Anda di halaman 1dari 56

MODUL II

NYERI SENDI

Ny. R, umur 45 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada sendi jari kaki,
tangan, pergelangan siku dan lutut di sertai dengan rasa kaku pada pagi hari. Klien
mengatakan telah lama merasakan nyeri dan mengonsumsi obat-obatan herbal dan
obat-obatan bebas untuk mengatasi nyeri tersebut sejak tiga bulan yang lalu. Klien
juga mengeluh kehilangan nafsu makan, sering merasa lesu dan berat badan
berkurang. Klien juga mengungkapkan kurangnya kemampuan untuk mengangkat
beban yang berat. Dari hasil pengkajian, tampak nodul rheumatoid di daerah sendi
dan hasil pemeriksaan X-Rays menunjukkan adanya erosi sendi.

A. Klarifikasi istilah-istilah penting


- Poliklinik adalah Salah satu unit pelayanan masyarakat yang bergerak pada
bidang kesehatan
- Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Sendi adalah sambungan antara dua tulang atau lebih.
- Obat-obatan herbal: Obat herbal adalah obat yang bersifat organik atau
alami, sama seperti tubuh kita. Obat herbal murni diambil dari saripati
tumbuhan atau hewan yang mempunyai manfaat untuk pengobatan, tanpa
ada campuran bahan kimia buatan (sintetis).
- Obat-obatan bebas: Obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat
bebas dikenal juga dengan sebutan obat OTC (Over The Counter), terdiri
atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
- Nodul rhematoid adalah akumulasi sel-sel abnormal yang muncul di bawah
kulit
- Pemeriksaan X-Rays adalah pemeriksaan degan menggunakan spektrum
elektromaknetik yang pendek
- Lesu adalah berasa lemah,letih,lelah tidak banyak kegiatan dan tidak
bersemangat
- Kaku adalah keras tidak dapat dilentukkan.

1
B. Kata kunci
1. Ny.R
2. 45 thun
3. Nyeri
4. Rasa kaku pada pagi hari
5. Kehilangan nafsu makan
6. Lesu
7. Berat badan berkurang
8. Tampak nodhul rheumatoid
9. Nodul rheumatoid didaerah sendi
10. X-Rays menunjukkan adanya erosi sendi
11. Konsumsi obat herbal dan bebas

2
C. Mind Map dan Lembar Checklist

NYERI SENDI

Gout Artritis Reumathoid Artritis Osteoartritis Septik artritis

Definisi : Gouth Artritis adalah Definisi : Osteoartritis merupakan Definisi : Septik artritis
suatu peradangan pada sendi
Definisi : Reumatoid artritis adalah
penyakit peradangan sistematis suatu penyakit degeneratif pada adalah infeksi didalam sendi,
sebagai manifestasi dari artinya bakteri masuk ke
akumulasi endapan kristal kronis yang tidak diketahui persendian yang disebabkan oleh
penyebabnya dengan manifestasi beberapa macam faktor. Penyakit dalam sendi dan
monosodium urat, yang
terkumpul di dalam sendi sebagai pada sendi perifer dengan pola ini mempunyai karekteristik berupa menyebabkan bengkak dan
akibat dari tingginya kadar asam terjadinya kerusakan kartilago ( nyeri
simetris.
urat di dalam darah Etiologi : jaringan lunak sendi) Etiologi :
(hiperurisemia). (Helmi, 2014) Etiologi : 1 Cedera
1. Genetik
Etiologi : - Peningkatan usia : Usia 2 Bentuk lain dari artritis
Adanya abnormalitas kadar asam 2. Lingkungan 3 Sistem imun melemah dari
3. Hormonal lanjut
urat dalam serum darah dengan penyakit lain
akumulasi endapan kristal
- Obesitas
4. Imunologi 4 Memiliki implan sendi
monosodium urat, yang - Jenis kelamin wanita
terkumpul di dalam sendi - Trauma
Manifestasi klinis : Manifestasi klinis :
Infeksi seReumathoid
1. Kekakuan sendi jari jari
Manifestasi klinis : Artritis
1. Artritis gout tipikal tangan pada pagi hari a. Pembengkakan
a. Beratnya serangan 2. Nyeri pada pergerakan sendi
Definisi : Reumatoid artritis
artritis, nyeri sendi atau nyeri tekan b. Nyeri sendi
adalah penyakit peradangan
sebagai extruacting sekurang kurangnya pada c. Sulit digerakkan
sistematis kronis yang tidak
pain mencapai satu sendi
puncak dalam 24
diketahui penyebabnya dengan
3. Pembengkakan (oleh
jam. manifestasi pada sendi perifer
penebalan jaringan lunak
b. Tanda inflamasi : dengan pola simetris.
atau oleh efusi cairan) pada
Merah, bengkak, Etiologi :
salah satu sendi secara terus
nyeri, terasa panas, I.Genetik
dan sakit jika menerus sekurang-
kurangnya selama enam II.Lingkungan
digerakkan
2. Artritis Gout Atipikal mingu III.Hormonal
a. Sendi yng ering 4. Pembengkakan sendri IV.Imunologi
terkena adalah bersifat simetris Manifestasi klinis :
sendi 5. Nodul subkutan pada 3 1. Kekakuan sendi jari jari
metatarsophalange daerah tonjolan tulang di tangan pada pagi hari
al pertama daerah ekstensor 2. Nyeri pada pergerakan
b. Adanya Trofi,
sendi atau nyeri tekan
yakni penimbunan
kristal urat sekurang kurangnya pada
Gejala RHEMATOID OSTEOARTHRI GOUT
NO
ARTHRITIS TIS ARTHRITIS
Manifestasiklinis

1. Kaku pada pagi hari   _

2. Nafsu makan berkurang  _ _

Nyeri pada sendi jari


kaki, tangan,
3.
pergelangan siku dan
 
lutut 
4. Lesu  _ _

5. Nodhul Rhematoid  _ _

6. Berat badan berkurang   

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa penyakit yang dialami oleh
klien memiliki banyak kemiripan dengan ketiga penyakit tersebut (Osteoartritis,
Rheumatoid arthritis, dan Gout). Ketiga penyakit tersebut sama-sama memiliki
gejala yakni nyeri dan kurangnya kemampuan mengangkat beban yang berat.
Akan tetapi terdapat perbedaan yang sangat jelas antara ketiga penyakit tersebut.
Yakni pada Rheumatoid arthritis nyerinya terdapat pada 3 atau lebih daerah
persendian secara bersamaan. Sedangkan pada Osteoartritis dan Gout nyerinya
hanya terdapat pada satu daerah persendian. Dan perbedaan pun dapat dilihat di

4
mana penyakit Rheumatoid arthritis terdapat nodul rematoid. Maka dapat
disimpulkan bahwa penyakit yang diderita oleh klien adalah Rheumatoid arthritis.

D. Pertanyaan-pertanyaan penting
1. Apakah ada hubungannya usia dan jenis kelamin dengan penyakit yang
diderita klien?
2. klien mengeluh kehilangan nafsu makan, sering merasa lesu dan berat
badan berkurang ?
3. Apakah obat-obatan herbal dan obat-obatan bebas berpengaruh pada
penyakit klien?
4. Mengapa pada daerah sendi tampak nodul rheumatoid ?
5. Mengapa klien mengeluh kaku pada pagi hari ?
6. Mengapa nyeri pada sendi jari kaki, tangan, pergelangan siku, lutut ?

E. Jawaban pertanyaan
1. Penyakit Arthritis Rheumatoid ini tidak mengenal batas usia, dari anak-anak
sampai usia lanjut. Hanya saja golongan yang lebih banyak menderita
Artritis Rheumatoid ini terutama orang dewasa muda sampai pertengahan
(usia kerja). Penyakit ini juga tidak mengenal jenis kelamin Rematik atau
Arthritis Rheumatoid mengakibatkan peradangan pada lapisan dalam
pembungkus sendi. Penyakit ini berlangsung tahunan, menyerang berbagai
sendi biasanya simetris, jika radang ini menahun terjadi kerusakan pada
tulang rawan sendi, tulang otot ligamen dalam sendi (Handriani, 2011).
Dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat baik wanita maupun
laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun dan penyakit
Rheumatoid Arhtritis ini sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun dan
jarang dijumpai pada usia di bawah 40 tahun (Indonesian Rheumatoid
Assosiation (IRA), 2013). Prevalensi lebih tinggi wanita dibandingkan
dengan laki laki, lebih dari 75% penderita RA adalah wanita (Siswono,
2013).

5
2. Virus atau bakteri yang menyerang sendi berkembang secara patologis dan
masuk ke aliran darah dan menyerang gastrointestinal salah satunya terbawa
sampai ke hati. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola
normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada
sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar yang
mengakibatkan perasaan tidak nyaman dikuadran kanan atas. Sehingga
membuat seseorang anoreksia. Anoreksia adalah penurunan nafsu makan
atau hilangnya nafsu makan dalam waktu yang lama, sehingga
menyebabkan jaringan-jaringan tubuh tidak mendapat suplai nutrisi yang
cukup. Sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan BB. Kekurangan
nutrisi juga dapat menyebabkan klien merasa lelah karena terjadi penurunan
pengangkutan oksigen yang mempengaruhi anaerobik metabolisme, yang
dimana akan terjadi kekurangan ATP atau enegi sehingga mengakibatkan
kelemahan dan juga akan terjadi penimpunan asam laktat di otot yang
mengakibatkan kita merasa lelah.
3. Obat-obatan herbal dan obat bebas sebenarnya tidak memberikan pengaruh
terhadap keparahan reumatoid artritis. Tetapi memang jika tidak diberikan
obat yang tepat dapat memperparah kondisi peradangan pada sendi.
(webkesehatan.com)
4. Kerusakan sendi dimulai dari proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial
setelah adanya faktor pencetus, berupa autoimun atau infeksi. Limfosit
menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel,
yang selanjutnya terjadi neruovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi
yang terlibar mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-sel
inflamasi. Terjadi pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang
mengalami inflamasi sehingga membentuk jaringan pannus. Pannus
menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang. Sehingga mengakibatkan
timbulnya nodul rheumatoid. Nodul rheumatoid sebenarnya merupakan
akumulasi sel-sel abnormal yang muncul di bawah kulit terdiri dari sebuah
zona sentral bahan nekrotik yang terdiri dari serat kolagen, filamen
nonkolagenosa dan debris sel, zona tengah yang terdiri dari makrofag dan

6
tersusun seperti pagar dan zona bagian luar yang terdiri dari jaringan
granulasi.
5. Karena peradangan lapisan sinovium sehingga terjadi penumpukan cairan
di dalam sendi. Lama kelamaan cairan sinovium ini akan menebal sehingga
terjadi deformitas sendi. Yang mengakibatkan cairan masuk kedalam os.
Subcondris, sehingga aliran nutrisi ke kartilago artikularis terhambat
menyebabkan erosi kartilago dan perlengketan sendi yang abnormal
sehingga terjadi kekakuan sendi.”
6. Menopause merupakan periode ketika siklus berhenti dan hormon-hormon
wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada. Wanita usia
40-50 tahun, siklus menstruasinya biasanya menjadi tidak teratur, dan
ovulasi biasanya sering tidak terjadi. Beberapa bulan dan beberapa tahun
setelah tidak terjadi ovulasi, siklus menstruasi berhenti sama sekali.
Kenaikan usia dihubungkan juga dengan penurunan kadar estrogen dalam
darah karena penurunan fungsi dan terhentinya fungsi ovarium. Menurut
Nurul Mahmudati bahwa : “Estrogen mempengaruhi proses pembongkaran
tulang dengan cara menghambat pematangan osteoklas sehingga bisa
menghambat resorpsi tulang, Progenitor osteoblas akan mensekresikan
RANKL/ODF yang akan membentuk ikatan yang bersifat aktif dengan
RANK pada sel progenitor osteoklas dan akan mengakibatkan terjadi
pematangan osteoklas sehingga membentuk osteoklas yang fungsional, dan
pada saat yang sama juga akan disekresikan faktor penghambat
osteoklastogenesis yang dikenal sebagai osteoprotegerin (OPG). OPG
kemudian akan berikatan dengan RANKL untuk menghambat
osteoklastogenesis. Estrogen meningkatkan sekresi osteoprotogerin yang
kemudian akan berikatan dengan RANK ligan untuk kemudian dapat
menghambat resorpsi tulang.” Menurut Repository Universitas Sumatera
Utara bahwa : “Estrogen meningkatkan aliran darahdan sintesis kolagen.
Karena kekurangan estrogen menyebabkan kerusakan matrikkolagen dan
dengan sendirinya pula tulang rawan ikut rusak.” Apabila kerusakan
jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki

7
diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang
akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi jari kaki,
tangan, pergelangan siku dan lutut. Hal ini pun terjadi karena ketika hormon
estrogen menurun, suatu molekul yang bernama CD16 meningkat. Molekul
ini berperan dalam proses inflamasi (peradangan). Sistem kekebalan tubuh
menyerang lapisan kapsul sendi, membran tangguh yang membungkus
semua bagian sendi. Lapisan ini dikenal sebagai membran sinovial, menjadi
meradang. Proses penyakit akhirnya dapat merusak tulang rawan dan tulang
di dalam sendi.

F. Tujuan pembelajaran selanjutnya


1. Bagaimana proses dari penyakit Rheumatoid Athritis ?
2. Adakah tindakan mandiri keperawatan untuk mengatasi nyeri yang
dirasakan akibat Rheumatoid Athritis ?

G. Informasi tambahan
Jurnal Yang Dijadikan bahan bacaan :
1. Sklerosis sistemik dan Rheumatoid Athritis (seorang pasien yang menderita
sklerosis sistemik konkomitan dengan Athritis Rheumatoid.
2. Pengaruh Self Hypnosis Terhadap perubahan intensitas nyeri pada penderita
rematik.

H. Klarifikasi Informasi
Sklerosis sistemik (SS) dan artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit
jaringan ikat yang bersifat kronik progresif. Sklerosis sistemik ditandai dengan
fibrosis abnormal, sedangkan AR ditandai dengan gangguan pada persendian yang
simetris. Sklerosis sistemik merupakan penyakit yang jarang. Kedua penyakit ini
dapat terpisah atau terjadi bersamaan yang disebut dengan overlap syndrome.
Kami melaporkan sebuah kasus SS dan AR yang secara konkomitan terjadi pada
seorang pasien. Wanita, usia 30 tahun, suku bali, yang ditemukan dengan
penebalan, penegangan, dan pengerasan pada kulit seluruh tubuh yang dialami

8
sejak 4 tahun yang lalu. Pada pasien juga ditemukan deformitas (swan neck
deformity) simetris pada sendi jari tangan dan kaki. Anti-topoimerase 1 (anti-scl
70) positif, biopsi kulit menunjukkan suatu skleroderma, foto manus dan pedis
menunjukkan gambaran erosi marginal. Pasien memenuhi kriteria diagnosis SS
dan AR, dan diberi terapi metroteksat 7,5 mg setiap minggu, dengan prognosis
dubius ad malam. Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi autoimun
sistemik kronik,dan wanita 2,5 kali lebih sering terkena dibanding lelaki. Awitan
penyakit dapat terjadi pada semua usia namun puncaknya terjadi pada dekade
keempat dan kelima kehidupan. Etiologi terjadinya AR masih belum jelas, namun
diduga melibatkan berbagai faktor yang saling memengaruhi yaitu genotip,
lingkungan, dan hormonal.2,4,10 Dari anamnesis pada pasien tidak ditemukan
riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Pergelangan tangan, MKP, PIP, dan
MTP merupakan sendi yang sering terkena. Keterlibatan sendi simetris, dan
kekakuan sendi pagi hari lebih dari 1 jam merupakan gejala klasik AR.
Peradangan sinovial selanjutnya akan merusak tulang rawan dan struktur sendi.
Gambaran swan neck deformity serta boutonnier adalah patognomonik pada
AR.2,4 Pada kasus ini, secara klinis pada pasien didapatkan adanya swan neck
deformity. Diagnosis AR dibuat berdasarkan klasifikasi American College of
Rheumathology/European League Against Rheumatism (ACR/EULAR) 2010.
pasien ini kriteria diagnosis yang terpenuhi adalah keterlibatan lebih dari 10 sendi,
LED dan CRP yang meningkat, dan lama penyakit.

Penyakit rematik merupakan suatu istilah terhadap sekelompok penyakit


(gabungan untuk lebih dari seratus penyakit) dengan manifestasi klinis berupa
nyeri menahun pada sistem muskuloskeletal, kekakuan sendi, serta pembengkakan
jaringan sekitar sendi dan tendon. Meskipun kelainan terutama terjadi pada sendi,
tetapi penyakit rematik dapat pula mengenai jaringan ekstra artikuler. Manajemen
Nyeri yang tepat diperlukan untuk menangani respon nyeri. Tujuan penelitan
untuk mengetahui pengaruh self hypnosis terhadap perubahan intensitas nyeri
pada penderita rematik di Desa Kertawinangun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan Tahun 2015. Jenis penelitian adalah

9
penelitian Quasi Experiment dengan rancangan One Group Pre-test Post-test.
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita rematik di Desa Kertawinangun
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan Tahun
2015 berjumlah 26 orang dan pengambilan sampel menggunakan metode total
sampling yaitu 26 orang. Pengambilan data penelitian menggunakan lembar
observasi. Nyeri diukur dengan menggunakan Verbal Descriptor Scales (VDS).
Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat. Uji normalitas
data menggunakan Saphiro Wilk. Hasil penelitian ini berdasarkan analisa statistik
uji dengan wilcoxon signed rank test menunjukan bahwa terdapat perbedaan
intensitas nyeri pada responden sebelum diberikan penyuluhan rerata 3,50 dan
sesudah penyuluhan rerata 2,27 dengan nilai z (-4,137) serta nilai probabilitas (p
=0,000). Hasilnya ada pengaruh signifikan self hypnosis terhadap perubahan
intensitas nyeri pada penderita rematik di Blok Manis Desa Kertawinangun
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan.

