Anda di halaman 1dari 114

LAPORAN PRAKTIK

KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun Oleh :

UMAMI BUDIARTI

1811040039

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN COVER ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN

a. Laporan kunjungan ke-1 ..........................................................................

b. Laporan kunjungan ke-2 ..........................................................................

c. Laporan kunjungan ke-3 ..........................................................................

d. Laporan kunjungan ke-4 ..........................................................................

e. Laporan kunjungan ke-5 ..........................................................................

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

a. Pengkajian .................................................................................................

b. Analisa data ...............................................................................................

c. Diagnosa keperawatan ...............................................................................

d. Skoring diagnosa .......................................................................................

e. Prioritas masalah .......................................................................................

f. Rencana keperawatan ................................................................................

g. Implementasi keperawatan ........................................................................

h. Lampiran ....................................................................................................

BAB III SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Laporan Pendahuluan ..............................................................................

B. Kegiatan pelaksanaan ujian ......................................................................

BAB IV JURNAL DAN ANALISIS JURNAL


BAB V RESUME KEPERAWATAN

A. Pengkajian keluarga ................................................................................

B. Data penunjang ........................................................................................

C. Kemampuan keluarga memelihara kesehatan .........................................

D. Analisa data .............................................................................................

E. Diagnosa keperawatan .............................................................................

F. Rencana keperawatan ..............................................................................

G. Implementasi keperawatan ......................................................................

H. Lampiran .................................................................................................
LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN PRA SEKOLAH
KELUARGA Bpk.E DESA SEMPOR LOR RT 2 RW 3 KECAMATAN
KALOGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA

Disusun Oleh :

UMAMI BUDIARTI

1811040039

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
DENGAN PRA SEKOLAH

Kunjungan ke :I
Hari / Tanggal : Minggu, 4 Agustus 2019

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
1. Karakteristik Keluarga
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga karena
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien
keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga memiliki peran
yang sangat penting dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit.
Keluarga juga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
dapat mendapatkan keuntungan dua sekaligus yaitu memenuhi kebutuhan
individu dan memenuhi kebutuhan masyarakat dimana keluarga itu berada.
Keluarga sebagai sistem sosial merupakan kelompok terkecil dari masyarakat,
terdiri dari dua orang atau lebih yang tergabung dalam hubungan darah,
pekawinan dan saling ketergantungan yang mempunyai hubungan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta sosial setiap anggota,. Didalam menentukan masalah
pada suatu keluarga maka diperlukan beberapa unsur yang sangat terkait dalam
melakukan proses keperawatan. Unsur-unsur yang dimaksudkan dalam proses
keperawatan ini meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap-tahap dari proses
keperawatan sangatlah penting dalam membantu mengatasi masalah kesehatan
keluarga secara akurat.
Pengkajian merupakan tahapan awal dalam sebuah asuhan keperawatan
keluarga. Pada hari pertama dilakukan kunjungan ke keluarga Tn.E pada hari
Minggu, 4 Agustus 2019 adalah membina hubungan saling percaya dengan
seluruh anggota keluarga Tn.E dan wawancara dengan anggota keluarga untuk
memudahkan saat dalam mengumpulkan data secara akurat baik yang adaptif
maupun yang maladaptive, sehingga dengan hasil pendataan yang akurat mampu
memudahkan dalam menentukan masalah yang ada dalam diri klien/anggota
keluarga.

Adapun komposisi keluarga dan struktur keluarga Bpk. E adalah sebagai


berikut :

Jenis Imunisasi
No Nama Usia Hubu Pendi Pekerja
Kelam Hepati Camp
ngan dikan an BC Polio DPT
in tis ak
G
1 Bpk. E 29 L Suami SMK Kary
tahun awan √ √ √ √ √
Swas
ta

2 Ibu.Y 29 P Istri SMK IRT √ √ √ √ √


tahun
3 An. H 4,5 L Anak PAUD -
tahun √ √ √ √ √

2,5
4. An.I tahun L Anak - - √ √ √ √ √

Hasil pengkajian didapatkan data bahwa keluarga Bpk.E memiliki 2 orang


anak, Bpk.E dan Ibu.Y tinggal dirumahnya sendiri
a. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
i. Data Umum
ii. Riwayat dan tahap perkembangan
iii. Lingkungan
iv. Struktur Keluarga
v. Fungsi keluarga
vi. Stress dan koping keluarga
b. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan keluarga
Belum ada
b. Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan terkumpul data tentang
keluarga Bpk.E dan masalah yang mungkin ada dalam keluarga.
c. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit didapatkan :
i. Hubungan saling percaya antara mahasiswa dan keluarga Bpk.E
ii. Terkumpul data umum, riwayat dan tahap perkembangan, lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga.
iii. Teridentifikasi masalah kesehatan
c. Implementasi Tindakan Keperawatan
a. Metode
i. Wawancara
ii. Observasi
b. Media dan alat
i. Format pengkajian
ii. Alat tulis
c. Waktu dan tempat
Hari : Minggu, 4 Agustus 2019
Waktu : Pukul 14.00 WIB
d. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
i. LP disiapkan
ii. Interaksi mahasiswa dan keluarga berlangsung sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan yaitu 30 menitn Alat bantu/media disiapkan
iii. Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana

b. Evaluasi proses
i. Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
ii. Keluarga aktif dalam kegiatan menunjukkan sikap terbuka dan bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh mahasiswa

c. Evaluasi hasil
i. Terkumpul data umum, riwayat dan tahap perkembangan, lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga,
pemeriksaan fisik dan harapan keluarga
ii. Teridentifikasi masalah kesehatan
iii. Teridentifikasi pengetahuan keluarga tentang kesehatan
LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
DENGAN PRA SEKOLAH

Kunjungan ke : II
Hari / Tanggal : Senin, 5 Agustus 2019

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
1. Karakteristik keluarga
Dari hasil pengkajian hari pertama, yaitu pada hari Minggu, 4 Agustus
2019 didapatkan hasil pengkajian meliputi: Data umum, riwayat dan tahap
perkembangan, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, dan stress
dan koping keluarga Bpk.E. Hasil pengakajian menyebutkan bahwa Bpk.E
sebagai kepala keluarga bekerja sebagai Karyawan Swasta. Adapun hasil
pemeriksaan fisik keluarga Bpk.E adalah sebagai berikut :
No Pemeriksaan Bpk. E Ibu. Y An. H An. I
Fisik
1 Kepala Bentuk messosepal, tidak Bentuk messosepal, tidak Bentuk messosepal, rambut Bentuk messosepal, rambut
terdapat lesi/jejas terdapat lesi/jejas tipis dan sedikit tipis dan sedikit
2 Mata Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil
anisokor, sklera anikterik, anisokor, sklera anikterik, anisokor,sklera anikterik, anisokor,sklera anikterik,
konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis
3 Hidung Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak
terdapat polip terdapat polip terdapat polip terdapat polip
4 Telinga Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak
terdapat serumen terdapat serumen terdapat serumen terdapat serumen
5 Mulut Mulut tampak bersih, tidak Mulut tampak bersih, tidak Mulut tampak bersih, Mulut tampak bersih, tidak
ada stomatitis, gigi masih ada stomatitis, gigi masih tidak ada stomatitis, gigi ada stomatitis, gigi masih
utuh, terdapat karies gigi, utuh, terdapat karies gigi, masih utuh, terdapat utuh, terdapat karies gigi,
kemampuan mengecap dan kemampuan mengecap dan karies gigi, kemampuan kemampuan mengecap
menghisap : normal, bibir menghisap: normal, bibir mengecapdan menghisap: danmenghisap : normal,
lembab lembab normal, bibir lembab bibir lembab
6 Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak adapembesaran Tidak adapembesaran
kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada
gangguan menelan gangguan menelan gangguan menelan gangguan menelan
7 Dada - Paru-paru - Paru-paru - Paru-paru - Paru-paru
Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak
terjadi retraksidinding dada terjadi retraksidinding dada terjadi retraksidinding terjadi retraksidinding dada
Auskultasi: bunyi dasar Auskultasi: bunyi dasar dada Auskultasi: bunyi dasar
inspirasi naik dan inspirasi naik dan Auskultasi: bunyidasar inspirasi naik dan
ekspirasi turun. ekspirasi turun. inspirasi naik dan ekspirasi turun.
Palpasi : tidak ada massa Palpasi : tidak ada massa ekspirasi turun. Palpasi : tidak ada massa
Perkusi : resonan Perkusi : resonan Palpasi : tidak ada massa Perkusi : resonan
- Jantung - Jantung Perkusi : resonan - Jantung
Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak - Jantung Inspeksi:simetris, tidak
ada jejas ada jejas Inspeksi:simetris, tidak ada jejas
Auskultasi : bunyi jantung Auskultasi : bunyi jantung ada jejas Auskultasi : bunyi jantung
lup dup lup dup Auskultasi : bunyi jantung lup dup
Palpasi: tidak ada tanda Palpasi: tidak ada tanda lup dup Palpasi: tidak ada tanda
krepitasi krepitasi Palpasi: tidak ada tanda krepitasi
Perkusi : sonor Perkusi : sonor krepitasi Perkusi : sonor
Perkusi : sonor
8 Abdomen Inspeksi: tidak ada acites, Inspeksi: tidak ada bekas Abdomen tampak bulat dan Abdomen tampak bulat dan
tidak ada bekas luka, tidak luka jahitan caesar,tidak bergerak bersamaan bergerak bersamaan dengan
teraba adanya massa ada stretmach dengan gerakan dada saat gerakan dada saat bernapas,
Auskultasi: bising usus 11 Auskultasi: bising usus 12 bernapas, tidak ada bekas tidak ada bekas luka
kali/menit kali/menit luka
Perkusi: bunyi Perkusi: bunyi perut
perut terdengar timpani.
terdengar timpani. Palpasi: tidak terdapat nyeri
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan juga nyeri lepas.
tekan dan juga nyeri lepas.
9 Ekstremitas Tidak ada oedema, Tidak ada oedema, Tidakada oedema, Tidak ada oedema,
kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5
Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex
patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas
atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah
10 Tanda-tanda Vital TD : 120/90 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : - TD : -
N : 85x/mnt N : 82x/mnt N : 95x/mnt N : 110x/mnt

S : 36,30C S : 36,0C S : 36,0C S : 36,0C


RR : 20x/mnt RR : 20x/mnt RR : 20x/mnt RR : 20x/mnt

Pengkajian mengenai imunisasi sudah terkaji, An.H berusia 4,5 tahun dengan Berat Badan 15 Kg. Ibu.Y mengatakan
mengetahui tentang ASI eksklusif. Dan kedua anaknya mendapatkan ASI Ekslusif.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
a. Pengetahuan keluarga Speech Delay
b. Kemampuan untuk mencegah Speech Delay
c. Kemampuan untuk mengatasi Speech Delay
II. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan keluarga
1. Risiko Keterlambatan Perkembangan (00112)
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)

b. Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan terkumpul data tentang keluarga
Bpk. E dan masalah yang mungkin ada dalam keluarga.

c. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit didapatkan :
a. Hubungan saling percaya antara mahasiswa dan keluarga Bpk. E
b. Terkumpul data umum, riwayat dan tahap perkembangan, lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga.
c. Teridentifikasi masalah kesehatan

III. Implementasi Tindakan Keperawatan


a. Metode
1. Wawancara
2. Observasi
b. Media dan alat
1. Format Pengkajian
2. Alat Tulis
c. Waktu dan Tempat
Waktu : Senin, 5 Agustus 2019 Pukul 14.00 WIB
Tempat : Rumah Bpk. E Rt 02 Rw 03 Desa Sempor Lor
IV. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. LP disiapkan
b. Alat bantu/media disiapkan
c. Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana
2. Evaluasi proses
a. Mahasiswa mengevaluasi pendidikan kesehatan yang telah diberikan
b. Mahasiswa memberikan penjelasan kembali materi yang belum dimengerti
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi dengan benar dan tepat dalam
menyebutkan : pengertian, tanda dan gejala, dan pencegahan
LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
DENGAN PRA SEKOLAH

Kunjungan ke : III
Hari / Tanggal : Rabu, 7 Agustus 2019

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Berdasarkan pertemuan sebelumnya pada keluarga Bapak E didapatkan data bahwa
Ibu Y mengatakan bahwa annakya An. H mengalami Speech Delay sampai sekarang
umur 4,5 tahun. Pola asuh Ibu Y tidak terfokuskan pada An. H saja karena An. H
mempunyai seorang adik yang baru berumur 2,5 tahun.. Mahasiswa telah
melaksanakan intervensi mengenalkan masalah (TUK 1) mengenai Speech Delay.
Untuk mengetahui sejauhmana pencapaian TUK 1 tersebut, diberikan beberapa
pertanyaan. Mahasiswa menjelaskan kembali materi yang belum dimengerti.
B. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
1. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan dalam pemeliharaan
kesehatan
2. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

II. Proses Keperawatan


1. Diagnosa keperawatan keluarga
Risiko Keterlambatan Perkembangan (00112)

III. Implementasi Tindakan Keperawatan


a. Topik : Speech Delay
b. Waktu : Rabu, 7 Agustus 2019
c. Tempat : Rumah Bpk. E Rt 02 Rw 03 Desa Sempor Lor
d. Metode : Ceramah, tanya jawab
e. Media & alat : lembar balik dan leaflet
IV. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. LP disiapkan
b. Alat bantu/media disiapkan.
c. Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana.
2. Evaluasi proses
a. Mahasiswa memberikan penyuluhan tentang speech delay
b. Keluarga ikutserta aktif dalam proses penyuluhan
c. Media dan alat penyuluhan digunakan dengan baik dan tepat
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat keluarga bapak E :
seluruh keluarga berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
b. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan melakukan terapi pada
anak H yang mengalami speech delay
LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
DENGAN PRA SEKOLAH

