Anda di halaman 1dari 110

EFEKTIVITAS EFFLEURAGE TERHADAP SKALA NYERI

HAID PADA REMAJA PUTRI DI FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mencapai Derajat Sarjana

Oleh :

YOSI PRICHATIN

1411020135

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS EFFLEURAGE TERHADAP SKALA NYERI HAID PADA

REMAJA PUTRI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

YOSI PRICHATIN

1411020135

Diperiksa dan disetujui

Pembimbing

Ns. Happy DwiAprilina. S.Kep.,M.Kep.


NIK 2160532

ii
HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIVITAS EFFLEURAGE TERHADAP SKALA NYERI


HAID PADA REMAJA PUTRI DI FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO

Oleh:

YOSI PRICHATIN
1411020135

Telah ditetapkan di depan Dewan Penguji Ujian Sidang Skripsi


Pada hari Jumat 08 Agustus 2018

SUSUNAN PANITIA UJIAN:

Penguji I Dr. Ns. Umi Solikhah, S.Pd., M.Kep ...............


NIK. 2160188

Penguji II Ns. Devita Elsanti, S.Kep., M.Sc ...............


NIK. 2160194

Penguji III Ns. Happy Dwi Aprilina, S.Kep., M.Kep ...............


NIK. 2160532

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Drs. H. Ikhsan Mujahid, M.Si


NIP. 19650309 199403 1 002

iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yosi Prichatin

NIM : 1411020135

Program Studi : S1 Keperawatan

Fakultas / Universitas : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya

saya dan bukan hasil penjiplakan karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya

buat dan apabila kelak di kemudian hari terbukti ada unsur penjiplakan, maka

saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, 27 Juli 2018

Yosi Prichatin
NIM 1411020135

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim.....

Segala puji dan syukur ku persembahkan bagi sang penggenggam langit


dan bumi Allah SWT, sepercik ilmu telah engkau karuniakan padaku hanya puji
syukur yang dapat kupersembahkan kepada-Mu…

Terimakasih kepada bapak, ibu dan adik tercinta yang selalu mendo’akan
dan mendukung baik secara moral dan materiil sehingga memberikan kekuatan
untuk menyelesaikan skripsi ini

Dan juga

my best friend, best brother and best partner hulk thanks for your deep prayer,
love, care, support and everything you did to me in ups and down. Good luck for
you too

serta

Untuk sahabat-sahabatku tersayang serta teman-teman seperjuangan yang tidak


dapat disebutkan satu per-satu yang selalu memberikan dukungan dan membantu
ketika saya mengalami kesulitan. Semoga kita semua selalu diberikan rahmat
oleh Allah SWT

Aamiin

v
MOTTO
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya “
( Q.S Al-Baqarah:286 )

vi
EFEKTIVITAS EFFLEURAGE TERHADAP SKALA NYERI
HAID PADA REMAJA PUTRI FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO

Yosi Prichatin1, Happy Dwi Aprilina 2


Program Studi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
DosenFakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Email : yosiprichatin@gmail.com, happydwiaprilina@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang Masalah: Menstruasi atau haid adalah perdarahan vagina secara
berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Dismenore merupakan
salah satu keadaan reproduksi perempuan, hal ini tergantung dengan nyeri saat
menstruasi. Nyeri terutama dirasakan didaerah perut bagian bawah menjalar ke
punggung. cara meredakan dismenoreyaitu dengan kompres hangat atau mandi air
hangat massase, distraksi, latihan fisik, tidur cukup, diet rendah garam dan
peningkatan penggunaan diuretik, terapi modalitas lain yang efektif untuk
mengurangi nyeri adalah massage khususnya teknik effleurage.
Tujuan: Mengetahui Efektifitas dari Effleurage terhadap skala nyeri haid pada
remaja putri di Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.
Metode: Jenis penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen yang bersifat non
equivalent kontrol group pretest-posttest yaitu untuk membandingkan tingkat
skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi Effleurage. Teknik
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah
sampel 30 di berikan intervensi effleurage dan 30 kontrol yang sesuai dengan
kriteria inklusi. Data penelitian yang dianalisi dengan uji independen t-test.
Hasil: Hasil penelitian inimenunjukkan nilai p = 0,000 (p < α 0.05 )
Kesimpulan: Effleurage efektif terhadap penurunan tingkat skala nyeri haid
dibandingkan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan effleurage.

Kata Kunci : Effleurage, Dismenore, Skala nyeri

vii
THE EFFECTIVENESS OF EFFLEURAGE ON
MENSTRUAL PAIN SCALE IN
FEMALE ADOLESCENT OF HEALTH SCIENCES
FACULTY, UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

Yosi Prichatin1, Happy Dwi Aprilina 2


Nursing Science Program Faculty of Health Sciences
University of Muhammadiyah Purwokerto
Lecturer of the Faculty of Health Sciences
Muhammadiyah University Purwokerto
Email:yosiprichatin@gmail.com, happydwiaprilina@yahoo.com

ABSTRACT
Background: Menstruation is periodic vaginal bleeding due to the release of the
uterine endometrial layers. Dysmenorrhea is one of the reproductive conditions to
women, it depends on the pain during menstruation. Painis mainly felt in the
lower abdomen continuing to the back. How to relieve dysmenorrhea are warm
compresses or massase warm baths, distraction, physical exercise, sufficient sleep,
low salt diet and increased use of diuretics, other modality therapies which are
effective to reduce pain are massage especially effleurage technique
Objectives: To observe the effectiveness of Effleurage on menstrual pain scale in
adolescent of Health Sciences Faculty of UMP.
Methods: The research type was Quasi Experiment with non-equivalent control
group pretest-posttest which compared the level of pain scale before and after the
Effleurage intervention. The sampling techniqueimplemented simple random
sampling collected 30 samples administered with effleurage intervention and
30controls which matched the inclusion criteria. The research data was analyzed
with independent t-test.
Results: The results of this study discovered p = 0,000 (p &lt;&alpha; 0.05)
Conclusion: Effleurage is effective in reducing the level of menstrual pain scale
compared to the non-Effleurage administration in control group.
Keywords: Effleurage, dysmenorrhea, intensity of pain scale

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas

Effleurage Terhadap Skala Nyeri Haid Pada Remaja Putri Di Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu penulis berkenan untuk menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Dr. Syamsuhadi Irsyad, S.H.,M.Hum, rektor Universitas Muhammadiyah

Purwokerto yang telah membuat keputusan dalam penulisan skripsi ini.

2. Drs. H. Ikhsan Mujahid, M.Si, dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto yang telah menyetujui penulisan skripsi ini.

3. Ns. Sri Suparti S, Kep., M,Kep selaku kaprodi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

4. Ns. Happy Dwi Aprilina S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

5. Dr. Ns. Umi Solikhah, S.Pd., M.Kep selaku penguji I dan Ns. Devita Elsanti

S.Kep,. M.Sc selaku penguji II yang banyak memberikan kritik dan saran

yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

ix
6. Bapak, Ibu, Adik dan semua keluarga yang telah mencurahkan seluruh kasih

sayang, do’a, dukungan, semangat, dan fasilitas baik secara moril maupun

materil.

7. Seluruh dosen dan staff akademik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

8. Seluruh partisipan yang telah bersedia berpartisipasi selama proses penelitian

berlangsung serta ikut mendukung penelitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena faktor keterbatasan yang ada dalam diri penulis. Oleh

sebab itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini

dapat bermafaat.

Purwokerto, 27 Juli2018

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii


HALAMAN KEASLIAN ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................v
MOTTO ............................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xiv


DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................4

C. Tujuan Penelitian .......................................................................5


D. Manfaat Penelitian ....................................................................5
E. Penelitian Terkait ......................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja......................................................................................10
B. Dismenore ...............................................................................12
C. Nyeri ........................................................................................20
D. Effleurage ................................................................................27
E. Kerangkateori ...........................................................................30

xi
F. Kerangka Konsep ....................................................................31
G. Hipotesis ..................................................................................31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian .....................................................................32


B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling .......................................33
C. Waktu Penelitian .....................................................................35
D. Variabel Penelitian ..................................................................35
E. Definisi Operasional ................................................................36
F. Tehknik Pengumpulan Data danAnalisis .................................37
G. Pengolahan Data ......................................................................40
H. Analisa Data ............................................................................41
I. Etika penelitian ........................................................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ........................................................................................43
B. Pembahasan .............................................................................49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................62
B. Saran ........................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional ..................................................................................36


4.1 Karakteristik Responden ............................................................................46
4.2 Perbandingan Skala Nyeri sebelum dan sesudah pada Kelompok Intervensi
dan kelompok kontrol.................................................................................47
4.3 Perbandingan Skala Nyeri Kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol ..48

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ...................................................................................30

Bagan 2.2 Kerangka Konsep ...............................................................................31

Bagan 3.1 Konsep Penelitian ................................................................................32

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan UMP


Lampiran 2 Surat Selesai Penelitian Dari Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 SOP
Lampiran 6 Lembar Penilaian Sebelum
Lampiran 7 Lembar Observasi
Lampiran 8 Lembar Penilaian Sesudah
Lampiran 9 Lembar Konsultasi
Lampiran 10 Lembar Pengesahan Skripsi
Lampiran 11 Data Mentah Penelitian
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa

atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan

mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah salah satu tahap

perkembangan yang ditandai dengan kematangan organ seksual dan

tercapainya kemampuan untuk bereproduksi, dimana salah satu ciri dari tanda

pubertas seorang perempuan yaitu dengan terjadinya haid pertama (menarche).

Haid atau haid adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya

lapisan endometrium uterus (Janiwarty &Pieter, 2013).

Selama haid sebagian wanita yang mengalami gangguan dan

ketidakyamanan fisik, dimulai sebelum dan saat terjadi aliran haid dan

berlanjut selama 48 jam sampai 72 jam. Perempuan dapat memiliki berbagai

masalah dengan haid. Masalah tersebut dapat berupa Pre Menstrual Sindrome

(PMS), tidak mengalami haid sama sekali (amenore) sampai menoragia atau

haid berat yang berkepanjangan, dan nyeri haid (Prawirohardjo, 2007)

Pada umumnya wanita merasakan keluhan berupa nyeri atau kram

perut menjelang haid yang dapat berlangsung hingga 2-3 hari, dimulai sehari

sebelum mulai haid. Nyeri perut saat haid (dismenore) yang dirasakan setiap

wanita berbeda-beda, ada yang sedikit terganggu namun ada pula yang sangat

terganggu hingga tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dan

1
2

membuatnya harus istirahat bahkan terpaksa absen dari sekolah/pekerjaan.

Dismenore didefinisikan sebagai nyeri uterus yang bersifat siklik yang terjadi

sebelum atau selama haid ditandai dengan nyeri dapat disertai mual, muntah,

diare, berkeringat dingin, dan pusing. Namun belakangan diketahui bahwa

nyeri ketika haid tidak hanya dirasakan dibagian perut bagia bawah saja.

Beberapa remaja terkadang merasakan 4 dibagian punggung bagian bawah,

pinggang, panggul otot paha atas hingga betis (Andriyani, 2013).

Prevalensi dismenore di Amerika Serikat diperkirakan 45-90%.

Dismenore juga bertanggung jawab atas ketidakhadiran saat bekerja dan

sekolah, sebanyak 13-51% perempuan telah absen setidaknya sekali, dan 5-

14% berulangkali absen. Dalam studi epidemiologi pada populasi remaja

(berusia 12-17 tahun) di Amerika Serikat, Klein dan Lift melaporkan

prevalensi dismenorea 59,7%. Dari mereka yang mengeluh nyeri, 12%

tergolong berat, 37% sedang, dan 49% ringan (Anurogo, 2011).

Berdasarkan data di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar

64,25%, yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea

sekunder (Info sehat, 2008). Dismenorea menyebabkan 14% dari pasien

remaja sering tidak hadir disekolah dan tidak menjalankan kegiatan sehari-hari

(Calis , 2011). Hasil sensus Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Tahun 2010,

11,78% adalah remaja dari jumlah penduduk 32.548.687 jiwa. Indonesia

dengan jumlah remaja putri usia 10-19 tahun sebanyak 2.761.577 jiwa,

sedangkan yang mengalami dismenorea di propinsi jawa tengah mencapai

1.518.867 jiwa (Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 2010).


