ASKEP GADAR
Disusun Oleh:
Tiya Adriana
(20141660092)
PRODI S1 KEPERAWATAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Cedera kepala berat adalah cedera kepala dimana otak mengalami memar dengan
kemungkinan adanya daerah hemoragi , pasien berada pada periode tidak sadarkan diri
(Smeltzer & Bare, 2002).
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung
atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent.
(Irwana,2009).
a. Akselerasi
Jika benda bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada orang yang diam
kemudian dipukul atau dilempar.
b. Deselerasi
Jika kepala bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada kepala yang
terbentur.
c. Deformitas
Perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat trauma, misalnya
adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan atau pemotongan pada jaringan otak.
Reaksi Bicara
Reaksi gerakan
Dengan Glasgow Coma Scale (GCS), cedera kepala dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater akibat
pecahnya pembuluh darah / cabang – cabang arteri meningeal media yang terdapat di
duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat
berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling
sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis. Gejala-gejala yang terjadi: penurunan
tingkat kesadaran, nyeri kepala, muntah, hemiparesis, dilatasi pupil ipsilateral,
pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler, penurunan nadi, peningkatan
suhu.
2. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan
kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya
terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam
48 jam – 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa
bulan. Tanda-tanda dan gejalanya adalah : nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik
diri, berfikir lambat, kejang dan udem pupil. Perdarahan intracerebral berupa
perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dan gejalanya: nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan,
hemiplegia kontra lateral, dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital.
3. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat. Tanda dan gejala :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku
kuduk.
2.5 Etiologi
a. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan dengan
kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau
kecederaan kepada pengguna jalan raya.
b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah
dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun
sesudah sampai ke tanah.
c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).
1. Trauma tajam
Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana merobek otak, misalnya
tertembak peluru atau benda tajam
2. Trauma tumpul
Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat sifatnya
3. Cedera akselerasi
Peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh pukulan maupun
bukan dari pukulan
4. Kontak benturan (Gonjatan langsung)
Terjadi benturan atau tertabrak sesuatu objek
5. Kecelakaan lalu lintas
6. Jatuh
7. Kecelakaan industry
Serangan yang disebabkan karena olah raga
8. Perkelahian
2.6 Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer dan
cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung
dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan langsung kepala dengan suatu
benda keras maupun oleh proses akselerasi-deselerasi gerakan kepala ( Gennarelli,
1996 dalam Israr dkk, 2009).
Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bias berupa perdarahan pada permukaan
otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan
dinamakan lesi kontusio. Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan
berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang
tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semi solid) menyebabkan tengkorak
bergerak lebih cepat dari muatan intra kranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak
memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan
dari benturan (countrecoup) (Hickey, 2003 dalam Israr dkk,2009).
Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus pembengkakan dan iskemia
otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade, yang efeknya merusak otak. Cedera
sekunder terjadi dari beberapa menit hingga beberapa jam setelah cedera awal. Setiap kali
jaringan saraf mengalami cedera, jaringan ini berespon dalam pola tertentu yang dapat
diperkirakan, menyebabkan berubahnya kompartemen intrasel dan ekstrasel. Beberapa
perubahan ini adalah dilepaskannya glutamin secara berlebihan, kelainan aliran kalsium,
produksi laktat, dan perubahan pompa natrium pada dinding sel yang berperan dalam
terjadinya kerusakan tambahan dan pembengkakan jaringan otak.
Neuron atau sel-sel fungsional dalam otak, bergantung dari menit ke menit pada suplai
nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen, dan sangat rentan terhadap
cedera metabolic bila suplai terhenti. Cedera mengakibatkan hilangnya kemampuan
sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang tersedia, menyebabkan
iskemia pada beberapa daerah tertentu dalam otak (Lombardo, 2003).
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer (2001) penatalaksanaan pada klien dengan cidera kepala antara lain.
a. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringannya trauma.
b. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
c. Pemberian analgetik.
d. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa 40%
atau gliserol.
e. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidazole.
f. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
g. Pembedahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer (Primery Survey) :
a) Air way
1) Ada atau tidak penumpukan secret
2) Refleks batuk menurun
3) Refleks menelan menurun
4) Snoring
5) Edema tracheal/faringeal
b) Breathing
1) Sesak nafas
2) RR > 29 x/menit
3) Menggunakan otot bantu pernafasan
4) Retraksi dinding dada asimitris
5) Irama nafas tidak teratur
6) Pernafasan cepat dan dangkal
c) Circulation
1) Nadi lemah frekuensi 120x/menit
2) TD meningkat atau menurun (hipotensi)
3) Distritmia
d) Disability
1) Kesadaran GCS menurun
2) Pupil
3) Mual / muntah
4) Gelisah
5) Nyeri dada
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.
5) Pola tidur dan istirahat
Sebelum MRS klien biasa tidur 6-7 jam sehari dan tidak biasa tidur siang. Setelah
MRS klien mengatakan sering terbangun karena mual dan sakit kepala serta situasi
rumah sakit yang ramai.
6) Pola kognitif-perseptual
Klien mampu berkomunikasi dengan suara yang pelan tetapi jelas. Klien mengatakan
penglihatan cukup jelas tetapi tidak bisa membuka mata lama-lama karena masih
mengeluh pusing dan mual. Klien mengeluh telinga kiri terasa penuh berisi cairan
sehingga pendengaran agak terganggu. Tampak otore keluar dari telinga kiri. Klien
juga mengeluh sakit kepala seperti berdenyut-denyut terutama di bagian kanan dan
kadang-kadang disertai pusing-pusing. Klien tampak meringis terutama saat bergerak.
Skala nyeri 4-5 (sedang).
7) Pola persepsi diri/konsep diri
Klien mampu menyebutkan identitas diri dan orang di sebelahnya.
8) Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah menikah dan mempunyai anak.
9) Pola peran-hubungan
Saat ini klien ditunggu oleh suaminya dan hubungan mereka terlihat baik. Keluarga
besar klien ada di Jawa. Di Bali klien punya beberapa famili dan teman-teman yang
sudah datang menjenguk klien tadi pagi.
10) Pola manajemen koping stress
Bila mempunyai masalah klien mengatakan biasa bercerita dan minta pendapat dari
suami dan teman-teman. Suami mengatakan klien cukup terbuka terhadap masalah
yang dialaminya.
11) Pola keyakinan-nilai
Klien dan suami beragama Islam dan biasa sholat setiap hari. Setelah MRS klien
hanya berdoa dari tempat tidur.
d. Pemeriksaan fisik
Setelah melkukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien, pemeriksaan fisik
sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.
e. Keadaan umum
Pada pasien yang mengalami cedera kepala umumnya mengalami penurunan
kesadaran CKR atau COR dengan GCS 13-15, CKS dengan GCS 9-12, CKB dengan
GCS ≤ 8.
Terapi Oksigen
1. Bersihkan jalan nafas
dari secret
2. Pertahankan jalan nafas
tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai
instruksi
4. Monitor aliran oksigen,
kanul oksigen dan
humidifiler
5. Beri penjelasan kepada
klien tentang pentingnya
pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor respon klien
terhadap pemberian
oksigen
8. Anjurkan klien untuk
tetap memakai oksigen
selama aktivitas dan
tidur
2 Nyeri akut b/d agen injury NOC Manajemen nyeri
fisik, 1. Nyeri terkontrol 1. Kaji keluhan nyeri,
Dengan batasan2. Tingkat nyeri lokasi, karekteristik,
karakteristik: 3. Tingkat kenyamanan onset/durasi, frekuensi,
Laporan nyeri kepala kualitas dan beratnya
secara verbal atau non setelah dilakukan asuhan nyeri
verbal keperawatan selama 1× 242. Observasi respon
Respon autonomy jam, klien dapat: ketidaknyaman secara
(perubahan vital sign, verbal dan non verbal
dilatasi pupil) 1. Mengontrol nyeri dengan3. Pastikan klien menerima
Tingkahlaku ekspresif indikator perawatan analgetik dng
(gelisah, menangis, Mengenal faktor-faktor tepat
merintih) penyebab 4. Gunakan strategi
Fakta dari observasi Mengenal onset nyeri komunikasi yang efektif
Gangguan tidur (mata Tindakan pertolongan non u/ mengetahui respon
sayu,menyeringai, dll) farmakologi penerimaan klien
Menggunakan analgetik terhadap nyeri
Melaporkan gejala-gejala5. Evaluasi keefetifan
nyeri kpd tim kes penggunaan control
Nyeri terkontrol nyeri
2. Menunjukan tingkat nyeri 6. Monitoring perubahan
Dengan indikator : nyeri baik actual
Melaporkan nyeri maupun potensial
Frekuensi nyeri 7. Sediakan lingkungan
Lamanya episode nyeri yang nyaman
Ekspresi nyeri; wajah 8. Kurangi faktor-faktor
Perubahan respirasi rate yang dapat menamba
Perubahan tekanan darah ungkapan nyeri
Kehilangan nafsu makan 9. Ajarkan penggunaan
3. Tingkat kenyaman, teknik relaksasi sebelum
Dengan indicator: atau sesudah nyeri
Klien melaporkan berlangsung
kebutuhan tidur dan10. Kolaborasi dengan tim
istrahat tercukupi kesehatan lain untuk
memilih tindakan selain
obat untuk meringankan
nyeri
11. Tingkatkan istrahat
yang adekuat untuk
meringankan nyeri
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat yg
dibutuhkan klien dan
cara mengelola sesuai
dengan anjuran/dosis
2. Monitor efek teraupetik
dan pengobatan
3. Monitor tanda, gejala
dan efek samping obat
4. Monitor interaksi obat
5. Ajarkan pada
klien/keluarga cara
mengatasi efek samping
pengobatan
6. Jelaskan manfaat
pengobatan yang dapat
mempengaruhi
gayahidup klien.
Pengelolaan analgetik
1. Periksa perintah medis
tentang obat, dosis &
frekuensi obat analgetik
2. Periksa riwayat alergi
klien
3. Pilih obat berdasarkan
tipe dan beratnya nyeri
4. Pilih cara pemberian IV
atau IM u/ pengobatan,
jika mungkin
5. Monitor vital sign
sebelum dan sesuda
pemberian analgetik
6. Kelolah jadwal
pemberian analgetik
yang sesuai
7. Evaluasi efektifitas dosis
analgetik observasi
tanda gejala efek
samping, missal depresi
pernapasan, mual,
muntah, mulut kering, &
konstipasi
8. Kolaborasi dng dokter
untuk obat dosis & cara
pemberian yg di
indikasikan
9. Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas,
dan keparahan sebelum
pengobatan
10. Berikan obat dengan
prinsip 5 benar
11. Dokumentasikan
respon dari analgetik dan
efek yang tidak
diinginkan
3 Pola nafas tak efektif b/d NOC Outcome NIC : manajemen jalan
hipoventilasi Status respirasi : pertukaran nafas
gas 1. Monitor status respirasi
Status respirasi : kepatenan dan oksigenasi
jalan nafas 2. Bersihkan jalan napas
Status respirasi : ventilasi 3. Auskultasi suara
Control aspirasi pernapasan
4. Berikan oksigen sesuai
Clien Outcome : program
Jalan napas paten NIC : suctioning air way
Secret dapat di keluarkan 1. Observasi secret yg
Suara nafas bersih keluar
2. Auskultasi sebelum dan
sesudah melakukan
suction
3. Gunakan peralatan steril
pada saat melakukan
suction
4. Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
tindakan suction
4 Kerusakan integritas kulit NOC Outcome : NIC : perawatan luka
b/d imobilitas yg lama Integritas kulit dan pertahanan kulit
1. Observasi lokasi
Clien Outcome : terjadinya kerusakan
Integritas kulit utuh integritas kulit
2. Kaji faktor resiko
kerusakan integritas
kulit
3. Lakukan perawatan luka
4. Monitor status nutrisi
5. Atur posisi klien tiap 1
jam sekali
6. Pertahankan kebersihan
alat tenun
5 Defisit self care b/d NOC : NIC:membantu
kelemahan fisik dan nyeri Perawatan diri: (mandi, perawatan diri klien
makan, toileting, mandi dan toileting
berpakaian) Aktifitas :
setelah dilakukan asuhan1. Tempatkan alat-alat
keperawatan selama…× 24 mandi di tempat yang
jam, klien mengerti cara mudah dikenali dan
memenuhi ADL secara mudah dijangkau klien
bertahap sesuai2. Libatkan klien dan
kemampuan dengan damping
kriteria: 3. Berikan bantuan selama
Mengerti secara sederhana klien masih mampu
cara mandi, makan, mengerjakan sendiri
toileting, dan berpakaian
serta mau mencoba secara NIC: ADL berpakaian
aman tanpa cemas Aktifitas:
Klien mau berpartipasi 1. Informasikan pada klien
Dng senang hati tanpa dalam memilih pakaian
keluhan dlm memenuhi selama perawatan
ADL 2. Sediakan pakaian di
tempat yang mudah di
jangkau
3. Bantu berpakaian yg
sesuai
4. Jaga privky klien
5. Berikan pakaian pribadi
yg digemari dan sesuai
NIC : pencegahan
infeksi
1. Monitor vital sign
2. Monitor tanda-tanda
infeksi
3. Monitor hasil
laboratorium
4. Manajemen lingkungan
5. Manajeman pengobatan
7 PK: peningkatan TIK b/d setelah dilakukan asuhan1. Pantau tanda dan gejala
proses desak ruang akibat keperawatan selama…× 24 peningkatan TIK
penumpukan cairan/darah di jam, dapat mencegah atau Kaji respon membuka
dalam otak meminimalkan komplikasi mata, respon motoric
Batasan karakteristik : dari peningkatan TIK, dan verbal, (GCS)
Penurunan kesadaran dengan kriteria: Kaji perubahan tanda-
(gelisa, disorientasi) Kesadaran stabil (orientasi tanda vital
Perubahan motoric dan baik) Kaji respon pupil
persepsi sensasi Pupil isokor, diameter 1mm Catat gejala dan tanda-
Perubahan tanda vital (TD Reflek baik tanda: muntah, sakit
meningkat, nadi kuat dan Tidak mual kepala, lethargi, gelisah,
lambat) Tidak muntah nafas keras, gerakan tak
Pupil melebar, reflek pupil bertujuan, perubahan
menurun mental
Muntah 2.Tinggikan kepala 30-40
Klien mengeluh mual derajat jika tidak ada
Klien mengeluh pandangan kontra indikasi
kabur dan diplopia 3.Hindari situasi atau
manuver sebagai
berikut :
Masase karotis
Fleksi dan rotasi leher
berlebihan
Stimulasi anal dengan
jari, menahan nafas dan
mengejan
Perubahan posisi yg
cepat
4. Ajarkan klien untuk
ekspirasi selama
perubahan posisi
5. Konsul dengan dokter
untuk pemberian
pelunak feses, jika perlu
6. Pertahankan lingkungan
yg tenang
7. Hindarikan pelaksanaan
urutan aktivitas yg dapat
meningkatkan TIK
8. Batasi waktu
penghisapan pada tiap
waktu hingga 10 detik
9. Hiperoksigenasi dan
hiperventilasi klien
sebelum dan sesudah
penghisapan
10. Konsultasi dng dokter
untuk pemberian
lidokain profilaktik
sebelum penghisapan
11. Pertahankan ventilasi
optimal melalui posisi
yang sesuai dengan
penghisapan yg teratur
12. Jika diindikasik,
lakukan protocol atau
kolaborasi dng dokter
untuk terapi obat yg
mungkin termasuk
sebagai berikut:
Sedasi, barbiturat
(menurunkan laju
metabolisme serebral)
Antikonvulsan
(mencegah kejang)
Diuretic osmotic
(menurunkan edema
serebral)
Diuretic non osmotic
(mengurangi edema
serebral)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung
pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Brain Injury Assosiation of America (2001) cedera kepala adalah suatu kerusakan
pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Diagnose keperawatan pada Head Injury adalaha sebagai berukut :
(1) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral b/d aliran arteri dan atau vena
terputus
(2) Nyeri akut b/d agen injury fisik
(3) Pola nafas tak efektif b/d hipoventilasi
(4) Peningkatan TIK b/d proses desak ruang akibat penumpukan cairan/darah di
dalam otak
(5) Resiko tinggi infeksi b/d trauma/laserasi kulit kepala
(6) Kerusakan integritas kulit b/d imobilitas yg lama
(7) Defisit self care b/d kelemahan fisik dan nyeri
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini Adapun saran yang ingin penulis sampaikan, khususnya
pada mahasiswa S1 Keperawaatan yaitu disarankan untuk mengetahui dan memahami
tentang Trauma Kepala. Sehingga mahasiswa dapat mengerti tentang Trauma Kepala dan
dapat menghindari penyebab-penyebab dari Trauma Kepala. Mengetahui gejala dan tanda
Trauma Kepala untuk mencegah terjadinya efek lebih pada Trauma Kepala. Lebih memahami
komplikasi yang ditimbulkan dari Trauma Kepala dan mahasiswa diharapkan lebih berfikir
kritis terhadap suatu penyakit