KEPADA MASYARAKAT
BPN ISMKI 16:18
Minggu, 6 April 2014, sebuah acara yang unik telah digelar di Ruang Teater Widya Sabha Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana pagi tadi. Acara ini adalah Talkshow "Pro dan Kontra Pembagian Kondom
Gratis kepada Masyarakat". Talkshow ini diselenggarakan oleh Kelompok Mahasiswa Peduli AIDS (KMPA)
FK Unud. Talkshow ini mengusung tema "Open Up Your Mind and Defend Yourself".
Talkshow ini diselenggarakan mengingat banyaknya kritikan dari masyarakat terhadap pembagian kondom
gratis yang dilakukan oleh beberapa instansi. Sesungguhnya ketika berbicara masalah kondom tentu stigma
yang berkembang sangat beragam. Bahkan dapat ditangkap bahwa kondom identik dengan seks bebas
sehingga bermakna negatif. Menyikapi hal itu, KMPA FK Unud menyelenggarakan acara yang membuka
wawasan ini untuk memahami apa sesungguhnya kondom itu, apa fungsinya, apa pandangan masyarakat
tentang kondom, dan efektifitas pembagian kondom secara gratis ke masyarakat.
Acara ini berlangsung ramai dengan diikuti oleh lebih dari 200 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana yang tergabung sebagai Calon Anggota (CA) KMPA. Talkshow ini menghadirkan tiga orang
pembicara yaitu Dr. I Made Oka Negara, FIAS dari Staff Pengajar Bagian Andrologi dan Seksologi FK Unud
sebagai praktisi bidang kesehatan, I Ketut Sukanata, SH sebagai wakil dari KPA (Komisi Penanggulangan
AIDS), dan I Gusti Putu Suwana, S.Ag, M.Si dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali sebagai
praktisi bidang budaya dan keagamaan.
Mengenai pro dan kontra di masyarakat mengenai pembagian kondom secara gratis, pembicara pertama, I
Gusti Putu Suwana, S.Ag, M.Si mengungkapkan bahwa salah satu kendalanya adalah stigma di masyarakat
yang menganggap kondom sebagai hal negatif. Hal ini tampak berbeda di negara barat, dimana penduduknya
lebih rasional dan tidak memiliki kontrol sosial yang ketat. Banyak organisasi dan LSM di Indonesia
menganggap pembagian kondom adalah tidak efektif dan hanya melegalkan hubungan seks bebas di
masyarakat. Diakuinya bahwa pembagian kondom secara bebas oleh pemerintah dilakukan karena pemerintah
ingin menekankan pentingnya kesehatan reproduksi dan menekan kehamilan dengan cara yang instan.
Memang, dalam pelaksanaannya metode pembagian kondom yang digunakan masih belum cocok dengan
seluruh elemen masyarakat sehingga masyarakat menjadi sensitif. Bagi masyarakat yang teredukasi, mungkin
mereka tidak terlalu mempermasalahkan mengenai hal ini. Tetapi, masyarakat yang lebih awam akan
menganggap tindakan ini negatif. Menurutnya, metode pembagian kondom ini akan lebih sesuai jika
dipersonalisasi untuk masing-masing kalangan.
I Ketut Sukanata, SH selaku pembicara kedua membenarkan bahwa pemikiran yang berkembang di
masyarakat memang merupakan faktor penting terhadap keberhasilan penggunaan kondom sebagai sarana
pencegahan penularan HIV/AIDS. Menilik dari kegiatan Pekan Kondom Nasional (PKN) yang
diselenggarakan 1-7 Desember 2013 lalu, banyak orang yang menganggap program ini tidak berguna dan
justru memicu keresahan di masyarakat. Sebagai sekedar informasi, PKN diselenggarakan di 12 kota besar di
seluruh Indonesia, menggunakan bus untuk 'blusukan' ke masyarakat, membagikan kondom, dan mengedukasi
mereka. Menurutnya, kontroversi wajar terjadi. Pihak panitia pun dilihatnya memiliki kekurangan dalam ini,
menyusul laporan bahwa pembagian kondom dilakukan secara sembrono, tidak pandang bulu, dan kadang
tidak cukup mengedukasi. Kondom seharusnya dibagikan di tempat khusus, kepada kelompok berisiko tinggi,
dan wajib diikuti edukasi. Inilah faktor-faktor yang mestinya diperhatikan pada kegiatan-kegiatan pembagian
kondom.
Pembicara ketiga, yaitu dr. Oka Negara berpandangan bahwa sesungguhnya pembagian kondom secara gratis
tidak terlalu bermasalah baginya, karena tujuannya bagus. Hanya saja, pelaksanaan suatu acara tentu tidak ada
yang sempurna. Bisa saja terjadi kesalahan target operasi, kesalahan prosedur, maupun kesalahan edukasi.
Meski jumlah kesalahan tentu diminimalisasi oleh panitia, masyarakat yang cenderung sensitif akan
membesar-besarkan setiap hal yang tidak sesuai dengan apa yang dianggapnya benar. Generalisasi dari
kesalahan kecil akan membuat pandangan mengenai kegiatan pembagian kondom memburuk dan ditolak oleh
masyarakat. Namun baginya, masyarakat yang menolak menggunakan kondom harus mengetahui terlebih
dahulu seluk beluk kondom itu sendiri. Kondom haruslah dipandang sebagai sebuah alat. Alat ini berfungsi
untuk mencegah kehamilan, mencegah penularan infeksi menular seksual (PMS), dan belakangan kondom
juga dapat disebut sebagai alat pemuas (pleasure). Kebanyakan masyarakat tidak mau berurusan apalagi
membeli kondom karena takut, tidak enak dipakai, malas, dan yang paling utama adalah malu. Padahal, sekitar
90% penggunaan kondom akurat dalam menangani kasus HIV. Sisanya sekitar 10% ketidakakuratan
disebabkan oleh kesalahan penggunaan. Kesalahan yang umum terjadi adalah kondom kadaluarsa, salah
penyimpanan, dan salah pemakaian. Oleh karena itu, sosialisasi mengenai HIV/AIDS dan kondom harus
digencarkan terus menerus. Prinsip ABCDE (Abstinence, Be Faithful, Use Condom, Don't Inject, dan
Education) harus terus dikumandangkan. Pembagian kondom memang merupakan salah satu cara, tetapi
prinsip-prinsip lain seperti Abstinence juga tidak boleh ditinggalkan.
Dr. Oka Negara memberikan demonstrasi cara penggunaan kondom di sela-sela talkshow.
Simpulannya, kontroversi mengenai pembagian kondom akan terus ada sepanjang di masyarakat masih
terdapat perbedaan sudut pandang. Aktivitas pembagian kondom secara gratis perlu ditinjau kembali
pelaksanaannya agar sasarannya dapat tercapai tanpa menimbulkan keresahan. Sosialisasi, diskusi, dan
mekanisme komunikasi lainnya ke masyarakat harus terus dilakukan demi mencegah HIV/AIDS.
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perkembangan HIV-AIDS
Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut
UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) sampai dengan akhir 1995, jumlah orang
yang terinfeksi HIV di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus
bayi dan anak-anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000
diantaranya bayi dan anak-anak.
Menurut penjelasan dr. Adi Sasongko dalam artikel yang dimuat di www.petra.ac.id, sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal
akibat AIDS, 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. HIV-AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-
sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan
menurun dari 70 tahun menjadi 40 tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.
Penularan HIV-AIDS yang terbanyak adalah melalui hubungan seksual, maka penularan
HIV-AIDS dapat dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan
hubungan seks yang aman. Pencegahan lainnya yaitu melalui pencegahan kontak darah,
misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, serta pengidap HIV-
AIDStidak boleh menjadi pendonor darah.
Dalam laporan ini, penyusun hanya akan membahas tentang salah satu formula
pencegahan di atas, yaitu penggunaan kondom. Saat ini, di Indonesia, telah dilaksanakan
berbagai kampanye untuk memasyarakatkan penggunaan kondom. Selain itu, pemerintah
mencanangkan program legalisasi kondom di seluruh Indonesia. Namun, hal tersebut masih
mendapat hambatan dari berbagai pihak.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Sejarah Kondom
2.1.1 Definisi Kondom
5. Tahun 1984, Goodyear dan hancock melakukan pembuatan kondom secara masal
dengan penggunaan karet yang divulkanisasi untuk membalikkan karet kasar ke
elstisitas yang kuat.
6. Tahun 1861, kondom mulai dipublikasikan di Amerika Serikat melalui majalah New
York Times.
7. Tahun 1880, kondom dibuat dari bahan lateks dan baru digunakan secara luas pada
tahun 1930-an.
8. Tahun 1935, Amerika Serikat setiap harinya memproduksi sekitar satu setengah juta
kondom.
11. Tahun 1993, kondom dengan bahan lateks diproduksi sejumlah delapan koma lima
juta miliar per tahunnya.
Pada saat ini kesadaran tentang pentingnya penggunaan kondom bagi masyarakat kalangan menengah atas lebih tinggi
dibandingkan masyarakat kalangan menengah bawah. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena keterbatasan jumlah kondom yang ada
yang membuat kondom masih belum terjangkau dengan efektif oleh masyarakat kalangan menengah bawah. Selain itu juga adanya budaya
masyarakat yang masih kental tentang mitos-mitos yang membentuk persepsi yang buruk terhadap kondom.
Studi meta analisis terhadap 174 studi dengan 116,735 peserta yang hasil
penelitiannya dipublikasikan dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes,
edisi Maret 2006 tentang ”Kondom dan Pencegahan HIV” menyimpulkan bahwa,
kampanye pemakaian kondom sama sekali tidak ada hubungannya dengan analogi
mendorong untuk berhubungan seks dini atau hubungan seks berganti-ganti
pasangan.[1] Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa informasi tentang kondom
memotivasi perubahan perilaku dan frekuensi hubungan seks yang dilakukan.
2.3.2 Pihak yang Tidak Menyetujui Legalisasi Kondom dalam Pencegahan HIV-AIDS
Menurut Wakil Ketua DPRD Sleman, Ir. Rohman Agus Sukamto, dan anggota
Fraksi PAN, Asyiah Rais, legalisasi kondom akan membawa dampak negatif misalnya
semakin banyaknya penyalahgunaan kondom oleh orang-orang yang tidak seharusnya
menggunakannya. Dengan berbagai kemudahan mendapatkan kondom, anak-anak
muda akan merasa lebih “aman” melakukan seks bebas. Para remaja putri, yang
terjerumus ke dalam pergaulan bebas, tidak akan lagi merasa khawatir hamil atau
tertular HIV/AIDS karena kondom. Bahkan, anak-anak muda yang tadinya tidak pernah
melakukan seks bebas pun akan tergoda dan mulai melakukan seks bebas dengan
berbekal kondom yang sudah bisa didapatkan secara mudah dan bebas. Selain itu,
ATM kondom memudahkannya para hidung belang melakukan hubungan intim dengan
yang bukan pasangannya.
Hal ini ditambah dengan penelitian yang dilakukan oleh Carey (1992) dari
Division of Physical Sciences, Rockville, Maryland, USA, yang menemukan kenyataan
bahwa HIV dapat menembus kondom. Dari 89 kondom yang diperiksa, ternyata 29
diantaranya terdapat kebocoran atau dengan kata lain tingkat kebocoran kondom
mencapai 30%. Selain itu, Di Indonesia, pada tahun 1996 yang lalu kondom yang
diimpor dari Hongkong ditarik dari peredaran karena 50 persen bocor. Hal inilah yang
menyebabkan masyarakat masih meragukan keampuhan kondom dalam pencegahan
HIV/AIDS. J Mann (1995) dari Harvard AIDS Institute menyatakan bahwa tingkat
keamanan kondom hanya 70%.[5] Laporan dari majalah Customer Reports (1995)
menjelaskan bahwa pori-pori kondom 10 kali lebih besar dari HIV dilihat dengan
mikroskop elektron.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV-AIDS dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks sama sekali
atau melakukan hubungan seks yang aman serta tidak menggunakan narkoba
(bergantian jarum suntik). Namun, apabila sudah menjadi penderita HIV-AIDS, virus
tersebut dapat dicegah penularannya dengan menggunakan kondom saat melakukan
hubungan seks. Penggunaan kondom adalah cara terakhir dalam upaya pencegahan
penularan HIV melalui hubungan seks. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai
upaya untuk sosialisasi penggunaan kondom, masih saja terdapat hambatan-hambatan
yang datang dari berbagai pihak.
3.2 Saran
Agar promosi kondom berjalan dengan baik, diperlukan adanya penyesuaian antara
penyampaian promosi kondom dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan
penduduk setempat. Pelegalisasian kondom di Indonesia dapat berjalan baik apabila
didukung oleh pemerintah melalui pembuatan kebijakan hukum yang mengatur
legalisasi kondom. Adanya dukungan dari berbagai pihak untuk dapat menerima
legalisasi kondom juga dapat mempengaruhi keberhasilan promosi penggunakan
kondom. Masyarakat harus membuka mata bahwa kondom dilegalkan bukan untuk
mendukung seks bebas di Indonesia tetapi pada dasarnya untuk mencegah penularan
HIV-AIDS.
LAMPIRAN
Jenis kondom pada wanita ada dua jenis, yaitu yang berbentuk tampon, sehingga
pemasangannya pun harus hati-hati dan ada yang berbentuk seperti tissue, cara
memakainya cukup diusapkan saja ke bagian dalam vagina.
Kondom sangat efektif untuk mencegah kehamilan, pori-pori kondom yang sangat kecil
memungkinkannya untuk tidak dapat ditembus oleh air mani dan sperma. Jika
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, kondom sangat mudah digunakan dan
tidak ada kemungkinan efek samping.
7. Malaysia merupakan salah satu negara Islam di dunia, tetapi mengapa Malaysia
melegalkan kondom?