Kunjungan ke : IV
Hari / Tanggal : Selasa, 13 Agustus 2019

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Berdasarkan pertemuan sebelumnya pada keluarga Bapak E didapatkan data bahwa
keluarga bapak E telah mengerti tentang masalah Speech Delay dan cara
penangananya, Bapak E dan Ibu Y selama ini hanya mengasuh anaknya dengan
keluarga inti. Ditambah lagi dengan kesibukan pekerjaan Bapak E dari pagi sampai
sore hari Ibu Y seorang diri merawat anak-anaknya sehingga Ibu Y kewalahan
mengurus An. H. Mahasiswa telah melaksanakan intervensi mengenalkan masalah
(TUK 1) sampai cara merawat anggota keluarga (TUK 3) mengenai Speech Delay.
Untuk mengetahui sejauhmana pencapaian TUK-TUK tersebut, mahasiswa
memberikan beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan.
Mahasiswa menjelaskan kembali materi yang belum dimengerti.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
- Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
- Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
II. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan keluarga
a. Risiko Keterlambatan Perkembangan (00112)
b. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)

III. Implementasi Tindakan Keperawatan


a. Topik : Diskusi mengenai modifikasi lingkungan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan
b. Waktu : Selasa, 13 Agustus 2019
c. Tempat : Rumah Bapak E RT 02 RW 03 Sempor Lor
d. Metode : Ceramah dan tanya jawab
IV. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Alat bantu/media disiapkan
b. Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana
2. Evaluasi proses
a. Mahasiswa mengevaluasi kemampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan
b. Mahasiswa mengevaluasi kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang dapat membantu dalam
pemeliharaan kesehatan keluarga
b. Keluarga mampu memanfaatkan fasilititas kesehatan
LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
DENGAN PRA SEKOLAH

Kunjungan ke :V
Hari / Tanggal : Rabu, 14 Agustus 2019

A. Pendahuluan
1) Latar Belakang
Berdasarkan pertemuan sebelumnya pada keluarga Bapak E didapatkan data bahwa
keluarga bapak E telah mengerti mengenai cara penangan masalah Speech Delay.
Mahasiswa telah melaksanakan intervensi mengenalkan masalah (TUK 1) sampai
pemanfaatan fasilitas kesehatan (TUK 5) mengenai masalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan. Untuk mengetahui sejauhmana pencapaian TUK-TUK
tersebut, mahasiswa memberikan beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah
disampaikan. Mahasiswa menjelaskan kembali materi yang belum dimengerti.
2) Data yang perlu dikaji lebih lanjut
a) Usaha untuk menangani anak dengan Speech Delay

B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan keluarga
a. Risiko Keterlambatan Perkembangan (00112)
b. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)

C. Implementasi Tindakan Keperawatan


1. Topik : Usaha Untuk menangani anak speech delay
2. Waktu : Rabu, 14 Agustus 2019
3. Tempat : Metode : Ceramah dan tanya jawab
4. Media : Alat Tulis

D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Alat bantu/media disiapkan
b. Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana
2. Evaluasi hasil
a. Mahasiswa mengevaluasi kemampuan keluarga dalam mengenal speech
delay
c. Mahasiswa mengevaluasi kemampuan keluarga memutuskan masalah
kesehatan
d. Mahasiswa mengevaluasi kemampuan keluarga merawat kesehatan anggota
keluarga.
3. Evaluasi proses
a. Keluarga mampu mengenal penanganan speech delay
b. Keluarga mampu memutuskan masalah kesehatan anggota keluarga
c. Keluarga mampu merawat kesehatan anggota keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN PRA SEKOLAH PADA KELUARGA Bpk.E
DESA SEMPOR LOR RT 2 RW 3 KECAMATAN
KALOGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA

Disusun Oleh :

UMAMI BUDIARTI

1811040039

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN PRA SEKOLAH PADA KELUARGA Bpk.E
DESA SEMPOR LOR RT 2 RW 3 KECAMATAN
KALOGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA

I. PENGKAJIAN

a. DataUmum
1. Nama KK : Bpk.E
2. Usia : 29 tahun

3. Pendidikan : SMK
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta

5. Alamat : Desa Sempor Lor RT 2 RW 3


6. Komposisi keluarga :

Jenis Imunisasi
No Nama Usia Hubu Pendi Pekerja
Kelam Hepati Camp
ngan dikan an BCG Polio DPT
in tis ak
1 Bpk. E 29 L Suami SMK Kar
tahun yaw √ √ √ √ √
an
Swa
sta
IRT
2 Ibu.Y 29 P Istri SMK √ √ √ √ √
Tahu
n
3 An. H 4,5 L Anak PAUD -
tahun √ √ √ √ √

2,5
4. An.I tahun L Anak - - √ √ √ √ √
7. Genogram

Keterangan :

: Laki–laki : GarisPerkawinan

:Perempuan : Garis Keturunan

:Meninggal : Tinggal dalam satu rumah

Bpk.E adalah anak kedua dari tiga bersaudara dan menikah


dengan Ibu.Y yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Bpk.E dan Ibu.Y mempunyai dua orang anak bernama An. H
berusia 4,5 tahun dan An. I 2,5 tahun.

8. Tipekeluarga
Keluarga Bpk.E adalah keluarga dengan tipe keluarga inti, dimana
didalamnya ada suami, istri, dan anak.

9. Latar belakangbudaya
Keluarga Bpk.E dan Ibu.Y berasal dari suku Jawa.Keluarga Bpk.E tidak
menganut kebudayaan yang dianggap sebagai mitos.Jika ada masalah
kesehatan, keluarga Bpk.E lebih mempercayakan pelayanan kesehatan ke
dokter, bidan atau puskesmas terdekat.Dalam berkomunikasi sehari- hari
Bpk.E dan Ibu.Y menggunakan bahasa jawa.

10. Agama
Keluarga Bpk.E beragama islam, kegiatan beribadah dilakukan dirumah dan
Ibu.Y tidak mengikuti pengajian. Keluarga Bpk.E tidak memiliki
kepercayaan tersendiri berkaitan agama degan kesehatan.

11. Status kelassosial


Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari terpenuhi.Keluarga mengatakan
penghasilan tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari,
tingkat status sosial keluarga Bpk.E dapat memenuhi kebutuhan primer dan
sekunder.Bpk.E bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan Ibu.Y sebagai
Ibu Rumah Tangga.Setiap hari Bpk.E bekerja berangkat dari rumah pukul
07.00 WIB dan pulang sampai rumah pukul 14.00 WIB.Sehingga yang
merawat An.H dan An.I sehari-hari di rumah adalah Ibu.Y.

B. Riwayat dan TahapPerkembangan


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Keluarga Bpk. E saat ini masuk pada tahap perkembangan keluarga dengan
anak usia pra sekolah (usia 2,5 tahun – 4,5 tahun), dengan anak pertama
berusia 4,5 tahun. KeluargaBpk. E memiliki tugas perkembangan keluarga
yang harus di penuhi oleh keduanya adalah :
a. Memahami pertumbuhan dan perkembangan normal
b.Jika anak lebih dari 1 anak didalam keluarga, keluarga dapat memahami
emosi Ldan tempramen masing-masing anak.
c. Meningkatkan koping dengan anak.
d.Menjaga ikatan pasangan dan intimasi.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Keluarga Bpk. E memiliki tugas perkembangan keluarga yang belum di penuhi
oleh keduanya adalah : Memahami pertumbuhan dan perkembangan normal.
3. Riwayat keluargainti:
1) Bpk. E merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, setelah menikahIbu.
Ytinggal dengan istri di rumah yang berbeda dengan orangtua (rumah
sendiri). Bpk. E tidak memiliki riwayat penyakit menular maupun menurun
dari orangtua.
2) Ibu. Y merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara, setelah menikah Ibu. Y
tinggal dengan suaminya. Dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit
menurun dan menular.
3) An. H merupakan putra pertama dari Bpk. E dan Ibu. Y yang sekarang
berusia 4,5 tahun. Saat ini tidak ada keluhan yang dirasakan terkait
kesehatan, akan tetapi ada keterlambatan perkembangan bahasa pada An. H
4) An. I merupakan anak kedua dari Bpk. E dan Ibu. Y yang sekarang berusia
2,5 tahun. Saat ini tidak ada keluhan yang dirasakan terkait kesehatan.
4. Riwayat keluargasebelumnya:
Ibu.Y mengatakan tidak memiliki masalah kesehatan yang serius di dalam
keluarganya, tetapi Ibu.Y mengatakan ada masalah terhadap tumbuh kembang
anaknya yaitu An. H yang mengalami keterlambatan berbicara yang merupakan
keturunan dari Bpk. E.

C. DataLingkungan

1. Karakteristik rumah

WC
DAPUR

KMR

R.KELUARGA
KMR

R.TAMU KMR

Rumah yang ditempati oleh Bpk.E merupakan rumah permanen dan milik
sendiri dengan luas 9x6m², yang terdiri dari 3 kamar tidur,ruang tamu, ruang
keluarga,kamar mandi dan dapur. Lantainya terbuat dari keramik,atapnya dari
genting. Keadaan rumah cukup bersih dan kurang rapi.Rumah memiliki
jamban.Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari PAM.
Ventilasi ada, penerangan rumah menggunakan listrik.Untuk tempat
pembuangan sampah dibuang di belakang rumah dengan membuat lubang
sampah, kemudian dibakar.
Hasil penilaian rumah sehat = 1.100 ( rumah sehat). Standar rumah sehat
1068-1200

2. Karakteristik tetangga dan komunitasRW


Jarak rumah keluarga Bpk.E sangat berdekatan dengan rumah
tetangga.Hubungan dengan tetangga akrab/rukun.Terlihat ketika mahasiswa
berkunjung ke rumah, keluarga Bpk.E sedang bercengkerama dengan tetangga.
Mayoritas warga desa Sempor Lor adalah petani.Jarak rumah keluarga
Bpk.Edengantempat pelayanan kesehatan cukup dekat. Lingkungan sekitar
rumah terlihat bersih dan nyaman.Kegiatan bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja di
DesaSempor Lorsangat aktif, seperti pengajian, arisan, PKK.Tetapi keluarga
Bpk.E tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut.
3. Mobilitas geografiskeluarga
Dari menikah sampai melahirkan, Ibu.Y menempati rumah/ikut
bersama dengan suaminya. Ibu.Y dan keluarga sudah menempati rumah
selama 5 tahun. Bpk. E dan Ibu.Y hanya bisa berkumpul dengan keluarga
pada sore hari karena dari pagi sampai sore mereka disibukkan dengan
pekerjaan. Rumah keluarga Bpk.E menghadap ke Selatan dan sangat dekat
dengan rumah tetangga.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi denganmasyarakat


Keluarga Ibu. Y dan Bpk.E berinteraksi dengan masyarakat dengan
baik, Ibu. Y mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di masyarakat
dikarenakan seharian sibuk merawat anak Ibu.Y bisa meluangkan waktu lebih
banyak dengan anak.
5. Sistem pendukungkeluarga
Ibu.Y mengasuk An. H dan An. I seorang diri bersama suaminya..Jika
anggota keluarga ada yang sakit, keluarga Bpk.E memanggil bantuan dari
Bides atau pergi ke Puskesmas.
D. StrukturKeluarga

1) Pola komunikasi keluarga


Keluarga Bpk.E mempunyai pola komunikasi yang baik satu sama
lain, komunikasi yang dilakukan secara terbuka. Keluarga Bpk.E dalam
berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa jawa.Ketika ada hal yang
dirasa kurang cocok, Ibu.Y langsung mengungkapkan kepada Bpk.E.
Dalam menentukan suatu pilihan, keputusan diambil oleh Bpk.E
2) Struktur kekuatan keluarga
Didalam aktivitas sehari-hari keluarga saling perhatian dan merasakan
bahwa mengatasi masalah menjadi tanggung jawab keluarga, dan keputusan
yang diambil atas kesepakatan bersama.
3) Struktur peran
Bpk.E sebagai kepala rumah tangga berperan mencari nafkah untuk
keluarga, Ibu.Y sebagai Istri berperan menjadi ibu rumah tangga. Tetapi
Ibu.Y merasa tidak maksimal dalam mengurus anaknya yaitu An.H
4) Nilai-nilai atau norma keluarga
Sebagai bagian dari masyarakat jawa dan beragama islam. Keluarga
Bpk.E memiliki nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan santun
terhadap suami, istri dan orang tua serta sayang kepada anaknya. keluarga
Bpk.E menerapkan aturan untuk membaca do’a sebelum makan dan harus
mencuci tangan sebelum makan.

E. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Keluarga Bpk.E mengatakan bahwa antar anggota keluarga
berkomunikasi dengan baik. Semua saling menyayangi, menghormati dan
saling menghargai seperti antara suami dan istri, serta orang tua.Jika
orangtua membutuhkan bantuan secara finansial Ibu.Y tidak enggan untuk
membantu.

Fungsi sosialisasi Keluarga bersosialisasi dengan baik dengan


tetangga dan masyarakat sekitar.
2) Fungsi perawatankesehatan
a) Mengenal masalah kesehatan
Ibu.Y mengatakan Bpk.E dan Ibu.Y tidak pernah mengalami
penyakit serius, Ny.Y mengatakan bahwa An. H mengalami
keterlambatan bicara.
b) Mengambil keputusan
Dalam mengambil suatu keputusan keluarga Bpk.E selalu
meminta kesepakatan dari anggota keluarga yaitu istri.Setelah
mendapat persetujuan dari istri maka Bpk.E langsung memutuskan.
Ibu.Y mengatakan jika salah satu anggota keluarga mengeluh sakit
Ibu.Y langsung membawanya ke puskesmas.
c) Merawat anggota keluarga
Ibu.Y mengatakan jika dalam anggota keluarganya ada yang
sakit maka anggota keluarga yang lain akan merawatnya sampai
sakitnya membaik, apabila sakit tidak kunjung sembuh dibawa ke
puskesmas atau ke dokter.

d) Memelihara lingkungan
Lingkungan di dalam rumah Ibu.Y bersih apabila lantai rumah
terlihat kotor langsung dibersihkan dan jika ada barang berantakan
kemudian dirapikan.
e) Menggunakan sumber/fasilitas kesehatan
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, Ibu.Y langsung
membawanya ke bides/puskesmas.
3) Fungsi Reproduksi
Keluarga Bpk.E mempunyai 2 orang anak yang masih berusia 2,5
tahun 4,5 tahun. Ibu.Y mengatakan tidak berencana untuk menambah anak
dalam dekat ini. Tetapi jika dikasih lagi akan disyukuri. Bpk.E dan Ibu.Y
tidak memiliki permasalahan dalam system reproduksi.
4) Fungsi ekonomi
Bpk.E bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan Ibu.Y bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga. Dengan penghasilan ± Rp 2,5 juta Ibu.Y
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sandang, papan, pangan, dan
kebutuhan anaknya yang berumur 2,5 tahun 4,5 tahun.
F. Stress dan KopingKeluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek
Ibu.Y mengatakan tidak ada masalah yang sangat serius, hanya
jika terdapat anggota keluarga yang tiba-tiba sakit.
b) Stressor jangka panjang
Ibu.Y mengatakan selama ini tidak ada masalah yang berat
dalam keluarganya, paling hanya masalah terkait ekonomi keluarga,
itu juga dianggap wajar karena setiap keluarga pasti mempunyai
masalah yang berkaitan dengan ekonomi.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadapsituasi/stressor
Apabila ada masalah keluarga maka Bpk. E dan Ibu.Y selalu
membahas dan menyelesaikan masalah tersebut secara bersama.-sama
3) Strategi koping yang digunakan
Keluarga Bpk.E dalam menghadapi permasalahan selalu
mendiskusikannya dengan Ibu. Y terlebih dahulu sebelum mengambil
keputusan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga Bpk.E apabila ada masalah dalam keluarga tidak
menggunakan kekerasan, tetapi akan dibicarakan dengan baik-baik dan
berkumpul bersama untuk mencari permecahan masalahnya.
G. PemeriksaanFisik
No Pemeriksaan Bpk. E Ibu. Y An. H An. I
Fisik
1 Kepala Bentuk messosepal, tidak Bentuk messosepal, tidak Bentuk messosepal, rambut Bentuk messosepal, rambut
terdapat lesi/jejas terdapat lesi/jejas tipis dansedikit tipis dansedikit
2 Mata Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil
anisokor, sklera anikterik, anisokor, sklera anikterik, anisokor,sklera anikterik, anisokor,sklera anikterik,
konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis
3 Hidung Bentuk simetris, tidak Bentuk Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak
terdapat polip simetris,tidakter terdapat polip terdapat polip
dapat polip
4 Telinga Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak
terdapat serumen terdapat serumen terdapat serumen terdapat serumen
5 Mulut Mulut tampak bersih, tidak Mulut tampak bersih, tidak Mulut tampak bersih, Mulut tampak bersih, tidak
ada stomatitis, gigi masih ada stomatitis, gigi masih tidak ada stomatitis, gigi ada stomatitis, gigi masih
utuh, terdapat karies gigi, utuh, terdapat karies gigi, masih utuh, terdapat utuh, terdapat karies gigi,
kemampuan mengecap dan kemampuan mengecap dan karies gigi, kemampuan kemampuan mengecap
menghisap : normal, bibir menghisap: normal, bibir mengecapdan menghisap: danmenghisap : normal,
lembab lembab normal, bibir lembab bibir lembab
6 Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak adapembesaran Tidak adapembesaran
kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada
gangguan menelan gangguan menelan gangguan menelan gangguan menelan
7 Dada - Paru-paru - Paru-paru - Paru-paru - Paru-paru
Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak
terjadi retraksidinding dada terjadi retraksidinding dada terjadi retraksidinding terjadi retraksidinding dada
Auskultasi: bunyi dasar Auskultasi: bunyi dasar dada Auskultasi: bunyi dasar
inspirasi naik dan inspirasi naik dan Auskultasi: bunyidasar inspirasi naik dan
ekspirasi turun. ekspirasi turun. inspirasi naik dan ekspirasi turun.
Palpasi : tidak ada massa Palpasi : tidak ada massa ekspirasi turun. Palpasi : tidak ada massa
Perkusi : resonan Perkusi : resonan Palpasi : tidak ada massa Perkusi : resonan
- Jantung - Jantung Perkusi : resonan - Jantung
Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak - Jantung Inspeksi:simetris, tidak
ada jejas ada jejas Inspeksi:simetris, tidak ada jejas
Auskultasi : bunyi jantung Auskultasi : bunyi jantung ada jejas Auskultasi : bunyi jantung
lup dup lup dup Auskultasi : bunyi jantung lup dup
Palpasi: tidak ada tanda Palpasi: tidak ada tanda lup dup Palpasi: tidak ada tanda
krepitasi krepitasi Palpasi: tidak ada tanda krepitasi
Perkusi : sonor Perkusi : sonor krepitasi Perkusi : sonor
Perkusi : sonor
8 Abdomen Inspeksi: tidak ada acites, Inspeksi: tidak ada bekas Abdomen tampak bulat dan Abdomen tampak bulat dan
tidak ada bekas luka, tidak luka jahitan caesar,tidak bergerak bersamaan bergerak bersamaan dengan
teraba adanya massa ada stretmach dengan gerakan dada saat gerakan dada saat bernapas,
Auskultasi: bising usus 11 Auskultasi: bising usus 12 bernapas, tidak ada bekas tidak ada bekas luka
kali/menit kali/menit luka
Perkusi: bunyi Perkusi: bunyi perut
perut terdengar timpani.
terdengartimpani. Palpasi: tidak terdapat nyeri
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan juga nyeri lepas.
tekan dan juga nyeri lepas.
9 Ekstremitas Tidak ada oedema, Tidak ada oedema, Tidakada oedema, Tidak ada oedema,
kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5
Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex
patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas
atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah
10 Tanda-tanda Vital TD : 120/90 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : - TD : -

N : 85x/mnt N : 82x/mnt N : 95x/mnt N : 110x/mnt

S : 36,30C S : 36,0C S : 36,0C S : 36,0C


RR : 20x/mnt RR : 20x/mnt RR : 20x/mnt RR : 20x/mnt
B. Harapan Keluarga
Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan adalah bisa membantu mengatasi masalah kesehatan dan dapat
memberikan informasi yang jelas tentang kesehatan kepada masyarakat.Harapan keluarga terdapat masalah yang dihadapi
adalah agar masalah dapat segera teratasi dan terselesaikan.

I. ANALISA DATA
No Data Masalah keperawatan
1 DS : Domain 13 :
Pertumbuhan/Perkembangan
- Ibu. Y mengatakan An. H belum bisa berbicara
Kelas 2 : Perkembangan
dengan Lancar
Risiko Keterlambatan Perkembangan
- Ibu. Y mengatakan keterlambatan berbicara
(00112)
pada An. H adalah factor keturunan dari
Sumber : (NANDA International
ayahnya
Nursing Diagnoses : Definitions and
- Ibu. Y mengatakan saat An. H rewel Ibu. Y Classification 2018-2020. Hal 459)
selalu memberikan gadget untuk menenangkan
An. H

DO :

- An. H belum bisa bicara secara lancer

- An. H hiperaktif

- An. H cepat bosan terhadap 1 permainan


2. DS : Domain 1:
Promosi kesehatan
- Ibu.Y tidak mengetahui tentang speech delay
Kelas 2:
- Ibu. Y mengatakan tidak khawatir tentang
Manajemen kesehatan
perkembangan bicara pada anaknya karena
Diagnosa: Ketidakefektifan pemeliharaan
menganggap keterlambatan berbicara An. H
kesehatan (00099)
adalah factor keturunan dari ayahnya
Sumber : (NANDA International Nursing
- Ibu. Y mengatakan belum pernah Diagnoses : Definitions and Classification 2018-
memeriksakan An. H ke Fasilitas kesehatan 2020. Hal 459)
terkait dengan gangguan keterlambatan
perkembangan An. H
DO :

- An. H tampak hiperaktif

- Tingkat fokus An. H sebentar

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko Keterlambatan Perkembangan (00112)


2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)
Skoring Prioritas
1. Resiko Keterlambatan Perkembangan (00112)
No Kriteria Skala Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat Masalah 3/3 x 1 = 1
Ibu. Y mengatakan Keterlambatan
 Aktual 3
berbicara pada An. H adalah faktor
 Resiko 2 1
keturunan dari ayahnya
 Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah
An. H belum bisa berbicara dengan
 Mudah 2 1/2 x 2 = 1
Lancar
 Sebagian 1 2
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 3/3 x 1 = 1
Ibu. Y mengatakan saat An. H rewel
 Tinggi 3
Ibu. Y selalu memberikan gadget untuk
 Cukup 2 1
menenangkan An. H
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1
Ibu. Y mengatakan belum pernah
 Masalah berat harus segera ditangani 2
memeriksakan An. H ke Fasilitas
 Ada masalah tapi tidak perlu segera 1 1
kesehatan terkait dengan gangguan
ditangani
keterlambatan perkembangan An. H
 Masalah tidak dirasakan 0
Total Skor 4
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)
No Kriteria Skala Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat Masalah 3/3 x 1 = 1
Ibu.Y tidak mengetahui tentang speech delay
 Aktual 3 1
 Resiko 2
 Potensial 1
2 Kemungkinan
Ibu. Y mengatakan tidak khawatir tentang perkembangan bicara
masalah dapat dirubah
pada anaknya karena menganggap keterlambatan berbicara An.
 Mudah 2 2
H adalah faktor keturunan dari ayahnya
 Sebagian 1 1/2 x 2 = 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Tingkat fokus An. H sebentar
untuk dicegah
 Tinggi 3 1
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya 1
Ibu.Y tidak mengetahui tentang speech delay
masalah
 Masalah berat 2 2/2 x 1 = 1
harus segera
ditangani
 Ada masalah tapi 1
tidak perlu segera
ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
Total Skor 3 2/3

III. Prioritas Masalah


1. Risiko Keterlambatan Perkembangan (00112)
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)
IV.`Rencana Asuhan KeperawatanKeluarga
Nama KK : Bpk. E Diagnosa :
Umur : 29 tahun Alamat : Sempor Lor
No DIAGNOSA TUJUAN NOC NIC
(NANDA/INCP)
DX Domain 13 : TUM: 1. Keluarga mampu 1. Keluarga mampu mengenal
1 Pertumbuhan/Perkembangan Setelah dilakukan mengenal
Kelas 2 : Perkembangan intervensi Level 1 Level 1
Risiko Keterlambatan keperawatan, Domain IV : Pengetahuan Domain III : Perilaku
Perkembangan (00112) diharapkan Keluarga tentang Kesehatan dan Level 2
mampu mengatasi Perilaku Kelas S : Pendidikan
keterlambatan Level 2 Intervensi yang memfasilitasi
perkembangan Kelas S : Pengetahuan keluarga untuk belajar
Tentang Kesehatan
TUK 1: Level 3 Level 3 : Intervensi
Setelah dilakukan Out Hasil : 5510 Penkes pengajaran proses
intervensi  (1826) : Pengetahuan penyakit yang dialaminya
keperawatan : Pengasuhan 5618 Pengajaran :
keluarga mampu Prosedur/perawatan
mengenal masalah 5620 Pengajaran ketrampilan
kesehatan psikomotor
Domain III : Perilaku
Level 2
Kelas O : Terapi perilaku
Level 3 : Intervensi
4430 Bermain Terapeutik

Kelas Q : Peningkatan
Komunikasi
Level 3 : Intervensi
4976 Peningkatan Komunikasi :
Kurang bicara
Kelas P : Terapi Kognisi
Level 3 : Intervensi
4720 Stimulasi kognitif
TUK 2: Setelah 2. Keluarga mampu 2.Keluarga mampu
dilakukan tindakan memutuskan memutuskan
intervensi Level 1
keperawatan keluarga Level 1 Domain III : Perilaku
dapat mengambil Domain VI : Kesehatan Perawatan dukungan fungsi
keputusan Keluarga psikososial dan perubahan gaya
Level 2 hidup
Kelas DD-Pengasuhan Level 2
Outcome yang Kelas R : bantuan koping
menggambarkan Perilaku Intervensi untuk membantu diri
Orangtua yang mendukung sendiri membangun kekuatan,
Pertumbuhan dan beradaptasi dengan perubahan
Perkembangan Optimum fungsi, atau mencapai fungsi yang
anak lebih tinggi.
Level 3 Level 3 : Intervensi
Hasil : 5250: Dukungan pengambilan
 (2906) : Kinerja keputusan:
Pengasuhan : Usia 1. Identifikasi keputusan yang
Pra Sekolah telah diambil.
2. Identifikasi keuntungan dan
kerugian dari keputusan yang
diambil.

TUK 3: 3. Keluarga mampu 3. Keluarga mampu merawat


merawat
Setelah dilakukan
Level 1 Level 1
tindakan
Domain VI : Kesehatan Domain V : keluarga
keperawatan,
Keluarga Level 2
keluarga dapat
Level 2 Kelas Z : Perawatan
menunjukan perilaku
Kelas X : Kesejahteraan membesarkan anak
yang adaptif saat
Keluarga Level 3
merawat anggota
Outcome yang Intervensi :
keluarga menggambarkan 8274 Peningkatan perkembangan :
Lingkungan keluarga anak
keseluruhan status kesehatan Domain III : Perilaku
dari keluarga sebagai unit Level 2
Level 3 Kelas O : terapi perilaku
Hasil : Intervensi yang dilakukan untuk
 (2605) : Partisipasi memperkuat atau meningkatkan
Keluarga dalam perilaku yang diinginkan atau
perawatan mengubah perilaku yang tidak
professional diinginkan.
 (2609) : Dukungan Level 3
keluarga selama Intervensi
perawatan 4352 managemen perilaku
(berlebih atau kurang perhatian):
1. Demonstrasikan pada keluarga
cara pencegahan speech delay
2. Berikan kesempatan keluarga
untuk mempraktekan terapi
untuk mengatasi speech delay
3. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga
TUK 4: Level 1 4. Keluarga mampu
Domain VI : Kesehatan memodifikasi lingkungan
Setelah dilakukan
Keluarga
tindakan
Level 2 Level 1
keperawatan,
Kelas W : Kinerja Keluarga Domain V
keluarga Tn. Emampu
sebagi caregiver Level 2
memodifikasi
Outcome yang Kelas X : perawatan sepanjang
lingkungan yang
menggambarkan adaptasi hidup
dapat membantu
dan penampilan anggota Level 3: Intervensi
keluarga untuk
keluarga untuk merawat  7040 Dukungan
beradaptasi merawat
anak yang memiliki Pengasuhan (caregiver
anggota keluarga yang
ketergantungan support)
sakit
Level 3  7110 Peningkatan
Hasil : Keterlibatan Keluarga
 (2205) Kinerja
caregiver: Perawatan
langsung
 (2210) Daya tahan
Peran caregiver

TUK 5: 5. Keluarga mampu 5. Keluarga mampu


memanfaatkan fasilitas memanfatkan fasilitas
Setelah dilakukan
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
tindakan Level 1 Level 1
keperawatan, DomainIV : Pengetahuan Domain VI: Sistem kesehatan
keluarga Tn. E dapat Tentang Kesehatan dan Intervensi untuk mendukung
memanfaatkan Perilaku pemanfaatan pelayanan
fasilitas kesehatan Level 2 kesehatan
untuk membantu Kelas Q : Perilaku sehat Level 2
keluarga dalam Outcome yang Kelas B: Management informal
merawat anggota menggambarkan individu Intervensi untuk memfasilitasi
keluarganya dalam meningkatkan atau komunikasi tentang pelayanan
memperbaiki kesehatan kesehatan
Level 3 Level 3
Hasil : Intervensi :
 (1606) Partisipasi dalam  7910 konsultasi
keputusan perawatan  8100 rujukan
kesehatan Motivasi keluarga agar dapat
 (1613) Pengarahan memanfaatkan fasilitas kesehatan
perawatan mandiri untuk
menggontrol kesehatan keluarga
DX Domain 1: TUM: 1. Keluarga mampu 1. Keluarga mampu mengenal
2. Promosi kesehatan Setelah dilakukan mengenal
Kelas 2: intervensi Domain III : Perilaku
Manajemen kesehatan keperawatan, Domain IV : Kesehatan Level 1
Diagnosa: Ketidakefektifan diharapkan Keluarga keluarga Memberikan dukungan fungsi
pemeliharaan kesehatan (00099) mampu memelihara Level 1 psikososial dan memfasilitasi
kesehatan anggota Pengetahuan kesehatan perubahan gaya hidup.
keluarga. dan perilaku.
Hasil yang menggambarkan
TUK 1: sikap, pemahaman, dan
Setelah dilakukan tindakan terhadap kesehatan Level 2
intervensi dan penyakit. Kelas S : Pendidikan
keperawatan Intervensi yang memfasilitasi
keluarga mampu Level 2 keluarga untuk belajar
mengenal masalah Kelas S : pengetahuan
kesehatan kesehatan Level 3 : Intervensi
Hasil yang menggambarkan 5510 penkes pengajaran proses
pemahaman keluarga dalam penyakit yang dialaminya
pemanfaatan informasi untuk 1. Diskusikan bersama keluarga
meningkatkan, pengertian speech delay
mempertahankan,dan 2. Diskusikan dengan keluarga
perbaikan kesehatan. tentang penyebab speech delay
3. Diskusi dengan keluarga
Level 3 : Hasil tentang tanda-tanda speech
 1803-pengetahuan: delay
proses penyakit 4. Diskusikan dengan keluarga
 1808-pengetahuan: cara mengatasi speech delay
Pengobatan
 1855-pengetahuan: gaya
hidup sehat

TUK 2: Setelah 2. Keluarga mampu 2. Keluarga mampu


dilakukan tindakan memutuskan memutuskan
intervensi Level 1 Level 1
keperawatan keluarga Domain IV : Kesehatan Domain III : Perilaku
dapat mengambil keluarga Perawatan dukungan fungsi
keputusan Pengetahuan kesehatan dan psikososial dan perubahan gaya
perilaku hidup
Level 2 Level 2
Kelas Q : Kelas R : bantuan koping
Perilaku Kesehatan Intervensi untuk membantu diri
Hasil yang menggambarkan sendiri membangun kekuatan,
tindakan keluarga untuk beradaptasi dengan perubahan
meningkatkan atau fungsi, atau mencapai fungsi yang
memperbaiki kesehatan. lebih tinggi.
Level 3 : Intervensi
Level 3 5250: Dukungan membuat
Hasil : keputusan:
1606: Berpartisipasi dalam 1. Identifikasi keputusan yang
memutuskan perawatan telah diambil.
kesehatan 2. Identifikasi keuntungan dan
Level 2 kerugian dari keputusan yang
Kelas R : Kepercayaan diambil.
tentang Kesehatan
Hasil yang menggambarkan
ide dan persepsi keluarga
yang mempengaruhi perilaku
sehat
Level 3
Hasil:
 1700: kepercayaan
mengenai kesehatan

TUK 3: 3. Keluarga mampu 3. Keluarga mampu merawat


merawat Level 1
Setelah dilakukan
Level 1 Domain III : Perilaku
tindakan
Domain VI: Kesehatan Level 2
keperawatan,
keluarga Kelas O : terapi perilaku
keluarga dapat
Hasil menggambarkan status Intervensi yang dilakukan untuk
menunjukan perilaku
kesehatan, perilaku, atau memperkuat atau meningkatkan
yang adaptif saat
fungsi keluarga secara perilaku yang diinginkan atau
merawat anggota
keseluruhan, atau sebagai mengubah perilaku yang tidak
keluarga
individu yang merupakan diinginkan.
anggota keluarga. Level 3
Level 2 Intervensi
Kelas X : Keluarga 4352 managemen perilaku
sejahtera (berlebih atau kurang perhatian):
Hasil menggambarkan 1. Demonstrasikan pada keluarga
lingkungan keluarga, status cara pencegahan speech delay
kesehatan, kompetensi sosial 2. Berikan kesempatan keluarga
keluarga sebagai unit. untuk mempraktekan terapi
Level 3 untuk mengatasi speech delay
Hasil : 3. Berikan reinforcement positif
 2600 koping keluarga atas usaha keluarga
 2602 fungsi keluarga
 2603 intregitas keluarga
 2609 dukungan
keluarga selama
perawatan
TUK 4: 4. Keluarga mampu 4. Keluarga mampu
memodifikasi memodifikasi lingkungan
Setelah dilakukan
lingkungan
tindakan
Level 1
keperawatan,
Level 1 Domain V
keluarga Tn. E
Domain IV Level 2
mampu memodifikasi
Pengetahuan kesehatan Kelas X : perawatan sepanjang
lingkungan yang
dan perilaku hidup
dapat membantu Hasil yang menggambarkan Level 3: Intervensi
keluarga untuk sikap, pemahaman, dan  7130: Pemeliharaan proses
beradaptasi merawat tindakan terhadap kesehatan keluarga.
anggota keluarga yang dan penyakit. 1. Identifikasi bersama
sakit Level 2 keluarga tentang lingkungan
Kelas T : yang sehat.
Kontrol resiko dan 2. Motivasi keluarga untuk
keamanan menjaga lingkungan yang
Hasil yang menggambarkan sehat
status keamanan individu
atau keluarga dan tindakan
untuk mencegah,
mengurangi, atau
mengkontrol ancaman
kesehatan.
Level 3
Hasil :
 1910: Keamanan
lingkungan rumah
 1934: Keamanan
lingkungan
perawatan kesehatan
TUK 5: 5. Keluarga mampu 5. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfatkan fasilitas
Setelah dilakukan
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
tindakan
Level 1 Level 1
keperawatan,
DomainV: Kesehatan yang Domain VI: Sistem kesehatan
keluarga Tn. E dapat
dirasakan Intervensi untuk mendukung
memanfaatkan
Level 2 pemanfaatan pelayanan
fasilitas kesehatan
Kelas EE: Kepuasan kesehatan
untuk membantu
dalam merawat Level 2
keluarga dalam
Level 3 Kelas B: Management informal
merawat anggota
Hasil : Intervensi untuk memfasilitasi
keluarganya
 3000 kepuasan klien: komunikasi tentang pelayanan
akses menuju sumber kesehatan
pelayanan Level 3
 3035 kepuasan klien: Intervensi :
bantuan fungsional  7910 konsultasi
 8100 rujukan
Motivasi keluarga agar dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk
menggontrol kesehatan keluarga
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf
Minggu, 4 1 TUK 1: S: Umami
Agustus 2019 Setelah dilakukan intervensi keperawatan keluarga - Ibu Y mengatakan mulai mengerti
14.00 WIB mampu mengenal masalah kesehatan penyeb, pengananan speech delay
1. Observasi tumbuh kembang anak menggunakan - Ibu Y mengatakan sebelumnya
Denver II belum pernah diberikan
2. Mendiskusikan bersama keluarga pengertian speech penyuluhan tentang speech delay
delay
3. Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab O:
speech delay - Interpretasi hasil observasi
4. Mendiskusi dengan keluarga tentang tanda-tanda Denver II menunjukkn An H
speech delay Untestable
5. Mendiskusikan dengan keluarga tentang penanganan - Keluarga memberikan feed back
untuk speech delay saat diberikan materi speech delay
- A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Senin, 5 1 TUK 2: S: Umami


Agustus 2019 1. Mengidentifikasi nilai dan norma yang ada di dalam - Ibu Y mengatakan setuju dengan
Pukul 15.30 keluarga untuk mengambil keputusan. rekomendasi terapi yang diberikan
WIB 2. Mengidentifikasi keputusan yang telah diambil. untuk An H .
3. Mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari O:
keputusan yang diambil. - Ibu Y dapat ikut serta dalam terapi
yang dilakukan
TUK 3:
1. Mendemonstrasikan pada keluarga cara pencegahan
A : Masalah teratasi
speech delay
P : Lanjutkan intervensi
2. Memberikan kesempatan keluarga untuk ikut andil
dalam terapi
3. Memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

Rabu, 7 1 TUK 4 : S : Ibu Y mengatakan tidak Umami


Agustus 2019 1. Mengidentifikasi bersama keluarga tentang membutuhkan fasilitas kesehatan
Pukul 16.00 lingkungan keluarga yang sehat. mengenai keterlambatan bicara pada
WIB An H
TUK 5 : - O : An H belum dibawa ke fasilitas
1. Motivasi keluarga agar dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
kesehatan untuk menggontrol kesehatan keluarga A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Selasa, 13 2 TUK 1 – TUK 3 S: Umami


Agustus 2019 1. Mediskusikan bersama keluarga tentang bahaya - Ibu Y mengatakan akan
Pukul 14.00 gadget bagi anak tanpa pengawasan orang tua mengawasi anak dalam
WIB 2. Mengidentifikasi penanganan bahaya menggunakan gadget dan
3. Mendukunga pengambilan keputusan tentang menyetuji aplikasi yang
penanganan digunakan untuk terapi An H
4. Membantuan untuk memodifikasi diri untuk O :
mencapai tujuan atau harapan - Mobile application untuk terapi
An H terpasang
- Ibu Y mendampingi saat terapi
dan merekam untuk dilaporkan
kepada mahasiswa.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Rabu, 14 2 TUK 4-5 S: Umami
Agustus 2019 1. Menciptakan lingkungan yang tenang dan - Ibu Y mengatakan akan
Pukul 16.00 mendukung mendiskusikan keterlambatan
WIB 2. Menyediakan lingkungan yg aman dan bersih bicara pada An H ke fasilitas
3. Mendiskusikan bersama keluarga untuk kesehatan
memeriksakan keadaan kesehatannya ke pelayanan - Ibu Y mengatakan akan rutin ikut
kesehatan yang ada seperti dokter, puskesmas dan serta dalam terapi
pelayanan kesehatan lain. O:
4. Diskusikan perawatan pendukung yang tepat tersedia - Tersedia mobile application untuk
di rumah atau di komunitas terapi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
DOKUMENTASI
LAPORAN PENDAHULUAN
SPEECH DELAY

Oleh
UMAMI BUDIARTI
1811040039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
SPEECH DELAY

A. Definisi
Keterlambatan (speech delay) bicara dan berbahasa pada anak, menggambarkan
kemampuan (skill) anak yang berkembang, tetapi pada tingkat yang lebih lambat dari
anak-anak sebayanya sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Masalah
keterlambatan bicara dan berbahasa ini, bisa ringan, sedang, atau berat.
Menurut Hurlock (1978), dikatakan terlambat bicara apabila tingkat perkembangan
bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang umurnya sama
yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata. Apabila pada saat teman sebaya
mereka berbicara dengan menggunakan kata-kata, sedangkan si anak terus
menggunakan isyarat dan gaya bicara bayi maka anak yang demikian dianggap orang
lain terlalu muda untuk diajak bermain.
Sedangkan dalam Papalia (2004) menjelaskan bahwa anak yang terlambat bicara
adalah anak yang pada usia 2 tahun memliki kecenderungan salah dalam menyebutkan
kata, kemudian memiliki perbendaharaan kata yang buruk pada usia 3 tahun, atau juga
memiliki kesulitan dalam menamai objek pada usia 5 tahun. Dan anak yang seperti itu,
nantinya mempunyai kecenderungan tidak mampu dalam hal membaca. “children who
show an unusual tendency to mispronounce words at age 2, who have poor vocabulary
at age 3, or who have trouble naming objects at 5 are apt to have reading disabilities
later on”

B. Etiologi
1. Faktor genetik
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti sindrom Down, sindrom
Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
2. Faktor lingkungan
3. Sosial ekonomi kurang
Anak dengan keluarga sosial ekonomi kurang akan mengalami keterlambatan dalam
berbahasa karena fasilitas berbahasa dan pendidikan yang rendah pulan dari orang tua.
4. Faktor psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang
tua.
5. Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan keluarga,
pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama, urbanisasi,
kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak,
angaran, dan lain-lain (Soetjiningsih, 1998).

