Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau

melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban

pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali pusat dapat

berakibat fatal karena terkait dengan oksigenasi janin.

Tali pusat mungkin terdapat di dalam tonjolan cairan amnion,

atau dikatakan presentasi tali pusat (tali pusat terkemuka), atau

mungkin mengalami prolaps dan berada di depan bagian presentasi

janin setelah membran ruptur (dikatakan penumbungan tali pusat).

Yang menjadi masalah pada prolaps tali pusat adalah tali pusat terletak

di jalan lahir di bawah bagian presentasi janin, dan tali pusat terlihat

pada vagina setelah ketuban pecah.

Mortalitas terjadinya prolaps tali pusat pada janin sekitar 11-17

%. Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali

pusat menumbung kira-kira 1 : 200 kelahiran, tetapi insiden dari occult

prolapse 50 % tidak diketahui.

Beberapa kejadian occult prolapse menyebabkan satu atau lebih

kejadian dengan diagnosa kompresi tali pusat. Prolaps tali pusat lebih

sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah.

Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa

1
angka kejadian prolap tali pusat berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 %

persalinan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari prolaps tali pusat?
2. Apa etiologi dari prolaps tali pusat?
3. Apa manifestasi klinis dari prolaps tali pusat?
4. Apa klasifikasi dari prolaps tali pusat?
5. Apa patofisiologi dari prolaps tali pusat?
6. Apa komplikasi dari prolaps tali pusat?
7. Apa pemeriksaan diagnostik dari prolaps tali pusat?
8. Apa penatalaksanaan dari prolaps tali pusat?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada prolaps tali pusat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari prolaps tali pusat.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari prolaps tali pusat.

2
BAB II
KONSEP MEDIK
2.1 Definisi
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati
bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Terhentinya
aliran darah yang melewati tali pusat dapat berakibat fatal karena terkait
dengan oksigenasi janin. (Saifuddin, 2008)

Gambar 1. Letak Tali Pusat Normal

Gambar 2. Prolapsus Tali Pusat

3
2.2 Etiologi
Setiap factor yang mengganggu adaptasi bagian terendah janin dengan
pintu atas panggul akan memberi kecenderungan (predisposisi) terjadinya
prolapse tali pusat. Beberapa predisposisi tersebut (Wiknjosastro, 2007),
sebagai berikut :
1. Presentasi atau letak janin yang tidak normal seperti letak lintang terutama
pada :
a. punggung janin di fundus
b. letak sungsang
c. presentasi muka atau dahi, dan presentasi ganda.
Keadaan-keadaan tersebut biasanya dapat membuat jalan lahir tidak terisi
penuh, sehingga memudahkan timbulnya prolapse tali pusat.
2. Keadaan dimana presentasi janin masih tinggi atau belum masuk PAP,
seperti pada multiparitas, prematuritas dan panggul sempit.
3. Polihidramnion, dimana air ketuban lebih banyak dari normal sehingga
sewaktu ketuban pecah, air ketuban keluar sering disertai prolapse tali
pusat.
4. Kehamilan ganda, prolaps tali pusat sering terjadi saat melahirkan bayi
yang kedua
5. Ada kelainan pada tali pusat seperti tali pusat yang panjang atau insersi tali
pusat di tepi plasenta bagian yang terendah.
6. Kondisi obstetri dimana pintu atas panggul tidak sepenuhnya ditempati
dengan bagian terendah janin (presentasi) akan memudahkan terjadinya
prolapsus tali.
7. Prematuritas, Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur,
yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil.

2.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis atau gejala klinis yang dapat timbul dari prolaps tali
pusat adalah :
1. Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagiana.
2. Tali pusat dapat dirasakan/ diraba dengan tangan didalam bagian yang
lebih sempit dari vagina.
3. Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali
pusat ditekan antara bagian presentase dan tulang panggul.
4. Bradikardi janin ( DJJ <100x/menit)
5. Hipoksia Janin

4
2.4 Klasifikasi
Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu :
1. Prolaps Occult
Keadaan dimana tali pusat terletak diatas di dekat pelvis tetapi tidak dalam
jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.