3

Penanganan pertama yang biasanya dilakukan saat nyeri haid adalah

dengan menggunakan metode farmakologis yaitu memberikan obat-obatan

penghilang rasa nyeri dan sebesar 80% penderita mengalami penurunan nyeri

haid setelah minum obat penghambat prostaglandin (Speroff & Fritzz, 2005)

Menurut bobak et al (2005), ada beberapa cara meredakan

dismenoreyaitu kompres hangat atau mandi air hangat massase, distraksi,

latihan fisik, tidur cukup, diet rendah garam dan peningkatan penggunaan

diuretik alami seperti daun sup, semangka, sedangkan menurut Nathan (2005)

yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenoreadalah mandi air hangat,

meletakkan botol air hangat di perut, latihan menghindari rokok. Terapi

modalitas lain yang efektif untuk mengurangi nyeri adalah massage

khususnya teknik effleurage. Teknik effleurage memberikan kehangatan pada

kulit, mengurangi nyeri dan mendorong relaksasi sehingga mendatangkan

kenyamanan (Braun & Simonson, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswi 2016

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah pada tanggal 30

November 2017, 22 dari 32 mahasiswi mengalami dismenore. Delapan

mahasiswi mengalami nyeri ringan ( skala 1-3), tujuh mahasiswi mengalami

nyeri sedang (skala 4-6) dan tujuh mengalami nyeri berat (skala 7-10). Upaya

remaja tersebut mengatasi nyeri dengan berkonsultasi dengan dokter dan

minum obat-obatan bebas dan jamu-jamuan sebanyak 18,75%, 31,25%

dengan cara mengoleskan minyak kayu putih atau balsam dan sebanyak 46%

hanya membiarkan saja.


4

Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya mahasiswi di Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah yang mengalami dismenoresehingga

peneliti tertarik untuk membahas bagaimana penatalaksanaan non

farmakologis dengan gangguandismenorepada remaja putri berupa teknik

effleurage.

B. Rumusan Masalah

Data PKBI Jawa Tengah tahun 2010 terdapat 56 remaja putri yang

melakukan konsultasi tentang haid dan angka yang paling tinggi adalah

konsultasi tentang dismenore yang mayoritas bertempat tinggal di Semarang

dan rentang usia yang berkonsultasi adalah 15-19 tahun dan Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswi 2016 Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah pada tanggal 30 November 2017, 22 dari 32

mahasiswi mengalami dismenore. Delapan mahasiswi mengalami nyeri

ringan ( skala 1-3), tujuhmahasiswi mengalami nyeri sedang (skala 4-6) dan

tujuh mengalami nyeri berat (skala 7-10).Upaya remaja tersebut mengatasi

nyeri dengan berkonsultasi dengan dokter dan minum obat-obatan bebas dan

jamu-jamuan sebanyak 18,75%, 31,25% dengan cara mengoleskan minyak

kayu putih atau balsam dan sebanyak 46% hanya membiarkan saja. dari uraian

tersebut dan mengingat sering timbulnya masalah dismenore pada remaja

yang dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar, maka perlu adanya

alternative terapi yang mudah di lakukan untuk mencegah dan mengatasi

masalah dismenore tersebut.

Teknik effleurage memberikan kehangatan pada kulit, mengurangi

nyeri dan mendorong relaksasi sehingga mendatangkan kenyamanan (Braun &


5

Simonson, 2014).

Berdasarkan fenomena di atas pentingnya terapi non farmakologi

teknik effleurage untuk manajemen nyeri pada dismenore. Maka peneliti

tertarik untuk membahas “Efektivitas Effleurage Terhadap Intensitas Skala

Nyeri Haid Pada Remaja Putri“.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Efektifitas dari Effleurage terhadap skala nyeri haid pada

remaja putri di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik berupa umur, usia menarche,

siklus haid, dan lamanya haid pada remaja putri di Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

b. Mengetahui tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan effleurage

pada remaja putri di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

c. Menganalisis efektifitas effleurage terhadap skala nyeri haid pada

remaja putri di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Bagi penulis penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam

menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah pernah di dapat.


6

2. Bagi remaja putri

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi remaja putri dan

menambah pengetahuan dalam mengatasi nyeri pada saat haid dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai masukan dalam menambah kepustakaan juga sebagai pelatihan

mengenai pengaruh efflaurage terhadap intensitas nyeri haid pada remaja

putri.

4. Bagi ilmu keperawatan

Sebagai standar penatalaksanaan, pengetahuan dan wawasan mengenai

teknik effleurage untuk menurunkan intensitas skala nyeri haid.

E. Penelitian Terkait

1. Kartika Siahaan dkk (2012), yang meneliti tentang “Penurunan Tingkat

dismenore pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD dengan

menggunakan Yoga”. Penelitian ini Jenis penelitian ini adalah quasi

eksperimen dengan only one group pretest dan posttest design,

menggunakan instrumen Visual Analog Scale (VAS) skala1-10.

Responden adalah mahasiswi yang berjumlah 20 orang diambil secara

purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saat sebelum

yoga, 50% responden mengalami dismenore pada kategori nyeri sedang dan

10% mengalami nyeri berat terkontrol sedangkan sesudah yoga, 70%

responden mengalami dismenore pada kategori nyeri ringan, 15%

tidak mengalami nyeri dan 0% yang mengalami nyeri berat terkontrol

sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yoga terhadap dismenore


7

dengan p-value = 0.000. Berdasarkan hasil penelitian, maka yoga dapat

dijadikan sebagai salah satu alternatif intervensi untuk dismenore.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah variabel

bebas dari peneliti di atas adalah menggunakan Yoga sedangkan penulis

adalah efektifitas dari effleurage .

Persamaan peneliti di atas dengan penulis adalah varibel terikat yaitu

dismenore

2. Indah Astria dkk (2015), yang meneliti tentang “effektivitas kombinasi

teknik slow deep breating dan teknik effleurage terhadap instensitas nyeri

dismenore”. Penelitian ini menggunakan metode Quasi experimental

dengan rancangan penelitian yaitu non-equivalent control group. Hasil

untuk membandingkan intensitas nyeri dismenore setelah diberikan

kombinasi teknik slow deep breathing dan teknik effleurage pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tanpa diberikan kombinasi

teknik slow deep breathing dan teknik effleurage menunjukkan nilai p

value (0,000) < α (0,05), maka kombinasi teknik slow deep breathing dan

teknik effleurage efektif terhadap intensitas nyeri dismenore.

Perbedaan peneliti di atas menggunakan kontrol grup sedangkan penulis

tidak menggunakan kontrol.

Persamaan penelitian di atas dengan penulis adalah varibel terikat yaitu

dismenore dan salah satu variabel bebas yaitu effleurage.

3. Nam Hyun Cha dkk (2016), yang meneliti tentang Effects of Auricular

Acupressure Therapy on Primary Dysmenorhea for Female High School

Students in South Korea. Peneliti ini menggunakan metode Quasy-


8

experimental. Ada perbedaan yang signifikan pada nyeri perut (t = 24,594,

p <.001), nyeri punggung (t = 22.661, p <.001), dan dismenoreprimer (t =

32.187, p <.001) antara kedua kelompok. Terapi akupresur ikat pinggang

mengurangi nyeri perut, sakit punggung, dan dismenore primer pada siswa

sekolah menengah di Korea Selatan.

Perbedaan peneliti di atas dengan penulis adalah variabel bebas dari

peneliti di atas adalah Efek Terapi Akupresur Aurikuler primer, sedangkan

penulis adalah efektifitas dari effleurage

Persamaan penelitian di atas dengan penulis adalah varibel terikat yaitu

dismenore.

4. Joan Elizabeth Cunningham (2011), yang meneliti tentang Case report of

a patient with chemotherapy-induced peripheral neuropathy treated with

manual therapy (massage). Peneliti ini menggunakan metode Quasy-

experimental. Thermometer, Diabetica Solutions, San Antonio, TX, USA).

Perubahan suhu pre-treatment yang signifikan selama 6 minggu (diukur

setelah 10-15 menit aklimatisasi, sesaat sebelum perawatan dimulai)

diamati di tangan (model regresi linier, kanan + 0,31 ° C per sesi, p =

0,013; kiri + 0,39 ° C per sesi, p = 0,006) tapi tidak di kaki. Selama sesi

perawatan, suhu meningkat secara substansial dan signifikan pada setiap

ekstremitas, yang berlangsung selama paling sedikit 30 menit pemantauan:

perubahan rata-rata adalah 0,96 ° C dan + 1,44 ° C di tangan (p =0,001 dan

p = 0,008, kanan dan kiri, masing-masing) dan + 2,27 ° C dan + 2,06 ° C

di kaki (p = 0,002 dan p = 0,002, kanan dan kiri, masing-masing).


9

Perubahan total pada suhu pra-perawatan dari awal sampai sebelum

perlakuan terakhir adalah + 8,5 ° C dan + 8,7 ° C di tangan dan + 2,1 ° C

dan + 2,4 ° C di kaki.

Perbedaan peneliti di atas dengan penulis adalah variabel bebas dari

peneliti di atas adalah neuropati perifer , sedangkan penulis adalah

efektivitas dari effleurage.

Persamaan penelitian di atas dengan penulis adalah Quasy-experimental.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang

mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Menurut WHO remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10 – 19

tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda

(youth) untuk mereka yang berusia 15 -24 tahun. Ini kemudian disatukan

dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup

usia 10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan

bahwa remaja adalah mereka yang berusia 10-24 tahun (Marmi, 2014).

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegocangan taraf

mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Selain

itu remaja juga dapat didefinisikan dengan mereka yang telah

meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan

menuju masa pembentukan tanggung jawab (Marmi, 2014).

Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah

bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan social dan

psikologis (Marmi, 2014)

10
11

2. Tanda – tanda perubahan fisik remaja wanita

Menurut Marmi (2014), tanda perubahan fisik pada remaja wanita

yaitu:

a. Tanda- tanda primer

Adanya perubahan kematangan organ-organ reproduksinya

yang ditandai dengan datangnya haid. Ovarium mulai berfungsi

dengan matang di bawah pengaruh hormone gonadotropin dan

hipofisis, folikel mulai tumbuh meski belum matang tetapi sudah

dapat mengeluarkan estrogen. Korteks kelenjar suprarenal

membentuk androgen yang berperan pada pertumbuhan badan.

Selain pengaruh hormone somatotropin diduga kecepatan

pertumbuhan wanita dipengaruhi juga oleh estrogen.

b. Tanda- tanda sekunder

1) Rambut : Tumbuhnya rambut pada kemaluan ini terjadi setelah

pingguldan payudara mulai berkembang. Rambut ketiak dan

rambut wajah mulai tampak setelah datang haid. Rambut yang

mulanya berwarna terang berubah menjadi subur, gelap, kasar,

keriting.

2) Pinggul : Pinggul berubah menjadi lebih membesar dan

membulat. Hal ini disebabkan karena membesarnya tulang

pinggul dan lemak dibawah kulit.

3) Payudara : Bersamaan dengan membesarnya pinggul, maka

payudara juga membesar dan putting susu ikut menonjol.


12

4) Kulit : Kulit semakin kasar , lebih tebal dan pori-pori kulit

membesar. Tetapi kulit wanita lebih lembut daripada kulit pria.

5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat : Kelenjar lemak dan

keringat menjadi lebih aktif. Pada masa ini sering timbul

masalah jerawat karena adanya sumbatan kelenjar keringat dan

baunya menusuk pada saat sebelum dan sesudah haid.

6) Otot : Menjelang masa akhir puber , otot menjadi semakin

membesar dan kuat. Akibat akan terbentuk bahu, lengan dan

tungkai kaki.

7) Suara : Suara akan berubah menjadi lebih merdu.

B. Dismenore

1. Pengertian

Dismenore atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering

dikeluhkan oleh wanita usia reproduktif. Nyeri atau rasa sakit yang siklik

bersamaan dengan menstruasi ini sering dirasakan seperti rasa kram pada

perut dan dapat disertai dengan rasa sakit yang menjalar ke punggung,

dengan rasa mual dan muntah, sakit kepala ataupun diare. Oleh karena

itu, istilah dismenore hanya dipakai jika nyeri haid tersebut demikian

hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan

pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau

beberapa hari (Winknjosastro, 2007).

Menurut Sarwono (2011), dismenore adalah nyeri saat haid,

biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan


13

nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat.

Nyeri haid yang dimaksud adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan

perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya

sendiri dengan obat anti nyeri.

2. Klasifikasi Dismenore

a. Disminore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di

jumpai kelainan pada alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer

terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan

atau lebih. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya

terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah

pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai

rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya

(Wiknjosastro, 2007)

b. Disminore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan

anatomis genitalis (Manuaba, 2001). Disminore sekunder disebabkan

oleh kelainan ginekologik (salpingitis, kronika, endometriosis,

adenomiosis uteri, stenosisservisis uteri, dll) (Wiknjosastro, 2007).

Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang

berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang

lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai
14

dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan

yang abnormal)

3. Etiologi

a. Dismenore primer

Wiknjosastro (2007) menyatakan banyak teori telah

dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi

patofisiologinya belum jelas dimengerti. Beberapa faktor memegang

peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain:

1) Faktor Kejiwaan

Pada remaja putri yang secara emosional tidak stabil, apalagi

jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang

proses haid, mudah timbul dismenore (Wiknjosastro, 2007).

2) Faktor konstitusi

Faktor ini yang erat hubunganya dengan faktor tersebut diatas,

dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-

faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat

mempengaruhi timbulnya dismenore (Wiknjosastro, 2007).

3) Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya

dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita

dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi

stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak

dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab


15

dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis

servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi (Wiknjosastro,

2007).

4) Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum.

Menurut Novak dan Reynolds, hormon progesteron

menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan

hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus.Menurut

Clitheroe dan Pickles, endometrium dalam fase sekresi

memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan

kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang

berlebihan memasuki peredaran darah, maka selain dismenore

dapat juga dijumpai efek lainnya seperti: mual, muntah, diare.

Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang

peranan penting pada timbulnya dismenore primer

(Wiknjosastro, 2007).

5) Faktor alergi

Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut

riset, ada asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migren,

dan asma bronkiale (Wiknjosastro, 2007).

b. Dismenore Sekunder

Menurut Prawirohardjo (2008) penyebab Dismenore

sekunder antara lain :


16

1) Salpingitis kronis

Yaitu infeksi yang lama pada saluran penghubung

rahim atau uterus dengan kandung telur

ovarium.Pengobatannya dengan di beri antibiotika dan

anti radang.

2) Endometriosis

Yaitu suatu kelainan dimana endometrium (lapisan

dalam dinding Rahim) yang masih berfungsi berada di

luar rongga rahim. Dismenore pada endometriosis

biasanya merupakan rasa nyari yang makin lama makin

hebat, hal ini terjadi karena ada hubungannya dengan

aktifitas pembuluh darah dan pendarahan dalam sarang

endometriosis pada waktu sebelum dan sesudah haid.

c. Tanda dan Gejala

1) Dismenore primer dapat menimbulkan gejala-gejala

seperti kram pada perut ketidaknyamanan / kegelisahan

satu atau dua hari sebelum menstruasi, diare, mual dan

muntah, pusing, nyeri kepala bahkan pingsan.

2) Dismenore sekunder memiliki gejala yang sesuai dengan

apa yang menyebabkannya, jika pasien tersebut

mengalami endometriosis, maka akan timbul gejala

berupa nyeri yang lebih berat selama menstruasi dan

nyeri tersebut menetap serta bisa ditemukan tidak hanya


17

di bagian uterus. Jika etiologinya merupakan PID, maka

dapat timbul gejala nyeri tekan pada palpasi serta massa

adneksa yang teraba. Fibroid uterus gejalanya berupa

perubahan aliran menstruasi, nyeri kram dan polip

teraba. Prolaps uteri gejalanya berupa nyeri punggung

serta dispareuni (Morgan&Hamilton,2009).

d. Penatalaksanaan Dismenore

1) Pendekatan farmakologi

Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk

menghilangkan nyeri dengan pemberian obat-obatan

pereda nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang

berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari.

Metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi

nyeri adalah analgesic (Strong, et al, 2002).

Menurut Smeltzer & Bare (2002), ada tiga jenis analgesik

yakni:

a) Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID)

menghilangkan nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat

sangat berguna bagi pasien yang rentan terhadap efek

pendepresi pernafasan.

b) Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya

diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat,

seperti nyeri pasca operasi. Efek samping dari opiad ini


18

dapat menyebabkan depresi pernafasan, sedasi,

konstipasi, mual muntah.

c) Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant

seperti sedative, anti cemas, dan relaksan otot

meningkatkan control nyeri atau menghilangkan gejala

lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual

(Potter & Perry, 2006).

2) Intervensi Keperawatan Mandiri (Non farmakologi)

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung

untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk

menghilangkan nyeri. Namun banyak aktifitas

keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu

menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri

nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat

rendah.Meskipun tidakan tersebut bukan merupakan

pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2002).

a) Stimulasi dan Masase kutaneus

Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara

umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu.

Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena

masase membuat relaksasi otot.


19

b) Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostsglandin yang

memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan

lain pada tempat cedera dengan menghambat proses

inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan

meningkatkan aliran darah ke suatu area dan

kemungkinan dapat turut menurungkan nyeri dengan

memprcepat penyembuhan.

c) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal

yang menyebabkan nyeri, contoh: menyanyi, berdoa,

menceritakan gambar atau foto denaga kertas,

mendengar musik dan bermain satu permainan.

d) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau

pelepasan ketegangan.Teknik relaksasi yang sederhana

terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,

berirama (teknik relaksasi nafas dalam. Contoh:

bernafas dalam-dalam dan pelan.

e) Tidur dan istirahat yang cukup , serta olahraga teratur.

Dengan olahraga dapat meningkatkan pasokan

darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar

peredaran darah.Olahraga teratur seperti senam, jalan


20

cepat, joging, berlari, berenang, atau bersepeda dapat

memperbaiki kesehatan secara umum dan menjaga

siklus menstruasi agar tetap teratur.Beberapa wanita

mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak

hanya mengurangi stres tetapi juga meningkatkan

produksi endorphin di otak yang merupakan penawar

sakit alami tubuh.Tidak ada pembatas aktifitas selama

haid.Olahraga seperti senam, bersepeda, jalan cepat,

atau berenang membantu memproduksi bahan alami

yang dapat memblok rasa sakit (Proverawati & Misaroh

2009).

f) Pengaturan diet

Untuk mengurangi dan mencegah rasa nyeri

saat manstruasi, dianjurkan mengkonsumsi makanan

yang banyak mengandung kalsium dan makanan segar,

seperti sayuran, buah-buahan, ikan, daging dan

makanan yang mengandung vitamin b6 karena berguna

untuk metabolisme estrogen.

C. Nyeri

1. Pengertian nyeri

Menurut Smeltzer & Bare (2010), definisi keperawatan tentang

nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu

yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakkannya.


21

Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada receptor.Setiap

rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika

intensitasnya cukup kuat (Saifullah, 2010).

2. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan

ujung-ujung syaraf sangat bebas yang memiliki sedikit myelin yang

tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian,

dinding arteri, hati dan kantong empedu. Reseptor nyeri dapar

memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.Stimulasi

tersebut dapat berupa kimia, termal, listrik atau mekanis.Stimulasi oleh

zat kimiawi di antaranya seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan

macam-macamasam seperti adanya asam lambungyang meningkat pada

gastritis atau stimulasi yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada

jaringan (Hidayat, 2008).

Selanjutnya stimulasi nyeri dapat dirasakan jika reseptor nyeri

tersebut menginduksi serabut saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta

dan serabut C. Serabut Adelta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri

dengan cepat, sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan

mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran

sangat kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan

terus-menerus (Potter & Perry, 2005). Ketika serabut C dan A-delta

menyampaikan rangsang dari serabut saraf perifer maka akan


22

melepaskan mediator biokimia yang aktif terhadap respon nyeri, seperti :

kalium dan prostaglandin yang keluar jika ada jaringan yang rusak.

Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen

sampai berakhir di bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam

kornu dorsalis, neurotransmitter seperti subtansi P dilepaskan sehingga

menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus

spinolatamus. Selanjutnya informasi di sampaikan dengan cepat ke pusat

thalamus (Potter & Perry, 2005).

3. Klasifikasi nyeri

a. Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu,

1) Nyeri Akut

Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari

beberapa detik hingga kurang dari 6 bulan biasanya dengan

awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera

fisik.Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera

telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada

penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan

terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari

enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan.Salah satu nyeri

akut yang terjadi adalah nyeri pasca pembedahan (Meliala &

Suryamiharja, 2007).
23

2) Nyeri Kronik

Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern

yang menetap sepanjang suatu periode waktu.Nyeri ini

berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan

sering tidak dapat dikaitakan dengan penyebab atau cidera fisik.

Nyeri kronis dapat tidak memiliki awitan yang ditetapkan

dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri

ini sering tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang

diarahkan pada penyebabnya (Strong, Unruh, Wright & Baxter,

2002). Nyeri kronik ini juga sering di definisikan sebagai nyeri

yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun enam

bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk

membedakan nyeri akut dan nyeri kronis (Potter & Perry, 2005).

Menurut Sulistyo (2013) lokasi nyeri dibedakan

menjadi ;

1) Nyeri Ferifer
Nyeri ini ada tiga macam, yaitu :

a) Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat

rangsangan pada kulit dan mukosa

b) Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat

stimulasi dari reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium

dan toraks.

c) Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain

yang jauh dari penyebab nyeri.


24

2) Nyeri Sentral

Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla

spinalis, batang otak dan talamus.

3) Nyeri Psikogenik

Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.

Dengan kata lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita

itu sendiri.

4. Faktor –faktor yang mempengaruhi nyeri

a. Usia

Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri. Sebagai

contoh anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata

mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan

mengekspresikan rasa nyarinya, sementara lansia mungkin tidak akan

melaporkan nyerinya dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang

harus mereka terima (Potter & Perry, 2006).

b. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengruhi individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang ajarkan dan apa yang

diterima oleh kebudayaan mereka (Perry dan Potter, 2006)

c. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri.Perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat.Sedangkan upaya


25

pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun.Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat

terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti

relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imaginary) dan mesase,

dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus

yang lain, misalnya pengalihan pada distraksi (Fatmawati, 2011).

d. Kecemasan

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri.Namun nyeri

juga dapat menimbulkan ansietas.Stimulus nyeri mengaktifkan bagian

system limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang

khususnya ansietas (Wijarnoko, 2012).

e. Kelemahan

Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri.Rasa

kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan

menurunkan kemampuan koping (Fatmawati, 2011).

f. Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri.Apabila individu

sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah

sembuh maka ansietas atau rasa takut dapat muncul. Sebaliknya jika

individu mengalami jenis nyeri yang sama berulang-ulang tetapi nyeri

tersebut dengan berhasil dihilangkan akan lebih mudah individu

tersebut menginterpretasikan sensasi nyeri (Rahadhanie dalam Andari,

2015).
26

g. Gaya koping

Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi

nyeri.Sumber koping individu diantaranya komunikasi dengan

keluarga, atau melakukan latihan atau menyanyi (Ekowati, 2012).

h. Dukungan keluarga dan sosial

Kehadiran dan sikap orang-orang terdekat sangat berpengaruh

untuk dapat memberikan dukungan, bantuan, perlindungan, dan

meminimalkan ketakutan akibat nyeri yang dirasakan, contohnya

dukungan keluarga (suami) dapat menurunkan nyeri kala I, hal ini

dikarenakan ibu merasa tidak sendiri, diperhatikan dan mempunyai

semangat yang tinggi (Widjanarko, 2012).

5. Intensitas Nyeri

a. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10 (Potter & Perry, 2006).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 2.1 Numeric Rating Scale (NRS), (Potter & Perry, 2006)

0 : tidak nyeri

1-3 : nyeri ringan


4-6 : nyeri sedang
7-9 : nyeri berat
27

D. Effleurage

1. Pengertian

Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat

dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek

relaksasi. Dalam persalinan, effleurage dilakukan dengan menggunakan

ujung jari yang ditekan lembut dan ringan.Lakukan usapan dengan ringan

dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dar

permukaan kulit (Maemunah, 2009).

Menurut Potter dan Perry (2006) effleurage adalah suatu

rangsangan pada kulit abdomen dengan melakukan usapan menggunakan

ujung-ujung jari telapak tangan dengan arah gerakan membentuk pola

geraka seperti kupu-kupu abdomen seiring dengan pernafasan abdomen.

Effleurage adalah bentuk masase dengan menggunakan telapak tangan

yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah

sirkular secara berulang (Reeder, 2011).

2. Manfaat Teknik Effleurage

Menurut Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, (2009) Effleurage

memiliki efek atau manfaat sebagai berikut :

a. Membantu melancarkan aliran darah vena.

b. Membantu memperbaiki proses metabolism.

c. Menyempurnakan proses pembuangan sisa pembakaran atau

mengurangi kelelahan.

d. Membantu penyerapan (absorbsi) odema akibat peradangan.


28

e. Relaksasi dan mengurangi rasa nyeri.

f. Menurunkan ketegangan otot.