Analisa dan sintesa Masalah.


Saat ini seorang klien datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada sendi
jari kaki, tangan, pergelangan siku dan lutut di sertai dengan rasa kaku pada pagi
hari. Klien mengatakan telah lama merasakan nyeri dan mengonsumsi obat-
obatan herbal dan obat-obatan bebas untuk mengatasi nyeri tersebut sejak tiga
bulan yang lalu. Klien juga mengeluh kehilangan nafsu makan, sering merasa
lesu dan berat badan berkurang. Klien juga mengungkapkan kurangnya
kemampuan untuk mengangkat beban yang berat. Dari hasil pengkajian, tampak
nodul rheumatoid di daerah sendi dan hasil pemeriksaan X-Rays menunjukkan
adanya erosi sendi. Berdasarkan data masalah yang dikeluhkan oleh klien, dari
keluhan yang klien rasakan, kami mendiskusikan kearah mana keluhan klien ini,
penyakit apa yang mungkin saja diderita oleh klien, dari beberapa kemungkinan
penyakit yang kemungkinan diderita oleh klien, ada satu penyakit yang paling
mengarah berdasarkan dengan tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh klien. ada
beberapa masalah yang kemudian muncul pertama klien mengeluhkan nyeri yang
terasa pada sendi jari kaki, tangan, pergelangan, siku dan lutut disertai dengan

10
rasa kaku pada pagi hari, untuk masalah yang klien rasakan ini menurut kami, ini
teramat sangat mengganggu kenyamanan klien, dan perlu untuk segera diatasi,
kami berusaha mengatasi masalah nyeri yang klien hadapi ini dengan mengangkat
diagnosa nyeri akut. Diagnosa ini diangkat untuk meringankan nyeri yang dialami
oleh klien, keluhan nyeri yang dihadapi oleh klien pertama kali harus dikaji secara
komprehensif, seputar apa saja penyebab dari rasa nyeri yang dialami oleh klien,
bagaimana kualitas dari nyeri yang klien rasakan, dimana letak dari nyeri yang
klien alami, pada skala berapa nyeri yang klien alami saat ini, dan kapan saja
nyeri ini dialami oleh klien, tindakan mandiri yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajarkan tekhnik manajemen nyeri yang bisa diterapkan oleh klien selama
proses perawatan atau proses penyembuhan penyakit. Salah satu poin intervensi
yang kami terapkan pada klien adalah dengan penerapan pengobatan non
farmakologi, yaitu dengan menstimulasi sistem saraf dengan peralatan fisioterapi
TENS (Transcuteness Electrical Nervus Stimulation) yang saat ini telah menjadi
pilihan untuk menghilangkan rasa nyeri, dan menerapkan program self Hypnosis
yang dapat membantu mengurangi intensitas nyeri yang dialami oleh klien. Rasa
nyeri yang dirasakan oleh klien saat ini menyebabkan klien tidak bisa mengangkat
beban berat, sehingga penanganan nyeri yang dilakukan juga harus dilakukan
tindakan kolaborasi untuk pemberian obat obatan yang dapat mengurangi
intensitas nyeri yang dirasakan oleh klien, pemberian obat harus sesuai resep dan
harus didiskusikan, dan harus diminum sesuai dengan advice dari team dokter.
Selanjutnya saat ini klien mengalami kurang nafsu makan, terlihat lesu dan
terjadi penurunan berat badan, untuk hal ini setelah kami mendiskusikan, kami
memikirkan bahwa, klien ini ada kemungkinan terjadi defisit nutrisi, sehingga
menyebabkan klien mengalami penurunan berat badan dan bahkan terlihat lesu,
bahkan akibat dari defisit nutrisi yang terjadi, menyebabkan klien mengalami
kelemahan dan tidak mampu mengangkat beban berat. Sehingga untuk
mengantisipasi terjadi defisit nutrisi secara berlebihan, dirasa perlu untuk
menyelesaikan masalah secara dini, karena jika dibiarkan terus menerus, klien
bahkan akan mengalami penurunan berat badan terus menerus yang akan
membahayakan kesehatan klien, kami memutuskan untuk mengangkat diagnosa

11
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini dilakukan untuk
memberikan suplai nutrisi yang adekuat kepada klien. Pemberian nutrisi kepada
klien harus mempertimbangkan dengan tim ahli gizi untuk mempertimbangkan
makanan apa saja yang bisa dan tidak bisa dikonsumsi klien, untuk menjamin
kesehatan klien.
Masalah ketiga yang muncul dari klien adalah ketidaktahuan klien mengenai
kondisi penyakitnya, klien hanya berusaha untuk menyelesaikan masalahnya
secara simptomatik, dengan meminum obat obatan herbal dan obat obatan bebas
untuk mengatasi masalahnya, ketidaktahuan klien ini akan kondisi justru
membuat klien lambat dalam mengambil keputusan, dikarenakan klien tidak tahu,
sehingga ia memutuskan untuk mengkonsumsi obat obatan bebas dan obat herbal
saja, namun kondisinya justru tidak kunjung membaik, dan sudah dirasakan
selama 3 bulan. Sehingga kami ingin memberikan edukasi kepada klien,
mengatasi masalah klien dengan mengangkat diagnosa Defisiensi pengetahuan.
Poin pada intervensi yang kami angkat adalah pemberian informasi mengenai
kondisi penyakitnya saat ini dan bagaimana proses pengobatan yang baik dan
benar untuk masalah yang klien alami.
Masalah yang dihadapi oeh klien saat ini setidaknya ada tiga poin penting,
pertama klien mengeluhkan nyeri, kedua klien mengalami masalah nutrisi,
masalah selanjutnya adalah klien telah banyak mengkonsumsi obat herbal dan
obat bebas, dan Ketiga diagnosa yang sudah kami angkat kami rasa mampu untuk
menyelesakan masalah yang klien alami, karena dari masalah yang klien rasakan
ini semuanya sudah ada dalam poin m yang kami angkat. Ada 3 diagnosa Nyeri
Akut, Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh dan Defisiensi
pengetahuan. Ketiga diagnosa ini diangkat untuk menyelesaikan masalah yang
ada.

12
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Penyakit Artritis Rheumatoid merupakan kelainan autoimun yang
menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenal lebih dari
lima sendi (poliartritis) ( Pradana, 2012)
Artritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan poliferasi
membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas (Kushariyadi, 2010 dikutip dalam Mardiono, 2013).
Artritis Rematoid (AR) adalah penyakit peradangan sistemis kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer dengan pola
simetris. Konstitusi gejala termasuk kelelahan, malaise, dan kekakuan pada pagi
hari. Pada AR sering melibatkan organ ekstra-artikular seperti kulit, jantung, paru-
paru, dan mata. AR menyebabkan kerusakan sendi dan dengan demikian sering
menyebabkan morbiditas dan kematian yang cukup besar. (Helmi, 2012)
Menurut Chairudin (dalam Nurarif dan Hardhi, 2015:94) Rheumatoid
arthtritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non bakteri yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat secara
sistemis.

B. Etiologi
Etiologi dari RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya di
korelasikan dengan interaksi yang kompleks antar factor genetic dan lingkungan
(suarjana, 2009)
a. Genetic, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan factor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60 %.
b. Hormone sex, perubahan profil hormone berupa stimulasi dari placental
Corticotraonin releasing hormone yag menskresi dehidropiandrosteron
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta.

13
Dan stimulasi estrogen dan progesterone pada respon imun humoral (TH2)
dan menghambat respon imun selular (TH1). Pada TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progesterone mempunyai efek yang berlawanan
terhadap perkembangan penyakiy ini.
c. Factor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bias menginfeksi sel induk
semang (host) dan merubah aktivitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit RA.
d. Heat shock protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebai respon
terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino
homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antobodi dan
sel T mengenali epilop HSP pada egen infeksi dan sel host. Sehingga bias
menyebabkan terjadinya reaksi silang limfosit dengan sel host sehingga
mencetuska reaksi imunologis (suarjana, 2009)

C. Prognosis
Klinis AR bersifat suatu eksaserbasi dan remisi. Sekitar 40% dari pasien RA
menjdai cacat setelah 10 tahun, tetapi hasilnya akan sangat bervariasi. AR yang
tetap terus menerus aktif selama lebih dari 1 tahun mungkin akan menyebabkan
cacat sendi. Periode progresivitas berlangsung hanya beberapa minggu atau
beberapa bulan diikuti oleh remisi spontan.
Tingkat kematian pada pasien RA dilaporkan 2,5 kali dari populasi umum
orang dengan penyakit artikular dan ekstraartikular berat, seperti penyakit koroner
atau penyakit Hodgkin stadium IV. Sebagian berasal dari infeksi, vaskulitis, dan
gizi buruk. (Helmi, 2012)

D. Manifestasi Klinis
Kriteria artritis rheumatoid menurut American Reumation Association (ARA).
(Helmi, 2012)

KRITERIA TANDA DAN GEJALA


1 Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (morning
stiffness)

14
2 Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-
kurangnya pada satu sendi
3 Pembengakakn (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh
efusi cairan) pada salah satu sendi secara terus menerus
sekuarang-kurangya selama enam minggu
4 Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi
lain
5 Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
6 Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah
ekstensor
7 Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis rheumatoid
(Pada pemriksaan sinar x tangan posterior atau pergelangan
tangan yang harus menunjukan adanya erosi atau
dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi atau daerah
yang berdekatan dengan sendi)
8 Uji aglutinasi faktor rematoid
9 Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
10 Gambaran histologik yang khas pada nodul
11 Pengendapan cairan cousin yang jelek

Hasil Penilaian :
- Klasik : bila terdapat tujuh kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama enam minggu
- Defenitif : bila terdapat lima kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama enam minggu
- Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat tiga kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama empat minggu

E. Patofisiologi
AR tidak diketahui penyebabnya. Meskipun etiologi infeksi telah
berspekulasi bahwa penyebabnya adalah organisme Mikoplasma, virus Epstein-
Barr, parvovirus, dan rubella, tapi tidak ada organisme yang terbukti bertanggung
jawab. AR dikaitkan dengan banyak respons autoimun, tetapi apakah
autoimunitas merupakan peristiwa sekunder atau primer masih belum diketahui.
AR memiliki komponen genetic yang signifikan dan berbagai apitop dari
cluster HLA-DR4/DR1 hadir pada 90% pasien dengan RA. Hiperplasia sel cairan
sendi dan aktivasi sel endotel adalah kejadian pada awal proses patologis yang
berkembang menjadi peradangan yang tidak terkontrol dan berakibat pada

15
kehancuran tulang dan tulang rawan. Factor genetic dan kelainan system
kekebalan berkontribusi terhadap progresivitas penyakit.
Sel T CD4, fagosit mononuclear, fibroblast, osteoklas, dan neutrofil
memainkan peran selular utama dalam potofisiologi AR, sedangkan limfosit B
memproduksi autoantibodi. Produiksi sitokin abnormal, kemokin, dan mediator
inflamasi lain (Misalnya TNF-alpha, interleukin (IL) -1, IL -6, IL -8, serta factor
pertumbuhan fibroblas) telah ditunjukkan pada pasien dengan AR. Pada akhirnya,
peradangan dan proliferasi sinovium (yaitu pannus) menuju kepada kerusakan
dari berbagai jaringan, termasuk tulang rawan, tulang, tendon, ligamen, dan
pembuluh darah. Mesipun struktur artikular adalah tempat utama yang terlibat
oleh AR, tetapi jaringan lain juga terpengaruh. (Helmi, 2012)
Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang
melibatkan proses fagositosis. Dalam prosesnya, dihasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut selanjutnya akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya terjadi pembentukan pannus.
Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan merasakan nyeri akibat serabut otot mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya kemampuan elastisitas pada otot dan kekuatan
kontraksi otot. (Smeltzer & Bare, 2002 dikutip dalam Chabib, 2016)

16
Genetik, lingkungan, Sistim imun menyerang
PATHWAY hormonal, imunologi sinovial Proses fagositosis

Terjadi pembentukan Menghasilkan enzim-enzim


panus dalam sendi
RHEUMATOID
ARTHRITIS Menghasil MMP yg Memecah kolagen
akn merusak protein
Kurangnya informasi tentang penyusun sendi
penyakit yang diderita Poliferasi mebran sinovial

Erosi pada permukaan


Cemas dan berkurangnya sendi dan kartilago Sinovial menebal
perawatan diri
Reaksi peradangan
Gejala berulang Kehilangan nafsu makan adalah
Pelepasan mediator
akibat respon terhadap penyakit kimia
Dx. Defisiensi Pengetahuan

Tidak terpenuhinya nutrisi dalam


Stimulus nosiseptor
tubuh
Transmisi ke SSP
Sehingga tubuh kekurangan nutrisi

Diteruskan ke korteks
serebri
Klien lesu Berlangsung lama

Nyeri dipersepsikan
Dx. Ketidakefektifan Nutrisi
17
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Dx. Nyeri Akut
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Factor rheumatoid, Fiksasi lateks, Reaksi aglutinasi
2. Laju endap darah : umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
3. Protein C-reaktif : positif selama masa eksaserbasi
4. Sel Darah Putih : Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
5. Hemoglobin : umumnya menunjukkan anemia sedang
6. Ig (IgM dan IgG); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
7. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan sublukasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
8. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
9. Artroskopi langsung, Aspirasi cairan synovial
10. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
(Nurarif & Hardhi, 2015)

G. Penatalaksanaan
Perawatan yang optimal pasien dengan arthritis rematoid membutuhkan
pendekatan yang terpadu dalam terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
A. Nonfarmakologis
1) Pendidikan kesehatan penting dalam membantu pasien untuk memahami
penyakit mereka dan belajar bagaimana cara mengatasi konsekuensinya.
2) Istirahat adalah penting karena penderita arthritis rheumatoid biasanya
disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja
timbul setiap hari, tapi ada masa-masa dimana penderita merasa lebih baik
atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila
beristirahat. Hal ini berarti bahwa penderita dapat mudah terbangun dari
tidurnya pada malam hari karena nyeri. Karena itu metode-metode untuk

18
mengurangi nyeri pada malam hari harus diajarkan, misalnya dengan
pemberian obat anti radang kerja lama dan analgesik. Selain itu,
penatalaksanaan juga mencakup perencanaan aktivitas. Penderita harus
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang
diikuti oleh masa istirahat.
3) Fisioterapi dan terapi fisik dimulai untuk membantu meningkatkan dan
mempertahankan berbagai gerakan, meningkatan kekuatan otot, serta
mengurangi rasa sakit. Latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif
pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat-obatan untuk
menghilangkan nyeri mungkin perlu diberikan sebelum memulai latihan.
Kompres panas pada sendi-sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur dan mandi
dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.
4) Terapi okupasi dimulai untuk membantu pasien untuk menggunakan sendi
dan tendon efisien tanpa menekankan struktur ini, membantu mengurangi
keterangan pada sendi dengan splints dirancang khusus serta menghadapi
kehidupan sehari-hari melakui adaptasi kepada pasien dengan lingkungan
dan penggunaan alat bantu yang berbeda.
5) Tindakan ortopedi meliputi tindakan bedah rekonstruksi

B. Farmakologis

1) DMARDs merupakan ukuran yang paling penting dalam pengobatan sukses


AE. DMARDs dapat memperlambat atau mencegah perkembangan
kerusakan dan hilangnya fungsi sendi. Terapi DMARD yang sukses dapat
menghilangkan kebutuhan untuk obat antiinflamasi atau analgesic lainnya.
Agen Xenobiotic DMARDs, meliputi : garam emas (misanya, aurotiomalat,
auranofin, alinnya); D-pensilamin; klorokuin dan
hidroksklorokuin;sulfasalazin (SSZ), metotreksat (MTX); azatioprina; dan
siklosporin A.

19
2) Glukokortikoid adalah obat antiinflamasi manjur dan biasanya digunakan
pada pasien dengan AR untuk menjembatani waktu sampai DMARDs
efektif. Dosis prednisone 10 mg per hari biasanya digunakan, namun
beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi. Pengurangan
dosis tepat waktu dan penghentian obat merupakan hal penting terkait
dengan efek samping penggunaan steroid jangka panjang
3) NSAID mengganggu sintesis prostaglandin melalui penghambatan
enzimsiklooksigenase (COX) sehingga mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit. Namun, mereka tidak menghambat kerusakan sendi dan oleh karena
itu tidak cukup untuk mengobati AR ketika digunakan sendiri. Serupa
dengan glukokortikoid, mereka dapat dikurangi dalam dosis atau dihentikan
dengan terapi DMARD sukses.
4) Analgesik, seperti asetaminofen/parasetamol, tramadol, kodein, opiate dan
berbagai obat analgesic lainnya juga dapat digunakan untuk mengurangi
rasa sakit. Agen ini tidak mengobati kerusakan bengkak atau sendi. (Helmi,
2012)
Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus
dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara
pasien dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
1. Pendidikan pada pasien mengenai panyakitnya dan dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan
pasien.
2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi
yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan :
a. Aspirin; pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1g/hari,
kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau
gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
b. Ibuprofen, naproksen, piroksika, diklofenak, dan sebagainya
3. DMARD (disease-modifying antirheumatic drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat atritis
rheumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian.

20
Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan proses rheumatoid
akan berkurang. Jenis-jenis yang digunakan adalah :
a. Klorokuin; paling banyak digunakan karena harganya terjangkau, namun
efektivitasnya lebih rendah disbandingkan dengan yang lain. Dosis anjuran
klorokuin fosfat 250 mg/hari, hidrosiklorokuin 400mg/hari.
b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam dosis 1 x
500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai mencapai dosis 4 x
500 mg. setelah remisi tercpai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk
dipakai dalam jangka panjang sampai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3
bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang
lain,atau dikombinasi.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan
dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4
minggu sebesr 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300
mg/hari.
d. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak
diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat
(AST) dibaerikan intramuscular, dimulai dengan dosis perobaan pertama
sebesar 10mg, seminggu kemudian dosisi kedua 20mg. seminggu kemudian
diberikan dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan
dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika
diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan
remisi tercapai.
e. Obat imunosupresif atau imunoregulator ; metotreksat sangat mudah
digunakan dan waktu mula kerjanya relative pendek. Dosis dimulai 5-7,
5mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan perbaikan, dosis
harus ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20 mg/minggu. Penggunaan
siklosporin untuk artritis rheumatoid masalah dalam penelitian.
f. Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan arthritis rheumatoid dengan
komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, Karena obat ini
memiliki efek samping yang snagat berat. Dalam dosis rendah (seperti

21
prednisone 5-7,5 mg satukali sehari) sngat bermanfaat sebagai bridgning
therapy dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja, yang
kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan suntikan
kortekosteroid intraartikular jika terdapat peradangan yang berat.
Sebelumnya, infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.
4. Riwayat penyakit alamiah
Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang
bersifat mosiklik (hanya mengalami satu episode AR dan selanjutnya akan
mengalami remisi sempurna) pada pihak lain sebagian besar pasien akan
menderita penyakit ini se[anjang hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa
masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita
AR yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang
menetap pada setiap eksaserbasi. Sampai saat ini belum berhasil dijumpai obat
yang bersifat sebagai disease controlling antirheumatic therapy (DC-ART).
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan
pasien AR dengan tujuan:
a. Mengurangi rasa nyeri
b. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
c. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
d. Mencegah terjadinya deformitas
e. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
f. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak tergantung kepada orang lain.
Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistrahatkan sendi yang terlibat,
latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan,
pendinginan, peningkatanambang rasa nyeri dangan arus listrik. (Nurarif &
Hardhi, 2015)

H. Komplikasi
AR sendiri tidak fatal, tetapi komplikasi penyakit dapat mempersingkat
hidup bebrapa individu secara umu, AR progresif dan tidak bias disembuhkan

22
dalam beberapa waktu penyakit ini secara bertahap menjadi kurang agresif.
Namun, jika tulang dan ligament mengalami kehancuran dan perubahan bentuk
apapun dapat menimbulkan efek yang permanen.
Deformitas dan rasa nyeri pada kegiatan sehari-hari dapat menjadi atau
dialami sendi yang terkena bisa menjadi cacat dan kinerja tugas sehari-hari akan
menjadi sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan. AR adalah penyakit sistemis
yang dapat memengaruhi bagianlain dari tubuh selain sendi, seperti berikut ini.
1. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di tangan
dan kaki. Hal ini dapat mengakibatkan kesemutan, mati rasa, atau rasa
terbakar.
2. Skleritis adalah suatu peradangan pada pembuluh darah di mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan kornea, skleromalasia, dan dlam kasus yang
parah skleritis nodular atau perforasi.
3. Infeksi. Pasien dengan RA memiliki resiko lebih tinggi untuk infeksi. Obat-
obat imunosupresif perlu dipertimbangkan.
4. Masalah GI. Walaupun pasien dengan RA mungkin mengalami gangguan
usus atau perut atau bahkan kanker lambung dan kolorektal.
5. Osteoporosis. Osteoporosis adalah lebih umum terjadi pada wanita
postmenopause dengan AR, terutama pada area pinggul. AR yang berusia
lebih dari 60 tahun.
6. Penyakit paru. Satu studi kecil menemukan prevalensi yang sangat tinggi
terjadinya penyakit paru-paru (radang paru2-paru dan fibrosis) pada pasien
yang baru di diagnosis AR. Namun, hubungan antara riwayat merokok dan
risiko AR masih perlu diteliti. Bagaimana pun merokok dapat memperburuk
kondisi penyakit.
7. Penyakit jantung. AR dapat memengaruhi pembuluh darah dan independen
meningkatkan risiko penyakit jantung koronenr iskemik.
8. Sindrom sjogren. Sicca keratokonjungtivitis adalah komplikasi umum dari
AR, seain itu pmbesaran kelenjar ludahjuga berkurang pada umumnya.

23
9. Sindrom Felty. Kondisi ini ditandai oleh kombinasi splenomegali,
leucopenia(neutropenia), dan infeksi bakteri tulang. Sindrom Felty
terkadang merespons terhadap terapi DMARD.
10. Limfoma dan kanker lainnya. Perubahan dalam system kekebalan tubuh
yang terkait dengan AR mungkin memainkan peran dalam risiko yang lebih
tinggi untuk limfoma. Kanker lain mungkin terjadi pada pasien dengan AR,
termasuk kanker prostatb dan paru-paru.
11. Sindrom aktivasi makrofag. Ini adalah komplikasi yang mengancam nyawa
AR dan membutuhkan pengobatan dengan steroid dosis tinggi dan
sikosporin A. pasien dengan AR harus menyadari gejala seperti demam
terus menerus, kelemahan, mangantuk, dan kelesuan. (Helmi, 2012).

24
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Ny. R, umur 45 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada sendi jari kaki,
tangan, pergelangan siku dan lutut di sertai dengan rasa kaku pada pagi hari. Klien
mengatakan telah lama merasakan nyeri dan mengonsumsi obat-obatan herbal dan
obat-obatan bebas untuk mengatasi nyeri tersebut sejak tiga bulan yang lalu. Klien
juga mengeluh kehilangan nafsu makan, sering merasa lesu dan berat badan
berkurang. Klien juga mengungkapkan kurangnya kemampuan untuk mengangkat
beban yang berat. Dari hasil pengkajian, tampak nodul rheumatoid di daerah sendi
dan hasil pemeriksaan X-Rays menunjukkan adanya erosi sendi.

A. Pengkajian
a. Data demografi
1. Nama : Ny. R
2. Umur : 45 tahun
3. Agama :-
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Status :-
6. Pendidikan :-
7. Pekerjaan :-
8. Suku bangsa :-
9. Alamat :-
10. Tanggal masuk :-
11. Tanggal pengkajian :-
12. No. register :-
13. Diagnosa medis : Reumatoid Artritis
b. Riwayat kesehatan sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit : Keluhan nyeri pada sendi jari kaki, tangan,
pergelangan siku dan lutut disertai dengan rasa kaku pada pagi hari. Klien
mengatakan telah lama merasakan nyeri dan mengonsumsi obat-obatan
herbal dan obat-obatan bebas untuk mengatasi nyeri tersebut sejak tiga

25
bulan yang lalu. Klien juga mengeluh kehilangan nafsu makan, sering
merasa lesu dan Berat badan berkurang
b) Keluhan utama : Keluhan nyeri pada sendi jari kaki, tangan,
pergelangan siku dan lutut disertai dengan rasa kaku pada pagi hari.
c. Status Kesehatan Massa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami :-
2. Pernah dirawat :-
3. Alergi :-
4. Panas dan Gatal :-
5. Riwayat Penyakit Keluarga :-
6. Diagnosa Medis dan Therapi :-
d. Keadaan umum :
1) Tingkat Kesadaran :-
2) Tanda-tanda Vital
a) TD :-
b) N :-
c) RR :-
d) Suhu :-
3) Keadaan fisik
a) Kepala : -
b) Mata :-
c) leher :-
d) Dada
 Paru :-
 Jantung :-
e) Payudara dan ketiak :-
f) Abdomen :-
g) Genetalia :-
h) Integumen : Nodul reumatoid
i) Ekstermitas :-
 Kanan :-

26
 Kiri :-
j) Neurologis
 Status mental dan emosi : -
 Pengkajian saraf kranial : -
 Pemeriksaan reflex :-
e. Pemeriksaan penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan :-
2) Pemeriksaan radiologi : X- rays tampak erosi sendi
3) Hasil konsultasi :-
4) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain : -

B. Analisis data dan Diagnosa Keperawatan


a. Analisis Data
NO. ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS : Genetik, lingkungan, Dx. Nyeri Akut
hormonal, imunologi,
- keluhan nyeri pada
infeksi
sendi jari kaki,
Penyakit Autoimun
tangan, pergelangan
siku dan lutut
Sistem imun
- kaku pada pagi hari
menyerang sinovial
- klien juga
mengungkapkan
Terjadi Sinovitis
kurangnya
kemampuan untuk
Rheumatoid Artritis
mengangkat beban
Menghasilkan enzim-
yang berat. enzim dalam sendi
DO:
Memecah kolagen
- hasil pemeriksaan X-
Rays menunjukan Poliferasi mebran
sinovial
adanya erosi sendi

27
- tampak nodul
rheumatoid di daerah Membran Sinovial
Menebal
sendi
Terbentuk Pannus

Memicu sinoviosit
dan kondrosit u/
menghasilkan Matrix
metalloproteinase
(MMP)

Merusak protein
penyusun jaringan di
sendi

Erosi Pada Sendi

Terjadi kerusakan
jaringan pada sendi

Merangsang reseptor
nyeri akibat
kerusakan jaringan

Pelepasan Mediator
kimia

Nyeri

Kesulitan
mengangkat yang
berat

Dx. Nyeri Akut

2 DS : Genetik, lingkungan, Dx.


hormonal, imunologi,
- Klien juga mengeluh Ketidakseimbangan
infeksi
kehilangan nafsu Nutrisi kurang Dari
Penyakit Autoimun
makan, sering Kebutuhan Tubuh
merasa lesu
Sistem imun
- Berat badan
menyerang sinovial
berkurang

28
DO : -
Terjadi Sinovitis

Rheumatoid Artritis
Kehilangan nafsu
makan adalah akibat
respon terhadap
penyakit

Tidak terpenuhinya
nutrisi dalam tubuh

Sehingga Tubuh
kekurangan nutrisi

BB menurun

Dx. Ketidakefektifan
Nutrisi Kurang dari
kebutuhan Tubuh

3 DS: Genetik, lingkungan, Dx.Defisiensi


hormonal, imunologi,
- Klien mengatakan Pengetahuan
infeksi
telah lama
Penyakit Autoimun
merasakan nyeri dan
mengonsumsi obat-
Sistem imun
obatan herbal dan
menyerang sinovial
obat-obatan bebas
untuk mengatasi
Terjadi Sinovitis
nyeri tersebut sejak
tiga bulan yang lalu.
Rheumatoid Artritis
DO: Kurangnya Informasi

Kurang pengetahuan
terhadap penyakit

29
b. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan (00002)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 :Makan
c. Defisiensi Pengetahuan (00126)
Domain 5 : Persepsi/Kognisi
Kelas 4 : Kognisi

30
C. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional


1. Nyeri Akut (00132) 1. Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Domain 12: Kenyamanan 2. Kepuasan Klien Observasi
Kelas 1: Kenyamanan 3. Pengetahuan: Manajemen 1. Kaji nyeri pada pasien 1. Pengkajian nyeri secara
Fisik Nyeri meliputi lokasi, durasi, komprehensif dilakukan
Definisi: pengalaman 4. Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, dan untuk mengkaji lebih
sensori dan emosional Tujuan : Setelah dilakukan intensitas nyeri lanjut mengenai kondisi
yang tidak menyenagkan tindakan keperawatan …. X 24 Jam, klien. Klien datang
yang muncul akibat Nyeri dapat diatasi dengan : dengan kondisi
kerusakan jaringan yang Kriteria Hasil: osteomielitis datang
actual atau potensial atau 1. Kontrol Nyeri : dengan keluhan utama
digambarkan dalam hal - Mengenali kapan nyeri terjadi karena adanya
kerusakan sedemikian (5) pembengkakan pada
rupa (international - Mengenali apa yang terkait tulang klien, 50%
association for the study of dengan gejala nyeri (4) penyebab pasti dari
pain);awitan yang tiba-tiba - Melaporkan nyeri yang penyakit osteomielitis ini
tau lambat dari intensitas terkontrol (4) adalah bakteri. Adanya

31
ringan hingga berat - Menggunakan analgesik yang infasi bakteri dapat
dengan akhir yang dapat direkomendasikan (4) menyebabkan tubuh
diantisipasi atau diprediksi Ket : akan
dan berlangsung <6 bulan 1 = Tidak pernah menunjukan mempersepsikannya
Batasan karakteristik: 2 = Jarang menunjukkan sebagai nyeri. Saat klien
DS : 3 = Kadang-kadang menunjukan datang dengan kondisi
- keluhan nyeri pada 4 = Sering menunjukan nyeri, perawat harus
sendi jari kaki, 5 = Secara konsisten menunjukkan melakukan pengkajian
tangan, 2. Kepuasan klien : secara mendalam agar
pergelangan siku a. Nyeri terkontrol (4) perawat memiliki
dan lutut b. Masalah keamanan pegangan mengenai apa
- kaku pada pagi hari ditanganai dengan penyebab nyeri yang
DO: penggunaan obat nyeri dialami oleh klien,
- hasil pemeriksaan (4) dimana lokasinya,
X-Rays c. Membuat rujukan ke bagaimana cara klien
menunjukan profesional kesehatan memanajemen rasa nyeri
adanya erosi sendi dalam manajemen nyeri yang dirasakan, dan apa
Faktor yang sesuai kebutuhan (4) saja yang dilakukan oleh
berhubungan Ket : klien untuk mengatasi

32
1. Infeksi 1 = Tidak puas rasa nyeri yang dialami
2 = Agak puas oleh klien.
3 = Cukup puas
4 = Sangat puas
5 = Sepenuhnya puas Mandiri
3. Pengetahuan: Manajemen 2. Gunakan teknik 2. Klien datang dengan
Nyeri: komunikasi teraupetik keluhan nyeri,
a. Tanda dan gejala nyeri untuk mengetahui menggunakan tekhnik
(4) pengalaman nyeri pasien komunikasi terapeutik
b. Strategi untuk dalam mengkaji masalah
mengontrol nyeri (4) klien dapat membantu
c. Pembatasan aktivitas (4) klien untuk lebih percaya
Ket : dengan tindakan yang
1 = Tidak pernah menunjukan akan dilakukan kepada
2 = Jarang menunjukkan klien, tekhnik
3 = Kadang-kadang menunjukan komunikasi terapetuik
4 = Sering menunjukan juga akan membuat atau
5 = Secara konsisten menunjukkan membangun komunikasi
4 Tingkat Nyeri : dua arah yang baik

33
a. Nyeri yang dilaporkan antara klien dan perawat,
(4) hal ini juga akan
b. Ekspresi nyeri wajah (4) memungkinkan klien
c. Kehilangan nafsu makan untuk lebih terbuka dan
(4) menceritakan banyak hal
d. Panjangnya episode nyeri dengan klien, sehingga
(4) tahapan mengkaji klien
Ket : lebih lanjut akan
1 = Berat berlangsung dengan
2 = Cukup berat baik, karena adanya
3 = sedang support dari klien.
4 = Ringan
5 = Tidak ada

3. Tindakan ini disebut


3. Bantu pasien untuk lebih
dengan tekhnik distraksi,
berfokus pada aktivitas,
mengalihkan fokus
bukan pada nyeri
pasien kepada sesuatu
yang lebih baik.

34
Sehingga klien akan
tidak merasakan nyeri
hebat lagi.
4. Bantu pasien untuk 4. Tekhnik relaksasi
melakukan relaksasi dilakukan untuk
memberikan
kenyamanan pada klien,
klien datang dengan
keluhan utama nyeri,
sehingga dengan
memberikan tekhnik
relaksasi klien akan
merasa lebih baik, hal ini
dikarenakkan suplai
oksigen dapat terpenuhi
dengan baik kepadiklien
merasa lebih tenang, dan
proses penyembuhan
penyakit akan lebih

35
cepat.

HE
5. Informasikan kepada 5. Setiap tindilakukan,
pasien tentang prosedur danyang dakan
yang dapat menurunkan
nyeri
Kolaborasi
6. Sebagai evaluasi untuk
6. Kolaborasikan dengan
tindakan yang akan
dokter jika ada keluhan
diberikan selanjutnya
dan tindakan nyeri tidak
agar nyeri yang sedang
berhasil
dirasakan klien dapat
teratasi
7. Tentukan pilihan 7. Tindakan ini dapat
analgesik atau mengurangi dan
kombinasi analgesik menurunkan ketidak
yang sesuai ketika lebih nyamanan fisik dan
dari satu di tentukan emosional pasien.

36
Terapi Latihan : Mobilitas
(Pergerakan) Sendi
Observasi :
1. Monitor lokasi dan 1. Biasanya pada Klien RA
kecenderungan adanya nyeri dirasakan pada
nyeri dan ketidak sendi sendi kecil seperti
nyamanan selama pada jari kaki dan
pergerakan atau aktifitas tangan, siku, lutut.
2. Tentukan lefel motifasi
pasien untuk 2. Untuk mengetahui
meningkatkan atau sejauh mana penggunaan
memelihara pergerakan sendi klien
sendi
Mandiri:
3. Pakaikan baju yang tidak 3. Untuk membantu
menghambat pergerakan mempermudah
pasien pergerakan klien, dan
tidak menimbulkan

37
aktivitas berlebih

4. Bantu pasien 4. Untuk meminimalisir


mendapatkan posisi tidur pergerakan yang
yang optimal untuk berlebihan agar tidak
pergerakan sendi pasif menimbulkan nyeri
maupun aktif akibat pergesekan sendi

5. Dukung latihan ROM


5. Dengan latihan ROM
aktif, sesuai jadwal yang
dapat memaksimalkan
teratur dan terencana
pergerakan sendi untuk
memelihara fleksibilitas
sendi
6. Sediakan petunjuk
6. Untuk mempermudah
tertulis untuk melakukan
klien atau keluarga untuk
latihan
melakukan latihan secara
mandiri

38
7. Bantu untuk melakukan 7. Untuk mengukur
kemampuan pergerakan
pergerakan sendi yang
sendi klien dengan tidak
ritmis dan teratur sesuai mengakibatkan nyeri
yang berlebihan
kadar nyeri yang bisa di
toleransi, ketahan dan
pergerakan sendi

Helt Education:
8. Jelaskan pada psien atau 8. Untuk memberikan
keluarga manfaat dan informasi atau
tujuan melakukan latihan pengajaran kepada klien
sendi agar mereka melakukan
tindakan tersebut guna
untuk perawatan.

9. Intruksikan pasien atau


9. Untuk melatih
keluarga melakukan
pergerakan sendi guna
latihan rom pasif, rom
menjaga fleksibilitas
dengan bantuan atau rom
sendi

39
aktifnberlangsu

Kolaborasi:
10. Kolaborasi dengan
10. Agar latihan yang
ahli terapi fisik
diberikan sesuai dengan
dalam
indikasi penyakit
mengembangkan
dan menerapkan
sebuah program
latihan
2 Ketidakseimbangan 1. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Nutrisi Kurang dari 2. Status Nutrisi : Asupan
Observasi
Kebutuhan Tubuh Nutrisi
1. Untuk memantau intake
(00002) 3. Status Nutrisi : Asupan 1. Monitor kalori dan
Domain 2 : Nutrisi Makanan dan Cairan nutrisi klien
asupan makanan
Kelas 1 : Makan
2. Untuk memantau
2. Monitor kecenderungan
Tujuan : Setelah dilakukan
Definisi : Asupan nutrisi seberap parah penurunan
terjadinya penurunan dan
tidak cukup untuk tindakan keperawatam … X 24 Jam,
berat badan klien dan
memenuhi kebutuhan kenaikan berat badan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
metabolik untuk mengoptimalkan
dari Kebutuhan Tubuh dapat diatasi
asupan nutrisi yang
Batasan Karakteristik :

40
DS : dengan : diberikan.
- Klien juga
3. Tentukan status gizi dan
3. Untuk memberikan
mengeluh Kriteri Hasil :
kemampuan klien untuk
terapi peningkatan
kehilangan nafsu 1. Status Nutrisi :
memenuhi keutuhan gizi
nutrisi jika status gizi
makan, sering - Asupan makanan (5)
klien menurun.
merasa lesu - Asupan cairan (5)
Mandiri
- Berat badan Catatan :
1. Bantu pasien dalam 1. Piramida makanan yang
berkurang 1 (sangat menyimpang dari rentang
menentukan pedoman dipakai dapat membantu
DO : - normal)
atau piramida makanan dalam memenuhi asupan
Faktor yang 2 (banyak menyimpang dari rentang
yang paling cocok makanan pada pasien
berhubungan : normal)
dalam memenuhi yang terkena kanker
1. Kurang asupan 3 (cukup menyimpang dari rentang
kebutuhan nutrisi dan
makanan normal)
preferensi (mis.,
4 (sedikit menyimpang dari rentang
piramida makanan
normal)
vegetarian, piramida
5 (tidak menyimpang dari rentang
panduan makanan)
normal)
2. Dengan pilihan makanan
2. Berikan pilihan
yang ditawarkan dapat
makanan sambil
2. Status Nutrisi : Asupan Nutrisi

41
- Asupan kalori (4) menawarkan bimbingan membantu pasien dalam
- Asupan kalsium (5) terhadap pilihan pemenuhan kebutuhan
- Asupan protein (4) (makanan) yang lebih untuk meningkatkan
- Asupan karbohidrat (4) sehat berat badan secara
Catatan : adekuat
3. Ciptakan lingkungan
1 ( tidak adekuat) 3. Lingkungan yang bersih
yang optimal pada saat
2 (sedikit adekuat) dapat mempengaruhi
mengkonsumsi makan
3 (cukup adekuat) nafsu makan pasien.
(misalnya, bersih,
4 (sebagian besar adekuat) Karena lingkungan yang
berventilasi, sanntai dan
5 (sepenuhnya adekuat) kotor dapat merangsang
bebas dari bau
reseptor mual
menyengat)
3. Status Nutrisi : Asupan
4. Pastikan makanan 4. Makanan yang menarik
Makanan dan Cairan
disajikan dengan cara dapat membantu dalam
- Asupan makanan secara oral
yang menarik dan pada perbaikan mood pasien
(5)
suhu yang paling cocok untuk langsung makan
- Asupan makanan secara tibe
untuk konsumsi secara makanan tersebut
feeding (4)
optimal
- Asupan makanan secara oral
5. Apabila pasien tidak
5. Tawarkan makanan
(5)

42
- Asupan cairan intravena (3) ringan padat gizi ingin makan makanan
- Asupan nutrisi parental (4) berat seperti nasi,
makanan ringan juga
dapat membantu
memenuhi perbaikan gizi
pasien
6. Untuk memaksimalkan
6. Berikan makan porsi
intake makanan klien,
sedikit tapi sering
walaupun dalam jumlah
sedikit namun sering
Health Education
7. Anjurkan pasien dan
7. Buku harian makanan
keluarga terkait
dapat digunakan dalam
memantau kalori dan
mengetahui seberapa
intake makanan (mis.,
banyak makanan yang
buku harian makanan)
telah di konsumsi oleh
pasien dalam sehari dan
untuk memudahkan

43
dalam melakukan
intervensi berikutnya
8. Anjurkan keluarga untuk 8. Makanan favorite pasien
membawa makanan dapat membantu dalam
favorit pasien sementara memenuhi asupan nutrisi
pasien berada di rumah dalam tubuh pasien
sakit selama tidak
bertentangan dengan
diagnosa medisnya
9. Untuk memenuhi
9. Ajurkan mengkonsumsi
kebutuhan nutrisi klien
makanan 4 sehat 5
secara optimal
sempurna
10. Dengan makanan yang
10. Anjurkan pemberian
hangat dapat
makanan yang hangat
meningkatkan selera
makan klien.

Bantuan Peningkatan
Berat Badan

44
Observasi
1. Monitor asupan kalori
1. Mengetahui apakah input
tiap hari
yang di berikan sama
sebanding dengan output
yang dikeluarkan untuk
memudahkan dalam
intervensi yang
berikutnya
2. Timbang pasien pada 2. Untuk memantau apakah
jam yang sama setiap tindakan untuk
hari peningkatan berat badan
sudah optimal

Mandiri
3. Bantu pasien untuk 3. Meningkatkan
makan atau suapi pasien kebutuhan nutrsi pasien
sebelum dan setelah
kemoterapi
4. Berikan makanan yang 4. Makan yang lembut dan

45
sesuai instruksi dokter halus dapat dengan
untuk pasien, tektursnya mudah ditelan
lembut, memblender pasienmakan
atau menghaluskn
makanan melalui selang
NGT atau PEG atau
memberikan makanan
total parenteral
5. Lingkungan yang
5. Ciptakan lingkungan
menyenangkan dan
yang menyenangkan dan
menengkan dapat
menenangkan
meningkatkan selera
makan pasien

6. Menentukan intervensi
6. Kenali apakah
selanjutnya
penurunan berat badan
yang di alami pasien
merupakan tanda
penyakit terminal

46
(mislanya kanker)
7. Beri hadiah jika pasien 7. Memberikan apresiasi
mengalami kenaikan pada pasein agar pasien
berat badan dapat mempertahankan
berat badan dan
meningkatkan asupan
nutrisi

Kolaborasi
8. Berikan obat-obat untuk
8. Antiemetik bekerja
meredakan mual dan
mengurangi
nyeri sebelum makan
hiperaktivitas refleks
muntah menggunakan
satu dari dua cara :
secara lokal, untuk
mengurangi respon lokal
terhadap stimulus yang
dikirm ke medula guna
memicu terjadinya

47
muntah atau secara
sentral untuk
menghambat CTZ secara
langsung atau menekan
pusat muntah
9. Rujuk pada lembaga 9. Membantu pasien agar
komunitas yang dapat dapat memenuhi dan
membantu memenuhi melengkapi makanan
makananan yang dibutuhkan

Terapi Nutrisi
Observasi
1. Monitor intake 1. Mempertahankan
makanan/cairan dan kestabilan nutrisi klien
yang masuk.
hitung masukan kalori
perhari
2. Kaji kebutuhan nutrisi 2. Mengetahui kebutuhan
parenteral nutrisi parenteral klien
yang sedang dalam
perawatan.

48
Mandiri
Mandiri
3. Motivasi pasien untuk
3. Makan yang tinggi
mengkonsumsi makanan kalsium dapat
mempercepat proses
yang tinggi kalsium
pembentukan tulang

4. Hentikan pemberian
4. Untuk membantu pasien
makanan melalu selang
mengolah makannannya
makanan begitu pasien
sendiri
mampu mentoleransi
asupan makanan melalu
oral
5. Meningkatkan selera
5. Sajikan makanan dengan
makan klien
menarik, cara yang
menyenangkan dengan
mempertimbangkan
warna, tekstur dan
keragaman
3 Defisiensi pengetahuan 1. Pengetahuan : Proses Penyakit Pengetahuan : Proses

49
(00126) 2. Pengetahuan Gaya Hidup penyakit
Domain 5: sehat Observasi:
persepsi/kognisi Tujuan : Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Agar dapat mengetahui
Kelas 4: kognisi tindakan keperawatan selama…X24 kemungkinan penyebab, penyebab kurangnya
Definisi: ketiadaan atau jam kurang pengetahuan teratasi dengan cara yang tepat pengetahuan pasien atau
defisiensi informasi dengan keluarga
Mandiri
kognitif yang berkaitan Kriteria hasil:
2. berikan penilaian 2. Untuk mengukur sejauh
dengan topik tertentu. 1. Pemgetahuan proses penyakit
tentang tingkat mana pemahaman pasien
Batasan karakteristik: a. Faktor-faktor penyebab dan
pengetahuan pasien terhadap proses penyakit
1. Ketidakakuratan faktor yang berkonstribusi
tentang proses yang spesifik
menegikuti tes (4)
penyakit yang
2. Kurang pengetahuan b. Efek Fisiologis Penyakit (4)
spesifik
c. Tanda dan gejala penyakit
Faktor yang 3. diskusikan pilihan terapi 3. Agar pasien dapat
(4)
berhubungan atau penanganan memilih atau menyetujui
d. Proses perjalanan penyakit
1. Ganguan fungsi terapi atu penanganan
biasanya (4)
kognitif yang akan diberikan
Ket :
4. hindari jaminan yang
2. Kurang informasi 4. Agar pasien ataupun
1= Tidak ada pengetahuan
kosong
3. Kurang sumber keluarga terlalu berharap
2= Pengetahuan terbatas

50
pengetahuan 3 = Penegtahuan sedang terhadap sesuatu yang
4= Pengetahuan banyak belum tentu hasil atau
5. diskusikan perubahan
5= Pengetahuan sangat banyak kebenarannya
gaya hidup yang
2. Pengetahuan : Gaya Hidup 5. Agar pasien tidak
mungkin diperlukan
Sehat melakukan hal-hal yang
untuk mencegah
a. Stategi pencegahan penyakit dapat membuat
komplikasi dimasa yang
(4) penyakitnya menjadi
akan datang dan atau
b. Strategi mencegah infeksi parah atau menimbulkan
proses pengontrolan
(4) komplikasi
penyakit
c. Pentingnya perawatan mulut
HE
(4)
6. instruksikan pasien
Ket : 6. Agar pasien mengetahui
mengenai tanda dan
1= Tidak ada pengetahuan tanda dan gejala dari
gejala untuk
2= Pengetahuan terbatas penyakitnya dan segera
melaporkan pada
3 = Penegtahuan sedang melaporkan apabila
pemberi perawatan
4= Pengetahuan banyak terjadi perubahan .
kesehatan ,dengan
5= Pengetahuan sangat banyak
cara yang tepat
Kolaborasi

51
7. diskusikan dengan 7. Kebanyakan keluarga
dokter untuk tidak terlalu
memberikan mendengarkan
penjelasan yang penjelasan dari perawat
lebih akurat disertai
bukti.

Pendidikan Kesehatan
Observasi
1. Sumber daya seperi
1. Identifikasi sumber daya
peralatan dan uang serta
(misalnya tenaga, ruangan dan juga tenaga
mempengaruhi proses
ruang,peralatan, uang,
meberikan pendidikan
dll) yang diperlukan kesehatan
untuk melaksanakan
program
2. Faktor dari dalam dan
2. Identifikasi faktor
luar mempengaruhi
internal atau eksternal
terlaksananya perilaku
yang dapat
seseorang.
meningkatkan atau

52
mengurangi motivasi
untuk berperilaku sehat.
3. Tentukan pengetahuan 3. Tingkatan Pengetahuan
kesehatan dan gaya keluarga perlu dikaji.
hidup perilaku saat ini Agar perawat mampu
pada individu atau memberikan pendidikan
keluarga. kesehatan yang mudah
diterima keluarga
maupun pasien

Mandiri
4. Memotivasi dengan
4. Hindari penggunaan
menakut-nakuti
tekhnik dengan
memberikan respon
menakut-nakuti
negatif dan pemikiran
sebagai strategi
negatif pada keluarga
untuk memotivasi
serta membuat
orang agar
kesalahpahaman dalam
mengubah perilaku
menerima pendidikan
kesehatan atau gaya

53
hidup kesehatan sehingga
proses pengobatan
tehambat
HE
5. Mengajarkan dan
5. Ajarkan strategi
memberikan contoh
yang dapat
lebih maksimal untuk
digunakan untuk
dilakukan agar pasien
menolak perilaku
mudah mengerti dan
yang tidak sehat atau
memahami contoh
beresiko daripada
pendidikan kesehatan
memberikan saran
dengan baik.
untuk menghindari
atau mengubah
perilaku

54
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah yang dihadapi oeh klien saat ini setidaknya ada tiga poin penting,
pertama klien mengeluhkan nyeri, kedua klien mengalami masalah nutrisi,
masalah selanjutnya adalah klien telah banyak mengkonsumsi obat herbal dan
obat bebas, dan Ketiga diagnosa yang sudah kami angkat kami rasa mampu untuk
menyelesakan masalah yang klien alami, karena dari masalah yang klien rasakan
ini semuanya sudah ada dalam poin intervensi yang kami angkat. Ada 3 diagnosa
yang kami angkat untuk menyelesaikan masalah klien : Nyeri Akut,
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh dan Defisiensi
pengetahuan. Ketiga diagnosa ini diangkat untuk menyelesaikan masalah yang
ada.

B. Saran
Perlu dilakukan pembelajaran lebih lanjut mengenai masalah Rheumatoid
Athritis, karena sebagai mahasiswa belajar dan memberikan inovasi untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kedepannya. Bagi pemberi asuhan
keperawatan perlu ditingkatkan lagi tindakan atau intervensi keperawatan bagi
klien dengan masalah Rheumatoid Athritis.

55
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, H. K. 2015. Aplikasi & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid
1. Jogjakarta: Medi Action.
Chabib, Lutfi, dkk. 2016. Review Rheumatoid Arthritis: Terapi Farmakologi,
Potensi Kurkumin dan Analognya, serta Pengembangan Sistem Nanopartikel.
(online). Tersedia di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=404194&val=8182&title
=Review%20Rheumatoid%20Arthritis:%20Terapi%20Farmakologi.
Heather Herdman, S. K. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta: ECG.
Juditch M. Wilkinson, N. R. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
ECG Medical Publisher.
Mardiono, Sasono. 2013. Pengaruh Terapi Range Of Motion (Rom) Dalam
Menurunkan Skala Nyeri Penyakit Artritis Rheumatoid Pada Lansia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. . (online). Tersedia di
http://psik.binahusada.ac.id/sites/default/files/files/JURNAL%20SASONO%
202012.pdf.
Samiadi, Lika Aprilia. 2017. Apa Itu Rematik (Rheumatoid Arthritis)?. (online).
Tersedia di https://hellosehat.com/penyakit/rematik-rheumatoid-arthritis/.
Singh, Jasvinder A. 2015. 2015 American College of Rheumatology Guideline for
the Treatment of Rheumatoid Arthritis. (online). Tersedia di
https://www.rheumatology.org/Portals/0/Files/ACR%202015%20RA%20Gui
deline.pdf.
Smeltzer, S. C. (2015). Keperawatan Medikal Bedah (KMB) Brunner & Suddarth
Edisi 12. Jakarta: Penerbit buku kedokteran dan kesehatan EGC.
Tadempa, Restu G. Putri. Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Artritis
Reumatoid Di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten
Banggai. (online). Tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/111580-ID-hubungan-indeks-
massa-tubuh-imt-dengan-a.pdf.
The Arthritis Society. 2015. Rheumatoid Arthritis Causes Symptoms and
Treatments. (online). Tersedia di http://arthritis.ca/getmedia/6c39edce-5b2d-
498d-bd60-28d33f3e1850/Rheumatoid-Arthritis-Causes-Symptoms-and-
Treatments.pdf?ext=.pdf.

56

Anda mungkin juga menyukai