Anda di halaman 1dari 26

KERANGKA TEORI

Distosia
Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan di dalam 24 jam, tanpa menimbulkan kerusakan yang berlebih pada ibu dan anak. Istilah distosia atau persalinan yang sulit dipergunakan jika tidak ada kemajuan dalam proses persalinan. Adapun sebab-sebab distosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar: 1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar kurang kuat a. Karena kelainan his : inersia uteri atau kelemahan his merupakan sebab terpenting dari distosia b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena sikatriks baru pada dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominis atau karena sesak nafas. 2. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya postio occipito posterior persisten, letak lintang, letak muka, letak dahi, letak majemuk, prolapsus funikuli, janin yang besar, hidrosefalus atau monstrum. 3. Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang mempersempit jalan lahir.

Presentasi Muka
Presentasi muka ialah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan. Angka-angka kejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di Indonesia sukar dibandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit lainnya.

Diagnosis Pada presentasi muka, tubuh janin berada dalam keadaan ekstensi, sehingga pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggung. Bagian kepala yang menonjol, yakini belakang kepala, terdapat di sebelah yang berlawanan dengan letak dada. Di daerah dada dapat pula diraba bagian-bagian kecil janin dan denyut janjung janin terdengar lebih jelas. Untuk membuat diagnosis presentasi muka, selain pemeriksaan luar pada umumnya perlu dibantu dengan pemeriksaan dalam. Bila muka sudah masuk ke dalam ronga panggul, jari pemeriksa dapat meraba dagu, mulut, hidung dan pinggir orbita. Pemeriksaan harus dilakukan dengan hatihati, sehingga tidak melukai mata dan mulut. Adanya kaput suksedaneum menyulitkan pemeriksaan, sehingga kadang-kadang muka dikacaukan dengan bokong. Kesalahan ini tidak perlu terjadi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan luar yang seksama. Di samping itu mulut dapat dikenal karena adanya pinggir alveola. Apabila masih ada keragu-raguan, dapat dilakukan pemeriksaan rontgen atau bila ada dengan MRI. Diagnosa dalam Kehamilan: Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan apabila: Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing (sudut Fabre); tonjolan kepala ini juga bertentangan dengan pihak bagian-bagian kecil. Bunyi jantung anak terdengar pada sisi bagian-bagian kecil

Diagnosa dalam Persalinan Dengan pemeriksaan dalam pembukaan yang cukup besar akan teraba: orbita, tulang pipi, mulut dan dagu. Karena muka agak lunak harus dibedakan dari bokong Etiologi Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan-keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi

kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan factor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Selain itu kelainan janin seperti anensefalus dan tumor di leher bagian depan dapat mengakibatkan presentasi muka. Kadang-kadang presentasi muka juga dapat terjadi pada kematian janin intrauterine, akibat otot-otot janin yang telah kehilangan tonusnya. Sebab yang terpenting ialah panggul sempit dan anak yang besar. Secara lengkap sebabsebab dapat dibagi menjadi 2 golongan, yakni: 1. Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tidak dapat diperbaiki, seperti: Struma congenitalis Kelainan tulang leher Lilitan tali pusat yang banyak Meningocele Anenchepal

2. Letak muka sekunder tidak ada kelainan pada anak dan dapat diperbaiki, seperti: Panggul picak Dinding perut kendor, sehingga rahim jatuh ke depan Bagian-bagian yang menumbung Hidramnion Mungkin juga letak defleksi dapat terjadi karena tonus otot-otot ekstensor anak lebih kuat dari tonus otototot fleksor.

Mekanisme Persalinan Kepala turun melalui pintu atas panggul

dengan sirkumferensia trakelo-parietalis dan dengan dagu melintang atau miring. Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga dagu memutar ke depan dan berada di bawah arkus pubis. Dengan daerah submentum sebagai hipomoklion, kepala lahir dengan gerakan fleksi sehingga dahi, ubun-ubun besar, belakang kepala lahir melewati perineum. Setelah kepala lahir, terjadi putaran paksi luar dan badan janin lahir seperti pada presentasi belakang kepala. Kalau dagu berada di belakang, pada waktu putaran dalam dagu harus melewati jarak yang lebih jauh supaya dapat berada di depan. Kadang-kadang dagu tidak dapat berputar ke depan, dan tetap berada di belakang (kira_kira 10%). Keadaan ini dinamakan posisi mento posterior persisten, dan janin tidak dapat lahir spontan, kecuali bila janin kecil atau mati. Kesulitan kelahiran pada presentasi muka dengan posisi mento posterior ini disebabkan karena kepala sudah berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin menambhan defleksinya lagi, sehingga kepala dan bahu terjepit dalam panggul dan persalinan tidak maju. Oleh karena itu bila dijumpai presentasi muka dengan dagu di belakang perlu segera dilakukan tindakan untuk menolong persalinan.