3. Prosedur Effleurage

Langkah-langkah melakukan effleurage (Berman, Snyder, Kozier,

dan Erb, 2009).

a. Menyiapkan alat- alat yang akan di gunakan.

b. Mencuci tangan.

c. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera di mulai.

d. Periksa vital sign klien sebelum memulai effleurage pada abdomen.

e. Posisikan klien.

f. Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam melalui hidung dan

mengeluarkannya lewat mulut secara perlahan sampai klien merasa

rileks.

g. Tuangkan minyak pada telapak tangan kemudian gosokkan kedua

tangan hingga hangat.

h. Letakkan kedua tangan pada abdomen bagian bawah di atas simpisis

pubis naik ke atas di atas umbilicus lalu turunkan gerakan melewati

perut bagian samping dan kembali ke perut bagian bawah.

i. Lakukan dengan usapan dengan ringan, tegas dan konstan dengan pola

gerakan melingkari abdomen dengan pola gerakannya seperti kupu-

kupu.

j. Lakukan pemijatan selama 3-5 menit.

k. Bersihkan sisa minyak pada abdomen dengan handuk.


29

l. Rapikan klien ke posisi semula.

m. Beritahu klien bahwa tindakan telah selesai.

n. Tanyakan keadaan klien.

o. Periksa vital sign klien sesudah dilakukan pemijatan

p. Bereskan alat-alat yang telah di gunakan.

q. Cuci tangan.

r. Berpamitan dengan klien.


30

E. Kerangka Teori

Penatalaksanaan Dismenore Faktor yang


mempengaruhi nyeri :
A. Farmakologi
a. Non nakrotik 1. Usia
b. Analgetik narkotik 2. Kebudayaan
c. Koanalgetik 3. Perhatian
4. Faktor kecemasan
B. Non Farmakologi 5. Pengalaman nyeri
a. Massase/stimulasi sebelumnya
kutaneus 6. Cooping style
b. Distraksi 7. Dukungan sosian
c. Terapi music dan keluarga
d. Kompres hangat
e. Olahraga
f. Diet
Skala Nyeri NRS
1. 0 : Tidak nyeri
2. 1-3 : Nyeri ringan
3. 4-6 : Nyeri
sedang
Perubahan 4. 7-9 : Nyeri berat
Intensitas Skala
Nyeri

Keterangan :

Diteliti : tulisan cetak tebal

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Teori modifikasi Marmi (2014), Smeltzer & Bare (2002)
dan Perry & Potter (2006)
31

F. Kerangka konsep

Dari kerangka teori yang telah dipaparkan diatas, maka dibuat

kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Effleurage Skala nyeri haid

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan suatu Hipotesis penelitian ini yaitu :

Ha : Effleurage efektif terhadap skala nyeri haid pada remaja putri di Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Ho : Effleurage tidak terdapat efektif terhadap skala nyeri haid pada remaja

putri di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosdur penelitian (Hidayat, 2007). Jenis penelitian ini adalah

penelitian eksperimen, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah

Quasi Eksperimen yang bersifat non equivalent kontrol group pretest-posttest

yaitu untuk membandingkan nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi

effleurage. Penelitian dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok intervensi

dan kelompok kontrol, dimana kelompok intervensi di berikan perlakuan

effleurage sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan.

Kelompok Pemberian intervensi


Intervensi Pretest effleurage Postest

Observasi24 jam

Kelompok Tidak di berikan


kontrol Pretest intervensi effleurage Postest

Observasi24 jam

Gambar 5 Quasi Eksperimen non equivalent control group pretest-posttest

Keterangan :

1. Kelompok Intervensi: Kelompok yang diberi perlakuan effleurage.

2. Kelompok Kontrol: Kelompok yang tidak diberi perlakuan.

32
33

3. Pretest :

a. Durasi lama dismenore.

b. Skaladismenore

4. Posttest

a. Durasi lama dismenore.

b. Skaladismenore

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas

ilmu kesehatan progam studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto sebanyak 150 mahasiswi angkatan 2016.

2. Sampel dan Teknik Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Teknik tersebut menggunakan

teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan teknik

acak sederhana dilakukan seperti undian, yang mana semua individu

memiliki peluang yang sama untuk di jadikan sempel (Saryono, 2013).

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas ilmu kesehatan

progam studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

sebanyak 30 mahasiswi angkatan 2016 yang mengalami nyeri saat

menstruasi. Besarnya sampel dalam penelitian ini di hitung menggunakan

rumus slovin menurut Nursalam (2008), yaitusebagaiberikut:


34

N
𝑛=
1 + (N x 𝑒 2 )

Keterangan :

n = Jumlahsampel

N = Jumlahpopulasi

e = standard eror (10%)

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 responden

yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah standard eror 10%.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Kriteria insklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu di penuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sempel

(Notoatmojo, 2010). Dalam hal ini kriteria inklusinya adalah :

1) Seluruh mahasiswi yang bersedia menjadi responden.

2) Mahasiswi yang mengalami nyeri saat haid.

3) Mahasiswi keperawatan S1 angkatan 2016

b. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat di

ambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2010). Kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah :

1) Mahasiswi yang mengalami luka didaerah abdomen.

2) Mahasiswi yang sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka -

luka baru atau cedera akibat berolahraga atau kecelakaan di daerah

abdomen.
35

3) Mahasiswi yang mengalami pembengkakan atau tumor yang

diperkirakan sebagai kanker ganas atau tidak ganas.

4) Responden yang menggunakan obat analgetik berupa obat atau

meminum jamu.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilaksankan pada bulan April sampai bulan Juni 2018.

2. Tempat Penlitian

Tempat penelitian ini di lakukan di Universitas Muhammasiyah

Purwokerto tepatnya di Fakultas Ilmu Kesehatan Progam Studi S1

Keperawatan.

D. Variable Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2012). Pada penelitian ini telah di tentukan 2 variabel, yaitu variabel bebas

atau variabel independen dan variabel terikat atau dependen.

1. Variabel Dependen (Varibel Terikat)

Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini variabel dependen

adalah Skala nyeri haid.


36

2. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

2011) dalam penelitian ini variabel independen adalah effleurage.

E. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional merupakan definisi yang digunakan untuk

memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada dalam

penelitian :

Tabel 3.1 DefinisiOperasional

Definisi Alat Skala


No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Data
1. Variabel Suatu sensori Observasi dengan NRS Skala ukur Rasio
dependen yang tidak sebuah garis yang dengan
skala nyeri menyenangkan terdiri dari tiga 0 : tidak nyeri
haid yang merupakan sampai lima kata 1-3 : nyeri ringan
respon subjektif pendeskripsian 4-6 : nyeri
remaja putri yang tersusun sedang
dalam masa dengan jarak yang 7-9 : nyeri berat
menghadapi nyeri sama di sepanjang
menstruasi. garis.
Pendeskripsian ini
dirangking dari
“tidak nyeri”
sampai “nyeri
tidak
tertahankan”.
2. Variabel Teknik pemijatan SOP Lembar - -
independen berupa usapan observa
Effleurage lembut, lambat si
dan panjang atau
tidak putus-putus
dilakukan di
daerah abdomen
pada saat
merasakan
Dismenore.
37

F. Pengumpulan Data

1. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik

sehingga lebih mudah diolah (Notoatmodjo 2012). Instrumen penelitian

yang digunakan terdiri dari lembar data penelitian dan pengukuran rasa

nyeri dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Intrumen NRS

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.

Pendeskripsian ini dirangking dari “tidak nyeri” sampai “nyeri tidak

tertahankan”. NRS memiliki kevalidan dari uji validitas danreliabilitas dari

penelitian Li, Liu dan Herr yang membandingkan empat skala nyeri

dengan hasil menunjukkan konsistensi penilaian pasca bedah setiap

harinya (0,673-0,825) dan mempunyai hubungan kekuatan (r = 0,71-0,99).

2. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis

1. Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung

pada saat penelitian berlangsung. Data ini di peroleh dari hasil

pengamatan secara langsung dan tes kepada mahasiswa yang

mengalami dismenore dengan cara observasi dan melakukan metode

pre dan post-test.

Teknik pengukuran nyeri dalam penelitian ini dilakukan dengan


38

ketentuan sebagai berikut :

1) Sebelum di berikan intervensi efflurage diukur tingkat nyeri

dengan pengukuran nyeri menggunakan skalaNRS.

2) Sesudah di berikan intervensi effleurage selama 3-5 menit di ukur

tingkat nyeri dengan menggunakan skala NRS.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain selain

responden. Data sekunder ini digunakan sebagai data penunjang dan

data pelengkap dari data primer yang ada relevansinya dengan

keperluan penelitian, data sekunder diperoleh dari wawancara kepada

responden yang mengalami dismenore.

2. Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan

1) Konsultasi dengan dosen pembimbing untuk menentukan judul

penelitian dan mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan

penelitian.

2) Permohonan izin untuk melakukan observasi pengambilan data

awal, peneliti meminta izin kepada TU Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto untuk melakukan

pengambilan data awal remaja yang mengalami dismenore saat

menstruasi.

3) Peneliti menyerahkan surat pengambilan data awal yang sudah

diberikan oleh TU untuk diserahkan kepada Dekan Fakultas Ilmu


39

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

4) Peneliti membuat proposal penelitian yang dilanjutkan dengan

pengujian proposal penelitian.

5) Presentasi proposal penelitian

6) Meminta izin penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto

b. Tahap Pelaksanaan

1) Peneliti memohon surat izin penelitian kepada Dekan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

2) Peneliti melakukan wawancara calon responden yang sesuai

dengan kriteria inklusi terhadap penderita dismenore.

3) Peneliti menjelaskan kepada mahasiswi yang akan menjadi

responden yaitu tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian .

4) Peneliti memberikan lembar persetujuan (informed consent) pada

responden untuk menandatangani sebagai bukti persetujuan

menjadi responden penelitian.

5) Memberikan intervensi Efflaurage selama 3-5 menit.

6) Peneliti menjelaskan skala nyeri menggunakan Skala Numeric

rating scale (NRS)

7) Peneliti mengkaji skala nyeri yang dirasakan responden.

c. Tahap Penyelesaian

Tahap ini melalui tahap pengolahan data dan penyelesaian laporan.


40

3. Pengolahan Data

Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi disajikan dengan

bentuk table dan di presentasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Memeriksa data yang sudah terkumpul untuk meneliti kelengkapan

jawaban responden dengan kuisioner yang diberikan dan bertujuan untuk

menghitung banyaknya lembar daftar pertanyaan yang telah di isi untuk

mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang telah di tentukan.

2. Coding

Memberikan kode angka pada penelitian untuk memudahkan dalam

analisa data. Meskipun pemberian kode dapat mempermudah pengolahan,

tetapi pekerjaan ini dapat di lakukan seteliti mungkin karena mudah

menimbulkan kesalahan dalam pemberian kode atau memasukkan data.

3. Memasukkan Data (Data Entry)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode

sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Cara lain yaitu

jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka

atau huruf) di masukkan kedalam progam atau softwere computer seperti

SPSS (Notoatmojo, 2010). Jawaban-jawaban yang sudah diberikan kode

kategori kemudian di masukkan kedalam tabel dengan cara menghitung

frekuensi data. Peneliti memasukkan data dengan cara melalui pengolahan

komputer berdasarkan kriteria yang sudah ada.


41

4. Tabulating

Penyusunan data merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar

dapat dengan mudah di jumlah disusun dan di tata untuk disajikan dan di

analisis. Tabulasi data merupakan kelanjutan dari entri data dan di sajikan

dalam bentuk grafik tabel.

5. Cleaning

Data yang berasal dari sumber data atau responden selesai di masukkan,

harus di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi.

4. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel. Hasil analisa ini menggunakan hasil distribusi

dan presentase dari tiap variabel (Notoatmojo, 2010). Analisa unvariat

pada penelitian ini digunakan untuk menganalisa Efektivitas Efflurage

terhadap Intensitas dismenore pada remaja putri.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga

berbeda dan akan di bandingkan. Terdapat uji parametric pada analisa

bivariat (Notoatmojo, 2010).


42

Menurut Sugiyono (2008) menyebutkan bahwa sering digunakan

dalam pengujian rancangan eksperimen adalah desain paired t-test dan

independen t-test. Desain paired t-test digunakan apabila data yang di

kumpul dari dua sampel saling berhubungan yang artinya bahwa satu

sampel akan mempunyai dua data yang di ukur sebelum dan sesudah

perlakuan tertentu. Selain itu penggunaan paired t-test juga untuk menguji

efektivitas suatu perlakuan terhadap besaran suatu variabel yang ingin di

tentukan. Sedangkan independen t-test adalah untuk menguji perbedaan

nilai dua sampel yang di berikan perlakuan berbeda, yaitu membandingkan

efektivitas dari dua kelompok yang diberikan intervensi Effleurage dan

kelompok kontrol.

Penggunaan uji independen t-test di dasarkan pada jumlah sampel

yang lebih besar atau sama dengan 15. Menurut Budiarto, E (2004) sample

dengan jumlah 15 telah di anggap berdistribusi normal, sementara uji

independen t-test digunakan pada data yang berdistribusi normal.

Penghitungan uji independen t-test dalam penelitian ini

menggunakan SPSS. Ketentuan signifikan (terdapat perbedaan yang

bermakna) jika t hitung> t tabel pada taraf signifikan 5 % dan niali p< 0,05

(Syarifudin, 2010), artinya jika ada perbedaan yang bermakna maka ada

yang di anggap efektif adalah yang lebih besar penurunan skala nyerinya.

5. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku

untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti,


43

pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan

memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Dalam

penelitian ini perlu diperhatikan menyangkut etika penelitian yang

meliputi :

1. Informed concent (Lembar Persetujuan)

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden

yang memenuhi kriteria inklusi. Bertujuan agar responden mengerti

maksud dari tujuan peneliti kepada responden. Responden yang

bersedia selanjutnya dimintai tandatangan lembar persetujuan.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi dan hanya kelompk

data tertentu saja dilaporkan sebagian hasil penelitian. Hal ini

merupakan masalah etika. Peneliti menjaga kerahasiaan semua

informasi serta data-data penelitian.

3. Anonymity (tanpa nama)

Peneliti merahasiakan dan tidak mencantumkan nama

melainkan menggunakan kode responden untuk menjaga kerahasiaan

responden dan tidak untuk menyampaikan kepada orang lain tentang

apapun yang berkaitan dengan responden.

4. Beneficience (manfaat)

Penelitian ini bermanfaat bagi responden untuk mampu

menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih baik lagi. Peneliti

memberikan informasi tentang manfaat effleurage yang berguna untuk


44

meminimalisir persepsi nyeri yang dialami oleh responden yaitu untuk

mengurangi nyeri pada responden yang mengalami dismenore.

5. Non-malefisience

Penelitian ini tidak merugikan bagi responden. Selama

pengisian kuesioner, peneliti mendampingi pasien sehingga aman dan

tidak membahayakan responden.

6. Balancing Harms and Benefits

Pada penelitian ini peneliti akan berusaha meminimalisir

dampak yang merugikan pasien. Peneliti memberikan kuesioner

sebelum perlakuan. Kemudian peneliti memberi perlakuan yaitu

dengan mengajarkan senam dismenore pada semua responden

kemudian menjelaskan manfaat dari effleurage tersebut, setelah itu

pasien diberikan kuesioner setelah dilakukan senam dismenore untuk

mengukur efektifitas dari perlakuan yang telah diberikan kepada

responden yaitu mengajarkan effleurage pada responden yang

mengalami nyeri saat haid.

7. Respect for person

Penelitian ini menghormati martabat responden sebagai manusia

yang memiliki hak otonomi untuk menentukan dirinya sendiri dan

memiliki hak otonomi untuk tidak menandatangani informd consent

apabila pasien menolak.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto pada bulan April – Juni 2018. Responden dalam

penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto angkatan 2016. Sebelum pemberian intervensi,

peneliti menyeleksi responden yang sesuai dengan kriteria inklusi

menggunakan teknik sampel random sampling dengan jumlah responden 60,

kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu intervensi dan kontrol. Kelompok

intervensi di berikan perlakuan effleurage dan kelompok tidak di berikan

perlakuan, pada kedua kelompok tersebut dilakukan observasi selama 24 jam

yang artinya masing-masing kelompok di berikan waktu 24 jam untuk

mengobservasi durasi dan skala nyeri yang dating.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dalam penelitian dilakukan dengan Metode

Kolmogorov-Smirnov (Jumlah sampel > 50).Berdasarkan data hasil

penelitian, maka hasil uji normalitas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Skala Nyeri Kelompok Intervensi Pretest, didapat nilai signifikansi

(p)= 0,193> 0,05, berarti data terdistribusi normal.

b. Skala Nyeri Kelompok Intervensi Posttest, didapat nilai signifikansi

(p)= 0,317> 0,05, berarti data terdistribusi normal.

45
46

c. Skala Nyeri Kelompok Kontrol Pretest, didapat nilai signifikansi (p)=

0,282> 0,05, berarti data terdistribusi normal.

d. Skala Nyeri Kelompok Kontrol Posttest, didapat nilai signifikansi (p)=

0,219> 0,05, berarti data terdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas data, didapatkan bahwa data

terdistribusi normal. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan bahwa

apabila data terdistribusi normal, maka dengan demikian uji statistik

dilakukan dengan metode statistik parametrik menggunakan uji paired t-

test untuk menentukan hasil dari pre dan post masing masing kelompok.

Dan untuk membandingkan antara kedua kelompok tersebut menggunakan

uji indpendent T-Test.

2. Analisa Data

a. Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
Karakteristik Kelompok intervensi Kelompok kontrol
Usia responden
Mean±SD 19±0,740 19±0,571
Min–max 17–20 18–20
Usia Menarche
Mean±SD 12±1,404 13±1,062
Min–max 10–15 10–14
Lama Haid
Mean±SD 7±0,805 7±0,858
Min–max 5–8 5–8
Siklus Haid
Mean±SD 28,47±3,569 29,73±2,477
Min–max 21–35 23–35
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa responden pada

kelompok intervensi rata-rata berusia 19 tahun dengan nilai Mean±SD

sebesar 19±0,740, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata

responden berusia 19 dengan nilai Mean±SD 19±0,571


47

Berdasarkan tabel responden mengalami menarche pada

kelompok intervensi didapatkan Nilai Mean±SD sebesar 12,40±1.404

dan pada kelompok kontrol Mean±SD 13±1,062

Berdasarkan tabel responden mengalami lama haid pada

kelompok intervensi di dapatkan nilai Mean±SD sebesar 6,80±0,805,

sedangkan pada kelompok kontrol Mean±SD 7±0,858

Berdasarkan tabel responden mengalami siklus haid pada

kelompok intervensi di dapatkan Mean±SD 28,47±3,569, sedangkan

pada kelompok kontrol Mean±SD 29,73±2,477.

b. Skala Nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada


Remaja Putri di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
Tabel 4.2 Perbandingan skala nyeri pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Variabel p- value
Pre test Post test Pre test Post test

Skala Nyeri
Mean±SD 6,80±0,96 3.40±0,96 6.40±1,58 6,03±1,37
Min–max 5–8 2–5 3–9 2–8
0,000

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskanhasil uji paired t-test

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di dapatkan nilai p

0,000 (p < α 0.05 ) yang berarti bahwa secara statistik ada pengaruh

pemberian tindakaneEffleurage terhadap penurunan skala nyeri haid

pada mahasiswi angkatan 2016 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.
48

c. Efektifitas Effleurage Terhadap Skala Nyeri Haid pada Remaja


Putri di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Tabel 4.4 Perbandingan skala nyeri sebelum dan sesudah
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menggunakan uji independen t-test

Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Mean p- value


different

Skala Nyeri
Mean 3,40 0,36 3,03 0,000

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa rata-rata penurunan

skala nyeri responden antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol menunjukkan penurunan sebesar 3.40 pada kelompok

intervensi dan 0,36 pada kelompok kontrol. Mean difference

Perbedaan efektivitas pada kelompok sebesar 3,03333 . Hasil uji

Independen t-test menunjukkan nilai p = 0,000 (p < α 0.05 ) yang

artinya terdapat perbedaan efektivitas antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol terhadap nyeri haid pada mahasiswi angkatan 2016

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


49

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Usia

Menurut Notoadmojo (2010) menyatakan bahwa usia adalah

umur individu yang terhitung mulai dari dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun yang telah

dilalui sejak lahir sampai waktu tertentu. Usia juga bisa diartikan

sebagai satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda

atau makhluk baik yang hidup maupun yang mati.

Remaja terdiri dari 3 kategori, yaitu remaja awal (early

adolescence) dalam rentang usia 11-14 tahun, remaja tengah (middle

adolescence) dalam rentang usia 15-18 tahun, dan remaja akhir (late

adolescence) dalam rentang usia 18-21 tahun (Ozretich & Bowman,

2011).Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol berusia 19 tahun yang

artinya termasuk remaja akhir (late adolescence) dalam rentang usia

18-21 tahun.

Menurut Manuaba (2010), juga menyatakan bahwa saat berusia

13-16 tahun, seorang remaja akan mengalami pubertas yang dimulai

dengan terjadinya pertumbuhan folikel primordial ovarium yang

mengeluarkan hormon estrogen. Pengeluaran hormon estrogen

menyebabkan terjadinya pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder


50

seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis,

pertumbuhan rambut ketiak, dan pada akhirnya terjadi pengeluaran

darah haid pertama.

Kejadian dismenore primer sangat dipengaruhi oleh usia wanita.

Rasa sakit yang dirasakan beberapa hari sebelum haid dan saat haid

biasanya karena meningkatnya sekresi hormon prostaglandin. Semakin

tua umur seseorang, semakin sering ia mengalami haid dan semakin

lebar leher rahim maka sekresi hormon prostaglandin akan semakin

berkurang. Selain itu, dismenore primer nantinya akan hilang dengan

makin menurunnya fungsi saraf rahim akibat penuaan (Junizar, 2011).

b. Usia Menarche

Menarche atau haid pertama pada umumnya dialami remaja

pada usia 13 – 14 tahun, namun pada beberapa kasus dapat terjadi pada

usia ≤ 12 tahun (Manuaba, 2010). Umur menarche yang terlalu muda

(≤ 12 tahun) dimana organ – organ reproduksi belum berkembang

secara maksimal dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim,

maka akan timbul rasa sakit pada saat haid karena organ reproduksi

wanita belum berfungsi secara maksimal.

Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian

besar usia menarche responden pada kelompok intervensi pada usia 12

tahun sedangkan responden pada kelompok kontrol pada usia 13 tahun.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro (2010) yang

menyatakan bahwa menarche pada usia lebih awal merupakan faktor


51

risiko yang berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer.

Winkjosastro (2010) juga menyatakan bahwa alat reproduksi wanita

harus berfungsi sebagaimana mestinya. Namun bila menarche terjadi

pada usia yang lebih awal dari normal, dimana alat reproduksi belum

siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada

leher rahim, maka akan timbul rasa sakit ketika haid.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Novia dan

Puspitasari (2008) mengenai usia menarche dengan judul faktor risiko

yang mempengaruhi kejadian dismenore primer menyatakan bahwa

umur menarche< 12 tahun kemungkinan seorang wanita akan

menderita dismenore primer.

c. Lama Haid

Menurut Sibangariang (2010), haid adalah pendarahan periodik

akibat meluruhnya endometrium setelah siklus ovulasi yang

dipengaruhi oleh hormon reproduksi yang dimulai 1 hari setelah

ovulasi yang berupa darah, kelenjar, dan sel karena tidak terjadi

pembuahan.

Menurut Bobak (2008) menyatakan lama rata-rata haid adalah

lima hari atau rentang tiga sampai enam hari dan jumlah darah yang

hilang ratarata 50 ml atau dengan rentang 20-80 ml.

Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian

besar lama Haid responden pada kelompok intervensi selama 7 hari

dan lama Haid responden pada kelompok kontrol selama 7 hari.


52

Menurut Sumodarsono (2008), haid merupakan proses pelepasan

dinding rahim yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara

berulang setiap bulan, kecuali pada saat terjadi kehamilan. Hari

pertama terjadinya haid dihitung sebagai awal setiap siklus haid (hari

ke – 1). Haid akan terjadi 3 – 7 hari. Hari terakhir haid adalah waktu

berakhir sebelum mulai siklus haid berikutnya.

d. Siklus Haid

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar siklus Haid

responden pada kelompok intervensi selama 31 hari dan siklus Haid

responden pada kelompok kontrol selama 30 hari.Siklus haid

merupakan waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid

periode berikutnya sedangkan panjang siklus haid adalah jarak antara

tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Siklus

haid pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari (Proverawati &

Misaroh, 2009).

Awal masa haid sering terjadi siklus haid yang anovulatoir atau

haid tanpa pelepasan sel telur yang disebabkan kurangnya respons

umpan balik dari hipotalamus terhadap estrogen dan ovarium. Paparan

estrogen yang terus menerus pada ovarium dan peluruhan

endometrium yang berproliferasi mengakibatkan pola haid yang tidak

teratur dan sering disertai dengan rasa nyeri (Widjanarko, 2010).

