Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

EFEK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP PROFIL SPERMATOZOA


KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

BIDANG KEGIATAN :
PKM-ARTIKEL ILMIAH

Disusun Oleh:
Herry Suwandi
(Anggota/)
(Anggota/)

(Ketua/2120430005/2012)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


MALANG
2015

PENGESAHAN PKM ARTIKEL ILMIAH


1.

Judul kegiatan

: Efek Pemanasan Global Terhadap Profi


Spermatozoa Kambing Peranakan Etawa
(PE)
: PKM-AI

2. Bidang Kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: Herry Suwandi
b. NIM
: 2120430005
c. Jurusan
: Ilmu Peternakan
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Islam Malang
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. MT. Haryono Gg.19 KAV.33 dan
085 650 141 09
f. Alamat email
: Suwandi_herry@yahoo.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/penulis : 2 Orang
5. Dosen Pendamping
:
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Drh. Nurul Humaidah. M.kes
b. NIDN
: 0711096703
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP
: Joyo Asri Blok S/9 Malang

Malang,16 Maret 2015


Menyetujui
Wakil Dekan I

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Ir. Sri Susilowati,MM)


NIP. 196104211989032002

(Herry Suwandi)
NIM. 2120430005

Pembantu Rektor
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Dosen Pendamping

(Dr.Ir. H. Badat Muwakhid, MP)


NIK. 1900200034

(Drh. Nurul Humaidah, M.Kes)


NIDN. 0711096703

ii

Surat Pernyataan Sumber Tulisan PKM-AI


Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini :
- Nama : Herry Suwandi
- NIM : 2120430005
1. Menyatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim lainya benar
bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan :
PKM-P
Efek Pemanasan Global Terhadap Profil Spermatozoa Kambing Peranakan
Etawa (PE)
2014 di Karang Ploso (BATU-JATIM) dan Desa Balung (JEMBER-JATIM)
2. Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding maupun
jurnal sebelumnya.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan pihak
manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 27 Maret 2015
Yang Membuat Pernyataan

Herry Suwandi
NIM. 2120430005

Mengetahui/Menyetujui
Ketua Jurusan/Prodi

Ir. M.Farid W, MP
NIP. 19610828 198803 1002

iii

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................
SURAT PERNYATAAN......................................................................................................

iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................

iv

RINGKASAN ......................................................................................................................
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................
1.1. Latar Belakang ...............................................................................................................
1.2. Tujuan Penelitian............................................................................................................
1.3. Manfaat Penelitian..........................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................
III. MATERI DAN METODE ...........................................................................................
3.1. Persiapan Ternak ............................................................................................................
3.2. Pengelompokan Ternak ..................................................................................................
3.3. Penampungan Spermatozoa............................................................................................
3.4. Variabel yang Diamati ....................................................................................................
3.5. Analisa Data ...................................................................................................................
IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................................................
4.1. Karakteristik Semen Segar .............................................................................................
V. PEMBAHASAN ..............................................................................................................
5.1. Motilitas Massa ..............................................................................................................
5.2. Motilitas Individu ...........................................................................................................
5.3. Konsentrasi Spermatozoa ...............................................................................................
10
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................................
12
6.1. Kesimpulan ....................................................................................................................
12
6.2. Saran . ............................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
13
LAMPIRAN. ........................................................................................................................
14