Pemeriksaan dalam pada berbagai posisi presentasi muka

Prognosis Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan sirkumferensia trakelo-paretale yang hanya sedikit lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika. Tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya kesempitan panggul dan janin yang besar yang merupakan penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Di samping itu dibandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai dsar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul. Dalam keadaan dimana dagu berada di belakang prognosis kurang baik bila dibandingkan dengan dagu di depan, karena dalam keadaan tersebut janin yang cukup bulan tidak mungkin dapat lahir pervaginam. Angka kematian perinatal pada presentasi muka ialah 2,5-5%.

Presentasi muka dengan dagu di depan

Penanganan Pada persalinan dengan presentasi muka harus dilakukan pemeriksaan yang teliti untuk menentukan adanya disproporsi sefalopelvik. Bila tidak ada dan dagu berada di depan, maka diharapkan terjadi persalinan spontan. Kalau dagu berada di belakang, harus diberi kesempatan kepada dagu untuk memutar ke depan. Harus diingat bahwa putaran bagian dalam baru terjadi setelah muka mencapai dasar panggu;. Bila selama pengamatan kala II terjadi posisi mento posterior persistens, maka tidak ada gunanya menunggu lama lagi. Diusahakan lebih dahulu untuk memutar dagu ke depan dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam vagina. Apabila usaha ini berhasil atau bila didapatkan disproporsi sefalopelvik sebaiknya dilakukan seksio sesarea. Dalam keadaan tertentu dapat dicoba untuk mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala dengan cara memasukkan tangan penolong ke dalam vagina, kemudian menekan muka pada daerah mulut dan dagu ke atas. Kalau dengan cara ini tidak berhasil, dapat dicoba perasat Thorn: bagian belakang kepala dipegang oleh tangan penolong yang dimaksudkan ke vagina kemudian ditarik ke bawah, sedang tangan yang lain berusaha meniadakan ekstensi tubuh janin dengan menekan dada dari luar. Untuk mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala, harus dipenuhi beberapa syarat: 1) Dagu harus berada di belakang, sebab bila dagu berada di depan akan terjadi presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil di belakang yang tidak lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi muka dengan dagu di depan 2) Kepala belum turun ke dalam rongga panggul dan masih mudah di dorong ke atas

Presentasi muka dengan dagu di depan Indikasi untuk melakukan ekstraksi cunam pada presentasi muka dapat berasal dari ibu, dari janin atau bila kala II telah berlangsung lebih dari 2 jam. Di samping syarat-syarat umum yang berlaku untuk penggunaan cunam, pada presentasi muka dagu harus sudah berada di depan. Indikasi untuk melakukan seksio cesaria pada presentasi muka adalah: posisi mento posterior persistens, kesempitan panggul dan kesulitan turunnya kepala dalam rongga panggul.

Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada di antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Angka kejadian presentasi dahi kurang lebih satu diantara 400 persalinan.

Perasat Thorn

Diagnosis Pada permulaan persalinan, diagnosis presentasi dahi sulit ditegakkan. Pemeriksaan luar memberikan hasil seperti pada presentasi muka, tetapi bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol. Denyut jantung janin jauh lebih jelas didengar di bagian dada, yaitu di sebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil. Kelainan presentasi ini harus dicurigai apabila pada persalinan, kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul pada wanita yang dalam persalinan-persalinan sebelumnya tidak pernah mengalami kesulitan. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba sutura frontalis, yang bila diikuti, pada ujung yang satu diraba ubun-ubun besar dan pada ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita. Pada presentasi dahi ini mulut dan dagu tidak dapat diraba. Etiologi Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi muka. Semua presentasi muka biasanya melewati fase presentasi dahi lebih dulu.

Mekanisme Persalinan Kepala masuk melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia maksilloparietalis serta sutura frontalis melintang atau miring. Setelah terjadi moulage, dan ukuran terbesar kepala telah melalui pintu atas panggul, dagu memutar ke depan. Sesudah dagu beada di depan, dengan fossa kanina sebagai hipomoklion, terjadi fleksi sehingga ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir melewati perineum. Kemudian terjadi defleksi, sehingga mulut dan dagu lahir di bawah simphisis yang menghalangi presentasi dahi untuk berubah menjadi presentasi muka, biasanya karena terjadi moulage dan kaput suksedaneum yang besar pada dahi waktu kepala memasuki panggul, sehingga sulit terjadi penambahan defleksi.

Pemeriksaan dalam pada presentasi dahi Karena besarnya ukuran ini, kepala baru dapat masuk ke dalam rongga panggul setelah terjadi moulage untuk menyesuaikan diri pada besar dan bentuk pintu atas panggul. Persalinan membutuhkan waktu yang lama dan hanya 15% berlangsung spontan. Angka kematian perinatal lebih dari 20%, sedangkan persalinan pervaginam berakibat perlukaan luas pada perineum dan jalan lahir lainnya. Prognosis Janin yang kecil masih mungkin lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan besar normal tidak dapat lahir spontan pervaginam. Hal ini disebabkan karena kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia maksilloparietalis (36 cm) yang lebih besar daripada lingkaran pintu atas panggul.

Presentasi dahi dengan dahi melintang

Presentasi dahi dengan dahi di depan

Penanganan Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan dapat lahir spontan pervaginam, sehingga harus dilahirkan dengan seksio sesarea. Pada janin yang kecil dan panggul yang luas pada garis besarnya sikap dalam menghadapi persalinan presentasi dahi sama dengan sikap dalam menghadapi presentasi muka. Bila persalinan menunjukkan kemajuan, tidak perlu dilakukan tindakan. Demikian pula bila ada harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala atau presentasi muka. Jika pada akhir kala I kepala belum masuk ke dalam rongga panggul, dapat diusahakan mengubah presentasi dengan perasat Thorn, tetapi jika tidak berhasil, sebaiknya dilakukan seksio sesarea. Meskipun kepala sudah masuk ke rongga panggul, tetapi bila kala II tidak mengalami kemajuan sebaiknya juga dilakukan seksio sesarea. Bayi yang lahir dalam presentasi dahi menunjukkan kaput suksedaneum yang besar pada dahi disertai moulage kepala yang hebat.

10

Kematian janin intrauterin (IUFD)


Definisi 1 Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and Gynecologissts yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 mingggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan perttumbuhan janin,gawat janin, atau infeksi. Etiologi 1

Pada 25%-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat di sebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta. Faktor maternal antara lain adalah: Post term ( >42 minggu), diabetes melitus tidak terkontrol, sistemik lupus aritematosus, infeksi, hipertensi, preeklamsi, eklamsi, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit resus, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu. Faktor fetal antara lain adalah Hamil kembar, hamil tumbuh lambat, kelainan kongenital, kelainan genetik, infeksi. Faktor plasenta antara lain adalah Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa.

Sedankan faktor resiko terjadinya kematian intrauterin meningkat pada usia ibu >40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu ( ureplasma urealitikum ), kegemukan, ayah berusia lanjut. Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutan. Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin. Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan keluarga, pada kehamilan berikut di perlukan pengelolaan yang lebih. Ketat tentang kesejahteraan janin. Pemantauan kesejah teraan janin dapat dilakukan dengan anamnesis, ditanyakkan aktifitas gerakan janin pada ibu hamil, bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan kardiovaskuler.

11

Diagnosis 1

Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis kematian janin. Umumnya penderitaan hanya mengeluh gerakan janin berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasound, dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin. Pada anamnesis gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada, yang terlihat pada tinggi fundus uteri menurun, berat badan ibu menurun, dan lingkaran perut ibu mengecil.

Dengan fetoskopi dan dopler tidak dapat didengarkan adanya bunyi jantung janin. Dengan sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG, tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan. Dengan foto radiologik setelah 5 hari dapat tampak tulang kepala kolaps tulang kepala saling tumpah tindih ( gejala spalding) tulang belakang hiperpleksi, edema sekitar tulang kepala, tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun keluaraga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalainan berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapatt terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2 minggu.

Pengelolaan 1

Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, penderita segera diberi informasi. Diskusikan kemungkinan penyebab dan rencana penatalaksanaannya. Rekomendasi untuk segera di intervensi. Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu kadar fibrinogen menurun dengan kecendrungan terjadinya koagulopati. Masalah menjadi rumit jika jematian janin terjadi pada salah satu janin kembar. Bila diagnosis mati telah di tegakkan, dilakukan pemeriksaan tanda vital ibu; dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, dan gula darah. Diberikan KIE pada pasien dengan keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian janin; rencana tindakan; dukungan mental emosional pada penderita dan keluarga, yakin bahwa kemungkinan lahir pervaginam. Persalian pervaginam dapat di tunggu lahir spontan setelah 2 minggu, umumnya tanpa komplikasi. Persalian. Dapat terjadii secara aktif dengan induksi persalian dengan oksitosin atau misoprostol. Tindakan perabdominam bila janin letak lintang. Induksi pesrsalinan dapat dikombinasikan oksitosin misoprostol secara vaginal ( 50 kcg tiap 4-6 jam) dan induksi oksitosin. Kehamilan diatas 28 minggu dosis misoprostol 25 mcg pervaginam /6 jam. Setelah

12

bayi lahir dilakukan ritual keagamaan merawat mayat bayi bersama keluarga. Idealnya pemeriksaan otopsi atau patologi palsenta akan membantu mengungkap penyebab kematian janin. ILUSTRASI KASUS A. Identitas

Data Pasien

Data Suami

Nama : Ny. Dede Rina Pendidikan : SD Umur : 30 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam Suku / bangsa : Jawa

Nama : Tn. Wartira Pendidikan : SD Umur : 37 tahun Pekerjaan : Buruh bangunan Agama : Islam Suku / bangsa : Jawa

Alamat : Dukuh Semar, Harjamukti Tanggal Masuk RS : 07 Juni 2011, pukul 10.25 Rujukan dari : Bidan Keterangan Rujukan : G3P2AO kala II dengan presentasi muka

B. Anamnesis 1. Keluhan utama Mulas-mulas. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Wanita G3P2A0 usia 30 tahun merasa hamil 9 bulan dan masih merasakan pergerakan janin. Wanita mengatakan Tanggal 06 juni 2011 Jam 19.30 Jam 21.00 : : Mulai terasa mulas - mulas. Mengaku keluar lendir sedikit

13

Tanggal 07 juni 2011 Jam 07.45 Jam 08.00

: :

Mulai keluar air-air Datang ke bidan pembukaan 4 5 cm Rujuk RS

Jam 10.10 Jam 10.25 3. Riwayat Penyakit dahulu

: :

Tiba di IGD RSUD Gunung Jati Tiba di VK RSUD Gunung Jati

Riwayat perdarahan sebelumnya disangkal. Riwayat hipertensi sebelum / selama kehamilan disangkal. Riwayat diabetes mellitus sebelumnya disangkal. Riwayat asma sebelumnya disangkal. Riwayat tuberculosis paru sebelumnya disangkal. Riwayat kejang sebelumnya disangkal. 4. Riwayat operasi Riwayat operasi sebelumnya disangkal. 5. Riwayat perkawinan Perkawinan ke 1, lama perkawinan 11 tahun. 6. Riwayat obstetric Anak ke 1 Anak ke 2 Anak ke 3 : perempuan / spontan / RS / 3300 gr / aterm / saat ini berusia 11 tahun : laki laki / spontan / RS / 3600 gr / aterm / saat ini berusia 3 tahun : hamil sekarang

7. Kehamilan sekarang HPHT : 12 09 2010 HPL : 19 06 2011

8. Riwayat Ante Natal Care Teratur, lebih dari 10 kali, di bidan

14

C. Pemeriksaan Fisik 1. Status Present Keadaan Umum : Pasien tampak sakit berat Kesadaran Vital Sign : Compos Mentis : Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 94 x/menit, regular : 36,20 C : -/: -/: membesar simetris : BJ I-II regular, murmur (-/-), gallop (-/-) : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-) : -

Respiratory Rate : 24 x/menit Suhu Mata : Anemis Ikterik Mammae Jantung Paru Edema

D. Pemeriksaan Obstetri 1. Pemeriksaan Luar TFU Letak Anak DJJ His : 32 cm : memanjang, pres.muka : 136 x/menit : 3x10 25

2. Pemeriksaan Dalam Vulva/vagina Portio Pembukaan Selaput ketuban Bagian terendah Hodge : tidak ada kelainan : tidak teraba : lengkap : (-), sisa kering : kepala, pres.muka : II - III

15

Penunjuk

: dagu di depan

E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 07-06-2011 Hb Ht Leukosit Eritrosit Trombosit HBSAg Anti HIV : 9,4 g/dl : 27,4 % : 15,5 x 103/mm3 : 3,57 x 106/mm3 : 248 x 103/mm3 : (-) : (-)

Tanggal 08-06-2011 Hb Ht Leukosit Eritrosit Trombosit : 6,9 g/dl : 20,9 % : 23,8 x 103/mm3 : 2,64 x 106/mm3 : 213 x 103/mm3

Tanggal 10-06-2011 Hb Ht : 7,7 g/dl : 23,7 %

16

Leukosit Eritrosit Trombosit

: 19,7 x 103/mm3 : 2,96 x 106/mm3 : 284 x 103/mm3

Tanggal 11-06-2011 Hb Ht Leukosit Eritrosit Trombosit F. Resume Wanita G3P2A0 usia 30 tahun merasa hamil 9 bulan dan masih merasakan pergerakan janin. Pasien datang ke rumah bidan karena keluhan mulas-mulas, keluar lendir, dan keluar air - air . Dari Rumah Bersalin Bidan dirujuk ke RSUD Gunung Jati karena presentasi muka Dari pemeriksaan obstetri (pemeriksaan dalam) didapatkan hasil Vulva/vagina tidak ada kelainan, Portio tidak teraba, Pembukaan lengkap, Selaput ketuban (-), sisa kering, Bagian terendah kepala, pres.muka Hodge II III, Penunjuk dagu di depan. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan anemia. : 9,3 g/dl : 28,7 % : 13,4 x 103/mm3 : 3,56 x 106/mm3 : 309 x 103/mm3

Diagnosis Kerja G3P2A0 parturient aterm ( 40 41 minggu ) kala II dengan letak kepala presentasi muka

G. Penatalaksanaan

IVFD RL : D5% Antibiotik

17

O2 -> 5L Pemeriksaan darah Siapkan untuk transfusi PRC,jika Hb semakin turun Informed consent keluarga

H. Prognosis 1. Pada ibu Quo ad vitam dubia ad bonam Quo ad functionam dubia ad bonam

2. Pada Janin Quo ad vitam ad malam Quo ad functionam ad malam

18

Kronologis Tanggal 07-06-2010 Jam 10.25 WIB: Pasien datang masuk VK RSUD Gunung jati. Status praesens: Keadaan umum kesadaran nadi respirasi suhu mata : tampak sakit berat : compos mentis : 94x/mnt : 24x/mnt : 36,2oC : konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikterik cor pulmo ekstremitas : murmur (-), Galop (-) : VBS +/+ , ronki -/: Status obsteri: Pemeriksaan luar TFU Letak Anak DJJ His : 32 cm : memanjang, pres.muka : 136 x/menit : 3x10 25 wheezing -/-

Jam 11.00: Visite dr. Hardiyansah, SpOg Pemeriksaan Dalam Vulva/ vagina : tidak ada kelainan Pembukaan Ketuban : lengkap : (-), sisa kering

Bagian terendah kepala, presentasi muka, dagu di depan. Advice :

19

Partus spontan dan episiotomi Jam 11.45: Pasien dipimpin persalinan jam, tidak ada kemajuan Jam 12.00: Consul dr. Hardiansyah, SpOg Advice : Consul dr. Jaga Jam12.15: Tampak muka sebelah kanan bayi udem Jam 13.00: Consul dr. Doddy, SpOg Advice : Pimpin persalinan Sambil siapkan SC, jika tetap tidak lahir Jam 13.40: Consul dr. Ira, Sp.An Advice: Acc SC dengan spinal anastesi Fimahes 1 ampul Ketese 1 ampul Cendantron 1 ampul Jam 13.45 : Pasang DC Jam 13.50 : Lapor dr.H. Doddy SpOg Dokter masih di komite medik Jam 14.00: Lapor dr.H. Doddy SpOg Kirim pasien ke OK UGD

20

Laporan Operasi Nama : Ny Dede rina Umur : 30 tahun No. RM : 693626 Tanggal : 07/06/2011 Pembedahan : dr. H. Doddy Sismayadi SpOG (K) Assisten I : coass Riza Rahmalia Assisten II : Perawat instruksi : bd.Imas Nama ahli anastesi : dr Iranima SpAn Jenis Anasthesi : Spinal Jenis Operasi : Histerorafi Obat-obat anasthesi : Fimahes 1 ampul : Ketese 1 ampul : Cendantron 1 ampul

Diagnosa Pra Bedah : G3P2A0 parturient aterm ( 40-41 minggu ) kala II dengan letak kepala presentasi muka Indikasi Operasi : Presentasi muka dagu belakang Diagnosa pasca bedah : P3A0 post partus maturus dengan histerorafi a/i presentasi muka dagu belakang

21

Jenis Operasi : histerorafi Desinfeksi kulit dengan : Alkohol + Betadine Jaringan yang dieksisi : tidak Jam operasi dimulai : 15.25 Jam operasi selesai 16.30 Lama operasi berlangsung : 1 jam 5 menit Cara approach :

Posisi Penderita : Terlentang Laporan : Dilakukan aseptik dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya Dilakukan insisi mediana inferior Peritonium dibuka tampak uterus sebesar gravid 40 minggu Dilakukan histerorafi Dilahirkan anak dengan meluksir kepala, bayi lahir jam 15.35 wib, jenis kelamin laki-laki ( meninggal ), BB 3400gr, PB 49cm, Apgar .. 5.., Kelainan IUFD Cairan ketuban (-) Luka uterus dijahit satu persatu Dilakukan reperitonealisasi Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah

22

Tidak dilakukan sterilisasi pomeroy Dipasang intraperitoneal Kulit dan fascia dijahit secara jelujur Terapi pasca bedah : - Cefotaxim 3x1 - Metronidazol 3x1 Diagnosa akhir : P3A0 post partus maturus dengan histerorafi a/i presentasi muka dagu belakang

23

ANALISA KASUS I. Identifikasi masalah 1. Distosia 2. IUFD 3. Pendidikan yang rendah Dasar- dasar diagnosis 1. Distosia Pasien datang dengan presentasi muka dengan dagu di belakang dan kala II. 2. IUFD Kematian janin intra uterin pada kasus ini terjadi karena kala II terjadi terlalu lama. Pada presentasi dagu belakang angka kematian perinatalnya tinggi untuk itu kala II tidak boleh lebih dari 1 jam. 3. Pendidikan yang rendah Pendidikan yang rendah menyebabkan kurang mengetahuinya tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan yang merupakan upaya dalam menditeksi secara dini kelainan atau penyakit yang hanya terjadi pada kehamilan seperti distosia. Analisa penatalaksanaan Pada saat pasien datang dengan kondisi tampak sakit berat dan sudah dalam kala II. Karena pasien juga sudah mengaku keluar air-air maka diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi terhadap bayi. Selain itu ibu jg diberikan O2 5 liter unguk mencegah gawat janin.

II.

III.

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Pada kasus ini distosia merupakan masalah serius yang di dapat pada wanita yang sedang hamil karena dapat menyebabkan kematian baik pada ibu maupun pada janin yang di kandungnya. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya memeriksakan kesehatan dan kehamilan merupakan faktor yang mendukung terjadinya keadaan tersebut. Distosia umumnya baru dapat diketahui ketika pasien akan partus. Distosia yang lambat ditangani dapat menyebabkan gawat janin, bahkan juga dapat merperburuk kondisi sang ibu. Penanganan yang cepat dan tepat dapat menyelamatkan ibu dan bayi. Saran Preventif 1. Meningkatkan pengetahuan akan pentingnya pemeriksaan antenatal care. 2. Malakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (1 kali trisemester 1, 1 kali trisemester ke 2, 2 kali trisemester ke 3) 3. Segera memeriksakan diri apabila ada penyulit dalam kehamilan. Rehabilitasi 1. Pengobatan adekuat yang sesuai prosedur. 2. Pengawasan dan pearawatan yang intensif.

25

Daftar Pustaka 1. Prawirodiharjo, Sarwono, 1997, Ilmu Kandungan, Edisi Ke-2, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta: 250-60 2. Cuningham, F.Gary, Gant, Norman F, Mac Donald, Paul C, 1995. Obstetri William Volume 2. Edisi ke-21, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 599-623 3. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri jilid I edisi 2. EGC. Jakarta. 1998. Hal 226-237 4. Bagian Obstetri dan Ginekologi Universitas Padjajaran Bandung. Obstetri Patologi. Elstar Offset. Bandung. 1984. Hal 32-35

26

Anda mungkin juga menyukai