Siklus haid merupakan suatu rangkaian proses yang saling

mempengaruhi dan terjadi secara bersamaan di indometrium, kelenjar


53

hipotalamus, dan hipofisis, serta ovarium dan tujuan siklus haid adalah

membawa ovum yang matur dan memperbarui jaringan uterus untuk

persiapan pertumbuhan atau fertilisasi. Siklus haid mempersiapkan

uterus untuk proses kehamilan yang diakibatkan oleh pembuahan

dalam rahim bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan dalm dinding

rahim luruh dan terjadi haid (Bobak, 2010).

2. Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberikan Effleurage pada Remaja


Putri di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Hasil analisis menunjukan ada pengaruh pemberian intervensi

Effleurage terhadap penurunan nyeri pada mahasiswi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang mengalami

dismenore. Nilai rata-rata skala nyeri responden sebelum diberikan

intervensi Effleurage 6,8, sedangkan setelah diberikan intervensi

mengalami perubahan menjadi 3,4, hal ini menunjukan bahwa

pemberian intervensi Effleurage pada Mahasiswi Fakultas Ilmu

Kesehatan yang mengalami dismenoremengalami penurunan sebesar

3,4 dengan p value 0,000 dengan hasil observasi rata-rata responden

mengalami nyeri sebanyak 10 kali dengan durasi 3 menit dan skala

nyeri ringan.

Hasil analisis pada kelompok kontrol menunjukan ada penurunan

dengan nilai signifikansi 0,027yang berarti bahwa secara statistik ada

sedikit pengaruh terhadap penurunan skala nyeri pada kelompok

kontrol yang tidak diberi tindakan dengan 24 jam observasi didaptkan


54

rata-rata responden mengalami 14 kali nyeri dengan durasi 10 menit

dan rata-rata pada skala nyeri berat.

Nyeri pada saat haid terjadi karena adanya jumlah

prostaglandin yang berlebihan pada pembulah sehingga merangsang

hiperaktivitas uterus. Peningkatan prostaglandin menyebabkan

kontraksi myometrium meningkat sehingga mengakibatkan aliran

darah haid berkurang dan otot dinding uterus mengalami iskemik dan

disintegrasi endometrium (Morgan & Hamilton, 2009)

Respon setiap responden terhadap nyeri yang dirasakan

berbeda-beda. Responden yang melaporkan nyeri ringan dapat

berkomunikasi dengan sangat baik dan tidak menampakkan bahasa

tubuh yang mengindikasikan nyeri yang dialami seperti meringis atau

memegangi bagian tubuh yang sakit. Responden yang melaporkan

nyeri sedang dapat berkomunikasi dengan baik tapi seringkali

memperlihatkan gerakan tubuh yang menunjukkan adanya nyeri haid

yang dirasakan seperti meringis atau memegangi perutnya sedangkan

responden yang mengeluhkan nyeri berat memerlukan waktu yang

agak lama untuk menjawab pertanyaan dan mengalami kesulitan saat

diminta untuk memindahkan tangan yang memegangi perutnya

sebelum pemberian effleurage dimulai. Hal ini sesuai dengan pendapat

Smith et al. (2009) yang menyatakan nyeri adalah pengalaman yang

sangat individual dan kompleks.


55

Hasil penelitian ini sejalan dengan Setianingsih (2013)

menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan

sesudah dilakukan massage Effleurage dengan nilai p = 0.000 ; α <

0.05. Hasil ini juga di dukung dari hasil penelitian yang dilakukan

Ekawati, dkk (2008), tentang efek teknik masase effleurage pada

abdomen menyatakan bahwa dengan hasil t hitung = 8.124 dan t-tabel

=2.787 (t hitung > t tabel). Hasil analisis ini menunjukan bahwa

masase teknik effleurage pada abdomen memiliki efek terhadap

penurunan nyeri pada dismenore primer.

Hasil tersebut sejalan penelitian yang di lakukan oleh Iswari, Dkk

(2013) tentang efektivitas perlakuan pijat Effleurage pada kala 1 fase aktif

persalinan untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin di BPM Yusnaeni

menunjukkan hasil bahwa perhitungan menggunakan Wilcoxon Signed

Ranks Test tersebut juga diketahui bahwa Zhitung>Ztabel (-2,873>-

1,96) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat efektivitas perlakuan

pijat effleurage pada kala I fase aktif persalinan untuk mengurangi rasa

nyeri pada ibu bersalin di BPM Yusnaeni.

Ernawati, Hartiti, dan Hadi (2010) tentang teknik relaksasi

terhadap nyeri dismenorea pada mahasiswi, didapatkan hasil bahwa

teknik relaksasi dapat menurunkan intensitas nyeri dismenorea. Teknik

relaksasi mengakibatkan pelepasan endorfin yang merupakan

pembunuh alami yang berasal dari tubuh serta dapat menutup

mekanisme pertahanan dengan menghambat prostaglandin sehingga


56

nyeri tidak dapat dihantar ke sistem saraf pusat serta meningkatkan

respons saraf parasimpatis diseluruh tubuh termasuk uterus. Teknik

effleurage memberikan kehangatan pada kulit, mengurangi nyeri dan

mendorong relaksasi sehingga mendatangkan kenyamanan (Braun &

Simonson, 2014).

Secara umum penanganan nyeri terbagi dalam dua kategori

yaitu pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis. Secara

farmakologis nyeri dapat ditangani dengan terapi analgesik yang

merupakan metode paling umum digunakan untuk menghilangkan

nyeri. Terapi ini dapat berdampak ketagihan dan memberikan efek

samping obat yang berbahaya bagi pasien. Dalam lingkup keperawatan

dikembangkan terapi non farmakologis sebagai tindakan mandiri

perawat seperti terapi holistik. Terapi holistic untuk mengatasi nyeri

dapat menggunakan sentuhan terapeutik, akupresur dan relaksasi.

Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa

nyeri serta dapat digunakan pada saat seseorang sehat ataupun sakit.

(Perry & Potter, 2009).

3. Efektifitas Effleurage Terhadap Skala Nyeri pada Remaja Putri di


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Berdasarkan uji independent t-test menunjukkan bahwa nilai

signifikasi p = 0,000 (p < α 0.05 ) yang artinya terdapat perbedaan

efektivitas pada kelompok intervensi dan dan kelompok kontrol, sehingga

dapat diartikan secara statistik bahwa pemberian intervensi effleurage


57

lebih efektif untuk menurunkan nyeri haid pada mahasiswi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Penelitian ini juga melibatkan observasi masing-masing kelompok

yang di lakukan selama 24 jam dengan hasil pada kelompok intervensi

didapatkan rata-rata nyeri 11 kali dengan durasi terus menurun dan

penurunan skala dari yang berat menjadi ringan, sedangkan observasi yang

dilakukan pada kelompok kontrol didapatkan nyeri sebanyak 13 kali

dengan durasi yang tidak berubah dan skala nyeri berat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan di MTsN 1

Bukittinggi tahun 2014 oleh Siti Nurchasanah, Dkk diperoleh hasil uji

Statistik didapatkan nilai 0.000 maka dapat simpulkan terdapat perbedaan

yang signifikan antara skala nyeri pada sebelum dan sesudah dilakukan

masase efflurage . Dimana P = 0.000 (α = 0,05), yang berarti P lebih kecil

dari α < 0.05 berarti Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh masase efflurage terhadap penurunan intensitas nyeri disminore

pada siswi MTsN 1 Bukittinggi tahun 2014.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Anna Alifa (2006)

tentang efek teknik masase effleurage pada abdomen terhadap penurunan

intensitas nyeri pada disminore primer mahasiswi PSIK FKUB Malang

didapatkan hasil t- hitung = 8,124 dan ttabel 2,787 (t-hitung > t-tabel)

dimana menunjukan bahwa masase teknik effleurage pada abdomen

memiliki efek terhadap penurunan intensitas nyeri pada disminore primer.


58

Nyeri pada saat haid atau haid sering dikeluhkan seorang wanita

sebagai sensasi tidak nyaman, karakteristik nyeri ini sangat khas karena

muncul secara reguler dan periodik menyertai haid yaitu rasa tidak enak di

perut bagian bawah sebelum dan selama haid disertai mual disebabkan

meningkatnya kontraksi uterus. Namun belakangan diketahui bahwa nyeri

ketika haid tidak hanya dirasakan dibagian perut bagian bawah saja.

Beberapa remaja terkadang merasakan dibagian punggung bagian bawah,

pinggang, panggul otot paha atas hingga betis. Hal ini dilaporkan sebagai

dismenore (Winkjosastro, 2010).

Teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri haid antara lain kompres

panas atau mandi air panas, masase (shiatsu, masase aromaterapi, chinese

massage), effleurage, distraksi, latihan fisik, dan tidur cukup. Salah satu

tehnik relaksasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri haid secara

mandiri di rumah adalah teknik effleurage (Bobak, 2010).

Teknik effleurage adalah sebuah stimulasi kutaneus dengan

usapan lembut dan mengalir (Mumford, 2009). Teknik effleurage memiliki

beberapa kelebihan antara lain dapat menghilangkan ketegangan dan

mengembalikan energi, mudah dan murah untuk dilakukan. Primadiati

(2008) menyatakan gerakan effleurage tidak hanya mempengaruhi sistem

pembuluh darah dan otot, tetapi juga dapat mempengaruhi aksi refleks dan

sistem saraf, berbeda dengan gerakan lain seperti kneading dan petrissage,

yang hanya mempengaruhi sistem pembuluh darah dan otot saja.


59

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ekawati (2010) “ Efek teknik masase effleurage pada abdomen terhadap

penurunan intensitas nyeri pada disminorea primer mahasiswi psik FKUB

Malang “ dengan hasil t hitung = 8.124 dan t-tabel =2.787 (t hitung > t

tabel). Hasil analisis ini menunjukan bahwa masase teknik effleurage pada

abdomen memiliki efek terhadap penurunan nyeri pada dismenore primer.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Sugi Purwati (2013) yang

melakukan penelitian tentang analisis perbedaan terapi disminore dengan

metode effleurage, kneading, dan yoga dalam mengatasi disminore

didapatkan analisis dengan uji paired t-test menunjukan nilai p value 0.000

artinya adanya berbedaan signifikan skala nyeri sebelum dilakukan terapi

dengan pemijatan teknik effleurage. Hasil perhitungan efek size r2 =0,875

yang berarti mempunyai efek besar.

Hasil tersebut di dukung oleh penelitian dari Haseli, A (2014)

tentang “Efek pijat effleurage ditambah teknik pernapasan pada kepuasan

persalinan pada wanita primipara mengacu pada Rumah Sakit lolagar di

Teheran” menunjukkan bahwa tingkat kepuasan dalam 2 kelompok

memiliki signifikan. Tingkat kepuasan tertinggi adalah persetujuan dari

dimensi neonatus (4,66 ± 0,60) (p = 0,000) dan tingkat kepuasan terendah

(3,65 ± 0,91) dalam persetujuan diri Anda selama persalinan (p = 0,5yang

artinya pijat effleurage memiliki efek pada kepuasan persalinan primipara.

Gate Control Theory menyatakan bahwa serabut nyeri membawa

stimulasi nyeri keotak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat
60

dari pada serabut sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri

dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan berjalan keotak dan menutup

pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri dirasakn dalam otak.

Begitu pula adanya massage yang mempunyai efek distraksi juga dapat

meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontrol dasenden.

Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat

relaksasi otot Masase effleurage merupakan salah satu metode non

farmakologis yang dianggap efektif dalam menurunkan nyeri.

Effleurage dapat mengurangi nyeri dengan menutup mekanisme

pertahanan di sistem saraf, yang dikenal dengan teori gate control. Teori

gate control mengemukakan stimulasi serabut saraf yang mentransmisikan

sensasi tidak nyeri dapat menghambat atau mengurangi transmisi impuls

nyeri. Sentuhan tidak menstimulasi reseptor non nyeri di area reseptor

yang sama dengan reseptor nyeri secara khusus, tetapi dapat memberikan

efek melalui sistem kontrol desenden (Smeltzer & Bare, 2010). Input

stimulus dari effleurage yang ditransmisikan melalui serabut saraf

berdiameter besar bersaing dengan sinyal nyeri yang ditransmisikan oleh

serabut saraf berdiameter kecil, menutup gerbang (gate) nyeri, dan

mencegah transmisi nyeri lebih lanjut ke pusat nyeri (Mumford, 2009).

Responden menyatakan adanya perubahan nyeri setelah diberikan

effleurage. Sebelum pemberian effleurage, siswi merasa tidak nyaman

karena nyeri haid yang dirasakan, bahkan responden yang mengalami

nyeri sedang dan berat mengatakan nyeri haid mengganggu aktivitas


61

karena menjadi tidak bisa berkonsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Singh et al. (2008) yang menyatakan nyeri haid dapat menyebabkan

keterbatasan aktivitas pada remaja, baik pada aktivitas fisik maupun sosial

serta prestasi akademik.

Efek relaksasi yang dirasakan responden ini sesuai dengan

pendapat Weerapong et al. (2008) yang menyebutkan effleurage bekerja

melalui mekanisme fisiologis yang meliputi perubahan pada aktivitas

parasimpatis yang dapat diukur melalui denyut nadi, tekanan darah, dan

perubahan denyut nadi dan hasil respon relaksasi dapat diukur melalui

kadar hormon yaitu kadar kortisol. Selain itu effleurage juga dapat

menimbulkan efek relaksasi yang merupakan mekanisme psikologis

dengan meningkatkan substansi relaksasi seperti endorfin sehingga terjadi

penurunan kecemasan dan perbaikan suasana hati.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kelemahan, kekurangan dan

keterbatasan selama proses penelitian ini dilakukan. Keterbatasan-keterbatasan

yang dihadapi selama penelitian adalah :

1. Pemberian tindakan effleurage dengan observasi yang dilakukan selama

24 jam menjadikan responden tidak fokus karena observasi dilaksanakan

bersamaan dengan kegiatan lainnya.

2. Peneliti tidak mendampingi dan mengukur skala nyeri responden selama

observasi.

3. Skala nyeri menurun karena hari.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden berdasarkan umur, sebagian besar berusia 19

tahun, berdasarkan usia menarche, sebagian besar usia menarche

responden pada usia 12 tahun, berdasarkan lama haid, sebagian besar

responden mengalami haid selama 7 hari, berdasarkan siklus haid,

sebagian besar siklus haid yaitu selama 31 hari

2. Terdapat perbedaan antara skala nyeri menstruasi sebelum dan sesudah

di berikan intervensi effleurage pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

3. Effleurage efektif terhadap penurunan tingkat skala nyeri haid

dibandingkan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan effleurage.

B. Saran

1. Bagi remaja putri

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang cara

menurunkan tingkat nyeri pada dismenore secara non farmakologi

yaitu pemberian effleurage.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini berguna sebagai bahan referensi ilmiah yang dapat

di jadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran.

62
63

3. Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

penetapan SOP (standar operasional prosedur) untuk penderita

dismenore secara non farmakologis.

4. Bagi peneliti selanjutnya \Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

lebih berkembang lagi ke tahap yang lebih baik, dengan kelompok

kontrol diberikan intervensi lain sehingga dapat dibedakan keefektifan

effleurage dan dapat meneliti tentang penanganan dismenore dengan

cara non farmakologi dengan intervensi yang berbeda.


64

DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. 2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.
Jakarta : EGC

A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

A Potter, & Perry, A. G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Alih bahasa oleh Komalasari,
Evriyani, Novieastari, Hany, danKurnianingsih. Jakarta:
PenerbitBukuKedokteran EGC

Amin, Moh. 2011. Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas Untuk Penilaian
Angka Kredit Guru. Yogyakarta: Inspirasi.

Andari, F, N. (2015). Pengaruh Pelatihan Peregangan Senam Ergonomis Terhadap


Penurunan Skor Nyeri Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Perkerja
Pembuat Kaleng Alumunium

Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsepdan Proses KeperawatanNyeri, Yogyakarta.


Ar-Ruzz Media

Andriyani, A. 2013. PanduanKesehatanWanita. Surakara: As-Salam Publisher

Anurogo., Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: ANDI

Berman, Snyder, Kozier, Erb. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb.
Edisi 5. Jakarta: EGC

Bobak., dkk. (2005). Buku Ajar keperawatan maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Bobak, I. M., Lowdermik, D. L., dan Jensen M. D. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Alih bahasa oleh Wijayarini, M. A. & Anugerah, P. I. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC

Braun, M. B., & Simonson, S. J. 2014. Introduction to Massage Therapy.


Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins.
65

Brunner, L. S. & Sudarth, D. S. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta:EGC

Ekawati. (2018) “ Efek Teknik Masase Effleurage pada Abdomen Terhadap


Penurunan Intensitas Nyeri pada Disminorea Primer Mahasiswa Psik FKUB
Malang

Ekowati R., Wahjuni, E.S., &Alifa, A. (2012). Efek teknik masase effleurage pada
abdomen terhadap penurunan intensitas nyeri pada disminore primer
mahasiswi PSIK FKUB Malang. Poltekes Malang. Diakses pada tanggal 06
November 2017 dari
http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/file/jurnal%204.pdf

Fatmawati, N.R. (2011). Peranan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dalam


Menunjang Efektifitas Penetapan Harga Jual Pada CV. Surabaya: Jaya
Agung Surabaya

Geri, Morgan dan Carol Hamilton. (2009). Obstetri dan Ginekoligi Panduan Praktik.
Jakarta: EGC

Hartiti., Ernawati., Hadi. (2010). Terapi Relaksasi Terhadap Nyeri Dismenore Pada
Mahasiswi Unimus. Diakses pada tanggal 1 Juni 2018
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4294&val=426

Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data,.
Penerbit Salemba medika

Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan Buku 1, Jakarta: SalembaMedika.

Indah Astria. (2015). effektivitas kombinasi teknik slow deep breating dan teknik
effleurage terhadap instensitas nyeri dismenore. Diakses pada tanggal 22
November 2017 https://media.neliti.com/media/publications/183924-ID-
efektifitas-kombinasi-teknik-slow-deep-b.pdf

Iswari P., Mustika P., Fisna F. (2013). Efektivitas Perlakuan Pijat Efflerage Pada
Kala 1 Aktif Persalinan Untuk Mengurangi Rasa Nyeri Pada Ibu Bersalin Di
BPM Yusnaeni. Stikes Guna Bangsa Yogyakarta.

Janiwarty, B dan Pieter, H. Z. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori
dan Terapannya, Yogyakarta: Rapha Publishing

Joan Elizabeth Cunningham. (2011). “Case report of a patient with chemotherapy-


induced peripheral neuropathy treated with manual therapy
66

(massage)”.Laporan kasus pasien dengan neuropati perifer yang diinduksi


kemoterapi yang diterapi dengan terapi manual (pemijatan).

Junizar. (2011). Pengobatan Dismenore. Jurnal Penelitian.


http://www.kalbefarma.com/files/cdk.16_PengobatanDismenorea.pdf/

Kartika Siahaan. (2012). Penurunan Tingkat dismenore pada Mahasiswi Fakultas


Ilmu Keperawatan UNPAD dengan menggunakan Yoga. Di akses pada
tanggal 22 November 2017
http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/709

Lazlo, K.D. (2008). Work related Stress Factors And Menstrual Pain : A Nation-
Wide Representative Survey. Journal of psychosomatic obstetrics &
gynecology, 29(2) : 133-138. http://web.ebschohost.com/ehost/pdfvie.

Maemunah. (2009). Asuhan Kebidanan 2. Jakarta. CV.Trans Info Media.

Manuaba, I. B. G. (2001). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta. EGC

Manuaba, IBG (2010). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Marmi. (2014). KesehatanReproduksi. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Meliala, L. Suryamiharja, A. (2007). Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik


:ISBN

Morgan, G., & Hamilton, C. (2009). Obstetri Dan Ginekologi Panduan Praktis Alih
bahasa Rusi M. Syamsi & Ramona Edisi 2. Jakarta: EGC

Mumford, S. (2009). The Massage Bible: The Definite Guide to Massage: Octopus
Publishing Group Ltd. London

Nam Hyun Cha., dkk. (2016). “Effects of Auricular Acupressure Therapy on Primary
Dysmenorhea for Female High School Students in South Korea” Efek Terapi
Auricular Akupresur pada Dismenore Primer untuk Siswa SMA di Korea
Selatan. Di akses pada tanggal 17 November 2017
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27541067

Nathan, A. (2005). Primary Dysmenorrhoea. Practice Nurse Minor Ailment. Diakses


pada tanggal 3 Desember 2017
67

https://search.proquest.com/docview%20/230422150/2A3C3D3716B64FD5
PQ/1?accountid=34598

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta.

Notoadmodjo. (2012). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novia, I., Puspitasari, N. (2008). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian


Dismenore Primer. The Indonesian Journal of Public Health.
http://journal.unair.ac.id/form_download.php.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Ozretich, R. A., & Bowman, S. R. (2011). Middle Childhood and Adolescent


Development. U.S: Oregon state University Extension Sevice

Prawirohardjo. (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Prawirohardjo, S., (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Proverawati, A. & Misaroh S.(2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.


Yogyakarta: Nuhu Medika

Reeder, Martin dan Koniak. (2011). Volume 2 Keperawatan Maternitas Kesehatan


Wanita, Bayi dan Keluarga Edisi 18. Jakarta: ECG.

Setianingsih (2014), tentang efektifitas pijat effleurage terhadap penurunan nyeri haid
pada siswi kelas X SMK Negeri 1 Pedan

Singh, et al. (2008). Prevalence And Severity of Dysmenorrhea : A Problem Related


to Menstruation, Among First and Second Year Female Medical Students.
Departement of Physiology S.S Medical College, Rewa, India.

Smeltzer, S.C.& Bare, B.G. (2010). Brunner &Suddarth’s Textbook of


MedicalSurgical Nursing 10th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
68

Smith, Crowther, Petrucco, Beilby, & Dent. (2009). Acupuncture to Treat Primary
Dysmenorrhea in Women: A Randomized Controlled Trial. Evidence Based
Complementary and Alternative Medicine.
http://www.hindawi.com/journals/ecam/2011/612464/ref/

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabet.

Sugiyono. (2011). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan B & G. Bandung:


ALFABETA.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta.

Sugi Purwanti. (2013). Analisis Perbedaan Terapi Disminore Dengan Metode


Effleurage, Kneading, dan Yoga dalam Mengatasi Disminore. Diakses pada
tanggal 1 juni 2018 file:///C:/Users/User/Downloads/106-209-1-SM.pdf

Sumodarsono(2008). PengetahuanPraktisKesehatanDalamOlahraga. Jakarta:


PT.Gramedia.

Speroff.L; Fritz. M.A. Female Infertility.Clinical Gynecologic Endocrinology


&Infertility,Lippincott Williams and Wilkins. 7th Edition, 2005:1014-41.

Strong, J., Unruh, A.M., Wright, A., & Baxter G.D. (2002). Pain : A Textbook For
Therapist. Edinburg : Churchill Livingstone.

Syarifudin, B. 2010. Panduan TA Keperawatan Dan Kebidanan Dengan SPSS.


Cetakan Pertama. Yogyakarta: Grafindo

Weerapong, P., Hume, P. A., &Kolt G. S. (2008). The Mechanism of Massage and
Effects on Performance, Muscle Recovery, and Injury Prevention. Sports
Med. http://www.coachingireland.com/files/weerapong.pdf.Wiknjosastro,
Hanifa. 2007. IlmuKebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Widjanarko. (2008). Tinjauan Terapi Pada Nyeri Haid Primer (Vol.5). Jakarta:
Majalah Kedokteran Damianus
69

Wiknjosastro, Hanifa. (2010). Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta: BinaPustaka

Wijanarko. 2012.” Hubungan Anemia denganPengetahuanGizi, Konsumsi Fe,


Protein, Vitamin C, dan Pola Haid pada Mahasiswa Putri” dalam Media Gizi
Mikro Indonesia : Indonesia Journal of Micronutrient, Vol 4, no 1.
Magelang ,JawaTengah :Balai Penelitian dan Pengembangan kesehatan
(Balitbangkes)
LAMPIRAN
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Responden Penelitian

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yosi Prichatin

NIM : 1411020135

Status : Mahasiswa Program Studi Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Akan melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Effleurage Terhadap Skala


Nyeri Haid Pada Remaja Putri Di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto” guna memenuhi sebagai syarat mencapai derajat sarjana.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan anda sebagai responden.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan digunakan hanya untuk
kepentingan penelitian. Apabila anda menyetujui, maka saya mohon kesediaanya untuk
menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Atas
perhatian dan kerjasama anda, saya ucapkan terimakasih.

Purwokerto. 2018
Hormat Saya

Yosi Prichatin
SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Bersama ini saya,

Nama :

Umur :

Bersedia sukarela menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh:

Nama : Yosi Prichatin

NIM : 1411020135

Pendidikan : Mahasiswa Semester 7 Program Studi Keperawatan S1

Alamat : Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Letjen


Soepardjo Roestam km. 7 Sokaraja Purwokerto

Judul Penelitian : Efektivitas Effleurage Terhadap Skala Nyeri Haid


Pada Remaja Putri Di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa


paksaan dari pihak siapapun.

Purwokerto, 2018

Responden

( )
Lampiran
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR EFFLEURAGE

JUDUL SOP:

EFFLEURAGE MASSAGE
NO NO
PROSEDUR HALAMAN:
DOKUMEN: REVISI:
1. PENGERTIAN Effleurage Massage adalah suatu rangsangan pada kulit
abdomen dengan melakukan usapan menggunakan ujung-
ujung jari telapak tangan dengan arah gerakan membentuk
pola geraka seperti kupu-kupu abdomen seiring dengan
pernafasan abdomen Menurut Potter dan Perry (2006)
2. TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah.
2. Menurunkan respon nyeri abdomen.
3. Menurunkan ketegangan otot Bambang Trisno Wiyoko
(2011).
3. INDIKASI 1. Mahasiswi Dismenore
4. KONTRA 1. Luka pada daerah abdomen.
INDIKASI 2. Gangguan atau penyakit kulit.
3. Adanya luka baru atau cidera akibat berolahraga atau
kecelakaan di daerah abdomen.
4. Adanya pembengkakan atau tumor yang
diperkirakan sebagai kanker ganas atau tidak ganas
Tappan & Benjamin (2014).

JUDUL SOP:

EFFLEURAGE MASSAGE
5. PERSIAPAN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi
KLIEN klien dengan memeriksa identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan
jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Siapkan peralatan yang diperlukan.
4. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik.
5. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.
6. PERSIAPAN 1. Minyak zaitun atau baby oil
ALAT 2. Handuk kecil.
3. Selimut.
4. Bantal dan guling.
7. CARA KERJA Prosedur Rasional
s. Menyiapkan alat- alat yang 1. Mempersiapkan alat
akan di gunakan. yang akan di gunakan
t. Mencuci tangan 2. Membunuh
mikroorganisme
u. Beri tahu pasien bahwa 3. Memberi waktu klien
tindakan akan segera di untuk mempersiapkan
mulai. diri.
v. Periksa vital sign klien 4. Mengetahui kondisi
sebelum memulai Effleurage umum klien sebelum di
lakukan pemijatan.
pada abdomen.
5. Memberikan posisi
w. Posisikan klien. yang nyaman sesuai
x. Instruksikan klien untuk dengan keinginan klien
menarik nafas dalam melalui agar klien tidak merasa
hidung dan tertekan dan akan tetap
mengeluarkannya lewat rileks.
6. Nafas dalam dapat
mulut secara perlahan
membantu
sampai klien merasa rileks. mempertahankan
y. Tuangkan minyak pada kenyamanan klien agar
telapak tangan kemudian tetap rileks dan dapat
gosokkan kedua tangan mengurangi rasa nyeri.
hingga hangat. 7. Minyak merupakan
lubrikan yang baik
z. Letakkan kedua tangan pada untuk pemijatan.
abdomen bagian bawah di 8. Gerakan pengusapan
atas simpisis pubis nsik ke membantu merangsang
atas di atas umbilicus lalu pelepasan endorphin
turunkan gerakan melalui untuk mengurangi rasa
nyeri dan memberikan
perut bagian samping dan
kenyamanan pada
kembali ke perut bagian klien.
bawah.
aa. Lakukan dengan usapan 9. Bertujuan agar
dengan ringan, tegas dan meningkatkan sirkulasi
konstan dengan pola darah menghangatkan
otot-otot abdomen dan
gerakan melingkari meningkatkan relaksasi
abdomen dengan pola fisik.
gerakannya seperti kupu- 10. Waktu yang
kupu. dibutuhkan untuk
bb. Lakukan pemijatan selama menghangatkan otot-
otot abdomen.
3-5 menit
11. Memelihara
cc. Bersihkan sisa minyak pada kebersihan dan
abdomen dengan handuk kenyamanan klien.
dd. Rapikan klien ke posisi 12. Mempertahankan
semula. kenyamanan klien
ee. Beritahu klien bahwa 13. Menginformasikan
kepada klien bahwa
tindakan telah selesai.
tindakan telah selesai.
ff. Tanyakan keadaan klien. 14. Menanyakan
gg. Periksa vital sign klien kenyamanan klien
sesudah dilakukan pemijatan setalah dilakukan
hh. Bereskan alat-alat yang telah pemijatan.
di gunakan. 15. Mengetahui
kondisi umum klien
ii. Cuci tangan. sesudah di lakukan
pemijatan.
16. Mempertahankan
kerapian.
17. Membunuh
mikroorganisme dan
membersihkan diri
setalah melakukan
tindakan.
8. EVALUASI 1. Evaluasi hasil yang tercapai.
2. Kontak pertemuan selanjutnya
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik.
LEMBAR OBSERVASI
SEBELUM INTERVENSI

Nama :
Umur :
Usia menarche :
Siklus haid :
Hari / tanggal :
Menstrusi hari ke :
Lama haid :

Nilai :…..
Durasi nyeri :…..
LEMBAR OBSERVASI

Nama :
Umur :
Hari / tanggal :
Menstrusi hari ke :

Petunjuk cara mengisi lembar observasi :


Pengisian tabel observasi dilakukan ketika nyeri terasa setelah pemberian Effleurage
meliputi durasi nyeri dan berapa skalanya dan jika nyeri terasa responden di harapkan
memberikan tindakan Effleurage seperti yang telah di contohkan sebelumnya.
Observasi ini di lakukan selama 24 jam.
No Durasi nyeri Skala nyeri
1. Jam …. - Jam ….
2. Jam …. - Jam ….
3. Jam …. - Jam ….
4. Jam …. - Jam ….
5. Jam …. - Jam ….
6. Jam …. - Jam ….
7. Jam …. - Jam ….
8. Jam …. - Jam ….
9. Jam …. - Jam ….
10. Jam …. - Jam ….
11. Jam …. - Jam ….
12. Jam …. - Jam ….
13. Jam …. - Jam ….
14. Jam …. - Jam ….
15. Jam …. - Jam ….
16. Jam …. - Jam ….
17. Jam …. - Jam ….
18. Jam …. - Jam ….
19. Jam …. - Jam ….
20. Jam …. - Jam ….
21. Jam …. - Jam ….
22. Jam …. - Jam ….
23. Jam …. - Jam ….
24. Jam …. - Jam ….
LEMBAR OBSERVASI
SESUDAH INTERVENSI

Nama :
Umur :
Hari / tanggal :

Nilai :…..
Durasi nyeri :…..
UJI NORMALITAS DATA
(METODE KOLMOGOROV-SMIRNOV)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SKALA NYERI SKALA NYERI SKALA NYERI


KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK
INTERVENSI INTERVENSI KONTROL
PRETEST POSTTEST PRETEST

N 30 30 30
Mean 6.80 3.40 6.40
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .961 1.102 1.589
Absolute .197 .175 .180
Most Extreme Differences Positive .197 .175 .144
Negative -.182 -.174 -.180
Kolmogorov-Smirnov Z 1.081 .959 .989
Asymp. Sig. (2-tailed) .193 .317 .282

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SKALA NYERI KELOMPOK


KONTROL POSTTEST

N 30
Mean 6.03
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.377
Absolute .192
Most Extreme Differences Positive .141
Negative -.192
Kolmogorov-Smirnov Z 1.052
Asymp. Sig. (2-tailed) .219

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
ANALISA UNIVARIAT
RESPONDEN KELOMPOK INTERVENSI

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

USIA 30 17 20 18.93 .740


Valid N (listwise) 30

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
17 Tahun 2 6.7 6.7 6.7

18 Tahun 3 10.0 10.0 16.7

Valid 19 Tahun 20 66.7 66.7 83.3

20 Tahun 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

USIA MENARCHE 30 10 15 12.40 1.404


Valid N (listwise) 30

USIA MENARCHE

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

10 Tahun 3 10.0 10.0 10.0

11 Tahun 5 16.7 16.7 26.7

12 Tahun 8 26.7 26.7 53.3

Valid 13 Tahun 7 23.3 23.3 76.7

14 Tahun 5 16.7 16.7 93.3


15 Tahun 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LAMA HAID 30 5 8 6.80 .805


Valid N (listwise) 30

LAMA HAID

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

5 Hari 1 3.3 3.3 3.3

6 Hari 10 33.3 33.3 36.7

Valid 7 Hari 13 43.3 43.3 80.0

8 Hari 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SIKLUS HAID 30 21 35 28.47 3.569


Valid N (listwise) 30

SIKLUS HAID

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

21 Hari 1 3.3 3.3 3.3

22 Hari 1 3.3 3.3 6.7


23 Hari 2 6.7 6.7 13.3

24 Hari 1 3.3 3.3 16.7

26 Hari 2 6.7 6.7 23.3

27 Hari 5 16.7 16.7 40.0


Valid
28 Hari 4 13.3 13.3 53.3

30 Hari 3 10.0 10.0 63.3

31 Hari 6 20.0 20.0 83.3

32 Hari 3 10.0 10.0 93.3

35 Hari 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0


ANALISA UNIVARIAT
KELOMPOK KONTROL

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

USIA 30 18 20 19.13 .571


Valid N (listwise) 30

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

18 Tahun 3 10.0 10.0 10.0


19 Tahun 20 66.7 66.7 76.7
Valid
20 Tahun 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

USIA MENARCHE 30 10 14 12.90 1.062


Valid N (listwise) 30

USIA MENARCHE

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
10 Tahun 1 3.3 3.3 3.3

11 Tahun 2 6.7 6.7 10.0

12 Tahun 6 20.0 20.0 30.0


Valid
13 Tahun 11 36.7 36.7 66.7

14 Tahun 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LAMA HAID 30 5 8 6.77 .858


Valid N (listwise) 30

LAMA HAID

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

5 Hari 3 10.0 10.0 10.0

6 Hari 6 20.0 20.0 30.0

Valid 7 Hari 16 53.3 53.3 83.3

8 Hari 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SIKLUS HAID 30 23 35 29.73 2.477


Valid N (listwise) 30

SIKLUS HAID

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

23 Hari 1 3.3 3.3 3.3

26 Hari 1 3.3 3.3 6.7

27 Hari 3 10.0 10.0 16.7

28 Hari 6 20.0 20.0 36.7

30 Hari 7 23.3 23.3 60.0


Valid
31 Hari 5 16.7 16.7 76.7

32 Hari 4 13.3 13.3 90.0

35 Hari 1 3.3 3.3 93.3

33 Hari 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0


ANALISA UNIVARIAT
TINGKAT SKALA NYERI

SKALA NYERI KELOMPOK INTERVENSI PRETEST

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Nyeri Sedang 12 40.0 40.0 40.0

Valid Nyeri Berat 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

SKALA NYERI KELOMPOK INTERVENSI POSTTEST

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Nyeri Ringan 16 53.3 53.3 53.3

Valid Nyeri Sedang 14 46.7 46.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

SKALA NYERI KELOMPOK KONTROL PRETEST

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Nyeri Ringan 1 3.3 3.3 3.3

Nyeri Sedang 13 43.3 43.3 46.7


Valid
Nyeri Berat 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

SKALA NYERI KELOMPOK KONTROL POSTTEST

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Nyeri Ringan 1 3.3 3.3 3.3

Nyeri Sedang 16 53.3 53.3 56.7


Valid
Nyeri Berat 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


PAIRED T-TEST (KELOMPOK INTERVENSI)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Skala_Nyeri_Pre_Intervensi 6.8000 30 .96132 .17551

Skala_Nyeri_Post_Intervensi 3.4000 30 1.10172 .20115

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Skala_Nyeri_Pre_Intervensi
& 30 .632 .000
Skala_Nyeri_Post_Intervensi

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Skala_Nyeri_Pre_Intervensi -
3.40000 .89443 .16330 3.06602 3.73398 20.821 29 .000
Skala_Nyeri_Post_Intervensi
PAIRED T-TEST (KELOMPOK KONTROL)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Skala_Nyeri_Pre_Kontrol 6.4000 30 1.58875 .29007

Skala_nyer_Post_Kontrol 6.0333 30 1.37674 .25136

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Skala_Nyeri_Pre_Kontrol &


30 .404 .027
Skala_nyer_Post_Kontrol

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the


Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Skala_Nyeri_Pre_Kontrol -
.36667 1.62912 .29743 -.24166 .97499 1.233 29 .228
Skala_nyer_Post_Kontrol
INDEPENDENT T-TEST

Group Statistics

kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

selisih_skala_nyeri Kelompok Intervensi 30 3.4000 .89443 .16330

Kelompok kontrol 30 .3667 1.62912 .29743

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of


Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Mean Std. Error Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper

selisih_skala_nyeri Equal variances


6.543 .013 8.940 58 .000 3.03333 .33931 2.35412 3.71254
assumed

Equal variances not


8.940 45.027 .000 3.03333 .33931 2.34993 3.71674
assumed
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai