Anda di halaman 1dari 88

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN LINGKUNGAN


TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Utama Promosi dan Perilaku Kesehatan

Oleh
SARTIKA KUSUMASTUTI
S021308074

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2015
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Sartika Kusumastuti. S021308074. Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan


terhadap Perilaku Seksual pada Remaja. TESIS. Pembimbing I: Dr. Uki Retno
Budihastuti,dr.,Sp.OG(K), Pembimbing II: Dr. Adi Prayitno, drg.,M.Kes. Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Latar Belakang: Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yaitu personal,
lingkungan, perilaku individu. Masa remaja adalah masa peralihan yaitu masa yang
rentan terhadap pengaruh negative seperti perilaku seksual. Tujuan penelitian ini untuk
menjelaskan pengaruh faktor personal dan lingkungan terhadap perilaku seksual pada
remaja di SMA Negeri 1 Bergas Kabupaten Semarang.
Subyek dan Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Sampel diambil dari murid SMA Negeri 1 Bergas
Kabupaten Semarang sebanyak 159 subjek penelitian setelah dilakukan uji L-MMPI,
dengan metode kuesioner di teliti variabel pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,
IMS dan HIV/AIDS, sikap terhadap seksualitas, efikasi diri, pengaruh teman sebaya,
pengawasan orang tua, serta akses informasi. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil: Terdapat pengaruh positif dan signifikan pengetahuan terhadap kesehatan
reproduksi, IMS dan HIV/AIDS terhadap perilaku seksual pada remaja (B= 0.16; CI=
95% 0.04 hingga 0.28; p= 0.008), sikap terhadap seksualitas terhadap perilaku seksual
pada remaja (B= 0.13; CI= 95% 0.00 hingga 0.27; p= 0.047), efikasi diri terhadap
perilaku seksual pada remaja (B= 0.23; CI= 95% 0.10 hingga 0.37; p= 0.001), pengaruh
teman sebaya terhadap perilaku seksual pada remaja (B= 0.22; CI= 95% 0.09 hingga
0.43; p= 0.001), pengawasan orang tua terhadap perilaku seksual pada remaja (B= 0.15;
CI= 95% 0.01 hingga 0.28; p= 0.030), akses informasi terhadap perilaku seksual pada
remaja (B= 0.07; CI= 95% 0.01 hingga 0.14; p= 0.016).
Kesimpulan: Semakin positif nilai faktor personal dan faktor lingkungan, maka
semakin positif perilaku seksual pada remaja.

Kata Kunci: pengetahuan, sikap, efikasi diri, teman sebaya, orang tua, akses informasi

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Sartika Kusumastuti. S021308074. Effect of Personal and Environmental Factors


on Sexual Behavior in Adolescents. THESIS. Supervisor: Dr. Uki Retno Budihastuti,
dr.,Sp.OG(K), Supervisor II: Dr. Adi Prayitno,drg.,M.Kes. Public Health Science
Program. University of Sebelas Maret Surakarta.

Background: Many factors influence the sexual behavior that is personal, environment,
individual behavior. Adolescence is the period of transition that is susceptible to
negative influences such as sexual behavior. The purpose of this research is to explain
the personal factors and environmental influences on sexual behavior in adolescents in
SMA Negeri 1 Bergas Semarang Kabupaten Semarang.
Subjects and Methods: This type of research is observational analytic with cross
sectional approach. Samples taken from the student SMAN 1 Bergas Kabupaten
Semarang as much as 159 research subjects after L-MMPI test, with a thorough
questionnaire method in the variable knowledge about reproductive health, STIs and
HIV/AIDS, attitudes towards sexuality, self-efficacy, peer influence, supervision
parents, as well as access to information. Data were analyzed using multiple linear
regression.
Result: There is a positive and significant impact of knowledge on reproductive health,
STDs and HIV/AIDS on sexual behavior in adolescents (B= 0.16; 95% CI= 0.04 to
0.28; p= 0.008), attitude toward sexuality sexual behavior in adolescents
(B= 0.13; CI= 95% 0.00 to 0.27; p= 0.047), self-efficacy against sexual behavior in
adolescents (B= 0.23; 95% CI= 0.10 to 0.37; p= 0.001), the influence of peers on sexual
behavior in adolescents (B= 0.22; 95% CI= 0.09 to 0.43; p= 0.001), the supervision of
parents on sexual behavior in adolescents (B= 0.15; 95% CI= 0.01 to 0.28; p= 0.030),
access information on sexual behavior in adolescents (B= 0.07; 95% CI= 0.01 to 0.14;
p= 0.016).
Conclusion: The more positive the value of personal factors and environmental factors,
the more positive sexual behavior in adolescents.

Keywords: knowledge, attitudes, self-efficacy, peers, parents, access to information

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:


1. Tesis yang berjudul: “Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan terhadap Perilaku
Seksual pada Remaja” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat
karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan
sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di
dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya
bersedia menerima sangsi, baik Tesis beserta gelar magister saya dibatalkan serta
diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan ini Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus
menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya.
Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya
bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta,
Mahasiswa

Sartika Kusumastuti
S021308074

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana atas karunia dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan panyusunan Tesis dengan judul “Pengaruh
Faktor Personal dan Lingkungan Terhadap Perilaku Seksual Pada Remaja”. Tesis ini
dapat penulis selesaikan berkat adanya bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Kasidi, Drs., M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Bhisma Murti, dr., M.PH, M.Sc., PhD selaku Kepala Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., SpOG (K), selaku dosen pembimbing I Tesis yang
telah memberikan bimbingan, masukan dan petunjuk dalam penyusunan Tesis ini.
5. Dr. Adi Prayitno, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing II Tesis yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan petunjuk dalam penyusunan Tesis ini.
6. Bapak, ibu, adik, suami serta anak tercinta yang senantiasa memberikan doa,
dukungan moral dan materiil sehingga karya ilmiah ini terselesaikan.
7. Teman-teman yang tercinta Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan inspirasi dan
menggugah semangat hingga karya ilmiah ini terselesaikan.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan dorongan hingga saya mampu untuk selalu menampilkan yang terbaik
dari segala tanggung jawab yang diberikanNya.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


karya ilmiah ini, karena keterbatasan kemampuan penulis, akhir kata penulis berharap
mudah-mudahan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Surakarta, Februari 2015

Penulis

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................ iv

ABSTRACT .......................................................................................... v

KEASLIAN PENELITIAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI................................................................. 6

A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6


1. Faktor Personal ................................................................. 6
2. Faktor Lingkungan .......................................................... 18
3. Perilaku Seksual ............................................................... 24
4. Remaja ............................................................................. 29
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 34
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 37
commit to user
D. Hipotesis ................................................................................. 37
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 38


B. Jenis Penelitian ....................................................................... 38
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ............................... 38
D. Variabel Penelitian ................................................................. 39
E. Definisi Operasional ............................................................... 41
F. Instrumen Penelitian ............................................................... 45
G. Kerangka Penelitian ............................................................... 46
H. Analisis Data .......................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 48

A. Uji Skala L-MMPI ................................................................. 48


B. Uji Instrumen ......................................................................... 48
C. Analisis Univariat .................................................................. 52
D. Analisis Bivariat .................................................................... 56
E. Analisis Multivariat ............................................................... 58
F. Pembahasan ........................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................... 67

A. Kesimpulan ............................................................................ 67
B. Implikasi ................................................................................ 67
C. Saran ...................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi CDC Berdasarkan Gejala Klinis

dan Jumlah CD4 .................................................................. 13

Tabel 2.2 Dampak Perilaku Seksual ................................................... 28

Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan ..................................................... 34

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................... 41

Tabel 4.1 Hasil uji univariat ............................................................... 48

Tabel 4.2 Hasil uji bivariat ................................................................. 49

Tabel 4.3 Hasil uji multivariat ............................................................ 49

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka Berpikir .............................................................. 37

Gambar 3.1 Alur Penelitian ................................................................... 46

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 5 Skala L-MMPI

Lampiran 6 Kuesioner

Lampiran 7 Data Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS

Lampiran 8 Data sikap terhadap seksualitas

Lampiran 9 Data efikasi diri

Lampiran 10 Data pengaruh teman sebaya

Lampiran 11 Data pengawasan orang tua

Lampiran 12 Data akses informasi

Lampiran 13 Data perilaku seksual

Lampiran 14 Hasil Uji univariat

Lampiran 15 Hasil uji bivariat

Lampiran 16 Hasil Uji multivariat

Lampiran 17 Kartu Konsultasi

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa. Masa
remaja ditandai dengan kematangan fisik, sosial, dan psikologis yang berhubungan
langsung dengan kepribadian, seksual, dan peran sosial remaja. Masa remaja juga
dapat dimulai sejak seseorang menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut
hingga kematangan seksual. Perubahan hormon seksual di dalam tubuhnya ditandai
dengan kematangan seksual sehingga dorongan seksual yang timbul semakin
meluap (Ahmadi, 2007). Remaja merupakan kelompok yang paling rentan secara
fisik terhadap infeksi. Meskipun remaja sudah matang secara organ seksual, tetapi
emosi dan kepribadiannya masih labil karena masih mencari jati dirinya, sehingga
rentan terhadap berbagai godaan dalam lingkungan pergaulannya. Remaja
cenderung ingin tahu dan mencoba-coba apa yang dilakukan oleh orang dewasa
(Gunarsa, 2012).
Banyak faktor yang menjadi sebab dari masalah kesehatan reproduksi
remaja yaitu antara lain rendahnya pengetahuan yang dimiliki remaja mengenai
seksualitas (seks, kehamilan, kontrasepsi, dan lain-lain), bahkan seringkali
pengetahuan yang tidak lengkap itu juga tidak benar, karena diperoleh dari sumber
yang keliru, misalnya dari teman sebaya, majalah-majalah porno, film-film biru,
dan mitos yang beredar di masyarakat. Karena seharusnya mereka mendapatkan
informasi masalah kesehatan reproduksi melalui orang tua, karena informal tentang
kesehatan reproduksi yang paling awal tergantung dari pengetahuan orang tua.
Faktor keluarga juga menjadi faktor kedua setelah teman sebaya yang
mempengaruhi keputusan remaja tertibat dalam seksual aktif dan kehamilan. Survei
yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati (2005) di Jabodetabek didapatkan
hasil lebih dari 80 persen anak-anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi
pornografi dari sejumlah media termasuk internet. Dari survey tersebut dapat
disimpulkan bahwa akses informasi sangat berperan dalam pemberian informasi
tentang kesehatan reproduksi remaja. Remaja dengan karakteristiknya yang
commit to user
cenderung ingin tahu dan mencoba-coba dikhawatirkan dapat terpengaruh dari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lingkungannya, sehingga mereka cenderung lebih permisif terhadap perilaku


seksual pranikah. Adanya berbagai perilaku seks remaja tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku reproduksi remaja terdiri dari faktor di luar individu dan faktor di dalam
individu. Faktor di luar individu adalah faktor lingkungan di mana remaja tersebut
berada, baik itu di lingkungan keluarga, kelompok sebaya (peer group), banjar dan
desa. Sedangkan faktor di dalam individu yang cukup menonjol adalah sikap
permisif dari individu yang bersangkutan. Sementara sikap permisif ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam suatu kelompok yang tidak permisif terhadap
perilaku reproduksi sebelum menikah akan menekan anggotanya yang bersifat
permisif. Dengan demikian kontrol sosial akan mempengaruhi sikap permisif
terhadap kelompok tersebut. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Bandura dalam
konsepnya reciprocal determinism, yaitu seseorang akan bertingkah laku dalam
situasi yang ia pilih secara aktif. Dalam menganalisis perilaku seseorang, ada tiga
komponen yang harus ditelaah yaitu individu itu sendiri (P: Person), lingkungan (E:
Environment), serta perilaku individu tersebut (B: Behavior). Individu akan
memunculkan satu bentuk perilaku yang berbeda meskipun lingkungan serupa,
namun individu akan bertingkah laku setelah ada proses kognisi atau penilaian
terhadap lingkungan sebagai stimulus yang akan ditindaklanjuti. Bandura
menyatakan bahwa kognisi adalah sebagai tingkah laku perantara dimana persepsi
diri kita mempengaruhi tingkah laku (Ramadhani, 2008).
Data BKKBN (2010) menunjukkan jumlah penduduk Indonesia telah
mencapai sekitar 240 juta jiwa. Jumlah penduduk yang tinggi tersebut harus
diimbangi dengan upaya peningkatan kualitas hidup. Salah satu upaya peningkatan
kualitas hidup manusia dapat dilakukan melalui upaya peningkatan kesehatan
reproduksi. Kesehatan repoduksi khususnya bagi remaja dan generasi muda akan
meningkatkan indeks sumber daya manusia di masa yang akan datang. Hal tersebut
disebabkan karena jumlah remaja yang berusia 15-19 tahun cukup besar yaitu
20,871,086 juta jiwa dan usia 20-24 tahun 19,878,417 juta jiwa. Biro Pusat Statistik
Jawa Tengah (2012) menyebutkan bahwa jumlah total penduduk propinsi Jawa
Tengah tahun 2012 mencapai 33,27 juta jiwa. Dari jumlah tersebut ternyata remaja
commit juta
umur 10-14 tahun mencapai 2.937.152 to user
jiwa, umur 15-19 tahun mencapai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.879.714 juta jiwa dan remaja umur 20-24 tahun mencapai 2.448.285 juta jiwa.
Berbagai macam penelitian yang dilakukan terhadap para remaja menunjukkan
kecenderungan perubahan perilaku seksual remaja. Seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Gatra bekerja sama Laboratorium Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (LIP FISIP-UI) menjaring 800 responden
remaja berusia 15-22 tahun di Jakarta, Yogyakarta, Medan, Surabaya, dan
Ujungpandang menjelang akhir 1997. Penelitian itu dimaksudkan untuk
mengetahui perhatian dan sikap para remaja terhadap masalah seks, sosial politik,
ekonomi, nilai-nilai agama, dan berbagai masalah aktual. Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa responden menunjukkan sikap yang makin permisif (sikap serba
boleh) terhadap perilaku seks gaya modern. Sebanyak 45,9% (367 responden)
memandang berpelukan antar lawan jenis adalah hal wajar, 47,3% (378 responden)
membolehkan cium pipi, 22% tak menabukan cium bibir, 11% (88 responden)
membolehkan necking atau cium leher atau cupang, 4,5% (36 responden) tak
mengharamkan kegiatan raba-meraba, 2,8% (22 responden) menganggap wajar
melakukan petting (saling menggesek-gesekkan alat kelamin), dan 1,3% (10
responden) tak melarang sanggama di luar nikah (Jahja, 2012).
Hasil Synovate Research (2005) tentang perilaku seksual remaja di empat
kota (Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan) yang melibatkan 450 remaja
memperoleh hasil 44 % responden mengaku punya pengalaman seksual ketika
berusia 16-18 tahun dan 16 % lainnya punya pengalaman seksual ketika berusia 13-
15 tahun. Rata-rata responden juga mengaku pernah melakukan deep kissing,
pelukan, perabaan, dan hubungan intim saat berpacaran. Berdasarkan penelitian
tersebut diperoleh gambaran bahwa sebagian besar remaja mulai melakukan
hubungan seksual pada usia 16 tahun. Penelitian lain diselenggarakan oleh Rita
Damayanti terhadap remaja di SLTA Jakarta tahun 2008 diperoleh hasil bahwa
perilaku pacaran remaja adalah mengobrol, pegangan tangan, berangkulan,
berciuman pipi, berpelukan, berciuman bibir, meraba-raba dada, meraba alat
kelamin, menggesek kelamin, seks oral, dan hubungan seks.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik suatu permasalahan yaitu
Pengaruh faktor personal dan lingkungan terhadap perilaku seksual pada remaja?
. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Rumusan Masalah
Banyaknya faktor-faktor yang menjadi sebab adanya perilaku seksual yaitu
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS, pengaruh
teman sebaya serta minimnya informasi yang tepat dan benar tentang kesehatan
reproduksi, maka dapat disimpulkan permasalahan sebagai berikut:
”Apakah ada pengaruh faktor personal dan lingkungan terhadap perilaku seksual
pada remaja?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Untuk meneliti pengaruh faktor personal dan lingkungan terhadap perilaku
seksual pada remaja.
2. Tujuan khusus:
Untuk meneliti pengaruh faktor personal dan lingkungan terhadap perilaku
seksual pada remaja di SMA Negeri 1 Bergas Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pihak sekolah
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola untuk dapat
mengawasi perilaku siswa selama disekolah dan memberikan informasi
tentang kesehatan reproduksi yang tepat kepada siswa.
2. Bagi Mayarakat, khususnya orang tua
Dengan mengetahui pendidikan kesehatan reproduksi yang efektif bagi orang
tua, masyarakat dapat segera mengambil langkah dalam rangka memberikan
informasi kesehatan reproduksi pada anak remaja.
3. Bagi Program Studi Promosi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pustaka bidang ilmu
promosi kesehatan, khususnya tentang Kesehatan Reproduksi Remaja untuk
dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi Instansi Kesehatan yang terkait dalam bidang KRR, kiranya dapat
memanfaatkan informasi dari hasil penelitian ini sebagai bahan perencanaan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan penyuluhan kesehatan, dalam rangka pembangunan masyarakat yang


berkualitas.
5. Bagi Hukum
Untuk memberikan payung hukum supaya remaja-remaja lebih terlindungi
dalam segi kesehatan reproduksinya.
6. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan
penelitian, serta menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam
melaksanakan penelitian di lapangan.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Faktor Personal
a. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi, IMS dan HIV/AIDS
a.1. Kesehatan Reproduksi
1) Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi menurut WHO (World Health
Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan
seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses
reproduksinya secara sehat dan aman (Nugroho, 2010).
Menurut konferensi Internasional Kependudukan dan
Pembangunan, 1994 Kesehatan Reproduksi adalah Keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan
dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (BKKBN, 2010).
Kesehatan reproduksi menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah: suatu keadaan sehat, secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan
alat, fungsi serta proses reproduksi, dan pemikiran kesehatan
reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan
juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sudah menikah (Nugroho, 2010).
2) Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Sebuah terobosan besar di International Conference On Population
and Development (ICPD) adalah bahwa layanan ini sangat penting
untuk semua orang, menikah dan belum menikah, termasuk remaja
commit to user
dan pemuda. Bagi orang-orang untuk menyadari mereka hak-hak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

reproduksi, ICPD Program of Action panggilan untuk mendefinisikan


dan reproduksi dan kesehatan seksual peduli dalam konteks pelayanan
kesehatan primer untuk menyertakan:
a. Keluarga Berencana;
b. Antenatal, persalinan yang aman dan perawatan pasca melahirkan;
c. Pencegahan dan pengobatan yang tepat infertilitas;
d. Pencegahan aborsi dan pengelolaan Konsekuensi dari aborsi;
e. Pengobatan infeksi saluran reproduksi;
f. Pencegahan, perawatan dan pengobatan IMS dan HIV/AIDS;
g. Informasi, pendidikan dan konseling, sesuai seksualitas manusia
dan kesehatan reproduksi;
h. Pencegahan dan pengawasan kekerasan terhadap perempuan,
merawat korban kekerasan dan tindakan lain untuk menghilangkan
berbahaya tradisional praktek, seperti FGM/C;
i. Arahan yang tepat untuk diagnosis lebih lanjut dan manajemen di
atas (UNFPA, 2008).
Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan
berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan hingga
meninggal. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pada
saat pertama anak perempuan mengalami haid/menarche, hingga
menyakut kehidupan remaja memasuki masa perkawinan. Selain itu
seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertular penyakit infeksi
menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi reproduksi.
Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen
Kesehatan RI dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada
empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok
di Indonesia yang disebut paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Esensial (PKRE), yaitu:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Keluarga berencana.
3. Kesehatan reproduksi remaja.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk


HIV/AIDS.
Sedangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK)
terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia lanjut
(Widyastuti dkk, 2009).

a.2 Infeksi Menular Seksual


1) Definisi Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) sering juga disebut penyakit kelamin
yaitu penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks
atau hubungan kelamin. Ada banyak sekali jenis infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seks. IMS tertentu juga bisa menular
kepada orang lain melalui pakaian, handuk atau sentuhan kulit dengan
orang yang sudah terinfeksi.
2) Jenis-jenis IMS
Menurut National Institutes of Health ada berbagai macam penyakit
yang termasuk dalam IMS antara lain:
a) Gonore (GO)
Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae,
yang dapat tumbuh dengan cepat dan berkembang biak dengan
mudah di daerah hangat, daerah lembab pada saluran reproduksi .
Gejala yang paling umum dari infeksi gonore adalah keluarnya
cairan dari vagina atau penis dan nyeri atau sulit buang air kecil.
Seperti infeksi klamidia, komplikasi yang paling umum
dan serius gonorrhea terjadi pada wanita dan termasuk penyakit
radang panggul (PID), kehamilan ektopik, dan penyebaran
potensial bagi perkembangan janin jika diperoleh selama
kehamilan. Gonore juga dapat menginfeksi mulut, tenggorokan,
mata, dan rektum dan dapat menyebar ke darah dan sendi, di mana
ia bisa menjadi penyakit yang mengancam jiwa. Selain itu, orang
dengan gonore dapat lebih mudah tertular HIV, virus yang
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyebabkan AIDS. Orang yang terinfeksi HIV dengan gonore


juga lebih mungkin untuk menularkan virus ke orang lain.
b) Sifilis (Raja Singa)
Infeksi Sifilis yang disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum yang ditularkan dari orang ke orang selama vagina, anal,
atau oral seks melalui kontak langsung dengan luka, yang disebut
chancres. Antara 2001 dan 2009, Centers for Prevention (CDC)
Data Control dan Penyakit menunjukkan bahwa tingkat sifilis
meningkat setiap tahun. Orang-orang yang berisiko tinggi untuk
sifilis termasuk laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki dan
perempuan. Tanda pertama sifilis adalah luka di kelamin yang
paling sering muncul pada penis atau di dalam dan sekitar vagina.
Selain menjadi tanda pertama dari infeksi sifilis, luka tersebut
membuat seseorang 2-5 kali lebih mungkin untuk kontrak infeksi
HIV. Jika orang tersebut sudah terinfeksi HIV, luka tersebut juga
meningkatkan kemungkinan bahwa virus akan diteruskan ke
pasangan seksual. Luka ini biasanya hilang dengan sendirinya,
bahkan tanpa pengobatan. Namun, tubuh tidak akan menghapus
infeksi sendiri dari waktu ke waktu, sifilis mungkin melibatkan
organ-organ lain, termasuk kulit, jantung, pembuluh darah, hati,
tulang, dan sendi di sifilis sekunder. Jika penyakit ini masih belum
diobati, sifilis tersier dapat berkembang selama periode tahun dan
melibatkan saraf, mata, dan otak dan berpotensi dapat
menyebabkan kematian. Ibu hamil menyimpan bakteri berada pada
peningkatan risiko keguguran dan kelahiran mati, dan mereka dapat
menularkan infeksi pada janin dengan mereka selama kehamilan
dan persalinan. Bayi yang memperoleh sifilis kongenital selama
kehamilan dapat menderita kelainan tulang, kesulitan berbicara dan
perkembangan motorik, kejang, anemia, penyakit hati, dan masalah
neurologis.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Herpes genitalis
Herpes genital adalah infeksi menular yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks (HSV). Ada dua jenis yang berbeda,
atau jenis, HSV: virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) dan tipe 2
(HSV-2). Keduanya dapat menyebabkan herpes genital, meskipun
sebagian besar kasus herpes genital disebabkan oleh HSV-2.5 Bila
gejala, HSV-1 biasanya muncul sebagai lepuh demam atau luka
dingin di bibir, tetapi juga dapat menginfeksi daerah genital melalui
oral-genital atau kelamin kontak genital. Gejala HSV-2 biasanya
menyebabkan nyeri, kulit lecet berair pada atau di sekitar alat
kelamin atau dubur. Namun, sejumlah besar orang-orang yang
membawa virus ini tidak memiliki atau hanya tanda-tanda atau
gejala yang minimal.
Baik HSV 1 atau HSV-2 dapat disembuhkan, dan bahkan
selama saat-saat ketika orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala,
virus dapat ditemukan dalam sel-sel saraf tubuh. Secara berkala,
beberapa orang akan mengalami wabah di mana lepuh baru
terbentuk pada kulit di daerah kelamin; pada saat-saat, virus ini
lebih mungkin untuk diteruskan kepada orang lain. Wanita hamil,
terutama mereka yang mendapatkan herpes genital untuk pertama
kalinya selama kehamilan, dapat menularkan infeksi pada bayi
mereka, menyebabkan neonatal HSV, infeksi mempengaruhi kulit
bayi, otak, dan organ-organ lainnya yang mengancam jiwa.
d) Kondiloma Akuminata (Jengger Ayam)
Penyebab penyakit ini adalah virus Human Papilloma.
Gejala: terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar kemaluan.
e) Klamidia
Klamidia adalah IMS yang disebabkan oleh bakteri
Chlamydia trachomatis. Klamidia dapat ditularkan selama
hubungan seksual vagina, mulut, atau anal dengan pasangan yang
terinfeksi. Sementara banyak orang tidak akan mengalami gejala,
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

klamidia dapat menyebabkan demam, sakit perut, dan debit yang


tidak biasa dari penis atau vagina.
Pada wanita, apakah mereka mengalami gejala dan tahu
tentang infeksi klamidia dapat menyebabkan penyakit radang
panggul (PID). PID yang tidak diobati STD/IMS berlangsung dan
melibatkan bagian lain dari sistem reproduksi wanita, termasuk
rahim dan saluran tuba. Perkembangan ini dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada organ reproduksi wanita. Kerusakan ini
dapat menyebabkan kehamilan ektopik (di mana janin berkembang
di tempat-tempat yang tidak normal di luar rahim, suatu kondisi
yang dapat mengancam nyawa) dan infertilitas. Selain itu, jika
wanita hamil, janin yang sedang berkembangnya beresiko, karena
klamidia dapat ditularkan selama kehamilannya atau pengiriman
dan dapat menyebabkan infeksi mata atau pneumonia pada bayi.
Jika klamidia terdeteksi dini, dapat diobati dengan mudah dengan
antibiotik diminum.

a.3. HIV/AIDS
Secara global, penyebaran HIV/AIDS tetap meningkat terutama di
kalangan remaja yang banyak peningkatan risiko terjadinya infeksi.
Perubahan perilaku seksual tetap menjadi salah satu cara yang paling
efektif untuk mencegah penularan lebih lanjut antara kelompok rentan
(Oppong dan Oti, 2013).
1) Definisi HIV/AIDS
Menurut Departemen Kesehatan yang dikutip KPA Nasional
(2005) menjelaska HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah
virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menumbulkan AIDS. HIV menyerang sel-sel darah putih dalam tubuh.
Sel-sel darah putih merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh
yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit. Manusia
yang terinfeksi HIV akan berpotensi sebagai pembawa (carrier) dan
commit
penular virus tersebut to user
seumur hidup. AIDS (Acquired Immune
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Deficiency Syndrome) adalah merupakan kumpulan gejala penyakit


spesifik yang disebabkan oleh rusaknya sistem kekebalan tubuh oleh
virus HIV.
2) Cara Penularan HIV/AIDS
Menurut (Oppong dan Oti, 2013) HIV dapat ditularkan
melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan terinfeksi orang,
berbagi jarum/jarum suntik dengan orang yang terinfeksi dan melalui
ibu ke anak. Sedangkan menurut (Pratibha dkk, 2013) penularan
HIV/AIDS melalui hubungan seks tanpa kondom diikuti dengan
berbagi suntikan, transfusi darah dan seks dengan banyak pasangan.
Sedangkan cara penularan HIV/AIDS melalui gigitan nyamuk tidak
terbukti adanya.
3) Manifestasi Klinis HIV/AIDS
Perjalanan penyakit HIV menurut Pusat Data dan Informasi
Depakes RI (2014) dapat dibagi dalam:
1. Transmisi virus
2. Infeksi HIV primer (sindrom retroviral akut)
3. Serokonversi
4. Infeksi kronik asimtomatik
5. Infeksi kronik simtomatik
6. AIDS (indikator sesuai dengan Centers for Disease Control and
Prevention 1993 atau jumlah CD4<200/mm3)
7. Infeksi HIV lanjut ditandai dengan jumlah CD4<50/mm3.
Terdapat beberapa klasifikasi klinis HIV/AIDS antara lain menurut
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan WHO.
Klasifikasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
berdasarkan gejala klinis dan jumlah CD4 sebagai berikut:

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1. Klasifikasi Centers for Disease Control and Prevention


(CDC) berdasarkan gejala klinis dan jumlah CD4
CD4 Kategori Klinis

A B C
Total % (Asimtomatik, (Simtomatik) (AIDS)
Infeksi Akut)
≥ 500/ml ≥ 29% A1 B1 C1
200-499/ml 14-28% A2 B2 C2
< 200/ml <14% A3 B3 C3

Kategori klinis A meliputi infeksi HIV tanpa gejala (asimtomatik),


Persistent Generalized lymphadenopathy, dan infeksi HIV akut
primer dengan penyakit penyerta atau adanya riwayat infeksi HIV
akut.
Kategori Klinis B terdiri atas kondisi dengan gejala (simtomatik)
pada remaja atau dewasa yang terinfeksi HIV yang tidak termasuk
dalam kategori C dan memenuhi paling sedikit satu dari beberapa
kriteria berikut:
a) Keadaan yang dihubungkan dengan infeksi HIV atau adanya
kerusakan kekebalan yang diperantarakan sel
b) Kondisi yang dianggap oleh dokter telah memerlukan
penanganan klinis atau membutuhkan penatalaksanaan akibat
komplikasi infeksi HIV, misalnya Kandidiasis Orofaringeal, Oral
Hairy Leukoplakia, Herpes Zoster, dan lain-lain.
Kategori klinis C meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDS
misalnya Sarkoma Kaposi, Pneumonia Pneumocystis cariniin,
Kandidiasis Esofagus, dan lain-lain.

b. Sikap Terhadap Seksualitas


Menurut Secord dan Backman (dalam Azwar, 2012) “sikap adalah
keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseroang terhadap sutatu aspek di lingkungan
commit to user
sekitarnya”. Sedangkan LaPierre (dalam Azwar, 2012) mendefinisikan sikap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi


untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap
adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan.
Definisi mengenai sikap di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu kecenderungan dan keyakinan seseorang terhadap suatu hal yang
bersifat mendekati (positif) atau menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif
dan kognitif dan mengarahkan pada pola perilaku tertentu. Sedangkan definisi
sikap terhadap operasi peneliti simpulkan sebagai kecenderungan dan
keyakinan individu mengenai operasi yang bersifat mendekati (positif) dan
menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif dan kognitif dan mengarahkan
pada pola perilaku tertentu.
Komponen sikap menurut Azwar (2012) terdiri dari 3 komponen
yang saling menunjang yaitu: (a) Komponen kognitif yang merupakan
representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen
kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut
masalah isu atau yang kontroversial. (b) Komponen afektif yang merupakan
perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang
biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek
yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan
yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. (c) Komponen konatif merupakan
aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh
seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Seks adalah sesuatu yang bersifat biologis dan karenanya seks
dianggap sebagai sesuatu yang stabil (Wahid, 2011). Sedangkan menurut
Handoyo (2010), Seks adalah bagian dari kehidupan manusia, sesuatu yang
ada dan tidak bisa ditolak. Berikut ini bentuk-bentuk perilaku seksual
menurut Sarwono (2010), antar lain: (1) Berpelukan, Perilaku seksual
berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan
commit(2)to Ciuman
rangsangan seksual pada individu. user kering, Perilaku seksual cium
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir. (3) Cium
basah, Aktifitas cium basah berupah sentuhan bibir, dampak cium bibir dapat
menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual
sehingga tidak terkendali. (4) Merupakan kegiatan meraba atau memegang
bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina dan penis. (5) Petting,
Merupakan keseluruan aktifitas seksual non intercourse (hingga
menempelkan alat kelamin) dan dampakny menimbulkan ketagihan. (6) Oral
seksual, Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang mengunakan
bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita
melibatkan bagian disekitar vulva yaitu labia, klitoris dan bagian dalam
vagina. (7) Intercourse atau bersenggama, merupakan aktifitas seksual
dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan.
Berdasarkan definisi dari sikap dan seks di atas dalam penelitian ini
sikap terhadap seksualitas didefinisikan sebagai tingkatan sejauhmana
seseorang mendukung atau memihak (favorable) maupun tidak mendukung
atau tidak memihak (unfavorable) terhadap aktivitas seksual, yang antara lain
necking, petting, masturbasi, oral seks, anal seks, dan sexual intercourse yang
dilakukan oleh pasangan yang keduanya tidak terikat dalam pernikahan.

c. Efikasi Diri
Efikasi diri diartikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan dalam
mengorganisasikan dan menampilkan tindakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kecakapan tertentu (Bandura, 1997). Efikasi diri berasal dari
teori kognisi belajar sosial dimana fungsi manusia merupakan hasil dari
interaksi antara faktor lingkungan, perilaku dan faktor pribadi yang meliputi
kognisi, afeksi dan biologis (Bandura, 1997).
Efikasi diri melibatkan proses kognitif dimana individu membentuk
keputusan subyektif terhadap kemampuannya dalam menghadapi tuntutan
lingkungan Efikasi diri mengacu pada kemampuan yang dimiliki individu
untuk membentuk perilaku yang tepat, menghadapi rasa takut dan halangan
untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan (Bandura, 1997). Individu
commit to user
yang memiliki efikasi diri mempunyai harapan positif dalam menjalankan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tugas sehingga individu berusaha keras untuk mencapai tujuan yang


diinginkan.
Menurut Bandura (1997), efikasi diri dapat ditumbuhkan melalui
sumber-sumber informasi berikut:
a. Pengalaman Individu (enactive mastery experience)
Interpretasi individu terhadap keberhasilan yang dicapai individu pada
masa lalu akan mempengaruhi efikasi dirinya. Individu dalam melakukan
suatu tugas akan menginterpetasikan hasil yang dicapai. Interpretasi
tersebut akan mempengaruhi keyakinan diri terhadap kemampuan untuk
melakukan suatu tugas-tugas selanjutnya.
b. Pengalaman keberhasilan orang lain (vicarious experience)
Proses modeling atau belajar dari pengalaman orang lain akan
mempengaruhi efikasi diri. Efikasi diri individu akan berubah dengan
dipengaruhi model yang relevan. Pengalaman yang dimiliki oleh orang
lain menentukan persepsi akan keberhasilan atau kegagalan individu.
c. Persuasi verbal (verbal persuation).
Persuasi verbal dari orang-orang yang menjadi panutan atau yang
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan dapat meningkatkan
efikasi diri individu. Persuasi verbal yang diberikan kepada individu
bahwa individu memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas
menyebabkan individu berusaha keras untuk menyelesaikan tugas tersebut.
d. Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and affective states)
Individu akan melihat kondisi fisiologis dan emosional dalam menilai
kemampuan, kekuatan dan kelemahan dari disfungsi tubuh. Keadaan
emosional yang sedang dihadapi individu akan mempengaruhi keyakinan
individu dalam menjalankan tugas.
Bandura (1997) menyebutkan tiga aspek efikasi diri, diantaranya
adalah:
a. Level (tingkatan)
Tingkat dari kesulitan tugas yang diyakini seseorang bahwa tugas
yang sulit itu akan dapat diselesaikan dengan berhasil (Greenberg dan
commit
Baron, 2003). Konsep ini to user
berkaitan dengan pencapaian tujuan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Beberapa individu berfikir bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas


yang sulit. Tingkat dari suatu tugas dapat dinilai dari tingkat
kecerdikan, adanya usaha, ketelitian, produktivitas, cara menghadapi
ancaman dan pengaturan diri yang dikehendaki. Pengaturan diri tidak
hanya dilihat dari apakah seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan
pada saat tertentu namun apakah seseorang dapat memiliki efikasi diri
pada setiap saat untuk menghadapi situasi bahkan ketika individu
diharapkan untuk pasif.
b. Strength (kekuatan)
Tingkat kepercayaan seseorang apakah dapat melakukan pada
masing-masing tingkatan atau komponen tugas. Ada individu yang
memiliki kepercayaan kuat bahwa mereka akan berhasil walaupun
dalam tugas yang berat, sebaliknya ada juga yang memiliki
kepercayaan rendah apakah dapat melakukan tugas tersebut. Individu
dengan efikasi diri yang rendah mudah menyerah apabila mengalami
pengalaman yang tidak menyenangkan, sementara individu dengan
yang memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuannya akan tekun
berusaha menghadapi kesulitan dan rintangan. Individu yang memiliki
keyakinan kuat terhadap kemampuannya menganggap tugas yang sulit
sebagai tantangan yang harus dihadapi daripada sebagai ancaman atau
sesuatu yang harus dihindari (Bandura, 1997).
c. Generality (Generalitas)
Tingkatan harapan seseorang yang digeneralisasikan pada banyak
situasi atau hanya terbatas pada tugas tertentu. Aspek ini menunjukkan
apakah individu mampu memiliki efikasi diri pada banyak situasi atau
pada situasi-situasi tertentu. Generalitas dapat dinilai dari tingkatan
aktivitas yang sama, cara-cara dalam melakukan sesuatu dimana
kemampuan dapat diekspresikan melalui proses kognitif, afektif dan
konatif, jenis situasi yang dihadapi dan karakteristik individu dalam
berperilaku sesuai tujuan.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Faktor Lingkungan
a. Pengaruh Teman Sebaya
Teman sebaya merupakan faktor penguat terhadap pembentukan
perilaku remaja termasuk perilaku seksual pra nikah (Dewi, 2012). Morton
dan Farhat (2010) dalam Dewi (2012) menyatakan bahwa teman sebaya
mempunyai kontribusi sangat dominan dari aspek pengaruh dan percontohan
(modelling) dalam berperilaku seksual remaja dengan pasangannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2013) mengenai peran teman
sebaya terhadap perilaku seksual pra nikah pada remaja di SMA
Muhammadiyah 3 Surakarta bahwa sebagian besar remaja (84%) yang
berperilaku seksual pranikah sebanyak (62%) menyebutkan adanya
peran/pengaruh teman sebaya. Serta remaja yang memperoleh informasi
seksualitas dari teman sebaya akan 19.272 kali berisiko melakukan perilaku
seksual pranikah dibandingkan dengan remaja yang tidak memperoleh peran
informasi seksualitas dari teman sebaya mereka.
Bagi remaja laki-laki maupun perempuan, teman seusia dan sejenis
sangat berarti. Persetujuan atau kesesuaian sikap sendiri dengan sikap
kelompok sebaya adalah sangat penting untuk menjaga status afiliasinya
dengan teman-teman, menjaga agar ia tidak dianggap “asing” dan
menghindari agar tidak dikucilkan oleh kelompok. Teman sebaya juga
merupakan salah satu sumber informasi tentang seks yang cukup signifikan
dalam membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku seksual remaja. Namun,
informasi teman sebaya dapat menimbulkan dampak yang negatif. Pengaruh
teman sebaya dapat meningkatkan risiko penggunaan alkohol, rokok dan
narkoba serta niat dan frekuensi dalam hubungan seksual. Sosialisasi
menjelaskan kesamaan antara individu dengan teman sebayanya melalui
proses pendesakan sehingga mempengaruhi perilaku remaja. Sosialisasi
remaja dapat mempengaruhi remaja untuk memiliki persamaan nilai dan
perasaan memiliki (sense of commitment) dalam hubungan dengan sebayanya.
Dengan demikian, peran teman sebaya bagi remaja sangat berarti
dalam memperoleh informasi yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku
commit
remaja terhadap isu seksualitas. Halto ini
userterjadi karena banyak pihak baik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

remaja, orangtua, guru, pendidik, pemuka agama dan tokoh masyarakat


merasa takut apabila informasi dan pendidikan seks diberikan pada remaja
akan disalahgunakan oleh remaja. Sehingga remajapun lebih senang bertanya
pada teman sebaya yang tidak lebih baik pengetahuannya dan tidak menerima
pendidikan seks yang bertanggungjawab. Remaja menerima informasi yang
salah bahkan menyesatkan misalnya dari cerita teman, melihat film atau
video porno, tayangan televisi, membaca buku, majalah yang lebih banyak
menyajikan seks secara vulgar dibandingkan pengetahuan pendidikan seksual
yang benar (Burgess dkk, 2005).
Penelitian Jaccard dkk (2005) menyatakan bahwa pengaruh
kelompok atau teman sebaya pada individu meningkatan perilaku berisiko.
Peran teman sebaya yang menjadi salah satu motivasi dan pembentukan
identitas diri, bahkan informasi dari teman sebaya bisa menimbulkan dampak
negatif.
Penelitian Kim dan Free (2008) menyatakan bahwa teman sebaya
merupakan salah satu sumber informasi yang cukup signifikan dalam
membentuk pengetahuan dikalangan usia remaja namun dapat juga
menimbulkan dampak negatif karena informasi yang mereka peroleh hanya
melalui tayangan media seperti film, VCD, televisi maupun pengalaman
sendiri. Peran teman sebaya dalam mempengaruhi perilaku berisiko Penyakit
Menular Seksual didukung oleh persamaan nilai dan perasaan memiliki
sehingga dapat mempengaruhi perilaku.

b. Pengawasan Orang Tua


Orang tua merupakan penganggung jawab dari sebuah keluarga.
Orang tua terdiri ayah dan ibu yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah.
Pengetahuan kesehatan reproduksi antara orang tua dengan anak perlu
diketahui tingkat intensitas komunikasinya orang tua dan anaknya. Orang tua
dan anak remaja harus mempunyai pengetahuan yang sama tentang
pengetahuan reproduksi. Pengetahuan kesehatan reproduksi meliputi
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri remaja yang meliputi fisik,
commit
psikologi dan sosial. Kesehatan to user meliputi kehamilan, persalinan,
reproduksi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pendidikan seks bagi remaja, penyimpangan seksual, penyakit menular


seksual, HIV dan AIDS, kekerasan seksual, bahaya narkoba terhadap
kesehatan reproduksi. Selain itu termasuk juga pengaruh sosial dan media
terhadap perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi, hak-hak reproduksi dan
gender pada diri remaja. Tetapi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
orang tua dengan anak tidak sama, karena orang tua sudah mempunyai
pengalaman berfungsinya reproduksi sedangkan anak belum mengalami
fungsi reproduksi. Pengetahuan reproduksi orang tua dan anak tidak hanya
dengan praktek tetapi melalui informasi-informasi dari berbagai cara.
Sehubungan dengan itu menurut BKKBN (2012) bahwa orangtua
perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan pengetahun
kesehatan reproduksi baik pengetahuan untuk diri sendiri maupun
pengetahuan untuk anak remajanya. Orang tua perlu memahami kondisi anak
remajanya yang sedang mengalami perubahan-perubahan pada dirinya, yang
menyangkut proses reproduksi. Orang tua harus mempunyai kemampuan
memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak remajanya, agar
memilki informasi proses reproduksi yang benar. Anak remaja yang tidak
memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar dari orangtua,
mereka akan mencari informasi lain melalui gambar, teman, film yang
menyesatkan. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki
sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab khususnya mengenai proses
reproduksi. Orang tua yang baik bagi anak remajanya adalah mempunyai
kemampuan dalam berkomunikasi dan diskusi dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: (1) orang tua tidak menggurui, (2) jangan beranggapan
bahwa orang tua lebih mengetahui sesuatu dibandingkan dengan anak remaja,
(3) memberikan kesempatan kepada remaja untuk mengemukakan pandangan
dan pendapatnya, (4) memberikan argumen yang jelas dan masuk akal
terhadap suatu persoalan, (5) memberikan dukungan pada anak apabila
memang pantas diberi dukungan, (6) mengatakan salah kalau memang salah,
dengan alasan yang masuk akal menurut pemikiran mereka, (7) menjadikan
anak remaja sebagai teman untuk berdiskusi, bukan sebagai individu untuk
diberitahu. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penelitian Strehl (2010) menyatakan bahwa lingkungan keluarga


yang harmonis dan lingkungan yang positif berhubungan dalam menurunkan
tingkat risiko perilaku berisiko Penyakit Menular Seksual. Orang tua yang
memonitor aktifitas dan lingkungan anak, selalu ikut terlibat dalam kegiatan
dan meningkatkan komunikasinya dengan anaknya behubungan dengan
menurunkan risiko perilaku seksual berisiko pada anak jalanan dan lebih baik
pada keluarga yang religious. Keterlibatan orang tua dan kedekatan keluarga
dalam mendukung pencegahan perilaku berisiko berhubungan dengan
penurunan kehamilan pada remaja. Perilaku seksual berisiko disimpulkan
dapat dicegah dengan dukungan lingkungan keluarga. Dukungan keluarga
menjadi kekuatan dalam mencegah perilaku seksual berisiko pada remaja.
Menurut WHO (2012) menyatakan bahwa komunikasi dengan
keluarga atau orang tua memberikan efek kesehatan yang positif seperti
angka kesehatan yang tinggi, kepuasan hidup yang tinggi, mengurangi
keluhan fisik dan psikis serta mengurangi hal-hal negatif. Cukup tidaknya
pendidikan agama yang diberikan orang tua terhadap anaknya, cukup
tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh anak, cukup tidaknya
keteladanan yang diterima sang anak dari keluarga dan lain-lain menjadi hak
anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di
jalan-jalan sehingga memaksa mereka untuk berperilaku bebas dan terjebak
dalam beperilaku berhubungan seks berisiko.

c. Akses Informasi
Kemajuan teknologi yang terjadi pada saat ini telah membawa
dampak perubahan bagi masyarakat, baik itu dampak yang positif maupun
dampak negatif. Kemajuan teknologi menyebabkan komunikasi antar negara
menjadi semakin mudah dan lancar, sehingga kebudayaan luar negeri lebih
terasa pengaruhnya. Dampak yang paling terasa adalah pada tata budaya,
moral, dan tata sosial masyarakat pada umumnya dan pada generasi muda
khususnya. Salah satu masalah yang dihadapi remaja dan menjadi masalah
bagi lingkungannya adalah aktivitas seksual yang akhir-akhir ini nampak
commit
menjurus pada hal-hal negatif. to user
Dikatakan negatif karena para remaja bersikap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan bertingkah laku yang menyimpang, hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya berbagai macam perilaku seksual disalurkan dengan sesama jenis
kelamin, dengan anak yang belum cukup umur, dan sebagainya. Sebagai
media informasi, televisi memiliki kekuatan yang kuat (powerful) untuk
menyampaikan pesan. Media ini dapat mengalirkan pengalaman yang seolah-
olah dialami sendiri dengan jangkauan yang luas dalam waktu yang
bersamaan. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator
dan komunikan.
Namun dalam akhir dekade ini, semua media yang ada tergusur
dengan hadirnya internet. Internet memang membuat kehidupan manusia
lebih mudah. Tanpa harus terjebak macet, tanpa banyak menghabiskan waktu
dan tenaga, serta tidak banyak mengeluarkan biaya. Penggunaan internet yang
makin intensif, mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Dibalik kemudahan,
kecanggihan dan kepraktisan internet, ada banyak sisi negatif yang
mengiringinya seperti terbukanya kesempatan siswa SMA untuk membuka
situs-situs porno baik berupa gambar ataupun tulisan berupa cerita-cerita.
Layanan situs porno ini semakin digemari oleh netter dan dapat diakses oleh
siapa saja tanpa batasan usia. Dari tahun ke tahun situs porno ini semakin
bertambah banyak. Gangguan kecanduan Internet adalah sebuah fenomena
interdisipliner dan telah dipelajari dari sudut pandang yang berbeda dalam hal
berbagai ilmu seperti kedokteran, komputer, sosiologi, hukum, etika, dan
psikologi (Alavi dkk, 2011). Dalam dunia komunikasi ada istilah "Sexting"
berasal sebagai istilah media yang umumnya mengacu untuk mengirim
gambar seksual melalui pesan teks dan juga dapat mencakup meng-upload
gambar seksual ke situs Web. Sexting telah menerima perhatian dari para
sarjana hukum karena beberapa pemuda menciptakan dan mendistribusikan
gambar yang memenuhi definisi pornografi anak di bawah undang-undang
pidana. Penelitian yang dilakukan di tujuh sekolah di Texas, pemuda yang
melaporkan berbagi foto seksual sendiri lebih cenderung akan berkencan dan
memiliki hubungan seks. Studi ini juga menemukan bahwa sexting adalah
penanda untuk perilaku seksual berisiko untuk perempuan, tapi tidak siswa
commit
laki-laki. Di sisi lain, kalangan to user
siswa SMA peserta dalam Youth Survey
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perilaku Risiko di Los Angeles, sexting secara bermakna dikaitkan dengan


menjadi aktif secara seksual tapi hubungan dengan penggunaan kondom pada
seks terakhir adalah batas yang signifikan. Ini akan menunjukkan bahwa
berbagi atau posting seksual gambar mungkin lebih mencerminkan ekspresi
seksual yang khas di hubungan romantis di kalangan remaja (Ybarra dan
Mitchell, 2014).
Penelitian Carrol dan Kirkpatrik (2011) menyatakan bahwa
penggunaan media merupakan bagian integral sepanjang hidup di usia
remaja, jumlah risiko dihubungkan dengan penggunaan media sosial, secara
spesisfik berefek negatif pada kesehatan. Bagaimanapun data tentang risiko
penggunaan tipe macam sosial media sangat berisiko pada perilaku mereka.
Media massa merupakan sumber informasi seksual yang lebih penting
dibandingkan orang tua dan teman sebaya, karena media massa memberikan
gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan kebutuhan seksualitas.
Media massa baik cetak maupun elektronik menampilkan tulisan atau gambar
yang dapat menimbulkan imajinasi dan merangsang sesorang untuk mencoba
meniru adegannya.
Penelitian Rice dkk (2010) melaporkan bahwa penggunaan internet
dan media lainnya secara positif berpengaruh pada perubahan perilaku seks
pada anak jalanan. Lebih dari 84% usia remaja yang menggunakan internet
satu kali dalam satu minggu lebih berisiko mengalami perubahan perilaku
berisiko Penyakit Menular Seksual. Informasi dari media ataupun teman
sebaya belum pasti tingkat kebenarannya, bahkan cenderung tidak akurat dan
keliru. Penyampaian informasi seksual yang vulgar dan menyesatkan dari
media atau teman sebaya dapat mendorong untuk berperilau seksual berisiko.

3. Perilaku Seksual
a. Perilaku
Menurut Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Perilaku tertutup (covert behavior)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b) Perilaku terbuka (overt behavior)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus ini sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktik, yang dapat dengan mudah dilihat oleh
orang lain.
Teori Lawrence Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia
berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di
luar perilaku (non behavior causes) yaitu sebagai berikut:
1. Faktor yang mempermudah (presdisposing factor)
Yaitu mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya.
2. Faktor pendukung (Enabling factor)
Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat.
3. Faktor pendorong (Reinforcing factor)
Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang
dikarenakan sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat


luas. Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia ke dalam tiga
domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya,
teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan,
yakni:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya (Soekanto, 2003 dikutip Mubarak dkk,
2007). Pengetahuan merupakan hasil mengingat kembali kejadian yang
pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap objek tertentu
(Mubarak dkk, 2007). Pendapat lain mengatakan bahwa pengetahuan
merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain
sebagainya) (Taufik, 2007).
Ada beberapa sumber pengetahuan yaitu: 1) kepercayaan, 2) pengetahuan,
3) pengalaman indriawi, 4) akal pikiran dan 5) intuisi.
Sumber pertama, kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama,
adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya
berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam
kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung
pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara
rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi,
harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat.
Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap
(mapan) tetapi subjektif.
Sumber kedua, pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas
kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak
pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah
orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apapun yang
mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek,
pada umumnya diikuti dancommit to user
dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang


cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi
sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya
terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu,
sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan
pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah
kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan
masyarakat itu sendiri.
Sumber ketiga, pengalaman indriawi yang merupakan alat vital
penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga,
hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa
pula melakukan kegiatan hidup.
Sumber keempat, akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal
pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya
melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-
hal yang bersifat metafisis. Panca indera hanya mampu menangkap hal-hal
yang fisis menurut sisi tertentu, satu persatu dan berubah-ubah, sedangkan
akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak,
universal, seragam dan bersifat tetap. Oleh sebab itu, akal pikiran
senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai
pengetahuan semu dan menyesatkan, cenderung memberikan pengetahuan
yang lebih umum, objektif dan pasti.
Sumber kelima, intuisi yang merupakan sumber gerak hati yang
paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas
ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang
bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat
langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun akal pikiran.
Ketika seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan
tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang
intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak
dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara
personal (Suparlan, 2008).
Ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:
Pertama, pendidikan atau bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah,
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan,
informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Kedua, lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Ketiga,
dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada
empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental, taraf berfikir
seseorang semakin matang dan dewasa. Keempat, minat yang merupakan
kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Kelima,
pengalaman atau kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang
kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika
pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara
psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga
menimbulkan sikap positif. Keenam, kebudayaan akan mempengaruhi
pengetahuan masyarakat secara langsung. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan. Ketujuh, kemudahan memperoleh informasi dapat
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang


baru (Mubarak dkk, 2007).

b. Perilaku Seksual
Seks adalah kata yang sangat tidak asing di telinga kita, tetapi
anehnya seringkali kita merasa tabu dan agak malu-malu jika
menyinggungnya. Oleh karena agar kita dapat membicarakan dan
mendiskusikannya dengan bebas terbuka, maka para ahli bahasa dan ilmuwan
pun membuat seks ini menjadi ilmiah dengan menambahkan akhiran “-tas”
dan “-logi” menjadi “seksualitas” dan “seksologi”, sehingga jadilah
seksualitas adalah untuk dibahas dan didiskusikan, seksologi adalah untuk
ditulis secara ilmiah, dan seks adalah untuk dialami dan „dinikmati‟.
Menurut Simkins (1984) dalam Sarwono (2010), perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan
lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini
bisa bermacam-macam, mulai dari membaca buku porno, nonton film porno,
perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rita Damayanti
terhadap remaja SLTA di Jakarta tahun 2008 diperoleh hasil bahwa perilaku
pacaran remaja adalah mengobrol, pegangan tangan, berangkulan, berciuman
pipi, berpelukan, berciuman bibir, meraba-raba dada, meraba alat kelamin,
menggesek kelamin, seks oral, dan hubungan seks.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Gatra bekerja sama
Laboratorium Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia (LIP FISIP-UI) menjaring 800 subjek penelitian remaja berusia 15-
22 tahun di Jakarta, Yogyakarta, Medan, Surabaya, dan Ujungpandang dapat
diketahui bahwa subjek penelitian menunjukkan sikap yang makin permisif
(sikap serba boleh) terhadap perilaku seks gaya modern seperti berpelukan
antar lawan jenis, cium pipi, cium bibir, necking (cium leher atau cupang),
meraba-raba, petting, dan senggama.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penelitian tentang perilaku seksual juga pernah dilaksanakan di luar


negeri oleh Sprecher, McKinney, Walsh, dan Anderson pada tahun 1988 yang
kemudian mengkategorikan perilaku seks menjadi petting (saling menggesek-
gesekkan alat kelamin), sexual intercourse (hubungan seksual), dan oral-
genital sex (seks oral-genital). Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa
petting merupakan perilaku seksual yang paling banyak dapat diterima oleh
subjek, kemudian hubungan seksual dan seks oral.
Perilaku seksual yang banyak dilakukan oleh remaja dapat
menimbulkan berbagai dampak, seperti yang dijelaskan dalam Tabel 2.2:

Tabel 2.2 Dampak Perilaku Seksual


PERILAKU ASIKNYA NGGAK ASIKNYA
Nggak disalurkan  Nggak merasa berdosa  Nggak „greng‟
 Nggak bakal hamil
 Diterima masyarakat
Pegangan Tangan  Aman  Bosan
 Gak bakal hamil  Nggak seru
 Diterima masyarakat
Ciuman  Nggak hamil  Malu kalo ketauan
 Romantis  Merasa berdosa
 Bisa dinikmati  Bisa nularin penyakit
Masturbasi  Aman dari kehamilan  Merasa bersalah
 Bisa puas juga  Merasa berdosa
 Aman dari PMS/AIDS
Petting  Bisa puas juga  Bisa menularkan PMS
 Kemungkinan hamil kecil  Bisa menimbulkan
(bukan berarti nggak bisa) lecet di alat kelamin
 Lebih „greng‟ dibanding
ciuman
Hubungan Seks  Paling “heboh”  Resiko hamil besar
 Variasi banyak  Resiko tertular PMS
 Sensasi paling “greng”  Resiko dicela
masyarakat
Sumber: Buklet Perilaku Seksual dan Pacaran Sehat

4. Remaja
a. Pengertian Remaja
Banyak ahli yang memberikan definisi tentang masa remaja. Muss
commit to user
menjelaskan bahwa remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Latin (adolescere) yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Santrock (2011)


mengartikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional. Walaupun remaja mempunyai ciri unik, yang terjadi pada
masa remaja akan saling berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman
pada masa anak-anak dan dewasa.
Masa awal remaja adalah waktu di mana konflik orang tua dengan
remaja meningkat lebih dari konflik orang tua dengan anak. Peningkatan ini
bisa terjadi karena beberapa faktor yang melibatkan pendewasaan remaja dan
pendewasaan orang tua, meliputi perubahan biologis, pubertas, perubahan
kognitif termasuk meningkatnya idealisme dan penalaran logis, perubahan
sosial yang berpusat pada kebebasan dan jati diri, dan harapan yang tak
tercapai (Santrock, 2011).
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16
tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17
tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian
akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat (Hurlock, 1990).
Muagman (1980) dalam Sarwono (2010) mendefinisikan remaja
berdasarkan definisi konseptual World Health Organization (WHO) yang
mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) kriteria, yaitu: biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi.
1. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama
kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Ciri-Ciri Masa Remaja


Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock
(2003), antara lain:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan
yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada
individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa
kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status
remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi
perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri),
perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam
masyarakat.
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan
demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal
ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung
memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya
dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa,
yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan
dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini
commit
akan memberikan citra yang to inginkan.
mereka user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja,


kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas
perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

c. Tahap Perkembangan Masa Remaja


Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global
berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun
adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-
21 tahun adalah masa remaja akhir (Sarwono, 2010).
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga
tahap perkembangan yaitu:
1) Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a) Lebih dekat dengan teman sebaya
b) Ingin bebas
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir
abstrak
2) Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a) Mencari identitas diri
b) Timbulnya keinginan untuk kencan
c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e) Berkhayal tentang aktivitas seks
3) Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a) Pengungkapan identitas diri
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c) Mempunyai citra jasmani dirinya
d) Dapat mewujudkan rasa cinta
e) Mampu berfikir abstrak

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Tugas Perkembangan Masa Remaja


Tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst antara lain:
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Mengharapkan dn mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya
6. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
7. Mempersiapkan karier ekonomi
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis (Hurlock, 1990)

e. Perkembangan Seksualitas Remaja


Menurut (Hurlock, 1990) Perkembangan seksualitas pada remaja meliputi:
1. Perubahann Fisik
1) Perempuan
a) Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda
umur 8 tahun sampai akhir usia 10 tahun.
b) Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara lain:
uterus membesar; vagina memanjang; mulai tumbuhnya rambut
pubis dan aksila; dan lubrikasi vagina baik spontan maupun akibat
rangsangan.
c) Menarke sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak
sampai usia 16 tahun. Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur
dan ovulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi pertama.
2) Laki-laki
a) Meningkatnya kadar testosteron ditandai dengan peningkatan ukuran
penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis; tumbuhnya rambut
pubis, wajah.
b) Walaupun mengalami orgasme, tetapi mereka tidak akan mengalami
commit
ejakulasi, sebelum organ matang sekitar usia 12 – 14 tahun.
to user
seksnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Ejakulasi terjadi pertama kali mungkin saat tidur (emisi nokturnal),


dan sering diinterpretasikan sebagai mimpi basah dan bagi sebagian
anak hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat memalukan. Oleh
karena itu anak laki-laki harus mengetahui bahwa meski ejakulasi
pertama tidak menghasilkan sperma, akan tetapi mereka akan segera
menjadi subur.
2. Perubahan Psikologis
1) Periode ini ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi
pengharapan masyarakat.
2) Remaja dihadapkan pada pengambilan sebuah keputusan seksual,
dengan demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang
perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, dan penyakit yang
ditularkan melalui aktivitas seksual.
3) Yang perlu diperhatikan terkadang pengetahuan yang didapatkan tidak
diintegrasikan dengan gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka
percaya kalau penyakit kelamin maupun kehamilan tidak akan terjadi
padanya, sehingga ia cenderung melakukan aktivitas seks tanpa kehati-
hatian.
4) Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual,
banyak dari mereka yang mengalami setidaknya satu pengalaman
homoseksual. Remaja mungkin takut jika pengalaman itu merupakan
gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan ini
tidak benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual
secara ketat setelah pengalaman demikian.
5) Remaja yang kemudian mengenali preferensi mereka sebagai
homoseksual yang jelas akan merasa kebingungan sehingga
membutuhkan banyak dukungan dari berbagai sumber (Bimbingan
Konselor, penasihat spiritual, keluarga, maupun profesional kesehatan
mental).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. PENELITIAN YANG RELEVAN


Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan
No Penelitian dan Subjek penelitian Variabel Metode
Peneliti Penelitian Penelitian penelitian
1. Perilaku Seksual Subjek penelitian Varibel Kuantitatif
Remaja Santri di yang dipakai penelitiannya
Pesantren Purba yaitu para Santri meliputi:
Baru Tapanuli di Pesantren 1. Perilaku seksual
Selatan serta Faktor- Purba Baru remaja santri,
Faktor yang Tapanuli. 2. Jenis kelamin,
Mempengaruhinya, Pengetahuan,
oleh Asfriyati, dkk, 3. Sikap,
2004. 4. Urutan dalam
keluarga,
5. Pendidikan
ayah,
6. Pendidikan ibu,
7. Hubungan
dengan orang
tua,
8. Informasi
tentang seks,
9. Hubungan
dengan guru.

2. Faktor-Faktor yang Subjek penelitian Variablel Kuantitatif dan


Mempengaruhi yang dipakai penelitiannya: Kualitatif
Perilaku Seksual Mahasiswa 1. Gaya hidup,
Remaja di Jawa Perguruan Tinggi 2. Harga Diri,
Tengah: dan buruh pabrik. 3. Pengendalian
Implikasinya diri,
terhadap Kebijakan 4. Relijiusitas,
dan Layanan 5. Aktifitas Sosial,
Kesehatan Seksual 6. Pengetahuan,
dan Reproduksi; 7. Sikap terhadap
oleh Antono S, layanan
Nicholas JF, dan kesehatan
Zahroh S, 2006. seksual dan
reproduksi,
8. Sikap terhadap
seksualitas,
9. Dukungan
Sosial,
10. Kepercayaan
Diri,
11. Perilaku
commit to user Seksual.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Sexual Lifestyles and Mahasiswa Variabel Kualitatif dan


Inter-personal Perguruan Tinggi Penelitiannya: kuantitatif
Relationships of di Semarang dan 1. Sexual lifestyles
University Students Surakarta, 2. Sexual
in Central Java interaction
Indonesia and Their 3. Love styles
Implications for 4. Sexual attitudes
Sexual and 5. Gender
Reproductive attitudes
Health; Zahroh 6. Leisure
Shaluhiyah, 2006 behavior
7. Personality
8. Individual
background
4. Prevalence Anak sekolah di Variabel Kuantitatif
of sexual intercourse tahun ke-9 di kota Penelitiannya:
and associated Goiânia 1. Sosiodemografi
factors among 2. Perilaku
adolescents kesehatan
attending schools in berisiko
Goiânia in the state 3. Persepsi citra
of Goiás, Brazil; tubuh
Sasaki RS., Leles
CR., Malta
DC., Sardinha
LM., Freire MC.
2015, Ciência &
Saúde Coletiva, vol.
20 no.1.
5. “Friending” Teens: Remaja Pengguna Mengidentifikasi Kuantitatif
Systematic Review of Media Sosial penelitian tentang
Social Media in penggunaan media
Adolescent and sosial untuk
Young Adult Health berinteraksi dengan
Care; Yonker remaja dan dewasa
LM., Zan S., Scirica muda untuk
CV., Jethwani mencapai hasil
K., Kinane TB, 2015, kesehatan yang
The Journal of positif
Medical Internet
Research. Vol 17, No
1.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. KERANGKA BERPIKIR

Pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi,
IMS dan HIV/AIDS

Sikap terhadap Faktor


seksualitas Personal

Efikasi
diri

Perilaku
seksual
remaja
Pengaruh teman
sebaya

Pengawasan Faktor
orang tua Lingkungan

Akses
informasi

Gambar. 2.1 Kerangka Berpikir

D. HIPOTESIS
Ada pengaruh antara faktor personal dan lingkungan terhadap perilaku seksual pada
remaja.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 di SMA Negeri 1


Bergas Kabupaten Semarang.

B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling


1. Populasi
Populasi adalah kumpulan lengkap dari seluruh subjek, individu, atau
elemen lainnya, yang secara implisit akan dipelajari dalam sebuah penelitian
(Murti, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI
SMA Negeri 1 Bergas Kab. Semarang sebanyak 305 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah subset yang dicuplik dari populasi, yang akan diamati atau
diukur peneliti (Murti, 2013).
Penentuan jumlah sampel dengan populasi di bawah 10.000 dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus slovin (Nursalam, 2008):
N
n=
1  N (e 2 )

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Maka jumlah sampel dalam penelitian
commitini
to adalah:
user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

305
n= = 173,2
1  305 (0,05 2 )

Dari perhitungan di atas, jumlah sampel minimal yang harus ada sebanyak
173,2 dibulatkan menjadi 173 responden (Nursalam, 2008).
3. Sampling
Suatu cara pengambilan sampel yang representatif dari populasi. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak dengan jenis sampel stratified random
sampling dan cara yang dipakai yaitu proportionate random sampling yaitu
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan dengan memperhatikan
proporsi dalam populasi itu (Saryono, 2010).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Faktor personal
b. Faktor lingkungan
2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku seksual pada remaja.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional


berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena.
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran
dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel
dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2007).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Indikator Cara Ukur Kategori
Operasional Data
1. Pengetahuan Pemahaman remaja 1. Definisi kesehatan Terdapat 30 item Kontinu 1 : Tinggi
tentang terhadap hal yang reproduksi pernyataan 2 : Rendah
kesehatan berkaitan dengan 2. Organ reproduksi
reproduksi, Kesehatan 3. Menstruasi
IMS dan Reproduksi, IMS 4. Pubertas
HIV/AIDS dan HIV/AIDS. 5. Masa subur
6. Hasrat/keinginan
seksual
7. Kehamilan
8. Resiko reproduksi
9. IMS/penyakit
kelamin
10. HIV/AIDS
2. Sikap terhadap Keyakinan, 1. Hubungan seksual Terdapat 30 item Kontinu 1 : Tidak
Seksualitas evaluasi, 2. Penggunaan alat pernyataan yang Permisif
dan kecenderungan kontrasepsi diadopsi dari 2 : Permisif
responden untuk 3. Tujuan hubungan Reiss (1964),
bertindak tentang seks Sprecher (1988)
segala sesuatu yang 4. Prostitusi dan Shaluhiyah
berhubungan 5. Kumpul kebo (2006).
dengan 6. PSK
hubungan seksual 7. Oral seks
8. Masturbasi
9. Pornografi
10. Homoseksual
11. Penerimaan tentang
perilaku seksual
3. Efikasi Diri Persepsi responden 1. Pengaruh positif Variabel ini Kontinu 1 : Tinggi
untuk tidak 2. Situational cues diukur dengan 2 : Rendah
melakukan 3. Testing personal menggunakan
aktivitas seksual control skala yang
sebelum menikah 4. Tekanan Sosial dimodifikasi dari
Adolescent Self-
Efficacy Scale
for Sexual
Abstinence
(ASESSA) yang
disusun oleh
Linda J. Hulton
(2006).
Skala ini terdiri
dari 11 item
favourable dan
diberi skor
commit to user dengan 5 poin
skala Likert,
yaitu Sangat
Setuju (SS) = 5,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setuju (S) = 4,
Ragu-Ragu = 3,
Tidak Setuju
(TS) = 2; Sangat
Tidak Setuju
(STS) = 1
4. Pengaruh teman Pengaruh dari 1. Perilaku teman yang Terdapat 8 item Kontinu 1:
sebaya teman sebaya yang melakukan aktivitas pernyataan pengaruh
dapat meliputi seksual Favourable(+)=5 baik
perilaku, nasihat, 2. Larangan untuk Unfavourable(- 2:
dan larangan melakukan aktivitas )=3 pengaruh
seksual Item pada buruk
3. Nasihat untuk tidak variabel
melakukan aktivitas memiliki tiga
seksual alternatif
jawaban, yaitu
setuju, ragu-
ragu, dan tidak
setuju. Pada item
favourable,
jawaban setuju
akan diberi skor
3, jawaban ragu-
ragu diberi skor
2, jawaban tidak
setuju diberi skor
1, dan
sebaliknya pada
pertanyaan
unfavourable.
5. Pengawasan Persepsi responden 1. Pendidikan seksual Terdapat 9 item Kontinu 1:
orang tua terhadap upaya 2. Kontrol pergaulan pernyataan pengawasan
orang tua dalam Favourable(+)=4 baik
memonitor dan Unfavourable(- 2:
mengamati )=5 pengawasan
mereka. Nilai pertanyaan kurang
favourable jika
setuju diberikan
nilai 1 dan bila
tidak setuju 0
dan sebaliknya.
6. Akses Informasi Frekuensi remaja . Akses informasi Kontinu 3 : Tidak
dalam memperoleh dibagi dalam 3 pernah
informasi tentang kategori yaitu 2 : Jarang
kesehatan sering, jarang 1 : Sering
reproduksi yang dan tidak pernah
dapat dan terdapat 15
mempengaruhi pertanyaan.
praktek memelihara Setiap item
kesehatan pertanyaan
reproduksinya commit to user mempunyai
jawaban sering
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(kategori sering)
dengan skor 3,
pernah (kategori
jarang) dengan
skor 2 dan tidak
pernah (kategori
tidak pernah)
dengan skor 1.
Kemudian setiap
skor pertanyaan
1-30 dijumlah
dan dimasukan
dalam kategori.
7. Perilaku Segala tingkah laku 1. Masturbasi Terdapat 7 item Kontinu 1 : tidak
seksual yang didorong oleh 2. Kissing (cium bibir) favourable. melakukan
hasrat seksual, baik 3. Necking (cium leher Jawaban ya akan 2:
dengan lawan atau cupang) diberi melakukan
jenisnya maupun pembobotan
dengan sesama berdasarkan
jenis tingkatan
4. Petting perilaku seksual.
5. Seks oral
6. Hubungan seks
7. Seks anal

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini ada 7 (tujuh) kuesioner yaitu kuesioner tentang
(1) Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS, (2) Sikap
terhadap Seksualitas, (3) Efikasi Diri, (4) Pengaruh teman sebaya, (5)
Pengawasan orang tua, (6) Akses Informasi, (7) Perilaku seksual.
2. Skala Lie Minnesota Multiphasik Personality (Skala L-MMPI)
L-MMPI yaitu skala validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi hasil yang
mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek penelitian. Skala
L-MMPI berisi 15 butir pernyataan untuk dijawab responden dengan “Ya” bila
butir pernyataan sesuai dengan keadaan dan perasaan responden, dan “Tidak”
bila tidak sesuai dengan keadaan dan perasaan responden. Responden diikutkan
dalam penelitian apabila jawaban ”Tidak” pada pengukuran dengan skala
L-MMPI berjumlah < 10. Jadi jika hasil pengukuran menunjukkan skor lebih
dari 10 maka subjek penelitian dinyatakan gugur dan tidak dijadikan subjek
commit to user
penelitian (James & Butcher, 2011).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

G. Alur Penelitian

Siswa SMA

Siswa SMA
Negeri 1 Bergas
Kabupaten
Semarang

Siswa SMA
Kelas X dan
Kelas XI

L-MMPI

Kuesioner

Pengetahuan Sikap Efikasi Pengaruh Pengawasan Akses


tentang terhadap diri teman orang tua informasi
kesehatan seksualitas sebaya
reproduksi, IMS
dan HIV/AIDS

Kontinu Kontinu Kontinu Kontinu Kontinu Kontinu

Analisis univariat

Analisis bivariat

Analisis
multivariat

Gambar 3.1. Alur Penelitian


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

H. Analisis Data
1. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Secara teknis pada dasarnya analisis merupakan kegiatan meringkas
kumpulan data menjadi ukuran tengah dan ukuran variasi. Selanjutnya
membandingkan gambaran-gambaran tersebut antara satu kelompok subjek
dan kelompok subjek lain, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
analisis. Untuk data kategori peringkasan data hanya menggunakan
distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi.
b. Analisis Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel dapat
diteruskan analisis yang lebih lanjut. Apabila diinginkan analisis hubungan
antara dua variabel, maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Analisis
ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah
uji regresi linier sederhana.
c. Analisis Multivariat
Data akan dianalisis dengan bantuan program SPSS dengan
menggunakan teknik analisis regresi linier ganda untuk mengukur besarnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan memprediksi
nilai variabel dependen apabila nilai dua atau lebih variabel independen
sebagai prediktor mengalami kenaikan atau penurunan. Uji statistik yang
digunakan adalah uji Regresi Linier Ganda.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uji Skala L-MMPI


Hasil uji dengan menggunakan skala L-MMPI diperoleh data sebanyak 14
dari 173 subjek penelitian yang menjadi sampel penelitian memberikan jawaban
“tidak” dengan skor lebih dari 10 (sepuluh), sehingga subjek penelitian tersebut
dinyatakan gugur dan tidak dijadikan subjek penelitian dalam analisis berikutnya.
Oleh karena itu subjek penelitian menjadi sebanyak 159 subjek penelitian.

B. Analisis univariat
Berikut ini dipaparkan hasil analisis univariat dari masing-masing variabel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil analisis distribusi frekuensi tentang pengaruh faktor personal
dan lingkungan terhadap perilaku seksual pada remaja
Variabel Independen N %
1. Pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, IMS dan HIV/AIDS
a. Tinggi 110 62.9
b. Rendah 49 30.8
Jumlah 159 100
2. Sikap terhadap seksualitas
a. Permisif 52 32.7
b. Tidak permisif 107 67.3
Jumlah 159 100
3. Efikasi diri
a. Tinggi 107 67.3
b. Rendah 52 32.7
Jumlah 159 100
4. Pengaruh teman sebaya
a. Baik 109 68.6
b. Buruk 50 31.4
Jumlah 159 100
5. Pengawasan orang tua
a. Baik 108 67.9
b. Buruk 51 32.1
Jumlah 159 100
6. Akses Informasi
a. Sering 51 32.1
b. Jarang 56 35.2
c. Tidak pernah 52 32.7
Jumlah 159 100
Sumber: data primer diolah, 2015
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Analisis bivariat
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara dua variabel.
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier sederhana. Hasil
uji regresi linier sederhana dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil analisis regresi linier sederhana (Analisis Bivariat) tentang pengaruh
faktor personal dan lingkungan terhadap perilaku seksual pada remaja

CI 95%
Varibel Koefisien Batas Batas p R2
independen regresi (b) bawah atas

1. Pengetahuan 0.60 0.48 0.73 0.001 0.35


tentang
kesehatan
reproduksi,
IMS dan
HIV/AIDS
2. Sikap 0.64 0.52 0.76 0.001 0.42
terhadap
seksualitas
3. Efikasi diri 0.67 0.56 0.79 0.001 0.46
4. Pengaruh 0.65 0.53 0.77 0.001 0.42
teman
sebaya
5. Pengawasan 0.66 0.54 0.78 0.001 0.44
orang tua
6. Akses 0.30 0.21 0.38 0.001 0.28
informasi
Sumber: data primer diolah, 2015

D. Analisis multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk untuk mengukur besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dan memprediksi nilai variabel dependen
apabila nilai dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor. Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan teknik regresi linier ganda. Berikut ini dipaparkan
hasil analisis regresi linier ganda. Hasil uji regresi linier ganda dapat dilihat pada
Tabel 4.3.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3 Hasil analisis regresi linier ganda antara pengaruh faktor personal dan
lingkungan terhadap perilaku seksual pada remaja

CI 95%
Koefisien Batas Batas p
regresi (b) bawah atas

Konstanta -0.04 -0.20 0.11 0.560


1. Pengetahuan tentang 0.16 0.04 0.28 0.008
kesehatan reproduksi,
IMS dan HIV/AIDS
2. Sikap terhadap 0.13 0.00 0.27 0.047
seksualitas
3. Efikasi diri 0.23 0.10 0.37 0.001
4. Pengaruh teman sebaya 0.22 0.09 0.34 0.001
5. Pengawasan orang tua 0.15 0.01 0.28 0.030
6. Akses informasi 0.07 0.01 0.14 0.016
n observer = 159
Adjusted R2 = 65.9%
p = 0.001
Sumber: data primer diolah, 2015

Hasil uji regresi linier berganda antara Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,
IMS dan HIV/AIDS, Sikap terhadap seksualitas, Efikasi Diri, Pengaruh teman
sebaya, Pengawasan orang tua, Akses informasi erhadap perilaku seksual pada
remaja mempunyai makna sebagai berikut:
a. Koefisien regresi (b)
 = -0.04 Nilai konstanta untuk persamaan regresi adalah -0.04 yang berarti
bahwa jika tidak ada Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS
dan HIV/AIDS, Sikap terhadap seksualitas, Efikasi Diri, Pengaruh
teman sebaya, Pengawasan orang tua, dan Akses informasi, maka
perilaku seksual sebesar -0.04 satuan.

1.1 = 0.16 Besar koefisien regresi untuk variabel pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, IMS dan HIV/AIDS dengan parameter b1.1 bertanda
positif, berarti pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS dan
HIV/AIDS dapat meningkatkan perilaku seksual. Nilai b1.1 sebesar
0.16 menunjukkan bahwa apabila nilai pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, IMS dan HIV/AIDS dapat ditingkatkan satu unit (satu
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

satuan), maka perilaku seksual akan bertambah sebesar 0.16 pada taraf
kepercayaan 99.992% berarti ada pengaruh positif antara pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS terhadap perilaku
seksual.
1.2 = 0.13 Besar koefisien regresi untuk variabel sikap terhadap seksualitas
dengan parameter b1.2 bertanda positif, berarti sikap terhadap
seksualitas dapat meningkatkan perilaku seksual. Nilai b1.2 sebesar
0.13 menunjukkan bahwa apabila nilai sikap terhadap seksualitas
dapat ditingkatkan satu unit (satu satuan), maka perilaku seksual akan
bertambah sebesar 0.13 pada taraf kepercayaan 99.953%. Berarti ada
pengaruh positif antara sikap terhadap seksualitas terhadap perilaku
seksual.
1.3 = 0.23 Besar koefisien regresi untuk variabel efikasi diri dengan parameter
b1.3 bertanda positif, berarti efikasi diri dapat meningkatkan perilaku
sesksual. Nilai b1.3 sebesar 0.23 menunjukkan bahwa apabila nilai
efikasi diri dapat ditingkatkan satu unit (satu satuan), maka perilaku
seksual akan bertambah sebesar 0.23 pada taraf kepercayaan 99.999%.
berarti ada pengaruh positif antara efikasi diri terhadap perilaku
seksual.
2.1= 0.22 Besar koefisien regresi untuk variabel pengaruh teman sebaya dengan
parameter b2.1 bertanda positif, berarti pengaruh teman sebaya dapat
meningkatkan perilaku seksual. Nilai b2.1 sebesar 0.22 menunjukkan
bahwa apabila nilai pengaruh orang tua dapat ditingkatkan satu unit
(satu satuan), maka perilaku seksual akan bertambah sebesar 0.22
pada taraf kepercayaan 99.999%. Berarti ada pengaruh positif antara
pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seksual.
2.2 = 0.15 Besar koefisien regresi untuk variabel pengawasan orang tua dengan
parameter b2.2 bertanda positif, berarti pengawasan orang tua dapat
meningkatkan perilaku sesksual. Nilai b2.2 sebesar 0.15 menunjukkan
bahwa apabila nilai pengawasan orang tua dapat ditingkatkan satu unit
(satu satuan), maka perilaku seksual akan bertambah sebesar 0.15
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada taraf kepercayaan 99.97% berarti ada pengaruh positif antara


pengawasan orang tua terhadap perilaku seksual.
2.3= 0.07 Besar koefisien regresi untuk variabel pengaruh akses informasi
dengan parameter b2.3 bertanda positif, berarti akses informasi dapat
meningkatkan perilaku seksual. Nilai b2.3 sebesar 0.07 menunjukkan
bahwa apabila nilai akses informasi dapat ditingkatkan satu unit (satu
satuan), maka perilaku seksual akan bertambah sebesar 0.07 pada taraf
kepercayaan 99.984% berarti ada pengaruh positif akses informasi
terhadap perilaku seksual.

b. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)


Dari hasil regresi juga diketahui nilai Adjusted R Square atau koefisien
determinasi sebesar 0.66 yang artinya bahwa variabel tingkat pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS, sikap terhadap seksualitas, efikasi diri,
pengaruh teman sebaya, pengawasan orang tua, serta akses informasi mempunyai
pengaruh sebesar 66% terhadap perilaku seksual pada remaja, sedangkan sisanya
sebesar 34% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

E. Pembahasan
1. Pengaruh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS
terhadap perilaku seksual pada remaja
Dari analisis di atas diketahui bahwa Pengetahuan tentang Kesehatan
Reproduksi, IMS dan HIV/AIDS berpengaruh positif sebesar 0.163, Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Pengetahuan merupakan hasil mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini
terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap objek tertentu
(Mubarak dkk, 2007). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Iswarati dan Prihyugiarto, 2002) dimana hasil penelitiannya justru pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi ternyata tidak berpengaruh terhadap remaja
dalam melakukan hubungan seksual. Remaja yang tahu maupun yang tidak tahu
tentang kesehatan reproduksi tidak berpengaruh terhadap sikap mereka melakukan
hubungan seksual. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi. Setiap orang


berhak mendapatkan akses informasi tentang kesehatan reproduksi dan
seksualitas. Pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi sangatlah
penting untuk diberikan kepada siapapun termasuk anak jalanan (Mudingayi dkk,
2011).
Penelitian Mudingayi dkk (2011) menyatakan bahwa pengetahuan
tentang Penyakit Menular Seksual memainkan peran dalam memprediksi perilaku
berisikoPenyakit Menular Seksual. Pengetahuan tentang HIV berhubungan
dengan hubungan seksual yang mencakup konsisten penggunaan kondom,
pengurangan pada jumlah hubungan seksual, peningkatan toleransi untuk orang
dengan HIV/AIDS.

2. Pengaruh sikap terhadap seksualitas terhadap perilaku seksual pada remaja


Sikap terhadap seksualitas juga memiliki peran yang sangat penting
dalam perilaku seksual remaja. Dalam penelitian ini didapatkan hasil 0.139 dan
berpengaruh positif terhadap perilaku seksual remaja, hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Secord dan Backman (dalam Azwar, 2012) bahwa “sikap
adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseroang terhadap sutatu aspek di lingkungan
sekitarnya”, serta teori yang dikemukakan oleh LaPierre (dalam Azwar, 2012).
mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan
antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan.
Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan
suatu kecenderungan dan keyakinan seseorang terhadap suatu hal yang bersifat
mendekati (positif) atau menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif & kognitif
dan mengarahkan pada pola perilaku tertentu. Sedangkan definisi sikap terhadap
operasi peneliti simpulkan sebagai kecenderungan dan keyakinan individu
mengenai operasi yang bersifat mendekati (positif) dan menjauhi (negatif) ditinjau
dari aspek afektif dan kognitif dan mengarahkan pada pola perilaku tertentu. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gatra yang
commit
bekerja sama dengan Laboratorium IlmutoPolitik,
user Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Politik Universitas Indonesia (LIP FISIP-UI) yang menjaring 800 subjek


penelitian remaja berusia 15-22 tahun di Jakarta, Yogyakarta, Medan, Surabaya,
dan Ujungpandang menjelang akhir 1997. Dari hasil penelitian tersebut dapat
diketahui bahwa subjek penelitian menunjukkan sikap yang makin permisif (sikap
serba boleh) terhadap perilaku seks gaya modern.

3. Pengaruh efikasi diri terhadap perilaku seksual pada remaja


Dari hasil analisis di atas diketahui bahwa efikasi diri berpengaruh paling
besar (0.237) hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan dari (Bandura, 1997)
yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh interaksi antara
faktor lingkungan, perilaku dan faktor pribadi yang meliputi kognisi, afeksi dan
biologis. Selain itu juga mengacu pada kemampuan yang dimiliki individu untuk
membentuk perilaku yang tepat, menghadapi rasa takut dan halangan untuk
mencapai keberhasilan yang diharapkan. Individu yang memiliki efikasi diri
mempunyai harapan positif dalam menjalankan tugas sehingga individu berusaha
keras untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, 2009) dan Survey yang
dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati (2005) dimana hasil penelitiannya
justru akses informasi memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan dengan efikasi
diri.

4. Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seksual pada remaja


Teman sebaya juga mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
pembentukan perilaku seksual remaja. Dalam penelitian ini didapatkan hasil 0.222
dan berpengaruh positif terhadap perilaku seksual.
Bandura (1989) menyatakan bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi
oleh keteraturan konsekuensi respon. Konsekuensi respon itu mempengaruhi
perilaku terutama melalui nilai informatif dan insentifnya. Terdapat tiga insentif
penting yang berfungsi sebagai sistem pengatur perilaku, yaitu yang didasarkan
pada konsekuensi eksternal (external motivator), konsekuensi tak langsung
(vicarious motivator), dan konsekuensi yang dihasilkan oleh diri sendiri (self
commit
regulatory motivator). Konsekuensi to user berpengaruh dalam memotivasi
ekternal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perilaku (external motivator), konsekuensi tak langsung (viscarious motivator)


apabila orang mengamati perilaku orang lain memungkinkan pengamat akan
meniru perilaku tersebut. Pengamat akan memperoleh informasi tentang jenis
tindakan yang berkemungkinan menimbulkan konsekuensi positif dan negatif.
Pengamat dapat belajar tentang hal-hal yang dapat mengakibatkan rasa senang
atau tidak senang. Oleh karena itu, manusia memiliki kemampuan untuk mengatur
perilakunya sendiri (self regulatory motivator). Kemampuan manusia untuk
mempengaruhi perilakunya sendiri secara sengaja melalui konsekuensi yang
dihasilkannya sendiri memberinya kapasitas untuk mengarahkan diri, meskipun
dalam batas-batas reciprocal determinism. Melalui pengamatan, orang
mengembangkan ketrampilan untuk memonitor perilakunya sendiri. Maka dari itu
orang dewasa lainnya, teman dan model simbolik memainkan peranan yang lebih
penting dalam pembentukan sikap dan perilaku.
Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh (Dewi, 2012) yang
berpendapat bahwa teman sebaya merupakan faktor penguat terhadap
pembentukan perilaku remaja termasuk perilaku seksual. Sedangkan Morton dan
Farhat (2010) dalam Dewi (2012) menyatakan bahwa teman sebaya mempunyai
kontribusi sangat dominan dari aspek pengaruh dan percontohan (modelling)
dalam berperilaku seksual remaja dengan pasangannya. Tetapi hasil penelitian ini
berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maryatun,2013)
mengenai peran teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja di
SMA Muhammadiyah 3 Surakarta bahwa sebagian besar remaja (84%) yang
berperilaku seksual pranikah sebanyak (62%) menyebutkan adanya
peran/pengaruh dari teman sebaya. Serta remaja yang memperoleh informasi
seksualitas dari teman sebaya akan 19.272 kali berisiko melakukan perilaku
seksual pranikah dibandingkan dengan remaja yang tidak memperoleh peran
informasi seksualitas dari teman sebaya mereka.

5. Pengaruh pengawasan orang tua terhadap perilaku seksual pada remaja


Pengawasan orang tua juga ikut andil dalam pembentukan perilaku
seksual pada remaja. Hal ini sesuai teori dari (Baumrind, 2004) yang menyatakan
commitsegala
bahwa pola asuh orang tua merupakan to userbentuk dan proses interaksi yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terjadi antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam
keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pola asuh orangtua memiliki pengaruh penting terhadap perilaku seksual remaja,
terutama berkaitan dengan perilaku seksual pranikah. Nilai-nilai moral, agama,
dan norma-norma sosial dikenalkan kepada anak melalui interaksi di dalam
keluarga.

6. Pengaruh akses informasi terhadap perilaku seksual pada remaja


Variabel akses informasi dalam penelitian ini berpengaruh paling kecil
terhadap perilaku seksual yakni sebesar 0.078. Penelitian ini tidak sejalan dengan
survey yang dilakukan oleh Survei yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah
Hati (2005) di Jabodetabek yang didapatkan hasil bahwa akses informasi sangat
berperan dalam pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi remaja.
Media massa merupakan informasi seksual yang lebih penting
dibandingkan orang tua dan teman sebaya, karena media massa memberikan
gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan kebutuhan seksualitas. Media
massa baik cetak maupun elektronik yang menampilkan tulisan atau gambar dapat
menimbulkan imajinasi dan merangsang sesorang untuk mencoba meniru
adegannya (Wibowo, 2004).
Penelitian Carrol dan Kirkpatrik (2011) menyatakan bahwa penggunaan
media merupakan bagian integral disepanjang hidup di usia remaja, jumlah risiko
dihubungkan dengan penggunaan media sosial, secara spesisfik berefek negatif
pada kesehatan. Bagaimanapun data tentang risiko penggunaan tipe macam sosial
media sangat berisiko pada perilaku mereka. Media massa merupakan sumber
informasi seksual yang lebih penting dibandingkan orang tua dan teman sebaya,
karena media massa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keinginan
dan kebutuhan seksualitas. Media massa baik cetak maupun elektronik
menampilkan tulisan atau gambar yang dapat menimbulkan imajinasi dan
merangsang sesorang untuk mencoba meniru adegannya.
Penelitian Rice dkk (2010) melaporkan bahwa penggunaan internet dan
media lainnya secara positif berpengaruh pada perubahan perilaku seks pada anak
commit
jalanan. Lebih dari 84 % usia remaja to menggunakan
yang user internet satu kali dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

satu minggu atau lebih berisiko mengalami perubahan perilaku berisikoPenyakit


Menular Seksual. Informasi dari media ataupun teman sebaya belum pasti tingkat
kebenarannya, bahkan cenderung tidak akurat dan keliru. Penyampaian informasi
seksual yang vulgar dan menyesatkan dari media atau teman sebaya dapat
mendorong untuk berperilau seksual berisiko.

7. Pengaruh pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS,


Sikap Terhadap Seksualitas, Efikasi Diri, Pengaruh Teman Sebaya,
Pengawasan Orang Tua, Akses Informasi terhadap perilaku seksual pada
remaja
Hasil pengujian hipotesis (uji F) didapat nilai uji F sebesar 51.816
dengan nilai signifikansi model regresi secara simultan sebesar 0,000, nilai ini
lebih kecil dari significance level 0,05 (5%), yaitu 0,000 < 0,05. Uji simultan
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama
atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa secara bersama-sama atau secara simultan variabel independen yaitu
variabel Pengetahuan Terhadap Kesehatan Reproduksi, IMS dan HIV/AIDS,
Sikap Terhadap Seksualitas, Efikasi Diri, Pengaruh Teman Sebaya, Pengawasan
Orang Tua, Akses Informasi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen yaitu Perilaku seksual pada remaja.
Informasi tentang kesehatan reproduksi, IMS, dan HIV/AIDS perlu
diberikan untuk meningkatkan pemahaman remaja, sehingga mereka akan berpikir
dengan cermat sebelum melakukan hubungan seksual pada remaja. Pengetahuan
mungkin bukanlah faktor yang berpengaruh langsung terhadap perilaku seksual
pada remaja. Seperti yang dijelaskan oleh Bandura (1990) bahwa perilaku tersebut
tidak merupakan hasil langsung dari pengetahuan atau ketrampilan, melainkan
suatu proses penilaian yang dilakukan seseorang dengan menyatukan ilmu
pengetahuan, harapan, status emosi, pengaruh sosial dan pengalaman yang didapat
sebelumnya untuk menghasilkan suatu penilaian atas kemampuan mereka dalam
menguasai situasi yang sulit. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS yang rendah
commit toperilaku
maupun tinggi belum tentu mempengaruhi user seksual pada remaja.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sikap terhadap seksualitas adalah keyakinan, evaluasi, dan


kecenderungan untuk bertindak tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
hubungan seksual. Menurut Alport, sikap mempunyai tiga komponen, yaitu
kepercayaan, ide dari konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau
evaluasi emosional terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Ketiga
komponen tersebut membentuk sikap yang utuh. Dalam pembentukan sikap utuh
ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Menurut Azwar, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan
sikap, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,
media massa, insitiusi atau lembaga, emosi dalam diri individu.
Teori yang dikemukakan dari (Bandura, 1997) yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh interaksi antara faktor lingkungan, perilaku
dan faktor pribadi yang meliputi kognisi, afeksi dan biologis. Selain itu juga
mengacu pada kemampuan yang dimiliki individu untuk membentuk perilaku
yang tepat, menghadapi rasa takut dan halangan untuk mencapai keberhasilan
yang diharapkan. Individu yang memiliki efikasi diri mempunyai harapan positif
dalam menjalankan tugas sehingga individu berusaha keras untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Peran teman sebaya bagi remaja sangat berarti dalam memperoleh
informasi yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku remaja terhadap isu
seksualitas. Hal ini terjadi karena banyak pihak baik remaja, orangtua, guru,
pendidik, pemuka agama dan tokoh masyarakat merasa takut apabila informasi
dan pendidikan seks diberikan pada remaja akan disalahgunakan oleh remaja.
Sehingga remaja pun lebih senang bertanya pada teman sebaya yang tidak lebih
baik pengetahuannya dan tidak menerima pendidikan seks yang
bertanggungjawab. Remaja menerima informasi yang salah bahkan menyesatkan
misalnya dari cerita teman, melihat dari film atau video porno, tayangan televisi,
membaca buku, majalah yang lebih banyak menyajikan seks secara vulgar
dibandingkan pengetahuan pendidikan seksual yang benar (Burgess dkk, 2005).
Pengawasan orang tua juga ikut andil dalam pembentukan perilaku
seksual pada remaja. Hal ini sesuai teori dari (Baumrind, 2004) yang menyatakan
commitsegala
bahwa pola asuh orang tua merupakan to userbentuk dan proses interaksi yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terjadi antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam
keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
Media massa merupakan informasi seksual yang lebih penting
dibandingkan orang tua dan teman sebaya, karena media massa memberikan
gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan kebutuhan seksualitas. Media
massa baik cetak maupun elektronik yang menampilkan tulisan atau gambar dapat
menimbulkan imajinasi dan merangsang sesorang untuk mencoba meniru
adegannya (Wibowo, 2004).

F. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, masalah dibatasi pada
pengetahuan, sikap remaja, efikasi diri, pengaruh teman sebaya, pengawasan orang
tua, akses informasi. Selain itu populasi dalam penelitian ini mengambil remaja
khususnya yang berstatus pelajar sekolah menengah atas yang notabene remaja
pilihan yaitu dengan kondisi sosial ekonomi dan sosial kultur yang cukup baik,
sehingga penelitian ini belum bisa mewakili populasi, jadi membuka peluang untuk
penelitian lain yang lebih mendalam lagi dengan jenis penelitian kuantitatif
dipadukan dengan kualitatif dan dengan menggunakan populasi yang dianggap
mewakili remaja.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil statistik didapatkan hasil sebagai berikut:


1. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS berpengaruh
positif dan signifikan terhadap perilaku seksual pada remaja (b= 0.16; CI= 95%,
0.04 hingga 0.28; p= 0.008)
2. Sikap terhadap seksualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
seksual pada remaja (b= 0.13; CI= 95%, 0.00 hingga 0.27; p= 0.047)
3. Efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku seksual pada
remaja (b= 0.23; CI= 95%, 0.10 hingga 0.37; p: 0.001)
4. Pengaruh teman sebaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
seksual pada remaja (b= 0.22; CI= 95%, 0.09 hingga 0.43; p= 0.001)
5. Pengawasan orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
seksual pada remaja (b= 0.15; CI= 95%, 0.01 hingga 0.28; p= 0.030)
6. Akses informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku seksual
pada remaja (b= 0.07; CI= 95%, 0.01 hingga 0.14; p= 0.016)
Maka kesimpulannya Semakin positif nilai faktor personal dan faktor
lingkungan, maka semakin positif perilaku seksual pada remaja.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Teoritis
Teori sosial kognitif Bandura (1997) efikasi diri bisa digunakan untuk
memprediksi perilaku seksual pada remaja dalam kontek masyarakat di wilayah
Kabupaten Semarang.
2. Implikasi Praktis
Temuan ini menunjukkan bahwa semua variabel independen yang diteliti yaitu
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS, sikap terhadap
seksualitas, efikasi diri, pengaruh teman sebaya, pengawasan orang tua, serta
commit
akses informasi bisa digunakan untuk to user
meningkatkan perilaku seksual pada remaja.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. SARAN

1. Perilaku seksual yang baik didapatkan dari hasil faktor personal dan faktor
lingkungan yang secara bersama-sama memperngaruhi perilaku seksual pada
remaja.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Dengan memperhatikan keterbatasan penelitian, hendaknya memilih subjek
peneleitian yang lebih representatif supaya dapat digeneralisasikan. Selain itu juga
meningkatkan metode penelitian yaitu dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif yang dipadukan dengan kualitatif sehingga dapat mengetahui fenomena
perilaku seksual pada remaja dan kebutuhan layanan reproduksi yang diinginkan
oleh remaja.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H.A. 2007. Psikologi Sosial (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Alavi, S.S., Maracy M.R., Jannatifard., Eslami M. 2011. The effect of psychiatric
symptoms on the internet addiction disorder in Isfahan's University students.
Journal of Research in Medical Sciences. 16(6): 793–800

Asfriyati, dkk. 2004. Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli
Selatan serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Laporan Penelitian
Dosen Muda).

Azwar, S. 2012. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

. 2013. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Bandura, A. 1997. Self Efficancy: The Exercise of Control. New York: W.H Freeman a
State University, Stillwater, United States: Journal of Early Adolescence and
Company.
Benokraitis, N.V. 1996. Marriages and Families: Changes, Choices, and Constraints
2nd edition. New Jersey: Prentice Hall.
Biro Pusat Statistik. 2012. Jumlah Penduduk menurut Provinsi. Semarang.

BKKBN. 2010. Data survei Kesehatan Reproduksi Indonesia. Jakarta.

BKKBN. 2012. Data survei Kesehatan Reproduksi Indonesia. Jakarta.

Burgess, V., Dziegielewski, S.F. & Green, C.E. 2005. Improving Comfort about Sex
Communication between Parents and Their Adolescents: Practice-Based
Research within A Teen Sexuality Group. Brief Treatment and Crisis
Intervention, 5:379-390.

Carroll, JA dan Kirkpatrick RL, 2011. Impact os Social Media an Adolescent


Behavioral Health. Oaklanda, CA : Adolescent Health Collaborative.

Cox, R.B., Shreffler, KM., Merten, MJ., Schwerdtfeger, KL., Dowdy, JL. 2015.
Parenting, Peers, and Perceived Norms: What Predicts Attitudes Toward Sex
Among Early ?. Oklahom.

Damayanti, R. 2008. Peran Biopsiokososial Terhadap Perilaku Berisiko Tertular HIV


pada Remaja SLTA di DKI. Disertasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
DeGenova, M. K., & Rice, P. 2005. Intimate Relationship, Marriage and Family. 6th
commit to user
Edition. Boston: McGraw Hill.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Depkes RI. 2014. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006. Jakarta.

Fagan, P.F. 2009. The Effects Of Pornography On Individuals, Marriage, Family And
Community. Research Synthesis. Washington, D.C.: The Family Research
Counsil.
Family Care International (FCI). 2000. Sexual & Reproductive health Briefing Cards.
New York.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. SPSS 19 (edisi
kelima). Semarang: Universitas Diponegoro.
Green, Lawrence W. 2000. Health Promotion Planning: An Educational and
Environmental Approach. Second Edition. Mayfield Publishing Company.
Mountain View-Toronto-London.
Greenberg, J, Baron, R.A. 2003. Behavior in Organization. Eight Edition. New Jersey:
Pearson Education Inc.

Gunarsa, S.D. & Gunarsa,Y.S.D. 2012. Psikologi untuk membimbing. Jakarta: Libri.

Hidayat. A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika
Hurlock, E.B. 2005. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Iswarati dan Prihyugiarto. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi sokap terhadap
perilaku seksual pra nikah pada remaja di Indonesia. Jurnal Ilmiah Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi, 2(2).
Jahja. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Jaccard, J., Blanton H., Dodge, T. 2005. Peer influences on risk behavior: an analysis of
the effects of a close friend. America: American Psychological Association.

James & Butcher. 2011. A Beginner's Guide to the MMPI–2, Third Edition. Washington
D.C: American Psychological Association.
Jenkins, M. 2015. A Concept Analysis of Self-Efficacy and Adolescent Sexual Risk-
Taking Behavior. Nursing Forum Volume 50, No. 1, Januar y-March 2015

Kim, C,R,. dan Free, C. 2008. Recent Evaluations of the Peer Led Approach in
Adolescent Sexual Health Education: A Systemic review Perspective on
Sexual and reproductive Health. J Reproductive Health. Vol 40 (3). 144-151

Maryatun, 2013. Peran Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah pada
Remaja di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. GASTER 10(1).
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mubarak WI, Chayatin N, Rozikin K, Supradi. 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah


Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Murti, B. 2013. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Monks, F.J. 2009. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

National Institutes of Health. 2013. What are some types of sexually transmitted
diseases or sexually transmitted infections (STDs/STIs)?.
http://www.nichd.nih.gov/health/topics/stds/conditioninfo/Pages/types.aspx.
Diakses pada tanggal 19 februari 2015.
Nugroho, T. 2010. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Oppong A.K dan Oti B.M. 2013. HIV/AIDS knowledge among undergraduate
university students: implications for health education programs in Ghana.
African Health Sciences, Vol 13 Issue 2 June
Papalia, Old, Feldman. 2008. Human Development (Psikologi perkembangan). Edisi
Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Plan. 2004. Perilaku Seksual dan Pacaran Sehat (Booklet).

Pratibha G., Fatima A., Pankaj B., Srivastav., dan Zeashan H.Z. 2013. Knowledge About
HIV/AIDS Among Secondary School Students. N Am J Med Sci. v.5(2) Feb
Ramadhani, A.V. Social Learning Theory (Bandura). (Serial Online). Diakses pada
tanggal 29 Desember 2014.
Resource Center for Adolescent Pregnancy Prevention. Social Learning Theory and
Sexuality Education (serial online).
http://recapp.etr.org/recapp/index.cfm?fuseaction=pages.TheoriesDetail&Pag
eID=380 Diakses pada tanggal 6 Januari 2015.
Riwidikdo, H. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mita Cendikia Press

Santrock, J.W. 2011. Adolescence, 14th Edition. Mc Graw Hill: New York

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian kebidanan. Jakarta: Nuha Medika.

Sarwono, S. W. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sasaki RS., Leles CR., Malta DC., Sardinha LM., Freire MC. 2015. Prevalence of sexual
intercourse and associated factors among adolescents attending schools in
Goiânia in the state of Goiás, Brazil, SciELO Salud Pública Rio de Janeiro
Ciênc. saúde coletiva vol. 20 no.1.
Strehl. 2011. The Agenda for Children Services : A Policy Handbook. Australia: The
Stationery Office Dublin
Suparlan S. 2008. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar ruzz Media.
Suryoputro, A; Ford, Nicholas; Shaluhiyah, Z. 2006. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya
terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Reproduksi. Makara, Kesehatan
Vol. 10, No. 1, Juni, 2006: 29-40.
Synovate Research. 2005. Perilaku Seksual Kawula Muda di Empat Kota Besar
(Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan) Laporan Penelitian. Jakarta: Synovate
Research & DKT Indonesia
Taufik. 2007. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang Keperawatan. Jakarta:
CV. Infomedika

UNFPA. 2008. Reproductive Rights and Sexual and Reproductive Health Framewo.
New York: UNFPA.
Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya.

WHO. 2012. HIV/AIDS Prevention and Care Among Especially Vulnerable Young
People A Framework For Action. Switzerland: WHO

Ybarra, M.L dan Mitchell, K.J. 2014. “Sexting” and Its Relation to Sexual Activity and
Sexual Risk Behavior in a National Survey of Adolescents. Journal of
Adolescent Health. Vol 55, 757-764

Yonker LM., Zan S., Scirica CV., Jethwani K., Kinane TB. 2015. “Friending” Teens:
Systematic Review of Social Media in Adolescent and Young Adult Health
Care. The Journal of Medical Internet Research. Vol 17, No 1.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sartika Kusumastuti

NIM : S 021308074

Prodi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Adalah mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Personal dan

Lingkungan terhadap Perilaku Seksual pada Remaja”, mohon bantuan anda untuk

menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini.

Kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh responden akan dijaga dan

hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas kesediaan dan partisipasinya untuk menjadi subjek penelitian, saya ucapkan

terimakasih.

Peneliti,

Sartika Kusumastuti

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(Inform Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Tanggal :

Setelah diberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan dilakukannya penelitian,

saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang

dilakukan oleh Sartika Kusumastuti (S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sebelas Maret Surakarta), sampai dengan berakhirnya proses penelitian yang

dilaksanakan.

Saya bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian yang

dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak di

bawah paksaan siapapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 2015

Responden

(……………….)

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN 5

SKALA L MMPI

Berilah tanda (x) pada kolom jawaban (ya) bila anda setuju dengan pernyataan ini,
atau penyataan ini berlaku bagi anda atau mengenai anda.Sebaliknya berilah tanda
(x) pada kolom jawaban (tidak), bila anda tidak setuju dengan pernyataan ini atau
anda merasa bahwa pernyataan ini tidak berlaku atau tidak mengenai anda

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Sekali-kali saya berpikir hal yang buruk untuk
diutarakan
2. Kadang-kadang saya merasa ingin mengumpat
atau mencaci maki
3. Saya tidak selalu mengatakan yang benar
4. Saya tidak membaca setiap tajuk rencana surat
kabar
5. Saya kadang-kadang marah
6. Apa yang dapat saya kerjakan hari ini kadang-
kadang saya tunda sampai besok
7. Bila saya sedang tidak enak badan, kadang-
kadang saya mudah tersinggung
8. Sopan santun saya dirumah tidak sebaik seperti
jika bersama orang lain
9. Bila saya yakin tidak seorang pun yang
melihatnya, mungkin sekali-kali saya akan
menyelundup menonton tanpa karcis
10. Saya akan lebih senang menang daripada kalah
dalam suatu permainan
11. Saya ingin mengenal orang-orang penting karena
dengan demikian saya merasa menjadi orang
penting juga
12. Saya tidak selalu menyukai setiap orang yang
saya kenal
13. Kadang-kadang saya mempergunjingkan orang
lain
14. Saya kadang-kadang memilih orang-orang yang
tidak saya kenal dalam suatu pemilihan
15. Sekali-kali saya ingin tertawa juga
mendengarkan lelucon porno

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN 6

KUESIONER PENELITIAN

“PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN LINGKUNGAN


TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA”

Petunjuk:

1. Baca setiap pertanyaan pada kolom dengan teliti, kemudian pilihlah salah satu
jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda.
2. Demi kelancaran penelitian ini, mohon semua pertanyaan diberi jawaban dan
jangan sampai terlewati
3. Selamat mengerjakan dan terimakasih

A. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi, IMS, dan HIV/AIDS


Instrumen ini terdiri dari 30 item pernyataan yang berisi tentang Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi, IMS dan HIV/AIDS. Beri tanda () pada kolom (Benar)
jika pernyataan tersebut anda anggap benar dan kolom (Salah) jika pernyataan
tersebut anda anggap salah.

No. Pernyataan Benar Salah


1. Keadaan sehat yang menyeluruh meliputi aspek
fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak
adanya penyakit atau gangguan segala hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi
2. Keadaan sehat yang menyeluruh meliputi aspek
fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak
adanya penyakit atau gangguan segala hal yang
berkaitan dengan fungsi reproduksi
3. Keadaan sehat yang menyeluruh meliputi aspek
fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak
adanya penyakit atau gangguan segala hal yang
berkaitan dengan proses reproduksi
4. Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia
dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian
hidupnya
5. Pubertas adalah masa ketika seorang anak meng-
alami perubahan fisik, psikis, dan pematang-
an fungsi seksual.
6. Penyakit IMS adalah penyakit yang menyerang
pada alat kelamin perempuan commit to user
atau laki – laki akibat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melakukan hubungan seksual


7. Penyakit shipilis (raja singa), gonorrhea, herpes
genital, dan HIV/AIDS merupakan kelompok
penyakit menular seksual.
8. Penyakit menular seksual disebabkan oleh berbagai
macam virus, bakteri, jamur yang sebagian besar
ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang
yang telah terinfeksi.
9. Penyakit menular seksual dapat menular melalui
makanan/minuman dari sisa orang yang menderita
penyakit menular seksual.
10. Gejala IMS yaitu rasa gatal disekitar alat kelamin,
Rasa sakit saat kencing dan ada keputihan kental
kekuningan perlu diwaspadai terkena penyakit
menular seksual.
11. Seseorang akan tertular IMS jika hubungan
intim/seks dengan orang yang terinfeksi tanpa
menggunakan kondom
12. Melakukan hubungan intim/seks dengan sesama
jenis dapat tertular IMS
13. HIV adalah kepanjangan dari Human
Immunodeviciency Virus
14. AIDS adalah kepanjangan dari Aquired Immune
Deviciency Syndrome
15. AIDS adalah penyakit infeksi
16. Sistem kekebalan adalah target utama yang
diserang HIV
17. HIV hanya hidup dalam jaringan tubuh manusia
18. ODHA merupakan kepanjangan dari Orang dengan
HIV/AIDS
19. Penyebab HIV adalah Human Immunodeviciency
Virus
20. Penyebab lain dari HIV/AIDS adalah Human
Pappiloma Virus
21. Seks bebas dan penggunaan jarum suntik secara
bergantian dapat menyebabkan HIV/AIDS
22. Gejala dari penderita AIDS adalah Diare yang tak
sembuh, Penurunan berat badan yang drastis dalam
waktu 1 bulan,
23. Seseorang dianggap menderita HIV jika
menunjukkan tes HIV positif
24. Belum ada obat untuk menyembuhkan HIV/AIDS
25. Berhubungan seksual dengan partner pengidap
HIV/AIDS dapat menularkan HIV/AIDS
26. Ciuman basah dengan penderita HIV/AIDS dapat
menularkan HIV/AIDS
27. Tansfusi darah yang commit tercemarto user
HIV dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menularkan HIV/AIDS
28. Ibu hamil dengan HIV/AIDS dapat menularkan
HIV/AIDS kepada janinnya
29. Tidak melakukan hubungan seks bebas dan
menggunaan narkoba suntik merupakan salah satu
cara pencegahan HIV/AIDS
30. Kondom tidak bisa mencegah penularan HIV
secara sempurna

B. Sikap Terhadap Seksualitas


Instrumen ini terdiri dari 30 item pernyataan yang berisi Sikap terhadap seksualitas.
Beri tanda () pada kolom (Benar) jika pernyataan tersebut anda anggap benar dan
kolom (Salah) jika pernyataan tersebut anda anggap salah.

No. Pernyataan Benar Salah


1. Hubungan seksual sebaiknya dilakukan setelah
Menikah
2. Hubungan seksual pranikah sebaiknya dilakukan
dengan pacar tetap
3. Hubungan seksual pranikah lebih baik dilakukan
dengan PSK
4. Hubungan seksual pranikah boleh dilakukan
dengan teman biasa
5. Hubungan seksual pranikah adalah untuk
menyesuaikan saat setelah menikah
6. Menggunakan kontrasepsi akan membuat orang
berfikir bahwa saya adalah orang yang tidak
bermoral
7. Menggunakan kontrasepsi adalah merupakan
suatu tindakan yang bertanggung jawab
8. Saat melakukan hubungan seksual pranikah tidak
perlu menggunakan kontrasepsi
9. Tidak perlu menggunakan kondom saat
berhubungan seks dengan pacar sendiri
10. Menggunakan kontrasepsi adalah bertujuan untuk
mencegah kehamilan
11. Menggunakan kondom adalah bertujuan untuk
mencegah Penyakit Menular Seksual (PMS)dan
HIV/AIDS
12. Kondom harus digunakan bagi seseorang yang
aktif seksual sebelum menikah
13. Hubungan Seks adalah bertujuan untuk
memperoleh anak
14. Hubungan Seks adalah bertujuan untuk
memperoleh kesenangan
15. commit
Hubungan Seks adalah bertujuan to user
untuk menjalin
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hubungan (relasional)
16. Prostitusi adalah perbuatan yang tidak bermoral
dan tidak diterima oleh masyarakat
17. Kumpul kebo atau tinggal serumah dengan
pasangan tanpa nikah adalah perbuatan yang tidak
bermoral dan tidak diterima oleh masyarakat
18. Pekerja seks komersial (PSK) adalah tidak
bermoral karena menurunkan martabat seseorang
serta tidak bisa diterima oleh masyarakat
19. Kepuasan yang dirasakan dalam oral seks dapat
menggantikan intercourse (hubungan seks)
20. Seks oral (merangsang alat kelamin pasangan
dengan menggunakan mulut) adalah perilaku
seksual abnormal
21. Masturbasi adalah perilaku seksual yang biasa
22. Melihat adegan film porno akan merangsang
perilaku seksual
23. Pornografi adalah hal yang harus dihindari oleh
Remaja
24. Homoseksual adalah ditentang dan tidak sehat
25. Menurut anda, pada tahapan hubungan yang mana
yang seorang pria wajar melakukan kegiatan
seperti berciuman, berpelukan, dan bersentuhan
dengan pasangannya
26. Di tahapan hubungan yang mana yang menurut
anda wajar dilakukan oleh wanita seperti
berciuman, berpelukan, dan bersentuhan
dengan pasangannya
27. Di tahapan hubungan yang mana yang menurut
anda wajar dilakukan oleh pria seperti petting
(saling menggesek-gesekkan alat kelamin) dan
oral seks dengan pasangannya
28. Di tahapan hubungan yang mana yang menurut
anda wajar dilakukan oleh wanita seperti petting
(saling menggesek-gesekkan alat kelamin) dan
oral seks dengan pasangannya
29. Di tahapan hubungan yang mana yang menurut
anda wajar dilakukan oleh pria seperti hubungan
intim atau seks dengan pasangannya
30. Di tahapan hubungan yang mana yang menurut
anda wajar dilakukan oleh wanita seperti
hubungan intim atau seks dengan pasangannya

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Efikasi Diri
Instrumen ini terdiri dari 11 item yang berisi tentang Efikasi Diri. Pilihlah dengan
memberikan tanda () sebagai pilihan jawaban anda.
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
RR : Ragu-ragu

No. Pernyataan SS S RR TS STS


1. Saya dapat mengatakan tidak
untuk melakukan hubungan seks
dengan pacar walaupun saya
menginginkannya
2. Saya dapat berpegang teguh
pada pendirian saya untuk tidak
melakukan hubungan seksual
karena sesuai dengan ajaran
agama
3. Saya dapat bertahan pada
keputusan saya untuk tidak
melakukan seks sebelum
menikah karena takut hamil
4. Saya dapat mengatakan dengan
tegas untuk tidak melakukan
hubungan seks sebelum
menikah
5. Saya dapat bertahan untuk tidak
melakukan hubungan seksual
dengan pacar walaupun harus
memutuskan hubungan
6. Saya dapat menahan untuk tidak
melakukan hubungan seks
dengan pacar walaupun teman
berpendapat hal tersebut tidak
masalah
7. Saya dapat menjelaskan alasan
untuk tidak melakukan
hubungan seks jika pacar
memaksa untuk melakukannya.
8. Saya bisa berhenti untuk
menemuinya jika pacar saya
memaksa untuk melakukan
hubungan seks
9. Saya akan menolak jika pacar
mengajak untuk menonton film
porno
10. Saya melarang pacar saya untuk
masuk ke kamar Saya commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11. Saya dapat mengatakan pada


pacar saya tentang keputusan
untuk tidak melakukan
hubungan seks.

D. Pengaruh Teman Sebaya


Instrumen ini terdiri dari 8 item yang berisi pernyataan tentang Pengaruh Teman
Sebaya. Pilihlah salah satu huruf dengan memberikan tanda () pada kotak yang
telah disediakan sebagai pilihan jawaban anda.
S : Setuju
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju

No. Pernyataan S RR TS
1. Teman-teman saya ada yang melakukan
hubungan seks sebelum menikah
2. Teman-teman menasihati saya untuk tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah
3. Teman saya melarang saya untuk menonton film
Porno
4. Teman-teman saya banyak yang berciuman bibir
dengan pacarnya
5. Saya berciuman dengan pacar untuk mengikuti
tren yang dilakukan oleh teman-teman saya
6. Walaupun teman saya banyak yang melakukan
aktivitas seksual, saya tidak terpengaruh untuk
mencobanya
7. Saya malu untuk berdiskusi tentang perilaku
seksual dengan teman
8. Teman saya tidak peduli jika saya melakukan
hubungan seksual dengan pacar

E. Pengawasan Orang Tua


Instrumen ini terdiri dari 9 item yang berisi pernyataan tentang Pengawasan Orang
Tua. Pilihlah salah satu huruf dengan memberikan tanda () pada kotak yang telah
disediakan sebagai pilihan jawaban anda.
S : Setuju
TS : Tidak Setuju

No. Pernyataan S TS
1. Orang tua menyarankan agar saya dapat menjaga
diri dalam bergaul dengan lawan jenis
2. Berdiskusi tentang hal-hal yang berbau
commit seks
to user
dengan orang tua adalah hal yang tabu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Orang tua saya memberi batasan mengenai jam


malam ketika saya pergi bersama teman-teman
4. Orang tua saya mendampingi dan memberikan
penjelasan kepada saya ketika sedang menonton
televise
5. Orang tua tidak tahu saya bergaul dengan siapa
saja
6. Orang tua saya tidak segan untuk memberikan
informasi tentang kehamilan kepada saya
7. Orang tua saya tidak terlalu peduli dengan aktivitas
saya
8. Orang tua saya marah jika saya bertanya tentang
hubungan seksual
9. Orang tua membiarkan bila ada teman lawan jenis
saya masuk ke dalam kamar

F. Akses Informasi
Instrumen ini terdiri dari 15 item yang berisi pernyataan tentang Akses Informasi.
Pilihlah salah satu huruf dengan memberikan tanda () pada kotak yang telah
disediakan sebagai pilihan jawaban anda.

Tidak
No. Pernyataan Sering Jarang
Pernah
1. Saya mendapatkan informasi pengetahuan seks
dari sosial media di internet (Facebook, Twitter,
BBM, Yahoo, dll)
2. Saya mendapatkan informasi pengetahuan seks
dari media cetak (Koran, tabloid, buku, dll)
3. Saya tahu seputar seks dari media elektronik
(televisi, radio, dll)
4. Saya mengerti istilah-istilah dalam seks dari
teman sejawat (teman sekolah, teman main,
teman lingkungan rumah)
5. Saya mendapatkan arahan dan pengetahuan
seputar seks dari orang tua
6. Saya mendapatkan arahan dan pengetahuan
seputar seks dari saudara kandung (kakak atau
adik)
7. Saya mengikuti trend perilaku seks berpacaran
dari tayangan-tayangan televisi (sinetron, film,
dll)
8. Sekolah memberikan pengetahuan seputar
seksologi dan reproduksi (biologi, biokimia, dll)
9. Saya rutin mendapatkan informasi konseling
seputar kesehatan reproduksicommit to user pribadi
dari dokter
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keluarga
10. Saya mendapatkan bimbingan konseling seputar
kesehatan seksual dari guru/guru BK di sekolah
11. Saya mendapat pengetahuan seks dari pacar/
teman dekat lawan jenis saya
12. Saya mengetahui cara menjaga kesehatan
reproduksi yang baik dari mengikuti seminar-
seminar, workshop, dll
13. Saya mengikuti gaya berpacaran setelah melihat
perilaku berpacaran teman
14. Saya tahu alat-alat kontrasepsi dari iklan atau
sponsor (iklan kondom, iklan KB pemerintah)
15. Saya mendapatkan arahan serta pesan moril
mengenai perilaku seksual yang benar dari
pendidikan agama saya baik di sekolah maupun
luar sekolah

G. Perilaku Seksual
Instrumen ini terdiri dari 7 item yang berisi pernyataan tentang Perilaku Seksual
Pranikah. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda () pada kotak
yang telah disediakan sebagai pilihan jawaban anda. Jawablah SESUAI DENGAN
KEADAAN DIRI ANDA yang sebenarnya dan dengan sejujur-jujurnya bukan
berdasarkan jawaban yang terbaik.

Tidak
No. Pernyataan Melakukan
Melakukan
1. Saat mengalami hasrat seksual yang memuncak
maka saya akan melampiaskannya dengan
melakukan masturbasi/Onani
2. Saya dan pasangan selalu mencari tempat-tempat
yang sepi untuk bisa saling berciuman
3. Ketika sedang berkencan kami saling mencium
leher (Necking)satu sama lain
4. Kami saling menggesekan alat kelamin (petting)
supaya sama-sama terangsang
5. Saat mengalami hasrat seksual yang memunjak
maka saya akan menyuruh pasangan saya untuk
melakukan seks oral
6. Bila kesempatan mendukung saya melakukan
hubungan seks dengan pasangan saya
7. Saat mengalami hasrat seksual yang memuncak
maka saya akan menyuruh pasangan saya untuk
melakukan seks anal

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN 15

HASIL ANALISIS DISTRIBUSI FREKUENSI

Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tinggi 110 69.2 69.2 69.2
Rendah 49 30.8 30.8 100.0
Total 159 100.0 100.0

Sikap
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak 107 67.3 67.3 67.3
Permesif
Permesif 52 32.7 32.7 100.0
Total 159 100.0 100.0

Efikasi Diri
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tinggi 107 67.3 67.3 67.3
Rendah 52 32.7 32.7 100.0
Total 159 100.0 100.0

Pengaruh
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 109 68.6 68.6 68.6
Buruk 50 31.4 31.4 100.0
Total 159 100.0 100.0

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengawasan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 108 67.9 67.9 67.9
Buruk 51 32.1 32.1 100.0
Total 159 100.0 100.0

Akses Informasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sering 51 32.1 32.1 32.1

Jarang 56 35.2 35.2 67.3

Tidak Pernah 52 32.7 32.7 100.0

Total 159 100.0 100.0

Perilaku Seksual

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 109 68.6 68.6 68.6


melakukan

Melakukan 50 31.4 31.4 100.0

Total 159 100.0 100.0

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN 17

HASIL UJI ANALISIS LINIER GANDA

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .820a .672 .659 .272
a. Predictors: (Constant), Akses Informasi, Efikasi Diri, Pengaruh , Pengetahuan, Sikap,
Pengawasan

Coefficientsa
Unstandardized Standardized 95% Confidence
Coefficients Coefficients Interval for B
Std. Lower Upper
Model B Error Beta t Sig. Bound Bound
1 (Constant) -.047 .081 -.584 .560 -.207 .112
Pengetahuan .163 .061 .162 2.687 .008 .043 .283
Sikap .139 .069 .140 2.005 .047 .002 .275
Efikasi Diri .237 .070 .240 3.407 .001 .100 .375
Pengaruh .222 .064 .222 3.475 .001 .096 .349
Pengawasan .152 .070 .153 2.185 .030 .015 .289
Akses
.078 .032 .135 2.431 .016 .015 .142
Informasi
a. Dependent Variable: Perilaku Seksual

commit to user

Anda mungkin juga menyukai