Anda di halaman 1dari 12

PRO DAN KONTRA PEMBAGIAN KONDOM GRATIS

KEPADA MASYARAKAT
BPN ISMKI 16:18
Minggu, 6 April 2014, sebuah acara yang unik telah digelar di Ruang Teater Widya Sabha Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana pagi tadi. Acara ini adalah Talkshow "Pro dan Kontra Pembagian Kondom
Gratis kepada Masyarakat". Talkshow ini diselenggarakan oleh Kelompok Mahasiswa Peduli AIDS (KMPA)
FK Unud. Talkshow ini mengusung tema "Open Up Your Mind and Defend Yourself".

Talkshow ini diselenggarakan mengingat banyaknya kritikan dari masyarakat terhadap pembagian kondom
gratis yang dilakukan oleh beberapa instansi. Sesungguhnya ketika berbicara masalah kondom tentu stigma
yang berkembang sangat beragam. Bahkan dapat ditangkap bahwa kondom identik dengan seks bebas
sehingga bermakna negatif. Menyikapi hal itu, KMPA FK Unud menyelenggarakan acara yang membuka
wawasan ini untuk memahami apa sesungguhnya kondom itu, apa fungsinya, apa pandangan masyarakat
tentang kondom, dan efektifitas pembagian kondom secara gratis ke masyarakat.

Acara ini berlangsung ramai dengan diikuti oleh lebih dari 200 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana yang tergabung sebagai Calon Anggota (CA) KMPA. Talkshow ini menghadirkan tiga orang
pembicara yaitu Dr. I Made Oka Negara, FIAS dari Staff Pengajar Bagian Andrologi dan Seksologi FK Unud
sebagai praktisi bidang kesehatan, I Ketut Sukanata, SH sebagai wakil dari KPA (Komisi Penanggulangan
AIDS), dan I Gusti Putu Suwana, S.Ag, M.Si dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali sebagai
praktisi bidang budaya dan keagamaan.

Suasana Ruang Teater Widya Sabha FK Unud saat talkshow berlangsung.

Mengenai pro dan kontra di masyarakat mengenai pembagian kondom secara gratis, pembicara pertama, I
Gusti Putu Suwana, S.Ag, M.Si mengungkapkan bahwa salah satu kendalanya adalah stigma di masyarakat
yang menganggap kondom sebagai hal negatif. Hal ini tampak berbeda di negara barat, dimana penduduknya
lebih rasional dan tidak memiliki kontrol sosial yang ketat. Banyak organisasi dan LSM di Indonesia
menganggap pembagian kondom adalah tidak efektif dan hanya melegalkan hubungan seks bebas di
masyarakat. Diakuinya bahwa pembagian kondom secara bebas oleh pemerintah dilakukan karena pemerintah
ingin menekankan pentingnya kesehatan reproduksi dan menekan kehamilan dengan cara yang instan.
Memang, dalam pelaksanaannya metode pembagian kondom yang digunakan masih belum cocok dengan
seluruh elemen masyarakat sehingga masyarakat menjadi sensitif. Bagi masyarakat yang teredukasi, mungkin
mereka tidak terlalu mempermasalahkan mengenai hal ini. Tetapi, masyarakat yang lebih awam akan
menganggap tindakan ini negatif. Menurutnya, metode pembagian kondom ini akan lebih sesuai jika
dipersonalisasi untuk masing-masing kalangan.

I Ketut Sukanata, SH selaku pembicara kedua membenarkan bahwa pemikiran yang berkembang di
masyarakat memang merupakan faktor penting terhadap keberhasilan penggunaan kondom sebagai sarana
pencegahan penularan HIV/AIDS. Menilik dari kegiatan Pekan Kondom Nasional (PKN) yang
diselenggarakan 1-7 Desember 2013 lalu, banyak orang yang menganggap program ini tidak berguna dan
justru memicu keresahan di masyarakat. Sebagai sekedar informasi, PKN diselenggarakan di 12 kota besar di
seluruh Indonesia, menggunakan bus untuk 'blusukan' ke masyarakat, membagikan kondom, dan mengedukasi
mereka. Menurutnya, kontroversi wajar terjadi. Pihak panitia pun dilihatnya memiliki kekurangan dalam ini,
menyusul laporan bahwa pembagian kondom dilakukan secara sembrono, tidak pandang bulu, dan kadang
tidak cukup mengedukasi. Kondom seharusnya dibagikan di tempat khusus, kepada kelompok berisiko tinggi,
dan wajib diikuti edukasi. Inilah faktor-faktor yang mestinya diperhatikan pada kegiatan-kegiatan pembagian
kondom.

Bapak Ketut Sukanata sedang menjelaskan mengenai jenis-jenis kondom.

Pembicara ketiga, yaitu dr. Oka Negara berpandangan bahwa sesungguhnya pembagian kondom secara gratis
tidak terlalu bermasalah baginya, karena tujuannya bagus. Hanya saja, pelaksanaan suatu acara tentu tidak ada
yang sempurna. Bisa saja terjadi kesalahan target operasi, kesalahan prosedur, maupun kesalahan edukasi.
Meski jumlah kesalahan tentu diminimalisasi oleh panitia, masyarakat yang cenderung sensitif akan
membesar-besarkan setiap hal yang tidak sesuai dengan apa yang dianggapnya benar. Generalisasi dari
kesalahan kecil akan membuat pandangan mengenai kegiatan pembagian kondom memburuk dan ditolak oleh
masyarakat. Namun baginya, masyarakat yang menolak menggunakan kondom harus mengetahui terlebih
dahulu seluk beluk kondom itu sendiri. Kondom haruslah dipandang sebagai sebuah alat. Alat ini berfungsi
untuk mencegah kehamilan, mencegah penularan infeksi menular seksual (PMS), dan belakangan kondom
juga dapat disebut sebagai alat pemuas (pleasure). Kebanyakan masyarakat tidak mau berurusan apalagi
membeli kondom karena takut, tidak enak dipakai, malas, dan yang paling utama adalah malu. Padahal, sekitar
90% penggunaan kondom akurat dalam menangani kasus HIV. Sisanya sekitar 10% ketidakakuratan
disebabkan oleh kesalahan penggunaan. Kesalahan yang umum terjadi adalah kondom kadaluarsa, salah
penyimpanan, dan salah pemakaian. Oleh karena itu, sosialisasi mengenai HIV/AIDS dan kondom harus
digencarkan terus menerus. Prinsip ABCDE (Abstinence, Be Faithful, Use Condom, Don't Inject, dan
Education) harus terus dikumandangkan. Pembagian kondom memang merupakan salah satu cara, tetapi
prinsip-prinsip lain seperti Abstinence juga tidak boleh ditinggalkan.

Dr. Oka Negara memberikan demonstrasi cara penggunaan kondom di sela-sela talkshow.

Simpulannya, kontroversi mengenai pembagian kondom akan terus ada sepanjang di masyarakat masih
terdapat perbedaan sudut pandang. Aktivitas pembagian kondom secara gratis perlu ditinjau kembali
pelaksanaannya agar sasarannya dapat tercapai tanpa menimbulkan keresahan. Sosialisasi, diskusi, dan
mekanisme komunikasi lainnya ke masyarakat harus terus dilakukan demi mencegah HIV/AIDS.
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2008

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perkembangan HIV-AIDS

1.1.1 Pengertian HIV-AIDS

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalahsindrom kumpulan


berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat dari kerusakan spesifik sistem
kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV pada manusia (seperti dimuat
dalamhttp://www.id.wikipedia.org).
Berdasarkan definisi yang dikutip dari www.organisasi.org, HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan
AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

1.1.2 Perkembangan HIV-AIDS di Dunia

Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut
UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) sampai dengan akhir 1995, jumlah orang
yang terinfeksi HIV di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus
bayi dan anak-anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000
diantaranya bayi dan anak-anak.
Menurut penjelasan dr. Adi Sasongko dalam artikel yang dimuat di www.petra.ac.id, sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal
akibat AIDS, 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. HIV-AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-
sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan
menurun dari 70 tahun menjadi 40 tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.

1.1.3 Perkembangan HIV-AIDS di Indonesia


Sampai dengan bulan September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang, dengan kelompok umur terbanyak pada usia 20-29 tahun
(47%) dan kelompok wanita sebanyak 27%. Kelompok usia produktif (15-49 tahun) mencapai 87%. Dilihat dari lokasi, kasus terbanyak ditemukan di DKI
Jakarta, Papua dan Riau.
Jumlah kasus yang tercatat diatas adalah menurut catatan resmi yang jauh lebih rendah dari kenyataan sesungguhnya akibat keterbatasan dari
sistem surveilens perangkat kesehatan kita. Permasalahan HIV-AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung es, dimana yang
tampak memang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah sesungguhnya.
Upaya penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia terfokus pada kelompok pekerja seks komersial dan waria, meskipun juga sudah digalakkan
upaya yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu, mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan. Yang masih belum digarap secara memadai
adalah kelompok pekerja di perusahaan yang merupakan kelompok usia produktif.
Proyeksi perkembangan kasus HIV-AIDS di Indonesia, dr. Adi Sasongko menambahkan, diperkirakan akan menembus angka
satu juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola epidemiologis yang ada maka jumlah kasus terbanyak akan ada pada kelompok usia
produktif (patut diingat bahwa pada tahun 2003 Indonesia akan memasuki pasar bebas APEC dan membutuhkan SDM yang tangguh untuk
bersaing di pasar global). Pada kenyataannya setelah tahun 2005, kasus HIV-AIDS terbanyak ditemukan pada pengguna narkoba suntik.

1.2 Penularan HIV-AIDS


1.2.1 Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV-AIDS
Penularan HIV-AIDS dapat melalui :
1. Kontak darah
Contoh : Tranfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb.
2. Cairan semen dan sperma pria
Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb.
3. Cairan vagina pada perempuan
Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dll.
4. Air Susu Ibu / ASI
Contoh : Bayi minum asi dari wanita HIV+, laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan lain sebagainya.
Cairan tubuh yang tidak mengandung HIV pada penderita HIV+ :
1. Air liur/ air ludah/ saliva.
2. Feses/ kotoran/ tinja.
3. Air mata.
4. Keringat.
5. Air seni/ urin.

1.3 Pencegahan penularan HIV-AIDS

Penularan HIV-AIDS yang terbanyak adalah melalui hubungan seksual, maka penularan
HIV-AIDS dapat dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan
hubungan seks yang aman. Pencegahan lainnya yaitu melalui pencegahan kontak darah,
misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, serta pengidap HIV-
AIDStidak boleh menjadi pendonor darah.

Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C-D. A


adalah abstinence, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah be
faithful atau setia artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangan yang sah
saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dilakukan, harus digunakan
alat pencegahan yaitu dengan menggunakan kondom. Serta D (don’t use drugs) artinya
penggunaan narkoba adalah salah satu pintu menuju penularan HIV-AIDS. Hal ini dapat terjadi
misalnya dengan penggunaan jarum suntik bersama-sama.

Dalam laporan ini, penyusun hanya akan membahas tentang salah satu formula
pencegahan di atas, yaitu penggunaan kondom. Saat ini, di Indonesia, telah dilaksanakan
berbagai kampanye untuk memasyarakatkan penggunaan kondom. Selain itu, pemerintah
mencanangkan program legalisasi kondom di seluruh Indonesia. Namun, hal tersebut masih
mendapat hambatan dari berbagai pihak.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Sejarah Kondom
2.1.1 Definisi Kondom

Kondom adalah alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk


mencegah kehamilan, mengatur jarak lahir dan penularanpenyakit kelamin pada
saat bersenggama. Kondom dibagi 2 jenis yaitu untuk pria dan wanita serta biasa
terbuat dari karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin dalam
keadaan ereksi sebelum bersenggama.

2.1.2 Sejarah Kondom


Sejak masa sebelum masehi, kondom merupakan salah satu alat pengaman yang digunakan dalam berhubungan seksual. Pada
saat itu kondom terbuat dari usus biri-biri yang diolah dengan hati-hati dan dibuat secara manual dan eksklusif. Alat ini bisa digunakan lagi
setelah dicuci dan direndam dalam larutan susu panas. Periode perkembangan kondom (seperti dimuat dalam http://www.kondomku.com):
1. Tahun 1000 sebelum Masehi, orang mesir kuno menggunakan linen untuk bahan pembuatan kondom yang digunakan untuk mencegah
penyakit.
2. Tahun 100-200 Masehi, pemakaian kondom diawali melalui lukisan berupa pemandangan gua di Combrelles, Perancis.
3. Tahun 1500-an, di Italia, awal dari publikasi berupa deskripsi dan pencobaan kondom yang digunakan untuk mencegah penyakit dengan
pemberian kondom berbahan dasar linen kepada 1100 pria. Hasil dari pemberian serta pemakaian kondom tersebut banyak dari
mereka yang tidak terjangkit penyakit sifilis. Setelah kejadian itu kondom digunakan sebagai alat pencegah kehamilan dengan cara
kondom yang terbuat dari linen dibasahi dengan cairan kimia,direndam, kemudian dikeringkan dan dikenakan pada pria, fungsinya
adalah untuk mematikan sperma.

4. Tahun 1700-an, kondom dibuat menggunakan usus binatang. Penggunaan usus


binatang membuat harga kondom lebih mahal, dan membuat image bahwa kondom
adalah ”baju baja” melawan kesenangan dan ”jaring laba-laba” mencegah infeksi.

5. Tahun 1984, Goodyear dan hancock melakukan pembuatan kondom secara masal
dengan penggunaan karet yang divulkanisasi untuk membalikkan karet kasar ke
elstisitas yang kuat.

6. Tahun 1861, kondom mulai dipublikasikan di Amerika Serikat melalui majalah New
York Times.

7. Tahun 1880, kondom dibuat dari bahan lateks dan baru digunakan secara luas pada
tahun 1930-an.

8. Tahun 1935, Amerika Serikat setiap harinya memproduksi sekitar satu setengah juta
kondom.

9. Tahun 1980-1990, pasaran kondom di Amerika Serikat didominasi oleh pabrik


kondom setempat. Tetapi pada tahun 1987, kondom produksi jepang “KIMONO”
masuk pasar Amerika dengan bahan pembentuk kondom yang relatif lembut dan
tipis dengan menekankan image bahwa kesenangan sama pentingnya dengan
pencegahan.

10. Tahun 1990, kondom dibuat dengan bahan polyurethane.

11. Tahun 1993, kondom dengan bahan lateks diproduksi sejumlah delapan koma lima
juta miliar per tahunnya.

Pada saat ini kesadaran tentang pentingnya penggunaan kondom bagi masyarakat kalangan menengah atas lebih tinggi
dibandingkan masyarakat kalangan menengah bawah. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena keterbatasan jumlah kondom yang ada
yang membuat kondom masih belum terjangkau dengan efektif oleh masyarakat kalangan menengah bawah. Selain itu juga adanya budaya
masyarakat yang masih kental tentang mitos-mitos yang membentuk persepsi yang buruk terhadap kondom.

2.2 Kebijakan Pemerintah Daerah Terkait dengan Legalisasi Kondom

Dengan bergulirnya fenomena penyebaran HIV hampir di seluruh wilayah Indonesia,


pemerintah daerah di setiap provinsi berusaha untuk mencari jalan keluar guna
mencegah penyebaran virus tersebut lebih lanjut. Jalan keluar yang dimaksud adalah
pembuatan kebijakan-kebijakan maupun program-program pencegahan penyebaran
HIV-AIDS. Hal tersebut sejalan dengan instruksi Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla
dalam sambutannya di acara puncak peringatan Hari AIDS Sedunia di Istana Wapres (1
Desember 2006 lalu). Beliau secara terbuka memberikan instruksi kepada seluruh
pemerintah daerah untuk melakukan kampanye kondom, misalnya, meskipun cara ini
kemungkinan dinilai tidak populis di masyarakat.

Salah satu provinsi yang menjalankannya adalah Provinsi Kepulauan Riau.


Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia Daerah (KPAID) Provinsi KepRi menggelar
100% pemakaian kondom di lokalisasi. Ketua KPAID KepRi yang juga menjabat
sebagai Wakil Gubernur KepRi, M Sani, mengemukakan bahwa program pencanangan
100% pemakaian kondom di lokalisasi bertujuan menekan laju penyebaran HIV-AIDS
yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurutnya, program tersebut akan
dibuka secara resmi di lokalisasi Tanjung Pandan, Kabupaten Tanjung Balai Karimun,
Provinsi Kepri.

Selain itu, pemerintah daerah Papua telah melaksanakan kampanye kondom


sejak tahun 2003. Kampanye tersebut sering dilakukan oleh para LSM maupun Komisi
Penanggulangan HIV-AIDS (KPAD) Papua. Menurut Wakil Gubernur Provinsi Papua,
Drh. Constant Karma, LSM-LSM melakukan kampanye dengan cara mendistribusikan
kondom di tempat-tempat yang termasuk berisiko tinggi penyebaran HIV-AIDS.
Selanjutnya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih jauh menjelaskan cara
penyebaran, pencegahan, penanggulangan dan akibat apabila terinfeksi HIV dengan
tujuan masyarakat menjadi sadar dan ikut membantu pemerintah mencegah serta
memberantas HIV-AIDS di Papua. Di wilayah lain, Pemerintah daerah Bali melalui
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat merencanakan proyek percontohan
pelaksanaan supervisi ketat lokasi risiko tinggi penularan HIV di sejumlah kabupaten.
Supervisi ketat itu berupa pengawasan kesehatan pekerja seks dan pelanggannya
secara rutin, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, LSM, dan desa pekraman/adat
setempat. Hal ini dilaksanakan karena para pria pelanggan pekerja seks di lokasi
prostitusi kerap melakukan hubungan seks tanpa kondom sehingga berisiko
menularkan HIV-AIDS kepada pasangan seksnya.

Pemerintah pusat, melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional


(BKKBN), juga berupaya menekan laju penyebaran HIV-AIDS. BKKBN menempatkan
sejumlah ‘vending machine’ kondom (ATM Kondom) di lokasi-lokasi tertentu. ATM
Kondom hanya ditempatkan di tiga jenis lokasi terpilih, yaitu di Klinik KB, termasuk di
sejumlah perkantoran yang ada Klinik KB, di rumah sakit dan LSM peduli AIDS agar
orang dengan HIV-AIDS dapat mengakses serta di lokalisasi. Menurut Kepala BKKBN
dr. Sumarjati Arjoso, SKM, seperti dimuat dalam situs www.bkkbn.go.id, ketiga tempat
itu sudah sangat spesifik, sehingga tidak mudah dijangkau oleh mereka yang tidak
sepatutnya memanfaatkan alat itu. Untuk memperoleh kondom dengan tiga-empat
pilihan rasa, peminat cukup memasukkan koin sebanyak Rp 1.500. Ketika uang koin
dimasukkan, pembeli tinggal memilih kondom mana yang diinginkannya.
Dari sumber yang penulis dapatkan, ATM Kondom telah didistribusikan ke tujuh
provinsi di Indonesia, antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta,
Bali, Sulawesi Selatan (Makassar, Tana Toraja, Luwu Timur), dan Papua. Di
Banyuwangi (Jatim), misalnya, pemda setempat meminta tambahan enam ’vending
machine’ kondom, dari 10 yang sudah ada. Sementara itu, Pemda Papua meminta
berapapun yang dimiliki BKKBN Pusat.

Sebagai contoh, di DI Yogyakarta, ada tiga ATM yang diberikan pemerintah


melalui BKKBN. ATM itu rencananya ditempatkan di Klinik KB RS Dr Sardjito, Klinik
Perusahaan GE Lighting Sleman, dan untuk keperluan sosialisasi BKKBN. Menurut
Dra. Anik Rahmani, MS, Kepala BKKBN DIY, seperti yang dikutip
dari www.mmdnews.wordpress.com, menjelaskan perihal penempatan ATM Kondom
yang tidak sembarangan dan untuk penggunaannya pun melalui rekomendasi dan di
bawah pengawasan dokter. Di Bali, sebagai pulau yang sering dikunjungi wisatawan
asing maupun domestik, telah ditempatkan dua ATM oleh pemda setempat yang
kemungkinan akan ditambah lagi menjadi enam ATM Kondom di daerah pariwisata.

2.3. Pro Kontra Terhadap Legalisasi Kondom

Legalisasi kondom di Indonesia mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat.


Ada yang menyetujui pelaksanaan legalisasi kondom, namun ada pula masyarakat
yang tidak menyetujui program penanggulangan HIV-AIDS ini.

2.3.1 Pihak yang Menyetujui Legalisasi Kondom dalam Pencegahan HIV-AIDS

Jepang dan Thailand mendukung adanya legalisasi kondom, bahkan Malaysia


dan Iran pun mendukung legalisasi kondom. Mereka termasuk dalam kategori negara
dengan sebaran HIV-AIDS terbanyak. Di Indonesia sendiri, sudah ada keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia melalui Surat keputusan
Skep 68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di tempat
kerja. Salah satu upaya yang digunakan dalam menjalankan keputusan tersebut adalah
dengan memberikan kondom secara gratis atau dengan menyediakan ATM kondom di
beberapa wilayah di Indonesia. Direktur Pelayanan Kesehatan Yayasan Kusuma
Buana, Adi Sasongko, sangat mendukung adanya legalisasi kondom tersebut.

Studi meta analisis terhadap 174 studi dengan 116,735 peserta yang hasil
penelitiannya dipublikasikan dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes,
edisi Maret 2006 tentang ”Kondom dan Pencegahan HIV” menyimpulkan bahwa,
kampanye pemakaian kondom sama sekali tidak ada hubungannya dengan analogi
mendorong untuk berhubungan seks dini atau hubungan seks berganti-ganti
pasangan.[1] Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa informasi tentang kondom
memotivasi perubahan perilaku dan frekuensi hubungan seks yang dilakukan.

Ada beberapa fakta yang menunjukkan keefektifan kondom dalam mencegah


HIV-AIDS, diantaranya laporan New England Journal of Medicine, 11 Agustus 1994
yang melaporkan hasil penelitian selama dua tahun pada 245 pasangan diskordan (dari
setiap pasangan maka salah satunya HIV+). Hasilnya, pada 124 pasangan yang
konsisten memakai kondom dalam setiap hubungan seks tidak ditemukan adanya
penularan (transmisi) HIV. Pada 121 pasangan lainnya yang tidak konsisten
menggunakan kondom ditemukan penularan HIV pada 12 orang.

Fakta lain, di negara Thailand, program penanggulangan HIV melalui


penyediaan kondom dan pengobatan penyakit menular seksual (PMS) yang dimulai
pada tahun 1989, berhasil menurunkan tingkat penularan HIV sebesar 83%. Ada pula
riset yang menyatakan bahwa risiko penularan HIV dengan penggunaan kondom
berkurang sampai 10 ribu kali lipat (Carey et al, 1992; Cavalieri d’Oro et al, 1994;
Weller, 1993). Penelitian di kalangan remaja New York memperlihatkan penurunan
frekuensi hubungan seks dan jumlah pasangan seks dengan program promosi kondom
(Guttmacher S et al dalam American Journal of Public Health, 1997, 87, 1427-1433).

2.3.2 Pihak yang Tidak Menyetujui Legalisasi Kondom dalam Pencegahan HIV-AIDS

Program legalisasi kondom mendapat hambatan dari pihak-pihak yang masih


konsisten dalam memperjuangkan terjaganya nilai-nilai moral. Bagi mereka, kampanye
kondom tak lebih dari kampanye untuk melegalkan sex bebas. ATM kondom ini akan
membuka peluang terjadinya legalisasi free sex khususnya di kalangan anak-anak
muda, bahkan hingga legalisasi praktek prostitusi.[2] Hasil jajak pendapat Harian
Seputar Indonesia, tanggal 29 Desember 2005 – 2 januari 2006, dari 600 responden,
24,17% responden (145 orang) menyatakan menolak ATM kondom dengan alasan
legalisasi kondom sama dengan legalisasi sex bebas sementara 136 responden
(22,7%) menyatakan bahwa ATM kondom akan memberi pengaruh negatif pada
generasi muda.[3] Mereka menganggap hal ini dapat memperburuk citra bangsa
Indonesia serta dianggap tidak lagi menjunjung norma ketimuran. Ketakutan ini
dikarenakan betapa mudahnya untuk mengakses ATM kondom termasuk anak di
bawah umur dan penempatannya yang belum begitu jelas.

Menurut Wakil Ketua DPRD Sleman, Ir. Rohman Agus Sukamto, dan anggota
Fraksi PAN, Asyiah Rais, legalisasi kondom akan membawa dampak negatif misalnya
semakin banyaknya penyalahgunaan kondom oleh orang-orang yang tidak seharusnya
menggunakannya. Dengan berbagai kemudahan mendapatkan kondom, anak-anak
muda akan merasa lebih “aman” melakukan seks bebas. Para remaja putri, yang
terjerumus ke dalam pergaulan bebas, tidak akan lagi merasa khawatir hamil atau
tertular HIV/AIDS karena kondom. Bahkan, anak-anak muda yang tadinya tidak pernah
melakukan seks bebas pun akan tergoda dan mulai melakukan seks bebas dengan
berbekal kondom yang sudah bisa didapatkan secara mudah dan bebas. Selain itu,
ATM kondom memudahkannya para hidung belang melakukan hubungan intim dengan
yang bukan pasangannya.

Dari segi teknis dan keilmuan, tingkat keefektifan kondom dipertanyakan.


Alasannya, pori-pori karet lateks yang menjadi bahan pembuatan kondom adalah 1/60
mikron atau 0,003 mm dalam keadaan tidak merenggang, dalam keadaan merenggang,
lebar pori-pori kondom dapat mencapai 10 kali dari 1/60 mikron. Di sisi lain, virus
(HIV/AIDS) berdiameter 1/250 mikron atau 0,000001 mm. Dengan demikian, jelas virus
dapat leluasa menembus pori-pori kondom. Hal ini dibuktikan pada negara-negara barat
yang penyebaran HIV-AIDS tetap tinggi dan terus meningkat meski program serupa
sudah berlangsung lama. Lapisan kondom yang terbuat dari getah lateks tidak
dipercaya mampu mencegah berpindahnya HIV dari orang yang melakukan hubungan
intim.[4]

Hal ini ditambah dengan penelitian yang dilakukan oleh Carey (1992) dari
Division of Physical Sciences, Rockville, Maryland, USA, yang menemukan kenyataan
bahwa HIV dapat menembus kondom. Dari 89 kondom yang diperiksa, ternyata 29
diantaranya terdapat kebocoran atau dengan kata lain tingkat kebocoran kondom
mencapai 30%. Selain itu, Di Indonesia, pada tahun 1996 yang lalu kondom yang
diimpor dari Hongkong ditarik dari peredaran karena 50 persen bocor. Hal inilah yang
menyebabkan masyarakat masih meragukan keampuhan kondom dalam pencegahan
HIV/AIDS. J Mann (1995) dari Harvard AIDS Institute menyatakan bahwa tingkat
keamanan kondom hanya 70%.[5] Laporan dari majalah Customer Reports (1995)
menjelaskan bahwa pori-pori kondom 10 kali lebih besar dari HIV dilihat dengan
mikroskop elektron.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

HIV-AIDS dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks sama sekali
atau melakukan hubungan seks yang aman serta tidak menggunakan narkoba
(bergantian jarum suntik). Namun, apabila sudah menjadi penderita HIV-AIDS, virus
tersebut dapat dicegah penularannya dengan menggunakan kondom saat melakukan
hubungan seks. Penggunaan kondom adalah cara terakhir dalam upaya pencegahan
penularan HIV melalui hubungan seks. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai
upaya untuk sosialisasi penggunaan kondom, masih saja terdapat hambatan-hambatan
yang datang dari berbagai pihak.
3.2 Saran

Agar promosi kondom berjalan dengan baik, diperlukan adanya penyesuaian antara
penyampaian promosi kondom dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan
penduduk setempat. Pelegalisasian kondom di Indonesia dapat berjalan baik apabila
didukung oleh pemerintah melalui pembuatan kebijakan hukum yang mengatur
legalisasi kondom. Adanya dukungan dari berbagai pihak untuk dapat menerima
legalisasi kondom juga dapat mempengaruhi keberhasilan promosi penggunakan
kondom. Masyarakat harus membuka mata bahwa kondom dilegalkan bukan untuk
mendukung seks bebas di Indonesia tetapi pada dasarnya untuk mencegah penularan
HIV-AIDS.

LAMPIRAN

Pertanyaan yang diajukan usai presentasi :


1. a. Bagaimana dukungan pemerintah terhadap kampanye kondom?

Pemerintah sangat mendukung adanya kampanye kondom dan dilegalkannya kondom


di Indonesia, karena kondom dapat mencegah penularan HIV-AIDS melalui hubungan
seksual.

b. Bagaimana cara mengkomunikasikan kampanye kondom kepada masyarakat?

Mengkomunikasikan kampanye kondom ke masyarakat perlu keahlian dan kreativitas


yang tinggi. Setiap lapisan masyarakat memiliki latar belakang pendidikan dan
kebudayaan yang berbeda sehingga kita harus mampu melakukan kampanye kondom
dengan cara yang berbeda disesuaikan latar belakang masyarakat tersebut. Sebagai
contoh, pendidikan seksual dimulai dari lingkungan keluarga, seorang ibu memberikan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kepada anaknya.

2. Jenis kondom wanita?

Jenis kondom pada wanita ada dua jenis, yaitu yang berbentuk tampon, sehingga
pemasangannya pun harus hati-hati dan ada yang berbentuk seperti tissue, cara
memakainya cukup diusapkan saja ke bagian dalam vagina.

3. Seberapa efektif kondom untuk mencegah kehamilan?

Kondom sangat efektif untuk mencegah kehamilan, pori-pori kondom yang sangat kecil
memungkinkannya untuk tidak dapat ditembus oleh air mani dan sperma. Jika
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, kondom sangat mudah digunakan dan
tidak ada kemungkinan efek samping.

4. Sejauh ini, bagaimana keefektifan kebijakan pemerintah mengenai kampanye


kondom?

Kebijakan pemerintah sangat efektif dalam upaya mensosialisasikan kondom ke


tempat-tempat prostitusi, dengan adanya kebijakan maka pembagian kondom
secara gratis di tempat prostitusi menjadi lebih mudah. Menurut sumber yang
penyusun dapatkan, BKKBN pusat telah mendistribusikan sejumlah ATM Kondom
ke beberapa provinsi di Indonesia. Namun, beberapa pemerintah daerah setempat
masih ragu untuk menempatkannya di tempat-tempat yang telah ditentukan karena
terbentur masalah budaya yang menganggap kondom sebagai alat pelegalan seks
bebas.

5. Kebijakan seperti apa yang kuat untuk melegalkan kondom?

Kebijakan mengenai penggunaan kondom yang dibuat seharusnya tidak hanya


dikeluarkan oleh badan eksekutif, tetapi diperkuat juga dengan undang-undang yang
disahkan oleh badan legislatif.
6. Bagaimana pendapat kelompok mengenai ketersediaan ATM kondom di Lembaga
Permasyarakatan?

Ketersediaan ATM kondom di Lembaga Pemasyarakatan sangat diperlukan, karena


terjadi penyimpangan seksual yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan
biologis narapidana. Sampai saat ini ATM Kondom belum tersedia di dalam
Lembaga Pemasyarakatan, hal ini disebabkan karena adanya kebijakan dari otoritas
setempat yang menyulitkan tersedianya ATM kondom. Padahal, dengan adanya
ATM kondom, narapidana dapat dengan mudah mengakses kondom untuk
mencegah risiko perluasan penyebaran HIV-AIDS di Lembaga Pemasyarakatan.

7. Malaysia merupakan salah satu negara Islam di dunia, tetapi mengapa Malaysia
melegalkan kondom?

Malaysia melegalkan kondom karena angka penyebaran HIV-AIDS dari tahun ke


tahun terus meningkat. Maka dari itu, pemerintah setempat membuat regulasi
mengenai pelegalan kondom untuk pencegahan penularan HIV-AIDS.

8. a. Apa dasar pemikiran metode A-B-C-D?

Metode A-B-C-D dibuat berdasarkan pengalaman melalui penelitian empirik yang


dilakukan di masyarakat. Masyarakat yang mampu menahan diri untuk melakukan
hubungan seksual di luar nikah akan sangat mudah melakukan abstinensia.
Selanjutnya, bagi seluruh masyarakat harus setia dengan pasangannya masing-
masing. Namun, ada beberapa golongan masyarakat yang tidak mampu melakukan
kedua hal itu, golongan tersebut harus menggunakan kondom pada setiap
berhubungan seksual untuk mencegah HIV-AIDS. Penggunaan kondom merupakan
cara akhir untuk pencegahan penularan HIV-AIDS melalui hubungan seksual. Selain
itu, penggunaan jarum suntik bergantian oleh pengguna narkoba turut meningkatkan
angka penyebaran penyakit tersebut. Oleh karena itu, disarankan agar tidak
menggunakan narkoba suntik.

b. Jenis masyarakat seperti apa yang dapat menerima kebijakan mengenai


legalisasi kondom?

Masyarakat yang mampu menerima kebijakan mengenai legalisasi kondom adalah


masyarakat yang memiliki pandangan terbuka akan manfaat dari kebijakan tersebut

Anda mungkin juga menyukai