iv

RINGKASAN
Herry Suwandi, Ahadi Waldiansah dan Norman Sholahuddin. Efek Pemansan Global
Terhadap Profil Spermatozoa Kambing Peranakan Ettawa (PE). (dibimbing oleh Drh. Nurul
Humaidah, M.Kes).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil spermatozoa akibat pemanasan
global. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2014 dan dilaksanakan di
Karangploso Kabupaten Malang dengan ketinggian tempat 440 667 m dpl dan di Balung
Kabupaten Jember dengan ketinggian tempat 83 m dpl..
Materi yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah 40 ekor kambing jantan PE
dimana untuk setiap lokasi penelitian menggunakan 20 ekor sampel kambing jantan PE serta
sarana dan prasarana penelitian yang berupa alat-alat seperti vagina buatan, mikroskop,
haemacytometer, tabung centrifuge tube, NaCl 3%, kamar hitung Neubauer, dan counter.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus yaitu dengan melakukan
pengamatan terhadap kuantitas dan kualitas profil spermatozoa yang dipelihara pada tempat
dengan ketinggian berbeda dan untuk mengetahui perbedaannya digunakan analisis uji t
(tidak berpasangan).
Berdasarkan hasil penelitian efek pemanasan global berpengaruh nyata (P <0.01)
terhadap profil spermatozoa kambing PE (Motilitas Massa dan Individu) sedangakan
Konsentrasi spermatozoa tidak berpengaruh nyata (P>0.05). Rataan Motilitas massa di
daerah dataran tinggi 2,9 0,4 dan di dataran rendah 1,7 0,6, rataan motilitas individu di
daerah dataran tinggi 74,0 6,0 dan di dataran rendah 57,0 13,5.
Efek pemanasan global berpengaruh terhadap profil spermatozoa berupa motilitas
Individu dan Motilitas Massa tetapi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi spermatozoa.
Disarankan Pemeliharaan kambing PE sebagai pembibit lebih baik dipelihara di tempat
dengan ketinggian 440-667 dpl, pemeliharaan kambing PE sebagai Penggemukan lebih baik
dipelihara di tempat dengan ketinggian 440-667 dan 83 dpl dan dilakukan penelitian lebih
lanjut efek pemanasan global terhadap profil spermatozoa yang lain seperti morfologi
spermatozoa.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya global warming merupakan fenomena peningkatan temperatur global
dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan
oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida
(N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosper bumi.
Ketidaknaturalan efek rumah kaca yang disebabkan oleh gas-gas karbondioksida,
metana, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan khloro fuoro karbon yang dilepaskan secara
berlebihan ini berasal dari cerobong pabrik-pabrik industri, sisa pembakaran yang berasal dari
knalpot mobil dan motor, AC, kulkas, dan lain-lain. Namun, pemicu atau penyumbang gas
efek rumah kaca yang dominan adalah kegiatan industri (Muhi, 2011).
Iklim merupakan salah satu perubahan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
produktifitas ternak. Suhu ditemukan sebagai salah satu unsur iklim yang berpengaruh besar
terhadap proses-proses fisiologi ternak. Di daerah tropis perubahan musim dari musim
kemarau ke musim hujan tidak diikuti oleh perubahan panjang hari bukan merupakn factor
iklim yang menentukan dalam proses reproduksi ternak. Oleh karena itu untuk daerah tropis
pengkajiannya perlu diarahkan pada faktor iklim lain.
Beberapa penelitian terdahulu di daerah tropis menunjukkan bahwa suhu
mempengaruhi produktivitas ternak. Semakin tinggi suhu, semakin rendah produktivitas
ternak. Unsur iklim lain seperti kelembapan, udara dan hujan diperkirakan juga berpengaruh
terhadap produktivitas ternak baik secara langsung maupun tidak langsung.
1.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui profil spermatozoa akibat pemanasan global. Pada ternak yang
dipelihara di suatu wilayah yang bersuhu tinggi (27-32oC) dan wilayah yang bersuhu rendah
(23-25oC) serta untuk membandingkan kualitas profil spermatozoa yang terbaik diantara
kedua wilayah tersebut agar bias mendapatkan sperma yang berkualitas baik untuk
kelangsungan reproduksi ternak itu sendiri dalam mendapatkan keturunan yang baik dan
sehat.

1.3 Manfaat Penelitian


Agar kita dapat mengetahui efek dari pemanasan global terhadap profil spermatozoa.
Profil spermatozoa berkaitan dengan reproduksi ternak. Reproduksi ternak yang baik
bekaitan dengan budidaya ternak kambing Peranakan Ettawa (PE) dalam upaya mendapatkan
produksi profil spermatozoa yang baik dalam upaya untuk melakukan perkawinan buatan
(IB) dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam mendukung kinerja pemerintah untuk
menghadapi swasembada daging serta pasar bebas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Global warming merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke
tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh
meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida
(N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosper bumi. Temperatur
rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0,74 0,18 oC selama 100 tahun
terakhir, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam Muhi (2011)
menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gasgas rumah kaca akibat aktivitas manuusia melalui efek rumah kaca.
Ketidaknaturalan efek rumah kaca yang disebabkan oleh gas-gas karbondioksida,
metana, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan khloro fuoro karbon yang dilepaskan secara
berlebihan ini berasal dari cerobong pabrik-pabrik industri, sisa pembakaran yang berasal dari
knalpot mobil dan motor, AC, kulkas, dan lain-lain. Namun, pemicu atau penyumbang gas
efek rumah kaca yang dominan adalah kegiatan industri (Muhi, 2011).
Suhu ditemukan sebagai salah satu unsur iklim yang berpengaruh besar terhadap
proses-proses fisiologi ternak. Perubahan factor iklim (suhu udara, kelembapan udararelatif
(RH) dan radiasi matahari), respon termoregulasi (suhu rektal, frekuensi pernapasan, dan
frekuensi denyut jantung). Pengamatan iklim dilakukan setiap suhu dan kelembapan udara
diukur di wilayah yang bersuhu tinggi, sedang dan rendah dengan thermometer bola keringbasah. Radiasi matahari diukur dengan mencatat suhu yang diterima benda hitam (black
globe temperature) dan suhu rektal diukur dengan memasukkan thermometer klinis ke dalam
rectum kambing sedalam 5 cm selama tiga menit. Frekuenssi pernapasan diukur dengan
cara menghitung pergerakan naik turun di daerah flank selama satu menit. Frekuensi denyut
jantung diukur dengan cara menempelkan stetoskop di dada sebelah kiri selama satu menit.
Khususnya suhu lingkungan, baik pada wilayah bersuhu rendah, dan tinggi
menunjukkan tidak berada pada kondisi yang nyaman bagi ternak kambing, seperti yang
dikemukakan oleh Smith dan Mangkuwidjojo (1988) bahwa daerah nyaman bagi kambing
berkisar antara 18 dan 30oC. peningkatan suhu terjadi sejalan dengan peningkatan besarnya
radiasi matahari yang diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terna kambing di
dua wilayah pemeliharaan mengalami beban panas yang cukup besar. Namun demiikian,
diduga bahwa beban panas yang lebih kecil dialami oleh kambing yang dipelihara di wilayah
3

yang bersuhu rendah. Kondisi iini terlihat dari kemampuan suatu wilayah untuk
memperbbaiki lingkungan mikro dalam wilayah bersuhu rendah, yaitu menurunkan suhu dan
radiasi sinar matahari.
Pengamatan gerakan massa spermatozoa dilakukan dengan menggunakan mikroskop
cahaya. Gerakkan massa diamati dengan meneteskan semen hasil penampungan diatas objek
glass dengan pembesaran 10x. Gerakkan massa spermatozoa adalah pergerakan
segerombolan spermatozoa pada semen yang belum diencerkan (semen segar) dan
membentuk seperti gelombang. Gerakan massa spermatozoa digolongkan menjadii sangat
baik (+++ atau nilai 3), jika terlihat gelombang-gelombang besar, banyak, tebal dan aktif
bergerak cepat berpindah-pindah tempat bagaikan awan hitam menjelang hujan; baik (++
atau nilai 2), jika terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak
lambat; lumayan atau sedang (+ atau nilai 1), jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya
gerakan-gerakan individual aktif progresif. Persentase motile (%M), persentase spermatozoa
yang hidup (%H), persentase spermatozoa dengan apical ridge yang baik (%IAR) dan
persentase spermatozoa dengan apical ridge yang rusak/patah (%BAR).

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan untuk memperoleh profil spermatozoa kambing PE akibat
pemanasan global adalah studi kasus dengan melihat motilitas massa, motilitas individu dan
konsentrasi spermatozoa yang dipelihara pada tempat dengan ketinggian berbeda dan
nantinya akan dibandingkan dengan perhitungan uji t (tidak berpasangan).
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
3.1 Persiapan ternak
Ternak dipersiapan di tempat khusus baik jantan maupun ternak betina sebagai
pemancing sebelum dilakukan penampungan semen. Pengamatan tingkah laku pejantan
dalam kopulasi guna melihat libido pejantan yang menjadi objek penelitian dilakukan selama
tiga kali ejakulasi yakni tigkah laku kopulasi menjelang ejakulasi terdiri atas:

Waktu pertama mencumbu betina


Waktu yang dibutuhkan pejantan untuk memulai mencumbu atau mencium
betina sejak pertama kali didekatkan dengan betina pemancing.

Waktu timbul flehmen


Waktu yang dibutuhkan pejantan untuk memulai flehmen yaitu kelakuan khas
pejantan apabila terangsang dengan memperlihatkan tanda mengangkat bibir dan
kepala ke atas.

Frekuensi atau jumlah flehmen


Evaluasi dilakukan dengan melihat berapa kali pejantan memperlihatkan tanda
terangsang berupa flehmen.

Sedangkan tingkah laku kopulasi saat ejakulasi terdiri atas:

Waktu pertama kali menaiki betina


Waktu yang dibutuhkan pejantan untuk menaiki betina pemancing untuk
pertama kali, tetapi belum melakukan kopulasi dan ejakulasi.

Waktu melakukan ejakulasi


Waktu yang dibutuhkan pejantan untuk melakukan ejakulasi sejak didekatkan
dengan betina pemancing.

Lama intromisi

Penghitungan waktu lamanya intromisi dihitung dengan melihat berapa lama


(detik) pejantan memasukkan penis kedalam vulva betina sampai pejantan
mengeluarkan semen.
3.2 Pengelompokan ternak sebagai berikut

P1 = Pemeliharaan 20 ekor kambing PE pada suhu 28-32oC.

P2 = Pemeliharaan 20 ekor kambing PE pada suhu 24-28oC.

3.3 Penampungan spermatozoa


Penampungan semen menggunakan vagina buatan (VB) dengan frekuensi
penampungan 2 x seminggu dengan menggunakan kambing PE betina sebagai pemancing,
secepatnya setelah penampungan, semen dibawa ketempat pemeriksaan dan waktu antara
penampungan sampai pengenceran tidak pernah lebih dari 15 menit, kemudian semen
dilakukan uji motilitas massa, motilitas individu dan konsentrasi spermatozoa
3.4 Variabel yang diamati
1) Motilitas massa
2) Motilitas individu
3) Konsentrasi spermatozoa
3.5 Analisa data
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t tidak berpasangan dengan 2 perlakuan dan
20 data serta 3 variabel yang diamati pada setiap lokasi penelitian.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Semen Segar
Profil spermatozoa dalam hal ini konsentrasi masa dengan Uji t tidak terdapat
perbedaan (P>0,05) antara kambing jantan yang dipelihara di dataran tinggi dan dataran
rendah (Tabel 1), sedangkan motilitas massa dan individu kambing jantan yang dipelihara di
dataran tinggi dan dataran rendah terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Rata-rata
pada hasil uji t motilitas massa, motilitas individu dan konsentrasi spermatozokambing PE
ada pada table 1 di bawah ini.
Tabel 1. Rataan motilitas massa, motilitas individu dan konsentrasi spermatozoa kambing PE
Variabel
Motilitas massa
Motilitas individu (%)
Konsentrasi spermatozoa (106/ml)

Dataran
Tinggi
2,9 0,4
74,0 6,0
171,5 88,5

Rendah
1,7 0,6
57,0 13,5
138,9 43,6

Untuk hasil perhitungan analisa statistik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1,
2 dan 3.

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Motilitas massa


Daya tahan hidup sperma setelah penampungan adalah 24-36 jam, dengan nilai
motilitas yang baik adalah +++ (3) dan ++ (2). Untuk sperma dengan nilai motilitas 2 ,
kurang dari 50% bergerak progresif dan tidak ada gelombang bisa dikatakan kurang baik.
Gerakan massa spermatozoa merupakan petunjuk derajat keaktifan bergerak spermatozoa
sebagai indikator tingkat atau persentase spermatozoa hidup dan aktif dalam semen
(Kartasudjana, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1, terdapat perbedaan nilai rataan motilitas
massa spermatozoa kambing PE. Untuk yang terdapat di dataran tinggi dengan suhu 23-25 0C
mendapatkan hasil 2,9 0,4 dan dataran rendah yang bersuhu panas 27-320C mendapatkan
hasil 1,7 0,6. Dilihat dari hasil penelitian motilitas massa di dua dataran terdapat perbedaan
yang sangat nyata. Dari suhu yang terdapat di dataran tinggi adalah bisadikatakan suhu
normal yang diterima ternak kambing. Menurut Mulyono (2003) bahwa kambing Peranakan
Ettawa lebih cocok diusahakan di dataran sedang (500 700m dpl) sampai dataran rendah
yang panas dengan suhu antara 21oC 25oC Pada pengamatan ini nilai motilitas yang
terdapat didataran rendah mendapatkan hasil yang lebih buruk ini dapat disebabkan oleh
beberapa kemungkinan, antara lain: (1) kualitas semen kurang baik yang disebabkan oleh
individu ternak, (2) suhu yang terlalu panas hingga membuat kambing merasa stress dan
mengakibatkan kualitas semen yang kurang baik.
Stres kambing yang diakibatkan oleh suhu panas yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan penurunan kualitas sperma sehingga menyebabkan rusaknya membran
plasma pada spermatozoa yang diakibatkan oleh radikal bebas, sehingga terjadi reaksi
perioksidasi lipid pada saat proses metabolisme (Sunarni, 2005).
Toelihere (1981), menyatakan motilitas massa spermatozoa dipengaruhi oleh suhu
lingkungan dan persentase sperma hidup yang normal. Dan menurut Ax et al. (2000), yang
menyatakan bahwa motilitas spermatozoa mempunyai hubungan yang erat dengan kualitas
dan fertilitas spermatozoa. Motilitas atau daya gerak spermatozoa digunakan sebagai ukuran
kesanggupan untuk membuahi sel telur (Ax dkk., 2000). Perkiraan motolitas adalah prosedur
visual dan dinyatakan secara komparatif, tidak mutlak. Motilitas spermatozoa di dalam suatu

contoh semen ditentukan secara keseluruhan atau sebagai rata-rata dari suatu populasi
spermatozoa.
5.2 Motilitas individu
Persentase spermatozoa motilitas individu adalah persentase spermatozoa yang
bergerak progresif (bergerak ke depan), dievaluasi secara subjektif pada delapan lapang
pandang yang berbeda dengan mikroskop pembesaran 400x (Toelihere, 1981). Angka yang
diberikan berkisar antara 0 dan 100% dengan skala 5. Motilitas atau daya gerak spermatozoa
merupakan ukuran yang digunakan sebagai kesanggupan spermatozoa untuk membuahi sel
telur. Penurunan motilitas spermatozoa juga dapat disebabkan karena perlakuan yang
menimbulkan kerusakan dan kematian spermatozoa. Motilitas spermatozoa atau daya gerak
spermatozoa adalah merupakan salah satu penentu keberhasilan spermatozoa untuk mencapai
ovum pada saluran tuba Fallopi dan cara yang paling sederhana dalam penilaian sperma
untuk inseminasi buatan (Hafez, 1987).
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata motilitas individu spermatozoa pada
kambing PE yang terdapat di dataran tinggi (74,0 6,0% ) terdapat perbedaan sangat nyata
(P<0,01) dibandingkan nilai rata-rata motilitas individu yang terdapat di dataran rendah (57,0
13,6%). Dataran tinggi memiliki suhu yang baik, karena dapat diterima oleh ternak
kambing PE. Suhu yang dapat diterima oleh kambing PE adalah suhu yang berkisar
21oC 25oC. Menurut Curtis (1993) dataran tinggi mampu mengurangi total beban panas
yang diterima oleh ternak sebesar 30-50% dibandingkan dengan dataran rendah. Purwanto et
al. (1996) mengatakan bahwa suhu yang tinggi dapat mempengaruhi fungsi reproduksi ternak
sebagai akibat dari menurunnya sintesis hormon tiroid sehingga proses metabolisme sel akan
menurun. Selanjutnya Nalbandov (1990) menyatakan bahwa fungsi hormon tiroid adalah
menstimulasi spermatogenesis.
Motilitas individu spermatozoa sangat bergantung pada suplai energi berupa ATP
(Adenosin trifosfat) hasil metabolisme. Metabolisme sendiri akan berlangsung dengan baik
jika membran plasma sel berada dalam keadaan utuh sehingga mampu dengan baik mengatur
lalu lintas masuk keluar sel semua senyawa (subtrat) dan elektrolit yang dibutuhkan dalam
proses metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi motilitas individu spermatozoa
adalah umur sperma, maturasi sperma, penyimpana energi (ATP), agen aktif, biofisik, dan
fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan hambatan (Hafez, 1993).
Untuk suhu yang terdapat di dua dataran, dataran tinggi Karangploso dengan suhu
rata-rata 23-250C dan dataran rendah Jember suhu rata-rata 27-320C yang memiliki suhu
9

panas tinggi berpengaruh terhadap motilitas individu spermatozoa kambing PE, motilitas
individu spermatozoa kambing PE di dataran tinggi lebih baik dibanding dataran rendah,
dengan jumlah 74,0 6,0% dan 57,0 13,6%.
5.3 Konsentrasi Spermatozoa
Penilaian konsentrsi spermatozoa per mililiter semen sangat penting, karena akan
menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu kriteria penentuan kualitas
semen. Konsentrasi digabungkan dengan volume dan persentase spermatozoa motil, untuk
memberikan informasi jumlah spermatozoa per ejakulat, dengan demikian dapat mengetahui
berapa jumlah betina yang dapat diinseminasi. Rataan hasil analisis statistik konsentrasi
spermatozoa semen segar kambing PE menunjukkan tidak terdapat perbedaan (P>0,05) yang
diperoleh selama penelitian di daerah dataran tinggi adalah 171,5 X 10 6/ml dan 138,9 X
106/ml untuk daerah dataran rendah.
Konsentrasi spermatozoa kambing PE di dataran tinggi lebih besar dari pada hasil
penelitian di dataran rendah Tambing dkk (2000) dan Suwarso (1999) masing-masing hanya
mendapatkan konsentrasi spermatozoa sebesar 2891,43 X 106/ml dan 2596 X 106/ml. Namun
demikian nilai yang diperoleh masih tergolong normal untuk nilai konsentrasi spermatozoa
kambing PE, yaitu 2500 5000 X 106/ml (Evans dan Maxwell, 1987) dan 2000 6000 X
106/ml (Jainudeen et al, 2000). Adanya variasi nilai konsentrasi spermatozoa disebabkan
adanya perbedaan individu ternak yang digunakan, bangsa ternak dan kondisi ternak
sebagaimana dikemukakan Everett dan Bean (1982) bahwa konsentrasi spermatozoa sangat
dipengaruhi oleh jumlah ejakulat, interval penampungan, umur, dan kondisi pejantan.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata
antara rata-rata dan standar deviasi konsentrasi spermatozoa kambing PE di daerah dataran
tinggi (171,5 88,5 juta/ml) dan kambing PE di daerah dataran rendah (138,9 43,6 juta/ml)
(Tabel 1).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi spermatozoa kambing PE tidak
dipengaruhi oleh suhu. Menurut Hafez (1993), status nutrisi dapat mempengaruhi proses
spermatogenesis. Pada penelitian ini kedua lokasi kambing PE mendapatkan pakan dengan
kualitas yang sama, sehingga didapatkan konsentrasi yang tidak berbeda. Konsentrasi
spermatozoa pada kedua lokasi kambing PE yang didapat dalam penelitian ini masih berada
pada kisaran normal yaitu 2.500 5.000 juta/ml (Evans dan Maxwell, 1987), 2.000 6.000
juta/ml (Hafez, 1993), 1.800 4.000 juta/ml (Devendra dan Burns, 1983) dan 1.500 4.000
juta/ml (Hardjopranjoto, 1995).
10

Pada pemeliharaan ternak kambing PE di dataran rendah mengalami beban panas


yang lebih besar dibanding dengan ternak yang dipelihara di dataran tinggi. Ternak yang
mendapatkan beban panas yang lebih besar akan berakibat pada berkurangnya suplai energi
yang didapat dari metabolisme pakan, hal ini akan berakibat pada berkurangnya sintesis
hormon. Menurut Johnson (1985), lingkungan yang panas menyebabkan penurunan motilitas,
konsentrasi, dan menghambat spermatogenesis.

11

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Efek pemanasan global berpengaruh terhadap profil spermatozoa berupa motilitas
Individu dan Motilitas Massa tetapi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi spermatozoa.
6.2 Saran

Pemeliharaan kambing PE sebagai pembibit lebih baik dipelihara di tempat dengan


ketinggian 440-667 dpl.

Pemeliharaan kambing PE sebagai Penggemukan lebih baik dipelihara di tempat


dengan ketinggian 83-667 dpl.

Dilakukan penelitian lebih lanjut efek pemanasan global terhadap profil spermatozoa
yang lain seperti morfologi spermatozoa.

12

DAFTAR PUSTAKA

Herdis. 2012. Pengaruh Waktu Penampungan Semen Terhadap Gerakan Massa


Spermatozoa dan Tingkah Laku Kopulasi Pejantan Domba Garut. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia Vol. 14, No. 1, Hlm. 38-43.
Irjan. 2012. Pemetaan Potensi Air-Tanah (Aquifer) berdasarkan interprestasi Data
Resistivitasi Wenner Sounding. Jurnal Neutrino Vol. 4, No. 2.
Pentiana, DD. 2013. Global Warming in the Perspective of Environmental
management Accounting (EMA). Jurnal Ilmiah ESAI Volume7, No. 1. ISSN No.
1978-6034.
Prasetyo, AT. 2012. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau (RTH) Terhadap Iklim Mikro Di
Kota Pasuruan. Malang:UM.
Situmorang, PE. Triwulaningsih, A. Lubis, W. Coroline, dan T. Sugiarti. 2001.
Pengaruh Proline, Carnitine Terhadap Daya Hidup Spermatozoa Yang Disimpan
Dalam Suhu 5oC (Chilling Semen). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol. 6 No. 1.
Sodik, A. 2010. Pola Usaha Peternakan Kambing dan Kinerja Produktivitasnya di
Wilayah Eks-Karesidenen Banyumas Jawa-Tengah. Agripet Vol 10, N0. 2.
Utomo, S. 2013. Pengaruh Perbedaan Ketinggian Tampat Terhadap Capaian Hasil
Inseminasi Buatan Pada Kambing Peranakan Ettawa. Jurnal Sains Peternakan Vol.
11 (1) : 34-42.

13

Lampiran 1. Analisis motilitas massa


sample
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
jumlah
rata-rata
standar deviasi
FK D.Tinggi
FK D.Rendah
Ragam D.Tinggi
Ragam D.Rendah
Ragam Gabungan
t hitung
t table 5%
t table 1%

Gerakan Massa
dataran tinggi
dataran rendah
2
1
3
2
3
1
3
2
3
3
3
2
2
2
3
2
3
2
3
1
2
2
3
1
3
2
3
2
3
1
3
1
3
2
3
2
3
2
3
1
57
34
2.9
1.7
0.4
0.6
162.5
57.8
0.1
0.3
0.2
151.6
2.0
2.7

14

Lampiran 2. Analisis motilitas individu


sample
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
jumlah
rata-rata
standar deviasi
FK D.Tinggi
FK D.Rendah
Ragam D.Tinggi
Ragam D.Rendah
Ragam Gabungan
t hitung
t table 5%
t table 1%

Motilitas Individu (%)


dataran tinggi dataran rendah
70
35
75
60
70
60
70
70
70
75
70
75
65
55
70
50
75
55
70
45
65
60
80
40
75
70
70
65
80
40
80
35
85
60
85
70
80
75
75
45
1480
1140
74.0
57.0
6.0
13.5
109520
64980
35.8
182.6
3.3
5.1
2.0
2.7

15

Lampiran 3. Analisis konsentrasi spermatozoa


sample
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
jumlah
rata-rata
standar deviasi
FK D.Tinggi
FK D.Rendah
Ragam D.Tinggi
Ragam D.Rendah
Ragam Gabungan
t hitung
t table 5%
t table 1%

Konsentrasi (106/ml)
dataran tinggi dataran rendah
105
135
189
265
180
132
103
243
165
143
116
162
147
125
101
105
345
113
261
101
102
120
433
100
156
147
201
131
117
103
100
110
121
141
131
137
232
156
124
108
3429
2777
171.5
138.9
88.5
43.6
587902.1
385586.5
7832.2
1904.1
22.1
1.5
2.0
2.7

16

Anda mungkin juga menyukai