OLEH:
KELOMPOK 2
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury pada kepala, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Cedera kepala merupakan keadaan yang serius dan perlu mendapat
penanganan yang cepat. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan
tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak bisa menghindarkan pasien dari cidera kepala
sekunder (Susilo, 2019).
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang di sertai
perdarahan interstitial dalam substansi otak, tanpa terputusnya kontinuitas otak
(Padila,2014). Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan
eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan
kognitif, fungsi tingkah laku dan emosional (Bararah, 2013). Menurut penyebabnya cedera
kepala di bagi menjadi 3:
Menurut krisanty paula (2014), cidera kepala ada 3 berdasarkan nilai GCS :
1) Nilai GCS 9 – 12
1) Nilai GCS 3- 8
1. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. Z maka diagnosa keperawatan yang
muncul adalah diagnosa
a. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret tertahan ditandai dengan bunyi nafas
ronki, produksi sputum berlebih, pola nafas abnormal, gelisah, penurunan kesadaran,
dispnea, diagnosa diagnosa
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan cedera kepala ditandai dengan
tingkat kesadaran yang menurun, tekanan darah meningkat, pernafasan ireguler, nadi
meningkat dan terdapat luka di temporal kanan, dianosa
1 Bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen jalan nafas :
tertahan selama 3x24 jam maka bersihan jalan napas
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
meningkat
Definisi :
2. monitor bunyi napas tambahan (mis: gurgling, mengi,
Krtiteria Hasil :
Kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan wheezing, ronkhi kering)
nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten 1. Batuk efektif meningkat
3. monitor sputum (jumlah, warna, aroma
2. Produksi sputum menurun
Penyebab:
3. Mengi wheezing menurun 4. pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
1. Spasme jalan napas dan chin-lift (jaw- thrust jika di curigai trauma servikal)
4. Dispnea menurun
2. Hipersekresi jalan napas 5. Gelisah menurun 5. posisikansemi fowler atau fowler
3. Disfungsi neuromuskuler 6. Frekuensi nafas membaik
6. lakukan fisioterapi dada
4. Benda asing dalam jalan napas 7. Pola nafas membaik
7. lakukan pengisapan lendir
5. Adanya jalan napas buatan
8. lakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan
6. Sekresi yang tertahan
endotrakeal
7. Hiperplasia dinding jalan naps
8. Proses infeksi
4. Mengkolaborasi pemberian - TD: 110/ 70 mmHg, nadi: 80 kali/ menit, suhu: 36,5˚c,
diuretik osmotik manitol 3x 150g, pernafasan: 19 kali/menit, GCS 15, CRT < 2 detik.
monitor MAP A: Masalah risiko perfusi serebral tidak efektif teratasi
5. Memberikan Nacl 0,9% 3 kolf/24
sebagian
jam
P: Intervensi di anjurkan untuk dilakukan di rumah karena
6. Mengelevasikan kepala 30˚
7. Memonitor intake output pasien pulang.