Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN RESPIRATORY DISTRESS OF THE NEWBORN (RDN)


DI RUANG NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU)
RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh:

SITI HASMI HASANUDDIN, S.Kep

NIM: 70900119005

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR


INSTITUSI

(...........................................)
(...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2019

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt., atas rahmat dan

hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga laporan pendahuluan

ini dapat terselesaikan, dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan salawat

kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah mengantarkan kita dari alam

kegelapan menuju ke alam yang terang benderang sampai sekarang ini.

Dalam usaha menyusun laporan pendahuluan, dihadapkan dengan

berbagai hambatan dan tantangan, namun atas bantuan, bimbingan,serta izin Allah

SWT akhirnya hambatan dan tantangan tersebut dapat diatasi serta mencapai

tahap penyelesaian.

Dalam penyusunan ini tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan.

Oleh karena itu, kritikan dan saran penyempurnaan sangat penulis harapkan.

Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Makassar, 18 November 2019

SITI HASMI. H

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 2
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .............................................................................
...... ...........

KATA
PENGATAR ......................................................................
............. ...........

DAFTAR
ISI ..................................................................................
........................

BAB I KONSEP MEDIS

A.Defenisi…..........................................................................

………………….…..

B.

Etiologi……………............................................................................

..................

C.Patofisiologi.................................................................................

...........................

D.Manifestasi

klinis………………………………………………………………

E. Kompikasi ………………………………………………….………..…...

F. Penatalaksanaan……………………………………………..….….......

G. Pemeriksaan

diagnostik...............................................................................

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 3
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ..................................................................................

........................

B. Diagnosis

Keperawatan ..................................................................................

...

C. Intervensi

Keperawatan ..................................................................................

...

Daftar

Pustaka…………..............................................................................

.............

BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian
Respiratory Distress of the Newborn (RDN) atau biasa juga
disebutRespiratory Distress Syndrome (RDS) biasa juga disebut  Hyaline

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 4
Membrane Disease (HMD) Adalah gangguan pernafasan yang sering
terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt),
retraksi dada, sianosis pada udara kamar yang menetap atau memburuk
pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik, sekitar 60%
bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS.
Sindrom Distres Pernapasan adalah perkembangan yang imatur
pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam
paru. RDS dikatakan sebagai hyalin membrane diseaser (Suriadi dan
Yulianni, 2010).
Jadi Respiratory Distress Of The Nerwborn (RDN) atau
Respiratory Distress Syndrome (RDS) gangguan pernapasan yang sering
terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh perkembangan yang imatur
pada system pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan.
B. Etiologi
Menurut Suriadi dan Yulianni etiologi dari RDS yaitu:
1. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
2. Alveoli masih kecil sehingga mengalami  kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan
daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
3.  Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap
dalam proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit
oleh makrofag.
4.  Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
5. Adanya kelainan di dalam dan di luar paru.
Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah
pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin
(PMH).
6.  Bayi prematur atau kurang bulan

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 5
Diakibatkan oleh kurangnya produksi surfaktan. Produksi
surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, semakin muda
usia kehamilan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
C. Patofisiologi
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang
disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan.Surfaktan adalah zat
aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II.
Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max
pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein
(10%).Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional
pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya
ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia
akan menyebabkan terjadinya :Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme
anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic>asidosis
metabolic.
Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi
kedalam alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang
nekrotik>lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantung,
penurunan aliran darah ke paru mengakibatkan hambatan pembentukan
surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat
sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal,
dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti
hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.
Secara singkat patofisiologinya dapat digambarkan sbb :
Atelektasis → hipoksemia →asidosis → transudasi → penurunan aliran
darah paru → hambatan pembentukan zat surfaktan → atelekstasis.Hal ini
berlangsung terus sampai terjadi penyembuhan atau kematian.

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 6
 RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada
bayi prematur, biasanya setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support
ventilasi lama diperlukan, kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan.
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik yang biasa ditemukan pada RDN yaitu gangguan
pernafasan berupa :
1. Dispnue/hipernue
2. Sianosis
3. Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals
4. Grunting expirasi
Didapatkan gejala lain seperti :
1. Bradikardi
2. Hipotensi
3. Kardiomegali
4. Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki
5. Hipotermi
6. Tonus otot yang menurun
7. Gambaran radiology :terdapat bercak-bercak difus berupa infiltrate
retikulogranular disertai dengan air bronkogram.

Penilaian Tingkat Kegawatan Napas Beradasarkan Downe Score


Skor
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi napas 60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Tidak ada
Retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis menetap
Tidak ada Sianosis hilang
Sianosis walaupun
sianosis dengan O2
diberikan O2
Penurunan
Tidak ada udara
Air entry Udara masuk ringan udara
masuk
masuk
Merintih Tidak Dapat didengar Dapat didengar

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 7
dengan
merintih tanpa bantuan
stetoskop

 Evaluasi:
1-3    sesak napas ringan
4-5    sesak napas sedang
≥6     sesak napas berat
E. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dapat berupa komplikasi jangka pendek
dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi jangka pendek (Akut)
seperti :
1. Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada
bayi dengan RDS  yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis
hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan
thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti
pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS  dengan ventilasi mekanik.
4.  PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan
komplikasi bayi dengan RDS  terutama pada bayi yang dihentikan
terapi surfaktannya.
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas
oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru, memberatnya penyakit dan
kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi
jangka panjang yang sering terjadi :
1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik
yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 8
minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan
yang digunakan  pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya
infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat
dengan menurunnya masa gestasi.
2. Retinopathy prematur
 Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang
berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi.
F. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2006) tindakan untuk mengatasi
masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1.      Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2.      Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3.      Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4.      Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5.      Mencegah hipotermia.
6.      Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum :
1.  Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling
sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus
dektrosa 5 %.
2. Pantau selalu tanda vital.
3.  Jaga patensi jalan nafas
4. Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
5. Jika bayi mengalami apneu
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
6. Bila terjadi kejang potong kejang segera periksa kadar gula darah
7. Pemberian nutrisi adekuat

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 9
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut
sesuai dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan
nafas. Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:
Gangguan nafas ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas
ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient
Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar.
Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa
pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas
ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
Gangguan nafas sedang
1.  Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila
masih sesak dapat diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup
2. Bayi jangan diberi minukm
3. Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin)
untuk terapi kemungkinan besar sepsis.
a. Suhu aksiler <> 39˚C
b. Air ketuban bercampur mekonium
c. Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau
ketuban pecah dini (> 18 jam)
d. Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah
suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam
e. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada
perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar
seposis
f.  Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali
abnormal ulangi tahapan tersebut diatas.
g. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah
2 jam
h.  Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda
perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 10
i. Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi
o2secara bertahap . Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap
2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
memakai salah satu cara pemberian minum
j.  Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan.
Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3
hari, minumbaik dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah
Sakit bayi dapat dipulangkan
Gangguan nafas ringan
1.  Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
2. Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul
gejala sepsis lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan
tangani gangguan nafas sedang dan dan segera dirujuk di rumah
sakit rujukan.
3. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI
peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian
minuman.
4. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan
gangguan napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas
antara 30-60 kali/menit.
Penatalaksanaan medis:
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit
RDS adalah:
1.  Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
2. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan
menurunkan caiaran paru
3.  Fenobarbital
4. Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
5.  Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan
untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 11
6. Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan
dalam pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen
( derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan
amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan
buatan ).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelectasis dan elevasi
diafragma dengan overdistensi ductus alveolar
2. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan napas
3. Data laboratorium
4. Profil paru
a. Untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion
( untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS) lecithin/
sphingomyelin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan
maturitas paru phospatydiglicerol : meningkat saat usia gestasi 35
minggu tingkat phosphatydylinosito
b. Analisis gas darah, PaO2 kurang daro 50 mmhg, paCO2 kurang
dari 60 mmhg, saturasi oksigen 92 %- 94 %, pH 7,31- 7,45
c. Level potassium, meningkat sebagai hasil dari release potassium
dari sel alveolar yang rusak.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 12
1. Riwayat maternal
a. Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
b. Kondisi seperti perdarahan placenta
c. Tipe dan lamanya persalinan
d. Stress fetal atau intrapartus
2. Status infant saat lahir
a. Prematur, umur kehamilan
b. Apgar score, apakah terjadi aspiksia
c. Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar
3. Cardiovaskular
a. Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
b. Murmur sistolik
c. Denyut jantung dalam batas normal
4. Integumen
a. Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral
b. Pitting edema pada tangan dan kaki
c. Mottling
5. Neurologis
a. Immobilitas, kelemahan, flaciditas
b. Penurunan suhu tubuh
6. Pulmonary
a. Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x
b. Nafas grunting
c. Nasal flaring
d. Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
e. Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan
dengan persentase desaturasi hemoglobin
f. Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
7. Status Behavorial : Lethargy
8. Hasil Diagnostik

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 13
a. Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi
diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar
b. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
c. Data laboratorium
 Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan
cairan amnion (untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS)
 Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih
mengindikasikan maturitas paru
 Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
 Tingkat phosphatydylinositol
 Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2
kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 –
7,45
 Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release
potassium dari sel alveolar yang rusak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
a. Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi
jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
(PPNI,2017)
b. Penyebab (PPNI,2017).
- Spasme jalan napas
- Hipersekresi jalan napas
- Disfungsi neuromuskuler
- Benda asing dalam jalan napas
- Adanya jalan napas buatan
- Sekresi yang tertahan
- Hiperplasia dinding jalan napas
- Proses infeksi
- Respon alergi
- Efek agen farmakologis

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 14
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2017)
Subjektif
Tidak tersedia
2. Objektif
a. Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk
b. Sputum berlebih
c. Mengi, wheziing, dan ronkhi
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2017)
1. Subjektif
a. Dispnea
b. Sulit bicara
c. ortopnea
2. Objektif
a. Gelisah
b. Sianosis
c. Bunyi napas menurun
2.  Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Defenisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
b. Penyebab
- Spasme jalan napas
- Hipersekresi jalan napas
- Disfungsi neuromuscular
- Benda asing dalam jalan napas
- Adanya jalan napas buatan
- Sekresi yang tertahan
- Hiperplasia dinding jalan napas
- Proses infeksi
- Respon alergi
- Efek agen farmakologis (mis.anestesi)

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 15
c. Batasan karakteristik
Gejala dan tanda mayor
Objektif:
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
- Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
- Dispnea
- Sulit bicara
- Ortopnea
Objektif :
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah
3. Resiko gangguan integritas kulit/ jaringan
Defenisi : beresiko mengalami kerusakan kulit atau jaringan
Faktor risiko:
- Prubahan sirkulasi
- Perubahan status nutrisi
- Kekurangan atau kelebihan volume cairan
- Penurunan monbilitas
- Suhu lingkungan yang ekstrem
- Terapi radiasi
- Kelembaban
- Perubahan hormonal
4. Risiko infeksi

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 16
Defenisi : beresiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik
Faktor resiko :
- Penyakit kronis
- Efek prosedur invasive
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan orgaisme pathogen lingkungan
- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
Kondisi klinis terkait : AIDS, luka bakar, PPOK, diaetes mellitus
tindakan invasif, kondisi peggunaan terapi steroid, penyalahgunaan
obat, KPSW, kanker, gagal ginjal, immunosupresi, lymphedema,
leukositopenia, gangguan fungsi hati
5. Risiko jatuh
Defenisi : beresiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan
kesehatan akibat terjatuh
Factor risiko :
- Riwayat jatuh
- Anggota gerak bawah prosthesis
- Penggunaan alat bantu berjalan
- Penurunan tingkat kesadaran
- Kekuataan otot menurun
- Gangguan keseimbangan
- Lingkungan tidak aman
6. Defisit nutrisi
Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Penyebab :
- Kurangnya supan makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Ketidakmampuan mencerna makanan

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 17
- Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
- Peningkatan kebuuthan metabolism
- Faktor ekonomi
- Faktor psikologis
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : -
Gejala dan tanda minor :
Objektif : berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
ideal
Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/ nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin
menurun, rambut rontok berlebihan, diare
7. Ketidakmampuan koping keluarga
Defenisi : perilaku orang terdekat yang membatasi kemampuan dirinya
dan klien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi
klien
Penyebab :
- Hubungan keluarga ambivalen
- Pola koping yang berbeda diantara klien dan orang terdekat
- Resistensi keluarga terhadap perawatan atau pengobatan
kompleks
- Ketidakmampuan oeang terdekat mengungkapkan perasaan
C. Intervensi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif 
Pemantauan respirasi
Observasi
- Monitor saturasi oksigen

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 18
R/ menilai persentase oksigen di perifer
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
R/ menilai adanya zat padat, cair yang menutupi jalan napas
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
R/ menilai kondisi pasien yang membutuhkan pemantauan
lebih sering
- Dokumentasikan hasil pemantauan
R/ sebagai laporan atas tindakan yang telah dilakukan
perawat
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
R/ Edukasi bagi keluarga dan pasien mengenai tindakan
yang dilakukan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
R/ sebagai informasi bagi pasien dan keluarga mengenai
kondisinya
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Manajemen jalan napas
Observasi
- Monitor pola nafas
R/ Mengkaji jenis pernapasan pasien
- Monitor bunyi napas tambahan
R/ Mengkaji abnormalitas pernapasan
Terapeutik
- Posisikan semi fowler atau fowler
R/ Mempertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan minum hangat
R/ Memudahkan penegeluaran sekresi dahak
- Berikan oksigen, jika perlu
R/ Membantu memudahkan proses pernapasan

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 19
Edukasi :
- Ajarkan teknik batuk efektif
R/ Membantu mengedukasi pasien dalam pengeluran dahak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, (jika perlu)
R/ Membantu pengeluaran dahak
3. Risiko gangguan integritas kulit/ jaringan
Pencegahan Infeksi :
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang
organisme patogenik
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4.  Resiko Infeksi
Pencegahan Infeksi :
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang
organisme patogenik
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
Edukasi

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 20
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
5. Risiko Jatuh
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendkes
- Jadwalkan pendkes sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Anjutrkan selalu mengawasi bayi
- Anjurkan tidak meninggalkan bayinya sendiri
- Anjurkan menjauhkan benda yang beresiko membahayakan
bayi
- Anjurkan memasang penghalang pada sisi tempat tidur
- Anjurkan menutup sumber listrik yang terjangkau bayi
- Anjurkan tidak meletakkan bayi pada tempat tidur yang
tinggi
6. Defisit Nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
Terapeutik
- Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 21
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah alori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
7. Ketidakmampuan Koping keluarga
Observasi
- Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
- Identifikasi beban prognosis secara fisiologi
- Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah
pulang
Terapeutik
- Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
- Diskusikan rencana medis dan perawatan
- Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
Edukasi
- Informasikan kemajuan pasien secara bwerkala
- Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
- Rujuk untuk terapi keluarga

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 22
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 8 .Jakarta :
EGC
Kosim. M.S., 2010. Deteksi Dini Dan anajemen Gangguan Napas Pada Neonatus
Sebagai Aplikasi P O N E K (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif). Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi/ FK
UNDIP Semarang
Nur .A ., dkk. 2010. Pemberian Surfaktan Pada Bayi Prematur Dengan
Respiratory Distress Syndrome. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK.
Unair/RSUD Dr. Soetomo
Suriadi dan Yuliani, R. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1 Jakarta :
CV Sagung Seto
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 23
Ketidakmamp
uan koping
keluarga

Risiko Jatuh
Risiko
Infeksi

Defisit
nutrisi

Pola napas
tidak efektif

Bersihan jalan
napas tidak efektif

Siti Hasmi Hasanuddin, 70900119005


Profesi Ners Uin Am Ang. 15 24

Anda mungkin juga menyukai