Gambar 3. Prolaps Occult (Tali Pusat Tersembunyi)

2. Tali Pusat Terkemuka


Adalah keadaan dimana tali pusat dapat diraba melalui arteum uteri, tetapi
berada didalam kantong ketuban yang utuh.

Gambar 4. Tali Pusat Terkemuka

3. Tali pusat mungkin prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar vagina
setelah ketuban pecah.

5
Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli) secara langsung tidak
mempengaruhi keadaan ibu, sebaliknya sangat membahayakan janin
karena tali pusat dapat tertekan antara bagian depan janin dan dinding
panggul yang akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin. Bahaya terbesar
pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara
bagian terendah janin dengan jalan lahir dapat mengakibatkan gangguan
oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan atau tali pusat terkemuka,
sebelum terdepan ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa
besar, tetapi setelah ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.
(Kedaruratan obsterti & Ginekologi, hal 372)

Gambar 5. Tali pusat menumbung (Prolapsus funikuli)

2.5 Patofisiologi
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat
diantaranya adalah kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur,
janin terlalu kecil, kelainan presentasi dan plasenta previa. Pada kehamilan
kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan
inilah yang menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam
rahim. Dan keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak
sungsang, lintang, presentasi kepala). Sedangkan pada kehamilan prematur

6
selain terjadi hidramnion juga terjadi ukuran janin yang kecil karena usia
gestasi yang masih muda sehingga janinnya memiliki ukuran kepala yang
kecil. Pada plasenta previa, plasenta akan mendekati atau menutup jalan lahir.
Semua keadaan tersebut akan menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap
panggul ibu,sehingga PAP (pintu atas panggul) tidak tertutupi oleh bagian
bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan tali pusat bergeser atau turun
dari tempatnya sehingga terjadilah prolaps tali pusat.
Prolaps tali pusat akan mengakibatkan tali pusat terjepit antara bagian
terendah janin dan jalan lahir sehingga sirkulasi janin akan terganggu dan ini
mengakibatkan terjadi hipoksia fetal dan bila berlanjut dapat
mengakibatkan fetal distress yang ditandai dengan melemahnya DJJ. Bila
eadaan ini terus berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada
janin. Tapi bila dapat ditangani maka janin tetap hidup, ini ditandai dengan
adanya teraba denyutan pada tali pusat.
Letak lintang, letak sungsang terutama presentase bokong, hidraamnion,
KPD, dan plasenta previa dapat menyebabkan prolaps tali pusat. Dimana tali
pusat berada dibagian terendah janin didalam jalan lahir atau berada diantara
bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu, sehingga tali pusat
keluar dari uterus mendahului bagian persentase pada setiap kontraksi.
Dengan demikian tali pusat akan kelihatan menonjol keluar dari vagina.

2.6 Komplikasi
1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban
menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia
dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari
tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini
harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi
distosia. Infeksi merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan
janinnya pada partus lama(Chuningham dkk, 2007).
2. Pada janin
a. Gawat janin
Distres janin sehingga bisa mengakibatkan bayi mati.

7
Gawat janin adalah keadaan atau reaksi ketika janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup, terjadi hipoksia.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau
lebih dari 160 x / menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari
10 x / hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan
(jika bayi lahir dengan letak kepala).
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan,
dan ketrampilan motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara
yang terkoordinasi dan terarah) akibat dari rusaknya otak karena
trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Tes prenatal dapat memasukan polihidramnion, janin besar atau gestasi
multipara
2. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat
3. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau
monotoring DJJ
4. Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis,
presentasi janin, posisi dan formasi.
Jika tali pusat dapat diraba pada pemeriksaan vagina, harus dicari
pulsasinya dan bunyi jantung janin diperiksa untuk menentukan apakah
masih rentang normal atau menunjukkan takikardia atau bradikardia.
Bunyi jantung normalnya 120-140x per menit.

8
Gambar 6. Prolapsus tali pusat pada pemeriksaan ultrasonografi

Diagnosis prolapsus tali pusat ditegakkan jika pada pemeriksaan dalam


teraba tali pusat yang berdenyut pada pemeriksaan vagina atau jika tali pusat
tampak keluar dari vagina, namun adakalanya hal ini tidak teraba pada
pemeriksaan dalam yang disebut occult prolapse / tali pusat tersembunyi.
Selain itu prolapsus tali pusat harus dicurigai bila bunyi jantung janin menjadi
tidak teratur disertai dengan periodik bradikardi atau takikardi dengan durasi
bervariasi. Diagnosis pasti juga dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
ultrasonografi (USG) obstetri.
Dua masalah utama yang terjadi pada tali pusat dan keduanya akan
menyebabkan terhentinya aliran darah pada tali pusat dan kematian janin.
1) Talipusat terjepit antara bagian terndah janin dengan panggul ibu
2) Spasme pembuluh darah talipusat akibat suhu dingin diluar tubuh ibu

Pemeriksaan cardiotocography selalu memperlihatkan gambaran gawat


janin dalam bentuk deselerasi lambat yang sangat dalam atau deselerasi
berkepanjangan tunggal seperti terlihat pada gambar dibawah:

9
Gambaran CTG seperti ini merupakan indikasi untuk melakukan vaginal toucher untuk
melihat kemungkinan adanya prolapsus talipusat
Pada beberapa keadaan diagnosa sangat mudah ditegakkan yaitu dengan
terlihatnya tali pusat di luar vagina, namun dugaan diagnosa yang mendorong
perlunya dilakukan pemeriksaan VT adalah adanya gambaran CTG yang
sangat mencurigakan diatas.

Sangat dianjurkan untuk memeriksa kemungkinan adanya prolapsus tali


pusat pasca melakukan tindakan amniotomi

2.8 Penatalaksaan
Prolapsus tali pusat merupakan suatu keadaan darurat yang membutuhkan
intervensi segera untuk memastikan oksigenasi ke fetus.
a. Jika pembukaan belum lengkap.
Tindakan yang dapat dilakukan:
Reposisi Tali Pusat.
Bila tali pusat masih berdenyut namun pembukaan belum lengkap,
dapat dilakukan reposisi tali pusat. Masukkan gumpalan kain kasa tebal
ke dalam jalan lahir, lilitkan dengan hati-hati ke tali pusat kemudian
dorong seluruhnya perlahan-lahan ke kavum uteri di atas bagian
terendah janin.Tindakan ini lebih mudah bila ibu dalam posisis
trendelenberg.
Seksio Cesarea
Jaga agar tali pusat tidak mengalami tekanan dan terjepit oleh
bagian terendah janin.Untuk hal ini pasien dalam posisi trendelenberg.

10
Masukkan satu tangan ke dalam vagina untuk mencegah turunnya
bagian terendah di dalam rongga panggul.
Jika reposisi berhasil,tekan fundus uteri agar bagian terdepan /
terbawah janin turun.Kalau perlu berikan oksitoksin drips dan tunggu
partus spontan. Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan ke
atas agar tali pusat tidak tertekan dan letakkan ibu dalam posisi
terndelenberg atau posisi sims dengan bantal diletakkan dibawah perut
atau pinggul ibu dan segera untuk dilakukan seksio cesarea dengan
tangan tetap dipertahankan dalam vagina sampai bayi lahir.
b. Jika pembukaan sudah lengkap
Jika pembukaan sudah lengkap,maka persalinan harus segera diselesaikan
sesuai dengan presentasi janin.
Presentasi kepala: pimpin mengedan dan ekstraksi vakum.Bila janin
mati,biarkan terjadi partus spontan
Presentasi bokong / kaki : reposisi tali pusat dan usahakan persalinan
pervagina dengan segera.. Jika reposisi gagal,lakukan dengan ekstraksi
bokong atau dengan seksio cesarea.
Letak melintang : pertahankan posisi trendelenberg,dorong bahu janin
ke atas dan lakukan seksio cesarea.

11
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat kehamilan (GPA)
3. Pemeriksaan umum : kesadaran, tanda vital, keadaan umum.
Aktivitas atau istirahat :
Melaporkan keletihan kurang energi letargi dan penurunan
penampilan.
Sirkulasi:
Tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksi pada janin karena
kurangnya sirkulasi dari ibu ketali pusat.
Eliminasi:
Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada
Integritas ego:
Kontaksi melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang
Keamanan:
1) Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali
pusat
2) Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul
yang sempit, letak lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin
kembar, janin yang terlalu kecil
Seksualitas
1) Dapat primigravida atau multipara
2) Uterus dapat distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multiple,
janin yang besar atau grand multpara
4. Pemeriksaan Fisik :
a. Kepala :
Rambut : Kebersihan kulit kepala
Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak
Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak.
Hidung : Kebersihansekret ada atau tidak, sinus paranasal
membesar atau tidak.
Mulut : Kebersihanmukosa mulut merah atau tidak, gigi
berlubang atau tidak.
Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.
Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.
b. Toraks :

12
Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara
adastriae dan linea atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau
tidak,serta puting susu menonjol datar atau terbenam.
Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.
Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2
diapeks
c. Abdomen :
Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi
atau tidak.
Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
Auskultasi : DJJ normal tidak.
d. Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
e. Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak.

13
3.2 Diagnosa Keperawatan
1.
2. Nyeri Akut (00132), Domain 12 : kenyamanan, Kelas 1 : kenyamanan
fisik
3. Resiko Infeksi (00004), Domain 11 : keamanan/perlindungan, Kelas 1 :
infeksi
4. Ansietas (00146), Domain 9 : koping/toleransi stres, Kelas 2 : respons
koping

14
4.1 Rencana Asuhan Keperawatan
N
DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
O
1 Risiko Status janin : Observas Observ
Ganggua intrapartum i asi
n Status 1. Pantau tanda- 1. Untuk
Hubunga maternal : tanda vital Ibu mengidentifika
n Ibu- antepartum 2. Pantau denyut si adanya
Janin Status jantung janin perubahan
(00209) kardiopulmonal sepanjang tanda-tanda
Domain 8 kehamilan dan vital
: Kriteria persalinan 2. Perubahan
seksualita hasil Mandiri denyut jantung
s Setelah 3. Pemantauan janin
Kelas 3 : dilakukan janin menandakan
reproduks tindakan elektronik : adanya
i keperawa antepartum : gangguan
tan x24 mengevaluasi sirkulasi
Definisi : jam klien respon denyut Mandir
rentan diharapka janin secara i
terhadap n mampu: elektronik 3. Untuk
diskontin 1. Denyut jantung terhadap mengetahui
uitas janin 120-160 gerakan, respon denyut
hubungan x/menit stimulus jantung janin
simboliti 2. Janin tidak eksternal, atau 4. Untuk
k ibu- mengalami kontraksi uterus menentukan
janin hipoksia selama kondisi janin
sebagai 3. Tanda-tanda pemeriksaan dan uterus ibu
vital ibu tetap antepartum. 5. Untuk
akibat
normal selama 4. Ultrasonografi : mengurangi
kondisi
kehamilan keterbatasan tekanan pada
komorbid
obsetri : tali pusat dan
atau
melakukan untuk
terkait
pemeriksaan mempermudah
kehamila
ultrasound dalam
n, yang
untuk melakukan
dapat
menentukan tindakan
menggan
kondisi reposisi
ggu
ovarium, uterus, 6. Untuk
kesehatan
atau janin mengembalika
.

15
5. Posisikan ibu n posisi tali
Faktor trendelenberg pusat.
risiko: 6. Lakukan HE
1. Gangguan tindakan 7. Agar klien dan
transport reposisi tali keluarga tau
oksigen (mis., pusat tentang
karena anemia, HE pemeriksaan
penyakit 7. Berikan yang dilakukan
jantung, asma, informasi pada
hipertensi, klien dan Kolaborasi
kejang, keluarga 8. Untuk
persalinan tentang memudahkan
premature, prosedur, persalinan.
hemoragi, dll) seperti
2. Komplikasi amniosentesis,
kehamilan uji stress
(mis., pecah kontraksi, dan
ketuban dini, ultrasonografi
plasenta Kolaborasi
previa/abrupsio, 8. Kolaborasikan
gestasi kembar) untuk Sectio
Caesarea
2 Nyeri Tingkat nyeri Observas Observ
Akut Pengendalian i asi
(00132) nyeri 1. Monitor TTV 1. Untuk
Domain Tingkat secara berkala mengetahui
12 : kenyamanan 2. Lakukan adanya
kenyama pengkajian perubahan
nan Kriteria nyeri secara TTV akibat
Kelas 1 : hasil komprehensif nyeri
kenyama Setelah 3. Monitor (P, Q, 2. Agar dapat
nan fisik dilakukan R, S, T) mengidentifika
tindakan Profokatif, si secara
Definisi : keperawa Quality, Regio, mendetail dan
pengalam tan x24 Scale, Time. utuh mengenai
4. Observasi nyeri yang
an sensori jam klien
reaksi dirasakan.
dan diharapka
nonverbal dari 3. Agar dapat
emosiona n mampu:
ketidaknyamana mengidentifika
l tidak 1. Mampu
n si nyeri secara
menyena mengontrol
Mandiri detail dan

16
ngkan nyeri (tahu 5. Gunakan teknik dapat
yang penyebab nyeri, komunikasi menentukan
muncul mampu terapeutik untuk tindakan
akibat menggunakan mengetahui keperawatan
kerusaka teknik pengalaman yang akan
n jaringan nonfarmakologi nyeri pasien diberikan.
actual untuk 6. Management 4. Untuk
atau mengurangi Nyeri : Gunakan mengetahui
potensia nyeri) terapi relaksasi tingkat
atau yang 2. Melaporkan napas dalam, ketidaknyaman
digambar bahwa nyeri distraksi dan an akibat nyeri
kan berkurang imajinasi Mandir
sebagai 3. Mengatakan terbimbing i
kerisakan rasa nyaman 7. Evaluasi 5. Untuk
(Internati setelah nyeri keefektifan mengetahui
onal berkurang control nyeri pengelaman
Associati nyeri masa
on for the HE lampau pasien
Study of 8. Ajarkan pasien dan cara pasien
Pain); tentang teknik untuk
awitan nonfarmakologi mengatasi
yang tiba- (relaksasi, nyeri tersebut
tiba atau distraksi, dan 6. Untuk
lambat imajinasi mengurangi
dari terbimbing) rasa nyeri yang
intensitas untuk dirasaka
mengurangi 7. Untuk menilai
ringan
nyeri apakah control
hingga
9. Intruksikan nyeri pasien
berat
pasien / dapat
dengan
keluarga untuk mengurangi
akhir
menginformasik nyeri.
yang
an jika peredaan HE
dapat
nyeri tidak 8. Agar pasien
diantisipa
tercapai. dapat
si atau
Kolabor melakukan
diprediksi
asi secara mandiri
10. Kolaborasikan teknik
Batasan
dengan dokter relaksasi,
karakter
pemberian distraksi dan
istik:
analgetik imajinasi

17
1. Ekspresi wajah terbimbing
nyeri (mis., saat terjadi
mata kurang nyeri.
bercahay, 9. Agar perawat
tampak kacau, dapat
gerakan mata mengetahui
berpencar atau jika intervensi
tetap pada yang dilakukan
focus, meringis) tidak berhasil
2. Keluhan tentang dan akan
intensitas dilanjutkan
menggunakan dengan
standar skala intervensi yang
nyeri lain
3. Keluhan tentang Kolabo
karakteristik rasi
nyeri dengan 10. Memberikan
menggunakan obat analgetik
standar untuk
instrument nyeri mengurangi
4. Perubahan rasa nyeri yang
posisi untuk dirasakan
menghindari
nyeri
5. Sikap
melindungi area
nyeri

Faktor
yang
berhubu
ngan:
1. Agens cedera
fisik (mis.,
abses, amoutasi,
luka bakar,
terpotong,
mengangkat
berat, prosedur
bedah, trauma,
olahraga

18
berlebihan)
3 Risiko Immune status Observas Observ
Infeksi Knowledge : i asi
(00004) infection 1. Monitor TTV 1. Untuk
Domain control 2. Monitor tanda- mengetahui
11 : Risk control tanda dan gejala TTV
keamana infeksi 2. Untuk
n/perlind Kriteria 3. Monitor hitung mengidentifika
ungan hasil granulosit, si dini infeksi
Kelas 1 : Setelah WBC dan mencegah
4. Kaji factor yang infeksi
Infeksi dilakukan
dapat berlanjut
tindakan
meningkatkan 3. Peningkatan
Definisi : keperawa
kerentanan granulosit,
rentan tan x24
terhadap infeksi WBC
mengala jam klien 5. Inspeksi kondisi menandakan
mi invasi diharapka luka/insisi adanya infeksi
dan n mampu: bedah 4. Agar dapat
multiplik 1. Klien bebas dari Mandiri menghindari
asi tanda dan gejala 6. Tingkatkan factor yang
organism infeksi intake nutrisi dapat
patogenik 2. Jumlah leukosit 7. Lakukan meningkatkan
yang dalam batas perawatan luka
normal kerentana pada
dapat insisi secara
3. Menunjukkan infeksi
menggan aseptic
kemampuan 5. Mengindentifi
gu 8. Perawatan luka
untuk mencegah kasi adanya
kesehatan insisi :
timbulnya infeksi
membersihkan, Mandir
Factor infeksi memantau, dan i
resiko: 4. Memperlihatkan
memfasilitasi 6. Nutrisi yang
1. Kurang hygine personal
proses baik dapat
pengetahuan yang adekuat
penyembuhan meningkatkan
untuk luka yang di imun
menghindari tutup dengan 7. Mencegah
pemajanan jahitan, klip, masuknya
pathogen atau staples. bakteri/mikroo
2. Prosedur invasif HE rganisme ke
3. Imunosupresi
9. Ajarkan pasien luka insisi
4. Terpajan pada
dan keluarga 8. Membantu
wabah
tentang tanda penyembuhan
dan gejala luka dan

19
infeksi mencegah
10. Ajarkan cara terjadinyaa
menghindari infeksi
infeksi HE
11. Instruksikan 9. Agar keluarga
untuk menjaga dan pasien
hygiene dapat
personal untuk mengidentifika
melindungi si adanya
tubuh terhadap infeksi dengan
infeksi mengetahui
12. Ajarkan pasien
tanda dan
dan keluarga
gejala infeksi
teknik mencuci 10. Agar pasien
tangan yang dan keluarga
benar dapat secara
Kolabor mandiri
asi menghindari
13. Berikan terapi infeksi
antibiotic, bila 11. Untuk
perlu melindungi
tubuh terhadap
infeksi
12. Mencuci
tangan dengan
cara yang
benar dapat
membersihkan
tangan dengan
lebih efektif
Kolabo
rasi
13. Untuk
mengatasi
infeksi
4 Ansietas Pengendalian Observasi Observasi
(00146) diri terhadap 1. Pantau TTV 1. Untuk
Domain 9 : ansietas 2. Kaji tingkat mengetahui
koping/toleransi Tingkat ansietas kecemasan perubahan
terhadap stress Koping pasien, tanda-tanda
Kelas 2 : respon termasuk reaksi vital pada

20
koping Kriteria fisik. pasien.
hasil Mandiri 2. Untuk
Definisi : Perasaan Setelah 3. Bimbingan mengetahui
tidak nyaman atau dilakukan antisipasi tingkat
kekhawatiran yang tindakan :mempersiapkan kecemasan
samar disertai keperawa pasien pasien dan
respon autonom tan x24 menghadapi juga reaksi
(sumber sering kali jam klien kemungkinan fisik.
tidak spesifik atau diharapka krisis Mandir
tidak diketahui oleh n: perkembangan / i
individu) perasaan 1. Ansietas klien situasional. 3. Agar pasien
takut yang berkurang yang 4. Penurunan dapat
disebabkan oleh dibuktikan oleh ansietas : menghadapi
antisipasi terhadap tingkat ansietas meminimalkan krisis situasi.
bahaya. Perasaan ini hanya ringan kekhawatiran 4. Untuk
merupakan isyarat sampai sedang. dan ketakutan . mengurangi
kewaspadaan yang 2. Mengendalikan 5. Tehnik tingkat
memperingatkan dirinya terhadap menenangkan kecemasan dan
bahaya yang akan ansietas diri : meredakan kekhawatiran
terjadi dan 3. Mengkomunika kecemasan pasien.
sikan kebutuhan pasien yang 5. Agar pasein
memampukan
dan perasaan mengalami dapat
individu melakukan
negatif secara distres akut. mengurangi
tidakan untuk
tepat HE kecemasan
menghadapi
4. Memiliki tanda- 6. Informasikan yang dialami.
ancaman
tanda vital tentang gejala HE
dalam batas ansietas. 6. Membantu
Batasan
normal 7. Mengajarkan pasein agar
karakteristik: :
pasien tentang mengetahui
1. Gelisah
2. Gugup penggunaan gejala ansietas.
3. Distress teknik relaksasi. 7. Untuk
4. Ketakutan 8. Menjelaskan mengurangi
5. Perasaan tidak semua prosedur stress yang
adekuat termasuk dialami pasien.
6. Perasaan sensasi yang 8. Agar pasien
khawatir biasanya dapat
dialami selama mengetahui
Faktor yang prosedur. bagaimana
berhubungan: Kolaborasi sensasi yang
1. Krisis situasi 9. Berikan obat dialami selama
2. Stress untuk prosedur dan

21
3. Ancaman menurunkan mengurangi
kematian ansietas, jika kekhawatiran
perlu. pada pasien.
Kolabo
rasi
9. Untuk
menurunkan
tingkat
kecemasan
yang dirasakan
pasien.

22
4.2 WOC

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati
bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.
Terhentinya aliran darah yang melewati tali pusat dapat berakibat fatal
karena terkait dengan oksigenasi janin.
Prolaps tali pusat merupakan kejadian yang jarang dijumpai dalam
persalinan, untuk mengetahui ada tidaknya prolaps tali pusat maka setiap
pemeriksaan persalinaan harus cermat dan teliti, seperti pada persalinan
preterm atau jika terdapat malprestasi dan malposisi janin karena apabila
prolaps tali pusat diketahui setelah selaput ketuban ecah dapat berbahaya
bagi bayi karena dapat terjadi hipoksia yang berat.
4.2 Saran
Disarankan dalam penanganan dari prolaps tali pusat harus sesuai
dengan konsep asuhan keperawatan dan SOP dari rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari, Saifuddin. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.


Jakarta : Bina Pustaka

24
Bangal, V., Kwatra, A., & Shinde, K. (2011). UMBILICAL CORD ACCIDENTS :
PREDICTABLE AND PREVENTABLE.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Karlina, N., Ermalinda, E., & Pratiwi, W. M. (2016). Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. Bogor: In Media.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternita. Jakarta : Salemba Medika

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC Jilid 1,2, dan 3. Jogjakarta:
MediAction.

Prawirohardjo, S. 2008.. Ilmu Kebidanaan. Jakarta : Bina Pustaka

Rezaee, Z., & dkk. (2015). Evaluation of Complications and Risk Factors for
Umbilical Cord Prolapse, Followed by Cesarean Section.

Sangwan, V., & dkk. (2011). Cord complications: associated risk factors and
perinatal outcome.

Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : YBBSP

Varney, Helen. 2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanaan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sangwan, V., & dkk. (2011). Cord complications: associated risk factors and
perinatal outcome.

25
26

Anda mungkin juga menyukai