesadaran,
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan
langkah penanganan selanjutnya.14,15
Indikasi untuk dilakukannya tindakan operasi pada fraktur zygoma adalah :
1. Adanya gangguan fungsi seperti : diplopia, kesukaran membuka mulut/trismus dan
menyebabkan parastesia.
2. Gangguan estetik : adanya asimetri yang sangat menyolok.fraktur dengan deformitas
disertai diplopia.
Ada dua cara operasi yang dapat dilakukan pada fraktur zygoma yaitu reposisi tertutup fraktur
zygoma (Gillies procedure) dan reposisi terbuka.
1. Reposisi Tertutup
Reposisi tertutup adalah tindakan operasi dengan melakukan elevasi tulang zygoma yang
displaced melalui sayatan di temporal dibelakang garis rambut. Bila gagal maka dilakukan
reposisi terbuka.Insisi pada Gillies procedure dilakukan 3cm diatas telinga sejajar garis rambut
sepanjang 2 cm, diperdalam sampai fasia temporalis.Kemudian rasparatorium dimasukkan
diantara fasia dan m.temporalis, rasparatorium digerakkan menyusur kearah mediokaudal sampai
ujungnya terletak diprofunda bagian zygoma yang impresi.Dengan elevator yang dimasukkan
melalui luka operasi sesuai dengan arah rasparatorium tadi dan ujungnya diletakkan diprofunda
bagian zygoma yang impresi, bagian yang impresi tersebut di elevasi/dilakukan reposisi bila
fragmen zygoma yang impresi tereponir, biasanya terdengar suara klik. Dicek bila deformitas
hilang dan stabil maka operasi selesai, bila tidak stabil atau kembali terjadi deformitas maka
lakukan reposisi terbuka dan fiksasi dengan kawat (interosseus wiring), atau dengan plat mini &
sekrup.14,15
2. Reposisi Terbuka
Reposisi terbuka pada fraktur zygoma operasi dengan melakukan reposisi dan fiksasi dengan
menggunakan kawat stainless steel atau menggunakan plat dan sekrup mini pada patah tulang
zygoma. Insisi reposisi terbuka pada silier disebelah lateral tepat pada kulit diatas prosesus
frontalis os zygomatikus (insisi 1) dan infraorbital (insisi 3 ), tepat pada lipatan kulit sepanjang
3cm. insisi silier sebelah lateral tepat pada kulit diatas prosesus frontalis os zygomatikus,
diperdalam sampai m. orbikularis okuli. Dipasang hak tajam, m orbikularis okuli dibuka secara
tumpul dengan gunting sampai periosteum, periosit insisi, dengan rasparatorium perios
dibebaskan dari tulang.Fragmen tulang dibersihkan dan diatur/reposisi, dilakukan pengeboran
pada kedua ragmen tulang 1 cm dari garis fraktur.Insisi infraorbital tepat pada lipatan kulit,
sepanjang 3cm diperdalam sampai m. orbikularis okuli.Perdarahan dirawat.Pasang hak tajam, m.
orbikularis okuli dibuka secara tumpul dengan gunting sampai periosteum os zygoma,
periosteum diinsisi, dengan raparatorium perios dibebaskan dari tulang.Lakukan reposisi dengan
elevator melalui insisi diatas telinga, atau dari insisi silier.Eksplorasi dasar orbita dan
n.infraorbitalis.Dilakukan pengeboran fragmen tulang, masing-masing jarak 1cm dari garis
fraktur. Arah mata bor dari dinding depan zygoma ke dasar orbita. Tiap pengeboran, mata
dilindungi dengan rasparatorium dan disemprotkan air pada tempat pengeboran. Melalui lubang
tersebut kedua fragmen tulang diikat dengan kawat 0,5mm ( fraktur pada prosessus frontalis dan
korpus zygomatikus). Luka operasi dispoel dengan larutan garam fisiologis, rawat perdarahan.
Luka operasi ditutup lapis demi lapis.14,15
Fraktur midfasial merupakan tantangan di bidang bedah karena struktur anatomi yang
kompleks dan padat.6 Penanganan yang tepat dapat menghindari efek samping baik anatomis,
fungsi, dan kosmetik.Tujuan utama perawatan fraktur fasial adalah rehabilitasi penderita secara
maksimal yaitu penyembuhan tulang yang cepat, pengembalian fungsi okuler, fungsi pengunyah,
fungsi hidung, perbaikan fungsi bicara, mencapai susunan wajah dan gigi-geligi yang memenuhi
estetis serta memperbaiki oklusi dan mengurangi rasa sakit akibat adanya mobilitas segmen
tulang.5

Metode
Penelitian ini menggunakan metode retrospektif deskriptifmelalui penelitian data rekam
medik penderita fraktur zygoma di SMF Bedah RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode
tahun 2015 sampai 2017. Data primer diambil dari bagian rekam medik dengan diagnosa fraktur
zygoma.
Mengumpulkan data berdasarkan catatan status semua penderita yang didiagnosis sebagai
kasus fraktur zygoma.Data kemudian dikelompokkan berdasarkan variabel penelitian kemudian
disajikan dalam bentuk tabel tabulasi, diagram, dan tekstular yang selanjutnya dianalisa
berdasarkan persentase.

Hasil
Berdasarkan hasil penelitian retrospektif deskriptif di SMF Bedah RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado, jumlah penderita fraktur zygoma yang dirawat di SMF Bedah periode 2015-
2017 sebanyak 461 kasus.

Tabel 1.Jumlah Kasus Fraktur Zygoma tahun 2015-2017

Tahun Jumlah Persen (%)


2015 183 39,70
2016 150 32,54
2017 128 27,76

Total 461 100%

200

150

100
Jumlah
50

0
2015 2016 2017

Gambar 1.Diagram Distribusi Jumlah Kasus Faktur Zygoma tahun 2015-2017

Tabel 1 dan Gambar 1 memperlihatkan jumlah penderita Fraktur Zygoma diSMF


BedahRSUP Prof Dr R.D Kandou Manado periode tahun 2015 sampai 2017 yaitu sebanyak 461
penderita, dimana pada periode 2015 sebanyak 183 penderita (39,70%), periode 2016 sebanyak
150 penderita (32,54%), periode 2017 sebanyak 128 penderita (27,76%).
Tabel 2. Distribusi Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 392 85,12 %
Perempuan 69 14,88 %
Total 461 100%

Jenis Kelamin

Laki-laki
Perempuan

Gambar 2. Diagram Distribusi Menurut Jenis Kelamin

Tabel 2 dan gambar 2 memperlihatkan bahwa dari 461 penderita, penderita fraktur
zygoma terbanyak ditemukan pada laki-laki yaitu sebanyak 392 penderita (85,12%) dan
perempuan sebanyak 69 penderita (14,88%).

Tabel 3. Distribusi jumlah penderita menurut Usia

Persenta
Usia Jumlah
se (%)
6-15 34 7,37
16-25 174 37,74
26-45 150 32,53
46-65 80 17,38
>65 23 4,98
Total 461 100%
200
180
160
140
120
100
Jumlah
80
60
40
20
0
6-15 tahun 16-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun >65 tahun
Gambar 3. Diagram Distribusi jumlah penderita menurut usia

Tabel 3 dan gambar 3 menunjukkan jumlah penderita Fraktur Zygoma dengan kelompok
usia 6 - 15 tahun terdapat 34 penderita (7,37 %), kelompok usia 16-25 tahun terdapat 174
penderita(37,74%), kelompok usia 26-45 tahun sebanyak 150 penderita(32,5 %), kelompok usia
46-65 tahun sebanyak 80 penderita(17,38 %), dan kelompok usia> 65 tahun sebanyak 23
penderita(4,98%).

Tabel 4. Distribusi jumlah penderita menurut Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


Pelajar 90 19,5
Mahasiswa 63 13,7
Pegawai (Negeri/Swasta) 119 25,8
Ibu Rumah Tangga 29 6,3
Wiraswasta 42 9,1
Pensiunan 5 1,1
Petani 67 14,5
Nelayan 7 1,5
Tukang/Buruh 11 2,4
Sopir 9 2
Lain-lain 19 4,1
Total 461 100%
Pelajar
Mahasiswa
Pegawai
IRT
Wiraswasta
Pensiunan
Petani
Nelayan
Tukang/Buruh
Sopir
Lain-lain

Gambar 4. Diagram Distribusi jumlah penderita menurut Pekerjaan

Tabel 4 dan gambar 4 memperlihatkan jumlah penderita fraktur zygoma dilihat dari
pekerjaan penderita. Terdapat 90 penderita pelajar (19,5%), 63 penderita mahasiswa (13,7%),
119 penderita bekerja sebagai pegawai (25,8%), 29 penderita Ibu Rumah Tangga (6,3%), 42
penderita sebagai wiraswasta (9,1%), 5 penderita pensiunan (1,1%), 67 penderita sebagai petani
(14,5%), 7 penderita nelayan (1,5%), 11 penderita sebagai tukang (2,4%), 9 penderita sopir (2%),
dan pekerjaan lainnya sebanyak 19 penderita (4,1%).

Tabel 5. Distribusi jumlah penderita berdasarkan Penyebab


Penyebab Frekuensi Presentase (%)
Kecelakan lalu lintas 431 93
Perkelahian 9 1,55
Kecelakaan Industri 12 2,6
Terjatuh 9 1,55
TOTAL 461 100 %
Berdasarkan Penyebab

100
90
80
70
60 Persentase

50
40
30
20
10
0
Kecelakaan lalu lintas Perkelahian Kecelakaan industri Terjatuh

Gambar 5. Diagram jumlah penderita berdasarkan penyebab

Dari tabel 5 dan Gambar 5 memperlihatkan yang menjadi penyebab terjadinya fraktur
Zygoma adalah kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 431 orang (93 %), perkelahian sebanyak 9
orang (9%), kecelakaan industri (12 %), terjatuh ( 9%).

Tabel 6. Distribusi penderita berdasarkan tindakan yang dilakukan


Penyebab Frekuensi Presentase (%)
Kecelakan lalu lintas 431 93
Perkelahian 9 1,55
Kecelakaan Industri 12 2,6
Terjatuh 9 1,55
TOTAL 461 100 %
Pembahasan
Dalam penelitian ini diambil data dari rekam medik terhadap penderitayang datang
berobat ke SMF Bedah RSUP Prof R. D. Kandou Manado pada periode tahun 2015-2017 dan
didapatkan terjadinya penurunan jumlah penderita yang mengalami fraktur zygoma dari tahun ke
tahun. Penelitian di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2006 hingga 2010
menyebutkan terdapat sejumlah 404 kasus fraktur tulang wajah.1-3 Tingginya kejadian
kecelakaan lalu lintas setara dengan meningkatnya angka kejadian fraktur tulang wajah.4
Dari distribusi penderita berdasarkan jenis kelamin sebanyak 392 penderitaadalah laki-
laki atau 85,12% dari keseluruhannya. Sedangkan 69 sisanyamerupakan perempuan atau 14,88%
dari keseluruhan penderita. Hal ini sejalandengan tingkat insidensi kecelakaan lalu lintas yang
lebih banyak dialami laki-lakikarena jumlah pengguna kendaraan bermotor lebih banyak laki-
laki.1Pada beberapa penelitian, menunjukan bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan yang
mengalami fraktur tulang fasial, yaitu masih dominan terjadi pada laki-laki dengan asumsi laki-
laki banyak melakukan aktivitas di luar dari pada perempuan.16
Menurut kelompok usia, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok usia 16-25
tahun merupakan peringkat teratas dengan jumlah penderita 174 orang (37,74%), kemudian di
peringkat kedua dengan jumlah penderita sebanyak 150 orang (32,5%), yaitu pada usia 26-45
tahun. Usia ini adalah usia produktif dengan mobilitasdan aktivitas di luar serta kesibukan yang
tinggi sehingga rentan terhadap kecelakaan jalan raya atau kecelakaan kerja. Beberapa penelitian
lain juga menunjukkan bahwa rentang usia ini paling banyak mengalami kecelakaan yang
menyebabkan trauma fraktur pada wajah.17,18
Menurut kelompok pekerjaan, hasil penelitian ini menunjukkan jumlah penderita
terbanyak bekerja sebagai pegawai, yaitu 119 orang (25,8%), disusul dengan pelajar sebagai
terbanyak kedua, yaitu 90 orang (19,5%). Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Martins Jr dkk di Blumenau, Santa Catarina pada tahun 2004-2009 dimana
penderita fraktur fasial terbanyak ditemukan pada pegawai/ karyawan (employee). Sedangkan
penelitian yang dilakukan Montovani et all (2006) menemukan penderita fraktur fasial terbanyak
pada mahasiswa/siswa.19,20
Menurut kelompok berdasarkan penyebab , hasil penelitian menunjukan jumlah penyebab
terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas adalah 431 orang ( 93%). Tingginya kejadian kecelakaan
lalu lintas setara dengan meningkatnya angka kejadian fraktur tulang wajah. Data yang
dikeluarkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menyebutkan bahwa setiap tahun sekitar 1,3 juta
orang atau setiap hari sekitar 3.000 orang meninggal dunia akibat kecelakaan, 90% terjadi di
negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga memiliki
permasalahan dengan tingginya kejadian kecelakaan lalu lintas khususnya kecelakaan sepeda
motor sebesar 52.2% berdasarkan data KORLANTAS POLRI tahun 2011-2013.4
Kesimpulan

1. Jumlah penderita Fraktur Zygoma di SMF Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode tahun 2015 sampai 2017 sebanyak 461 penderita
2. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 392 penderita laki-laki (85,12%) dan 69 penderita
perempuan (14,88%) dengan perbandingan 5,7 : 1.
3. Fraktur zygoma paling banyak terjadi pada kelompok usia 16-25 tahun, yaitu 174
penderita (37,74%), termasuk kelompok usia produktif
4. Berdasarkan pekerjaan, terdapat 119 penderita (25,8%) bekerja sebagai pegawai.
5. Berdasarkan penyebab terjadinya fraktur zygoma, paling banyak disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas, yaitu sebanyak 431 kasus (93%).
DAFTAR PUSTAKA

1. Schwartz SI. Trauma in principles of surgery.7th edition.McGraw Hill. 2010;146-7.


2. Ajmal S, Khan AK, Jadoon H, Malik SA. Management protocol of mandibular
fractures.Departement of Plastic Surgery. Pakistan Institute Of Medical Sciences. Islamabad.
Pakistan 2007.
3. Falatehan A. Hubungan antara keparahan fraktur mandibula dan keparahan cedera kepala.
[skripsi]. Universitas Sumatera Utara;2008.
4. Polmas.go.id [homepage on the Internet]. Indonesia : Polisi masyarakat indonesia; [cited 28
Jan 18]. Available from: http://polmas.go.id/2014/20/21
5. Sjamsuhidajat R, Jong W D. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
EGC;2010 ; 419-20.
6. Menon S, Sinha R, Thapliyal G, Bandyopadhyay. Management fracture
zygomatic in hospital: A retrospective study. J Maxilofacial Oral Surg 2011
Juni; 10 (2):136-41.
7. Hwang K, Hye Sun. Analysis of facial bone fractures: An 11-year study of
2,094 patients. Indian J of Plastic Surg 2010; Vol 43:42-48
8. Vibha Singh, et al, 2012, The Maxillofacial Injuries, Departments of Oral and Maxillofacial
Surgery, Anaesthesia, K.G. Medical University, Lucknow, India, National Journal of
Maxillofacial Surgery Vol 3.
9. Rekosprawir S. Fraktur Epidemiologi fraktur maksilofasial. 2010. From :
http://id.scribd.com/doc/56587918/01-Epidemiology-of-Maxillofacial-Fracture-SNT , 24
September 2017
10. J Babak, T Francisco. Facial Bone Anatomy. 2016. From :
http://emedicine.medscape.com/article/835401-overview, 11 Oktober 2017
11. R Putz, R Pabst. Sobotta : Atlas Anatomi Manusia. Edisi 22. Jakarta : EGC ; 2006 ; 32.
12. Putri A. Fraktur zygomaticomaxilaris compleks. Mei 2010.
13. Dharma M. Dear plastic. Perhimpunan ahli bedah plastik Indonesia.
Available from: http://www.darplastic.com/umum/bagian-ketiga.html
14. S Stuart, D Dan. Zygomatic Complex Fracture and Management. 2016. From :
http://emedicine.medscape.com/article/1218360-treatment
15. L. Kaukola, J. Snäll, R. Roine, H. Sintonen, H. Thorén. Health-related quality of life of
patients with zygomatic fracture.Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2017 Sep 1;22 (5):e636-42
16. Kementrian Perhubungan Sulawesi Selatan. Profil dan kinerja perhubungan darat Provinsi
Sulawesi Selatan 2013. Sulawesi Selatan: Dishub, 2013:p.10-23. Available on:
bagren@hubdat.web.id.
17. C. Kairupan, A. Monoarfa, J. Ngantung. Angka kejadian penderita fraktur tulang fasial di
SMF bedah BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode januari 2012 – desember 2012. Jurnal
e-clinic, 2014 Juli; 2:2.
18. Astuti R. Angka kejadian fraktur mandibula berdasarkan lokasi anatomis di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau periode januari 2011-desember 2013
19. Martins jr JC, Keim FS, Helena ET. Epidemiological Characteristic of Trauma Patients
Maxillofacial Surgery at the Hospital Geral de Blumenau SC From 2004 to 2009.
International Archives of Otorhinolaryngology.Vol.14. Num.2. 2010.
20. Montovani et al. Etiologia e incidencia das fracturas faciais em adultos e criancas:
experiencia em 513 casos. Rev Bras Otorrinolaringol. 2006, 72(2):235-41.

Anda mungkin juga menyukai