C. Tanda Dan Gejala


1. Tanda dan gejala Speech Delay anak usia 1 tahun (12 bulan)
 Menggunakan bahasa tubuh seperti melambaikan tangan ‘good-bye’ atau
menunjuk objek tertentu
 Berlatih menggunakan beberapa konsonan yang berbeda
 Vokalisasi atau melakukan komunikasi
2. Tanda dan gejala Speech Delay anak usia 1-2 tahun
 Tidak memanggil ‘mama’ dan ‘dada’
 Tidak menjawab bila dikatakan ‘tidak’, ‘halo’ dan ‘bye’
 Tidak memiliki satu atau 3 kata pada usia 12 bulan dan 15 kata pada usia 18 bulan
 Tidak mampu mengidentifikasi bagian tubuh
 Kesulitan mengulang suara dan gerakan
 Lebih memilih menunjukkan gerakan daripada berbicara verbal
3. Tanda dan gejala Speech Delay anak usia 2-5 tahun
 Tak mampu menyampaikan kata-kata atau frase secara spontan
 Tak mampu mengikuti petunjuk dan perintah sederhana
 Kurang bunyi konsonan di awal atau akhir kata, seperti ‘aya’ (ayah), ‘uka’ (buka)
 Tidak dipahami bicaranya oleh keluarga terdekat
 Tak mampu untuk membentuk 2 atau 3 kalimat sederhana

D. Patofisiologi
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang
masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke
area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal
kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi,
resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi
pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode
gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di
otak/pusat pembicara.
Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau
penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut
pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai
proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan
bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan baik.

E. Komplikasi
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap

F. Pemeriksaan Penunjang
1. TES BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) atau ABR (Auditory Brainstem
Response)
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga (telinga luar) sampai
ke otak. Cara kerjanya dengan memberikan bunyik klik pada frekuensi yang
berbeda–beda pada tingkat kekerasan yang berbeda–beda pula responnya ditangkap
langsung oleh sensor di otak. Tesnya tidak menyakitkan (un-invasive), tidak perlu
respon aktif dari pasien dan hasilnya menyeluruh. Tes ini adalah tes paling umum
dalam mendeteksi gangguan pendengaran.
2. TES OAE (Oto Acoustic Emission)
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai rumah siput tetapi terutama
rumah siput. Cara kerjanya dengan memberikan nada murni ke telinga dan
menangkap responnya melalui perubahan tekanan di saluran telinga. Tesnya juga
tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif dari pasien serta obyektif.
Biasanya digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran khususnya akibat
gangguan di telinga tengah karena OME, OMA atau sensorinerual hearing loss
(SNHL) yaitu kerusakan sel saraf di rumah siput.
3. Tes Tympanometri
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai telinga tengah (tulang
sanggurdi). Caranya mirip dengan OAE tapi responnya dari defleksi (perubahan
gerak) gendang telinga. Tesnya juga tidak menyakitkan, obyektif dan tidak perlu
respon aktif dari pasien. Biasanya digunakan untuk mengeliminasi kemungkinan
gangguan telinga tengah jika hasil OAE menunjukkan respon negatif.
4. Tes Audiometri
5. Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, dan pasien
yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang adalah :
a. Audiometri nada murni, Audiometri tutur
Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui ada tidaknya
gangguan pendengaran. Selama tes, orang yang dites akan mendengar nada
murni yang diberikan pada frekwensi yang berbeda melalui sebuah headphone
atau ear phone. Intensitas nada berangsur-angsur dikurangi sampai ambang
dengar, titik dimana suara terkecil yang dapat didengar akan diketahui. Hasilnya
ditunjukkan dalam desibel (dB) dan dimasukkan ke bentuk audiogram.
Caranya dengan memberikan nada murni baik melalui earphone (direct to ear)
ataupun speaker (free field test) dan meminta respon balik dari pasien apakah
bunyi terdengar atau tidak. Tesnya tidak menyakitkan namun agak subyektif dan
memerlukan respon aktif dari pasien. Cukup sulit dilakukan khususnya untuk
anak-anak.
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada
stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekwensi yang berbeda-beda.
Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya
terdiri dari skala desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone (air
conduction) dan skull vibrator (bone conduction).
Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai
ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
Untuk anak–anak biasanya dilakukan “Play Audiometri” yaitu uji pendengaran
dengan bermain dan diperlukan audiologist yang berpengalaman untuk
mendapatkan hasil yang baik. Biasanya untuk menguji kemajuan/kemunduran
fungsi pendengaran terutama pada pasien gangguan pendengaran. Sedangkan
pada audiometric tutur dites seberapa banyak kemampuan mengerti percakapan
pada intensitas yang berbeda. Tes terdiri dari sejumlah kata-kata tertentu yang
diberikan melalui headphone atau pengeras suara free field. Kata-kata tersebut
harus diulangi oleh orang yang dites. Setelah selesai, persentase berapa kata
yang dapat diulang dengan benar dapat diketahui.

6. TES ASSR (Auditory Steady State Response)


Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga sampai ke otak. Cara
kerjanya seperti BERA tapi yang diberikan adalah nada murni seperti layaknya tes
audiometri. Namun tidak diperlukan partisipasi aktif dari pasien karena respon
langsung dicatat oleh sensor yang menangkap aktifitas otak. Tes ini tidak
menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif namun pasien harus diam dan
tenang dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih 1 jam.
Seringkali dianjurkan agar pasien ditidurkan atau diberi obat tidur jika memang
sulit, diminta untuk tetap tenang dan diam. Digunakan untuk mendeteksi gangguan
pendengaran pada bayi dan anak - anak yang masih kecil.

G. Penatalaksanaan
1. Terapi :
a. Terapi wicara
b. Terapi okupasi
2. Edukasi
a. Motivasi keluarga untuk menstimulasi bahasa, bicara secara intensif
b. Secara teratur membawa anak untuk mengikuti terapi
c. Konseling
H. Pathway

Lingkungan Kerusakan otak Emosi


1. Sosial ekonomi 1. Kerusakan 1. Ibu tertekan
rendah neuromuskuler 2. Gangguan serius
2. Tekanan keluarga 2. Sensori motorik pada orangtua/anak
3. Keluarga bisu 3. Serebral palsi
4. bahasa 4. Masalah persepsi

Masalah pendengaran Gangguan bahasa Perkembangan


1. Kongenital 1. Ekspresif terlambat
2. Didapat 2. Reseptik

Gangguan bicara

Keluarga Hubungan sosial Perkembangan


1. Cemas 1. Gangguan
2. Pengetahuan komunikasi verbal
3. Koping keluarga 2. Gangguan bermain Intelegensia
tidak efektif 3. Isolasi social
4. Interaksi sosial
Produktifitas

Resiko ketergantungan

I. Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Speech Delay


a. Pengkajian
b. Identitas pasien
c. Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien
d. Riwayat penyakit
e. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan
keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.
f. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya.
g. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni,
gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
h. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit yang
disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya .
i. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
j. Pengkajian pola fungsi
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat. Adanya tindakan medis danperawatan di rumah
sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga
memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan
adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bias
menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
k. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien.
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan
effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura
keadaan umumnyalemah.
l. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum
dan sesudah MRS.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga
akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
m. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
n. Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat
Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke
lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
o. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan
perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
p. Sistem respirasi
Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga
mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan
mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan
ictus kordis. RR cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.
Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada
dada yang sakit.
Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak
mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung
dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis
Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke
atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin
saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas
cairan.
q. Sistem kardiovaskuler
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea
medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pembesaran jantung.
Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan
kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu
getaran ictuscordis.
Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini
bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi
jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang
menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
r. Sistem pencernaan
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut
menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada
tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35kali
per menit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah
hepar teraba. Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
s. Sistem neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji disamping juga diperlukan pemeriksaan
GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau koma. Pemeriksaan refleks patologis
dan refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
t. Sistem mskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial . Palpasi pada kedua
ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary
refiltime.. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
u. Sistem integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada
pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem
transport O2. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat,
demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui
derajat hidrasi seseorang.

J. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi bahasa
2. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
4. Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa.
5. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berkomunikasi.
6. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan.
7. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kurangnya kemampuan memori dan
kerusakan sistem saraf pusat.

K. Perencanaan

Diagnosa
No. Intervensi Rasional
keperawatan
1. Gangguan 1. Lakukan latihan
1. Latihan bicara yang sesuai
komunikasi komunikasi dengan dengan perkembangan anak
verbal memperhatikan akan menghindari ekploatasi
Sehubungan perkembangan mental anak yang berakibat penekanan
dengan 2. Lakukan komunikasi fungsi mental anak.
kurangnya secara komprehensif baik
2. Komunikasi yang
stimulasi bahasa verbal maupun non verbal. komprehensif akan
memperbanyak jumlah
stimulasi yang diterima anak
sehingga akan memperkuat
memori anak terhadap suatu
kata.
3. Berbicara sambil bermain
3. Bermain akan menigkatkan
dengan alat untuk daya tarik anak sehingga
mempercepat persepsi anak frekwensi dan durasi latihan
tentang suatu hal. bisa lebih lama
4. Berikan lebih banyak kata
4. Anak lebih suka
meskipun anak belum mendengarkan kata-akat dari
mampu mengucapkan pada mengucapkan karena
dengan benar. biasanya kesulitan dalam
mengucapkan.
5. Lakukan sekrening lanjutan
5. Untuk mengetahui jenis dan
dengan mengggunakan beratnya gangguan serta
Denver Speech Test. keterlambatan dalam
berbicara pada anak.
2. Gangguan 1. Lakukan latihan
1. Agar stimulasi tetap diterima
komunikasi komunikasi, dan stimulasi anak sesuai dengan
verbal dini dengan benda-benda perlembangan mental anak
Sehubungan atau dengan menggunakan yang didasarkan atas
dengan bahasa isyarat serta kemampuan penerimaan
gangguan biasakan anak melihat anak terhadap informasi
pendengaran artikulasi orang tua dalam yang diberikan
berbicara.
2. Perhatikan kebersihan
2. Ganguan pendengaran sering
telinga anak disebabkan oleh adanya
hambatan pendengaran
akibat adanya kotoran
3. Kolaborasi dengan ditelinga.
rehabilitasi untuk
3. Alat bantu dengar
penggunaan alat bantu diharapkan mampu
dengar mengatasi hambatan
pendengaran pada telinga
anak.
3. Gangguan 1. Gunakan bahasa yang
1. Untuk memudahkan pema-
komunikasi sederhana dan umum haman menghindari stress
Sehubungan digunakan dalam dan kebingungan anak yang
dengan komunikasi sehar-hari. akibat bahasa yang berubah-
hambatan bahasa ubah.
2. Gunakan verifikasi bahasa
2. Difersifikasi bahasa dapat
sesuai dengan tingkat diberikan jika kemampuan
kematangan dan mental anak sudah matang
pengetahuan anak. seperti setelah umur 9
tahun, karena perkembangan
selsel otak anak sudah mulai
maksimal.
4. Gangguan 1. Stimulasi bahasa dan latihn
1. Untuk mengindari keter-
komunikasi bicara tetap dilakukan lambatan perkembangan
Sehubungan sesuai dengan mental, bahasa maupun
dengan perkembangan mentak bicara ketika alat artikulasi
kerusakan fungsi anak. sudah bisa diperbaiki.
alat-alat tikulasi 2. Perbaikan alat-alat artikulasi
2. Kolaborasi: dengan ahli hanya bisa dilakukan secara
bedah untuk perbaikan alat- optimal dengan
alat artikulasi. pembedahan.

5. Kecemasan 1. Gali kebiasaan komunikasi


1. Untuk dapat menggali
orang tua dan stimulasi orang tua efektivitas dan kemampuan
Sehubungan terhadap anak. serta usaha yang telah
dengan dilakukan oleh orang tua,
ketidakmampuan untuk mengindari overlaping
anak berbicara tindakan yang berakibat
orang tua menjadi bosan.
2. Pengikutsertaan keluarga
2. Berikan penjelasan tentang terhadap perawatan anak
kondisi anaknya secara secara langsung akan
jelas, serta kemungkinan mampu mengurangi tingat
penanganan lanjutan, kecemasan orang tua
prognose serta lamanya terhadap keadaan anaknya.
tindakan atau pengobatan.

6. Gangguan 1. Hindari bicara pada saat


1. Komunikasi tidak efektif
komunikasi kondisi bising sehingga anak menjadi
Sehubungan irritable
dengan 2. Lakukan komunikasi
2. Untuk meningkatkan
kecemasan dengan posisi lawan bicara pandangan mata dan
setinggi badan anak. efektivitas komunikasi
sehingga anak merasa lebih
nyaman
3. Lakukan latihan bicara
3. Agar anak lebih tertarik dan
sambil bermain dengan tidak lekas bosan.
mainan kesukaan anak.

7. Gangguan 1. Lakukan observasi dan


1. Untuk mengetahui
komunikasi pemeriksaan fisik kemungkinan posisi kelainan
Sehubungan neurologi secara mendetail dalam otak.
dengan 2. Kolaborasi pemeriksaan
2. Untuk mengetahui
kurangnya EEG kemungkinan kelainan pada
kemampuan SSP anak.
memori dan
kerusakan sistem
saraf pusat.
Daftar Pustaka

Carpenito, L.D (2009), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th. Edition,
Lippincott, Philadelpia, New York.
th
Kozier Barbara et.al (2012), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and Practice , 5
Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New York
th
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Keterlambatan Bicara (Speech Delay)

Disusun Oleh :

UMAMI BUDIARTI

1811040039

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok Bahasan : Keterlambatan Bicara (Speech Delay)


2. Sasaran : Ibu Y
3. Waktu dan Tempat
 Tempat : Rumah Bapak E
 Waktu : Rabu, 7 Agustus 2019, Pukul 14.00 WIB
4. Alokasi Waktu : 30 menit
5. Pemberi Materi : Umami Budiarti
6. Metode : Ceramah dan diskusi
7. Media : Lembar Balik dan Leaflet
8. Setting Tempat

Penyuluh

Peserta

9. Tujuan instruksional
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
5. Mengetahui dan memahami pengertian Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
6. Mengetahui dan memahami penyebab Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
7. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala Keterlambatan Bicara (Speech
Delay)
8. Mengetahui dan memahami pencegahan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
9. Mengetahui dan memahami pengobatan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
10. Sub Pokok Bahasan
1) Pengertian Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
2) Penyebab Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
3) Tanda dan gejala Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
4) Pencegahan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
5) Pengobatan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
11. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 5 menit 1. Memberi salam v. Menjawab Ceramah -
2. Memperkenalkan diri salam dan
3. Menjelaskan tujuan w. Mendengarkan Tanya
penyuluhan dan pokok dan Jawab
materi yang akan memperhatikan
disampaikan x. Menjawab
4. Menggali pengetahuan pertanyaan
pasien tentang penanganan
difteri dirumah
Penyajian 15 menit Menjelaskan materi 3. Mendengarkan Ceramah Lembar
penyuluhan dan dan Balik
memperhatikan Tanya Leaflet
4. Menganjukan Jawab
pertanyaan
Penutup 10 menit 1. Penegasan materi 1. Menjawab Tanya
2. Meminta peserta untuk pertanyaan yang Jawab
menjelaskan kembali diberikan oleh
materi yang telah penyuluh
disampaikan dengan 2. Membalas
singkat menggunakan salam
bahasa peserta sendiri
3. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang
materi yang telah
disampaikan
4. Menutup acara dan
mengucapkan salam
12. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
- Penyuluhan menggunakan Lembar Balik dan Leaflet.
- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Rumah Bapak E
- Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
b. Evaluasi proses
- Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
- Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
- Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan sangat berkonsentrasi terhadap
materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.
- Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan menerima
penjelasan dari penyaji.
- Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai
dilaksanakan.
c. Evaluasi hasil
 Pre penyuluhan
Ibu Y mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji sebelum penyaji
menyampaikan materi penyuluhan.
 Post penyuluhan
Kriteria keberhasilan:
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:
- Pengertian Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Penyebab Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Tanda dan gejala Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Pencegahan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Komplikasi Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Pengobatan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
13. Media
Lembar Balik dan Leaflet.
14. Materi
(terlampir)
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN
Keterlambatan dalam berbicara adalah suatu kecenderungan dimana anak sulit dalam
mengekspresikan keinginan atau perasaan pada orang lain seperti, tidak mampu dalam
berbicara secara jelas, dan kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat anak tersebut
berbeda dengan anak lain sesusianya. Menurut Hurlock (1978:194-196) bahwa“apabila
tingkat perkembangan bicara berada dibawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak
yang umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan kata, maka hubungan sosial anak
akan terhambat sama halnya apabila keterampilan bermain mereka dibawah keterampilan
bermain teman sebayanya”. Maksudnya ialah apabila perkembangan bahasa anak berbeda
dengan tingkat perkembangan bahasa anak lain seusianya maka anak akan mengalami
hambatan dalam interaksi sosialnya.
B. PENYEBAB
Anak yang terlambat berbicara disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Rumini dan Siti Sundari (2004:43-44) memaparkan sembilan faktor yang
mempengaruhi perkembangan bicara anak diantaranya: kecerdasan, jenis disiplin, posisi
urutan anak, besarnya keluarga, status ekonomi sosial, ras, berbahasa dua, suara yang
sangat gaduh, dan gaya bicara. Ditambahkan menurut Hurlock (1978:186187) faktor yang
melatarbelakangi anak speech delay yaitu: anak kembar an jenis kelamin. Sedangkan
Yusuf (2010:2) menambahkan satu faktor lagi yaitu faktor kesehatan.
Selain itu, perlu dicari penyebab lain dari keterlambatan bicara pada si kecil.
Keterlambatan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
1) Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan
disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus dipikirkan bila ada keterlambatan
bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena
infeksi,trauma atau kelainan bawaan. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan
genetik, infeksi ibu saat hamil, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila
terdapat keluarga yang memiliki riwayat ketulian.
2) Gangguan otak seperti pada retardasi mental
Retardasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain
seusianya. Retardasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa.
Pada kasus retardasi mental, keterlambatan bahasa disertai keterlambatan dalam
bidang pemecahan masalah visuo-motor.
3) Deprivasi lingkungan
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya.
Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang
makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapt lebih berat karena
penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena anak
kurang gizi atau penelantaran anak.
4) Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autism
adalah gangguan perkembangan perpasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, prilaku, komunikasi dan
interaksi sosial
5) Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang
bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/ cleft palate), deviasi septum nasi,
adenoid atau kelainan laring.
6) Lingkungan yang sepi
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi keterampilannya melalui meniru. Bila
stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat
kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
7) Tehnik pengajaran yang salah
Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan
perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi
karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.
8) Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang tidak menyenangkan
Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan
ketidaksenangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih
banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.
9) Harapan orang tua yang berlebihan
Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap
anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan
anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan
menghambat kemampuan bicaranya.

10) Anak kembar


Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama
dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan
lingkungan bicara yang buruk, karena biasakan mempunyai perilaku yang saling
meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadaan kemampuan bicara
yang sama-sama belum bagus.
11) Bilingual (2 bahasa)
Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara,namun
keadaan ini tidak terlalu menghawatirkan.umumnya anak akan memiliki kemampuan
pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik. Smith meneliti pada kelompok anak
bilingual tampak mempunyai pemberdaharaan yang kurang dibandingkan dengan
anak dengan 1 bahasa,kecuali pada anak yang mempunyai tinggkat kecerdasan yang
tinggi.
12) Faktor televise
Anak yang sering menonton televise akan menjadi pendengar yang pasif, anak hanya
menerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk.Menonton
televise juga bias membuat anak menjadi traumatis karena menyaksikan tayangan
yang berisi adegan perkelahian, kekerasan, dan sekxual.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda bahaya yang harus segera dilakukan adalah evaluasi yang harus segera dilakukan
adalah evaluasi bicara dan bahasa, yaitu seperti
1) Pada usia 12 bulan bila si kecil tidak babbling, menunjuk atau tidak mengikuti gerak-
gerik.
2) Usia 15 bulan bila si kecil tidak melihat atau menunjuk 5 dari 10 objek atau orang
yang disebutkan dan tidak mengucapkan minimal 3 kata.
3) Usia 18 bulan, si kecil tidak mengikuti 1 instruksi dan tidak mengatakan mama, papa,
dada.
4) Usia 2 tahun, bila si kecil tidak menunjuk pada gambar atau anggota tubuh yang
disebutkan dan tidak mengucapkan minimal 25 kata.
5) Usia 2,5 tahun, si kecil tidak merespon secara verbal, menggeleng atau
menganggukkan kepala pada sebuah pertanyaan dan tidak dapat mengkombinasi dua
kata
6) Usia 3 tahun, si kecil tidak memahami dan mengikuti perintah, tidak mengucapkan
paling sedikit 200 kata, tidak dapat menyebutkan keinginannya dan mengulang
kalimat sebagai respon dari pertanyaan.
Dari tanda-tanda tersebut diatas, ibu harus mewaspadai sejak dini agar tidak terjadi
keterlambatan bicara pada si kecil secara berkelanjutan. PENCEGAHAN
Sebagai orang tua, peran ibu sangat penting dalam penanganan keterlambatan bicara
tersebut. Rajinlah mengajak si kecil untuk berbicara sejak bayi, walaupun belum bisa
berbicara namun kosakata dari ibu dapat menjadi bekal dalam perkembangan bicara dan
bahasanya kelak. Ibu juga bias membacakan cerita untuk menambah kosakata yang
didengar oleh si kecil. Keterlambatan bicara pada si kecil sebaiknya dapat diketahui
sejak dini, sehingga dapat dilakukan penanganan secepatnya.
D. PENGOBATAN
Jika orang tua sudah menyadari adanya gejala keterlambatan bicara pada anak,maka
sebaiknya dilakukan hal berikut:
1) Konsultasikan anak ke dokter atau psikolog tentang tumbuh kembang anak, bicara
pada para ahli tentang tumbuh kembang anak dan kemampuan apa saja yang sudah
bisa dikuasainya.
2) Berikan anak kesempatan untuk berinteraksi dan bermain dengan temen teman
sebayanya. Kegiatan ini bisa memotivasi anak untuk belajar bermain dengan anak-
anak lainya membutuhkan kemampuan komunikasi verbal.
3) Ibu bisa menstimulasi anak dengan mengajaknya berkomunikasi meskipun anak
belum mampu berbicara dengan baik. Ibu bisa mengajak anak untuk membacakan
dongeng dan bernyanyi.
4) Mengajarkan kata kepada anak dengan pengucapan yang jelas. Usahakan anak
melihat gerakan bibir anda ketika mengucapkan kata-kata tersebut. Misalnya, susu
bukan cucu, minum bukan mik atau num, makan bukan maem atau mamam.
DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, Nurbiana dkk. 2013.Metode Pengembangan Bahasa.Tanggerang
Selatan:Universitas Terbuka.
Usman, Muhammad. 2015. Perkembangan Bahasa Dalam Bermain dan
Permainan. Yogyakarta: Deepublish (CV. Budi Utama).
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
ANALISIS JURNAL
“THE USE OF MOBILE APPLICATION TO SUPPORT SPEECH DELAY CHILDREN IN
MALAYSIA: A PRELIMINARY STUDY”
PENGGUNAAN APLIKASI MOBILE UNTUK MENDUKUNG SPEECH DELAY ANAK
DI MALAYSIA: STUDI AWAL

Disusun Oleh :
Umami Budiarti
1811040039

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018-2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................


A. Latar belakang Masalah ..................................................................
B. Tujuan ...........................................................................................

BAB II RESUME JURNAL (Jurnal Utama)


A. Resume Jurnal
1. Judul penelitian......................................................................................
2. Nama Peneliti .........................................................................................
3. Tempat & waktu penelitian ...................................................................
4. Tujuan Penelitian ..................................................................................
5. Pendahuluan (Introduction)....................................................................
6. Metode (Method) ....................................................................................
7. Hasil (Result) .........................................................................................
8. Analisa (Analysis) .................................................................................
9. Diskusi (Discussion) .............................................................................
B. Analisis Kritik Jurnal ...................................................................................

BAB III KORELASI ISI JURNAL DENGAN REALITA KLINIS .............................


A. Perbandingan jurnal utama dengan realita klinis/lapangan ...........................
B. Analisis SWOT implikasi di Lapangan/klinis .............................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara (communicative
competence) seorang anak dengan anak yang lain berbeda-beda. Ada anak yang
perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang mengalami
keterlambatan (Spielvolge, 2008). Apabila seorang anak mampu memproduksi
bunyi atau suara yang sesuai dengan tingkat usianya, maka ia dikatakan
mempunyai kemampuan berbicara yang baik, sebaliknya jika terdapat gangguan
pada fase ini yang berhubungan dengan kesulitan dalam produksi bunyi atau suara
yang spesifik untuk berbicara atau adanya gangguan dalam kualitas suara atau
ganguan artikulasi (Fieldmen, 2005).
Keterlambatan bicara (speech delay) adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin
hari tampaknya semakin meningkat pesat. Tiga tahun pertama kehidupan
merupakan periode kritis kehidupan anak.4,5 Bila gangguan bicara dan bahasa
tidak diterapi dengan tepat akan terjadi gangguan kemampuan membaca,
kemampuan verbal, perilaku, penyesuaian psikososial, dan kemampuan akademis
yang buruk. Identifikasi dan intervensi secara dini diperlukan untuk mencegah
terjadinya gangguan dan hambatan tersebut.2,6,7 Oleh karena itu, periode yang
tepat untuk melakukan deteksi dini ialah usia 1-3 tahun.
Keterlambatan berbicara (speech delayed) merupakan satu diantara banyak
hambatann yang banyak ditemui dalam pertumbuhan anak. Hambatan ini kian
meningkat setiap harinya dengan data kejadian dalam hambatan berbicara dan
berbahasa sekitar 5-15% pada anak belum sekolah (Madyawati, 2016:90).
Dibeberapa negara, masalah keterlambatan bicara memiliki persentasi yang cukup
tinggi, namun penanganan serta penelitian mendalam mengenai masalah belum
mendalam, sehinga mengingatkan gangguan speech delayed masih dalam situasi
yang masih belum tertangani dengan baik, bisa jadi sebagai orang tua yang
mempunyai anak dengan masalah keterlambatan bicara ini mengalami berbagai
kesulitan mengasuh anaknya, begitu juga guru mendidiknya.
Faktor lain penyebab keterlambatan berbicara anak dapat juga disebabkan oleh
faktor di luar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi
yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Namun, apabila penyebabnya faktor
lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat Judarwanto
(2006). Keterlambatan berbicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering
dialami oleh anak-anak. Sastra (2010) menyatakan bahwa keterlambatan bicara
terjadi pada 1 dari 12 atau 5-8% dari anak-anak prasekolah. Hal ini mencakup
gangguan berbicara 3% dan gagap 1%. Pada penelitian lain, Soetjiningsih (1994)
manyatakan bahwa keterlambatan bicara 0,9 % pada anak dibawah umur 5 tahun
dan 1,94% pada anak usia 5-14 tahun.
Penyebab utama speech delayed, yaitu kurangnya stimulasi atau rangsangan
berbicara dan komunikasi. Adapun faktor lainnya yang menyebabkan
keterlambatan berbicara pada anak yaitu jarangnya terjadi komunikasi, faktor
hiburan dan lingkungan seperti menonton televisi, gadget, pola asuh, pertemanan,
penggunaan bahasa bilingual, gangguan perkembangan otak, gangguan pada
pendengaran. Dampak yang ditimbulkan dari keterlambatan bicara pada anak
dapat sangat berdampak untuk masa depan, menurut Prof. Charles Nyiokiektjien
mengatakan tentang bagaimana risiko anak-anak terlambat berbicara bahwa anak-
anak yang terlambat bicara mempunyai risiko jauh lebih besar mengalami masalah
kejiwaan dan gangguan perilaku. Jadi jangan main-main jika mendapati anak kita
yang terlambat bicara (Van Tieal, 2016:152).
Bentuk dari kecemasan orangtua dalam meghadapi anak terlambat bicara
berupa kekhawatiran atas masa depan anak, biaya finansisal yang harus
dikeluarkan dan kerepotan – kerepotan dari dampak yang ditimbulkan akan
menjadi beban yang dipikul oleh orangtua. Pemahaman orangtua yang belum
mengetahui mengenai keterlambatan bicara pada anak ini juga yang menimbulkan
tingkat kecemasan orangtua meningkat. Namun jika orangtua melakukan deteksi
sedari dini kelainan atau gangguan terlambat bicara, maka semakin baik pula
untuk pemulihannya dan penanganannya. Semakin cepat diketahui penyebab,
gejala, maka sedari dini menyadari dan menstimulus anak. Dan para orangtua
sebagai figur utama diharapkan mengetahui tentang fase tumbuh kembang anak,
sehingga dapat mendampingi dan mengurangi resiko terhambatnya tumbuh
kembang anak. Dengan cara memberikan edukasi atau pembekalan pengetahuan
untuk orangtua tentang speech delayed utamnya. Kemudian untuk penangan anak
yang terdeteksi mengalami keterlambatan bicara, ada beberapa cara penangananya
salah satunya yaitu dengan terapi wicara yang bisa di lakukan atau terapi kecil
yang bisa dilakukan di rumah, namun yang paling utama adalah peranan orangtua
untuk meluangkan waktu agar sikecil bisa bicara dengan mengajaknya dan
memberikan rangsangan stimulus untuk meningkatkan kemampuan bicara anak.
Semakin cepat diketahui penyebab, gejala, maka sedari dini menyadari dan
menstimulus anak. Dan para orangtua sebagai figur utama diharapkan mengetahui
tentang fase tumbuh kembang anak, sehingga dapat mendampingi dan mengurangi
resiko terhambatnya tumbuh kembang anak. Dengan cara memberikan edukasi
atau pembekalan pengetahuan untuk orangtua tentang speech delayed utamnya.
Kemudian untuk penangan anak yang terdeteksi mengalami keterlambatan bicara,
ada beberapa cara penangananya salah satunya yaitu dengan terapi “Mobile
Application” yang bisa di lakukan atau terapi kecil yang bisa dilakukan di rumah,
namun yang paling utama adalah peranan orangtua untuk meluangkan waktu agar
sikecil bisa bicara dengan mengajaknya dan memberikan rangsangan stimulus
untuk meningkatkan kemampuan bicara anak.
B. Tujuan .
Untuk membandingkan isi jurnal dengan realita klinis.
BAB II
RESUME & KRITIK JURNAL

A. Resume Jurnal
1. Judul Jurnal Penelitian
“The Use Of Mobile Application To Support Speech Delay Children In Malaysia:
A Preliminary Study”
2. Nama Peneliti
Rhine Mariam Mohamad
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Malaysia
4. Tujuan Peneliti
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi penggunaan aplikasi mobile untuk
mendukung anak-anak dengan keterlambatan bicara dalam masyarakat
Malaysia

5. Pendahuluan (Introduction)
Secara umum, seorang anak dianggap memiliki keterlambatan bicara jika
perkembangan bicara anak jauh di bawah norma untuk anak-anak pada usia yang
sama (Leung & Kao, 1999). Ada berbagai penyebab keterlambatan bicara yang
mungkin termasuk keterbelakangan mental, pendengaran loss, pematangan delay,
ekspresif bahasa kekacauan, dua bahasa, perampasan psikososial, autisme, sifat
bisu elektif, afasia reseptif dan cerebral palsy. Dalam penelitian ini, konsentrasi
diberikan kepada kasus sederhana keterlambatan perkembangan bicara. Sederhana
perkembangan keterlambatan bicara seperti yang didefinisikan oleh McRae &
Vickar (1991) adalah jenis keterlambatan bicara yang tidak ada hubungannya
dengan penyebab seperti yang dinyatakan oleh Leung & Kao (1999). Biasanya,
untuk anak-anak dengan keterlambatan perkembangan sederhana, penyebab tidak
diketahui, namun pidato minimal atau mungkin tidak ada pidato sama sekali.
6. Metode (Method)
Desain penelitian dari penelitian ini adalah kualitatif dan berdasarkan metodologi
studi kasus.Metode penelitian meliputi observasi penggunaan kebutuhan khusus
anak-anak dari aplikasi mobile serta wawancara dengan orang tua. NVivo akan
digunakan untuk menganalisis data. Penelitian ini menggunakan pendekatan dua-
cabang untuk berkontribusi pada tubuh pengetahuan di bidang mobile learning
dan pendidikan kebutuhan khusus di sekolah-sekolah Malaysia.
7. Hasil (Result)
Berkenaan dengan wawancara dengan orang tua, orang tua responden
menyebutkan bahwa responden mulai menunjukkan minat belajar setelah
ditampilkan bagian interaktif dalam aplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran melalui aplikasi mobile adalah teknik yang efektif untuk mengajar
anak-anak dengan kebutuhan khusus. Wawancara di bawah ini menunjukkan
bahwa aplikasi mobile adalah alat belajar yang cocok untuk digunakan oleh anak-
anak keterlambatan bicara.
8. Analisa (Analysis)

Pengumpulan data meliputi pengamatan selama penggunaan aplikasi mobile serta


wawancara dengan orang tua. NVivo digunakan untuk menganalisis data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini.
9. Diskusi (Discussion)
Penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran melalui aplikasi mobile
adalah teknik yang efektif untuk mengajar anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Wawancara dengan orang tua responden menunjukkan bahwa aplikasi mobile
adalah alat belajar yang cocok untuk digunakan oleh anak-anak keterlambatan
bicara.
B. Analisis Kritik Jurnal
Aspek Analisis Jurnal Hasil Analisis Jurnal Kelompok

Judul Judul sesuai dengan isi penelitian

Abstrak Abstrak menggambarkan isi jurnal dan


kalimat dalam abstrak cukup memiliki
daya tarik pembaca

Introduction

Pernyataan Masalah Pernyataan masalah sudah sesuai dengan


tujuan penelitian

Review Literatur Temuan paling menarik dalam penelitian


ini adalah Penelitian ini berhasil
mengembangkan aplikasi mobile untuk
mendukung anak-anak keterlambatan
bicara, dan juga membawa nilai tambah
dalam memahami situasi mengenai
penggunaan aplikasi mobile untuk
mendukung anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Ini adalah daerah
yang signifikan yang telah ditetapkan
dalam penelitian ini untuk menjelaskan
masalah yang terkait dengan penggunaan
aplikasi mobile untuk kebutuhan khusus
anak-anak.
Kerangka konseptual/teori Tidak terdapat kerangka konsep

Methods

Desain penelitian Pemilihan desain penelitian sesuai


dengan tujuan yang diinginkan dalam
penelitian

Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini sudah


memenuhi besar sampel. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah anak yang memiliki
keterlambatan bicara.

Pengumpulan data dan perhitungan Dalam pengumpulan data dengan


kuesioner dan wawancara.

Prosedur Prosedur penelitian sudah sesuai dengan


etika penelelitian karena menggunakan
informed consenst

Result
Analisis data Pengumpulan data meliputi pengamatan
selama penggunaan aplikasi mobile serta
wawancara dengan orang
tua. NVivo digunakan untuk
menganalisis data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini.

Temuan Aplikasi ini memerlukan sentuhan


ganda (layar sentuh), tidak seperti
aplikasi lain yang hanya memiliki satu
sentuhan, tapi ini tidak menjadi masalah
dengan bantuan orang tua. Secara
keseluruhan, dapat dilihat bahwa
responden telah menguasai modul dalam
aplikasi. Responden mampu
mengucapkan dengan benar sebagian
besar kosakata diperkenalkan pada
modul. Responden bisa menanggapi
instruksi yang diberikan. Dia juga
mampu menjawab kuis. Berkenaan
dengan wawancara dengan orang tua,
orang tua responden menyebutkan
bahwa responden mulai menunjukkan
minat belajar setelah ditampilkan bagian
interaktif dalam aplikasi. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran melalui aplikasi mobile
adalah teknik yang efektif untuk
mengajar anak-anak dengan kebutuhan
khusus. Wawancara di bawah ini
menunjukkan bahwa aplikasi mobile
adalah alat belajar yang cocok untuk
digunakan oleh anak-anak keterlambatan
bicara.
Discuccion

Implikasi Hasil penelitian ini bisa diterapkan untuk


anak dengan speech delay dan
meningkatkan kemampuan berbicara.
BAB III
KORELASI ISI JURNAL DAN REALITA KLINIS

A. Perbandingan isi jurnal utama dengan realita klinis


Isi Jurnal Utama Realita Klinis
pengumpulan data meliputi pengamatan Realita yang ditemukan pada terapi
selama penggunaan aplikasi mobile serta speech delay menggunakan mobile
wawancara dengan orang tua. NVivo aplication efektif, mengingat di era
digunakan untuk menganalisis data yang modern masyarakat banyak menggunakan
dikumpulkan dalam penelitian ini. Dalam gadget, aplikasi yang digunakan gratis,
studi tersebut, validitas dan reliabilitas aplikasi ramah anak sehingga anak tidak
ditekankan. Validitas dipastikan melalui mudah bosan dan tidak merasa sedang
strategi sampling. Peserta dipilih dilakukan terapi.
berdasarkan alasan bahwa mereka akan
memenuhi tujuan penelitian. Di sisi lain,
keandalan dipastikan dengan mengikuti
prosedur penelitian, observasi dan
wawancara. Dalam studi ini, sebuah
aplikasi mobile yang berjudul
MASSDEC (Mobile Application untuk
mendukung anak-anak keterlambatan
bicara) dikembangkan untuk anak-anak
keterlambatan bicara.
B. Analisis SWOT di lapangan/ klinis

Strength (kekuatan) Pada penelitian ini metode digunakan untuk


mengaplikasikan terapi speech delay adalah aplikasi mobile
sehingga menarik perhatian anak dan tidak mudah bosan,
terapi bisa dijalankan sesuai jadwal selain itu aplikasi bisa
didapatkan dengan mudah.
Weakness (kelemahan) Saat melakukan evaluasi, peneliti melakukan wawancara
dengan orang tua responden dan mnengevaluasi melalui
audio visual yang direkam oleh orang tua namun tidak pasti
setiap orang tua dapat merekam setiap kegiatan anak
dikarenakan keterbatasan waktu, alat dan pengetahuan.
Opportunity Dapat memberikan peluang untuk penelitian selanjutnya
(Kesempatan) dengan evaluasi yang dilakukan secara langsung sehingga
hasil akurat.
Threat (Ancaman) Terdapat teknik lain yang lebih mudah dilakukan tanpa
menggunakan aplikasi seperti terapi yang diberikan oleh
rumah sakit yaitu terapi wicara dengan tenaga terapis
profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Arokiasamy, A., 2012, Meningkatkan Kualitas Pengajaran di Lembaga Pendidikan


Tinggi di Malaysia melalui Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Australia Jurnal Bisnis dan Manajemen Penelitian (AJBMR), 2 (4), 20-25.

Danubianu, M., Tobolcea, I., & Pentiuc, SG, 2009, Advanced Technology dalam
Pidato Disorder Terapi Rumania Bahasa. Jurnal komputasi. Keller, JM, dan Suzuki, K., 1988,
Penggunaan Model Motivasi ARCS di Courseware Desain. Dalam DH Jonassen (ed.),
Instructional Desain untuk Microcomputer Courseware. Hillsdale,NJ: Erlbaum.

Leung, AKC & Pion Kao, C., 1999, Evaluasi dan Manajemen Anak dengan Pidato
Penundaan. American Family Physician. [Online] Tanggal akses: 23/5/2016.
http://www.aafp.org/afp/990600ap/3121.html

Pendidikan Malaysia Blueprint 2013-2025. Tanggal akses: 23/5/2016.


http://www.moe.gov.my/en/pelan- Pembangunan-pendidikan-malaysia-2013-2025

Mcrae, KM Dan Vickar, E., 1991, Simple Developmental Pidato Penundaan: Sebuah
Follow-Up Study. Perkembangan Kedokteran & Anak Neurology, 33, 868- 874

Mohd Yusof, A., Sarojini Daniel, EG, Low, WY & Abdul Aziz, K., 2014, persepsi
guru edutainment mobile untuk kebutuhan khusus peserta didik: kasus Malaysia,
International Journal of Pendidikan Inklusif, DOI: 10,1080 / 13603116.2014.885595

Mohamad, M. & Phung, LF, 2015, Ray of Hope: Sebuah Tinjauan Ponsel Assistive
Technology untuk Pendidikan Khusus Perlu di Malaysia. Makalah yang disajikan pada 8 th

Konferensi Internasional Pendidikan, Penelitian dan Inovasi, Seville, Spanyol, 16 th-


18 th November 2015.

Woo, PJ, & Teoh, HJ, 2007, Sebuah penyelidikan dari masalah kognitif dan perilaku
pada anak-anak dengan gangguan hiperaktif defisit perhatian dan keterlambatan bicara.
Malaysia Journal of Psychiatry.
LAPORAN RESUME KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA LANSIA
PADA KELUARGA Bpk. K DI DESA SEMPOR LOR RT 02 RW 01 KECAMATAN
KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA

Disusun oleh:

UMAMI BUDIARTI
1811040039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
FORMAT LAPORAN RESUME
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. DATA KELUARGA
Nama KK : Bpk. K
Alamat Rumah & telp. : Rt 02/Rw 01 Desa Sempor Lor, Kec. Kaligondang
Agama & Suku : Islam
Bahasa sehari-hari : Jawa
Jarak yankes terdekat : ± 1km
Alat transportasi : Sepeda motor
DATA ANGGOTA KELUARGA
No Nama Hub Umur JK Suku Pendidikan Pekerjaan Status TTV Status Alat Bantu
dgn KK terakhir gizi Imunisasi
Dasar
I Tn. K suami 65 L Jawa SD Buruh TB : TD: Lengkap Tidak
173 130/80 menggunakan
cm mmHg
BB : RR:
70 kg 20x/menit
BMI : N:
23,3 86x/menit
S: 36,5C
2 Ny. R Istri 60 P Jawa SD Pedagang TB : TD: Lengkap Tidak
160 160/80 menggunakan
cm mmHg
BB : RR:
60 kg 22x/menit
BMI : N:
23,4 98x/menit
S: 36.5C

No Nama Penampilan Status Kesehatan Saat ini Riwayat Penyakit/Alergi Analisis Masalah
Umum Kesehatan Individu

1. Tn. K Baik Tidak mengalami masalah Tidak ada riwayat Tn K. mengatakan pada
kesehatan. penyakit menular / saat sakit memeriksakan
keturunan yang lainnya ke tenaga kesehatan
dan tidak ada alergi baik
makanan/minuman
2. Ny. R Baik Ny. R mengalami penyakit Tidak ada riwayat Ny. R mengatakan sedang
hipertensi kurang lebih selama penyakit menular / menjalani pengobatan
5 tahun dan sekarang ini keturunan yang lainnya untuk penyakit hipertensi
menjalani pengobatan dengan dan tidak ada alergi baik
meminum obat amlodiphine makanan/minuman
setiap hari untuk mengontrol
tekanan darah.

2. DATA PENGKAJJIAN INDIVIDU YANG SAKIT


Nama Individu yang sakit : Ny. R Diagnosa Medik : Stunting

Sumber Dana Kesehatan : Jaminan Kesehatan Nasional Rujukan Dokter/Rumah Sakit : -

Keadaan Umum : baik Sirkulasi/Cairan Perkemihan : tidak Pernapasan


Kesadaran : Compos mentis - Edema : tidak ada ada keluhan - Sianosis : tidak
GCS : E4V5M6 - Bunyi Jantung : lup dup - Pola BAK 3 - Sekret/slym (-)
TD : 160/80 mmHg - Asites : tidak ada x/hari, vol 1500 - Irama reguler
Rr : 22 x/menit - Akral dingin : tidak ml/hr (+)
S : 36,8 C - Tanda perdarahan : tidak ada - Hematuri (-) - Wheezing (-)
N : 98 x/menit purpura/hematom/ - Poliuria (-) - Ronkhi (-)
- Takikardi (-) petekie/hematemesis/ melena/epistaksis - Oliguria (-) - Otot bantu
- Bradikardia (-) - Tanda anemia : tidak ada - Disuria (-) napas (-)
- Tubuh teraba hangat (-) Pucat/konjungtiva pucat/lidah - Inkontinensia (-) - Dispneau (-)
- Menggigil (-) pucat/bibir pucat/akral pucat - Retensi (-) - Sesak (-)
- Tanda Dehidrasi : tidak ada - Nyeri saat BAK - Stridor (-)
Mata cekung/ turgor kulit (-) - Krepirasi (-)
berkurang/bibir kering - Kemampuan
- Pusing (+) BAK : baik
- Kesemutan (+) - Alat bantu :
- Berkeringat (-) tidak ada
- Rasa haus (-) - Kemampuan
- Pengisian kapiler >2 detik (-) BAB : 1-2x/
- Alat Bantu :
tidak ada
Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori
- Mual (-) - Tonus otot : normal Fungsi Fungsi Perabaan :
- Muntah (-) - Kontraktur : (-) Penglihatan : - Kesemutan
- Kembung (-) - Fraktur (-) - Buram (-) pada (-)
- Nafsu makan : 2x sehari - Nyeri otot/tulang (-) - Tak bisa melihat - Kebas pada (-)
- Sulit menelan (-) - Drop foot lokasi (-) (-) - Disorientasi (-)
- Disphagia (-) - Tremor Jenis (-) - Alat bantu (-) - Halusinasi(-)
- Bau nafas (-) - Malaise/fatique (-) - Visus (-) - Amnesia (-)
- Kerusakan gigi/ gusi/ - Atropi (-) - Parese (-)
lidah/geraham/raham/palatu - Kekuatan otot : +/+ (atas), +/+ - Disartria (-)
Fungsi
m (-) (bawah) - Paralisis (-)
Pendengaran :
- Distensi abdomen (-) - Postur tidak normal (-) - Reflek
- Kurang jelas (-)
- Bising usus : 12 x/menit - RPS atas : patologis, ada
- Tuli (-)
- Konstipasi (-) bebas/terbatas/kelemahan/kelumpuhan reflek patologis
- Alat bantu :
- Diare - x/hari - RPS bawah : - Kejang : (-)
tidak
- Hemoroid, grade (-) Bebas/terbatas/kelemahan/kelumpuhan
menggunakan
- Teraba Masa abdomen (-) - Berdiri : mandiri
alat bantu Fungsi Penciuman
- Stomatitis : warna (-) - Berjalan : mandiri
- Tinnitus (-) :
- Riwayat obat pencahar (-) - Alat bantu : tidak menggunakan alat
Fungsi Perasa : Tidak ada
- Maag (-) bantu
Tidak ada gangguan atau
- Konsistensi (-) - Nyeri : tidak ada nyeri
gangguan atau keluhan pada
- Diet khusus : (-)
keluhan pada fungsi
- Kebiasaan makan-minum :
fungsi perasa. penciuman. Ny.
Ny. R memiliki kebiasaan
Ny. R dapat R dapat
makan – makanan yang asin merasakan rasa membedakan
– asin dan memiliki manis, asin dan berbagai macam
kebiasaan minum : kopi. asam bau
- Alat bantu : tidak
menggunakan alat bantu
Kulit
- Jaringan parut (-)
- Memar (-)
- Laserasi (-)
- Ulserasi (-)
- Pus (-)
- Bulae/lepuh (-)
- Perdarahan bawah (-)
- Krustae (-)
- Luka bakar : tidak ada
- Decubitus : tidak ada
Tidur dan istirahat
- Susah tidur : Ya
- Waktu tidur : 5 jam
- Bantuan obat : tidak
Mental Komunikasi dan budaya Kebersihan Diri
- Cemas (-) - Interaksi dengan keluarga : baik - Gigi-mulut
- Denial (-) - Berkomunikasi : dalam komunikasi bersih
- Marah (-) sehari-hari menggunakan bahasa - Kulit bersih
- Takut (-) yang baik dan sopan - Kuku bersih
- Putus asa (-) - Kegiatan sosial sehari-hari : dapat - Telinga ada
- Depresi (-) berinteraksi dengan warga sekitar sedikit kotoran
- Rendah diri (-) dan bersosialisasi setiap hari. - Rambut-kepala
- Menarik diri (-) bersih
- Agresif (-)
- Perilaku kekerasan (-)
- Respon pasca trauma (-)
- Tidak mau melihat bagian
tubuh yang rusak (-)

3. DATA PENUNJANG KELUARGA

Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga


 Kondisi Rumah :
Didasarkan dari kriteria rumah sehat Depkes RI rumah  Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Tn. K memiliki skor 1081 yang menandakan rumah Tn.R Ya: menggunakan sumber air dari sumur
termasuk dalam rumah sehat dan dari data pengkajian  Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
rumah Tn. K memiliki luas rumah 9x16 meter tipe rumah Ya: menggunakan sumber air dari sumur
permanen dengan lantai keramik jumlah ruangan ada 13  Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
ruangan, jumlah jendela ada 8, jarak septic tank dengan Ya: Selalu mencuci tangan kalau mau makan
sumber mata air 6 meter, dan keluarga Tn. K  Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
menggunakan sumber mata air dari PAM. Kebutuhan air Ya, sampah dibuang ke lubang sampah
untuk memasak, air minum menggunakan air PAM,  Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
sedangkan kebutuhan mandi dan mencuci menggunakan Ya: Setiap hari rumah disapu.
sumur.
 Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
Kondisi depan rumah terlihat cukup bersih, tampak
Ya: Setiap hari keluarga makan lauk dan pauk
penataan barang yang cukup rapi hanya ada kursi, meja.
 Menggunakan jamban sehat
Atap rumah menggunakan genteng dan seng. Sedangkan
Ya, jamban berada didalam rumah
dinding rumah menggunakan tembok. Rumah keluarga
 Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
Tn. K masuk gang ± 50 meter yang hanya bisa dilewati
Ya, menguras tempat air 1 minggu sekali
oleh sepeda motor dan jarak dari jalan raya cukup jauh ±
 Makan buah dan sayur setiap hari:
4km. Memiliki Skor Rumah Sehat 0 sehingga dapat
Ya, kalau makan sayur setiap hari
diartikan tidak sehat.  Melakukan aktivitas fisik setiap hari :
 Ventilasi : Tidak, jarang melakukan olahraga
Cukup : Ventilasi ada namun jendela jarang dibuka Tidak merokok di dalam rumah :
Pencahayaan Rumah: Tidak
Baik:Penerangan menggunakan lampu listrik
 Saluran Buang Limbah :
Kurang:Untuk pembuangan limbah sementara dibuang
dike saluran air yang menuju ke sungai
Sumber Air Bersih :
Sehat:Air yang digunakan untuk sehari-hari
menggunakan sumber dari sumur
 Jamban Memenuhi Syarat :
Jamban yang digunakan adalah jamban cemplung yang
berada di dalam rumah
 Tempat Sampah:
Sampah dibuang di tempat sampah yang berada
disamping rumah, dan setiap seminggu sekali ada petugas
kebersihan yang mengambilnya.
4. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA
KELUARGA
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:  Ada
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :  Ya
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:  Ya
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :  Ya
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak
diobati/dirawat : Ya
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
 Tenaga kesehatan, yaitu Petugas puskesmas
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
 Perlu berobat ke fasilitas yankes : Puskesmas
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif :
 Ya: jika didalam keluarga mengalami sakit langsung dibawa ke pelayanan kesehatan
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota
keluarganya :
 Tidak : Karena jika anggota keluarga yang sakit langsung di bawa Puskesmas
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya:
Ya: Saat ada anggota keluarga yang sakit, anggota keluaarga yang lain merawatnya
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
 Ya : Ny.T selalu mengingatkan anaknya untuk tidak merokok
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan :
 ya: Ny. R. selalu membersihkan lingkungan rumahnya agar selalu bersih, dan membuang sampah setiap hari ke
tempat sampah
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarganya :
 Ya :Jika ada anggota keluarganya yang sakit maka akan di bawa ke sarana kesehatan terdekat misalnya Puskesmas
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Fasilitas Yankes : Puskesmas K No. Register :
Nama Perawat : Umami Budiarti Nama Penanggungjawab/KK : Tn. K
Nama Individu/Keluarga : Keluarga Tn. K
Penyakit/Masalah Kesehatan : Hipertensi
Alamat : Rt 02/Rw 01 Desa Sempor Lor, Kec. Kaligondang

Analisa Data Kode Diagnosa Kode NOC Kode Intervensi


keperawatan
DATA SUBYEKTIF : 00162 Kesiapan Keluarga mampu mengenal masalah penyakit hipertensi
- Ny. R mengatakn meningkatkan
sering kesemutan pada manajemen kesehatan
tangan, kaki. 1803 Proses penyakit 5510 Pendidikan
- Ny. R mengatakan 1805 Pengetahuan: kesehatan
keturunan tekanan Perilaku kesehatan
darah tinggi dari Keluarga mampu mengambil keputusan
ibunya
1704 Kepercayaan 5250 Dukungan
- Ny. R juga jarang
mengenai kesehatan pengambilan
olahraga bahkan tidak
: Ancaman yang keputusan
pernah dirasakan.
Keluarga mampu merawat

DATA OBYEKTIF : 3107 Manajemen diri: 5240 Konseling


- TD : 160/80 mmHg, Hipertensi
RR : 22 x/menit, N : Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
98 x/menit
1504 Dukungan Sosial 7140 Dukungan keluarga

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

1621 Perilaku patuh: Diet 7960 Pertukaran data


yang sehat informasi kesehatan
1632 Perilaku patuh : Diet
yang disarankan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Fasilitas Yankes : Puskesmas K No. Register :
Nama Perawat : Umami Nama Penanggungjawab/KK : Tn. K
Nama Individu/Keluarga : Keluarga Tn. K
Penyakit/Masalah Kesehatan : Hipertensi
Alamat : Rt 02/Rw 01 Desa Sempor Lor, Kec. Kaligondang
Hari/Tgl No Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
Senin, 1 TUK 1 : Subyektif : Uma
12/08/ 1. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai  Ny. R tahu akan hipertensi secara umum. mi
2019 hipertensi.  Ny. R tidak tahu tentang penyebab, tanda gejala,
2. Mengidentifikasi bersama keluarga tentang dan penanganan hipertensi dan .
penyebab hipertensi.  Ny. R mengatakan sudah sedikit tahu mengenai
3. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hipertensi
tanda gejala hipertensi  Ny. R akan mencoba untuk meminimalkan
4. Mendiskusikan dengan keluarga tentang resiko yang lebih besar pada hipertensi dengan
pencegahan hipertensi cara melakukan pencegahan dan pengobatan
5. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan menggunakan farmakologi
kembali tentang pengertian, penyebab, tanda  Ny. R mau untuk berobat ke fasilitas kesehatan
gejala, dan penceggahan hipertensi. rutin mengikuti posyandu untuk mengontrol
6. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk kesehatannya.
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
Obyektif :
TUK 2 :  Keluarga tampak kooperatif dan memperhatikan
1. Mendiskusikan dan menerapkan pencegahan,  Keluarga tampak antusias saat diberi penjelasan
pengobatan hipertensi. mengenai hipertensi
2. Memotivasi keluarga untuk memutuskan  Keluarga dapat menyebutkan kembali tentang
mengatasi hipertensi. hipertensi, tanda dan gejala, penyebab, dan cara
3. Memberikan penghargaan positif pada penanganan untuk meminimalkan resiko
keluarga atas kemampuannya dalam komplikasinya.
mengambil keputusan
Analisa :
TUK 3 : Masalah Teratasi Sebagian
a. Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara
mengatasi hipertensi dan cara merawat Perencanaan :
hipertensi agar tidak bertambah parah.  Ingatkan kembali Ny. R agar merubah gaya hidup
b. Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara menjadi lebih sehat dengan mengikuti penanganan
meminimalkan resiko atau bahaya hipertensi. dan pencegahan hipertensi.
c. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan ulang  Motivasi keluarga untuk tetap mengingatkan Ny.
mengenai cara meminimalkan resiko R untuk mencoba hidup sehat menurunkan resiko
hipertensi pada kesehatan keluarga hipertensi bertambah parah.
d. Memberikan penghargaan positif kepada
keluarga atas kemampuan merawat keluarga
agar tidak memiliki risiko kesehatan akibat
hipertensi.

TUK 4 :
a. Mendiskusikan dengan keluarga tentang
menciptakan atau memodifikasi lingkungan
yang aman apabila ada anggota keluarga yang
menderita hipertensi.
b. Menganjurkan keluarga untuk memotivasi
anggota keluarga yang menderita hipertensi
agar mengubah pola hidup menjadi sehat agar
tidak bertambah bahaya.

TUK 5 :
1. Menjelaskan kepada keluarga tentang fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan dan
manfaatnya
2. Mengajarkan kepada keluarga untuk
menggunakan fasilitas kesehatan jika terjadi
sesuatu pada anggota keluarga.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai