1. Pengertian
Menurut medis, Aborsi dibagi menjadi dua :
a. Abortus spontan (keguguran/miscarriage), yaitu aborsi secara tidak sengaja dan
berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat
mengenalnya dengan istilah keguguran.
b. Abortus provocatus (pengguguran/digugurkan), yaitu aborsi yang dilakukan secara
sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :
a) Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka
disebut dengan Abortus Provocatus Therapeuticum.
b) Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang
berlaku, maka disebut Abortus Provocatus Criminalis.
3. Studi Kasus
a. Contoh kasus
1) Kasus 1
3
Ada seorang ibu hamil muda dengan usia kandungan 4 bulan. Tetapi
mempunyai penyakit jantung kronik yang dapat membahayakan ibu maupun janin
yang dikandungnya. Dia pun datang memeriksakan dirinya pada seorang Dokter.
Dokter mengatakan kalau janinnya tetap dipertahankan nyawa ibu akan terancam,
janinnya pun sama. Sang ibu pun sangat takut dan bersedih dengan masalah yang
dia alami.
2) Kasus 2
Seorang remaja yang berumur 18 tahun yang baru lulus SMA telah melakukan
hubungan sex pranikah, akibatnya remaja tersebut hamil. Ketika usia
kandungannya mencapai 2 bulan dia mengatakan kepada pasangannya dan meminta
pasangannya untuk bertanggungjawab sebelum perutnya semakin besar. Akan
tetapi, pasangannya tidak mau bertanggung jawab atas perbuatnnya dan memaksa
untuk menggugurkan kandungannya. Remaja perempuan itu merasa cemas dan
bersedih. Bila tidak digugurkan dia juga takut mencoreng nama baik keluarganya
dan membuat malu orang tuanya jika masyarakat tahu akan kehamilannya.
Akhirnya dia memilih jalan untuk menggugurkan kandungannya di sebuah klinik.
b. Analisis kasus
1) Pada kasus pertama, dilema etik yang terjadi adalah:
a) Menurut medis, jika janin tersebut tidak digugurkan ibunya akan meninggal,
janinnya pun sama padahal dengan menggugukan janin tersebut, nyawa ibunya
akan tertolong.
b) Menurut islam, setelah usia kandungan 120 hari aborsi sama sekali dilarang,
kecuali untuk menyelamatkan nyawa ibu.
c) Menurut hukum, dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu
(aborsi)
2) Pada kasus kedua dilema etik yang terjadi adalah:
a) Menurut medis, abortus provocatus memiliki resiko jangka pendek dan jangka
panjang yang sangat menbahayakan.
b) Menurut islam, hukum dasar aborsi adalah dilarang atau haram. Aborsi
diizinkan jika ada alasan yang dibenarkan hukum Islam
c) Menurut sosial budaya, aborsi yang dilakukan remaja itu adalah hal yang biasa.
d) Menurut hukum, tindakan abortus provocatus dapat dikenai tindak pidana
karena bertentangan dengan HAM dan KUHP.
c. Pembahasan
4
1) Kasus 1
Kasus pertama merupakan kasus Abortus Provocatus Therapeuticum. Dalam
kondisi ini, secara medis kehamilan boleh digugurkan yang dilakukan untuk
menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa ibunya. Begitu juga menurut islam,
menggugurkan kandungan diperbolehkan jika ada alasan yang dibenarkan hukum
Islam. Seperti kondisi kesehatan ibu buruk dan tidak bisa lagi untuk mengandung sang
bayi. Menurut hukum pun memperbolehkan aborsi dalam keadaan darurat sebagai
upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinya, dapat dilakukan tindakan
medis tertentu oleh tim ahli dan melalui persetujuan yang bersangkutan.
Jadi, tindakan yang harus dilakukan oleh tim medis dalam menghadapi kasus
dilema etik ini antara lain:
Memberi penjelaskan kepada yang bersangkutan bahwa tindakan menggugurkan
adalah jalan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa ibu.
Meminta persetujuan kepada ibu hamil, suami dan keluarganya.
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
Menjalankan proses aborsi sesuai dengan prosedur yang benar.
2) Kasus 2
Kasus kedua merupakan kasus Abortus Provocatus Criminalis. Dalam kondisi ini,
secara medis abortus provocatus tidak diperbolehkan jika tidak ada kepentingan
medis dan juga memiliki resiko jangka pendek serta jangka panjang yang sangat
membahayakan sang ibu. Begitu juga menurut islam, hukum dasar aborsi adalah
dilarang atau haram kecuali jika ada alasan yang dibenarkan hukum Islam. Menurut
hukum pun, tindakan abortus provocatus dapat dikenai tindak pidana karena
bertentangan dengan HAM dan KUHP. Bukan hanya pelaku aborsi saja, tetapi juga
tim medis yang membantu proses aborsinya juga dikenakan hukuman.
Jadi, tindakan yang harus dilakukan oleh tim medis dalam menghadapi kasus
dilema etik ini antara lain:
Memberi penjelasan bahwa abortus provocatus memiliki resiko yang sangat
berbahaya.
Menjelaskan bahwa aborsi provocatus criminalis tidak diperbolehkan karena akan
dikenai hukuman pidana bagi pelaku dan tim medis yang membantu.
Memberi motivasi pada pasangan remaja tersebut untuk mempertahankan
kehamilannya dan menyarankan untuk memilih jalan pernikahan yang telah
disetujui oleh orang tua masing-masing.
5
4. Kesimpulan
Menurut medis, Aborsi dibagi menjadi dua yaitu abortus spontan
(keguguran/miscarriage), Abortus provocatus (pengguguran/digugurkan). Aborsi
Provocatus ini dibagi menjadi dua, yaitu Abortus Provocatus Therapeuticum dan Abortus
Provocatus Criminalis.
Bila aborsi dipandang dari berbagai aspek :
a. Abortus spontan tidak menentang dari aspek medis, agama, hukum dan sosial
budaya. Karena aborsi ini terjadi secara langsung tanpa ada kesengajaan dari
pelaku dan tindakan medis.
b. Abortus provocatus dibedakan menjadi 2:
Abortus Provocatus Therapeuticum diperbolehkan dalam medis, agama
maupun hukum. Hal ini dikarenakan bertujuan untuk kepentingan medis dan
terapi serta pengobatan.
Abortus Provocatus Criminalis tidak diperbolehkan dari semua aspek. Hal ini
sudah jelas karena termasuk tindakan kriminal yang bertentangan dengan
HAM, agama serta medis.
6
DAFTAR PUSTAKA