Anda di halaman 1dari 252

UTAMAKAN SHALAT

KI.1
Persyaratan K3 Perencanaan dan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan dan Peralatan listrik di Pembangkitan
oleh :
Hamid Tharhan Jamalullail
HP. 087877845366
hamid.tharhan@elektro.pnj.ac.id

PEMBANGKIT
Infrastruktur Ketenagalistrikan
1/18/2023

3
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Philosophy
Upaya atau pemikiran dan
penerapannya yang ditujukan untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya
dan budaya, untuk meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja

1/18/2023 4
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Suatu ilmu pengetahuan dan


Keilmuan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit akibat
kerja , dll

“ACCIDENT PREVENTION”

1/18/2023 5
Proses → → → → → → → → → Bahan + Mesin + Tenaga
kerja

Safe Production
1/18/2023 6
“HAZARD”
Adalah suatu obyek dimana terdapat
energi, zat atau kondisi kerja yang
potensial dapat mengancam
keselamatan

Hazard dapat berupa :


 bahan-bahan , bagian-bagian mesin,
bentuk energi, metode kerja atau
situasi kerja.

1/18/2023 7
Jenis Potensi Bahaya

t Physical Hazards
t Chemical Hazards
t Electrical Hazards
t Mechanical Hazards
t Physiological Hazards
t Biological Hazards
t Ergonomic

1/18/2023 8
“DANGER”
Merupakan tingkat bahaya dari
suatu kondisi bilamana
terjadi accident.

adalah suatu kondisi


sumber bahaya telah ter-identifikasi
dan telah dikendalikan
ke tingkat yang memadai
(Aman/safe)

1/18/2023 9
“DANGER”
Suatu kondisi yang telah
teridentifikasi melalui
pemeriksaan/pengujian/analisis
disimpulkan telah menunjukkan
melampaui batas aman.

Danger adalah lawan dari aman atau


selamat.

1/18/2023 10
DANGER
hampir putus
putus INSIDENT

ACCIDENT

1/18/2023 11
Difinisi

adalah :
Kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga /tiba-tiba yang
dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda

1/18/2023 12
Difinisi

Adalah :
SUATU KEJADIAN TIDAK DIDUGA
(INSIDENT) YANG MENGAKIBATKAN
KACAUNYA PROSES PEKERJAAN /
PRODUKSI YANG DIRENCANAKAN
SEBELUMNYA
Catatan :
Kecelakaan kerja tidak selalu diukur adanya
korban manusia cidera atau mati.

1/18/2023 13
DEFINISI INCIDENT

Suatu keadaan/kondisi,
bilamana pada saat itu
sedikit saja ada perubahan
maka dapat
mengakibatkan terjadinya
accident/kecelakaan.

1/18/2023 14
Kesehatan (Health)

Derajat/tingkat keadaan fisik


dan psikologi individu (the
degree of physiological and
psychological well being of the
individual)

1/18/2023 15
Sasaran K3
• Melindungi para pekerja dan orang
lainnya di tempat kerja (formal
maupun informal)
• Menjamin setiap sumber produksi
dipakai secara aman dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan
lancar

1/18/2023 16
ENERGI LISTRIK

“VITAL dan DOMINAN”;


Perlu terjamin
ketersediaannya dan kehandalannya.

Disisi lain :
Mengandung POTENSI BAHAYA !!!
Perlu dijamin Keamanannya.
1/18/2023 created by ganjar_k3@yahoo.co.id
Bahaya Listrik ?

19
Arus / Tegangan listrik
Tidak tampak
Tidak berbau
Tidak berbunyi

Dapat dirasakan
Dapat menyebabkan
DANGER
Kematian
1/18/2023
POTENSI BAHAYA LISTRIK
1. Bahaya Kejutan Listrik (Electric Shock’s)
1.1 Bahaya Sentuhan Langsung

“Sentuhan Langsung”
Menyentuh, tersetuh, atau
disentuh bagian aktip
yang bertegangan secara
langsung
PENYEBAB SENTUH LANGSUNG

◼ Kelalaian Manusia
◼ Cara Pemasangan yang tidak baik
◼ Gangguan Eksternal
CARA-CARA PENGENDALIAN BAHAYA
SENTUH LANGSUNG

◼ Proteksi bagian aktif dengan isolasi


◼ Proteksi dengan penghalang
◼ Proteksi dengan Rintangan
◼ Proteksi Penempatan diluar Jangkauan
◼ Menggunakan APD
◼ Menggunakan Lock Out Tag Out (LOTO)
POTENSI BAHAYA LISTRIK
1. Bahaya Kejutan Listrik (Electric Shock’s)
1.1 Bahaya Sentuhan Langsung
1.2 Bahaya Sentuhan Tidak Langsung

“ Sentuhan Tak Langsung”


Menyentuh, tersentuh, atau disentuh pada
bagian yang semestinya /normalnya tidak
bertegangan, tetapi akibat terjadinya arus
bocor/ arus sisa
maka berpotensi bertegangan
BAHAYA SENTUHAN TIDAK LANGSUNG

◼ Adalah bahaya sentuh pada suatu peralatan


listrik yang seharusnya tidak bertegangan
akan menjadi bertegangan sebagai akibat
kegagalan isolasi dan mengalirnya arus
sisa/arus bocor pada peralatan tersebut
PENYEBAB
SENTUHAN TAK LANGSUNG

◼ Kegagalan isolasi peralatan


◼ Index Proteksi (IP) peralatan yang tidak
baik/tidak sesuai dengan lokasi
◼ Gangguan akibat cuaca / lingkungan
◼ Pemasangan instalasi yang tidak baik
DAMPAK
SENTUHAN TIDAK LANGSUNG

◼ Membahayakan manusia
◼ Membahayakan peralatan itu sendiri
◼ Membahayakan peralatan-peralatan lain
◼ Mengganggu kinerja peralatan-peralatan
proteksi lainnya
CARA PENGENDALIAN SENTUHAN TIDAK
LANGSUNG
◼ Proteksi dengan cara memasang Pengaman Arus Sisa (GPAS)
atau ELCB
◼ Proteksi dengan perlengkapan kelas II atau dengan isolasi
ekuivalen
◼ Proteksi dengan ikatan penyama potensial
◼ Proteksi dengan separasi listrik (Insulasion Transformer)
◼ Proteksi dengan Grounding
POTENSI BAHAYA LISTRIK
1. Bahaya Kejutan Listrik (Electric Shock’s)
1.1 Bahaya Sentuhan Langsung
1.2 Bahaya Sentuhan Tidak Langsung
2. Panas Berlebih (Electric Arc’s)
2.1 Bahaya Beban Lebih (Over Load)
2.2 Bahaya Hubung Singkat (Short Circuit)
3. Efek Medan Elektromagnetik dan Efek
Medan Elektrostatik (Electric Blast)
4. Efek Mati Listrik
POTENSI BAHAYA LISTRIK

Bogor, 27
Nopember 2022
1/18/2023
Pra
Konstruksi
Masa
Konstruksi
Pasca PEMBANGKIT
Konstruksi
TRANSMISI
• LAIK FUNGSI
• HANDAL DISTRIBUSI
• AMAN
• RAMAH LINGKUNGAN PEMANFAATAN
IDENTIFIKASI
K3 RANCANG BANGUN
TEST &
OPERASIONAL PEMELIHARAAN
COMISIONING

LISTRIK
A Pembangkit

B Transmisi

C Distribusi

D Pemanfaatan
Prinsip dasar penerapan K3

Risk assessment Tindakan


identifikasi & Pengendalian
analisa potensi bahaya
bahaya

HAZARD CONTROL
Safe

Engineering Human
Control Control
Unsafe Unsafe
JSA JSO
Condition Act
Adm
Procedure

Management
Failure
OSH
Management System
Analisis
K3
• Diam → Tdk Berbahaya
• Berputar → Hazard
• Macet → Incident
• Panas → Danger
• Terbakar → Accident
• Meledak → Major Accident
Hazard Identification, Risk
Assessment & Risk Control

(HIRARC)
1. Apakah ada sumber potensi bahaya
2. Seberapa besar potensi dan kemungkinannya
3. Apa akibat dan pengaruhnya
4. Bagaimana pencegahannya
PENERAPAN

Identifikasi & Analisis SNI


PUIL
• Diperiksa,
• Diteliti,
SAFE
• Dihitung, Operasikan
• Diukur
• Diuji
• Dibandingkan,
DANGER

Kendalikan

1/18/2023 41
Prosedur Kerja Aman Pekerjaan
Non Rutin

Pekerjaan Rutin WO
Safety
Officer

Ditinjau
berkala
WI JSA

SOP JSO WP

Kerjakan
Sesuai SOP

1/18/2023
Prosedur pengajuan Work Permit
(Procedure for application of permit-to-work)

Supervisor Ahli K3
Mengajukan Permohonan Melakukan Identifikasi
Izin Kerja analisa potensi bahaya
kpd Safety Officer (JSA)

Ahli K3 Safety Officer


Memberikan pengarahan Menirbitkan Ijin Kerja
Prosedur K3 Dengan syarat2 K3 tertentu
Kepada Tim Pelaksana (SOP)

Supervisor
Memantau selama
Pelaksanaan Pekerjaan
(JSO)

1/18/2023
Jenis Uraian Prosedur Pelaks.
Pekerjaan Kerja kerja pekerjaan AMAN

Identifikasi
Syarat K3 Inspeksi
Hazard K3

Konsep
K3
Ref: UU, Pert, Standar

“safe production”
JOB SAFETY ANALYSIS
(JSA)
ANALISIS PEKERJAAN YANG
DILAKUKAN SECARA BERATURAN
SEBELUM PEKERJAAN DIMULAI DAN
HARUS TERBACA BERKAITAN DENGAN
RENCANA PEKERJAAN TERSEBUT.

Bertujuan mencari/menemukan adanya


potensi bahaya pada setiap tahapan/
rangkaian proses pekerjaan dan berusaha
untuk menghilangkannya.

1/18/2023 45
Langkah-langkah :
• uraikan tahapan pekerjaan,
• identifikasi potensi bahaya
yang mungkin ada,
• tetapkan tindakan untuk
mengendalikan bahaya atau
menghilangkannya sama sekali

1/18/2023 46
Contoh work sheet JSA
JOB SAFETY ANALYSIS
Jenis pekerjaan : Tanggal :
Unit/Seksi : AHLI K3 :
N tahapan
potensi bahaya pengendalian
o pekerjaan
1
2
3
4
Tim JSA
N
Nama Jabatan Tanda tangan
o

1/18/2023 47
Contoh

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)


Logo dan Nama Perusahaan
Jenis Pekerjaan: Pemasangan Transformator Daya Tanggal :.............................................
Unit/Seksi:...................................... Ahli K3 :.............................................
No. JSA : Lokasi :..............................................

No. Tahapan Pekerjaan Potensi Bahaya Pengendalian


1 Mempersiapkan perkakas kerja dan Alat Pelindung Diri
- Kejatuhan perkakas kerja - Memakai safety shoes

- Tangan terjepit, Tangan tergores perkakas - Memakai Sarung tangan

- Peralatan kerja berantakan - Perkakas kecil dimasukkan kedalam tool box

2 Membuat Pondasi Transformator


- Terpeleset/jalan licin - Memakai safety shoes

- Tangan lecet - Memakai safety gloves

- Kaki terbentur - Posisi kerja ergonomi

- Lantai dilapisi karung


- Keseleo
- Memakai helmet
- Kepala terbentur

3 Membuat Penandaan posisi Transformator


- Terpeleset/jalan licin - Memakai helmet

- Tangan lecet - Memakai safety shoes

- Kaki terbentur - Memakai safety gloves

- Posisi kerja ergonomi


- Keseleo
- Lantai dilap dan dikeringkan
- Kepala terbentur

4 Mengangkat Transformator keatas pondasi


- Kepala terbentur - Memakai helmet

- Kaki Terjepit - Memakai safety shoes

- Tangan terjepit - Memakai safety gloves

- Keseleo - Posisi kerja ergonomi


5 Memasang baut pemegang dan penguat ke baut angkur dan
leveling - Kepala terbentur - Memakai safety helmet

- Tangan terluka - Memakai safety gloves

- Keseleo - Memakai safety shoes

- Kaki terjepit - Posisi keja ergonomi

- Tangan terjepit

6 Memasang Grounding
- Kepala terbentur - Memakai safety helmet

- Tangan terluka - Memakai safety gloves

- Keseleo - Memakai safety shoes

- Kaki terjepit - Posisi keja ergonomi

- Tangan terjepit

7 Uji Tahanan Isolasi Transformator


- Electric shock - Memakai safety gloves

- Tangan terjepit - Memakai safety shoes

- Salah Pengukuran -Memakai Helmet

-Pelajari Instruction Manual

Pabrikan Transformator

-Lantai dipasang penyangga

8 Menginstalasi Transformator
- Kepala terbentur - Memakai safety helmet

- Tangan terluka - Memakai safety gloves

- Keseleo - Memakai safety shoes

- Kaki terjepit - Memakai Safety goggle

- Tangan terjepit - Posisi keja ergonomi

9 Merangkai Panel
- Tangan tergores pisau kabel, ujung - Memakai Sarung tangan

kabel atau mata bor - Memakai safety goggles

- Mata kena percikan material bor - Memakai safety helmet

- Kepala terbentur - Memakai safety gloves

- Jalan licin/terpeleset - Memakai safety shoes

- Keseleo - Posisi keja ergonomi


- Lantai dilapisi karung
- Salah penyambungan
- Fahami Wiring Diagram
10 Penyambungan kabel Transformator ke panel
- Tangan terluka - Memakai safety helmet

- Keseleo - Memakai safety gloves

- Kepala terbentur - Memakai safety shoes

- Posisi keja ergonomi


- Lantai licin/terpeleset
- Lantai di lap

11 Pengecekan dan Pemeriksaan pekerjaan pemasangan


- Electric Shock Memakai Sarung tangan

- Tangan terjepit - Memakai safety goggles

- Tangan keseleo - Memakai safety helmet


- Kaki tertimpa material - Memakai safety gloves
- Kepala terbentur - Memakai safety shoes
- Lantai licin/terpeleset
- Posisi keja ergonomi
- Lantai dilapisi karung

12 Selesai

TIM PENYUSUN JSA

NO. NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1 Ketua

2 Anggota

3 Anggota
Ada 5 Faktor mempengaruhi dalam JSA :

1. Manusia /orang yang terkait : operator, supervisor dll


2. Metode Praktek kerja dan prosedur kerja dari
perkerjaan yang dianalisis.
3. Peralatan dan mesin yang digunakan
4. Material (Bahan)
5. Lingkungan kerja

51
Identifikasi dan analisis
kecelakaan kerja Kerusakan

Korban jiwa
“Accident Cacat,
“ HAZARD” cidera,

Sakit
Kerugian :
•Harta benda
•Citra

1/18/2023 52
* INVESTIGASI KECELAKAAN
(LITBANG K3)

MGT SDM
SEJAHTERA

BAHAN LINGKUNGAN KERJA

FAKTOR SAFE
PENYEBAB PROSES PRODUCTION

PERALATAN SIFAT PEKERJAAN

CARA KERJA KECELAKAAN

ANALISIS
ANALYSIS KECELAKAAN

ANALISA KECELAKAAN, bertujuan


menemukan faktor penyebab
utamanya dan menentukan
tindakan pencegahan terjadinya
peristiwa yang sama

1/18/2023 54
Pengendalian Risiko (Controlling Risk) bahaya listrik:

Metoda pemastian risiko dikendalikan secara efektif adalah


dengan menggunakan “hirarki pengendalian” :

1. Eliminasi : Menghilangkan/melenyapkan potensi bahaya


2. Sparasi/ Isolasi: Menyekat bahaya terhadap manusia
terpapar risiko/ Memberikan separator/pembatas
3. Substitusi: Mengganti substansi bahaya dengan yang kurang
bahayanya.
4. Rekayasa (engineering): Rekayasa ulang agar bahayanya
berkurang.
5. Training : memberikan pelatihan/penyuluhan
6. Administratif : Melaksanakan cara kerja aman, SOP, dll.
7. Alat pelindung Diri (APD): Menggunakan APD dengan
baik,tepat dan benar.

55
INDUSTRI

BISNIS

PLTA
PLTD RUMAH
PLTP
PLTG TRAFO
PLTU STEP DOWN SOSIAL/
PLTGU PUBLIK
GARDU GARDU
STEP-UP STEP DOWN

SISTEM PEMBANGKIT SISTEM TRANSMISI SISTEM DISTRIBUSI KONSUMEN/Pemanfaatan


BATAS ASET DAN OPERASIONAL
PEMBANGKIT

TRANSAKSI ENERGI
LISTRIK

TRANSMISI

TRANSAKSI ENERGI
LISTRIK

TRANSAKSI ENERGI DISTRIBUSI


LISTRIK
Tujuan perencanaan instalasi listrik
di pembangkitan :
 mendapatkan tingkat keselamatan,
keamanan serta kesehatan yang
maksimal dalam produksi energi
listrik
 mengetahui demand (kebutuhan)
daya listrik
Proses Pembangkitan Tenaga Listrik
Proses Pembangkitan Tenaga Listrik
Teori perhitungan/kesesuaian kebutuhan daya
sistem pembangkitan :

 Kapasitas penggunaan energi listrik = 80% daya yang dibangkitkan

[Kapasitas generator minimal] = [Total daya] x 125%


Penyesuaian kebutuhan daya
1. Analisis kebutuhan daya maksimum berdasarkan
gambar perencanaan
 Rekapitulasi daya
 Check name plate/spesifikasi generator
2. Membandingkan kapasitas minimum generator dengan
kebutuhan daya
Persyaratan K3 perencanaan
instalasi listrik pada pembangkitan:
1. Penentuan daerah aman pada area
pembangkitan berdasarkan gambar
perencanaan
2. Tata letak peralatan, dan perlengkapan dari
aspek lingkungan berbahaya
Teori dasar teknik perencanaan
instalasi listrik pada pembangkitan :
 Gambar perencanaan instalasi listrik:
 Simbol-simbol
 Diagram garis tunggal
 Gambar instalasi
 Gambar situasi
 LOTO
 Checklist
Persyaratan K3 peralatan dan
perlengkapan pada dokumen
perencanaan instalasi pembangkitan :
 PHB
 Peralatan proteksi
 Peralatan penyalur
 Peralatan pengatur
Spesifikasi teknis perlengkapan, peralatan
listrik bersertifikasi pada pembangkitan :

 Spesifikasi teknis perlengkapan dan


peralatan listrik berdasarkan dokumen
perencanaan pembangkitan
KOMPONEN UTAMA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
1. Penggerak mula (prime mover), berupa :
 Mesin Diesel.
 Turbin (air, uap, gas).
 Beserta komponen dan perlengkapannya.

2. Komponen listrik, antara lain :


 Generator dan perelengkapannya.
 Transformator dan perlengkapannya.
 Peralatan proteksi.
 Saluran kabel, busbar, dan lain-lain.
 Dan lain sebagainya.

3. Komponen sipil, antara lain :


 Bendungan, pipa pesat (penstock), prasarana dan sarana sipil penunjang (untuk PLTA).
 Prasarana dan sarana sipil (pondasi peralatan, jalan, cable duct, dan lain-ain).
 Gedung kontrol (control building) dan perlengkapannya.

4. Komponen mekanisasi, misalnya : serandang peralatan, komponen pelengkap turbin, dan lain-lain.
Perencanaan sistem proteksi pada
instalasi listrik pembangkitan :
 Jenis sistem proteksi pada sistem pembangkitan
 Reverse power
 Over current
 Under voltage
 Tegangan surja
 Pembumian
 Sistem
 Peralatan
 Petir
Persyaratan Administrasi K3
 SDM
 Mmemiliki Sertifikat Keahlian/Kompetensi
 Lembaga
 Memiliki dokumen pengesahan / perijinan
Penyusunan laporan hasil pemeriksaan
dokumen perencanaan :

 Checklist
 Rekomendasi (formulir laporan dan rekomendasi)
PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK
A. PROSES
1. Memakai Generator Sinkron 3 Fasa
2. Dihasilkan Tegangan Bolak-balik 3 fasa dengan
frekwensi 50 Hertz atau 60 Hertz
3. Generator diputar oleh Mesin Penggerak Mula
4. Mesin Penggerak Mula mengkonversi Energi
Primer dari Alam menjadi Energi Mekanik Pemutar
Generator
5. Macam-macam Energi Alam :
a. Tenaga Air
b. Bahan Bakar: Batu bara, gas, minyak
c. Uap dari bumi
d. Matahari
e. Angin
6. Macam Mesin Penggerak Mula :
a. Turbin Air
b. Turbin Uap
c. Mesin Diesel
d. Turbin Gas
e. Kincir Angin
7. Macam Pusat Listrik : PLTA, PLTU,
PLTD, PLTG, PLTGU, PLTP, PLTN,
PLTS, PLTB
8. Diagram
E.P = Energi Primer
E.P E.M E.L
P.M = Penggerak Mula
P.M G
G = Generator
E.L = Energi Listrik
B. PERMASALAHAN ENERGI PRIMER1

1. Tenaga Air :
- Tergantung musim
- Hutan di daerah Aliran Sungai perlu dilestarikan
- Bangunan Sipil (Bendungan) mahal
- Perlu daerah genangan air
2. Bahan Bakar :
- Batubara : Pengangkutan, penyimpanan,
pulverizing
- Bbm : Pengangkutan, penyimpanan
- Gas : Pengaliran, penyaringan dan
pengaturan tekanan
- Pencegahan Kebakaran
- Masalah Polusi
B. PERMASALAHAN ENERGI PRIMER2

3. Uap Bumi :
- Ilmu Geologi
- Teknik Pengeboran
- Pelestarian Hutan
- Kandungan belerang, menimbulkan polusi
4. Angin :
- Besarnya tidak konstan
- Energi relatif kecil
- Tidak menimbulkan polusi
5. Nuklir :
- Resiko Sinar Radioaktif
- Limbah Nuklir
C. INSTALASI DAN OPERASI1
 PLTA :
Sebagian besar merupakan bangunan Sipil, bangunan air
Masalah Kavitasi
 PLTU :
Instalasi bahan bakar
Ketel Uap (Boiler), Turbin Uap
Pengolah Air Ketel
Instalasi Air Pendingin
Instalasi Listrik : Untuk Power, Alat Bantu dan Kontrol
 PLTD :
Instalasi Bbm atau Gas
Mesin Diesel dan Pendinginannya
C. INSTALASI DAN OPERASI2
 PLTG :
Instalasi Bbm atau Gas
Teknologi suhu tinggi untuk Turbin Gas
Syarat Bbm dan resiko korosi tinggi
 PLTGU :
Kombinasi PLTG dan PLTU
Efisiensi paling tinggi
 PLTP :
Ketersediaan Uap
Kandungan belerang Uap
 PLTN :
Bahan bakar U235 dan resiko Sinar Radioaktif
Operasi Reaktor Nuklir dan Turbin Uap
Pembuangan Limbah Nuklir
3. Masalah Utama dalam Pembangkitan Tenaga Listrik

Masalah teknis :
 Penyediaan energi primer (air, BBM, batubara, gas, panas bumi,
dan lain-lain).
 Penjernihan air pendingin (untuk pembangkit termal).
 Masalah limbah, misalnya :
 PLTU menghasilkan limbah yang mengandung gas sulfur dioksida
(SO2), karbon dioksida (CO2) dan nitrogen oksida (Nox).
 PLTD dan PLTG menghasilkan limbah berupa minyak pelumas.
 Masalah kebisingan (terutama PLTD dan pembangkit termal).
 Masalah pengoperasian, yang pada umumnya harus beroperasi nonstop selama 24 jam
sepanjang tahun.
 Pemeliharaan.
 Gangguan dan kerusakan.
 Pengembangan pembangkitan.
 Perkembangan teknologi pembangkitan.
Lanjutan….

Masalah Non Teknis :


 Masalah regulasi.
 Kesulitan mendapatkan lahan.
 Masalah sosial, misal : keengganan dan protes dari masyarakat.
 Masalah finansial (keterbatasan kemampuan likuiditas pemerintah,
pembayaran ganti rugi yang mahal, dan lain-lain).
 In-kondusifitas berbagai hal (investasi, kambtibmas, sosial, hukum, dan
lain-lain).
4. Instalasi Listrik Generator
 Generator yang digunakan umumnya generator sinkron 3 fasa
 Ujung-ujung kumparan stator generator sinkron dihubungkan pada jepitan
generator, sehingga ada 6 jepitan.

 Jepitan-jepitan diatas diberi kode R, S, T dan U, V, W


 Jepitan R dan U merupakan ujung kumparan pertama, jepitan S dan V
kumparan kedua, jepitan T danW ujung kumparan ketiga
 Umumnya generator dihubungkan dalam hubungan Y, maka ketiga jepitan U, V,
W dihubungkan jadi satu sebagai titik netral.
 Tegangan maksimum generator sampai saat ini 23 kV, kemudian
dinaikkan ke tegangan yang lebih tinggi dengan trafo

 Bagian lain dari instalasi listrik generator adalah instalasi arus (medan)
penguat. Arus penguat ini didapat dari generator arus searah yang
umumnya terpasang satu poros dengan generator utama.
 Hubungan listrik antara generator utama dengan generator arus
penguat (exciter) dilakukan melalui cincin geser dan pengatur tegangan
otomatis
 Pengatur tegangan otomatis berfungsi mengatur besarnya arus medan magnet
agar besarnya tegangan generator utama konstan (stabil)
8. PERLENGKAPAN PEMBANGKIT LISTRIK
a. Instalasi sumber energi (energi primer, yaitu instalasi bahan bakar untuk
pembangkit thermal dan atau instalasi tenaga air).
b. Instalasi mesin penggerak generator listrik, yaitu instalasi yang berfungsi
sebagai pengubah energi primer menjadi energi mekanik sebagai penggerak
generator listrik.
c. Mesin penggerak generator listrik dapat berasal dari ketel uap beserta turbin
uap, mesin diesel, turbin gas, dan turbin air).
d. Instalasi pendingin, yaitu instalasi yang berfungsi mendinginkan instalasi mesin
penggerak yang menggunakan bahan bakar.
e. Instalasi listrik, yaitu instalasi yang secara garis besar terdiri dari :
- Instalasi tegangan tinggi (untuk menyalurkan/transmisi)
- Instalasi tegangan rendah (untuk penerangan dan peralatan
bantu).
9. Perlengkapan elektrik yang terdapat di pusat listrik

1. Transformator penaik tegangan (untuk menaikkan tegangan yang keluar


dari generator)
2. Transformator unit pembangkit(untuk memasok alat-alat bantu unit
pembangkit, seperti motor pompa pendingin, motor pompa minyak
pelumas, dll)
3. Transformator pemakaian sendiri (untuk memasok instalasi
penerangan, baterai aki, mesin-mesin bengkel, mesin pengangkat, alat-
alat bantu unit pembangkit)
4. Transformator antar-rel (untuk keperluan distribusi listrik di daerah
sekitar pusat listrik)
11. Motor-motor listrik yang terdapat pada pusat listrik

Di dalam PLTU :
a. Motor penggerak pompa pengisi air ketel
b. Motor penggerak pompa air pengdingin kondensor
c. Motor penggerak penggiling batubara
d. Motor penggerak kipas pengisap dan kipas penekan udara ketel
e. Motor penggerak sirkulasi minyak pelumas yang memberi
pelumasan ke bantalan-bantalan turbin dan bantalan generator
f. Motor penggerak penyemprot bahan bakar ke ruang bakar ketel
g. dll
Di dalam PLTD :
a. Motor penggerak pompa sirkulasi minyak pelumas untuk melumasi bantalan mesin diesel
dan bantalan generator
b. Motor penggerak pompa sirkulasi air pendingin mesin diesel
c. Motor penggerak compressor untuk mengisi udara tekan (pneumatic) bagi keperluan start
d. Motor start mesin diesel dalam hal mesin diesel di start dengan motor arus searah dengan
energy dari aki baterai.

Di dalam PLTA :
a. Motor penggerak katup by pass dari katup utama turbin (karena diinginkan agar PLTA dapat
start tanpa tegangan dari luar PLTA. Motornya harus motor searah yang mendapat energy dari
baterai.Setelah katup by pass membuka dan tekanan air didepan dan dibelakang katup utama
sudah sama, selanjutnya katup utama turbin dibuka dengan menggunakan tekanan air dari
pipa pesat.
b. Motor penggerak pompa sirkulasi minyak pelumas bagi bantalan turbin dan bantalan
generator.
12. Instalasi lain yang terdapat pada pusat listrik

Pneumatik dan hidrolik.


Dalam pusat listrik terdapat bagian-bagian darialat-alat yang perlu digerakkan dengan gaya yang
besar (>5 kg), misal pembukaan katup udara untuk penggerak/start mesin diesel atau untuk
menutup pompa injeksi bahan bakar mesin diesel ketika terjadi keadaan darurat. Gerakan ini
umumnya dilakukan dengan udara bertekanan > 2 kg/cm² yang dilakukan secara pneumatik (udara
tekan).

Dalam PLTA dan PLTU yang kapasitasnya lebih besar dari PLTD diperlukan pengaturan daya yang
dibangkitkan melalui pengaturan katup air (turbin air) atau pengaturan katup uap (turbin uap) yang
membutuhkan gaya besar. Pengaturan dikomando oleh governor, tapi governor menghasilkan gaya
yang kecil. Untuk itu perlu diperkuat melalui amplifier mekanis. Amplifier mekanis ini dilakukan
melalui system hidrolik sehingga menghasilkan tekanan yang lebih tinggi.
13. Peralatan kontrol dan instrument (DCIS)

Besarn-besaran yang perlu diukur :


a. Tegangan (volt meter)
b. Arus (ampere meter)
c. Daya aktif (kW meter)
d. Daya reaktif (kVAR meter)
e. Energi listrik (MWh meter)
f. Frekuensi listrik (frekuensi meter)(diperlukan untuk memparalelkan
generator dan apabila sudah parallel, pengukuran frekuensi diperlukan
untuk menjaga mutu penyediaan tenaga listrik)
g. Sudut fasa/cos φ (menunjukkan keadaan lagging atau leading)(untuk
mengetahui apakah generator memproduksi atau menyerap daya
reaktif/buta).
PUSAT LISTRIK TENAGA UAP

TURBIN TURBIN
TEKANAN TEKANAN
TEKANAN
TINGGI
SEDANG
TURBIN RENDAH
TURBIN
UAP
TURBIN

KONDENSOR

LUVO ( PEMANAS UDARA)

PEMBAKAR

GAS BEKAS

KETEL KIPAS TEKAN LAUT / SUNGAI


POMPA PAKSA
BAHAN BAKAR

Prinsip kerja PLTU.


Susunan Unit Pembangkit Turbin Uap dari Kanan ke Kiri :
- Exiceter, mesin Generator Penguat
- Generator Utama
- Turbin tekanan tinggi
- Turbin tekanan menengah
- Turbin tekanan rendah (gambar belahan)
Turbin Tekanan rendah aliran uapnya dua arah agar mengurangi gaya aksial
dari poros turbin
- Katup pengatur uap
- Kondensor terletak dibagian bawah
Neraca Energi
Heat Rate : sekitar 2500 Kcal/KWH

Mengingat bahwa rugi-rugi energi yang terbesar adalah pada


kondensor dan cerobong maka perlu dilakukan pembersihan
saluran pendingin dan juga saluran gas buang secara periodik.
Masalah Limbah
1. Pada PLTU yang menggunakan bahan bakar
batubara, terdapat limbah berupa :
a. Abu kasar (Bottom ash) yang jatuh dibagian
bawah ruang bakar. Abu kasar ini dapat
dipakai sebagai bahan baku pembuatan jalan.
b. Abu halus (Fly ash) yang jatuh dibagian bawah
electric precipitator. Abu halus ini dapat
dipakai sebagai bahan baku pembuatan
batubata untuk bangunan.
Electrostatic Precipitator (penangkap abu)

Prinsip Kerja Electric Precipitator :


- Abu yang terbawa oleh gas buang diberi muatan negatif
- Pelat penangkap abu diberi muatan positif
- Abu akan menempel pada pelat
- Pelat yang telah ditempeli abu secara periodik diketok untuk merontokkan
abu
- Abu hasil ketokan ditampung sebagai abu halus buangan cerobong PLTU
Gambar Rotor Turbin Uap tekanan tinggi, tekanan menengah
dan tekanan rendah (dari depan ke belakang) buatan
Siemens

Kondisi sudu sudu


turbin uap perlu di cek
secara berkala untuk
mengathui apakah
terjadi hal hal yang
tidak diinginkan
misalnya korosi karena
adanya oksigen.
Pengawasan kualitas air Boiler :
Kondisi air Boiler harus diawasi 24 jam sehari yaitu yang
menyangkut :
A.Derajat keasaman ph harus bernilai diatas 8, antara 9 – 10.
Air Boiler tidak boleh bersifat asam, nilai ph kurang dari 7 karena
dapat menimbulkan korosi terhadap Boiler.
Air Boiler juga tidak boleh terlalu basa, nilai ph diatas 10 karena
dapat menimbulkan kerak pada pipa Boiler. Kerak akan
menghalangi aliran kalor dari ruang bakar sehingga timbul
kerapatan nilai kalor yang tinggi disekitar kerak yang akhirnya
mnyebabkan pipa air Boiler pecah.
B. Daya hantar listrik air Boiler harus rendah kurang dari 0,01 ms
apabila daya hantar listrik air Boiler tinggi berarti air Boiler
kemsaukan garam NaCl yang sifatnya sangat korosif. Hal ini terjadi
karena ada kebocoran pada kondensor yang menggunakan air
laut sebagai pendingin
Sistem Kontrol PLTU
1. Beban PLTU berubah /bertambah
2. Frekuensi turun
3. Governor menambah uap yang lewat katup utama
4. Uap ke Turbin bertambah
5. Tekanan uap dan level air Drum turun
6. Sistem Kontrol Boiler Feed Pump (BFP) menambah air
7. Suhu uap turun
8. Sistem pembakaran, burner dan aliran udara
menambah bahan bakar dan udara pembakaran
9. Batu bara dalam silo turun
10. Konveyor batu bara menambah pengisian batu bara
ke silo.
Operasi dan Pemeliharaan PLTU
A. Operasi
1. Proses Start
Untuk Menstart PLTU diperlukan :
a. Sumber Daya
Untuk menstart unit PLTU diperlukan daya untuk menggerakkan
alat alat bantu seperti pompa minyak pelumas, pompa air
pendingin dan kipas aliran udara.
Sumber daya bisa berasal dari unit yang sedang beroperasi
b. PLTU dalam keadaan gangguan
Apabila kondisi PLTU mengalami gangguan dan semua unit
trip, maka untuk menstart unit PLTU diperlukan daya dari luar
PLTU.
c. Waktu untuk Start
Untuk menstart PLTU dari keadaan dingin diperlukan waktu
antara 3 – 8 jam. Yang banyak memakan waktu adalah proses
pembentukan uap.
Operasi dan Pemeliharaan PLTU
A. Operasi
2. Kondisi Operasi
Dalam mengoperasikan PLTU harus diingat hal-hal sebagai berikut :
a. Unit PLTU tidak dapat dirubah bebannya dengan cepat mengingat
panjangnya rangkaian kontrol. Kecepatan perubahan beban
(ramping rate) adalah sekitar 1% per menit.
b. Mengingat butir a sebaiknya PLTU dibebani konstan, mengambil
beban dasar.
c. Apabila unit PLTU dikehendaki berpartisipasi dalam program load
frequency control hendaknya diberi band width yang tidak terlalu
lebar, sekitar 10% dari daya mampu. Juga harus diingat besarnya
ramping rate yang diperbolehkan.
Operasi dan Pemeliharaan PLTU
B. Pemeliharaan
Dengan mengingat komposisi neraca energi dimana terlihat bahwa rugi
rugi terbesar terletak pada kalor yang terbuang di kondensor (sistem
pendingin) dan di cerobong (gas buang) maka pemeliharaan besar
(overhaul) harus difokuskan kepada :
1. Pembersihan sistem pendingin seperti condensor dan saluran air
pendingin.
2. Pembersihan ruang bakar Boiler dan saluran gas buang beserta
peralatannya seperti penukar panas yaitu economizer, super heater, re-
heater, dan air heater.
3. Peneraan kembali dan penyetelan alat-alat kontrol dan proteksi.

Selain overhaul terdapat pula pemeliharaan rutin seperti pembersihan


condensor yang dilakukan kira-kira sekali sepuluh hari, tergantung kondisi air
laut yang digunakan sebagai air pendingin. Pembersihan kondensor hanya
memerlukan penurunan beban unit pembangkit karena pembersihan
kondensor dapat dilakukan dalam keadaan operasi 50%.
Operasi dan Pemeliharaan PLTU
A. Operasi
3. Kondisi Gangguan
a. Sistem proteksi unit PLTU secara garis besar bekerja atas dasar kerja
berbagai relay dan melakukan dua kelompok trip :
- Trip Generator
Apabila sistem proteksi mentrip generator maka beban unit hilang dan perlu
sistem bypass uap yang menuju turbin bekerja. Unit dapat dioperasikan kembali
dalam kondisi panas, uap tersedia untuk menggerakkan turbin.
- Trip Generator dan Trip Boiler
Apabila terjadi gangguan dalam Boiler misalnya kebocoran uap dipipa uap
tekanan tinggi maka unit PLTU harus mengalami trip generator dan trip boiler.
Setelah dilakukan perbaikan kebocoran pipa uap unit distart kembali dari kondisi
dingin.
Aspek Aspek Keselamatan Kerja
1. Katup keselamatan (safety valves)
Katup keselamatan yang ada di drum Boiler harus ditera/dicek secara rutin
sesuai peraturan kementrian tenaga kerja.

Photo dan gambar penampang katup keselamatan


Minimum harus ada dua katup keselamatan
Aspek Aspek Keselamatan Kerja
2. Pencegahan kebakaran
a. Di lapangan batubara (coal yard)
Batubara yang disimpan di lapangan batubara harus secara rutin
dipadatkan dan disiram dengan air untuk mencegah terjadinya
penyalaan sendiri (self ignition).
b. Di instalasi uap bersuhu tinggi
Pipa pipa uap bersuhu tinggi umumnya dibalut dengan bahan
isolasi panas seperti asbes. Harus dicegah terjadinya tetesan
minyak pelumas ataupun bahan yang mudah terbakar lainnya
pada isolasi asbes tersebut karena hal tersebut menimbulkan
kebakaran.
Aspek Aspek Keselamatan Kerja
3. Pencegahan kecelakaan listrik
a. Konstruksi instalasi listrik
Konstruksi instalasi listrik harus sedemikian hingga bagian yang bertegangan
tidak mungkin terjangkau secara tidak sengaja oleh bagian tubuh manusia.
b. Sistem interlock
Instalasi listrik selain memnuhi syarat buti a, harus dilengkapi dengan sistem
interlock untuk pengamanan apabila ada :
- Switching operations
- Pembebasan tegangan untuk pemeliharaan
Salah satu konstruksi yang baik untuk sistem interlock adalah penggunaan
metal clad switchgear
c. Standing Operation Prosedure (SOP)
Harus ada SOP yang baku untuk melaksanakan pekerjaan dalam instalasi listrik.
d. Penggunaan peralatan kedap busur listrik
Di daerah yang diperkirakan terdapat gas yang mudah terbakar seperti di
lapangan batubara peralatan listrik yang digunakan harus kedap busur listrik.
Metal Clad Switchgear

Kondisi yang harus dipenuhi :


- Switchgear hanya bisa ditarik keluar apabila posisi CT terbuka.
- Apabila Switchgear ditarik keluar busbar dan ujung kabel yang bertegangan
harus tertutup secara otomatis
- Kondisi trafo arus pada switchgear harus terhubung singkat apabila burden nya
(meter/relay) dicabut
Peran PLTU dalam Penyediaan Tenaga Listrik
1. Saat ini di Indonesia peran PLTU dalam Produksi
Tenaga Listrik mencapai kira kira 60%.
2. Butir 1 disebabkan karena :
a. Biaya pokok produksi PLTU batubara adalah
terendah diantara unit unit pembangkit termal yang
lain
b. Ukuran unit PLTU dapat mencapai ukuran yang
relatif besar dari 25 MW sampai lebih 100 MW
3. Dengan ditemukannya sumber sumber energi terbarukan
seperti PLTS dan PLTB dinegara negara Barat peran PLTU
batubara mulai dikurangi.
PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas)

Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada pusat


listrik tenaga gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan
kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi
energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar
PLTG bisa berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam).
Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat efisiensi
pembakaran dan prosesnya.
Prinsip Kerja Unit PLTG

Bahan Bakar
Pengabut Gas
Udara Buang
Transition
Piece
Ruang Bakar Energi Listrik

Poros
Generator
Kompresor Turbin
Transition piece:
Tempat transisi / terjadinya perubahan.

1. Udara luar dihisap kompresor dan dimampatkan sehingga tekanannya mencapai kira kira 13
kg/cm2
2. Udara dari kompresor dialirkan ke ruang bakar dan dicampur dengan bahan bakar :
a. Apabila bahan bakar berupa gas maka langsung dapat dicampur dengan udara dari kompresor
kemudian dinyalakan.
b. Apabila bahan bakar berupa BBM maka BBM harus dikabutkan terlebih dulu melalui pengabut
(nozel). Kabut BBM kemudian dicampur dengan udara dari kompresor dan dinyalakan.
3. Gas hasil pembakaran dari ruang bakar kemudian melalui Transition Piece disemprotkan kepada
sudu-sudu turbin gas sehingga turbin gas berputar menghasilkan energi mekanik.
4. Energi mekanik dari turbin gas memutar generator dan menghasilkan tenaga listrik.
5. Gas hasil pembakaran yang telah memutar turbin gas kemudian dikeluarkan dari turbin gas sebagai
gas buang.
Masalah Operasional Unit PLTG
1. Start Unit PLTG dimulai dengan memutar
kompresor yang mempunyai poros yang sama
dengan turbin gas dan generator serta exciter.
a. Menggunakan mesin diesel yang dikopel secara
mekanis dengan poros kompresor. Dalam hal ini
unit PLTG dapat berfungsi sebagai unit Black Start.
b. Menggunakan motor listrik yang mengambil daya
dari sistem.
c. Menjadikan generator utama sebagai motor start.
Untuk ini generator utama di desain khusus,
dilengkapi dengan kumparan asinkron dan
dilengkapi dengan starter yang dapat mengatur
tegangan dan juga frekuensi
Masalah Operasional Unit PLTG
2. Masalah Bahan Bakar
a. Mesin turbin gas adalah mesin yang menggunakan teknologi
suhu tinggi, memerlukan lapisan logam khusus pada bagian
bagian yang bersentuhan dengan gas hasil pembakaran.
b. Suhu gas hasil pembakaran di ruang bakar bisa mencapai
1000 ºC sehingga ada resiko korosi suhu tinggi, yaitu
bereaksinya kandungan logam dalam BBM berupa sodium,
fanadium dan potasium dengan logam bagian-bagian
turbin gas yang bersentuhan dengan gas hasil pembakaran.
c. Untuk mencegah terjadinya korosi suhu tinggi tersebut dalam
butir b, maka BBM yang digunakan kandungan logamnya
tidak boleh melebihi 1 ppm.
d. BBM yang ada di pasaran Indonesia dan memenuhi syarat
butir c adalah high speed diesel oil (HSD), dipasaran sering
disebut sebagai minyak solar.
Masalah Operasional Unit PLTG

3. Operasi dalam sistem interkoneksi


Unit PLTG dalam sistem Interkoneksi, mengingat
mahalnya biaya bahan bakar dan rendahnya
efisiensi termal yaitu sekitar 25%, umumnya
diperlakukan :
a. Sebagai unit beban puncak
b. Sebagai unit cadangan
Masalah Pemeliharaan

Karena unit PLTG menggunakan gas pembakaran


dengan suhu tinggi, maka setiap 5000 jam perlu
dilakukan inspeksi terhadap bagian-bagian turbin
gas yang terkena gas hasil pembakaran, yang
suhunya mencapai 1000 ºC. Inspeksi ini meliputi
pemeriksaan :
a. Ruang bakar
b. Transition piece
c. Nozel dan sudu turbin
Konstruksi dan Susunan Baian Bagian Unit Turbin Gas
Penggerak Generator
PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap)

• Gas dan Uap Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
merupakan kombinasi antara PLTG dan PLTU. Gas buang
PLTG bersuhu tinggi akan dimanfaatkan kembali sebagai
pemanas uap di ketel penghasil uap bertekanan tinggi.
• Ketel uap PLTU yang memanfaatkan gas buang PLTG dikenal
dengan sebutan Heat Recovery Steam Generator (HRSG).
Umumnya 1 blok PLTGU terdiri dari 3 unit PLTG, 3 unit HRSG
dan 1 unit PLTU. Daya listrik yang dihasilkan unit PLTU
sebesar 50% dari daya unit PLTG, karena daya turbin uap
unit PLTU tergantung dari banyaknya gas buang unit PLTG.
Dalam pengoperasian PLTGU, daya PLTG yang diatur dan
daya PLTU akan mengikuti saja.
Prinsip Kerja Unit PLTGU

Karena suhu gas buang dari turbin gas masih


tinggi sekitar 450 ºC, maka gas buang ini
dimanfaatkan untuk menghasilkan uap
penggerak turbin uap yang memutar generator,
sehingga didapat unit Combined Cicle PLTGU.
Pemanfaatan kalor dari gas buang PLTG untuk
menghasilkan uap adalah dengan menggunakan
Boiler khusus yang disebut Heat Recovery Steam
Generator (HRSG).
Proses perpindahan panas di dalam HRSG adalah
melalui proses sentuhan (convection).
PUSAT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP

G G G
Pr Pr Pr

TG TG TG

KU KU KU
GB GB GB

Uap HU
Air HA
Uap
Pr
P TU G
Air
Kd

P
Air Laut

Skema sebuah Blok PLTGU yang terdiri dari 3 Unit PLTG dan sebuah Unit PLTU
HU : Header Uap, Kd : Kondensor, Pr : Poros, HA : Header Air, G : Turbin Gas, TU : Turbin Uap,
KU : Ketel Uap, G : Generator, GB : Gas Buang, P : Pompa
Prinsip Kerja PLTGU

PLTGU Grati di Jawa Timur


Perkembangan PLTGU
1. Efisiensi thermal dari Unit PLTGU dapat
mencapai sekitar 50%
2. Dengan berkembangnya jaringan gas maka
banyak industri yang membangkitkan tenaga
listrik sendiri menggunakan PLTGU
3. Gas buang dari PLTGU masih dapat
dimanfaatkan untuk keperluan industri dalam
bentuk co generation
4. Dengan co generation bisa dicapai efisiensi
thermal sekitar 90%.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Air adalah sumber daya alam yang
merupakan energi primer potensial untuk
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), dengan jumlah
cukup besar di Indonesia. Potensi tenaga air
tersebut tersebar di seluruh Indonesia.
Dengan pemanfaatan air sebagai energi
primer, terjadi penghematan penggunaan
bahan bakar.
5.1 Bagian-bagian penting PLTA

• Bangunan yang penting dari PLTA (lihat gambar PLTA) :


• Kolam Tando
• Bangunan Intake Structure
• Bendungan Dam
• Saluran Air
• Terowongan Tekan
• Surge Tank
• Pipa Pesat (Pen Stock)
• Gedung Control
• Tail Race
• Gardu Induk
5.2 Komponen Elektrikal & Mekanikal PLTA

 Elektrikal :

✓ Generator

✓ Transformer

✓ Gardu Induk

 Mekanikal :

✓ Turbine

✓ Governor

✓ Katub Pintu Air

✓ Pipa Pesat Baja

✓ Over Head Crane


Tipe-tipe turbin PLTA
Ada 5 tipe :
1. Impulse Turbine (Pelton Turbine) (ketinggian terjun air yg tinggi : > 240 m)
2. Turbine Reaksi (ketinggian terjun air : 30 – 240 m)
• Francis Turbine
• Propeler Turbine
3. Turbine Kaplan (ketinggian terjun air yg rendah : < 30 m)
Cara kerjanya sama dengan Propeler Turbine hanya propeler dapat diubah-
ubah
sesuai daya yang diperlukan.
4. Turbine Deriaz
Cara kerjanya sama dengan Turbine Kaplan, sudutnya berbentuk diagonal
dapat digunakan sebagai Turbine dan Pompa.
5. Turbine Turbular
Dipakai pada tinggi terjun yang sangat rendah. Turbine ini merupakan
perkembangan dari Turbine Propeler.
5.5 Rumus Perhitungan
Daya yang dibangkitkan generator yang diputar oleh turbin air adalah :
P = k . η . H. q (kW)
dimana :
P = daya (kW)
H = tinggi terjun air (m)
q = debit air (m3/detik)
η = efisiensi turbin bersama generator
k = konstanta
Konstanta k dihitung berdasarkan bahwa 1 daya kuda (dk)= 75 kgm/detik = 0,736 kW,
sehingga apabila P ingin dinyatakan dalam kW, tinggi terjun air H dinyatakan dalam m
dan debit air dinyatakan dalam m3/det,maka konstanta :
Contoh soal 1:

Sebuah PLTA mempunyai debit air penggerak turbin sebesar


14 m3/dt dengan tinggi terjun air 125 m. Apabila efisiensi
turbin bersama generator = 0,95. Hitunglah besarnya daya
yang dibangkitkan generator tersebut.

Jawab :
P = k . η . H. q (kW)
= 9,8 x 0,95 x 125 m x 14 m3/dt
= 16.292,5 kW
Contoh soal 2 :
Apabila pada contoh soal No.1 diatas PLTA berbeban penuh selama
24 jam sehari, berapa :
a. banyak jumlah produksi kWh-nya
b. banyak pemakaian airnya
c. besar permukaan air yang diperlukan untuk memproduksi 1 MWh

Jawab :
a. Produksi kWh dalam satu hari (24 jam) = 16.292,5 kW x 24 jam
= 391.020 kWh
b. Pemakaian air dalam satu hari = 14 m3/dt x 3600 x 24
= 1.209.600 m3
c. Permukaan air yang diperlukan untuk memproduksi 1 MWh
1.209.600
= ————— X 1000 = 3.093,45 m3
391.020
Contoh soal 3 :
Flow rate (Q) = 240 m3/s
Head (H) = 300 m
Gravitasi (g) = 9,81
Effisiensi (η) = 0,8
Maka akan diperoleh daya yang terbangkitkan:
P=QxHxgxη
P = 240 x 300 x 9,81 x 0,8
P = 565.056 kW
P = 565 MW

Energi Listrik per tahun :


Energi Listrik= P x jam operasi x faktor kapasitas
= 565 x 8760 x 0,8
= 3.959.520 MWh
= 3.959,52 GWh / tahun
Untuk ukuran pipa yang digunakan dapat dihitung :
Luas pipa = Flowrate / Kecepatan
Bila diasumsikan kecepatan di pertahankan konstan pada 4,47 m/s maka dapat dihitung :
Luas pipa = 240 / 4,47
= 53,69 m2
Jari-jari Pipa = 2,92 m
Contoh soal No. 4
Rumus sederhana untuk menghitung daya output PLTA:
P = 9,8 Q h (kW)
dimana:
P = daya output (kW)
Q = debit air (m3/detik)
h = head turbin (m)

Dalam proses konversi tenaga air menjadi energi listrik terdapat efisiensi, dimana efisiensi
ini dipengaruhi oleh efisiensi turbin, efisiensi generator dan efisiensi saluran. Jika
diasumsikan efisiensi turbin sebesar 90 %, efisiensi generator sebesar 90%, dan efisiensi
saluran 95%, maka dengan adanya ketiga faktor efisiensi ini, persamaan daya output diatas
menjadi:
P = (0,9)(0,9)(0,95) 9,8 Q h (kW)

Dengan menggunakan persamaan diatas, maka dapat dihitung daya output untuk PLTA,
jika digunakan debit rata-rata saluran dengan pembangkit beroperasi maksimum selama
270 hari dan 90 hari beropeasi seperti biasa, dimana selama 90 hari curah hujan paling
rendah dimana debit air saluran juga minimum.misal menggunakan debit bulan mei tahun
2007 = 5,21 m3/detik, sehingga menghasilkan daya output dari PLTA dengan head turbin
80 m sebesar :
P = (0,9) (0,9) (0.95) 9,8 x 5,21 x 80
= 7,5 x 5,21 x 80
= 3.126 kW
PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi)

• Panas Bumi Panas bumi merupakan sumber tenaga


listrik untuk pembangkit Pusat Listrik Tenaga Panas
(PLTP). Sesungguhnya, prinsip kerja PLTP sama saja
dengan PLTU. Hanya saja uap yang digunakan
adalah uap panas bumi yang berasal langsung dari
perut bumi. Karena itu, PLTP biasanya dibangun di
daerah pegunungan dekat gunung berapi.
• Biaya operasional PLTP juga lebih murah daripada
PLTU, karena tidak perlu membeli bahan bakar,
namun memerlukan biaya investasi yang besar
terutama untuk biaya eksplorasi dan pengeboran
perut bumi.Ilustrasi siklus perubahan energi pada
PLTP :Uap panas bumi didapatkan dari suatu
kantong uap di perut bumi.
• Tepatnya di atas lapisan batuan yang keras di atas
magma dan mendapat air dari lapisan humus di
bawah hutan penahan air hujan. Pengeboran
dilakukan di atas permukaan bumi menuju kantong
uap tersebut, hingga uap dalam kantong akan
menyembur keluar. Semburan uap dialirkan ke
turbin uap penggerak generator.
• Setelah menggerakkan turbin, uap akan
diembunkan dalam kondensor menjadi air dan
disuntikkan kembali ke dalam perut bumi menuju
kantong uap. Jumlah kandungan uap dalam
kantong uap ini terbatas, karenanya daya PLTP
yang sudah maupun yang akan dibangun harus
disesuaikan dengan perkiraan jumlah kandungan
tersebut. Melihat siklus dari PLTP ini maka PLTP
termasuk pada pusat pembangkit yang
menggunakan energi terbarukan.
PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)

Diesel Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbahan bakar


BBM (solar), biasanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan listrik dalam jumlah beban kecil, terutama
untuk daerah baru yang terpencil atau untuk listrik
pedesaan. Di dalam perkembangannya PLTD dapat juga
menggunakan bahan bakar gas (BBG).
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

- Menggunakan mesin diesel sebagai penggerak awal


- Berfungsi menghasilkan energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor turbin
- Bahan bakarnya adalah solar
- Dinamai juga motor penyalaan kompresi
- Cara penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar
kedalam udara bertekanan dan suhu tinggi, sebagai akibat dari proses didalam ruang
bakar kepala silinder

- PLTD mempunyai ukuran mulai dari 40 kW sampai puluhan MW.


- Untuk menyalakan listrik di daerah baru, umumnya digunakan PLTD oleh PLN.
- Jika perkembangan pemakaian tenaga listrik telah melebihi 100 MW, Penyediaan
PLTD tidak ekonomis lagi, sehingga harus dibangun pusat listrik yang lain seperti
PLTU atau PLTA.
- Untuk melayani beban PLTD dengan kapasitas di atas 100 MW akan tidak ekonomis
karena unitnya menjadi banyak, mengingat unit PLTD yang terbesar di pasaran
sekitar 12,5 MW.
1. Tangki penyimpanan bahan bakar
2. Penyaring bahan bakar
3. Tangki penyimpanan bahan bakar sementara (yang disaring)
4. Pengabut (nozel)
5. Mesin diesel
6. Turbo charger
7. Penyaring gas pembuangan
8. Tempat pembuangan gas (bahan bakar yang disaring)
9. Generator
10. Trafo
11. Saluran transmisi
4.1 Skema Peralatan PLTD

 Bagian peralatan PLTD :


a. Mesin Diesel : Sebagai penggerak mula
b. Generator : Sebagai penghasil listrik
c. Exciter : Sebagai penguat
d. Transformator : Sebagai trafo daya untuk menaikkan tegangan
e. Switchyard : Sebagai pembagi daya kejurusan beban yang dipikul unit PLTD
f. Lokal Kontrol : Panel kontrol unit yang terdapat pada ruangan mesin PLTD
g. Ruang Kontrol : Panel kontrol unit yang terdapat pada ruangan tersendiri
h. Alat ukur : Ampere meter, volt meter, kW meter, cos phi meter, dll
i. Alat sinkronisasi : Dobel volt meter, dobel frekuensi meter, sudut phase meter,
lampu sinkronisasi
j. Alat kontrol/proteksi : Lampu kerja normal, lampu alarm, sinyal trip
Skema PLTD
4.2 PRINSIP KERJA MESIN DIESEL

1. Bahan bakar di dalam tangka penyimpanan dipompakan ke dalam penyimpanan


sementara dan disaring terlebih dahulu
2. Disimpan dalam tangka penyimpanan sementara (daily tank)
3. Bahan bakar dari daily tank dipompakan ke pengabut (nozel)
4. Bahan bakar dinaikkan suhunya hingga menjadi kabut
5. Menggunakan compressor udara bersih dimasukkan ke dalam tangka udara start
melalui saluran masuk, kemudian dialirkan ke turbocharger
6. Dalam turbocharger tekanan dan suhu udara dinaikkan terlebih dahulu
7. Udara yang dialirkan pada umumnya sebesar 500 psi dengan suhu mencapai
600°C
8. Udara yang bertekanan dan suhu tinggi dimasukkan ke dalam ruang bakar
(combustion chamber)
9. Bahan bakar dari nozel kemudian diinjeksikan ke dalam ruang bakar
(combustion chamber)
Prinsip kerja mesin diesel 4 langkah adalah proses kerja mesin untuk
menghasilkan satu kali pembakaran (kerja/usaha) torak bergerak 4 kali.

Gerakan torak dalam mesin dinamakan LANGKAH TORAK yang mempunyai


TITIK MINIMUM dan TITIK MAKSIMUM dari gerakan tersebut.
Gerakan torak yang menghasilkan kerja/usaha berlangsung secara
berurutan dan terus menerus disebut Siklus.

Urutan 4 langkah torak yang membentuk 1 siklus adalah :


1. Langkah pengisian (Langkah isap)
2. Langkah kompresi (Langkah pemampatan/kompresi)
3. Langkah kerja (Langkah usaha)
4. Langkah pembuangan (Langkah buang)
4.3. Mesin diesel 2 langkah & 4 langkah

▪ Secara teoritis, mesin diesel 2 langkah dengan dimensi dan jumlah putaran per detik
yg sama dibandingkan dengan 4 langkah, dapat menghasilkan daya 2 kali lebih besar.
Hal ini karena pada mesin diesel 2 langkah terdapat 1 kali langkah tenaga untuk
setiap 2 langkah atau setiap 1 putaran. Sedangkan pada mesin diesel 4 langkah,
langkah tenaga terjadi 1 kali setiap 4 langkah atau setiap 2 putaran.
▪ Namun dalam prakteknya, angka 2 kali lebih besar untuk daya yg didapat pada mesin
diesel 2 langkah tidak tercapai (hanya sekitar 1,8 kali). Hal ini disebabkan karena
proses pembilasan ruang bakar silinder mesin diesel 2 langkah tidak sebersih pada
mesin diesel 4 langkah, sehingga proses pembakarannya tidak sesempurna seperti
pada mesin diesel 4 langkah.
▪ Karena proses pembakaran ini, maka efisiensi mesin diesel 2 Langkah tidak sebaik 4
langkah. Pemakaian bahan bakarnya lebih boros.
▪ Mesin diesel 2 langkah cocok digunakan untuk yg memerlukan penghematan
ruangan, seperti pada lokomotif atau pada kapal laut.
▪ Disebut mesin diesel 2 langkah karena dalam setiap langkahnya terjadi satu kali
langkah bertenaga dengan dorongan gas hasil pembakaran/ledakan
▪ Disebut mesin diesel 4 langkah karena dalam setiap 4 langkah terjadi satu kali
langkah bertenaga dengan dorongan gas hasil pembakaran/ledakan.
4.4. Pengaruh Jumlah Putaran

 Untuk keperluan pembangkitan, umumnya digunakan mesin diesel 4 langkah


 Pemakaian bahan bakar lebih hemat
 Frekuensi harus konstan 50 Hz, putaran mesin diesel harus konstan
 Untuk daya yang sama makin tinggi nilai rpm nya, makin kecil dimensi unit
pembangkitnya dan per kW terpasang juga lebih murah
 Makin tinggi rpm nya, makin tinggi mesin diesel mengalami gangguan
 Untuk PLTD beroperasi kontinyu, lebih baik menggunakan pembangkit yang rpm nya
rendah
 Untuk pembangkitan cadangan, lebih baik menggunakan rpm yang tinggi
 Mesin diesel rpm rendah – 500 rpm menggunakan BBM kualitas IDO (Intermediate
Diesel Oil/kualitas 2) dan MFO (Marine Fuel Oil/kualitas 3)
 Mesin diesel diatas 500 rpm, menggunakan BBM HSD (High Speed Diesel Oil/kualitas
1)
 Kelemahan kualitas 3 adalah harus dipanaskan terlebih dahulu agar tercapai
viskositas yang cukup rendah. Sedangkan kualitas 2 tidak dilakukan pemanasan
terlebih dahulu.
 Perkembangan lain dalam rangka menaikkan kemampuan mesin diesel tanpa
mengubah dimensinya adalah dengan menaikkan jumlah putarannya per menit
(rpm).
 Saat ini untuk frekuensi 50 Hertz sudah ada unit PLTD dengan jumlah putaran
1500 rpm.
 Makin tinggi nilai rpm-nya makin pendek umur ekonomis unit PLTD.
 Unit PLTD dengan jumlah putaran 1500 rpm sebaiknya tidak dioperasikan kontinu,
melainkan sebagai unit cadangan atau unit beban puncak.
 Unit PLTD dengan nilai rpm yang tinggi membutuhkan teknologi yang tinggi bagi
bantalan-bantalannya dan bagi cincin toraknya (piston ring).
 Memperbesar kemampuan mesin diesel dengan cara memperbesar dimensinya
dilakukan dengan memperbesar diameter silinder serta, memperbanyak jumlah
silinder yang disusun dalam susunan V.
 Susunan V ini bisa mencapai 16 silinder.
 Mesin diesel bisa juga menggunakan bahan bakar gas. Apabila digunakan bahan
bakar gas pengabut dan pompa bahan bakarnya perlu diganti.
 Pada umumnya apabila dipakai gas alam, daya yang dihasilkan mesin diesel turun
dibandingkan apabila memakai BBM, bisa sampai menjadi 80% tergantung nilai
kalori dari gas yang dipakai.
 Mesin diesel bisa pula di desain untuk menggunakan BBM dan gas (dual fuel).
4.5. Daya Keluaran Mesin Diesel 4 Langkah

 Daya keluaran dari poros mesin diesel 4-langkah dinyatakan oleh persamaan berikut :
n
P = S.A.I BMEP x ___________ x k [Daya kuda]
2 atau 1
di mana :
P = Daya yang keluar dari poros mesin Diesel [Daya Kuda]
S = Jumlah silinder
A = Luas permukaan torak [cm2 ]
I = Langkah torak [meter]
BMEP = Brake Mean Effective Pressure=Tekanan rata-rata [kg/cm2]
n = Jumlah putaran poros per detik [ppd]
2 = Pembagi n untuk mesin Diesel 4-langkah
1 = Pembagi n untuk mesin Diesel 2-langkah
k = Konstanta satuan = 1/75, mengingat bahwa 1 daya kuda = 75 kgm/detik.

BMEP = Nilai rata-rata dari tekanan gas pembakaran yang diukur pada poros mesin diesel melalui
sistem rem (brake) dari mesin diesel tersebut.
Contoh data teknis mesin diesel Anglo Belgian Company (ABC):

o Daya nominal unit pembangkit 514 kW, 50 Hz


o Tipe mesin 6DxC600-100. Putaran 600 ppm
o BMEP = 12,5 bar. Jumlah silinder 6, inline (sebaris)
http://royskots.wordpress.com/2009/07/17/siklus-mesin-4-langkah
Langkah 1 (Langkah Isap) :
• Katup Masuk (KM) dibuka dan Katub Buka (KB) ditutup
• Torak bergeraka ke bawah, lalu udara bersih masuk ke filter melalui KM
Langkah 2 (Langkah kompresi) :
• KM dan KB ditutup
• Torak bergerak ke atas, lalu udara bersih dalam silinder dimampatkan
• Pada akhir langkah kompresi, bahan disemprotkan dan meledak
Langkah 3 (Langkah tenaga) :
• KM dan KB ditutup
• Torak bergerak ke bawah dengan dorongan gas yang diledakkan
Langkah 4 (Langkah buang) :
• KM ditutup dan KB dibuka
• Torak bergerak ke atas, lalu gas hasil pembakaran/ledakan dibuang melalui KB
Langkah 1A :
• Pada permulaan Gerakan, torak bergerak ke atas sedangkan Lubang Mauk (LM) dalam
keadaan terbuka, Udara bertekanan dari karter masuk ke silinder meniup gas sisa
pembakaran/ledakan melalui Lubang Buang (LB). Langkah ini dsiebut langkah Pembilasan
Langkah 1B :
• Torak bergerak ke atas, LM dan LB dalam keadaan tertutup oleh dinding torak, udara bersih
dalam silinder dimampatkan. Pada akhir Langkah ini, bahan bakar disemprotkan dan
meledak.
Langkah 2A :
• Torak bergerak ke bawah dengan dorongan gas yang diledakkan
Langkah 2B :
• Pada akhir Gerakan, torak bergerak ke bawah dimana LB sudah terbuka sehingga gas hasil
pembakaran/ledakan mulai keluar dan karena efek pemompaan oleh ruang karter yang
berkurang volumenya akibat gerak torak yang ke arah bawah ini.
https://www.google.com/search?q=Prinsip+kerja+mesin+diesel+4+langkah&tbm=isch&ved=2ahUKEwissu7m6KztAhUkKrcAHW7C
B5sQ2cCegQIABAA&oq=Prinsip+kerja+mesin+diesel+4+langkah&gs_lcp=CgNpbWcQAzICCAA6BggAEAcQHlCF3QRYsuAEYPH3BGgAc
AB4AIABOogBcpIBATKYAQCgAQGqAQtnd3Mtd2l6LWltZ8ABAQ&sclient=img&ei=ujvGX6ztAqTU3LUP7oSf2Ak&rlz=1C1CHBF_idID911
ID911&safe=strict#imgrc=7RrieLE4LlaRDM&imgdii=iZAdYr8d27rxVM
10. Tahapan Pekerjaan Pembangunan & Pemasangan PLTD

A. MENYIAPKAN & MENERAPKAN PROSEDUR PEMASANGAN


1. Menyiapkan dan memahami SPK, izin kerja (WP), gambar kerja, blanko BA,
persyaratan lingkungan, blanko uji, serta dokumen terkait.
2. Menyiapkan jadwal kerja
3. Menyiapkan alat ukur (megger, AVO meter, vibrometer, piano wiring, teodolit
dan metering instrument) dan APD/K3.
4. Menyiapakan tenaga kerja
5. Menyiapkan peralatan kerja
6. Menyiapkan lokasi kerja
B. MEMASANG UNIT PLTD
1. Prosedur instalasi dan kebijakan K3 dijalankan sesuai SOP
2. Memasang unit pembangkit (seperti peralatan mesin diesel, peralatan generator,
peralatan sistem bahan bakar, peralatan sistem pelumas, peralatan sistem air
pendingin sesuai persyaratan tanpa terganggu lingkungan
3. Kejadian dan kondisi yang tidak direncanakan diatasi sesuai prosedur yang berlaku.

C. MEMERIKSA PEMASANGAN UNIT PLTD


1. Periksa secara visual dan dicatat sesuai standar pemasangan
2. Jika terdapat kelainan pemasangan, lakukan perbaikan sesuai standar

D. MELAKUKAN PENGUJIAN HASIL PEMASANGAN


1. Hasil pemasangan diuji sesuai standar pemasangan yang berlaku
2. Lakukan perbaikan jika terdapat ketidaksesuain pemasangan
3. Identifikasi ketidaksesuai tersebut
4. Hasil akhir pengujian harus yakin dan sesuai standar yang berlaku
E. MEMBUAT LAPORAN
Laporan pemasangan dibuat dalam bentuk BA sesuai format standar yang
ditetapkan oleh perusahaan.
PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya)
Pada prisipnya panel surya Solar Cell mengubah sinar matahari
menjadi energi listrik yang kemudian bisa disimpan dalam
batterei atau aki untuk digunakan setiap saat. Digunakan secara
besar-besaran, untuk lingkungan tertentu atau satu unit rumah
atau bangunan.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
CARA KERJA SOLAR CELL
KONSTRUKSI SOLAR CELL
PEMANFAATAN SOLAR CELL
Proses Kerja P L T S :
Solar power supply terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu solar modul,
charger regulator, battery, dan static inverter.

Solar power modul terdiri dari rangkaian series/paralel cell cristal


silicon hubungan P-N. Akibat proses penyinaran oleh
cahaya/penerangan akan dihasilkan elektron dan hole, selanjutnya
membangkitkan perbedaan tegangan pada cell, bila pada cell tsb
diberikan suatu rangkaian tertutup maka arus akan mengalir.

Rangkaian cell/solar power modul tersebut dihubungkan dengan charger


regulator yang berguna untuk pengisian muatan battery, dan selanjutnya
energi yang disimpan pada battery tersebut dikondisikan sebagai
sumber daya listrik beban/peralatan ‘
❖Direkomendasikan untuk listrik
dipedesaan terpencil di mana
sinar mataharinya melimpah dan
bahan bakar sulit didapat dan
relatif mahal.

❖Ada 2 sistem pada PLTS yaitu :


➢ Sistem On grid.
➢ Sistem Off grid.
1.1 Sistem On-Grid

Sistem On-Grid merupakan sistem fotovoltaik yang


hanya menghasilkan daya ketika jaringan daya utilitas
(PLN) tersedia. Sistem ini harus terhubung ke grid
agar berfungsi. Sistem ini dapat mengirim kelebihan
daya yang dihasilkan kembali ke jaringan ketika sel
surya memproduksi daya berlebih.
( Implementasi Permen No. 49 Tahun 2018 )
1.2 Sistem Off-Grid

Sistem off-grid ini memungkinkan untuk menyimpan tenaga


surya dalam baterai untuk digunakan ketika jaringan listrik
mati atau jika tidak ada jaringan.

Sistem off-grid ini tidak dapat memberikan daya untuk


semua beban listrik yang digunakan, karena biaya investasi
pengadaan baterai sangat tinggi.
10.6 Konversi Energi Photovoltaic.

• Energi radiasi surya dpt dirubah menjadi arus listrik searah dengan
menggunakan lapisan2 tipis dari silikon (Si) murni atau bahan
semikondutor lainnya.

• Sel surya fotovoltaik merupakan suatu alat yg dpt merubah energi sinar
matahari secara langsung menjadi energi listrik.

• Pada azasnya sel tsb merupakan suatu dioda semi konduktor yang
bekerja menurut proses khusus yg dinamakan proses tak seimbang
(non equilibrium process) dan berlandaskan efek fotovoltaik.

• Sel surya dapat menghasilkan tegangan antara 0,5 dan 1 volt


tergantung intensitas cahaya dan zat semi konduktor yang dipakai.
10.7 SOLAR CELL

Solar cell berfungsi sebagai pembangkit listrik dan merupakan suatu elemen aktif
yang dapat mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik.
Sel surya yang pada umumnya mempunyai ketebalan minimum 0.3 mm terbuat
dari irisan bahan semi konduktor dengan kutup positip dan negatip, dimana
prinsip kerjanya dengan memanfaatkan efek foto voltaik (efek yang dapat
mengubah langsung cahaya matahari menjadi energi listrik.

Bentuk dan
susunan dari
solar cell

Sel surya Modul Solar generator


10.8 KOMPONEN UTAMA SOLAR POWER SUPPLY
1. Solar modul terdiri dari rangkaian series/paralel sel cristal silicon hubungan P-N.
Akibat proses penyinaran oleh cahaya/penerangan akan dihasilkan elektron dan hole,
selanjutnya membangkitkan perbedaan tegangan pada sel, bila pada sel tersebut
diberikan suatu rangkaian tertutup maka arus akan mengalir.
2. Charger regulator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mengatur arus pengisian/
pengosongan battery secara otomatis.
3. Battery adalah perangkat / alat sumber tenaga yang dapat menghasilkan tenaga / energi
berdasarkan reaksi kimia.
4. Inverter adalah perangkat elektronik daya yang mengubah daya arus searah (DC) menjadi
daya arus bolak balik (AC).

SOLAR Protective Charge Inverter/d


Generator Dioda Regulator BATTER cConverte LOAD
Y r

Blok Voltag
e limit
diagram untuk Kondis
solar power over i
charge voltag
plant battery e
battery
1 . M o n o c r ys t a l l i n e Pa n e l

Sel monocrystalline terbuat dari bentuk silikon yang sangat


murni, membuatnya menjadi bahan paling efisien untuk
konversi sinar matahari menjadi energi.
Keunggulan :
➢ Jenis sel surya monocrystalline dikenal paling awet, dan
kebanyakan pabrikan yang menjual akan memberikan
garansi 25 tahun
➢ Monocrystalline performanya lebih baik dari
polycristalline pada saat cuaca mendung, membuat sel
240k Follower

jenis ini ideal untuk daerah yang sering dilanda hujan


Kelemahannya :
240k Follower

harga relatif lebih mahal


2 . Po l y C r ys t a l l i n e Pa n e l
Keunggulan :

❑ Proses yang digunakan untuk membuat silikon


polycrystalline lebih sederhana dan lebih murah.
Jumlah limbah silikon yang dihasilkan juga lebih sedikit
dibandingkan dengan monocrystalline.
❑ Harga relative lebih murah.

Kelemahan :

❑ Panel surya polycrystalline cenderung memiliki


toleransi panas sedikit lebih rendah daripada panel
surya monocrystalline.
❑ Panas dapat mempengaruhi kinerja panel surya dan
memperpendek masa pemakaiannya. Namun, efek ini
kecil, dan sebagian besar pengguna tidak
memperdulikannya.
Battery Charge Controller

Battery Charger Controller adalah suatu peralatan yang berfungsi


untuk mengatur arus pengisian / pengosongan battery secara
otomatis.
Battery

Battery adalah perangkat / alat sumber tenaga yang dapat


menghasilkan tenaga / energi ber- dasarkan reaksi kimia.
10.9 BATTERY

Battery primer adalah perangkat sumber tenaga yang cara kerjanya mengubah
energi kimia menjadi listrik semata mata digunakan hanya sekali hingga habis
kemampuannya, contohnya battery sel kering.

Battery sekunder adalah perangkat sumber tenaga yang cara kerjanya mengubah
energi kimia menjadi listrik
(reaksi primer) dan dapat pula mengubah energi listrik menjadi kimia, dengan kata
lain dapat menyimpan energi listrik (reaksi sekunder), serta lazim disebut
accumulator atau disingkat menjadi accu / aki.
Inverter

Inverter adalah perangkat elektronika daya yang mengubah


daya arus searah (DC) menjadi daya arus bolak balik (AC).
10.10 CONTOH

Hitung jumlah modul sel surya (bulatkan) serta gambarkan hubungan


dari jumlah modul sel surya yang diperoleh bila :
Tegangan kerja arus searah : 24 volt
Tegangan kerja arus bolak balik : 220 volt
Daya beban adalah : 200 watt
Lama operasi adalah : 12 jam per hari.

Data solar modul adalah :


tegangan kerja per modul adalah : 12 volt
efisiensi total peralatan adalah : 0.62
arus nominal per hari adalah : 13.48 A

Bila pemakaian battery efektif selama 4 hari, efisiensi battery 70 % dan


battery yang dipilih tegangan operasi 12 V, 120 Ah. Hitung berapa
kebutuhan battery dan gambarkan hubungannya.
10.11 modul cell surya

Kebutuhan daya dc adalah : 200 / 0.62 = 322.58 watt


Kebutuhan arus listrik per hari adalah : 322.58 / 24 x 12 = 161.29 A
Jadi kebutuhan solar modul adalah : 161.29 / 13.48 x 2 = 23.9 modul
dibulatkan menjadi 24 modul

E = 24 volt

+ - + -

12 Volt
each
solar
generator
Gambar bentuk
hubungan yang harus Sebanyak 12
hubungan paralel
dilakukan + - + -

12 Volt
each
solar
generator
10.12 battery

Kebutuhan arus selama 4 hari adalah : 161.29 x 4 = 645.16 A


Efisiensi battery 70 % total kapasitas battery menjadi : 921.65 A
Jadi kebutuhan battery adalah : 921.65 / 120 = 7.68
Dibulatkan menjadi 8 buah, karena tegangan battery 12 volt
maka jumlah battery adalah : 16 buah

E = 24 volt

+ - + - + - + -

12 volt 12 volt 12 volt 12 volt

+ - + - + - + -

12 volt 12 volt 12 volt 12 volt

+ - + - + - + -

12 volt 12 volt 12 volt 12 volt


+ - + - + - + -

12 volt 12 volt 12 volt 12 volt


10.13 PROSEDUR PENGOPERASIAN SOLAR GENERATOR

Prosedur pengoperasian solar generator setelah selesai proses instalasi adalah :

• Setelah proses instalasi selesai dan sebelum mengoperasikan solar power


supply, pastikan terlebih dahulu bahwa instalasi yg dilaksanakan sudah benar.

• Periksa kondisi elektrolit serta hubungan pd masing2 battery, kemungkinan


longgar pada kepala battery agar segera kencangkan dan selanjutnya pastikan
bahwa seluruhnya dalam kondisi baik.

• Periksa pula seluruh hubungan mulai dari solar generator, regulator, battery, dan
inverter bila tersedia. Bila ada hubungan yang kurang baik atau kendur segera
diperbaiki atau kencangkan.

• Pastikan tegangan operasi dan kapasitas beban telah sesuai dengan tegangan dan
kapasitas solar power supply.

• Periksa apakah lampu indikator pada regulator ada yang hidup, bila ada lampu
indikator menyala merah kemungkinan battery dalam keadaan kosong. Dalam
kondisi demikian sebaiknya beban dimatikan dahulu agar battery mengalami
proses pengisian dan setelah lampu indikator merah padam beban dapat
dihidupkan.
10.14 SEL SURYA ( PHOTOVOLTAIC )
10.15 Susunan Solar Cell.

• Tenaga listrik yang dihasilkan oleh 1 solar cell mempunyai daya


yang kecil, untuk mendapatkan daya yang lebih besar maka
solar cell tersebut dihubungkan secara seri atau paralel.
• Untuk memperbesar tegangan maka dipakai hubungan seri,
dan untuk menaikan kemampuan arus, masing-masing
rangkaian seri tersebut diparalelkan.
• Susunan dari beberapa solar sel dinamakan modul dan susunan
beberapa modul disebut array.
• Bila susunan solar sel terdapat m buah fotovoltaik dlm hubungan
seri dan n buah dlm hubungan paralel, dan tiap sel surya memp.
arus Isc = Io dan tegangan Vsc = Vo untuk radiasi maksimum maka
alat ini mempunyai daya puncak sebesar :
Watt puncak : m.n. Io . Vo watt.
Tegangan Output : m Vo votl
Arus maksimum : n Io amper.
10.16 DAYA PEMBANGKIT PLTS.

Aa = E / (Iav x ηm)
n = Aa / Acm
P = n x Pm

Dimana:
P = daya yang dibangkitkan oleh PLTS (W).
n = jumlah modul
Pm = daya maks sebuah modul (W)
E = Energi (Wh)
Iav = intensitas cahaya ratarata (W/m2)
ηm = efisiensi modul (%)
Aa = luas panel sel surya (m2)
Acm = luas efektif sebuah modul (m2).
10.17 Contoh :

Untuk keperluan suatu rumah tangga diperlukan tenaga listrik


dengan uraian sebagai berikut:

N Jenis Waktu
O Beban Pengoperasian
Siang Malam
1 7 buah TL 10 W ,12 V 12 jam
2. 3 buah TL 40 W, 12 V 6 jam
3. 1 buah TV 35 W , 12 V 3 jam 6 jam
4. 1 buah pompa air 300 W, 12V 4 jam 2 jam
5. 1 buah radio tape 30 W, 12 V 4 jam 3 jam
Kebutuhan tersebut akan disuplai dari dengan menggunakan
modul Sel Surya Fotovoltaik (PLTS) dengan data sbb :
Luas efektif modul = 0,3376 m2
Daya maksimum modul = 18,7 W
Efisiensi modul = 10 %
Intensitas Cahaya rata rata = 4450 W/m2
Untuk kontinuitas pelayanan beban, cadangan energi
disediakan (ditambahkan) dalam baterai 25 % kebutuhan
energi keseluruhan.
Hitunglah :
a. Kebutuhan energi keseluruhan ..... dalam Wh
b. Luas panel sel surya .................. (m2)
c. Jumlah modul untuk panel surya ......... (buah)
d. Daya yang dibangkitkan oleh PLTS. ... (W)
Penyelesaian:

Pemakaian energi keseluruhnya:


(7x10x12)+(3x40x6)+(1x35x9)+(1x300x6)+(1x30x7) = 3885 Wh
Untuk cadangan dalam baterai 25 % x 3885 Wh = 971,25 Wh.
Total energi yang dibutuhkan = 4856,25 Wh.
Luas panel surya : Aa = E / Iavx ηm
= 4856,25 Wh / 4450x10% = 10,9129 m2
Jumlah modul untuk panel surya : n = Aa / Acm
= 10,9129 m2 / 0.3376
= 32,325 atau 32 buah

Daya yang dibangkitkan : P = n x Pm = 32 x 18,7 W = 596 W


10.18 Kehandalan terhadap kendala operasi :

Kendala operasi dari solar power supply sangat


terpengaruh oleh keadaan cuaca, karena besarnya arus
dan tegangan output berbanding lurus dengan
penyinaran cahaya pada cell serta rendahnya efisiensi dari
cell.

Solar power supply harus ditempatkan pada tempat


tempat yang dapat menampung sinar matahari secara
maksimum sejak matahari terbit sampai tenggelam (pada
area terbuka)
Ringkasan PLTS

➢ Membutuhkan lahan yang besar dengan output yang kecil ( 300kW/ha ).

➢ Efisiensi pembangkit relativ rendah.

➢ Capacity factor tergantung tersedianya matahari/cuaca.

➢ Cocok untuk kapasitas kecil ( 10 kW – 10 MW ).

➢ Sangat ramah lingkungan.

➢ Biaya investasi per kW relativ tinggi.


145 MW Cirata Floating Photovoltaic (PV) Power Plant, di Waduk
Cirata, Cipeundeuy ( 2021 mulai dibangun )
PLTO (Pembangkit Listrik Tenaga Ombak)

• Salah satu energi di laut tersebut adalah energi


ombak yang merupakan sumber energi yang cukup
besar. Ombak merupakan gerakan air laut yang turun-
naik atau bergulung-gulung, merupakan energi
alternatif yang dibangkitkan melalui efek gerakan
tekanan udara akibat fluktuasi pergerakan
gelombang.
PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)
• Selain dengan cara pengelolaan tersebut di atas ada
cara lain yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota
Bandung yaitu sampah dimanfaatkan menjadi sumber
energi listrik (Waste to Energy) atau yang lebih dikenal
dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).
Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to
Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga
sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai
berikut :
• Pemilahan sampah, Sampah dipilah untuk
memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang.
Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator
untuk dibakar.
• Pembakaran sampah, Pembakaran sampah
menggunakan teknologi pembakaran yang
memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi
lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam
derajat pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C).
• Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk
dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang.
• Pemanfaatan panas,Hasil pembakaran sampah akan
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk
memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan
untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan
generator listrik.
• Pemanfaatan abu sisa pembakaran,Sisa dari proses
pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat
abu yang dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5%
dari berat atau volume sampah semula sebelum di
bakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi
bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya
setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan
bahan bangunan.
GENERATOR
GENERATOR DAN TURBIN
Apakah Generator itu ?

Generator adalah Mesin


pengubah energi mekanik
menjadi energi listrik
Bagaimana Energi mekanik diubah menjadi energi listrik
?
 Bila sebuah penghantar digerakkan
tegak lurus terhadap flux magnetik,
maka pada konduktor akan
diinduksikan suatu tegangan yang
besarnya ;
 E(t) = B.l.v(t)

 E(t) : tegangan induksi yang


dibangkitkan
 B : Rapat flux magnetik
 l : panjang penghantar yang berada
pada permukaan flux magnet
 v(t) : Kecepatan penghantar
Pembangkitan Tegangan AC
Generator dan Motor
Generator p kutub, diputar dengan n
put/menit (rpm) , maka frekuensi yang
dihasilkan
p n
Frequensi ➔ f= x Hz
2 60
atau

Kecepatan Putar ➔ n = 120.f /p (rpm)


Konstruksi generator
Pendinginan Generator
 Terdapat tiga macam metode Pendinginan
 Udara untuk kapasitas sampai 300 MW
 Hydrogen untuk kapasitas 250 – 450 MW
 Hydrogen – Air sampai dengan 1800 MW
Bagaimana Konstruksi generator pada
umumnya ?
 Bagian Stator :
 Jangkar, yang
berupa inti
magnetik
dengan alur-alur
dalam bentuk
laminasi-
laminasi
Bagaimana Konstruksi generator pada
umumnya ?
 Inti stator akan bervibrasi
dua kali lebih besar dari
rating frekuensinya karena
gaya magnetik
 Transmisi vibrasi ke
pondasi direduksi oleh
damping support plate
POSISI PEMASANGAN ROTOR & STATOR
Scope atau lingkup pekerjaan
pemasangan Generator
• pengangkutan dari pabrik (manufacture) sampai
dengan Lokasi/ Gudang proyek,
• pekerjaan perakitan pada pondasi (Rotor dan
Stator),
• pemasangan alat bantu lainnya (Exitation System,
Cooler System, Lube Oil System,
Instrument/Control Equipment,
Metering/Protection System, etc)
• Commissioning
Pekerjaan Pemindahan/Pengangkatan Generator Ke
Atas Pondasi

• meliputi pekerjaan pondasi dan pengangkatan


bagian-bagian dari Generator yaitu: stator, rotor,
system exitasi, system pendingin (cooler), system
pelumasan (Lube Oil), instrument & Control yang
digunakan sesuai spesifikasi manufacturer pada
lokasi yang sama (tahap pertama/Generator’s
Side),
• sedangkan pada lokasi yang lainnya (tahap
kedua) adalah untuk pemasangan sytem proteksi
pada Protection Room dan peralatan switching
dan pemantauan (monitoring) pada Main Control
Room.
Pekerjaan Perakitan Generator dan
Perlengkapan Lainnya
• perakitan Stator, Rotor, Exciter, Bearing dan
Aligment (Matching with Turbine). Pemasangan
Stator pada pondasi Generator adalah
pemasangangan paling awal yang harus
dilakukan dan yang paling menentukan untuk
keserempakan dengan Turbine,
• oleh karena itu yang perlu diperhatikan secara khusus
adalah keseragaman level antara Turbine dan
Generator lebih tepatnya level dari Couple Bearing
antara keduanya, karena apabila hal ini menemui
kegagalan (saling terganggunya antara Turbin disatu
fihak dan Generator dipihak lainnya), maka dapat
menimbulkan/ mempengaruhi kelancaran erection
peralatan berikutnya. ·
• Setelah Posisi Stator dapat ditentukan
dengan benar, maka selanjutnya dapat
dilakukan pemasukan/instal Rotor
kedalam Stator, untuk hal ini perlu
diperhatikan terjadinya gesekan antara
permukaan Rotor dengan permukaan
Stator, dimana hal ini dapat
mengkibatkan kerusakan pada winding
yang berada pada Rotor maupun pada
Stator,
• oleh karena itu procedure pamasukan
Rotor kedalam stator harus dipilih
setepat mungkin sesuai dengan
pengalaman atau sesuai petunjuk
Pabrik/ manufacture. · Pemasangan
Equipment Exciter pada lokasi
Generator tidak terlalu menghadapi
kesulitan apabila proses pemasangan
Stator dan Rotor telah sukses
dilaksanakan,
Pekerjaan pada system excitasi
ini meliputi 2 (dua) tahapan :
• Pemasangan peralatan yang
terpasang pada lokasi Generator
dan pemasangan system
Control/pengaturannya (excitation
Equipment Cubicle) pada lokasi
atau ruangan lainnya.
• Pemasangan/penyetelan Bearing
(Sleeve atau Pedestal) disisi
Exiter maupun disisi Turbine
dapat dilaksanakan dengan
ketentuan dapat dihasilkannya
seluruh permukaan Rotor
mempunyai jarak/space yang
sama terhadap Stator, baik disisi
Exciter maupun disisi Turbine
(Sisi kopling),
• selain itu penyetelan Bearing ini agar
memperhatikan jarak/space antara Rotor
dengan bagian bawah, kiri dan kanan
bearing dan harus mengikuti persyaratan
yang berlaku atau sesuai dengan ketentuan
Pabrik, selain itu aligmentnya dengan
Turbine Generator juga harus terpenuhi. ·
• Setelah Generator duduk diatas pondasi,
maka pekerjaan dilanjutkan dengan
pelaksanaan alignment antara generator
dengan turbine, agar turbin shaft dengan
generator shaft in-line, dengan mengacu pada
procedure dan standar yang disepakati sesuai
kontrak (Alignment and matching Generator),
• Sebaiknya sebelum Stator maupun Rotor
di rakit selayaknya dilakukan terlebih
dahulu pengukuran tahanan isolasi dari
kedua peralatan utama tersebut,
termasuk juga Equipment Exciter,
namun apabila berdasarkan
rekomendasi Vendor dapat dilakukan
pemasangan/perakitannya terlebih
dahulu,
• maka hal ini dapat saja dilakukan tentunya dengan
jaminan. Sedangkan pengukuran · Tahanan Isolasi
dan lain-lain setelah dirakit mutlak harus dilakukan,
karena hal ini menyangkut persoalan operasional.
Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi setelah dirakit harus
dibandingkan dengan hasil pengukuran dari tes
Pabrik dan apabila terjadi penurunan kualitas, maka
perlu dilakukan penelitian ulang penyebab dari hal
tersebut.
Perakitan Perlengkapan Generator
• Perakitan peralatan pendukung untuk
beroperasinya Generator dengan sempurna :
Cooler (Air Cooler), Lube Oil, peralatan
Instrument/sensor yang terpasang pada
Generator dan Turbin serta pemasangan
peralatan Proteksi/Relay di Relay Room
,pemasangan peralatan Control,
Proteksi/relay dan Meter),
• Untuk pemasangan/perakitan peralatan keras
(Hardware) maupun peralatan lunak (Software
instrument) seperti : Sesuai fungsinya Air
Cooler harus dapat mendinginkan udara
dengan temperatur sesuai spesifikasi Pabrik,
dimana selanjutnya udara tersebut
dibutuhkan untuk mendinginkan Winding dari
Generator (Stator maupun Rotor),
• sehingga dihasilkan efesiensi kerja
Generator tersebut secara maksimum,
oleh karena itu pemasangan Air Cooler
ini harus dilakukan sebaik-baiknya atau
mengikuti ketentuan yang berlaku dan
sesuai dengan rekomendasi Pabrik. ·
Secara umum pada saat pemasangannya
harus diperhatikan secara intensif hal-
hal yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada pipa-pipa cooler atau
bagian lainnya,
• Pemasangannya harus presisi pada
dudukannya (tanpa dilakukan
pemaksaan), selain itu pemasangan
sumber air pendinginnya harus benar-
benar dilakukan secara sempurna
sehingga tidak terdapat kebocoran yang
terjadi yang dapat mengakibatkan
menurunnya fungsi cooler tersebut.
Sebelum cooler dipasang, terlebih dulu
dilakukan pemeriksaan fisik,
• sehingga apabila terdapat kelainan dapat
dilakukan tindakan perbaikan yang
diperlakukan sebelum dilakukan
pemasangan (Install) pada tempat atau
dudukannya. Pemasangan pipa-pipa
untuk mengalirkan minyak pelumas
(Lube Oil) untuk Bearing Generator harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan pemaksaan yang
akhirnya dapat memperpendek umur
penggunaannya,
• Pemasangannya harus dilakukan dengan teliti,
sehingga tidak terjadi kebocoran minyak
tersebut.
• Pemasangan NGR / NER (Netral Grounding /
Earth Resistance), Juga harus dilakukan sebaik
mungkin, sehingga tidak terjadi kerusakan baik
pada bagian luar terlebih lagi pada bagian
dalamnya,
• sebelum dilakukan pemasangan NGR
agar terlebih dahulu dilakukan pengujian,
diantaranya pengukuran nilai tahanan
dari NGR itu sendiri (sesuai Design) dan
tahanan isolasi antara terminal-terminal
NGR terhadap Bodynya termasuk juga
pengukuran tahanan pentanahan untuk
NGR tersebut (sesuai dengan ketentuan
yang berlaku).
• Pemasangan Peralatan-peralatan
monitor/sensor (peralatan Instrument)
yang terkait dengan Generator maupun
Turbin baik yang berfungsi sebagai
indikator saja terlebih lagi yang berkaitan
dengan system kontrolnya (diantaranya
Sensor Temperatur & Tekanan) pada
Cooling System, Lube oil System,
Bearing, ruang Generator, winding pada
rotor maupun Stator generator,dll),
• Sebelum dilakukan pemasangan
peralatan-peralatan monitor/ sensor
(peralatan Instrument) terlebih dahulu
harus dilakukan setting atau kalibrasi,
sehingga hasil monitoring menunjukkan
nilai sebenarnya atau masih berada
didaerah (koridor) yang diijinkan atau
sesuai dengan tingkat clasifikasi
peralatan tersebut.
• Demikian pula peralatan sensor untuk
Proteksi/Relay yang berada dilokasi/Area
Generator dapat dipasang (diinstal), sedangkan
peralatan Proteksi/Relaynya sendiri baru dapat
dilakukan setelah ruang Proteksi/Relay tersedia
Cheklist Install generator
Cheklist pemeriksaan generator
Dokumen

• Gambar Perencanaan & User’s Guide Manual


• Daftar Perlengkapan dan Peralatan
• Job Safety Analysis
• Cheklist install generator
• Cheklist pemeriksaan generator
• Form laik uji pembangkitan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai