Anda di halaman 1dari 4

MALARIA

No.Dokumen: 087/PKM/SOP/UK
M/I/2018
SOP
No. Revisi : 0/0
Tgl Terbit : 10/1/2018
Halaman : 1/2

UPT
dr. Siti
PUSKESMAS
Mulhaidah
NYOMPOK
NIP.19780310.20
KECAMATAN
1001.2.010
KOPO
1. Pengertian Malaria adalah merupakan suatu penyakit infeksi akut
maupun kronik yang disebabkan oleh parasit
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk eseksual dalam darah,
dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan
pembesaran limpa.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
pengobatan pasien dengan Malaria.

3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Nyompok


Kecamatan Kopo Nomor 800/086/PKM/I/2018 tentang
Pelayanan klinis.
4. Referensi Standar Prosedur Oprasional (SPO) Permenkes No. 5
Tahun 2014.

1. Langkah- Penatalaksanaan
langkah a. Pengobatan malaria falsiparum
Lini pertama : dengan Fixed Dose Combination =
FDC yang terdiri dari Dihydroartemisin (DHA) +
Piperakuin (DHP) tiap tablet mengandung 40 mg
Dihydroartemisin dan 320 Piperkuin.
Keluhan demam hilang timbul, saat
demam hilang diserati dengan menggigil,
berkeringat, dapat disertai dengan sakit
kepala, nyeri otot dan persendian, nafsu
makan menurun, sakit perut, mual muntah,
dan diare.

a. Rasa gatal pada kulit


b. Pada infeksi sedang dapat menimbulkan
gejala seperti di tusuk-tusuk di daerah
epigastrium dan tidak menjalar.
c. Mual
d. Muntah
e. Diare dan konstipasi saling bergantian
Faktor resiko :
a. Kurangnya penggunaan jamban
b. Tanah yang terkontaminasi dengan
tinja yang mengandung larva
strongyloides stercoralis
c. Penggunaan tinja sebagai pupuk
d. Tidak menggunakan alas kaki saat
bersentuhan dengan tanah
2. Hasil pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik
Timbul kelainan pada kulit “creefing
eruption” berupa papul eritema yang
menjalar dan tersusun linear atau
berkelok-kelok menyerupai benang dengan
kecepatan 2 cm perhari. Predileksi
penyakit ini terutama pada daerah telapak
kaki, bokong, genital dan tangan
b. Pemeriksaan generalis : nyeri epigastrium
Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan laboraturium mikroskofik :
menemukan larva rabditiform dalam tinja
segar, atau menemukan cacing dewasa
strongyloides stercolaris.
b. Pemeriksaan laboraturium darah : dapat
ditemukan eosinofilia atau
hipereosinopilia, walaupun pada banyak
kasus jumlah sel eosinofilia normal
3. Penegakan diagnosis
Diagnosa klinis dilakukan dengan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditemukannya
larva atau cacing dalam tinja
4. Penatalaksanaan
a. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
antaralain:
1. Menggunakan jamban keluarga
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas.
3. Menggunakan alaskaki
4. Hindari penggunakan pupuk dengan tinja

6. Unit 1. Poli umum


Terkait 2. Poli KIA
3. UGD

7. Dokumen
Terkait
8. Rekam
Historis
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai

  • RTL
    RTL
    Dokumen8 halaman
    RTL
    iin afriyani
    Belum ada peringkat
  • Kunj Neonatus Resti
    Kunj Neonatus Resti
    Dokumen3 halaman
    Kunj Neonatus Resti
    iin afriyani
    Belum ada peringkat
  • PKP PKPR
    PKP PKPR
    Dokumen190 halaman
    PKP PKPR
    iin afriyani
    Belum ada peringkat
  • SKRIPSI
    SKRIPSI
    Dokumen103 halaman
    SKRIPSI
    iin afriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    iin afriyani
    Belum ada peringkat